Anda di halaman 1dari 27

BAB I

LATAR BELAKANG

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


128/MENKES/SK/II/2004, Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas
kesehatan kabupaten/ kota yang bertanggungjawab terhadap pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya. Yang dimaksud dengan unit pelayanan teknis
yakni Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas tehnis
operasional Dinas Kesehatan Kota dan merupakan unit prlaksana tingkat pertama
serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia. Sedangkan
pembangunan kesehatan merupakan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajad kesehatan masyarakat yang optimal. Dengan demikian
puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga, dan masyarakat serta pusat pelayanan
kesehatan strata pertama. Dan dalam upaya pelaksanaan tersebut, dibagi menjadi
2 yakni upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan.
Setelah kita membaca konsep dasar PUSKESMAS dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004, dapat
kita ambil kesimpulan bahwa sebenarnya PUSKESMAS memiliki peranan dalam
upaya preventif dan promotif, setelah upaya tersebut dilakukan baru upaya kuratif
dan rehabilitatif dilakukan untuk meningkatkan pembangunan kesehatan bangsa
Indonesia. Namun dalam perkembangannya, terlihat bahwa pada akhirnya upaya
kuratif dan rehabilitatif lebih terlihat mendominasi peranan PUSKESMAS yang
kontras sekali dengan upaya promotif dan preventif yang harusnya dilakukan oleh
PUSKESMAS. Apalagi saat ini banyak puskesmas yang berubah menjadi
miniatur rumah sakit, dengan merubah status menjadi puskesmas dengan
perawatan. Sehingga tenaga kesehatan yang ada terkonsentrasi pada upaya
mengelola rawat inap. Hal ini sangat menunjukkan bahwa semakin kaburnya
peranan PUSKESMAS dari konsep dasar.
Kita sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat, harus mengetahui konsep
dasar PUSKESMAS dan upaya kesehatan yang harus dilakukan dan

1
dipertanggungjawabkan oleh PUSKESMAS dalam menunjang peningkatan
derajat kesehatan bangsa ini. Sebelum mengetahui upaya kesehatan pengembang,
ada baiknya kita harus mengetahui dan memahami upaya kesehatan wajib yang
harus dilakukan oleh PUSKESMAS, diantaranya:
1. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak
2. Upaya Promosi Kesehatan di PUSKESMAS
3. Upaya Kesehatan Lingkungan
4. Upaya Perbaikan gizi
5. Upaya Pemberantasan Penyakit Menular
6. Upaya Pengobatan Dasar

2
BAB II
PEMBAHASAN

Upaya Kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992


adalah setiap kegiatan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan yang
dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat. Untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan
dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan.
Upaya Kesehatan Wajib yang dilakukan oleh Puskesmas dalam bentuk
Usaha Pokok Puskesmas meliputi:
A. UPAYA KESEHATAN IBU, ANAK, DAN KB
1. Pengertian
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan
yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan
masyarakat bidang KIA merupakan upaya memfasilitasi masyarakat untuk
membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya mengatasi situasi
gawat darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan.
Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang
dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat
transportasi atau komunikasi (telepon genggam, telpon rumah), pendanaan,
pendonor darah, pencatatan-pemantaun dan informasi KB. Dalam
pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, 
pemuka masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta
pembinaan kesehatan  di taman kanak-kanak.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang

3
optimal bagi ibu dan keluarganya untuk atau mempercepat pencapaian
target Pembangunan Kesehatan Indonesia yaitu Indonesia Sehat 2010,
serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses
tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan
kualitas manusia seutuhnya.
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku)
dalam mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan
menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan
kesehatan keluarga, Desa Wisma, penyelenggaraan Posyandu dan
sebagainya.
2) Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak
prasekolah secara mandiri di dalam lingkungan keluarga, Desa
Wisma, Posyandu dan Karang Balita, serta di sekolah TK.
3) Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan ibu menyusui.
4) Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita.
5) Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita,
anak prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dalam
keluarganya.
3. Kegiatan
a. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan menyusui serta bayi, anak balita
dan anak prasekolah.
b. Deteksi dini faktor resiko ibu hamil.
c. Pemantauan tumbuh kembang balita.
d. Imunisasi Tetanus Toxoid 2 kali pada ibu hamil serta BCG, DPT 3
kali, Polio 3 kali dan campak 1 kali pada bayi.
e. Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan
program KIA.
f. Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita dan anak pra sekolah untuk

4
macam-macam penyakit ringan.
g. Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan
pemeliharaan serta bayi-bayi yang lahir ditolong oleh dukun selama
periode neonatal (0-30 hari)
h. Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan para
dukun bayi serta kader-kader kesehatan
4. Sistem Kesiagaan di Bidang KIA di Tingkat Masyarakat
Sistem kesiagaan di bidang KIA di tingkat masyarakat terdiri atas :
a. Sistem pencatatan-pemantauan
b. Sistem transportasi-komunikasi
c. Sistem pendanaan
d. Sistem pendonor darah
e. Sistem Informasi KB

Proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini tidak hanya proses


memfasilitasi masyarakat dalam pembentukan sistem kesiagaan itu saja,
tetapi juga merupakan proses fasilitasi yang terkait dengan upaya
perubahan perilaku, yaitu:

a. Upaya mobilisasi sosial untuk menyiagakan masyarakat saat situasi


gawat darurat, khususnya untuk membantu ibu hamil saat bersalin.
b. Upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menurunkan
angka kematian maternal.
c. Upaya untuk menggunakan sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat
dalam menolong perempuan saat hamil dan persalinan.
d. Upaya untuk menciptakan perubahan perilaku sehingga persalinan
dibantu oleh tenaga kesehatan profesional.
e. Upaya untuk melibatkan laki-laki dalam mengatasi masalah kesehatan
maternal.
f. Upaya untuk melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholders)
dalam mengatasi masalah kesehatan.

Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini berpijak pada konsep-


konsep berikut :

5
a. Revitalisasi praktek-praktek kebersamaan sosial dan nilai-nilai tolong
menolong, untuk perempuan saat hamil dan bersalin.

b. Merubah pandangan: persalinan adalah urusan semua pihak, tidak hanya


urusan perempuan.
c. Merubah pandangan: masalah kesehatan tidak hanya tanggung jawab
pemerintah tetapi merupakan masalah dan tanggunjawab masyarakat.
d. Melibatan semua pemangku kepentingan (stakeholders) di masyarakat.
e. Menggunakan pendekatan partisipatif.
f. Melakukan aksi dan advokasi.

Siklus proses yang memberikan masyarakat kesempatan untuk


memahami kondisi mereka dan melakukan aksi dalam mengatasi masalah
mereka ini disebut dengan pendekatan belajar dan melakukan aksi bersama
secara partisipatif (Participatory Learning and Action -PLA). Pendekatan
ini tidak hanya memfasilitasi masyarakat untuk menggali dan mengelola
berbagai komponen, kekuatan-kekuatan dan perbedaan-perbedaan,
sehingga setiap orang memiliki pandangan yang sama tentang penyelesaian
masalah mereka, tetapi pendekatan ini juga merupakan proses
mengorganisir masyarakat sehingga mereka mampu untuk berpikir dan
menganalisa dan melakukan aksi untuk menyelesaikan masalah mereka. Ini
adalah proses pemberdayaan masyarakat sehingga mereka mampu
melakukan aksi untuk meningkatkan kondisi mereka. Jadi, ini merupakan
proses dimana masyarakat merubah diri mereka secara individual dan
secara kolektif dan mereka menggunakan kekuatan yang mereka miliki dari
energi dan kekuatan mereka (Hartock, 1981).

Dalam konteks pembentukan sistem kesiagaan, pertama-tama


masyarakat perlu untuk memahami dan menganalisa kondisi kesehatan
mereka saat ini, seperti kondisi kesehatan ibu; kesehatan bayi baru lahir,
kesehatan bayi, pelayanan kesehatan, dan berbagai hubungan dan
kekuasaan yang memperngaruhi kondisi tersebut agar mereka mampu
untuk melakukan aksi guna memperbaiki kondisi tersebut berdasarkan
analisa mereka tentang potensi yang mereka miliki. Untuk memfasilitasi

6
mereka agar berpikir, menganalisa dan melakukan aksi, proses fasilitasi
dan warga yang berperan melakukan fasilitasi sangat diperlukan.
Selain itu, warga yang berperan memfasilitasi masyarakatnya
membutuhkan pemahaman tidak hanya tentang konsep Pemberdayaan
Masyarakat bidang KIA tetapi juga membutuhkan pengetahuan dan
keterampilan penggunaan metode dan alat-alat partisipatif. Jadi,
pendekatan yang diaplikasikan dalam Pemberdayaan Masyarakat bidang
KIA ini akan menentukan proses dan kegiatan berikutnya dalam
keseluruhan proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini.
Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan
mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap
kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit
yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa, kejadian bencana,
kecelakaan dan lain-lain dengan memanfaatkan potensi setempat, secara
gotong royong.
Selain sebagai upaya untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan
dasar kepada masyarakat, pengembangan Desa Siaga juga mencakup upaya
peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi
masalah-masalah kesehatan, memandirikan masyarakat dalam
mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat. Inti dari kegiatan Desa
Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk
hidup sehat.
Memperhatikan tujuan dan ruang lingkup pengembangan Desa Siaga
tersebut, maka Pemberdayaan Masyarakat bidang Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) merupakan salah satu komponen yang penting dalam pencapaian
tujuan Desa Siaga dalam hal penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi.
5. Manajemen Kegiatan KIA
Pemantauan kegiatan KIA dilaksanakan melalui Pemantauan Wilayah
Setempat – KIA (PWS-KIA) dengan batasan :
a. Pemantauan Wilayah Setempat KIA adalah alat untuk pengelolaan
kegiatan KIA serta alat untuk motivasi dan komunikasi kepada sektor
lain yang terkait dan dipergunakan untuk pemantauan program KIA

7
secara teknis maupun non teknis.
b. Melalui PWS-KIA dikembangkan indikator-indikator pemantauan
teknis dan non teknis, yaitu :
1) Indikator Pemantauan Teknis :
Indikator ini digunakan oleh para pengelola program dalam
lingkungan kesehatan yang terdiri dari :
a) Indikator Akses
b) Indikator Cakupan Ibu Hamil
c) Indikator Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
d) Indikator Penjaringan Dini Faktor Resiko oleh Masyarakat
e) Indikator Penjaringan Faktor resiko oleh Tenaga Kesehatan
f) Indikator Neonatal
2) Indikator Pemantauan Non teknis :
Indikator ini dimaksudkan untuk motivasi dan komunikasi
kemajuan maupun masalah operasional kegiatan KIA kepada para
penguasa di wilayah, sehingga dimengerti dan mendapatkan
bantuan sesuai keperluan. Indikator-indikator ini dipergunakan
dalam berbagai tingkat administrasi, yaitu :
a) Indikator pemerataan pelayanan KIA
Untuk ini dipilih indikator AKSES (jangkauan) dalam
pemantauan secara teknis memodifikasinya menjadi indikator
pemerataan pelayanan yang lebih dimengerti oleh para
penguasa wilayah.
b) Indikator efektivitas pelayanan KIA
Untuk ini dipilih cakupan (coverage) dalam pemantauan
secara teknis dengan memodifikasinya menjadi indikator
efektivitas program yang lebih dimengerti oleh para penguasa
wilayah.

Kedua indikator tersebut harus secara rutin dijabarkan per


bulan, per desa serta dipergunakan dalam pertemuan-pertemuan
lintas sektoral untuk menunjukkan desa-desa mana yang masih
ketinggalan. Pemantauan secara lintas sektoral ini harus diikuti

8
dengan suatu tindak lanjut yang jelas dari para penguasa wilayah
perihal : peningkatan penggerakan masyarakat serta penggalian
sumber daya setempat yang diperlukan.
6. Sebelas Indikator Dasar Pelayanan KIA
Puskesmas melalui pelayanan kesehatan di dalam dan luar gedung,
melakukan seluruh program kesehatan Ibu dan Anak secara menyeluruh,
dengan memperhatikan beberapa indikator cakupan program KIA yang
terpadu dengan beberapa kegiatan lainnya seperti program gizi, imunisasi
dan upaya kesehatan sekolah (UKS).
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) : 95%
Cakupan Komplikasi Kebidanan : 80 %
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan : 90%
Cakupan Pelayanan Nifas : 90%
Cakupan Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi : 80%
Cakupan Kunjungan Bayi : 90 %
Cakupan Imunisasi Bayi (Universal Child Immunization): 100 %
Cakupan Pelayanan Anak Balita : 90 %
Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI : 100 %
Cakupan Perawatan Balita Gizi Buruk : 100 %
Cakupan Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Dasar : 100 %
Setiap cakupan program tersebut merupakan rincian Pelayanan
Kesehatan Dasar (PKD), yang diharapkan bisa tercapai pada kurun waktu
2010-2015, dimana menjadi target khusus pelayanan di tingkat puskesmas,
sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pada setiap Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
(Disadur dan diringkas dari Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota, Permenkes RI No.
741/Menkes/PER/VII/2008, hal.5-6)

B. UPAYA PROMOSI KESEHATAN

9
Dalam Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan dijelaskan bahwa promosi
kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui proses pembelajaran diri dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat,
agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan
yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung
oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Depkes RI, 2008). Saat ini,
perilaku masyarakat merupakan faktor utama yang menyebabkan masalah
kesehatan. Dalam mengantisipasi perilaku masyarakat yang belum menerapkan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), peran promosi kesehatan sangatlah
penting.
Ruang lingkup penyelenggaraan promosi kesehatan tidak hanya berfokus
pada perubahan perilaku masyarakat saja, tetapi juga merupakan upaya
membangun komitmen dan dukungan kongkrit para pengambil kebijakan dan
berbagai kelompok di masyarakat yang peduli terhadap masalah promosi
kesehatan. Promosi kesehatan juga berperan dalam proses peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan, melalui peningkatan kapasitas petugas kesehatan agar
mampu dan responsif dalam memberdayakan kliennya dengan kata lain
sebagai agen perubahan yang bertugas menjaga dan meningkatkan kesehatan
klien untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat
merupakan sarana kesehatan yang sangat penting dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Untuk itu, peranan Puskesmas hendaknya tidak lagi
menjadi sarana pelayanan pengobatan dan rehabilitatif saja, tetapi juga lebih
ditingkatkan pada upaya promotif dan preventif. Oleh karena itu promosi
kesehatan menjadi salah satu upaya wajib di Puskesmas (Masulili, 2007).
Menurut Depkes RI (2007), promosi kesehatan di Puskesmas adalah
upaya Puskesmas melaksanakan pemberdayaan kepada masyarakat untuk
mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan setiap individu, keluarga serta
lingkungannya secara mandiri dan mengembangkan upaya kesehatan
bersumber masyarakat. Secara operasional, upaya promosi kesehatan di
Puskesmas dilakukan agar masyarakat mampu ber Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) sebagai bentuk pemecahan masalah-masalah kesehatan yang

10
diderita maupun yang berpotensi mengancam secara mandiri. Oleh karena itu,
keberadaan Puskesmas dapat diumpamakan sebagai
agen perubahan di masyarakat sehingga masyarakat lebih berdaya dan
timbul gerakan-gerakan upaya kesehatan yang bersumber dari masyarakat
(Depkes, 2007).
Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan petugas Puskesmas
merupakan upaya penggerakakan atau pengorganisasian masyarakat.
Penggerakan atau pengorganisasian masyarakat diawali dengan membantu
kelompok masyarakat mengenali masalah-masalah yang mengganggu
kesehatan dan diupayakan agar berbagai kegiatan promosi kesehatan di
Puskesmas meliputi kunjunganrumah dan pemberdayaan berjenjang.
Kunjungan rumah dilakukan petugas sebagai tindak lanjut upaya promosi
kesehatan di dalam Puskesmas, yaitu saat mereka berkunjung ke Puskesmas.
Untuk keluarga yang memiliki masalah kesehatan cukup berat, kunjungan
rumah dilakukan untuk membantu pemecahan masalah tersebut melalui
konseling di tingkat keluarga. Tidak jarang, kunjungan rumah yang semula
dimaksud untuk menyelenggarakan konseling keluarga berkembang menjadi
konseling yang lebih luas lagi, seperti tingkat dasa wisma atau bahkan lebih
luas lagi.
Promosi kesehatan di masyarakat yang dilakukan petugas Puskesmas
sebaiknya tidak ditangani sendiri oleh petugas kesehatan Puskesmas.
Masyarakat yang begitu beragam dan luas terdiri dari berbagai tatanan seperti
tatanan:
1. Rumah tangga
2. Sarana pendidikan
3. Tempat kerja
Depkes RI (2007) menyebutkan, proses pemberdayaan berjenjang ini
umumnya diselenggarakan melalui pendekatan yang dikenal dengan sebutan
pengorganisasian masyarakat.

C. UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN

11
1. Definisi Kesehatan Lingkungan
Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan
adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan
lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Menurut
HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) kesehatan
lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang
keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya
untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan
bahagia.
2. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan
Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup
kesehatan lingkungan, yaitu :
a) Penyediaan Air Minum
b) Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
c) Pembuangan Sampah Padat
d) Pengendalian Vektor
e) Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
f) Higiene makanan, termasuk higiene susu
g) Pengendalian pencemaran udara
h) Pengendalian radiasi
i) Kesehatan kerja
j) Pengendalian kebisingan
k) Perumahan dan pemukiman
l) Aspek kesling dan transportasi udara
m) Perencanaan daerah dan perkotaan
n) Pencegahan kecelakaan
o) Rekreasi umum dan pariwisata
p) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
q) epidemi/ wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk
r) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin
lingkungan.

12
Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam
Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8, yaitu:
a) Penyehatan Air dan Udara
b) Pengamanan Limbah padat/sampah
c) Pengamanan Limbah cair
d) Pengamanan limbah gas
e) Pengamanan radiasi
f) Pengamanan kebisingan
g) Pengamanan vektor penyakit
h) Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana
3. Sasaran Kesehatam Lingkungan
Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari pelaksanaan
kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut :
a) Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha
yang sejenis
b) Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis
c) Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis
d) Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan
untuk umum
e) Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti
lingkungan yang berada dlm keadaan darurat, bencana perpindahan
penduduk secara besar2an, reaktor/tempat yang bersifat khusus.
4. Lima Upaya dasar Kesehatan Lingkungan
a) Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB)
Secara umum Program Penyehatan SAB bertujuan untuk
meningkatkan kualitas air bersih untuk berbagai kebutuhan dan
kehidupan manusia untuk seluruh penduduk baik yang berada di
pedesaan maupun di perkotaan dan meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan masyarakat dalam memakai air bersih.
Secara khusus program penyehatan air bersih bertujuan
meningkatkan cakupan air bersih pada masyarakat dan
meningkatkan kualitas air yang aman untuk konsumsi masyarakat.

13
Kegiatan upaya penyehatan air meliputi : Surveilans kualitas air,
Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih, Pemeriksaan kualitas air,
Pembinaan kelompok pemakai air.
b) Penyehatan Lingkungan Pemukiman (Pemeriksaan Rumah)
Penyelenggaraan upaya penyehatan lingkungan permukiman,
dilaksanakan dengan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
hidup serasi dengan lingkungan dan dapat mewujudkan kualitas
lingkungan permukiman yang bebas dari risiko yang
membahayakan kesehatan pada berbagai substansi dan komponen
lingkungan. Sarana sanitasi dasar yang dipantau, meliputi jamban
keluarga (Jaga), saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan
tempat pengelolaan sampah (TPS)
c) Penyehatan Tempat-tempat Umum (TTU)
Program Penyehatan Tempat-Tempat Umum bertujuan untuk
meningkatkan kualitas lingkungan tenpat-tempat umum dan sarana
kemasyarakatan lainnya yang memenuhi persyaratan kesehatan,
sehingga dapat melindungi masyarakat dari penularan penyakit,
keracunan, kecelakaan, pencemaran lingkungan serta gangguan
kesehatan lainnya. Penyehatan Tempat Umum meliputi hotel dan
tempat penginapan lain, pasar, kolam renang dan pemandian umum
lain, sarana ibadah, sarana angkutan umum, salon kecantikan, bar
dan tempat hiburan lainnya. Dilakukan upaya pembinaan institusi
Rumah Sakit dan sarana kesehatan lain, sarana pendidikan, dan
perkantoran.
d) Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM)
Secara umum penyehatan TPM bertujuan untuk melakukan
pembinaan teknis dan pengawasan terhadap tempat penyehatan
makanan dan minuman, kesiap-siagaan dan penanggulangan KLB
keracunan, kewaspadaan dini serta penyakit bawaan makanan.
e) Klinik sanitasi dan Pemeriksaan Jentik Nyamuk
Secara umum klinik sanitasi bertujuan untuk meningkatmya derajat
kesehatan masyarakat melalui upaya preventif, kuratif dan promotif

14
yang dilakukan secara terpadu, terarah dan terus menerus di
puskesmas. Pelayanan klinik sanitasi dimaksudkan untuk
mencegah, memulihkan dan memperbaiki lingkungan guna
menurunkan angka penyakit berbasis lingkungan meliputi malaria,
DBD, campak, TB paru, ISPA, kecacingan, penyakit kulit/ gatal-
gatal, diare, keracunan makanan dan keluhan akibat lingkungan
buruk/ akibat kerja. Klinik sanitasi perlu diwujudkan dan
dikembangkan di puskesmas. Bersama kader juru pengamatan
jentik (jumantik), petugas sanitasi puskesmas melakukan
pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang mungkin menjadi
perindukan nyamuk dan tumbuhnya jentik. Kemudian dihitung,
berapa rumah penduduk yang mengalami bebas jentik.

D. UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT


Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam
upaya meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi dan
anak balita. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi:
1. Peningkatan Pendidikan Gizi
a. Menyiapkan kerangka kebijakan dan menyusun strategi pendidikan gizi
masyarakat
b. Mengembangkan materi KIE gizi
c. Menyebarluaskan materi pendidikan melalui institusi pendidikan formal,
non formal, dan institusi masyarakat;
d. Menyelenggarakan promosi secara berkelanjutan
e. Meningkatkan kemampuan melalui pelatihan teknis dan manajemen
f. Pembinaan dan peningkatan kemampuan petugas dalam program
perbaikan gizi
2. Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi,
Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A, dan
Kekurangan Zat Gizi Mikro Lainnya
Kegiatan ini meliputi :
a. Pemantauan dan promosi pertumbuhan

15
b. Intervensi gizi yang meliputi pemberian makanan tambahan
suplementasi obat program, dan fortifikasi bahan makanan
c. Tatalaksana kasus kelainan gizi
d. Pengembangan teknologi pencegahan dan penanggulangan masalah gizi
kurang
e. Melakukan pendampingan
3. Penanggulangan Gizi Lebih
Kegiatan ini meliputi :
a. Penyusunan kebijakan penanggulangan gizi lebih
b. Konseling gizi
c. Pengembangan teknologi pencegahan dan penanggulangan masalah gizi
lebih
4. Peningkatan surveilens gizi
a. Melaksanakan dan mengembangkan PSG, PKG, serta pemantauan
status gizi lainnya
b. Meningkatkan sistem kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB;
c. Meningkatkan SKPG secara lintas sektor
d. Pemantauan dan evaluasi program gizi
e. Mengembangkan jejaring informasi gizi
5. Pemberdayaan Masyarakat Untuk Pencapaian Keluarga Sadar Gizi
a. Fasilitasi upaya pemberdayaan keluarga antara lain melalui kader
keluarga, positif deviant (pos gizi), kelas ibu;
b. Menjalin kemitraan dengan lintas sektor, LSM, dunia usaha dan
masyarakat;
c. Mengembangkan upaya pemberdayaan ekonomi kader dan keluarga;
d. Fasilitasi revitalisasi Posyandu;
e. Advokasi program gizi;
f. Mengembangkan pemberdayaan masyarakat di bidang gizi

E. UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT


Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit mempunyai tugas
merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan

16
pengendalian kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit. Upaya
kesehatan yang dilakukan diantaranya :
1. Melaksanakan sistem kewaspadaan dini (SKD) / pengamatan penyakit.
2. Melaksanakan imunisasi.
3. Pencegahan dan pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue.
4. Pencegahan dan pemberantasan penyakit tuberculosis.
5. Pencegahan dan penanggulangan penyakit Pnemonia pada Balita.
6. Pencegahan dan penanggulangan penyakit Diare pada Balita.
7. Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Menular Seksual (PMS) dan HIV
atau AIDS.
8. Eliminasi penyakit kusta.
9. Eradikasi polio, Eliminasi Tetanus Neonnatorum dan Reduksi Campak.

Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit mempunyai fungsi :


1. Perencanaan kegiatan pengumpulan data bahan perumusan pencegahan
dan pemberantasan penyakit bersumber pada binatang, penyakit menular
langsung, penyakit menular tertentu dan penyakit tidak menular serta
kejadian luar biasa penyakit dan wabah.
2. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan data dan
pelaksanaan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit bersumber
pada binatang , penyakit menular langsung, penyakit menular tertentu dan
penyakit tidak menular serta kejadian luar biasa penyakit dan wabah
3. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi /lembaga terkait
4. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan

Tujuan program ini adalah menurunkan angka kesakitan, kematian dan


kecacatan akibat penyakit menular dan penyakit tidak menular. Prioritas
penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah malaria, demam berdarah
dengue, diare, polio, filaria, kusta, tuberkulosis paru, HIV/AIDS, pneumonia,
dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Prioritas penyakit
tidak menular yang ditanggulangi adalah penyakit jantung dan gangguan
sirkulasi, diabetes mellitus, dan kanker.

17
Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi:
1. Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko:
a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan
perundang-undangan, dan kebijakan pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko dan diseminasinya
b. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan untuk
pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
c. Menyediakan kebutuhan pencegahan dan penanggulangan faktor
risiko sebagai stimulant
d. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/ juknis/
pedoman pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
e. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melakukan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
f. Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan
pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
g. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja
informasi dan konsultasi teknis pencegahan dan penanggulangan
faktor risiko
h. Melakukan kajian program pencegahan dan penanggulangan faktor
risiko
i. Membina dan mengembangkan UPT dalam pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko
j. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
pencegahan dan pemberantasan penyakit.
2. Peningkatan imunisasi
a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan
perundang-undangan, dan kebijakan peningkatan imunisasi, dan
diseminasinya
b. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan
peningkatan imunisasi

18
c. Menyediakan kebutuhan peningkatan imunisasi sebagai stimulan
yang ditujukan terutama untuk masyarakat miskin dan kawasan
khusus sesuai dengan skala prioritas
d. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/protap
program imunisasi
e. Menyiapkan dan mendistribusikan sarana dan prasarana imunisasi
f. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melaksanakan program imunisasi
g. Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan imunisasi
h. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja
informasi dan konsultasi teknis peningkatan imunisasi
i. Melakukan kajian upaya peningkatan imunisasi
j. Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan
imunisasi
k. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
imunisasi.
3. Penemuan dan tatalaksana penderita:
a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan
perundangundangan, dan kebijakan penemuan dan tatalaksana
penderita dan diseminasinya
b. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan
penemuan dan tatalaksana penderita
c. Menyediakan kebutuhan penemuan dan tatalaksana penderita
sebagai stimulant
d. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman
program penemuan dan tatalaksana penderita
e. Meningkatkan kemampuan tenagapengendalian penyakit untuk
melaksanakan program penemuan dan tatalaksana penderita
f. Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan
penemuandan tatalaksana penderita
g. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja
informasi dan konsultasi teknis penemuan dan tatalaksana penderita

19
h. Melakukan kajian upaya penemuan dan tatalaksana penderita
i. Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya penemuan dan
tatalaksana penderita
j. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
penemuan dan tatalaksana penderita.

4. Peningkatan surveilens epidemiologi dan penanggulangan wabah :


a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan
perundang-undangan, dan kebijakan peningkatan surveilans
epidemiologi dan penanggulangan KLB/ wabah dan diseminasinya
b. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan
peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/
wabah
c. Menyediakan kebutuhan peningkatansurveilans epidemiologi dan
penanggulangan KLB/ wabah sebagai stimulan
d. Menyiapkan materi dan menyusunrancangan
juklak/juknis/pedoman program surveilans epidemiologi dan
penanggulangan KLB/ wabah
e. Meningkatkan sistem kewaspadaan dini dan menanggulangi
KLB/Wabah, termasuk dampak bencana
f. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melaksanakan program surveilans epidemiologi dan
penanggulangan KLB/ wabah
g. Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan
surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/ wabah
h. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja
informasi dan konsultasi teknis peningkatan surveilans
epidemiologi dan penanggulangan KLB/ wabah
i. Melakukan kajian upaya peningkatan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan KLB/ wabah
j. Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan
surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah

20
k. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
surveilans
l. epidemiologi dan penanggulangan KLB/ wabah.

5. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan


pemberantasan penyakit:
a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan
perundang-undangan, dan kebijakan peningkatan komunikasi
informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan
penyakit dan diseminasinya
b. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan
peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan
dan pemberantasan penyakit
c. Menyediakan kebutuhan peningkatan komunikasi informasi dan
edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit sebagai
stimulant
d. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman
program komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan
pemberantasan penyakit
e. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melaksanakan program komunikasi informasi dan edukasi (KIE)
pencegahan dan pemberantasan penyakit
f. Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan
pemberantasan penyakit
g. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja
informasi dan konsultasi teknis peningkatan komunikasi informasi
dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit;
h. Melakukan kajian upaya peningkatan komunikasi informasi dan
edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit; (i)
Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan

21
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan
pemberantasan penyakit
i. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan
pemberantasan penyakit.

E.1 SURVEILANS DAN PELAPORAN PENYAKIT MENULAR


Surveilans Kesehatan Masyarakat dapat didefinisikan sebagai upaya
rutin dalam pengumpulan, analisis dan diseminasi data yang relevan yang
diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan masyarakat.
Sedangkan Epidemiologi didefinisikan sebagai studi sistematis yang
dilakukan untuk mempelajari fakta-fakta yang berperan atau mempengaruhi
kejadian dan perjalanan suatu penyakit atau kondisi tertentu yang menimpa
masyarakat. Oleh karena itu untuk memberantas suatu penyakit menular
diperlukan pengetahuan tentang Epidemiologi penyakit tersebut serta
tersedianya data surveilans yang dapat dipercaya yang berkaitan dengan
kejadian penyakit tersebut. Pelaporan Penyakit Menular hanya salah satu
bagian saja namun yang paling penting dari suatu system surveilans
kesehatan masyarakat. Bertambahnya jumlah penduduk dan “overcrowding”
mempercepat terjadinya penularan penyakit dari orang ke orang.
Faktor pertumbuhan dan mobilitas penduduk ini juga memperngaruhi
perubahan gambaran Epidemiologis serta virulensi dari penyakit menular
tertentu. Perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah baru yang
mempunyai ekolodi lain membawa konsekuensi orang-orang yang pindah
tersebut mengalami kontak dengan agen penyakit tertentu yang dapat
menimbulkan masalah penyakit baru. Apapun jenis penyakitnya, apakah dia
penyakit yang sangat prevalens di suatu wilayah ataukah penyakit yang baru
muncul ataupun penyakit yang digunakan dalam bioteririsme. Yang paling
penting dalam upaya pencegahan dan pemberantasan adalah mengenal dan
mengidentifikasinnya sedini mungkin. Bagaimanapun juga deteksi dini
terhadap suatu kejadian penyakit menular sangat tergantung kepada kejelian
para petugas kesehatan yang berada di ujung tombak untuk mengenali

22
kejadian kesehatan yang tidak biasa secara dini. Dokter atau tenaga kesehatan
yang menemukan yang aneh di lapangan punya kewajiban untuk melaporkan
kepada otoritas kesehatan yang lebih tinggi agar dapat dilakukan tindakan
yang semestinya.
Sistem pelaporan pasif memiliki kelemahan karena sering tidak
lengkap dan tidak akurat terutama untuk penyakit yang prevalen. Sistem
pelaporan pasif ini perlu didorong setiap saat agar didapatkan laporan yang
lebih lengkap dan tepat waktu terutama untuk penyakit menular yang
mempunyai dampak kesehatan masyarakat yang luas termasuk penyakit yang
mungkin digunakan untuk melakukan bioterorisme.
Dengan segala kelemahan yang dimilkinya syst em pelaporan menular
tetap merupakan garis terdepan dari Sistem Kewaspadaan Dini kita dalam
upaya mencegah dan memberantas penyekit menular. Oleh karena itu setiap
petugas kesehatan tahu dan sadar akan pentingnya melaporkan kejadian
penyakit menular, cara-cara pelaporan dan manfat dari pelaporan ini.

E.2 PELAPORAN PENYAKIT MENULAR


Klinisi atau petugas kesehatan harus segera melaporkan kejadian
penyakit menular kepada pejabat kesehatan setempat. Peraturan yang
mengatur penyakit apa yang harus dilaporkan dan bagaimana cara
melaporkan bervariasi dari satu tempat ke tempat lain. Hal ini sangat
tergantung kepada situasi di tempat itu.
Tujuan dari sistem pelaporan penyakit menular adalah untuk bisa
menyediakan informasi yang diperlukan dan tepat waktu agar dapat dilakukan
investigasi serta penanggulangannya oleh pihak yang berwenang.
Disamping itu system pelaporan penyakit menular yang seragam dapat
menjamin data kesehatan dan kematian dari satu daerah dan daerah lain serta
dari satu negara dan negara lain dapat di bandingkan.
Sistem pelaporan penyakit menular berfungsi pada empat tingkatan :
1. Data dasar dikumpulkan dari masyarakat dimana penyakit menular tersebut
muncul.
2. Data ini kemudian diolah di tingkat Kabupaten atau tingkat Propinsi.

23
3. Data kemudian di kompilasi di tingkat Nasional.
4. Untuk penyakit-penyakit tertentu suatu negara melaporkannya ke WHO.

Dari 4 tingkatan diatas maka tingkat pertama adalah yang paling


penting oleh karena data dasar dikumpulkan dari masyarakat yang langsung
tertimpa, merupakan tanggung jawab utama dari petugas kesehatan ditingkat
ujung tombak.

F. UPAYA PENGOBATAN DASAR


Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh dokter
berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan
pemeriksaan. Dalam proses pengobatan terkandung keputusan ilmiah yang
dilandasi oleh pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan intervensi
pengobatan yang memberi manfaat maksimal dan resiko sekecil mungkin bagi
pasien. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan pengobatan yang
rasional. Pengobatan rasional menurut WHO 1987 yaitu pengobatan yang
sesuai indikasi, diagnosis, tepat dosis obat, cara dan waktu pemberian, tersedia
setiap saat dan harga terjangkau. Salah satu perangkat untuk tercapainya
penggunaan obat rasional adalah tersedia suatu pedoman atau standar
pengobatan yang dipergunakan secara seragam pada pelayanan kesehatan dasar
atau puskesmas.
Upaya pengobatan di Puskesmas adalah segala bentuk pelayanan
pengobatan yang diberikan kepada seseorang untuk menghilangkan penyakit
atau gejalanya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan cara dan
teknologi yang khusus untuk keperluan tersebut.
1. Tujuan Upaya pengobatan diantaranya :
a. Umum : meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan masyarakat
di Indonesia
b. Khusus :
1) Terhentinya proses perjalanan penyakit yang diderita seseorang.
2) Berkurangnya penderitaan karena sakit.
3) Tercegahnya dan berkurangnya kecacatan.

24
4) Merujuk penderita ke fasilitas diagnose dan pelayanan yang lebih
canggih bila perlu.
2. Kegiatannya mencakup :
a. Melakukan diagnose sedini mungkin melalui
b. Melaksanakan tindakan pengobatan
c. Melakukan rujukan bila dipandang perlu
Program ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan, pemerataan, mutu,
keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan termasuk obat tradisional,
perbekalan kesehatan rumah tangga, dan kosmetika.
3. Kegiatan pokok yang dilakukan antara lain:
a. Peningkatan ketersediaan dan pemerataan obat dan perbekalan
kesehatan diseluruh Puskesmas dan jaringannya.
b. Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan.
c. Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan
d. terutama untuk penduduk miskin.
e. Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit.
4. Upaya-upaya kesehatan yang dilakukan diantaranya :
a. Melaksanakan peningkatan mutu pelayanan kesehatan dasar.
b. Melaksanakan peningkatan jangkauan pelayanan kesehatan dasar,
termasuk pelayanan kesehatan terhadap keluarga miskin.

25
BAB III

KESIMPULAN

Terdapat berbagai upaya yang dapat dilakukan puskesmas sebagai rujukan


strata pertama layanan kesehatan salah satunya yaitu upaya kesehatan wajib
puskesmas. Upaya wajib puskesmas ditetapkan berdasarkan komitmen nasional,
regional, dan global serta mempunyai daya ungkit yang tinggi untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya ini harus diselenggarakan
oleh setiap puskesmas diseluruh indonesia. Upaya kesehatan wajib meliputi:
A. Upaya Kesehatan Ibu&Anak serta KB
B. Upaya Promosi Kesehatan
C. Upaya Kesehatan Lingkungan
D. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
E. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
F. Upaya Pengobatan Dasar

26
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


128/MENKES/SK/II/2004
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20857/4/Chapter%20II.pdf
http://dinkes.probolinggokota.go.id
http://keslamsel.wordpress.com
http://www.dinkes-kabtangerang.go.id
http://zietraelmart.multiply.com/journal/item/77

http://dinkes.brebeskab.go.id/index.php/kesehatan/73-mengembalikan-peran-
puskesmas
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20857/4/Chapter%20II.pdf

27

Anda mungkin juga menyukai