5078 ID Muwujudkan Budaya Politik Santun Bersih Dan Beretika Dalam Rangka Memperkokoh Ke
5078 ID Muwujudkan Budaya Politik Santun Bersih Dan Beretika Dalam Rangka Memperkokoh Ke
Wahyu Widodo
Universitas PGRI Semarang
Jl. Lontar Semarang
Email:
Abstract
Makalah ini membahas konsep budaya politik berpusat pada imajinasi (pikiran
dan perasaan) manusia yang merupakan dasar semua tindakan. Dalam rangka menuju
arah pembangunan dan modernisasi suatu masyarakat akan menempuh jalan yang
berbeda antara satu masyarakat dengan yang lain, dan itu terjadi karena peranan
kebudayaan sebagai salah satu faktor. Budaya politik dapat membentuk aspirasi,
harapan, preferensi, dan prioritas tertentu dalam menghadapi tantangan yang
ditimbulkan oleh perubahan sosial politik. Pada gilirannya, disimpulkan bahwa peran
budaya politik santun, bersih dan beretika dalam rangka memperkokoh kehidupan
berbangsa dan bernegara menuju Indonesia baru adalah: pertama, etika politik dan
pemerintahan mengandung misi kepada setiap pejabat dan elite politik untuk
bersikap jujur, amanah, sportif, siap melayani, berjiwa besar, memiliki keteladanan,
rendah hati, dan siap untuk mundur dari jabatan publik apabila terbukti melakukan
kesalahan dan secara moral kebijakannya bertentangan dengan hukum dan rasa
keadilan masyarakat. Kedua, perlu dilakukan upaya penanaman suatu kesadaran
bahwa politik yang hendak kita perjuangkan bukan semata politik kekuasaan,
melainkan suatu politik yang mengedepankan panggilan pengabdian demi
kesejahteraan masyarakat luas, dialektika antara partai dan politikus serta masyarakat
yang kritis. Ketiga, budaya politik santun, bersih dan beretika ini diperlukan karena
dapat membuat para elite politik menjauhi sikap dan perbuatan yang dapat
merugikan bangsa Indonesia. Akhirnya, disarankan agar dilaksanakan kembali
pendidikan budi pekerti yang merupakan pondasi bagi pelaksanaan Civic Education
agar tercipta generasi yang tidak hanya mau menjadi politisi, namun paham budaya
dan etika politik.
Kata kunci: budaya politik, kehidupan berbangsa dan bernegara, menuju Indonesia
baru
114
HUMANIKA Vol. 19 No. 1 (2014) ISSN 1412-9418
Mewujudkan Budaya Politik Santun, Bersih dan Beretika
Wahyu Widodo
115
HUMANIKA Vol. 19 No. 1 (2014) ISSN 1412-9418
Muwujudkan Budaya Politik Santun, Bersih Dan Beretika
Wahyu Widodo
116
HUMANIKA Vol. 19 No. 1 (2014) ISSN 1412-9418
Mewujudkan Budaya Politik Santun, Bersih dan Beretika
Wahyu Widodo
sebagian besar berasal dari partai antar kekuatan sosial politik serta antar
politik atau kelompok-kelompok yang kelompok kepentingan lainnya untuk
berbasis primordial sehingga elite mencapai sebesar-besar kemajuan
politik pun cenderung berperilaku yang bangsa dan negara dengan
sama dengan perilaku pendukungnya. mendahulukan kepentingan bersama
Bahkan elite seperti ini merasa halal dari pada kepentingan pribadi dan
untuk membenturkan massa atau golongan. Etika politik mutlak
menggunakan massa untuk mendukung diperlukan bagi perkembangan
langkah politiknya. Elite serta massa kehidupan politik. Etika politik
yang cenderung berpolitik dengan merupakan prinsip pedoman dasar
mengabaikan etika, mereka tidak sadar yang dijadikan sebagai fondasi
bahwa sebenarnya kekuatan yang pembentukan dan perjalanan roda
berbasis primordial di negeri ini pemerintahan yang biasanya
cenderung berimbang. Jika mereka dinyatakan dalam konstitusi negara
terus berbenturan, tak akan ada yang (Budiarjo, 1997: 98). Di Indonesia
menang (Sedarmayanti, 2003: 112). Eika Politik dan Pemerintahan diatur
Kurangnya etika berpolitik dalam Ketetapan MPR RI No. VI
sebagaimana prilaku elite di atas Tahun 2001 tentang Etika Kehidupan
merupakan akibat dari ketiadaan Berbangsa. Dalam Ketetapan tersebut
pendidikan politik yang memadai. diuraikan bahwa etika kehidupan
Bangsa kita tidak banyak mempunyai berbangsa tidak terkecuali kehidupan
guru politik yang baik, yang dapat berpolitik merupakan rumusan yang
mengajarkan bagaimana berpolitik tak bersumber dari ajaran agama,
hanya memperebutkan kekuasaan, khususnya yang bersifat universal, dan
namun dengan penghayatan etika serta nilai-nilai luhur budaya bangsa yang
moral. Politik yang mengedepankan tercermin dalam Pancasila sebagai
take and give, berkonsensus, dan acuan dasar dalam berpikir, bersikap
pengorbanan. Selain itu kurangnya dan bertingkah laku dalam kehidupan
komunikasi politik juga menjadi berbangsa.
penyebab lahirnya elite politik seperti Rumusan tentang etika
ini. Yaitu elite politik yang tidak kehidupan berbangsa ini disusun
mampu menyuarakan kepentingan dengan maksud untuk membantu
rakyat, namun juga menghasilkan memberikan penyadaran tentang arti
orang-orang yang cenderung otoriter, penting tegaknya etika dan moral
termasuk politik kekerasan yang dalam kehidupan berbangsa dan
semakin berkembang karena perilaku bernegara. Pokok-pokok etika dalam
politik dipandu oleh nilai-nilai emosi. kehidupan berbangsa dan bernegara
Etika Politik adalah sarana yang mengedepankan kejujuran, amanah,
diharapkan mampu menciptakan keteladanan, sportifitas, disiplin, etos
suasana harmonis antar pelaku dan kerja, kemandirian, sikap toleransi,
117
HUMANIKA Vol. 19 No. 1 (2014) ISSN 1412-9418
Muwujudkan Budaya Politik Santun, Bersih Dan Beretika
Wahyu Widodo
rasa malu, tanggung jawab, menjaga dengan etika dan moral dalam
kehormatan serta martabat diri sebagai berbangsa dan bernegara, paling tidak
warga bangsa (Arifin, dibutuhkan dua syarat, yaitu Ada
http://www.lfip.org/english/pdf/bali- kedewasaan untuk dialog dan Dapat
seminar/Sisdiknas). menomorduakan kepentingan pribadi
Dalam TAP MPR tersebut juga atau kelompok.
dinyatakan bahwa Etika Politik dan Etika politik dan pemerintahan
Pemerintahan dimaksudkan untuk mengandung misi kepada setiap
mewujudkan pemerintahan yang pejabat dan elite politik untuk bersikap
bersih, efisien, dan efektif serta jujur, amanah, sportif, siap melayani,
menumbuhkan suasana politik yang berjiwa besar, memiliki keteladanan,
demokratis yang bercirikan rendah hati, dan siap untuk mundur
keterbukaan, rasa bertanggungjawab, dari jabatan publik apabila terbukti
tanggap akan aspirasi rakyat, melakukan kesalahan dan secara moral
menghargai perbedaan, jujur dalam kebijakannya bertentangan dengan
persaingan, kesediaan untuk menerima hukum dan rasa keadilan masyarakat.
pendapat yang lebih benar, serta Etika ini diwujudkan dalam bentuk
menjunjung tinggi hak asasi manusia sikap yang bertatakrama dalam
dan keseimbangan hak dan kewajiban perilaku politik yang toleran, tidak
dalam kehidupan berbangsa. Etika berpura-pura, tidak arogan, jauh dari
pemerintahan mengamanatkan agar sikap munafik serta tidak melakukan
penyelenggara negara memiliki rasa kebohongan publik, tidak manipulatif
kepedulian tinggi dalam memberikan dan berbagai tindakan yang tidak
pelayanan kepada publik, siap mundur terpuji lainnya. Etika politik harus
apabila merasa dirinya telah melanggar menjadi pedoman utama dengan
kaidah dan sistem nilai ataupun politik santun, cerdas, dan
dianggap tidak mampu memenuhi menempatkan bangsa dan negara di
amanah masyarakat, bangsa, dan atas kepentingan partai dan golongan
negara. Masalah potensial yang dapat (Kartono, 1989: 76).
menimbulkan permusuhan dan Huntington memperingatkan
pertentangan diselesaikan secara bahwa tahun-tahun pertama
musyawarah dengan penuh kearifan berjalannya masa kekuasaan
dan kebijaksanaan sesuai dengan nilai- pemerintahan demokratis yang baru,
nilai agama dan nilai-nilai luhur umumnya akan ditandai dengan bagi-
budaya, dengan tetap menjunjung bagi kekuasaan di antara koalisi yang
tinggi perbedaan sebagai sesuatu yang menghasilkan transisi demokrasi
manusiawi dan alamiah. TAP ini tersebut, penurunan efektifitas
mengamanatkan kepada seluruh warga kepemimpinan dalam pemerintahan
negara untuk mengamalkan etika yang baru sedangkan dalam
kehidupan berbangsa. Untuk berpolitik pelaksanaan demokrasi itu sendiri
118
HUMANIKA Vol. 19 No. 1 (2014) ISSN 1412-9418
Mewujudkan Budaya Politik Santun, Bersih dan Beretika
Wahyu Widodo
119
HUMANIKA Vol. 19 No. 1 (2014) ISSN 1412-9418
Muwujudkan Budaya Politik Santun, Bersih Dan Beretika
Wahyu Widodo
120
HUMANIKA Vol. 19 No. 1 (2014) ISSN 1412-9418
Mewujudkan Budaya Politik Santun, Bersih dan Beretika
Wahyu Widodo
121
HUMANIKA Vol. 19 No. 1 (2014) ISSN 1412-9418
Muwujudkan Budaya Politik Santun, Bersih Dan Beretika
Wahyu Widodo
122
HUMANIKA Vol. 19 No. 1 (2014) ISSN 1412-9418
Mewujudkan Budaya Politik Santun, Bersih dan Beretika
Wahyu Widodo
123
HUMANIKA Vol. 19 No. 1 (2014) ISSN 1412-9418
Muwujudkan Budaya Politik Santun, Bersih Dan Beretika
Wahyu Widodo
124
HUMANIKA Vol. 19 No. 1 (2014) ISSN 1412-9418
Mewujudkan Budaya Politik Santun, Bersih dan Beretika
Wahyu Widodo
125
HUMANIKA Vol. 19 No. 1 (2014) ISSN 1412-9418
Muwujudkan Budaya Politik Santun, Bersih Dan Beretika
Wahyu Widodo
imbalan tertentu. Ada pula pakar dari seolah tak ada yang mempan,
perguruan tinggi yang diminta sementara negara terus menerus
menyampaikan pendapat ahli di digerogoti.
persidangan tetapi pendapatnya tidak Di bidang hukum, yang terjadi
mengacu pada pakem ilmiah-akademis sekarang adalah hukum dibuat dan
melainkan bergantung pesanan dan ditegakkan tanpa bertumpu pada etika,
pendapatan. Dulu, orang menulis buku moral, dan hati nurani sehingga
dan menerbitkan merupakan prestasi menjauhi rasa keadilan. Aturan hukum
akademik luar biasa yang mem- yang dibuat seringkali tak membawa
banggakan. Tetapi sekarang, orang perbaikan yang diinginkan. Salah satu
bisa punya artikel, buku, atau bahkan sebabnya karena terjadinya
karya ilmiah tanpa harus memiliki pelanggaran etika melalui politik
tradisi berpikir ilmiah dengan cara kompromistis-transaksional saat
menyewa ghost writer lalu mengklaim pembahasan di lembaga legislatif. Di
hasil tulisan itu sebagai karyanya, ranah penegakan hukum, para penegak
padahal ia tak paham substansinya. hukum sering berhenti pada keinginan
Mereka yang mengabaikan etika menegakkan bunyi pasal-pasal undang-
ilmiah akademik itu merupakan orang undang itu sendiri tanpa melibatkan
yang tidak keberatan membohongi diri moral dan etika. Penegakan hukum
sendiri. Dan apabila seseorang sudah yang hanya sekedar menekankan dan
bisa membohongi diri sendiri, maka menge-depankan formalitas-prosedural
dia tidak sungkan untuk membohongi di atas etika dan moral keadilan publik
orang lain, itulah ciri koruptor atau sebagai sukma hukum, menyebabkan
calon koruptor. Artinya, kemerosotan keadilan seringkali gagal diwujudkan.
etika di dunia pendidikan turut Hal serupa terjadi di bidang
berkontribusi banyak dalam ekonomi. Ekonomi tidak bisa
keterpurukan moral dan etika bangsa dilepaskan dari etika dan moral, karena
(Soedijarto, 14 Januari 2010). ekonomi tanpa etika sama halnya
Dewasa ini, ukuran etis atau dengan kejahatan. Namun demikian,
tidak, menjadi sangat lentur karena saat ini kita melihat bagaimana
sikap permisif masyarakat terhadap aktivitas ekonomi yang dijalankan
hal-hal yang sesungguhnya merupakan justru menge-sampingkan etika.
bentuk penyimpangan sosial. Korupsi Maraknya kasus korupsi berupa suap
di negeri ini kian mengerikan dan dalam bentuk commitment fee atau kick
merajalela, salah satunya karena back dalam proyek misalnya,
dianggap wajar. Sebagian lain malah menujukkan bagaimana aktivitas
menganggap korupsi sebagai budaya. ekonomi telah mengesampingkan
Orang korupsi itu hanya soal etika. Padahal, jika saja etika untuk
kesempatan, kalau pun ada kesempatan memperoleh proyek pemerintah
tapi tak korupsi, dianggap sebagai dipegang teguh, korupsi dan suap akan
orang yang sok bersih. Alhasil, kita bisa dicegah. Saat ini kita juga dapat
sendiri tidak tahu bagaimana cara melihat dikesampingkannya etika
memberantasnya. Seperti sering saya aktivitas ekonomi terhadap lingkungan
katakan, teori pemberantasan korupsi hidup yang mengakibatkan kerugian
dari gudang sudah habis. Semua teori terhadap masyarakat saat ini dan di
dan cara sudah disarankan namun masa yang akan datang. Pelanggaran-
126
HUMANIKA Vol. 19 No. 1 (2014) ISSN 1412-9418
Mewujudkan Budaya Politik Santun, Bersih dan Beretika
Wahyu Widodo
127
HUMANIKA Vol. 19 No. 1 (2014) ISSN 1412-9418
Muwujudkan Budaya Politik Santun, Bersih Dan Beretika
Wahyu Widodo
128
HUMANIKA Vol. 19 No. 1 (2014) ISSN 1412-9418
Mewujudkan Budaya Politik Santun, Bersih dan Beretika
Wahyu Widodo
129