LATAR BELAKANG
1
dipertanggungjawabkan oleh PUSKESMAS dalam menunjang peningkatan
derajat kesehatan bangsa ini. Sebelum mengetahui upaya kesehatan pengembang,
ada baiknya kita harus mengetahui dan memahami upaya kesehatan wajib yang
harus dilakukan oleh PUSKESMAS, diantaranya:
1. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak
2. Upaya Promosi Kesehatan di PUSKESMAS
3. Upaya Kesehatan Lingkungan
4. Upaya Perbaikan gizi
5. Upaya Pemberantasan Penyakit Menular
6. Upaya Pengobatan Dasar
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
optimal bagi ibu dan keluarganya untuk atau mempercepat pencapaian
target Pembangunan Kesehatan Indonesia yaitu Indonesia Sehat 2010,
serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses
tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan
kualitas manusia seutuhnya.
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku)
dalam mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan
menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan
kesehatan keluarga, Desa Wisma, penyelenggaraan Posyandu dan
sebagainya.
2) Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak
prasekolah secara mandiri di dalam lingkungan keluarga, Desa
Wisma, Posyandu dan Karang Balita, serta di sekolah TK.
3) Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan ibu menyusui.
4) Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita.
5) Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita,
anak prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dalam
keluarganya.
3. Kegiatan
a. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan menyusui serta bayi, anak balita
dan anak prasekolah.
b. Deteksi dini faktor resiko ibu hamil.
c. Pemantauan tumbuh kembang balita.
d. Imunisasi Tetanus Toxoid 2 kali pada ibu hamil serta BCG, DPT 3
kali, Polio 3 kali dan campak 1 kali pada bayi.
e. Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan
program KIA.
f. Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita dan anak pra sekolah untuk
4
macam-macam penyakit ringan.
g. Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan
pemeliharaan serta bayi-bayi yang lahir ditolong oleh dukun selama
periode neonatal (0-30 hari)
h. Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan para
dukun bayi serta kader-kader kesehatan
4. Sistem Kesiagaan di Bidang KIA di Tingkat Masyarakat
Sistem kesiagaan di bidang KIA di tingkat masyarakat terdiri atas :
a. Sistem pencatatan-pemantauan
b. Sistem transportasi-komunikasi
c. Sistem pendanaan
d. Sistem pendonor darah
e. Sistem Informasi KB
5
a. Revitalisasi praktek-praktek kebersamaan sosial dan nilai-nilai tolong
menolong, untuk perempuan saat hamil dan bersalin.
6
mereka agar berpikir, menganalisa dan melakukan aksi, proses fasilitasi
dan warga yang berperan melakukan fasilitasi sangat diperlukan.
Selain itu, warga yang berperan memfasilitasi masyarakatnya
membutuhkan pemahaman tidak hanya tentang konsep Pemberdayaan
Masyarakat bidang KIA tetapi juga membutuhkan pengetahuan dan
keterampilan penggunaan metode dan alat-alat partisipatif. Jadi,
pendekatan yang diaplikasikan dalam Pemberdayaan Masyarakat bidang
KIA ini akan menentukan proses dan kegiatan berikutnya dalam
keseluruhan proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini.
Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan
mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap
kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit
yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa, kejadian bencana,
kecelakaan dan lain-lain dengan memanfaatkan potensi setempat, secara
gotong royong.
Selain sebagai upaya untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan
dasar kepada masyarakat, pengembangan Desa Siaga juga mencakup upaya
peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi
masalah-masalah kesehatan, memandirikan masyarakat dalam
mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat. Inti dari kegiatan Desa
Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk
hidup sehat.
Memperhatikan tujuan dan ruang lingkup pengembangan Desa Siaga
tersebut, maka Pemberdayaan Masyarakat bidang Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) merupakan salah satu komponen yang penting dalam pencapaian
tujuan Desa Siaga dalam hal penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi.
5. Manajemen Kegiatan KIA
Pemantauan kegiatan KIA dilaksanakan melalui Pemantauan Wilayah
Setempat – KIA (PWS-KIA) dengan batasan :
a. Pemantauan Wilayah Setempat KIA adalah alat untuk pengelolaan
kegiatan KIA serta alat untuk motivasi dan komunikasi kepada sektor
lain yang terkait dan dipergunakan untuk pemantauan program KIA
7
secara teknis maupun non teknis.
b. Melalui PWS-KIA dikembangkan indikator-indikator pemantauan
teknis dan non teknis, yaitu :
1) Indikator Pemantauan Teknis :
Indikator ini digunakan oleh para pengelola program dalam
lingkungan kesehatan yang terdiri dari :
a) Indikator Akses
b) Indikator Cakupan Ibu Hamil
c) Indikator Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
d) Indikator Penjaringan Dini Faktor Resiko oleh Masyarakat
e) Indikator Penjaringan Faktor resiko oleh Tenaga Kesehatan
f) Indikator Neonatal
2) Indikator Pemantauan Non teknis :
Indikator ini dimaksudkan untuk motivasi dan komunikasi
kemajuan maupun masalah operasional kegiatan KIA kepada para
penguasa di wilayah, sehingga dimengerti dan mendapatkan
bantuan sesuai keperluan. Indikator-indikator ini dipergunakan
dalam berbagai tingkat administrasi, yaitu :
a) Indikator pemerataan pelayanan KIA
Untuk ini dipilih indikator AKSES (jangkauan) dalam
pemantauan secara teknis memodifikasinya menjadi indikator
pemerataan pelayanan yang lebih dimengerti oleh para
penguasa wilayah.
b) Indikator efektivitas pelayanan KIA
Untuk ini dipilih cakupan (coverage) dalam pemantauan
secara teknis dengan memodifikasinya menjadi indikator
efektivitas program yang lebih dimengerti oleh para penguasa
wilayah.
8
dengan suatu tindak lanjut yang jelas dari para penguasa wilayah
perihal : peningkatan penggerakan masyarakat serta penggalian
sumber daya setempat yang diperlukan.
6. Sebelas Indikator Dasar Pelayanan KIA
Puskesmas melalui pelayanan kesehatan di dalam dan luar gedung,
melakukan seluruh program kesehatan Ibu dan Anak secara menyeluruh,
dengan memperhatikan beberapa indikator cakupan program KIA yang
terpadu dengan beberapa kegiatan lainnya seperti program gizi, imunisasi
dan upaya kesehatan sekolah (UKS).
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) : 95%
Cakupan Komplikasi Kebidanan : 80 %
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan : 90%
Cakupan Pelayanan Nifas : 90%
Cakupan Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi : 80%
Cakupan Kunjungan Bayi : 90 %
Cakupan Imunisasi Bayi (Universal Child Immunization): 100 %
Cakupan Pelayanan Anak Balita : 90 %
Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI : 100 %
Cakupan Perawatan Balita Gizi Buruk : 100 %
Cakupan Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Dasar : 100 %
Setiap cakupan program tersebut merupakan rincian Pelayanan
Kesehatan Dasar (PKD), yang diharapkan bisa tercapai pada kurun waktu
2010-2015, dimana menjadi target khusus pelayanan di tingkat puskesmas,
sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pada setiap Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
(Disadur dan diringkas dari Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota, Permenkes RI No.
741/Menkes/PER/VII/2008, hal.5-6)
9
Dalam Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan dijelaskan bahwa promosi
kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui proses pembelajaran diri dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat,
agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan
yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung
oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Depkes RI, 2008). Saat ini,
perilaku masyarakat merupakan faktor utama yang menyebabkan masalah
kesehatan. Dalam mengantisipasi perilaku masyarakat yang belum menerapkan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), peran promosi kesehatan sangatlah
penting.
Ruang lingkup penyelenggaraan promosi kesehatan tidak hanya berfokus
pada perubahan perilaku masyarakat saja, tetapi juga merupakan upaya
membangun komitmen dan dukungan kongkrit para pengambil kebijakan dan
berbagai kelompok di masyarakat yang peduli terhadap masalah promosi
kesehatan. Promosi kesehatan juga berperan dalam proses peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan, melalui peningkatan kapasitas petugas kesehatan agar
mampu dan responsif dalam memberdayakan kliennya dengan kata lain
sebagai agen perubahan yang bertugas menjaga dan meningkatkan kesehatan
klien untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat
merupakan sarana kesehatan yang sangat penting dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Untuk itu, peranan Puskesmas hendaknya tidak lagi
menjadi sarana pelayanan pengobatan dan rehabilitatif saja, tetapi juga lebih
ditingkatkan pada upaya promotif dan preventif. Oleh karena itu promosi
kesehatan menjadi salah satu upaya wajib di Puskesmas (Masulili, 2007).
Menurut Depkes RI (2007), promosi kesehatan di Puskesmas adalah
upaya Puskesmas melaksanakan pemberdayaan kepada masyarakat untuk
mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan setiap individu, keluarga serta
lingkungannya secara mandiri dan mengembangkan upaya kesehatan
bersumber masyarakat. Secara operasional, upaya promosi kesehatan di
Puskesmas dilakukan agar masyarakat mampu ber Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) sebagai bentuk pemecahan masalah-masalah kesehatan yang
10
diderita maupun yang berpotensi mengancam secara mandiri. Oleh karena itu,
keberadaan Puskesmas dapat diumpamakan sebagai
agen perubahan di masyarakat sehingga masyarakat lebih berdaya dan
timbul gerakan-gerakan upaya kesehatan yang bersumber dari masyarakat
(Depkes, 2007).
Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan petugas Puskesmas
merupakan upaya penggerakakan atau pengorganisasian masyarakat.
Penggerakan atau pengorganisasian masyarakat diawali dengan membantu
kelompok masyarakat mengenali masalah-masalah yang mengganggu
kesehatan dan diupayakan agar berbagai kegiatan promosi kesehatan di
Puskesmas meliputi kunjunganrumah dan pemberdayaan berjenjang.
Kunjungan rumah dilakukan petugas sebagai tindak lanjut upaya promosi
kesehatan di dalam Puskesmas, yaitu saat mereka berkunjung ke Puskesmas.
Untuk keluarga yang memiliki masalah kesehatan cukup berat, kunjungan
rumah dilakukan untuk membantu pemecahan masalah tersebut melalui
konseling di tingkat keluarga. Tidak jarang, kunjungan rumah yang semula
dimaksud untuk menyelenggarakan konseling keluarga berkembang menjadi
konseling yang lebih luas lagi, seperti tingkat dasa wisma atau bahkan lebih
luas lagi.
Promosi kesehatan di masyarakat yang dilakukan petugas Puskesmas
sebaiknya tidak ditangani sendiri oleh petugas kesehatan Puskesmas.
Masyarakat yang begitu beragam dan luas terdiri dari berbagai tatanan seperti
tatanan:
1. Rumah tangga
2. Sarana pendidikan
3. Tempat kerja
Depkes RI (2007) menyebutkan, proses pemberdayaan berjenjang ini
umumnya diselenggarakan melalui pendekatan yang dikenal dengan sebutan
pengorganisasian masyarakat.
11
1. Definisi Kesehatan Lingkungan
Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan
adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan
lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Menurut
HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) kesehatan
lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang
keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya
untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan
bahagia.
2. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan
Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup
kesehatan lingkungan, yaitu :
a) Penyediaan Air Minum
b) Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
c) Pembuangan Sampah Padat
d) Pengendalian Vektor
e) Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
f) Higiene makanan, termasuk higiene susu
g) Pengendalian pencemaran udara
h) Pengendalian radiasi
i) Kesehatan kerja
j) Pengendalian kebisingan
k) Perumahan dan pemukiman
l) Aspek kesling dan transportasi udara
m) Perencanaan daerah dan perkotaan
n) Pencegahan kecelakaan
o) Rekreasi umum dan pariwisata
p) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
q) epidemi/ wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk
r) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin
lingkungan.
12
Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam
Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8, yaitu:
a) Penyehatan Air dan Udara
b) Pengamanan Limbah padat/sampah
c) Pengamanan Limbah cair
d) Pengamanan limbah gas
e) Pengamanan radiasi
f) Pengamanan kebisingan
g) Pengamanan vektor penyakit
h) Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana
3. Sasaran Kesehatam Lingkungan
Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari pelaksanaan
kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut :
a) Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha
yang sejenis
b) Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis
c) Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis
d) Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan
untuk umum
e) Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti
lingkungan yang berada dlm keadaan darurat, bencana perpindahan
penduduk secara besar2an, reaktor/tempat yang bersifat khusus.
4. Lima Upaya dasar Kesehatan Lingkungan
a) Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB)
Secara umum Program Penyehatan SAB bertujuan untuk
meningkatkan kualitas air bersih untuk berbagai kebutuhan dan
kehidupan manusia untuk seluruh penduduk baik yang berada di
pedesaan maupun di perkotaan dan meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan masyarakat dalam memakai air bersih.
Secara khusus program penyehatan air bersih bertujuan
meningkatkan cakupan air bersih pada masyarakat dan
meningkatkan kualitas air yang aman untuk konsumsi masyarakat.
13
Kegiatan upaya penyehatan air meliputi : Surveilans kualitas air,
Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih, Pemeriksaan kualitas air,
Pembinaan kelompok pemakai air.
b) Penyehatan Lingkungan Pemukiman (Pemeriksaan Rumah)
Penyelenggaraan upaya penyehatan lingkungan permukiman,
dilaksanakan dengan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
hidup serasi dengan lingkungan dan dapat mewujudkan kualitas
lingkungan permukiman yang bebas dari risiko yang
membahayakan kesehatan pada berbagai substansi dan komponen
lingkungan. Sarana sanitasi dasar yang dipantau, meliputi jamban
keluarga (Jaga), saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan
tempat pengelolaan sampah (TPS)
c) Penyehatan Tempat-tempat Umum (TTU)
Program Penyehatan Tempat-Tempat Umum bertujuan untuk
meningkatkan kualitas lingkungan tenpat-tempat umum dan sarana
kemasyarakatan lainnya yang memenuhi persyaratan kesehatan,
sehingga dapat melindungi masyarakat dari penularan penyakit,
keracunan, kecelakaan, pencemaran lingkungan serta gangguan
kesehatan lainnya. Penyehatan Tempat Umum meliputi hotel dan
tempat penginapan lain, pasar, kolam renang dan pemandian umum
lain, sarana ibadah, sarana angkutan umum, salon kecantikan, bar
dan tempat hiburan lainnya. Dilakukan upaya pembinaan institusi
Rumah Sakit dan sarana kesehatan lain, sarana pendidikan, dan
perkantoran.
d) Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM)
Secara umum penyehatan TPM bertujuan untuk melakukan
pembinaan teknis dan pengawasan terhadap tempat penyehatan
makanan dan minuman, kesiap-siagaan dan penanggulangan KLB
keracunan, kewaspadaan dini serta penyakit bawaan makanan.
e) Klinik sanitasi dan Pemeriksaan Jentik Nyamuk
Secara umum klinik sanitasi bertujuan untuk meningkatmya derajat
kesehatan masyarakat melalui upaya preventif, kuratif dan promotif
14
yang dilakukan secara terpadu, terarah dan terus menerus di
puskesmas. Pelayanan klinik sanitasi dimaksudkan untuk
mencegah, memulihkan dan memperbaiki lingkungan guna
menurunkan angka penyakit berbasis lingkungan meliputi malaria,
DBD, campak, TB paru, ISPA, kecacingan, penyakit kulit/ gatal-
gatal, diare, keracunan makanan dan keluhan akibat lingkungan
buruk/ akibat kerja. Klinik sanitasi perlu diwujudkan dan
dikembangkan di puskesmas. Bersama kader juru pengamatan
jentik (jumantik), petugas sanitasi puskesmas melakukan
pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang mungkin menjadi
perindukan nyamuk dan tumbuhnya jentik. Kemudian dihitung,
berapa rumah penduduk yang mengalami bebas jentik.
15
b. Intervensi gizi yang meliputi pemberian makanan tambahan
suplementasi obat program, dan fortifikasi bahan makanan
c. Tatalaksana kasus kelainan gizi
d. Pengembangan teknologi pencegahan dan penanggulangan masalah gizi
kurang
e. Melakukan pendampingan
3. Penanggulangan Gizi Lebih
Kegiatan ini meliputi :
a. Penyusunan kebijakan penanggulangan gizi lebih
b. Konseling gizi
c. Pengembangan teknologi pencegahan dan penanggulangan masalah gizi
lebih
4. Peningkatan surveilens gizi
a. Melaksanakan dan mengembangkan PSG, PKG, serta pemantauan
status gizi lainnya
b. Meningkatkan sistem kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB;
c. Meningkatkan SKPG secara lintas sektor
d. Pemantauan dan evaluasi program gizi
e. Mengembangkan jejaring informasi gizi
5. Pemberdayaan Masyarakat Untuk Pencapaian Keluarga Sadar Gizi
a. Fasilitasi upaya pemberdayaan keluarga antara lain melalui kader
keluarga, positif deviant (pos gizi), kelas ibu;
b. Menjalin kemitraan dengan lintas sektor, LSM, dunia usaha dan
masyarakat;
c. Mengembangkan upaya pemberdayaan ekonomi kader dan keluarga;
d. Fasilitasi revitalisasi Posyandu;
e. Advokasi program gizi;
f. Mengembangkan pemberdayaan masyarakat di bidang gizi
16
pengendalian kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit. Upaya
kesehatan yang dilakukan diantaranya :
1. Melaksanakan sistem kewaspadaan dini (SKD) / pengamatan penyakit.
2. Melaksanakan imunisasi.
3. Pencegahan dan pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue.
4. Pencegahan dan pemberantasan penyakit tuberculosis.
5. Pencegahan dan penanggulangan penyakit Pnemonia pada Balita.
6. Pencegahan dan penanggulangan penyakit Diare pada Balita.
7. Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Menular Seksual (PMS) dan HIV
atau AIDS.
8. Eliminasi penyakit kusta.
9. Eradikasi polio, Eliminasi Tetanus Neonnatorum dan Reduksi Campak.
17
Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi:
1. Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko:
a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan
perundang-undangan, dan kebijakan pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko dan diseminasinya
b. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan untuk
pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
c. Menyediakan kebutuhan pencegahan dan penanggulangan faktor
risiko sebagai stimulant
d. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/ juknis/
pedoman pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
e. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melakukan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
f. Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan
pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
g. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja
informasi dan konsultasi teknis pencegahan dan penanggulangan
faktor risiko
h. Melakukan kajian program pencegahan dan penanggulangan faktor
risiko
i. Membina dan mengembangkan UPT dalam pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko
j. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
pencegahan dan pemberantasan penyakit.
2. Peningkatan imunisasi
a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan
perundang-undangan, dan kebijakan peningkatan imunisasi, dan
diseminasinya
b. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan
peningkatan imunisasi
18
c. Menyediakan kebutuhan peningkatan imunisasi sebagai stimulan
yang ditujukan terutama untuk masyarakat miskin dan kawasan
khusus sesuai dengan skala prioritas
d. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/protap
program imunisasi
e. Menyiapkan dan mendistribusikan sarana dan prasarana imunisasi
f. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melaksanakan program imunisasi
g. Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan imunisasi
h. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja
informasi dan konsultasi teknis peningkatan imunisasi
i. Melakukan kajian upaya peningkatan imunisasi
j. Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan
imunisasi
k. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
imunisasi.
3. Penemuan dan tatalaksana penderita:
a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan
perundangundangan, dan kebijakan penemuan dan tatalaksana
penderita dan diseminasinya
b. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan
penemuan dan tatalaksana penderita
c. Menyediakan kebutuhan penemuan dan tatalaksana penderita
sebagai stimulant
d. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman
program penemuan dan tatalaksana penderita
e. Meningkatkan kemampuan tenagapengendalian penyakit untuk
melaksanakan program penemuan dan tatalaksana penderita
f. Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan
penemuandan tatalaksana penderita
g. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja
informasi dan konsultasi teknis penemuan dan tatalaksana penderita
19
h. Melakukan kajian upaya penemuan dan tatalaksana penderita
i. Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya penemuan dan
tatalaksana penderita
j. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
penemuan dan tatalaksana penderita.
20
k. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
surveilans
l. epidemiologi dan penanggulangan KLB/ wabah.
21
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan
pemberantasan penyakit
i. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan
pemberantasan penyakit.
22
kejadian kesehatan yang tidak biasa secara dini. Dokter atau tenaga kesehatan
yang menemukan yang aneh di lapangan punya kewajiban untuk melaporkan
kepada otoritas kesehatan yang lebih tinggi agar dapat dilakukan tindakan
yang semestinya.
Sistem pelaporan pasif memiliki kelemahan karena sering tidak
lengkap dan tidak akurat terutama untuk penyakit yang prevalen. Sistem
pelaporan pasif ini perlu didorong setiap saat agar didapatkan laporan yang
lebih lengkap dan tepat waktu terutama untuk penyakit menular yang
mempunyai dampak kesehatan masyarakat yang luas termasuk penyakit yang
mungkin digunakan untuk melakukan bioterorisme.
Dengan segala kelemahan yang dimilkinya syst em pelaporan menular
tetap merupakan garis terdepan dari Sistem Kewaspadaan Dini kita dalam
upaya mencegah dan memberantas penyekit menular. Oleh karena itu setiap
petugas kesehatan tahu dan sadar akan pentingnya melaporkan kejadian
penyakit menular, cara-cara pelaporan dan manfat dari pelaporan ini.
23
3. Data kemudian di kompilasi di tingkat Nasional.
4. Untuk penyakit-penyakit tertentu suatu negara melaporkannya ke WHO.
24
4) Merujuk penderita ke fasilitas diagnose dan pelayanan yang lebih
canggih bila perlu.
2. Kegiatannya mencakup :
a. Melakukan diagnose sedini mungkin melalui
b. Melaksanakan tindakan pengobatan
c. Melakukan rujukan bila dipandang perlu
Program ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan, pemerataan, mutu,
keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan termasuk obat tradisional,
perbekalan kesehatan rumah tangga, dan kosmetika.
3. Kegiatan pokok yang dilakukan antara lain:
a. Peningkatan ketersediaan dan pemerataan obat dan perbekalan
kesehatan diseluruh Puskesmas dan jaringannya.
b. Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan.
c. Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan
d. terutama untuk penduduk miskin.
e. Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit.
4. Upaya-upaya kesehatan yang dilakukan diantaranya :
a. Melaksanakan peningkatan mutu pelayanan kesehatan dasar.
b. Melaksanakan peningkatan jangkauan pelayanan kesehatan dasar,
termasuk pelayanan kesehatan terhadap keluarga miskin.
25
BAB III
KESIMPULAN
26
DAFTAR PUSTAKA
http://dinkes.brebeskab.go.id/index.php/kesehatan/73-mengembalikan-peran-
puskesmas
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20857/4/Chapter%20II.pdf
27