Anda di halaman 1dari 37

PEMERINTAH PROPINSI SULAWESI TENGAH

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

SPESIFIKASI TEKNIS
PEKERJAAN KONSTRUKSI

PA/KPA : Kepala Bidang Pembinaan SMK


K/L/PD : Pemerintah Propinsi Sulawesi Tengah
SKPD : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
NAMA KPA/PPK : Dr. Hj. HATIJAH YAHYA, M.Si
KEGIATAN : Pengelolaan Pendidikan Menengah Kejuruan
SUB KEGIATAN : Rehabilitasi Ruang Praktik Siswa (RPS), Rehabilitasi Ruang kelas,
Rehab Ruang Guru dan Rehab Ruang Ibadah
PEKERJAAN : Rehabilitasi Ruang Praktik Siswa (RPS), Ruang kelas, Rehab Ruang
Guru dan Rehab Ruang Ibadah SMKN 2 POSO:
1. Rehab Ruang Praktik Siswa (RPS);
2. Rehab Ruang Ruang Kelas;
3. Rehab Ruang Guru;
4. Rehab Ruang Ibadah;

TAHUN ANGGARAN 2021


SPESIFIKASI TEKNIS
PEKERJAAN KONSTRUKSI
Rehabilitasi Ruang Praktik Siswa (RPS), Ruang kelas, Rehab Ruang Guru dan Rehab Ruang Ibadah SMKN 2 POSO :
1. Rehab Ruang Praktik Siswa (RPS);
2. Rehab Ruang Ruang Kelas;
3. Rehab Ruang Guru
4. Rehab Ruang Ibadah

1. LATAR : Dalam pelaksanaan pengadaan pekerjaan Konstruksi Rehabilitasi Ruang Praktik


BELAKANG
Siswa (RPS),Rehab Ruang kelas, Rehab Ruang Guru dan Rehab Ruang Ibadah
SMKN 2 POSO melalui DAK Fisik pada B i dang P e mb inaa n S M K Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah, dengan maksud
melaksanakan program penyediaan dan pengembangan sarana dan prasarana
pendidikan secara optimal, maka juga harus didukung oleh adanya bangunan
gedung yang memadai karena merupakan salah satu sarana pendukung yang sangat
penting dan dibutuhkan dalam hal pelaksanaan kegiatan/program pemerintahan
khususnya dalam memperlancar proses belajar mengajar disekolah. Sejalan dengan
maksud tersebut maka Dinas Pendidikan dan kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah
melalui Kegiatan Pen ge lo laan Pen d i d i kan S e ko lah M en en gah
K ej u ru an akan melaksanakan pekerjaan Rehabilitasi Ruang Praktik Siswa (RPS),
Rehab Ruang kelas, Rehab Ruang Guru dan Rehab Ruang Ibadah SMKN 2 POSO
Ka bupat e n P o so . Adapun seluruh prosesnya terdiri dari kegiatan pengendalian
dan pelaksanaan, yang meliputi tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan serta tahap pemanfaatan.. Untuk mencapai kriteria teknik konstruksi
secara kualitas yang disesuaikan dengan pembiayaan yang ada diperlukan adannya
kerjasama menyeluruh dalam proses penyelenggaraan kegiatan. Spesifikasi Teknis
ini dibuat sebagai pedoman bagi KPA dan Pelaksana Pekerjaan dalam
melaksanakan tugasnya, sehingga dapat tercapai kinerja yang tinggi dengan hasil
sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah ditentukan, serta memberikan manfaat
bagi masyarakat.

2. MAKSUD DAN : a. Maksud


TUJUAN
Maksud Pekerjaan Rehabilitasi Ruang Praktik Siswa (RPS), Rehab Ruang
kelas, Rehab Ruang Guru dan Rehab Ruang Ibadah SMKN 2 POSO
Ka bupat e n P o so . adalah agar tersedia sarana dan prasarana pendidikan.

b. Tujuan
Tujuan pekerjaan tersebut adalah terlaksananya Pekerjaan Rehabilitasi Ruang
Praktik Siswa (RPS), Rehab Ruang kelas, Rehab Ruang Guru dan Rehab Ruang
Ibadah SMKN 2 POSO Ka bupat en P o so . oleh Penyedia Jasa sesuai tugas
dan tanggung jawabnya dengan baik sehingga diperoleh hasil pekerjaan
yang sesuai dengan Spesifikasi Teknis yang ditetapkan.

3. TARGET/ : Target/sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan pekerjaan pengadaan


SASARAN
konstruksi adalah terlaksananya Pekerjaan Rehabilitasi Ruang Praktik Siswa (RPS),
Rehab Ruang kelas, Rehab Ruang Guru dan Rehab Ruang Ibadah SMKN 2 POSO
Ka bupat e n P o so . yang sesuai volume, spesifikasi teknis dan gambar serta
sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan.
4. NAMA : Nama organisasi yang menyelenggarakan/melaksanakan pekerjaan pengadaan
ORGANISASI
konstruksi:
PENGADAAN
KONSTRUKSI a. K/L/PD : Pemerintah Propinsi Sulawesi Tengah
b. SKPD : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
c. KPA/PPK : Dr. Hj. HATIJAH YAHYA, M.Si
d. Jabatan : Kepala Bidang Pembinaan SMKN

5. SUMBER DANA : a. Sumber Dana : Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan D A K F i s i k
DAN PERKIRAAN
BIAYA B i d a n g P e m b i n a a n S M K APBD Provinsi Sulawesi Tengah melalui
Kegiatan Pen gelolaan Pen d i d i kan M en en gah K ej u ru an .
b. Total perkiraan biaya senilai : Rp. 4.400.000.000,- (Empat Milyar Empat
Ratus Juta Rupiah) yang terdiri dari :
No. Nama Pekerjaan Pagu Dana (Rp)
1 Rehab Ruang Praktik Siswa (RPS) 2.400.000.000
2 Rehab Ruang Kelas 1.200.000.000
3 Rehab Ruang Guru 600.000.000
4 Rehab Ruang Ibadah 200.000.000

6. RUANG LINGKUP, : a. Ruang lingkup pengadaan Pekerjaan Rehabilitasi Ruang Praktik Siswa (RPS),
LOKASI
PEKERJAAN, Rehab Ruang kelas, Rehab Ruang Guru dan Rehab Ruang Ibadah SMKN 2
FASILITAS POSO Ka bupat en P o so
PENUNJANG
b. Lokasi Kegiatan : JL. Tabatoki, Km. 4, Kawua, Poso Kota, Kawua, Poso Kota
Sel., Kabupaten Poso
c. Fasilitas penunjang yang disediakan oleh KPA/PPK : Tidak ada (apabila
diperlukan)

7. JANGKA WAKTU : Pelaksanaan Pekerjaan Rehabilitasi Ruang Praktik Siswa (RPS), Rehab Ruang
PELAKSANAAN
PEKERJAAN kelas, Rehab Ruang Guru dan Rehab Ruang Ibadah SMKN 2 POSO
Kabupaten Poso selama 120 (seratus duaa puluh) hari kalender, terhitung
sejak diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK), dengan masa
pemeliharaan pekerjaan konstruksi selama 180 (seratus delapan puluh) hari
kalender.

Bulan Ket
NO Kegiatan
1 2 3 4

1 Persiapan
Pelaksana
2
Konstruksi
3 Pekerjaan Akhir
8. METODOLOGI : Pendekatan/metodologi yang digunakan sebagai berikut :
1. Sebelum pelaksanaan kontrak akan diadakan rapat persiapan pelaksanaan
kontrak antara pihak KPA dan Penyedia, penyedia berkewajiban menyerahkan
kelengkapan rencana pelaksanaan kontrak sebagaimana dipersyaratkan dalam
Kontrak.
2. Setelah dokumen kelengkapan rencana pelaksanaan kontrak diserahkan oleh
penyedia, KPA bersama penyedia melakukan peninjauan ke lokasi pekerjaan,
dan dilaksanakan serah terima lokasi pekerjaan.
3. Penyedia melaksanakan mobilisasi peralatan, bahan dan tenaga untuk
pelaksanaan pekerjaan dan harus memenuhi persyaratan dan spesifikasi yang
tertera dalam kontrak.
4. Setiap tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh penyedia, maka penyedia
berkewajiban untuk berkonsultasi dan meminta persetujuan Direksi.
5. Penyedia melaksanakan pekerjaan harus sesuai dengan gambar desain,
volume dan spesifikasi yang ditentukan dalam kontrak.
6. Apabila terdapat perbedaan gambar dengan situasi di lapangan, maka hal
tersebut harus disampaikan kepada direksi dan KPA, dan selanjutnya
penyedia harus mengajukan permohonan perubahan/addendum kontrak kepada
KPA.
7. Pembayaran uang muka pekerjaan dapat dilakukan apabila penyedia telah
mengajukan permintaan pembayaran dan telah mendapat persetujuan KPA.
8. Pembayaran prestasi pekerjaan sesuai hasil prestasi P ekerjaan dilapangan
berdasarkan hasil penilaian direksi dan konsultan pengawas konstruksi
yang ditunjuk oleh KPA dengan retensi 5 (lima) persen.
9. Tanggal mulai kerja dan batas kontrak sebagaimana tertuang dalam Surat
Perjanjian Mulai Kerja (SPMK).

10. Perubahan Kontrak hanya dapat dilakukan apabila terpenuhi persyaratan


untuk perubahan kontrak sebagaimana diatur dalam syarat-syarat umum dan
syarat-syarat khusus kontrak dan penyedia mengajukan permohonan untuk
perubahan serta mendapat persetujuan KPA.

9. TENAGA AHLI/ : Tenaga Pelaksana/Tenaga Terampil yang diperlukan untuk melaksanakan


TENAGA
pekerjaan ini adalah :
TERAMPIL YANG
DIBUTUHKAN No. Uraian SKA/SKT Minimal
UNTUK Personel Managerial
PELAKSANAAN 1. Pelaksana 1 orang (Pelaksana Bangunan SKT (Pelaksana Bangunan
PEKERJAAN Gedung) memiliki pengalaman minimal Gedung)
2 tahun
2. Ahli K3 Konstruksi 1 orang memiliki SKA (Ahli Muda K3
pengalaman minimal 3 tahun Konstruksi/Ahli
Keselamatan Konstruksi)

10 DAFTAR : Daftar Pekerjaan utama Pekerjaan


PEKERJAAN 1. Rehabilitasi Ruang Praktik Siswa (RPS), Rehab Ruang kelas, Rehab Ruang
UTAMA Guru dan Rehab Ruang Ibadah,
No. Uraian
1. PEKERJAAN KERAMIK

2. PEKERJAAN KUSEN, PINTU, JENDELA, VENTILASI

3. PEKERJAAN PENGECATAN

4. PEKERJAAN FASAD

5. PEKERJAAN STRUKTUR

11 RENCANA : Identifikasi Bahaya K3 Konstruksi meliputi :


KESELAMATAN PEKERJAAN PERSIAPAN
KERJA (RKK)
No. Uraian Pekerjaan Identifikasi Kemu Kepar Nilai Tingkat
Resiko ngkin ahan Resiko Resiko
an (F) (A) (F x A) (TR)
1 Pekerjaan Penangkal Anggota Resiko
Petir Tubuh 1 5 5.00 Sedang
Tersengat
Arius
Listrik

Kerangka Acuan Kerja (KAK)


12 PERALATAN : Peralatan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan adalah :
MINIMAL YANG
No Peralatan Kapasitas Jumlah Keterangan
DIBUTUHKAN
Minimal Minimal
UNTUK
PELAKSANAAN 1. Dump Truk 4 M3 Ton 1 Unit Kondisi Baik
PEKERJAAN 2. Beton Molen 0,3 M3 2 Unit Kondisi Baik
3. Mesin Genset 4500 Watt 1 Unit Kondisi Baik
13. KELUARAN/ : Keluaran/produk yang dihasilkan dari pelaksanaan pengadaan pekerjaan
PRODUK YANG
konstruksi ini adalah Hasil dari Pekerjaan Rehabilitasi Ruang Praktik Siswa
DIHASILKAN
(RPS), Rehab Ruang kelas, Rehab Ruang Guru dan Rehab Ruang Ibadah
SMKN 2 POSO Dinas Pendidikan dan kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah sesuai
dengan spesifikasi teknis dan gambar.

14 SPESIFIKASI : Spesifikasi teknis pekerjaan ini meliputi:


TEKNIS
a. Ketentuan penggunaan bahan/material yang diperlukan;
PEKERJAAN
KONSTRUKSI b. Ketentuan penggunaan peralatan yang diperlukan;
c. Ketentuan penggunaan tenaga kerja;
d. Metode kerja/prosedur pelaksanaan pekerjaan;
e. Ketentuan gambar kerja;
f. Ketentuan perhitungan prestasi pekerjaan untuk pembayaran;
g. Ketentuan pembuatan laporan dan dokumentasi;
h. Ketentuan mengenai penerapan manajemen K3 konstruksi (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja);
i. Dll yang diperlukan.
15 PERSYARATAN : Persyaratan Kualifikasi :
KUALIFIKASI a. Persyaratan kepemilikan perizinan berusaha di bidang Jasa Konstruksi;;
b. Persyaratan kepemilikan Sertifikat Badan Usaha (SBU) dengan Kialifikasi
Kecil;
c. Klasifikasi Bidang Bangunan Gedung BG007;
d. Mempunyai status valid keterangan Wajib Pajak berdasarkan hasil Konfirmasi
Status Wajib Pajak;
e. Memiliki akta pendirian perusahaan dan akta perubahan perusahaan (apabila
ada perubahan);
f. Tidak masuk dalam Daftar Hitam, keikutsertaannya tidak menimbulkan
pertentangan kepentingan pihak yang terkait, tidak dalam pengawasan
pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan dan/atau
yang bertindak untuk dan atas nama Badan Usaha tidak sedang dalam
menjalani sanksi pidana, dan pengurus/pegawai tidak berstatus Aparatur Sipil
Negara, kecuali yang bersangkutan mengambil cuti diluar tanggungan Negara;
g. memiliki pengalaman paling kurang 1 (satu) Pekerjaan Konstruksi dalam kurun
waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik di lingkungan pemerintah atau swasta
termasuk pengalaman subkontrak;
h. Untuk kualifikasi Usaha Kecil yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun:
1. Dalam hal Penyedia belum memiliki pengalaman, ketentuan huruf g
dikecualikan untuk pengadaan dengan nilai paket sampai dengan paling
banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah);
2. Harus mempunyai 1 (satu) pengalaman pada bidang yang sama, untuk
pengadaan dengan nilai paket pekerjaan paling sedikit di atas
Rp. 2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp. 15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).
i. Memenuhi Sisa Kemampuan Paket (SKP).

17 JENIS KONTRAK : 1. Kontrak berdasarkan cara pembayaran : Harga satuan;


2. Kontrak berdasarkan pembebanan Tahun Anggaran : Kontrak Tahun
Tunggal;
3. Kontrak berdasarkan sumber pendanaan: Kontrak Pengadaan Tunggal;

Kerangka Acuan Kerja (KAK)


4. Kontrak berdasarkan jenis pekerjaan: Kontrak Pengadaan Pekerjaan
Tunggal;

18 LAPORAN : Jenis laporan yang harus diserahkan kepada pengguna jasa adalah :
a. Laporan Harian, berisi :
1) Ringkasan Data Kontrak;
2) Jumlah Personil, Material/ Bahan dan Peralatan;
3) Progres Kegiatan;
4) Foto Kegiatan;

b. Laporan Mingguan dan Bulanan, berisi :


1) Rekapitulasi dari Laporan Harian;
2) Time Scedulle pelaksanaan
3) Foto Kegiatan (0 %, 25%, 50%, 75% dan 100%) perjenis kegiatan
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) Minggu
pada proses pengajuan pencairan sebanyak 3 (tiga) buku
laporan.

c. Gambar Terlaksana (As Buit Drawing), berisi;


1) Gambar-gambar Pelaksanaan;
2) Gambar Rincian Pekerjaan;
3) Gambar Perubahan Desain;
Gambar harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) Minggu
Sebelum proses pengajuan pencairan sebanyak 3 (tiga)
Dokumen.

d. Back Up Data, berisi;


Volume yang terlaksana dilapangan Back Up harus diserahkan
selambat-lambatnya pada Proses Pengajuan Pencairan
sebanyak 3 (tiga) buku laporan.

SPESIFIKASI TEKNIS
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RPS. REHAB GEDUNG KELAS. REHAB KANTOR GURU.
REHAB TEMPAT IBADAH SMKN 2 POSO
TAHUN ANGGARAN
2021

Kerangka Acuan Kerja (KAK)


PASAL 1
PEKERJAAN PERSIAPAN

1.0. SPESIFIKASI TEKNIS DAN GAMBAR


1.1 Kontraktor diwajibkan meneliti semua gambar-gambar dan spesifikasi teknis mengenai pekerjaan ini.
1.2 Bila ternyata ada perbedaan antara gambar dan spesifikasi teknis ini, antara gambar satu dengan gambar lainnya
maka yang berlaku adalah :
a. Spesifikasi Teknis
b. Gambar dengan skala yang lebih besar (detail).
1.3 Bila perbedaan itu menimbulkan keragu-raguan yang mungkin menimbulkan kekeliruan atau bahaya dikemudian
hari, Kontraktor wajib menanyakan terlebih dahulu kepada direksi untuk mendapatkan ketegasan.

2.0. RENCANA KERJA


2.1 Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor harus menyusun suatu rencana kerja (jadwal waktu pelaksanaan
disertai Shop drawing Awal) sebanyak empat rangkap yang diajukan paling lambat dalam satu minggu setelah
diterbitkan Surat Perintah Mulai Kerja, untuk diketahui dan disetujui oleh Direksi.
2.2 Setelah rencana kerja disetujui Direksi, 3 (tiga) salinan untuk Direksi dan 1 (satu) salinan ditempel pada ruang
Direksi Keet.
2.3 Kontraktor harus mengikuti rencana kerja tersebut yang menjadi dasar bagi Direksi untuk menilai prestasi
pekerjaan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kelambatan pekerjaan
2.4 Kontraktor wajib mengajukan shop drawing dan disetujui oleh konsultan pengawas/ Direksi sebelum memulai
setiap item-item pekerjaan yang menjadi kerangka acuan dalam pelaksanaan.

3.0. PEKERJAAN PEMBONGKARAN


3.1 Sebelum melakukan pekerjaan pembongkaran, kontraktor wajib mendapat persetujuan dari pengawas Teknik
pada setiap item Pekerjaan Pembongkaran.
3.2 Pembongkaran awal dilakukan pada titik-titik yang akan di gali poer plat, pembongkaran dilakukan secara
hati-hati sehingga tidak merusak bagian bangunan lainnya yang masih digunakan.
3.3 Pembongkaran selanjutnya dapat dilaksanakan apabila struktur penopang bangunan utama seperti kolom sudah
berdiri atau mengikuti petunjuk direksi teknis.
3.4 Bagian-bagian bangunan lainnya yang masih bisa difungsikan harus dipertahankan seperti instalasi air bersih,
instalasi listrik dll. Bagian-bagian tersebut dapat digunakan selama pekerjaan berlangsung, dan segala biaya
yang timbul menjadi tanggung jawab kontraktor.
3.5 Apabila untuk pelaksanaan pekerjaan ini diperlukan kendaraan atau peralatan-peralatan lain yang dipandang
perlu untuk menunjang pelaksanaan, maka hal ini menjadi kewajiban Kontraktor untuk menyediakannya dan
seluruh biaya yang timbul menjadi beban dan kewajiban Kontraktor.
3.6 Pada saat pelaksanaan pembongkaran item bangunan, kontraktor harus didampingi pengawas Teknik.
3.7 Seluruh item sisa bongkaran yang sifatnya masih dapat terpakai atau mempunyai nilai nominal tetap menjadi
status milik negara dan tidak diperkenankan dipindah tempatkan dari areal lokasi pekerjaan tanpa persetujuan
pemilik proyek.
3.8 Seluruh material bongkaran yang tidak mempunyai nilai nominal harus di buang dari lokasi proyek.

4.0. PEKERJAAN PEMBERSIHAN


4.1 Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor harus membersihkan areal lokasi dari segala tanaman liar, rumput,
puing-puing dan brangkal-brangkal yang dapat menghambat pekerjaan dan melakukan penimbunan jika di
anggap perlu. Dalam hal ini kontraktor tidak diperbolehkan melakukan pembakaran sampah/ tumbuhan hasil
pembersihan dari jenis apapun dan juga tidak menggunakan bahan kimia untuk membersihkan tanaman/
tumbuhan di areal lokasi.
4.2 Sebelum di lakukan penimbunan, akar tanam, rumput pada permukaan tanah harus dikupas, dan hasil kupasan
harus dibuang keluar lokasi pekerjaan.
4.3 Jika pada halaman pekerjaan terdapat konstruksi atau utility yang masih berfungsi seperti pipa-pipa, kabel-kabel,
tiang-tiang listrik yang ada dibawah atau diatas tanah, Kontraktor harus melindungi jangan sampai terjadi
kerusakan selama pelaksanaan.
4.4 Apabila untuk pelaksanaan pekerjaan ini diperlukan kendaraan atau peralatan-peralatan lain yang dipandang
perlu untuk menunjang pelaksanaan, maka hal ini menjadi kewajiban Kontraktor untuk menyediakannya dan
seluruh biaya yang timbul menjadi beban dan kewajiban Kontraktor.
4.5 Pekerjaan pembersihan ini juga terdiri dari pembersihan segala macam tumbuh-tumbuhan, semak-semak,
tanaman lainnya, sampah-sampah dan bahan-bahan yang lain yang mengganggu dan termasuk pencabutan akar-
akar, sisa-sisa konstruksi, seperti pondasi bekas bangunan, pekerjaan jalan raya dan lain sebagainya. Yang
dimaksud dengan semak-semak adalah tanaman-tanaman atau tumbuhan-tumbuhan berupa rumput-rumputan,
alang-alang, segala jenis tanaman kecil yangt ingginya tidak melebihi 1,50 meter dari permukaan tanah dimana
tanaman itu tumbuh dalam lingkup daerah yang tidak luas.

5.0. GAMBAR DAN UKURAN


5.1 Denah, tampak-tampak dan potongan-potongan dinyatakan dalam gambar-gambar rencana arsitektur dan
struktur, dan dijelaskan pula dalam gambar detail lengkap dengan ukuran-ukurannya.
5.2 Apabila terdapat ketidakjelasan dalam ukuran pada gambar rencana, maka Kontraktor wajib meminta penjelasan
dan petunjuk kepada Direksi/ Konsultan pengawas, Kemudian kontraktor Wajib mengajukan Shop drawing dan
disetujui oleh pengawas/ Direksi sebelum memulai pekerjaan.

6.0. PENGADAN BAHAN BANGUNAN


6.1 Bahan-bahan yang boleh ditempatkan didalam kompleks pekerjaan hanyalah bahan-bahan yang disyaratkan
dalam spesifikasi teknis maupun gambar-gambar.

Kerangka Acuan Kerja (KAK)


6.2 Cara dan tempat penimbunan/penyimpanan bahan harus memenuhi syarat atau menurut petunjuk
Direksi/Konsultan Pengawas.
6.3 Bahan bangunan yang dipakai adalah yang sesuai dengan kualitas dan kuantitas serta dimensi yang disyaratkan
dalam spesifikasi teknis maupun gambar.
6.4 Apabila suatu bahan yang disyaratkan tidak terdapat dipasaran, sebelum diganti Kontraktor harus konsultasi
terlebih dahulu dengan Direksi / Konsultan Pengawas, dan penggantian bisa dilakukan setelah ada persetujuan
secara tertulis.
6.5 Penggantian bahan bangunan yang tidak terdapat dipasaran dengan bahan bangunan lain harus setara/setingkat
kualitasnya.
6.6 Bahan bangunan yang dinyatakan afkeur oleh Direksi/Konsultan Pengawas karena cacat atau tidak sesuai
dengan persyaratan yang ditentukan harus segera dipindahkan dan dikeluarkan dari kompleks pekerjaan
selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam.

7.0. STANDAR YANG DIPAKAI


Semua pekerjaan yang ditentukan dalam dokumen ini mengacu dan harus mengikuti persyaratan Standar Nasional
Indonesia (SNI), Standar Konsep Nasional Indonesia (SK SNI), Normalisasi Indonesia serta peraturan-peraturan
Nasional dan Internasional lain yang ada hubungannya dengan SNI 03-2404-1991; SK SNI T-05-1990-F tentang Tata
Cara Pencegahan Rayap pada Pembuatan Bangunan Rumah dan Gedung;
1.SNI 03-2410-1991; SK SNI T-11-1990-F, tentang Tata cara Pengecatan Dinding Tembok dengan Cat Emulsi;
2.SNI 03-2417-1991; SK SNI T-08-1990-F, tentang Tata Cara Pengecatan Kayu untuk Bangunan Rumah dan
Gedung;
3.SK SNI S-04-1989-F tentang Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian C (Bahan Bangunan dari Logam Besi/Besi).

4.Standar Industri Indonesia ( SII );


5.ASTM, JIS dll yang ada hubungannya dengan pekerjaan ini.
Apabila suatu persyaratan disebutkan secara khusus didalam persyaratan ini, maka ketentuan itu yang harus
diutamakan.

11. PENGGUNAAN PERSYARATAN TEKNIS


11.1 Persyaratan teknis ini merupakan pedoman dalam pelaksanaan-pelaksanaan pekerjaan (yang disebut sebagai
kegiatan) termasuk seluruh bangunan-bangunan dan pekerjaan-pekerjaan lainnya satu kesatuan yang tidak
terpisahkan;
11.2 Kecuali disebutkan lain, maka setiap bagian dalam persyaratan teknis ini berlaku untuk seluruh bangunan yang
termasuk dalam pekerjaan ini, disesuaikan dengan gambar-gambar, keterangan-keterangan tambahan tertulis
dan perintah-perintah direksi/pengawas.
11.3 Standar-standar utama yang dipakai adalah standar-standar yang dibuat dan berlaku resmi di negara RI, apabila
tidak terdapat standar yang dapat diberlakukan terhadap pekerjaan tersebut, maka harus digunakan standar
internasional yang berlaku atas pekerjaan-pekerjaan tersebut atau setidak-tidaknya standar dari negara
produsen bahan yang menyangkut pekerjaan tersebut yang diberlakukan.

PASAL 2
GALIAN, URUGAN KEMBALI DAN PEMADATAN

1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut:

- Menyediakan peralatan dan perlengkapan yang memadai, bahan-bahan, tenaga kerja yang cukup untuk
menyelesaikan semua pekerjaan.
- Penggalian untuk pondasi Poor Plat, Pondasi Batu kali, dan galian lainnya yang dianggap perlu, pengurugan
kembali dan pemadatan semua pekerjaan yang membutuhkan galian dan/atau urugan kembali seperti
ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
- Membuang semua bahan-bahan galian yang tidak memenuhi persyaratan ke suatu tempat pembuangan yang
telah ditentukan.
- Penggalian dan pengangkutan bahan timbunan dari suatu tempat galian.
- Melengkapi pekerjaan seperti ditentukan dalam spesifikasi ini.

2.0. PROSEDUR UMUM

2.1. Penggalian
2.1.1. Penggalian harus dikerjakan sesuai garis dan kedalaman seperti yang ditunjukkan dalam Gambar
Kerja atau sesuai petunjuk Konsultan Pengawas. Areal galian harus dibuat cukup untuk memberikan
ruang gerak dalam melaksanakan pekerjaan.
2.1.2. Elevasi yang tercantum dalam Gambar Kerja merupakan perkiraan saja dan Konsultan Pengawas
dapat menginstruksikan perubahan-perubahan bila dianggap perlu.
2.1.3. Setiap kali pekerjaan galian selesai, Kontraktor wajib melaporkannya kepada Konsultan Pengawas
untuk diperiksa pekerjaan selanjutnya.
2.1.4. Semua lapisan keras atau permukaan keras lainnya yang digali harus dipotong mendatar atau miring
sesuai Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
2.1.5. Bila bahan yang tidak sesuai terlihat pada elevasi penggalian rencana, Kontraktor harus melakukan
penggalian tambahan sesuai petunjuk Konsultan Pengawas, sampai kedalaman dimana daya dukung
yang sesuai tercapai.
2.1.6. Untuk lapisan lunak, permukaan akhir galian tidak boleh diselesaikan sebelum pekerjaan berikutnya
siap dilaksanakan, sehingga air hujan atau air permukaan lainnya tidak merusak permukaan galian.

Kerangka Acuan Kerja (KAK)


Untuk menggali tanah lunak, Kontraktor harus memasang Dinding penahan tanah sementara untuk
mencegah longsornya tanah ke dalam lubang galian.
Kontraktor harus melindungi galian dari genangan air atau air hujan dengan menyediakan saluran
pengeringan sementara atau pompa.
2.1.7. Untuk menjaga keamanan pekerjaan, tanah galian dibuang atau ditempatkan sementara minimal 1
meter dari tepi galian.
2.1.8. Galian di bawah elevasi rencana karena kesalahan dan kelalaian Kontraktor harus diperbaiki sesuai
petunjuk Konsultan Pengawas tanpa tambahan biaya dari Pemilik Proyek.
2.1.9. Diasumsikan bahwa penggalian pada lokasi kerja dapat dilakukan dengan peralatan standar sesuai
petunjuk Konsultan Pengawas.
2.1.10 Bila ditemukan batu-batuan, Kontraktor harus memberitahukan kepada Konsultan Pengawas yang
akan mengambil keputusan, sebelum penggalian dilanjutkan.
2.1.11 Sesudah setiap pekerjaan penggalian selesai, Kontraktor harus memberi tahu Konsultan Pengawas,
dan pekerjaan dapat dilanjutkan kembali setelah Konsultan Pengawas menyetujui kedalaman
penggalian dan sifat lapisan tanah pada dasar penggalian tersebut.

2.2. Urugan dan Timbunan


2.2.1. Pekerjaan urugan atau timbunan hanya dapat dimulai bila bahan urugan dan lokasi pengerjaan urugan
/ timbunan telah disetujui Konsultan Pengawas.
2.2.2. Kontraktor tidak diijinkan melanjutkan pekerjaan pengurugan sebelum pekerjaan terdahulu disetujui
Konsultan Pengawas.
2.2.3. Bahan galian yang sesuai untuk bahan urugan dan timbunan dapat disimpan oleh Kontraktor di tempat
penumpukan pada lokasi yang memudahkan pengangkutan selama pekerjaan pengurugan dan
penimbunan berlangsung. Lokasi penumpukan harus disetujui Konsultan Pengawas.
2.2.4. Pengurugan pekerjaan beton hanya dapat dilakukan ketika umur beton minimal 14 hari, dan ketika
pekerjaan pasangan berumur minimal 7 hari, atau setelah mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas.

2.3. Pemadatan
Pemadatan dengan menyiram dan menyemprot tidak diijinkan. Kontraktor harus menyediakan peralatan
pemadatan yang memadai (Ex. Stamper) untuk memadatkan ukuran maupun daerah galian. Bila tingkat
pemadatan tidak memenuhi, perbaikan harus dilakukan sampai tercapai nilai pemadatan yang disyaratkan.
Bahan yang ditempatkan di atas lapisan yang tidak dipadatkan dengan baik harus disingkirkan dan harus
dipadatkan kembali sesuai Konsultan Pengawas.

3.0. BAHAN-BAHAN
Material yang digunakan untuk urugan/Timbunan adalah sirtu ex. Palupi (poin 4.2)

4.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN


4.1. Galian
4.1.1. Pekerjaan galian dapat dianggap selesai bila dasar galian telah mencapai elevasi yang ditentukan
dalam Gambar Kerja atau telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
4.1.2. Semua bahan galian harus dikumpulkan pada tempat tertentu sesuai petunjuk Konsultan Pengawas
sehingga bila dibutuhkan dan memenuhi ketentuan bahan galian tersebut dapat digunakan untuk
bahan urugan atau dibuang sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
4.1.3. Bila terjadi kelebihan penggalian garis batas dan elevasi yang ditentukan dalam Gambar Kerja atau
petunjuk Konsultan Pengawas yang disebabkan karena kesalahan Kontraktor, kelebihan penggalian
tersebut tidak dibayar dan Kontraktor harus memperbaiki daerah tersebut sesuai Gambar Kerja atas
biaya Kontraktor.

4.1.4. Penggalian harus dilakukan dengan cara sedemikian rupa agar tidak merusak patok-patok pengukuran
atau pekerjaan lain yang telah selesai. Semua kerusakan yang disebabkan karena pekerjaan penggalian
menjadi tanggung jawab Kontraktor dan harus diperbaiki oleh Kontraktor tanpa biaya tambahan atau
waktu.
4.1.5. Kontraktor harus menyingkirkan setiap batuan yang ditemukan pada daerah elevasi pada kedalaman
minimal 150 mm di bawah elevasi akhir rencana. Batuan dapat berupa batu atau serpihan keras dalam
tanah dasar asli.

4.2. Urugan dan Timbunan


4.2.1. Bahan Urugan
- Bahan urugan harus bebas dari bahan organic, gumpalan besar, kayu, bahan-bahan lain yang
mengganggu dan butiran batu besar dari 100 mm dan memiliki gradasi sedemikian rupa agar
pemadatan berjalan lancar.
- Bila menurut pendapat Konsultan Pengawas, suatu bahan tidak dapat diperoleh, penggunaan
batu-batuan atau kerikil yang dicampur dengan tanah dapat diijinkan, dalam hal ini, bahan yang
lebih besar dari 150 mm dan lebih kecil dari 50 mm tidak diijinkan digunakan, dan presentase
pasir harus berjumlah cukup untuk mengisi celah dan membentuk kepadatan tanah yang seragam
dengan nilai kepadatan yang sesuai.
- Semua bahan galian kecuali tanah tidak diijinkan digunakan sebagai bahan urugan kecuali
disetujui oleh Konsultan Pengawas seperti disebutkan dalam butir 4.1.2. dari Spesifikasi Teknis
ini.
- Setiap Lapisan bahan urugan, bila kering, harus dibasahi merata sampai tercapai kadar air
tertentu untuk mendapatkan kepadatan yang disyaratkan.

4.2.2. Persiapan
Sebelum penempatan bahan urugan, pekerjaan-pekerjaan berikut harus sudah dikerjakan sebelumnya.

Kerangka Acuan Kerja (KAK)


- Pembersihan lokasi dan/atau penggalian sesuai petunjuk Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis.
- Kontraktor harus memberitahu Konsultan Pengawas sebelum memulai penempatan bahan urugan
dan Konsultan Pengawas akan memeriksa kondisi lokasi yang telah disiapkan untuk maksud
tersebut.
- Lokasi yang akan diberi bahan urugan/timbunan harus dikeringkan dahulu dari genangan air
menggunakan pompa alat lain yang disetujui Konsultan Pengawas.

4.2.3. Penempatan Bahan Urugan


- Bahan urugan tidak boleh dihampar atau dipadatkan pada waktu hujan. Bahan urugan di dalam
atau di luar lokasi timbunan harus ditempatkan lapis demi lapis dengan ketebalan maksimal 200
mm (keadaan lepas) dan harus dipadatkan dengan baik.
- pelaksanaan pemadatan hendaknya mengacu pada rencana teknis perencanaan secara manual atau
menggunakan alat bantu.
- Jika menurut konsultan pengawas tidak diperoleh kepadatan yang baik dengan memadatkan secara
manual, maka hendaknya kontraktor menyiapkan alat bantu pemadatan seperti stamper kuda 17
KN yang dipadatkan layer/layer setebal 200 mm.
- Untuk timbunan di luar lokasi timbunan harus dipadatkan sampai kepadatan yang sebanding
dengan daerah sekitarnya atau sesuai ketentuan dalam butir 4.3. dari Spesifikasi Teknis ini.
- Untuk timbunan di dalam lokasi timbunan, urugan harus dipadatkan sesuai nilai kepadatan yang
ditentukan dalam butir 4.3. dari Spesifikasi Teknis ini.
- Kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja atau-syarat khusus, pemadatan dengan tangan tidak
diijinkan sebagai pengganti alat pemadat mekanis.
- Kontraktor tidak boleh menempatkan lapisan baru bahan urugan sebelum pemadatan lapisan
terdahulu disetujui Konsultan Pengawas. Pengurugan tidak boleh dikerjakan tanpa persetujuan
dari Konsultan Pengawas.

4.3. Pemadatan
4.3.1. Umum
- Jika diperlukan, setiap lapisan sebelum dipadatkan harus memiliki kadar air yang sesuai dengan
ketentuan agar dihasilkan pemadatan dengan nilai kepadatan yang sesuai. Bahan harus memiliki
kadar air yang seragam pada seluruh lapisan bahan yang akan dipadatkan.
Setiap lapisan harus dipadatkan dengan merata menggunakan alat pemadatan yang disetujui
seperti stamper kuda 17 KN atau menggunakan peralatan sesuai rencana teknis yang tertera pada
kontrak.
- Apabila Penggilasan harus perlu dilakukan, maka pelaksanaan harus dilakukan pada arah
memanjang sepanjang timbunan dan biasanya dimulai dari sisi terluar dan menuju ke arah tengah
dengan cara sedemikian rupa agar setiap bagian menerima tingkat pemadatan yang sama.

4.3.2. Kepadatan Kering Maksimal dan Kadar Air Optimal


Kepadatan kering maksimal dan kadar air optimal harus ditentukan berdasarkan metode ASTM
D1557-90 (AASHTO T180-74) yang umum dikenal sebagai Modified Proctor Test.

4.3.3. Pengawasan Kelembaban


Pada saat pemadatan yang membutuhkan nilai kepadatan tinggi, bahan urugan dan permukaan yang
akan menerima bahan urugan harus memiliki kadar air yang disyaratkan. Kontraktor tidak diijinkan
melakukan pemadatan sampai dicapai kadar air sesuai dengan yang disyaratkan.
Kontraktor harus melembabkan bahan urugan atau permukaan yang akan diurug bila kondisinya
tertatu kering. Bahan urugan yang tertatu basah dan harus dikeringkan sampai tercapai kadar air yang
sesuai bila perlu dengan bantuan peralatan mekanis.

4.3.4. Penggilasan (Jika Diperlukan)


- Kontraktor harus melakukan pekerjaan penggilasan daerah yang dikupas atau dipotong sesuai
Konsultan Pengawas, untuk memastikan adanya tanah lunak yang ada di lokasi tersebut.
Kontraktor harus menggunakan trek bermuatan, mesin gilas atau peralatan pemadatan lainnya
yang disetujui. Jenis ukuran dan berat peralatan harus sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
- Kontraktor harus menempatkan dan memadatkan bahan urugan pada tempat rendah. Bila
ditemui tempat basah, Kontraktor harus memberitahukannya kepada Konsultan Pengawas agar
dapat ditentukan perbaikannya. Lokasi yang mendukung struktur/ konstruksi harus diawasi
selama pelaksanaan penggilasan dan harus disetujui Konsultan Pengawas sebelum pekerjaan
ditanjutkan.

4.3.5. Kepadatan Tanah Kohesif


Untuk tanah yang mengandung 30% atau lebih berat partikel yang metalui saringan no. 200, yang
membutuhkan pemadatan retatif, seperti ditentukan ASTM D1557-90 (AASHTO T180-74).

4.3.6. Kepadatan Tanah Tidak Kohesif


Tanah yang mengandung kurang dari 30% berat partikel yang melalui saringan No, 200, yang
membutuhkan pemadatan relatif, seperti ditentukan ASTM D1557-90 (AAHSTO T180-74), dan
dinyatakan dalam presentase kepadatan kering maksimal dan kadar air, pada saat pemadatan harus
memenuhi ketentuan berikut :

Kepadatan relatif
Daerah pemadatan
(%)

Timbunan di bawah lapisan Tidak ada pernyaratan khusus cukup


drainase digilas dengan bulldoezer (misalnya D-6)

Kerangka Acuan Kerja (KAK)


10
Timbunan pengisi di bawah Bila juga diperiksa dengan beberapa kali
pelat laintai lintasa roller sesuai Konsultan Pengawas

60

Dasar Jalan 40

Pematan saluran Tidak ada persyaratan khusus

Saluran

4.4. Pembuangan Bahan Galian


Sernua bahan galian yang memenuhi persyaratan dapat digunakan untuk bahan urugan. Bahan yang tidak
sesuai untuk pengurugan harus dibuang pada tempat yang disetujui Konsultan Pengawas.

PASAL 3
BATU KALI/BATU GUNUNG

1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan pasangan batu kosong, pondasi batu kali dan item lainnya seperti ditunjukkan
dalam Gambar Kerja.
Pekerjaan ini meliputi, tetapi tidak terbatas pada pengadaan bahan, tenaga kerja dan semua pekerjaan yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan pekerjaan pasangan batu kali, sesuai batas, tingkat, bagian dan dimensi seperti ditunjukkan
dalam Gambar Kerja.

2.0. STANDAR / RUJUKAN

2.1. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982).

2.2. Spesifikasi Teknis:


- Galian, Urugan Kembali dan Pemadatan.
- Adukan dan Plesteran-

3.0. PROSEDUR UMUM

3.1. Contoh Bahan


Contoh bahan batu seberat minimal 20 kg dengan ukuran terpanjang maksimal 150mm, harus diserahkan
terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui sebelum dikirimkan ke lokasi proyek.

3.2. Gambar Detail Pelaksanaan.


Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus membuat Gambar Detail Pelaksanaan (Shop drawing) yang
mencakup dimensi, elevasi, kemiringan dan detail-detail lain yang diperlukan, untuk disetujui Konsultan
Pengawas.

3.3. Pemeriksaan dan Pengujian


Pemeriksaan dan pengujian harus dikerjakan pada setiap bagian pekerjaan seperti di bawah ini:
- Tata letak,
- Penggalian
- Bahan di lokasi termasuk alat dan peralatan,
- Penempatan pasir,
- Setiap tinggi pemasangan batu kali 1200 mm.
Selama pengujian, Kontraktor harus menyediakan tenaga pengawas mutu dan fasilitas untuk Konsultan
Pengawas tanpa biaya tambahan kepada Pemilik proyek.

4.0. BAHAN-BAHAN

4.1. Batu Kali/Batu Gunung


Batu kali harus memiliki sisi terpanjang maksimal 150 mm, dan memiliki minimal 3 bidang kontak.
Batu kali harus keras, berasifat kekal dan tidak boleh mengundang bahan yang dapat merusak.

4.2. Adukan
Adukan dan plesteran harus memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis seperti pada Pasal berikutnya (Spesifikasi
Teknis Adukan dan Plesteran).

5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN


5.1. Pemeriksaan dan Pembersihan Galian

5.1.1. Pekerjaan pasangan batu kali, baru di ijinkan untuk dimulai bila semua pekerjaan galian dan
urugannya telah diperiksa serta disetujui oleh Konsultan Pengawas.

Kerangka Acuan Kerja (KAK)


Pekerjaan galian dan urugan kembali dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis seperti pada
pasal 2 (Spesifikasi Teknis Galian, Urugan Kembali dan Pemadatan).
5.1.2. Sebelum memulai pekerjaan perletakan pasangan batu kali, air/air hujan ataupun air tanah yang
berada dalam galian harus dipompa dan dikeluarkan.

5.2. Pemasangan

5.2.1. Adukan 1 semen dengan 2 pasir untuk pasangan batu kali yang terendam air dan adukan 1 semen
dengan 5 pasir untuk pasangan batu kali yang tidak terendam air.
5.2.2. Adukan harus membungkus batu kali pada bagian tengah pasangan sedemikian rupa sehingga tidak
ada bagian dari pasangan yang berongga/tidak padat.
5.2.3. Tidak diperbolehkan sama sekali memukul batu kali ditempat pekerjaan (pada bagian konstruksi)
dengan martil besar, kecuali diluar pagar,patok ukur/bowplank.
5.2.4. Pasangan batu kali di atas tanah keras harus mempunyai lantai kerja beton tipis 50 mm dan pasir
setebal 50 mm, atau sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.
5.2.5. Bagian yang akan diberi pasangan batu kali harus sudah dibentuk sesuai petunjuk dalam Gambar
Kerja, dan/atau sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.

5.3. Komponen Pondasi


Semua pondasi yang dilewati oleh komponen-komponen bangunan seperti kabel listrik, kabel penangkal petir,
saluran air hujan/kotor harus dilengkapi dengan lubang drainase. Kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja,
lubang drainase, dibuat dari pipa PVC.

5.4. Pembersihan Permukaan


Segera setelah adukan ditempatkan, semua permukaan pasangan batu kali yang terlihat harus dibersihkan
secara menyeluruh dari cipratan adukan dan harus dijaga sedemikian rupa sampai pekerjaan selesai.

5.5. Perawatan
Pasangan batu kali harus dilindungi dari cahaya matahari dan secara terus menerus harus dibasahi dengan cara
yang disetujui selama 3 (tiga) hari setelah pekerjaan selesai.

PASAL 4
UJI BETON

1.0 LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini mencakup prosedur yang harus dilakukan guna pengambilan contoh beton selama pelaksanaan
pengecoran beton.

Pekerjaan ini mencakup penyediaan peralatan seperti :


- Alat-alat laboratorium dan peralatan yang dibutuhkan.
- Perlengkapan penyimpanan.
- Landasan pencampur dekat lokasi gudang.
- Cetakan kedap air, dengan kubus dimensi 150mm x 150mm x 150mm.
- Batang besi untuk memadatkan contoh adukan beton dengan Ø 16 mm (5/8"), panjang 600 mm.
- Kerucut slump.
- Kotak-kotak untuk pengangkutan kubus.

2.0. STANDAR / RUJUKAN

2.1. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI-1971)


2.2. American Society for Testing and Materials (ASTM):
- ASTM C31-90 Test Method of Making and Curing Concrete Test Specimens in the Field.
- ASTM C39-86 Test Method for Compressihale Strength of Cylindrical Concrete Specimens.
- ASTM C42-90 Test Method for Obtaining and Testing Drilled Cores and Sawed Beams of Concrete.
- ASTM C31-90a Test Method of Slump of Hydraulic Cement Concrete. ASTM C172-90
- Practice of Sampling Freshly Mixed Concrete.
- ASTM C231-90
- Test Method for Air Content of Freshly Mixed Concrete by the Pressure Method.
2.3. American Concrete Institute (ACI):
- ACI 308-92 Standard Practice for Curing Concrete.
2.4. Spesifikasi Teknis
- Beton Cor di tempat.

3.0. PROSEDUR UMUM

3.1. Contoh adukan beton diambil sesuai dengan prosedur ASTM C 172 dan/atau PBUI (PBI-1971) atau seperti
ditentukan dalam Spesifikasi ini yang memenuhi standar ASTM 1972.

3.2. Contoh adukan beton harus mewakili setiap kelompok pencampuran dan terdiri dari berbagai perbandingan
dari tempat yang berbeda dalam kelompok pencampuran.
3.3. Contoh harus diaduk menyeluruh dengan sekop untuk memperoleh keseragaman. Uji slump contoh harus
dilakukan segera setelah pengambilan contoh.

4.0. BAHAN-BAHAN
Lihat butir 5.0. Pelaksanaan dari Spesifikasi Teknis ini.

Kerangka Acuan Kerja (KAK)


5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN
5.1. Uji Slump
Uji Slump harus dilakukan setiap kali pembuatan uji beton kubus. Metoda harus memenuhi standar ASTM C
143.

5.2. Pembuatan Kubus Beton


Cara pembuatan kubus beton harus sesuai dengan cara yang diuraikan dalam PBI 71/NI. 2 - 1971. Contoh
diusahakan tidak berubah pada saat pengangkutan.
Bila bahan akan diangkut ke tempat yang jauh dari tempat pengambilan contoh, beton harus diaduk dengan
sekop sebelum dimasukkan ke dalam cetakan.

5.3. Perawatan Contoh di Laboratorium


5.3.1. Contoh untuk uji coba beton harus diambil sesuai ketentuan PBI 71/NI.2- 1971.
5.3.2. Kubus untuk uji coba beton harus dibuat, dirawat di laboratorium dan diuji sesuai ketentuan PBI (NI-
2, 1971).
5.3.3. Kubus untuk uji beton harus dibuat, dirawat di laboratorium dan diuji sesuai ketentuan ASTM C 31
dan ASTM C 39.

5.4. Penyimpanan Contoh Kubus Beton


5.4.1. 24 jam pertama setelah pembuatan kubus sangatlah penting. Kubus hanya boleh dipindahkan dari
tempat pencetakan ke gudang penyimpanan, dan dijaga harus tetap dalam posisi vertikal dan
hindarkan dari getaran dan benturan.
Kubus boleh disimpan di tempat yang tertutup rapat, kotak kayu yang kuat, atau bangunan sementara
selama temperatur di sekitamya berkisar antara 15,6° C dan 26,7°C dan penguapan dari contoh dapat
dicegah.
5.4.2. Pada umur 1 (satu) hari setiap kelompok contoh harus diperiksa untuk perawatan dan pengujian.
Tempatkan kubus pada kotak yang kuat untuk pengiriman. Jarak antara kubus dan kotak harus diisi
dengan pasir basah atau serbuk gergaji. Setiap kelompok kubus harus dilengkapi dengan catatan
waktu / tanggal pembuatan kubus.
5.4.3. Bila memungkinkan mengirim contoh baru berumur 1 (satu) hari, contoh harus dilembabkan terus
menerus dengan pasir basah sampai akhir periode 24 jam, dan harus tetap lembab pada temperatur
21°-24,5° C sampai saat pengiriman. Kubus harus dikirim secepat mungkin dan paling lambat
beberapa hari sebelum periode 7 (tujuh) hari tercapai, karena laboratorium harus menerima kubus-
kubus tersebut sehari atau lebih sebelum pengujian 7 (tujuh) hari.

5.5. Pengujian
5.5.1. Pemeriksaan dan pengujian harus dilaksanakan oleh lembaga yang dikontrak oleh Kontraktor dan
sudah disetujui konsultan pengawas.
5.5.2. Kontraktor harus bekerja sama dengan Laboratorium Penguji untuk kelancaran pekerjaan. Kontraktor
harus memberitahu Laboratorium dan Konsultan pengawas minimal 24 jam sebelum pengecoran
beton dimulai untuk pemeriksaan dan pengujian beton di tempat percampuran dan di lapangan, dan
pemeriksaan acuan dan penulangan. Kontraktor harus menyediakan gudang kotak berisolasi yang
dapat dikunci dalam ukuran yang memadai untuk menyimpan peralatan dan contoh benda uji di lokasi
proyek, dan beberapa pekerja untuk menyiapkan contoh benda uji.
5.5.3. Pembuatan, penanganan, pengangkutan dan perawatan contoh harus dilakukan oleh staf Laboratorium
Penguji saja.
5.5.4. Pengawasan dan pemeriksaan harus meliputi persyaratan minimal:
- Pengambilan contoh dan pengujian campuran beton.
- Mempelajari dan memeriksa campuran desain yang diusulkan Kontraktor.
- Mengevaluasi tempat pencampuran dan peralatan untuk mengukur, mencampur dan mengangkut
beton.
- Mengevaluasi tempat pencampuran dan pelaksanaan pencampuran.
- Mengevaluasi campuran beton.
5.5.5. Pengawasan lapangan dan pemeriksaan harus meliputi persyaratan minimal sebagai berikut:
- Memeriksa nomor trek dan/atau Surat pengiriman dari tempat pencampuran beton.
- Memeriksa jumlah air yang ditambahkan ke dalam campuran beton di lapangan.
- Membuat contoh dan pengujian kandungan air dalam beton.
- Membuat pengujian slump sesuai ketentuan ASTM C 143.
- Membuat contoh untuk pengujian kuat beton pada laboratorium. Mengukur temperatur campuran
beton, simpanan beton dan beton selama masa perawatan.
- Mengukur temperatur udara saat pengecoran dan perawatan beton. Memeriksa penempatan beton
dan prosedur perawatan.
- Pengujian lapangan harus dilakukan untuk setiap 5 m3 atau setiap kedatangan truk.

5.5.6. Pengujian dan pemeriksaan laboratorium harus meliputi persyaratan minimal berikut:
- Pengujian kuat tekan beton sesuai dengan PBI 71/NI.2-1971.
- 3 buah contoh dirawat di lab untuk kuat tekan 7 hari
- 3 buah contoh dirawat di lab untuk kuat tekan 28 hari.
- Kuat tekan lainnya sesuai kebutuhan
- 3 buah contoh yang dirawat di lab dan di lokasi untuk kuat tekan 3 hari dan 7 hari yang diharapkan
dimana kekuatan beton telah mencapai ketentuan, bila bahan tambahan percepatan digunakan.
- Menimbang semua contoh
5.5.7. Pengujian inti beton yang telah mengeras harus sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:
- Pengujian ini dilaksanakan bila pengujian kuat beton di lab tidak memuaskan atau terjadi kesalahan
dalam pengecoran.
- Konsultan pengawas berhak menentukan contoh yang diambil dari suatu bagian pekerjaan untuk
pemeriksaan dan pengujian. Peralatan pemotong metoda pengambilan sampel harus disetujui Konsultan

Kerangka Acuan Kerja (KAK)


pengawas. Contoh harus diambil dan diuji sesuai ketentuan. Bagian yang diambil intinya harus
dirapikan sehingga disetujui Konsultan pengawas.
- Kontraktor harus menanggung biaya pengujian inti bila diperlukan karena kegagalan uji beton, atau bila
uji inti beton gagal.
5.5.8. Bila pengujian dan laporan mengindikasikan adanya beton yang tidak memenuhi kuat tekan yang
disyaratkan, Konsultan pengawas akan memberi tahu Kontraktor secara tertulis. Tambahan perawatan sesuai
pengarahan Konsultan pengawas mungkin diperlukan dalam desain campuran beton untuk sisa pekerjaan
beton..

5.6. Kondisi Lingkungan


Tidak diijinkan menuang beton pada waktu hujan atau ketika hujan diperkirakan akan turun kecuali pekerjaan dapat
dilindungi terhadap hujan dan/atau aliran air permukaan.

PASAL 5
BAJA TULANGAN

1.0. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini mencakup pengadaan bahan baja tulangan yang sesuai Gambar Kerja. Pekerjaan ini termasuk semua
mesin, peralatan, tenaga kerja dan pemasangan baja tulangan.
Spesifikasi ini akan lebih kuat dari Gambar Kerja bila ada perbedaan detail yang mungkin terjadi.

2.0. STANDAR/RUJUKAN
2.1. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (SNI-2, 1971)
2.2. British Standar (BS)
2.3. American Society for Testing and Materials (ASTM)
2.4. American Concrete Institute (ACI)
2.5. Standar Industri Indonesia (SII)/ Standar Nasional Indonesia (SOI)
2.6. Spesifikasi Teknis - Beton Cor di Tempat

3.0. PROSEDUR UMUM.


3.1. Contoh Bahan dan Sertifikat Pabrik
3.1.1. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan pengawas, contoh bahan beserta sertifikat pabrik
bahan baja tulangan untuk disetujui.
3.1.2. Sebelum pengadaan bahan, semua daftar bahan dan daftar pemotongan harus disiapkan oleh
Kontraktor dan diserahkan kepada Konsultan pengawas untuk disetujui.
Persetujuan yang diberikan tidak berarti membebaskan Kontraktor dari tanggung jawabnya untuk
memastikan kebenaran daftar pemesanan dan daftar pemotongan.
Setiap penyimpangan dari daftar bahan dan daftar penulangan yang telah disetujui telah menjadi
tanggung jawab Kontraktor untuk menggantinya atas biayanya.

3.2. Gambar Detail Pelaksanaan


3.2.1. Gambar Detail Pelaksanaan berikut harus diserahkan oleh Kontraktor kepada Konsultan pengawas
untuk disetujui.
- Daftar penulangan yang menunjukkan pembengkokan, ukuran kait, lewatan, sambungan dan
lainnya yang memenuhi ACI 315 dan/atau PBI (NI-2, 1971).
- Gambar harus memenuhi spasi tulangan, selimut dan jarak antara, pasak besi dan penahan
jarak/gelang-gelang.
3.2.2. Kontraktor diijinkan mengganti ukuran rencana baja tulangan yang ditunjukkan dalam Gambar
Kerja selama penggantian tersebut dianalisa dengan teliti dan Kontraktor telah memeriksa bahwa
kekuatan yang diinginkan telah terpenuhi. Penggantian harus disetujui Konsultan pengawas secara
tertulis sebelum pelaksanaan pekerjaan. Dalam hal ini kontraktor wajib melampirkan hasil
perhitungan keamanan struktur secara detail dan tertulis yang ditandatangani oleh ahli dan
berpengalaman dibidang struktur bangunan. Biaya proses perubahan ukuran rencana baja tulangan
yang melibatkan tenaga ahli dan biaya lain-lain sepenuhnya menjadi beban kontraktor.
Dari segi keamanan, kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya jika pada saat pelaksanaan
pembangunan mengalami kegagalan struktur sebagai akibat penggantian ukuran rencana baja
tulangan, sekalipun telah disepakati bersama oleh direksi.

3.3. Pengiriman dan Penyimpanan


Baja tulangan setiap waktu harus dilindungi terhadap kerusakan dan harus ditempatkan di atas batok-batok
untuk mencegah menempelnya kotoran atau benda asing lainnya pada besi tulangan. Tempat penyimpanan
harus dinaikkan agar aman dari air permukaan.

4.0. BAHAN-BAHAN
4.1. Umum
Semua baja tulangan lunak harus dalam keadaan baru, tidak berkarat atau memiliki cacat lainnya serta harus
memenuhi ketentuan dalam Spesifikasi Teknis ini.

4.2. Baja Tulangan


Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Kecuali ditentukan lain, baja tulangan polos harus dari baja Mutu BjTP-24 dengan tegangan leleh minimal
2400 kg/cml, dan baja tulangan ulir dari baja mutu BjTP-32 dengan tegangan leleh minimal 3200 kg/cm2 serta
memenuhi ketentuan SIFO 136- 84/SNI.07-2052-1990. Diameter yang digunakan harus sesuai ketentuan
dalam Gambar Kerja.

4.3. Jenis-jenis diameter besi


Baja tulangan polos digunakan untuk diameter ≤ 19 mm. Spesifikasi ukuran tulangan disesuaikan dengan
gambar kerja rencana. Apabila terdapat kekurang jelasan mengenai spesifikasi ukuran pada gambar rencana,
maka kontraktor wajib untuk menindaklanjuti dengan cara konfirmasi kepada konsultan perencana dan
diketahui oleh konsultan pengawas.

5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN


5.1. Kait dan Pembengkokan
Penulangan harus dilengkapi dengan kait/bengkokan minimal sesuai ketentuan PBI (NI-2, 1971) atau sesuai
petunjuk Konsultan pengawas dan/atau Gambar Kerja.

5.2. Pemotongan
Panjang baja tulangan yang melebihi Gambar Kerja (kecuali tewatan) harus dipotong dengan alat pemotong
besi atau alat pemotong yang disetujui Konsultan pengawas. Pada bagian yang membutuhkan bukaan untuk
dudukan mesin, peralatan dan alat utilitas lainnya, baja tulangan harus dipotong sesuai dengan besar atau
ukuran bukaan.

5.3. Penempatan dan Pengencangan


5.3.1. Sebelum pemasangan, baja tulangan harus bebas dari debu, karat, kerak lepas, oli, cat dan bahan asing
lainnya.
5.3.2. Semua baja tulangan harus terpasang dengan baik, sesuai dengan mutu, dimensi dan lokasi seperti
ditunjukkan dalam Gambar Kerja. Pada penulangan plat lantai Penahan jarak dengan bentuk balok
persegi (beton tahu) atau gelang-gelang harus dipasang pada setiap m2 atau sesuai petunjuk Konsultan
pengawas. Batu, bata atau kayu tidak diijinkan untuk digunakan. Sebagai penahan jarak atau sisipan
harus diikat dengan kawat no. AWG 16 ( 0 1,62 mm) atau yang setara. Las tipis juga dapat dilakukan
pada baja lunak pada tempat-tempat yang disetujui Konsultan pengawas.

5.4. Pengecoran Beton


Pengecoran beton harus dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis pada Pasal mengenai Spesifikasi
Teknis Beton Cor Di Tempat.

PASAL 6
A. BETON BERTULANG

1.0 LINGKUP PEKERJAAN


Lingkup pekerjaan ini meliputi struktur beton bertulang, yang dilaksanakan pada bagian poor plat, kolom,
balok, ring balok, plat lantai, tangga dan item lainnya sesuai dengan garis mutu dan dimensi sesuai petunjuk
dalam Gambar Kerja.
Semua pekerjaan, bahan dan untuk kerja yang berkaitan dengan beton cor di tempat harus sesuai dengan
Spesifikasi Teknis ini dan standar terkait.

2.0 STANDAR / RUJUKAN


2.1. Peraturan Beton Bertutang Indonesia (NI-2, 1971)
2.2. Standar industri Indonesia (SII) and/or standar Nasional Indonesia (SNI):
- SII.0013-81 /SNI. 15-2049-1992 Semen Portland, Mutu dan Cara Uji Semen.
- SNI. 03-2847-1992- Tata Cara Perhitungan struktur Beton untuk Bangunan dan Gedung.
2.3. American Concrete Institute (ACI)
- ACI 318-95 Building Requirements for Reinforced Concrete
- ACI 347-94 Formwork for Concrete
2.4. American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO):
- AASHTO M6 Standard Specifications for concrete Aggregates.
- AASHTO T11 Amount of Material Finer than 0.075 mm (No. 200) Siehale In Aggregate.
- AASHTO T27 Siehale Analysis of Fine and Coarae Aggregate
- AASHTO T112 day Lumps and Friable Parti des in Aggregates
- AASHTO T113 Lightweight Pieces in Aggregates
2.5. American Society for Testing and Material (ASTM)
- ASTM C33-93 Specifications for Concrete Aggregate
- ASTM C94-90 Specifications for Ready-Mixed Concrete
- ASTM C150-94 Specifications for Portland Cement
- ASTM, C260-94 Standard Specification for Air-Entraining Admixtures for Concrete.
- ASTM C294-92 Standard Specification for Chemical Admixtures for Concrete. ASTM C685-94
Specification for Concrete Made by HALolumetric Batching and Continuous Mixing.
- ASTM C920-87 Specification for Elastomeric -Joint Sealants.

Kerangka Acuan Kerja (KAK)


3.0. PROSEDUR UMUM
3.1. Gambar Detail Pelaksanaan
Gambar Detail Pelaksanaan berikut harus di sertakan Kontraktor kepada Konsultan pengawas untuk
disetujui dan harus meliputi:
- Diagram penulangan yang menunjukkan pembengkokan, kait, lewatan, sambungan dan lainnya
sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.
- Bentuk cetakan harus menunjukkan batang struktur, spasi, ukuran, sambungan, sisipan dan
pekerjaan lainnya yang terkait.
- Metoda pengecoran termasuk desain campuran, tenaga kerja, peralatan dan alat-alat kerja.

3.2. Pemeriksaan, Pengambilan Contoh dan Pengujian


3.2.1. Pemeriksaan Lapangan
- Sebelum memulai pekerjaan beton, pengujian pendahuluan tersebut di bawah akan
dilakukan oleh Konsultan pengawas dengan biaya Kontraktor.
Kontraktor harus mengacu kepada hasil campuran percobaan dan estimasi yang akan
digunakan dalam pekerjaan ini.
- Kontraktor harus membantu Konsultan pengawas dalam pelaksanaan pengambilan contoh
dan pengujian. Pengujian pendahuluan akan meliputi penentuan hal-hal berikut:
- Karakteristik batu pecah.
- Tipe dan kualitas semen.
- Pemilihan dan dosis bahan tambahan.
- Perbandingan kelas batu pecah dan campuran.
- Faktor air semen.
- Pengujian slump.
- Karakteristik campuran beton segar.
Pengujian-pengujian ini harus dilakukan sampai diperoleh campuran yang sesuai dengan
ketentuan Spesifikasi Teknis ini dan mengacu pada spesifikasi rencana.

3.2.2. Pengambilan Contoh dan Pengujian


Semua pengambilan contoh dan pengujian harus dilakukan oleh Kontraktor tanpa tambahan
biaya. Pekerjaan ini akan berlangsung terus menerus selama pelaksanaan pekerjaan beton.
Pengambilan contoh dan pengujian harus ditentukan oleh Konsultan pengawas, seperti tersebut
di bawah :
- Semen
Semen harus memiliki sertifikat dari pabrik pembuat, yang menunjukkan berat per zak,
bahan alkali yang sesuai.
- Aggregate
Aggregate harus sesuai dan tahan uji menurut ASTM C 33, pengujian dimulai 30 hari
sebelum pelaksanaan pekerjaan beton.
- Mont
Minimal 30 hari sebelum pekerjaan beton dimulai, Kontraktor harus membuat percobaan
campuran untuk pengujian (Mix design), bahan-bahan yang akan digunakan, dan metoda
yang akan digunakan untuk pekerjaan ini.
- Bahan Tambahan
Semua bahan tambahan untuk beton harus diuji sesuai standar ASTM C 260 dan ASTM
C 494 minimal 30 hari sebelum pekerjaan beton dimulai.
Bahan tambahan tidak diijinkan digunakan tanpa persetujuan Konsultan pengawas.

3.3 Pengujian Campuran Percobaan / Trial Mix Design


3.1. Kontraktor harus melakukan pengujian campuran beton, setiap tipe dan kuat tekan yang
diaplikasikan, sebelum pelaksanaan pengecoran beton.

3.2. Desain campuran harus mengindikasikan rasio air-semen, kadar air, kadar bahan tambahan,
kadar semen, kadar agregat, gradasi agregat, slump, kadar udara dan kuat tekan.
3.3. Pengujian campuran dilakukan ketika contoh benda uji yang dirawat dan diuji dalam kondisi lab,
kuat tekannya akan melebihi kuat tekan yang diperlukan. Kuat tekan umur 7 hari harus memiliki
nilai minimal 65% dari kuat tekan umur 28 hari. Pengujian beton harus dilaksanakan sesuai
ketentuan Spesifikasi Teknis.
3.4. Laporan hasil pengujian harus diserahkan kepada Konsultan pengawas untuk disetujui.

3.5 Bahan-Bahan
Beton
1. Komposisi beton, baik berat atau hal volume, harus ditentukan oleh Konsultan pengawas
dan harus memenuhi kondisi berikut:
- Slump harus ditentukan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.
- Campuran alternatif tidak boleh digunakan sebelum disetujui Konsultan pengawas.
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
2. Mutu Beton Pada pekerjaan ini dikelompokkan dalam kelas yang sama yakni K-275 untuk
semua pekerjaan struktur.
3. Semen
Semen harus dari tipe I dan memenuhi persyaratan SII-0013-81/SNI.15-204-1992 atau
ASTM C 150-89. Semen harus berasal dari salah satu merk dagang, seperti Semen Tonasa,
Semen Tiga Roda, Semen Bosowa.
4. Air
Air untuk campuran, perawatan atau aplikasi lainnya harus bersih dan bebas dari unsur--
unsur yang merusak seperti alkali, asam, garam dan bahan organik. Air dari kualitas yang
dikenal dan untuk konsumsi manusia tidak perlu diuji. Jenis air kecuali yang telah
disebutkan di atas, harus diuji dan memenuhi ketentuan ASTM dan/atau disetujui
Konsultan pengawas.

4.4. Agregat Halus


4.4.1. Agregat harus untuk beton harus terdiri dari pasir keras dan harus disetujui Konsultan pengawas. Agregat hatus
harus memenuhi ketentuan berikut:

METODA UJI MAX.


NO.
AASHTO BERAT %

1. Gumpalan tanah liat T 112 0,5 %


2. Batubara dan bahan akar T 113 0,5 %
3. Bahan lolos saringan No. 200 T 11 3%

4.4.2. Agregat harus tidak boleh mengundang bahan-bahan organik, asam, alkali dan bahan lainnya yang merusak.
Agregat hatus merata didegradasi dan harus memenuhi ketentuan gradasi berikut:

SARINGAN % berat yang lolos (AASHTO T 27)

3/8’ (9,5 mm) 100


No. 4 (4,75 mm) 95 – 100
No. 18 (1,18 mm) 45 – 80
No. 50 (0,300 mm) 10 – 30
No. 100 (0,150 mm) 1 – 100

4.5. Agregat Kasar

4.5.1. Agregat kasar untuk konstruksi harus terdiri dari batu but iran, batu pecah, ker ak dapur t ingg i
dan baha n la innya ya ng d iset uju i da n me r nit ik i karakteristik serupa yang keras, tahan lama
dan bebas dari bahan-bahan yang tidak diinginkan.
Agregat kasar harus bebas dar i bahan -bahan yang merusak dan harus memenuhi ketentuan
berikut:

METODA UJI MAX.


NO.
AASHTO BERAT %

1. Gumpalan tanah liat T 112 0,25 %


2. Bahan lolos saringan No. 200 T 11 1%
Bahan tipis panjang lebih dari 5 x
2. - 10 %
ketebalan maksimal

Bahan-bahan lain yang merusak harus t idak lebih dari batas presentase yang ditentukan dalam
Spesifikasi Teknis ini dan/atau disetujui Konsultan pengawa s.

4.5.2. Ketentuan gradasi batuan kasar harus memenuhi ketentuan ASTM A 33 :

UKURAN PRESENTASE BERAT LOLOS SARINGAN %


MAKS. UKURAN SARINGAN

Kerangka Acuan Kerja (KAK)


BATU
PECAH 5,08 2,54 1,905 1,27 0,952 No.4 No.8 No.16
(CM)

3,81 95-100 - - - 10-30 0-5 - -


1,905 - 100 90-100 - 20-55 0-10 0-5 -
0,952 - - - 100 85-100 10-30 0-10 0-5

4.5.3. Agregat kasar dari ukuran yang berbeda harus digabung dengan ukuran lain dengan perbandingan
berat atau halolume untuk menghasitkan batuan yang memenuhi persyaratan gradasi yang ditentukan.

4.6. Bahan Perawatan

Bahan untuk perawatan harus memenuhi ketentuan berikut :

NO. DESKRIPSI METODA UJI


1. Lembaran kain dari sera/goni AASHTO N 182
2. Lapisan cairan untuk perawatan beton AASHTO M 148
3. Lembaran polyethylene putih untuk AASHTO M 171
perawatan beton
Metoda ini untuk perawatan beton harus disetujui Konsultan pengawas.

4.7. Bahan Tambahan


4.7.1. Bahan tambahan untuk mengurangi air dan memperlambat pengerasan beton, bila dibutuhkan, harus
memenuhi ketentuan ASTM C 494 tipe B dan D.
4.7.2. Bahan tambahan untuk mempercepat pengerasan beton bila diperlukan, harus memenuhi ketentuan ASTM C
494 tipe C.

4.8. Pengisi Sambungan (Join Filler) dan (Joint Sealant)


4.8.1 Joint Filler harus memenuhi persyaratan AASHTO M 153 dan US Federal Specification HH-F 341 a type 1
dass B, seperd Pahalatex atau setara.
4.8.2 Joint sealant harus memenuhi persyaratan ASTM C 920 seperti Elasto-seal 227 atau setara.

4.9. Baja Tulangan


Baja tulangan harus sesuai ketentuan dan Spesifikasi Teknis seperti pada Pasal mengenai Spesifikasi Teknis Baja
Tulangan.

5.0. PELAKSANAAAN PEKERJAAN


5.1. Perancah dan Acuan
5.1.1. Perancah harus dibuat di atas pondasi dengan kekuatan yang memadai untuk menerima beban tanpa
penurunan.
5.1.2. Perancah yang berdiri di atas tanah lembek harus didukung dan diperkuat dengan perancah tambahan yang
sesuai. Sebelum menempatkan perancah, gambar-gambar rancangan pemasangan/penempatan perancah
harus diserahkan kepada Konsultan pengawas untuk disetujui.

5.1.3. Acuan harus memenuhi ketentuan berikut :


- Semua acuan harus dilengkapi dengan lubang pembersihan yang memadai untuk pemeriksaan dan
pembersihan setelah pemasangan baja tulangan.
- Bahan acuan harus berasal dari pagan kayu tebal minimal 20 mm, kayu lapis tebal minimal 9 mm, baja
pelat lembaran tebal minimal 0,6 mm jika dibutuhkan, atau bahan lain yang disetujui.
- Permukaan beton yang menghendaki penyelesaian halus dan diekspos harus menggunakan acuan kayu
lapis.
- Acuan harus rapat dan kaku agar tidak terjadi distorai yang diakibatkan oleh tekanan alat
penggetar dan beban beton atau lainnya.
- Acuan harus dibuat dengan teliti dan diperiksa kemampuan konstruksinya sebelum
pengecoran.
- S e mu a s ud ut S a mbu ng a n, per t e mu a n ha r u s ka ku u nt u k me nc e g a h terbukanya acuan
selama pekerjaan pengecoran berlangsung. Kontraktor bert anggung jawab unt uk acuan
dan penopangnya yang memadai.

5.3. Penempatan Pipa Mekanikal dan Elektrikal


5.3.1. Pipa-pipa mekanikal dan elektrikan harus dipasang sebelum pengecoran, dengan tanpa mengurangi kekuatan
beton. Pipa-pipa tersebut harus dilindungi dengan pipa bahan PVC sehingga tidak akan terisi adukan beton
sewaktu pengecoran.

Kerangka Acuan Kerja (KAK)


5.4. Sambungan Konstruksi
Sambungan konstruksi harus ditempatkan pada tempat-tempat sesuai Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Konsultan
pengawas.
Sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap garis utama tekanan dan umumnya ditempatkan pada titik-titik
minimal gaya geser pada Sambungan konstruksi horizontal.
Batang pasak, alat penyalur beban dan alat pengikat yang diperlukan harus ditempatkan pada tempat-tempat seperti
ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

5.5. Sambungan Terbuka


Sambungan terbuka harus dibuat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja dengan menyisipkan dan kemudian
mencabut kepingan kayu, pelat metal atau bahan lain yang disetujui. Penyisipan dan pencabutan cetakan harus
dilakukan tanpa merusak pinggiran atau sudut beton.
Penulangan tidak boleh melewati sambungan terbuka kecuali bila ditentukan lain.

5.6. Perbandingan dan Campuran Beton


5.6.1. Perbandingan bahan ditentukan sesuai spesifikasi perencanaan dengan penimbangan atau dengan metode
yang disetujui Konsultan pengawas. Perbandingan volume tidak diijinkan tanpa persetujuan Konsultan
pengawas.
5.6.2. Semua beton harus dicampur dengan mesin. Waktu pencampuran harus sesuai dengan petunjuk kapasitas alat
pencampur.
5.6.3. Slump yang diijinkan minimal 100 mm dan maksimal 140 mm untuk semua pekerjaan beton struktur.
Pencampuran beton tidak boleh dimulai tanpa memastikan persediaan bahan yang memadai, dalam batas
yang aman, agar pengecoran beton dapat dilaksanakan.
5.6.4. Bila pengecoran tidak dapat dihentikan. Kontraktor harus menyediakan peralatan tambahan dan memadai
yang disetujui Konsultan pengawas.
5.6.5. Dalam hal ini kontraktor dapat menggunakan Beton ready-mixed yang harus dicampur dan didatangkan
sesuai ketentuan ASTM C 94 dan ASTM C 685. Selisih biaya menggunakan jasa pengadaan beton dengan
mencampur menggunakan mesin (Ex.Molen) sepenunhnya menjadi tanggungan kontraktor.

5.7. Pembesian Beton Bertulang


5.7.1. Spesifikasi dan dimensi tulangan yang digunakan mengacu pada gambar kerja dan mengacu pada
spesifikasi baja tulangan pada bab sebelumnya.
5.8.2. Sebelum melakukan pengecoran pembesian harus dicek kembali oleh konsultan pengawas dari segi spek,
dimensi, maupun jarak tulangan yang mengacu gambar kerja, kecuali ditentukan lain atau ada kesepakatan
lain bersama direksi mengenai pembesian.
5.8.3. Sebelum melakukan pengecoran posisi pembesian harus sesuai dengan spasi terhadap tepi dimensi rencana
(spasi minimal 2 cm) sesuai dengan aturan spesifikasi pembesian yang berlaku.
5.8.4. Khusus pembesian pada bagian struktur yang berbentuk plat, posisi tulangan harus melayang dengan cara
diganjal dengan menggunakan beton tahu atau batu pecah atau menggunakan penganjal besi. Tidak di
izinkan menggunakan penganjal berbahan kayu atau bahan lainnya yang tidak dapat monolit bersama
beton.

5.8. Penempatan Beton dan Pembongkaran Acuan


5.8.1. Beton tidak boleh ditempatkan sebelum acuan, penulangan, sisipan dan lainnya telah disetujui Konsultan
pengawas. Acuan harus dibersihkan, bebas dari guncangan, celah, dan kotoran.
5.8.2. Metoda dan urutan pengecoran harus sesuai dengan Spesifikasi Teknis dan petunjuk Gambar Kerja.
5.8.3. Bagian luar permukaan beton harus dikerjakan dengan baik selama pengecoran. Penggetaran terus menerus
pada jarak 38-40 cm harus tetap terjaga untuk mencegah keropos dan untuk mendapatkan permukaan yang
halus. Alat Penggetar/ Vibrator harus disetujui terlebih dahulu oleh konsultan pengawas mengenai
kelayakan guna alat.

5.8. Pembongkaran Acuan


Acuan dan perancah tidak boleh dibongkar tanpa persetujuan Konsultan pengawas. Persetujuan Konsultan pengawas
tidak membebaskan Kontraktor dari keamanan pekerjaan tersebut. Jadwal pembongkaran harus ditentukan oleh
Konsultan pengawas.Untuk pembongkaran acuan pada bagian struktur portal banguan,minimal waktu memulai
pembongkaran acuan adalah 14 hari setelah pengecoran atau pada posisi beton telah mengering dan mengeras
sempurna jika menggunakan bahan tambahan dan dengan persetujan Konsultan Pengawas.

5.9. Perbaikan Beton


5.9.1. Kontraktor harus meminta Konsultan pengawas untuk memeriksa permukaan beton segera setelah
pembongkaran acuan.
5.9.2. Kontraktor atas biayanya harus mengganti beton yang tidak sesuai dengan garis, detail atau elevasi yang
telah ditentukan atau yang rusaknya berlebihan. (Jangan menambat, mengisi, memutar, memperbaiki atau
mengganti beton ekspos kecuali atas petunjuk Konsultan pengawas).
5.9.3. Keropos, lubang atau sambungan harus diperbaiki segera setelah pembongkaran acuan.

5.10. Perawatan dan Perlindungan

Kerangka Acuan Kerja (KAK)


- Ketentuan-ketentuan berikut harus diperhatikan untuk melindungi beton segar yang baru dicor
terhadap matahari, angin dan hujan sampai beton mengeras dengan baik, dan untuk mencegah
pengeringan yang tertalu cepat.
- Semua acuan yang berisi beton harus dijaga tetap lembab sampai saat pembongkaran.
- Semua permukaan beton ekspos harus dilembabkan secara terus menerus selama 14 hari setelah
pengecoran.
- Tidak diijinkan menyimpan bahan-bahan di atas beton atau melintas diatas konstruksi, yang menurut
pendapat Konsultan pengawas, belum cukup mengeras.

B. BETON TIDAK BERTULANG

1.0 LINGKUP PEKERJAAN


Bagian pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan-bahan, pemasangan dan semua pekerjaan beton tak bertulang dan
campuran yang dipergunakan adalah 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr atau setara K-100, dan dilaksanakan untuk lantai kerja, rabat
beton dan lainnya yang ditentukan dalam gambar

2.0 STANDAR / RUJUKAN


Mengacu pada standar/ rujukan Beton Bertulang

3.0 Material
Mengacu pada standar material Beton bertulang yg dijelaskan di atas sebelumnya.

\
PASAL 7
BATU BATA

1.0 LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, peralatan, alat-atat bantu yang dibutuhkan, bahan dan semua
pasangan batu bata pada tempat-tempat seperti yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.
Pekerjaan ini terdiri tetapi tidak pada hal-hal berikut:
- Pasangan batu bata,
- Adukan,
- Pengaplikasian bahan penutup celah antara dinding dengan kotom bangunan, dinding dengan bukaan dinding
dan dinding dengan peralatan, sesuai dengan petunjuk Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.

2.0 STANDAR / RUJUKAN

2.1. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)


2.2. Standar Industri Indonesia (SII) / Standar Nasional Indonesia (SNI)
2.3. American Society for Testing and Materials (ASTM).
2.4. Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (SK SNI 5-04-1989-F).
2.5 Spesifikasi Teknis:
- Adukan dan Plesteran
- Penutup dan Pengisi Celah.

3.0. PROSEDUR UMUM

3.1. Contoh Bahan


Contoh bahan-bahan yang akan digunakan harus diserahkan kepada Konsultan pengawas untuk disetujui
terlebih dahulu sebelum dikirimkan ke lokasi proyek. Contoh bahan batu bata diserahkan sebanyak minimal 10
buah, untuk keperluan pengujian kuat tekan yang disyaratkan.
Biaya pengadaan Contoh dan pengujian menjadi tanggung jawab Kontraktor.

3.2. Pengiriman dan Penyimpanan


Semua bahan harus disimpan dengan baik, terlindung dari kerusakan. Bata harus tersusun dengan baik dan
teratur dengan tinggi maksimum 150 cm. Semen harus dikirim dalam kemasan aslinya yang tertutup rapat
dimana tertera nama pabrik merek dagangnya.

Penyimpanan semen harus dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis seperti pada Pasal mengenai
Spesifikasi Teknis Beton Cor di Tempat.

4.0. BAHAN-BAHAN

4.1. Batu-Bata
4.1.1 Batu bata harus batu bata merah dari mutu yang terbaik dengan pembakaran sempurna dan merata,
produksl lokal dengan ukuran nominal 55 mm x 110 mm x 230 mm atau sesuai dengan ukuran lokal
yang dapat diperoleh yang dibakar dengan baik dan bersudut runcing dan rata, tanpa cacat dan
mengandung kotoran.

Kerangka Acuan Kerja (KAK)


Meskipun ukuran bata yang biasa diperoleh di suatu daerah mungkin berbeda dengan ukuran tersebut
diatas, harus diusahakan supaya tidak terlatu menyimpang dari ukuran-ukuran tersebut.
4.1.2. Bata merah yang digunakan harus mempunyai kuat tekan minimal 25 kg/cm sesuai ketentuan SII-
0021-78/SNI.15-2049-1991 dan SK SNI 5-04-1989-F.

4.2. Adukan dan Plesteran


Adukan dan plesteran untuk pasangan batu-bata harus memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis seperti pada
Pasal mengenai Spesifikasi Teknis Adukan dan Plesteran.

4.3. Bahan Penutup dan Pengisi Celah


Bahan penutup dan pengisi celah harus memenuhi persyaratan Spesifikasi Teknis seperti pada Pasal mengenai
Spesifikasi Teknis Penutup dan Pengisian Celah.

5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1. Adukan
5.1.1. Adukan harus dicampur dalam alat/tempat mencampur yang telah disetujui. Sangat dilarang memakai
adukan yang sudah mulai mengeras dan membubuhkannya untuk dipakai lagi.
5.1.2. Adukan yang dipakai seperti berikut:
- Untuk pasangan kedap air di daerah basah, 15 cm di bawah permukaan tanah I sampai 20 cm di
atas lantai (tergambar ataupun tidak tergambar dalam Gambar Kerja), dan ditempat-tempat lain
sesuai petunjuk Gambar Kerja digunakan adukan 1 semen dan 3 pasir.
- Untuk pasangan biasa digunakan adukan 1 semen dengan 5 pasir.

5.2. Pemasangan
5.2.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor wajib memeriksa dengan seksama Gambar Kerja dan
melihat keadaan tempat pekerjaan tersebut di atas yang akan dilaksanakan. Sebelum digunakan, batu
bata harus direndam dalam air menggunakan bak air/drum hingga jenuh. dinding harus dipasang dan
didirikan menurut masing-masing ukuran, ketebalan dan ketinggian yang disyaratkan seperti
ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
5.2.2. Tidak diperkenankan memasang batu-bata yang patah dua melebihi 5% dan yang patah lebih dari dua.
5.2.3. Pasangan dinding batu-bata yang luasnya lebih besar dari 12 m2 harus ditambahkan kolom dan
balok penguat dengan ukuran minimal 120 mm x 120 mm, sesuai dengan lebar bata, dengan tulangan
pokok minimal 4 Ø 10 mm, sengkang Ø 8 mm - 200 mm (Tergambar atau tidak tergambar pada
Gambar Kerja).
5.2.4. Pasangan dinding bata dengan Luas setiap 6 m2 yang terletak diluar bangunan yang langsung mendapat
beban angin harus diberi kotom praktis ukuran minimum 120 mm x 120 mm dengan tulangan dan
beugeul seperti diatas. (Tergambar atau tidak tergambar pada Gambar Kerja).
5.2.5. Pemasangan dinding batu bata yang dilaksanakan bertahap dalam jeda waktu lebih dari 1 bulan, setiap
tahap terdiri maksimal 24 lapis setiap hari, dan kemudian diikuti dengan pengecoran kolom praktis.
(Tergambar atau tidak tergambar pada Gambar Kerja).
5.2.6. Tebal adukan pengikat tidak kurang dari 10 mm dan adukan harus padat sedemikian rupa sehingga
membentuk sambungan yang lurus / menerus dan rata.
5.2.7. Setelah bata terpasang dengan adukan, siar-siar harus dikerok rapih sedalam 10 mm dan dibersihkan
dengan sapu lidi untuk kemudian disiram.
5.2.8. Sebelum diplester, pasangan bata harus dibasahi dengan air terlebih dahulu sampai jenuh.

5.3. Perawatan dan Perlindungan


5.3.1. Pasangan batu bata harus dibasahi terus menerus.
5.3.2. Pasangan batu bata yang terkena, udara terbuka, selama waktu-waktu hujan tebat harus diberi
perlindungan dengan menutup bagian atas dari tembok.
5.3.3. Siar atau celah antara dinding dengan kolom bangunan, dinding dengan bukaan dinding atau dinding
dengan peralatan harus ditutup dengan bahan pengisi celah seperti disebutkan dalam Spesifikasi
Teknis seperti pada Pasal mengenai Spesifikasi Teknis Penutup dan Pengisian Celah.

5.4. Plesteran
Bahan plesteran harus memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis seperti pada Spesifikasi Teknis mengenai
Adukan dan Plesteran.

PASAL 8
ADUKAN DAN PELESTERAN

1.0 LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan adukan dan plesteran (kasar dan halus), seperti penjelasan dalam Gambar
Kerja atau disyaratkan dalam Spesifikasi Teknis ini.

2.0. STANDAR/ RUJUKAN

2.1. American Society for Testing and Materials (ASTM)


2.2. American Concrete Institute (ACI)
2.3. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (N1-2, 1971)
2.4. Standar Industri Indonesia (SII) and / or Standar Nasional Indonesia (SNI):
- SII.0013-81 /SNI. 115-2049-1992 Semen Portland, Mutu dan Cara Uji Semen

Kerangka Acuan Kerja (KAK)


2.5. American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO).
2.6. Spesifikasi Teknis - Beton Cor di Tempat.

3.0 PROSEDUR UMUM

3.1. Contoh Bahan


Contoh bahan yang akan digunakan harus diserahkan kepada Pengawas Lapangan untuk terlebih dahulu
sebelum dikirim ke lokasi proyek.

3.2. Pengiriman dan Penyimpangan


3.2.1. Pengiriman dan penyimpangan bahan semen dan bahan lainnya harus sesuai ketentuan Spesifikasi
Teknis seperti pada Pasal mengebai Spesifikasi Teknis Beton Cor Di Tempat.
3.2.2. Pasir harus disimpan di atas tanah yang beraih, bebas dari aliran air, dengan kata lain penyimpanan
dilengkapi dengan saluran pernbuangan yang memadai, dan bebas dari benda-benda asing.
Tinggi penimbunan tidak lebih dari 1200 mm agar tidak berhamburan.

4.0. BAHAN-BAHAN

4.1. Semen
Semen tipe I harus memenuhi Standar SII.001 3-81 /SNI. 15-2049-1992 atau ASTM C 15089 serta. Spesifikasi
Teknis seperti pada Pasal mengenai Spesifikasi Teknis Beton Cor Di Tempat.
Semen yang digunakan hams berasat dari sate merek dagang yang dikenal teas Sian mullah diperoleh.
4.2. Pasir
Pasir harus bersih, keras, padat dan tajam, tidak mengandung Lumpur atau kotoran yang lain yang merusak.
Perbandingan butir-butir harus seragam dari yang kasar sampai dengan yang halus, sesuai dengan ketentuan
ASTM C 33.
4.3. Air
Air harus bersih, bebas dari asam, minyak, alkali dan zat-zat organic yang beraifat merusak. Air dengan
kualitas yang diketahui dan dapat diminum tidak perlu diuji. Pada dasamya semua air, kecuali yang telah
disebutkan diatas, harus diuji sesuai ketentuan AASHTO T26 dan/atau disetujui Pengawas Lapangan.
4.4. Bahan Tambahan
Bahan tambahan untuk meningkatkan kekedapan air terhadap air dan menambah daya lekat harus berasal dari
merek yang dikenal lugs, seperti Super Cement, Febond SBR, Cemecryl, Barra Emulsion 57 atau yang setara.

5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1. Perbandingan Campuran Adukan dan/atau Plesteran


5.1.1. Campuran 1 semen dan 3 pasir digunakan untuk adukan kedap air, adukan kedap air 150 mm di
bawah permukaan tanah sampai 200 mm di atas lantai, tergambar atau tidak tergambar dalam Gambar
Kerja, plesteran permukaan beton yang terlihat dan tempat-tempat lain seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar Kerja.
5.1.2. Campuran 1 semen dan 5 pasir untuk semua pekerjaan adukan dan plesteran selain tersebut di atas.
5.1.3. Bahan tambahan untuk menambah daya lekat dan meningkatkan kekedapan terhadap air harus
digunakan dalam jumlah yang sesuai dengan petunjuk penggunaan dari pabrik pembuat.

5.2. Pencampuran
Semua bahan kecuali air harus dicampur dalam kotak pencampur atau alat pencampur yang disetujui sampai
diperoleh campuran yang merata, untuk kemudian dimbahkan sejumlah air dan pencampuran minimal 1
sampai 2 menit sebelum pengaplikasian
Adukan dibuat dalam jumlah tertentu dan waktu percarnpuran minimal 1 sampai 2 menit sebelum
pengaplikasian.
Adukan yang tidak digunakan dalam jangka waktu 45 menit setelah pencampuran tidak diijinkan digunakan.

5.3. Perataan dan Pembersihan Permukaan


5.3.1. Semua permukaan yang akan menerima adukan dan/atau plesteran harus bersih, bebas dari serpihan
karbon lepas dan bahan lainnya yang mengganggu.
5.3.2. Pekerjaan plesteran hanya diperkenankan setelah selesainya pemasangan instatasi Listrik dan air dan
seluruh bagian yang akan menerima plesteran telah terlindung di bawah atap.
Permukaan yang akan diplester harus telah berusia tidak kurang dari dua minggu. Bidang permukaan
tersebut harus disiram air terlebih dahulu dengan air hingga jenuh dan siar telah dikerok sedalam 10
mm dan dibersihkan.

5.4. Pemasangan
5.4.1. Plesteran Batu Bata
- Pekerjaan plesteran dapat dimulai setelah pekerjaan persiapan dan pembersihan selesai.
- Untuk memperoleh permukaan yang rapi dan sempuma, bidang plesteran dibagi-bagi dengan
kepala plesteran yang dipasangi sementara dari bambu.
- Kepala plesteran dibuat pada setiap jarak 100 cm, dipasang tegak dengan menggunakan
kepingan kayu lapis tebal 6 mm untuk patokan kerataan bidang.
- Setelah kepala plesteran diperiksa kesikuannya dan kerataannya, permukaan dinding baru dapat
ditutup dengan plesteran sampai rata dan tidak ada kepingan-kepingan kayu yang tertinggal
dalam plesteran.
- Seluruh permukaan plesteran harus rata dan rapi, kecuali bila pasangan akan ditapis dengan
bahan lain. Sisa-sisa pekerjaan yang telah selesai harus segera dibersihkan.
- Tali air (naad) selebar 4 mm digunakan pada bagian-bagian permukaan dengan bukaan dinding
atau bagian lain yang ditentukan dalarn Gambar Kerja, dibuat dengan menggunakan profil kayu

Kerangka Acuan Kerja (KAK)


khusus untuk itu yang telah diserut rata, rapi dan siku. Tidak diperkenankan membuat tali air
dengan menggunakan baja tulangan.

5.4.2. Plesteran Permukaan Beton


- Permukaan beton yang akan diberi plesteran harus dikasarkan, dibersihkan dari bagian-bagian
yang lepas dan dibasahi air, kemudian diplester.
- Permukaan beton harus bersih dari bahan-bahan cat, minyak, temak, lumut dan sebagainya
sebelum pekerjaan plesteran dimulai. Permukaan beton harus dibersihkan menggunakan kawat
baja. Setelah plesteran selesai dan mulai mengeras, permukaan plesteran dirawat dengan
penyiraman air.
- Plesteran yang tidak sempurna, misalnya bergelombang, retak-retak, tidak tegak turns dan
sebagainya harus diperbaiki hingga sempurna.

5.5. Ketebalan Adukan dan Plesteran


Tebal adukan dan/atau plesteran minimal 10 mm, kecuali bila dinyatakan lain dalam Gambar Kerja atau sesuai
dengan petunjuk Konsultan Pengawas.

5.6. Pengacian
Pengacian dilakukan setelah plesteran disiram air sampai jenuh sehingga plesteran menjadi rata, harus tidak
ada bagian yang bergelombang, tidak ada bagian yang retak dan setelah plesteran berumur 8 (delapan) hari
atau sudah kering sempurna.
Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai dilakukan, Kontraktor harus selalu meyirami bagian permukaan
yang di aci dengan air sampai jenuh, sekurang-kurangnya dua kali setiap harinya.

5.7. Pemeriksaan dan Pengujian


Semua pekerjaan harus dengan mudah dapat diperiksa dan diuji. Kontraktor setiap waktu harus memberi
kemudahan kepada Konsultan Pengawas untuk dapat mengambil contoh pada bagian yang telah diselesaikan.
Bagian yang ditemukan tidak memuaskan harus diperbaiki dan dikerjakan dengan cara yang sama dengan
secepatnya tanpa biaya tambahan dari Pemilik Proyek.

PASAL 9
PENUTUP LANTAI DAN DINDING

1.0 LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan dan pemasangan berbagai jenis keramik pada tempat- tempat seperti
ditunjukkan dalam Gambar Kerja serta Spesifikasi Teknis ini atau sesuai Petunjuk Konsultan pengawas.

2.0 STANDAR/ RUJUKAN


2.1. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982).
2.2. Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (SK SNI S-04-1989-F).
2.3. Standar Industri Indonesia (SII)/ Standar Nasional Indonesia (SNI).
2.4. Spesifikasi Teknis - Adukan dan plesteran.

3.0 PROSEDUR UMUM


3.1. Contoh Bahan dan Data Teknis
Contoh bahan dan data teknis/brosur bahan yang akan digunakan harus diserahkan terlebih dahulu kepada
Konsultan pengawas untuk disetujui sebelum dikirim ke lokasi proyek.
Contoh bahan ubin keramik harus diserahkan sebanyak 3 (tiga) buah dengan 4 (empat) gradasi warna untuk
setiap bahan.
Biaya pengadaan contoh bahan menjadi tanggung jawab kontraktor.

3.2. Pengiriman dan Penyimpanan


Pengiriman ubin keramik ke lokasi proyek harus terbungkus dalam kemasan pabrik yang belum dibuka dan
dilindungi dengan label/merek dagang yang utuh dan jelas. Kontraktor wajib menyediakan cadangan sebanyak
2,5% dari keseluruhan bahan terpasang untuk diserahkan kepada Pernilik Proyek.
Ubin harus dari kualitas yang baik dan dari merek yang dikenal. Ubin yang tidak rata permukaan, dan
warnanya, sisinya tidak lurus, sudut-sudutnya tidak siku, retak atau cacat-cacat yang lainnya, tidak boleh
dipasang.

4.. Bahan Ubin Granit/Keramik


4.2.1. Ubin Granit/keramik terdiri dari beberapa jenis seperti tersebut berikut:

- untuk lantai ruangan menggunakan granit 60x60 cm biasa


- Ubin keramik ukuran 25 cm x 50 cm (Ex. Roman) untuk dinding KM/WC.
- ubin Keramik ukuran 25 cm x 25 cm (Ex. Roman) untuk Lantai KM/WC
- Plint Granit ukuran 10 cm x 60 cm untuk tempat-tempat lain seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar Kerja.Plint keramik dapat berupa potongan dari Granit 60 cm x 60 cm dengan catatan
dimensi potongan berukuran 10 cm x 60 cm dan potongan harus rapi.
- Untuk lantai anak tangga menggunakan stepnosing 30cm x 60 cm.

4.2.2. Tipe dan warna masing-masing ubin keramik harus sesuai Skema warna yang ditentukan oleh direksi
(owner), dan untuk keramik km/wc tipe keramik berasal dari ex. Roman atau yang setara yang
disetujui oleh Konsultan pengawas.

4.4. Adukan
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
4.1.1 Adukan terdiri dari campuran semen dan pasir yang diberi bahan tambahan penguat dalam jumlah
penggunaan sesuai petunjuk dari pabrik pembuat.
4.1.2 Adukan perekat khusus untuk memasang ubin keramik, jika ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau
sesuai petunjuk Konsultan pengawas, harus memenuhi ketentuan AS 2358, ANSI 118.1, 118,4 dan
BS 5385, seperti produk AM 30 Mortarflex atau yang setara.

5.0 PELAKSANAAN PEKERJAAN.

5.1. Persiapan
5.1.1. Pekerjaan pasangan ubin baru boleh dilakukan setelah pekerjaan lainnya benar-benar selesai.
5.1.2. Pemasangan ubin harus menunggu sampai semua alat penggantung, pengunci pintu/jendela dan semua
pekerjaan perpipaan air bersih/air kotor atau pekerjaan lainnya yang terletak di belakang atau di
bawah pasangan ubin ini telah diselesaikan terlebih dahulu.

5.2. Pemasangan
5.2.1. Sebelum pemasangan ubin pada dinding dimulai, plesteran harus dalam keadaan kering, padat, rata
dan bersih.
5.2.2. Sebelum dipasang, ubin harus direndam air terlebih dahulu.
5.2.3. Adukan untuk pasangan ubin pada lantai, dinding luar dan bagian lain yang harus kedap air harus
terdiri dari campuran 1 semen, 2 pasir. Adukan untuk pasangan ubin pada tempat-tempat lainnya
menggunakan campuran I semen dan 4 pasir.
Tebal Adukan untuk semua pasangan tidak kurang dari 25mm, kecuali bila ditentukan lain dalam
Gambar Kerja.
5.2.4. Adukan untuk pasangan ubin pada dinding luar harus diberikan pada permukaan plesteran dan
permukaan belakang ubin, kemudian dilekatkan pada tempat yang sesuai dengan direncanakan atau
sesuai petunjuk Gambar Kerja.

5.2.5. Adukan untuk pasangan ubin pada lantai harus ditempatkan di atas lapisan pasir padat, kecuali bila
ditentukan lain dalam Gambar Kerja. Pasangan ubin untuk lantai KM/WC, permukaannya harus
dimiringkan dan sedemikian rupa menuju ke arah lubang pembuangan (saringan air kotor).
5.2.6. Ubin harus kokoh menempel pada atasnya dan tidak boleh berongga. Harus dilakukan pemeriksaan
untuk menjaga agar bidang ubin yang terpasang tetap lurus dan rata.
Ubin yang salah (letaknya, cacat atau pecah, harus dibongkar dan diganti.
5.2.7. Ubin mulai dipasang dari salah satu sisi agar potongan simetris yang dikehendaki dapat terbentuk
dengan baik.
5.2.8. Sambungan atau celah-celah antara ubin harus lurus, rata dan seragam, saling tegak lurus. Lebar celah
tidak boleh lebih dari 1.6mm, kecuali bila ditentukan lain.
Adukan harus rapi, tidak keluar dari celah sambungan.
5.2.9. Pemotongan ubin harus dengan keahlian dan dilakukan hanya pada satu sisi, bila tidak terhindarkan.
Pada pemasangan khusus seperti pada sudut-sudut pertemuan, pengakhiran dan bentuk-bentuk yang
lainnya harus dikerjakan rapi dan sesempurna mungkin.

5.3. Pengecoran Siar/Celah


5.3.1. Pengecoran siar/celah antara ubin keramik harus dilaksanakan setelah adukan pasangan ubin benar-
benar kering. Hal ini perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya ledakan yang disebabkan karena
terperangkapnya kandungan air di bawah ubin.
5.3.2. Siar/celah antara ubin dicor dengan semen pengisi/grout yang berwarna sama dengan ubinnya, seperti
produk AM 50 Colored Ceramic Grout dengan campuran AM 54 Liquid Grout Additive atau yang
setara yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
5.3.3. Setelah semen pengisi cukup mengeras, bekas-bekas pengecoran segera dibersihkan dengan kain
lunak yang baru dan bersih.

5.4. Pembersihan dan Perlindungan


Setelah pemasangan selesai, permukaan ubin harus benar-benar bersih, tidak ada cacat, bila dianggap perlu
permukaan ubin harus diberi perlindungan misalnya dengan sabun anti karat atau cara lain yang diperbolehkan
tanpa merusak permukaan ubin.

PASAL 10
RANGKA ATAP DAN PENUTUP ATAP

1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi penyediaan alat, bahan serta pemasangan lembaran pelindung atap dan metal untuk talang air
hujan dan perlengkapan atap, lainnya pada seluruh bangunan sesuai petunjuk Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis
ini.

2.0. STANDAR/ RUJUKAN


2.1. Standar Industri Indonesia (SII).
2.2. Standar Nasional Indonesia (SNI).

3.0. PROSEDUR UMUM

3.1. Contoh Bahan dan Data Teknis


Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Contoh dan data teknis/brosur bahan yang akan digunakan harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas
untuk mendapatkan persetujuan.
3.2. Gambar Detail Pelaksanaan
Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus membuat dan menyerahkan Gambar Detail Pelaksanaan untuk
diperiksa dan disetujui Konsultan Pengawas.
3.3. Pengiriman dan Penyimpanan.
Semua bahan yang didatangkan harus segera disimpan ditempat yang kering dan terlindung dari kerusakan,
baik sebelum dan selama pemasangan.

4.0. BAHAN-BAHAN
4.1. Rangka Atap Dan Gording
4.1.1. Rangka Atap menggunakan Baja Baja Ringan C 75.65 Ex. Taso
4.1.2. Reng Menggunakan Baja Ringan

4.2. Alat Penyambung


Alat penyambung menggunakan skrup sesuai yang tercantum dalam gambar kerja

4.3. Atap Dan Bumbungan


4.3.1.Bahan atap dan bumbungan yang akan dipergunakan untuk bangunan ini adalah atap genteng metal
warna sesuai petunjuk direksi teknis.
.

5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN


5.1. Umum
5.1.1. Pekerjaan yang bersifat pabrikasi dilaksanakan sesuai ketentuan dalam Gambar Kerja dan harus
dikerjakan oleh tukang yang ahli dalam bidangnya.

5.2. Pemasangan Rangka Atap


5.2.1 Kontraktor wajib memberikan pemaparan produk sebelum pelaksanaan pemasangan rangka atap baja
ringan, sesuai dengan spesifikasi teknis .
5.2.2 Produk yang dipaparkan sesuai dengan surat dukungan dan brosur yang dilampirkan pada dokumen
tender.
5.2.3 Kontraktor wajib menyerahkan gambar kerja yang lengkap berserta detail dan bertanggung jawab
terhadap semua ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar kerja. Dalam hal ini meliputi dimensi
profil, panjang profil dan jumlah alat sambung pada setiap titik buhul.
5.2.4 Perubahan bahan/detail karena alasan apapun harus diajukan ke Konsultan Pengawas, Konsultan
Perencana dan Pihak Direksi untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis.
5.2.5 Semua detail dan konektor harus dipasang sesuai dengan gambar kerja.
5.2.6 Pihak kontraktor harus menyiapkan semua struktur balok penopang dengan kondisi rata air (waterpas
level) untuk dudukan kuda-kuda sesuai dengan desain sistem rangka atap.
5.2.7 Pihak kontraktor harus menjamin kekuatan dan ketahanan semua struktur yang dipakai untuk tumpuan
kuda-kuda. Berkenaan dengan hal itu, pihak konsultan ataupun tenaga ahli berhak meminta informasi
mengenai reaksi-reaksi perletakan kuda-kuda..
5.2.8 Kontraktor wajib memberikan jaminan jika terjadi deformasi yang melebihi ketentuan maupun
keruntuhan yang terjadi pada struktur rangka atap Baja, meliputi kuda-kuda, pengaku-pengaku dan
gording.

5.5. Lapisan Kedap Air


Lapisan kedap air dilaksanakan sesuai petunjuk pelaksanaan dari pabrik pembuatnya dengan material setara
SIKA TOP 107.

PASAL 11
PEKERJAAN KACA

1.0. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini meliputi pengadaan, pembuatan dan pemasangan Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan/material,
tenaga kerja pemotongan dan pemasangan kaca pintu, bingkai jendela, ventilasi, cermin maupun kaca mati seperti
yang ditunjukan dalam Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis.

2.0. BAHAN-BAHAN
2.1 Kaca yang digunakan pada pekerjaan ini adalah jenis kaca seperti yang ditunjukan dalam gambar antara lain :
 Kaca Raybend 5 mm
 Kaca Stopsol 5 mm
2.2 Kaca yang digunakan adalah kaca buatan dalam negeri, tidak cacat dan tidak retak.

3.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN

3.1. Ukuran dan ketebalan kaca yang akan dipasang dilaksanakan mengikuti petunjukpetunjuk yang ditentukan
dalam gambar.
3.2. Kaca harus dipasang sedemikian rupa sehingga dengan lubang sponing yang sesuai dengan ketebalan kaca,
serta dipasang list dengan rapi sehingga tidak goyang/longgar.

Kerangka Acuan Kerja (KAK)


3.3. Pada saat pekerjaan diserahkan, kaca yang terpasang dalam keadaan utuh dan tidak pecah/retak. Apabila
berdasarkan pemeriksaan terdapat kaca yang retak, Kontraktor harus segera mengganti.

PASAL 12
PEKERJAAN ALUMINIUM

1.0. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini meliputi pengadaan, pembuatan dan pemasangan kusen dan pintu dan jendela, daun jendela dan daun
pintu dan pekerjaan lainnya yang menggunakan bahan aluminium, sesuai petunjuk Gambar Kerja dan Spesifikasi
Teknis.

3.0. PROSEDUR UMUM


3.1. Contoh Bahan dan Data Teknis
Contoh aluminium yang meliputi ukuran dan warna harus diserahkan kepada Konsultan pengawas untuk
disetujui sebelum pengadaan bahan ke lokasi pekerjaan.
3.1.1. Contoh bahan aluminium dan spesifikasinya harus diawasi dan disetujui oleh Konsultan pengawas.
Data-data ini harus meliputi pengujian untuk:
- Dimensi,
- Ketebalan,
- Warna,
3.3.2. Biaya pengadaan contoh bahan menjadi tanggung jawab Kontraktor.

3.2. Gambar Detail Pelaksanaan


3.2.1. Gambar detail pelaksanaan harus meliputi detail-detail pemasangan rangka dan bingkai,
pengencangan dan sistem pengangkutan seturuh pekerjaan harus disiapkan oleh Kontraktor untuk
diserahkan kepada Konsultan pengawas untuk disetujui sebelum pelaksanaan pekerjaan.
3.2.2. Semua dimensi harus diukur di lokasi pekerjaan dan ditunjukan dalam Gambar Detail Pelaksanaan.
3.2.3. Kontraktor bertanggung-jawab atas setiap pembelian dimensi dan akhir penyetelan semua bagian
pekerjaan, koordinasi dengan pekerjaan lain dan semua pekerjaan lain yang diperlukan untuk
menyempurnakan pekerjaan yang tercakup dalam Spesifikasi Teknis ini, sehingga sesuai dengan
ketentuan dalam Gambar Kerja.

3.3. Pengiriman dan Penyimpanan


3.3.1. Pekerjaan aluminium dan kelengkapannya harus diadakan sesuai dengan ketentuan dalam Gambar
Kerja, bebas dari bentuk puntiran, lekukan dan cacat.
3.3.2. Segera setelah didatangkan, pekerjaan aluminium dan kelengkapannya harus ditumpuk dengan baik di
tempat yang bersih dan kering dan dilindungi terhadap kerusakan atau gesekan, sebelum dan setelah
pemasangan. Semua bagian harus dijaga tetap bersih dan bebas dari ceceran adukan, plesteran, cat dan
lainnya.

4.0. BAHAN-BAHAN
4.1 Material
4.1.1 Ukuran aluminium yang digunakan adalah lebar 4 inci.
4.1.2 semua material harus utuh, tidak bengkok/cacat.
4.1.3 warna aluminium yang digunakan akan ditentukan kemudian oleh direksi teknis.

5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1. Pabrikasi
5.1.1. Pekerjaan pabrikasi atau pemasangan tidak boleh dilaksanakan sebelum Gambar Detail Pelaksanaan
yang diserahkan Kontraktor disetujui Konsultan pengawas.
5.1.2. Semua komponen harus dipabrikasi dan dirakit secara tepat sesuai bentuk dan ukuran yang telah
ditentukan dalam Gambar Kerja dan ukuran di lokasi serta dipasang pada lokasi seperti ditunjukkan.
5.2. Pemasangan
5.2.1. Bagian pertama yang terpasang harus disetujui Konsultan pengawas sebagai acuan dan contoh untuk
pemasangan berikutnya.
5.2.2. Kontraktor bertanggung jawab atas kualitas konstruksi komponen-komponen. Bila suatu sambungan
tidak digambarkan dalam Gambar Kerja, sambungan-sambungan tersebut harus ditempatkan dan
dibuat sedemikian rupa sehingga sambungan-sambungan tersebut dapat meneruskan beban dan
menahan tekanan yang harus diterima.
5.2.3. Bila dipasang langsung ke dinding atau beton, rangka kusen atau bingkai harus dilengkapi dengan
fiser pada jarak setiap 50 cm.
5.2.5. Semua pengencang harus tidak terlihat, kecuali ditentukan lain.
Semua sambungan harus rata dengan pemotongan dan pengeboran/pemakuan yang dikerjakan
sebelum pelaksanaan.
5.2.5. Pemasangan karet pada profil kaca harus terpasang sesuai ketentuan Spesifikasi dan gambar kerja.
5.2.6. Kunci, alat penutup pintu (door closer), engsel dan lain-lain harus dipasang sesuai ketentuan Gambar
Kerja dan memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis seperti pada pasal mengenai Spesifikasi Teknis
Alat Penggantung dan Pengunci.
5.2.7 Semua pekerjaan harus bertaraf kelas satu dengan hasil yang baik dan rapi, untuk profil panjang harus
menggunakan mesin potong.

PASAL 13
ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
1.0. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan dan pemasangan semua atas penggantung dan pengunci pada semua daun
pintu dan jendela sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja

2.0. STANDAR / RUJUKAN


2.1. Spesifikasi Teknis:
- Pekerjaan aluminium bagus.
- Pintu Kaca.

3.0. PROSEDUR UMUM


3.1. Contoh Bahan dan Data Teknis
Contoh bahan beserta data teknis/brosur bahan alat penggantung dan pengunci yang akan dipakai harus
diserahkan kepada Pengawas Lapangan untuk disetujui, sebelum dibawa ke lokasi Proyek.
3.2. Pengiriman dan Penyimpanan
Alat Penggantung dan pengunci harus dikirimkan ke lokasi proyek dalam kemasan asli dari pabrik
pembuatnya, tiap alat harus dibungkus rapi dan masing-masing dikemas dalam kotak yang masih utuh lengkap
dengan Nama pabrik dan mereknya. Semua alat harus disimpan dalam tempat kering dan terlindung dari
kerusakan.
3.2. Ketidaksesuaian
Pengawas Lapangan berhak menolak bahan maupun pekerjaan yang tidak memenuhi persyaratan dan
Kontraktor harus menggantinya dengan yang sesuai. Segala hal yang diakibatkan karena hal di atas menjadi
tanggung jawab kontraktor.

4.0. BAHAN-BAHAN.
4.1. Umum
Semua bahan/alat yang tertulis di bawah ini harus seturuhnya baru, kualitas baik buatan pabrik yang dikenal
dan disetujui.
Semua bahan harus anti karat untuk semua tempat yang memiliki nilai kelembaban lebih dari 70%.
Kecuali ditentukan lain, semua alat penggantung dan pengunci yang didatangkan harus sesuai dengan tipe-tipe
tersebut di bawah.

4.2. Alat Penggantung dan Pengunci


4.2.1. Kunci dan Pegangan Pintu
Kunci untuk semua luar dipasang kunci tanam buatan dan kunci kusen aluminium.
Semua kunci harus terdiri dari :
- Kunci tipe silinder yang terbuat dari bahan stainless, dengan 3 (tiga) buah anak kunci.
- Rumah kunci yang terbuat dari baja lapis seng dengan jenis yang disesuaikan dengan jenis bahan
panel pintu (besi, kayu atau aluminium).

4.2.2. Engsel
- Kecuali ditentukan lain, engsel untuk pintu dan jendela harus tipe kupu-kupu Stainless steel ring
dari bahan baja yang setara dengan merk Dekson.

5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN

5. 1. Umum
5.1.1. Pemasangan semua alat penggantung dan pengunci harus sesuai dengan perayaratan serta sesuai
dengan petunjuk dari pabrik pembuatnya. Semua peralatan tersebut harus terpasang dengan kokoh dan
rapih pada tempatnya, untuk menjamin kekuatan serta kesempurnaan fungsinya.
5.1.3. Semua pintu memakai kunci tanam lengkap dengan badan kunci, silinder, handel/pelat.

5.2. Pemasangan Pintu


5.2.1 Kunci pintu dipasang pada ketinggian 100 cm dari lantai.
5.2.2 Pemasangan engsel atas berjarak maksimal 28 cm dari tepi atas daun pintu dan engsel bawah berjarak
maksimum 33 cm dari tepi bawah daun pintu, sedang engsel tengah dipasang di antara kedua engsel
tersebut.
5.2.3 Semua pintu memakai kunci tanam lengkap dengan pegangan (handel), pelat penutup muka dan pelat
kunci.
5.2.4 Pada pintu yang terdiri dari dua buah daun pintu, salah satu daunnya harus memasang slot tanam
sebagaimana mestinya.

5.3. Pemasangan Jendela


Daun jendela dipasangkan ke kusen dengan menggunakan sepasang engsel tipe kupu-kupu kemudian
dilengkapi dengan sepasang hak angin tipe jungkit seperti ditunjukan dalam Gambar Kerja.

PASAL 14
PENUTUP DAN PENGISI CELAH

1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Kerangka Acuan Kerja (KAK)


Pekerjaan ini metiputi pengadaan dan pemasangan bahan penutup dan pengisi celah termasuk diantaranya, tetapi tidak
terbatas pada hal-hal berikut:

- celah antara kusen pintu/jendela dengan dinding,


- celah antara dinding dengan kolom bangunan,
- celah antara peralatan dengan dinding, lantai atau langit-langit,
- celah antara langit-langit dan dinding, dan
- celah celah lainnya yang memerlukan

2.0. STANDAR/ RUJUKAN


2.1. American Society for Testing and Materials (ASTM).
2.2. Spesifikasi Teknis:
- Batu Bata
- Pintu Jendela dan Aluminium

3.0. PROSEDUR UMUM

3.1. Contoh Bahan dan Data Teknis


Contoh bahan beserta data teknis bahan dan/atau brosur bahan harus diserahkan kepada Pengawas Lapangan
untuk disetujui sebelum pengadaan bahan ke lokasi.
3.3. Pengiriman dan Penyimpanan
Semua bahan yang didatangkan harus dalam keadaan baru, utuh/masih disegel, bermerek jelas dan harus
disimpan di tempat kering, bersih dan aman, dan ditindungi dari kerusakan yang diakibatkan oleh kondisi
udara.

4.0. BAHAN-BAHAN
Bahan penutup dan pengisi celah harus terbuat dari bahan formula silicon, yang sesuai Untuk daerah tropis dengan
kelembaban tinggi dan dapat diaplikasikan pada berbagal jenis bahan, seperti produk Dow Corning 795 Silicone
Building Sealant, Ge Silglaze N, atau yang setara.
Untuk permukaan yang berpori harus digunakan pelapis dasar yang direkomendasikan oleh pabtik pembuat bahan
penutup dan pengisi celah.

5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN


5.1. Persiapan
Semua permukaan yang akan menerima bahan penutup dan pengisi celah harus bebas dari debu, air, minyak
dan segala kotoran.

Bahan metal atau kaca yang berhubungan dengan dinding harus dibersihkan dengan bahan pembersih yang
tidak mengandung minyak seperti methyl.

5.2. Desain Pertemuan


Desain pertemuan pada lokasi bahan penutup celah akan ditempatkan tidak lebih lebar dari 12.7 mm dan tidak
lebih sempit dari 4 mm, dengan kerdalaman tidak lebih besar dari 4.6 mm dan tidak lebih kecil dari 4 mm.

5.3 Cara Pengaplikasian


5.3.1 Daerah di sekitar tempat yang akan diberi bahan penutup celah harus dilindungi dengan lembaran
pelindung. Lembaran pelindung ini tidak boleh menyentuh bagian permukaan yang akan diberi bahan
penutup celah.
5.3.2 Pelapis dasar harus diaplikasikan terlebih dahulu pada permukaan yang berpori, agar bahan penutup
dan pengisi celah dapat melekat dengan baik.
5.3.3 Bahan penutup celah harus diaplikasikan secara menerus (tidak terputus).
5.3.4 Lembaran pelindung harus segera dibuka setelah bahan penutup celah selesai diaplikasikan.
5.3.5 Bahan penutup celah yang baru saja terpasang tidak boleh diganggu pating sedikit selama 48 (empat
putuh delapan) jam.

PASAL 15
PEKERJAAN PLAFON GYPSUM

1.0. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan, tenaga kerja, peralatan bantu dan pemasangan panel gypsum, List Profil
Gypsum dan aksesori pada tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.

2.0. STANDAR/ RUJUKAN


2.1. Australian Standard (AS).
2.2. American Society for Testing and Materials (ASTM). 2.3. Spesifikasi Teknis :
Berbagai Jenis Metal, Pengecatan.

3.0. PROSEDUR UMUM

3.1. Contoh Bahan dan Data Teknis


Contoh dan data teknis/brosur bahan yang akan digunakan harus diserahkan terlebih dahulu kepada Pengawas
Lapangan untuk disetujui sebelum dikirim ke lokasi proyek.

3.2. Gambar Detail Pelaksanaan


Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Kontraktor harus menyerahkan Gambar Detail Pelaksanaan sebelum Pekerjaan dimulai, untukdisetujul oleh
Pengawas Lapangan.
Gambar Detail Pelaksanaan harus mencakup penjelasan mengenai jenis/data, bahan, dimensi bahan, ukuran-
ukuran, jumlah bahan, cara penyambungan pabrikasi, cara pemasangan dan detail lain yang diperlukan.

3.2. Pengiriman dan Penyimpanan


3.2.1. Panel gipsum dan aksesoris harus didatangkan ke lokasi sesaat sebelum pemasangan untuk
mengurangi resiko kerusakan.
3.2.2. Panel gipsum harus ditumpuk dengan rapi dan kuat di atas penumpu yang ditempatkan setiap jarak
450mm, dengan menumpu bagian ujung berjarak tidak lebih dari 150mm terhariap ujung tumpukan.
3.2.3. Panel gipsum clan aksesoris harus disimpan ditempat terlindung, tepas, dari muka tanah, atas
permukaan yang rata dan dibindarkan dari pengaruh cuaca.

3.3. Ketidaksesuaian
3.3.1. Kontraktor wajib memeriksa Gambar Kerja yang ada terhariap kemun&nan
kesalahm/ketidaksesuaian, baik dari segi dimensi, jumlah maupun pemasangan dan lainnya.

3.3.2. Bila bahan-bahan yang didatangkan atau pabrikasi ternyata menyimpang atau tidak sesuai dengan
yang telah disetujui, maka akan ditolak dan Kontraktor wajib menggantinya dengan yang sesuai.
3.3.3. Biaya yang ditimbulkan karena hal di atas menjadi tanggung jawab kontraktor sepenuhnya dan tanpa
tambahan waktu.

4.0. BAHAN-BAHAN.
4.1. Panel Gipsum
4.1.1. Panel
- Panel gipsum harus dari produk yang memiliki teknologi control density dan memiliki ketebalan
minimum dan ukuran model sesuai petunjuk dan Gambar Kerja (Ketebalan Gypsum digunakan 9
mm), seperti produk Jayaboard, Elephant, Siam atau yang setara.
- Panel gipsum harus dari normal/standar yang memenuhi ketentuan AS 2588-1983, dengan
bentuk tepi khusus untuk penyambungan rata (flush joint), kecuali bila ditentukan lain dalam
Gambar Kerja.
- List Profil Gypsum menggunakan produk lokal, model dan bentuk sesuai petunjuk direksi teknis
dengan lebar list 10 cm.

4.1.2. Semen Penyambung


Semen penyambung panel gipsum maupun list profil harus sesuai dengan rekomendasi dari pabrik
pembuat panel gipsum.

4.1.3. Alat Pengencang


Alat pengencang berupa sekrup dengan tipe sesuai jenis pemasangan harus sesuai rekomendasi dari
pabrik pembuat panel gypsum yang memenuhi ketentuan AS 2589-1983.

4.1.4. Perlengkapan Lainnya


Alat pengencang berupa sekrup dengan tipe sesuai jenis pemasangan harus sesuai rekomendasi dari
pabrik pembuat panel gipsum yang memenuhi ketentuan AS 2589-1983.
- Perekat,
- Pita kertas,
- Cat dasar khusus untuk pembuatan panel. gipsum,
- Dan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan agar panel gypsum terpasang dengan baik.

5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1. Umum
5.1.1. Sebelum panel gipsum dipasang, Kontraktor halus memeriksa kesesuaian tinggi/kerataan pamukaan,
pembagian bidang, ukuran dan waterpas pada tempat pemasangan terhadap ketentuan Gambar Kerja,
serta lurus dan waterpas pada tempat yang sama.
5.1.2. Pemasangan, panel gipsum dan kelengkapannya harus sesuai dengan petunjuk pemasangan dari
pabrik pembuatnya.
5.1.3. Jenis/bentuk tepi panel gipsum harus dipilih berdasarkan jenis pemasangan seperti ditunjukkan dalam
Gambar Kerja.

5.2. Pemasangan
5.2.1 Rangka panel gipsum untuk pemasangan di langit-langit, partisi atau tempattempat lainnya berupa
rangka yang terbuat dari bahan baja lapis seng, harus sesuai dengan standar dari pabrik pembuatnya.
yang dibuat khusus untuk pemasangan panel gipsum.
5.2.2 Panel gipsum dipasangkan ke rangkanya dengan paku, sekrup atau alat pengencang dengan diameter
dan panjang yang sesuai.
5.2.3 Sambungan antar panel gipsum harus menggunakan pita penyambung dan perekat dikerjakan sesuai
petunjuk pelaksanaan dari pabrik pembuat panel gipsum.
5.2.4 List Profil Gypsum dipasang setelah panel gypsum selesai dipasang. Satu sisi direkatkan pada panel
gypsum sedangkan sisi yang lain direkatkan pada dinding tembok. Perekatan list profil harus
dilakukan sebelum plafon maupun dinding dicat. Proses pemasangannya harus dilakukan oleh tenaga
ahli yang berpengalaman, sehingga mendapatkan hasil yang sesuai ketentuan.

Kerangka Acuan Kerja (KAK)


5.3. Pengecatan
5.3.1 Permukaan gipsum harus kering, bebas dari debu, oli atau gemuk dan permukaan yang cacat telah
diperbaiki sebelum pengecatan dimulai.
5.3.2 Kemudian permukaan panel gipsum tersebut harus dilapisi dengan cat dasar khusus untuk panel
gipsum untuk menutup permukaannya yang berpori.
5.3.3 Setelah cat dasar panel gipsum kering kemudian dilanjutkan dengan pengaplikasian cat dasar dan/atau
cat akhir sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis seperti pada Spesifikasi Teknis Pengecatan dalam warna
akhir sesuai ketentuan Skema warna yang akan ditentukan kemudian.

PASAL 16
PENGECATAN

1.0. LINGKUP PEKERJAAN


Lingkup pekerjaan mencakup pengangkutan dan pengadaan semua peralatan, tenaga kerja dan bahan-bahan yang
berhubungan dengan pekerjaan pengecatan selengkapnya, sesuai dengan Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.
Kecuali ditentukan lain, semua permukaan eksterior dan interior harus dicat dengan standar pengecatan minimal 2
(dua) kali cat dasar dan 2 (dua) kali cat akhir.

2.0. STANDAR/ RUJUKAN


2.1. Steel Structures Painting Council (SSPC).
2.2. Swedish Standard Institution (SIS).
2.3. British Standard (BS).
2.4. Petunjuk Pelaksanaan dari pabrik pembuat cat yang digunakan.

3.0. PROSEDUR UMUM


3.1. Data Teknis dan Kartu Warna
Kontraktor harus menyerahkan data teknis/brosur dan kartu warna dari cat yang akan digunakan, untuk
disetujui terlebih dahulu oleh Pengawas Lapangan. Semua warna ditentukan oleh Pengawas Lapangan dan
akan diterbitkan secara terpisah dalam suatu Skema Warna.

3.2. Contoh dan Pengujian


3.2.1. Cat yang telah disetujui untuk digunakan harus disimpan di lokasi proyek dalam kemasan tertutup,
bertanda merek dagang dan mencantumkan identitas cat yang ada di dalamnya, serta harus diserahkan
tidak kurang 2 (dua) bulan sebelum pekerjaan pengecatan, sehingga cukup dini untuk memungkinkan
waktu pengujian selama 30 (tiga puluh) hari.
3.2.2. Pada saat bahan cat tiba di lokasi, Kontraktor dan Pengawas lapangan mengambil 1 liter contoh dari
setiap takaran yang ada dan diambil secara acak dari kaleng/kemasan contoh harus diaduk dengan
sempurna untuk memperoleh contoh yang benar-benar dapat mewakili
3.2.3. Untuk pengujian, Kontraktor harus mernbuat contoh warna dari cat-cat tersebut diatas 2 (dua)
potongan kayu lapis atau panel semen berserat berukuran 300mm x 300mm untuk masing-masing
warna. 1 (satu) contoh disimpan kontraktor dan I (satu) contoh lagi disimpan Pengawas lapangan guna
memberikan kemungkinan untuk pengujian di masa mendatang bila bahan tersebut ternyata tidak
memenuhi syarat setelah dikerjakan.
3.2.4. Biaya pengadaan contoh bahan dan pembuatan contoh warna menjadi tanggung jawab kontraktor

4.0. BAHAN-BAHAN
4.1. Umum
4.1.1. Cat harus dalam kaleng/kemasan yang masih tertutup pabrik/segel, dan masih jelas menunjukkan
nama/merek dagang, nomor formula atau spesifikasi cat, nomor takaran pabrik, warna, tanggal
pembuatan pabrik, petunjuk dari pabrik dan Nama pabrik pembuat, yang kesemuanya harus masih
absah pada saat pemakalannya. Semua bahan harus sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan pada
daftar cat.
4.1.2. Cat dasar yang dipakai dalam pekerjaan ini harus berasal dari satu pabrik/merek dagang dengan cat
akhir yang akan digunakan.
Untuk menetapkan suatu standar kualitas, disyaratkan bahwa semua cat yang dipakai harus
berdasarkan/mengambil acuan pada poin 4.2 dan 4.3, atau yang setara.

4.2. Cat Dasar


Cat dasar yang digunakan harus sesuai dengan daftar berikut atau yang setara:
- Homopolymer polyvinilacetate Emulsion atau setara merk mowilex, jenis ini digunakan untuk
permukaan dinding, beton, gypsum pada bagian interior maupun eksterior.
- Aluminium Wood Primer Undercoat untuk permukaan kayu lapis Setara merk Avian
- Quick-Drying Metal Primer Chromate/Zinc Chromate Primer untuk permukaan lapis besi/baja.

4.3. Cat Akhir


- Cat akhir yang digunakan harus sesuai dengan daftar berikut, atau yang setara:
- Homopolymer polyvinilacetate Emulsion atau setara merk mowilex, jenis ini digunakan untuk
permukaan interior dinding, beton, gypsum dan panel semen berserat.
- Homopolymer polyvinilacetate Emulsion atau setara merk mowilex, jenis ini digunakan untuk
permukaan Eksterior dinding, beton, gypsum dan panel semen berserat.
- Synthetic Enamel/ Synthetic Super Gloss untuk permukaan kayu dan besi/baja Setara merk Avian.

Kerangka Acuan Kerja (KAK)


5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN.
5.1. Pembersihan, Persiapan dan Perawatan Awal Permukaan.
5.3.1. Umum
- Semua peralatan gantung dan kunci serta perlengkapan lainnya, permukaan polesan mesin, petal,
instatasi tampu dan Benda-benda sejenisnya yang berhubungan langsung dengan permukaan
yang akan dicat, harus ditepas, ditutupi atau ditindungi, sebelum pelaksanaan persiapan
permukaan dan pengecatan dimulai.
- Pekerjaan harus dilakukan oleh orang-orang yang memang ahli dalam bidang tersebut.
- Permukaan yang akan dicat harus bersih sebelum dilakukan persiapan Permukaan atau
pelaksanaan pengecatan. Minyak dan lemak harus dhilangkan dengan memakai kain bersih dan
zat pelarut/pembersih yang berkadar racun rendah dan mempunyai titik nyala di atas 38 0C
- Pekerjaan pembersihan dan pengecatan harus diatur sedemikian rupa sehingga debu dan
pencemar lain yang berasat dari proses pembersihan tersebut tidak jatuh di atas permukaan cat
yang baru dan basah.

5.3.2. Permukaan Plesteran dan Beton.


- Permukaan plesteran umumnya hanya boleh dicat sesudah sedikitnya selang waktu 4 (empat)
minggu untuk mengering di udara terbuka. Semua pekerjaan plesteran atau semen yang dicat
harus dipotong dengan tepi-tepinya dan ditambal dengan plesteran baru hingga tepi-tepinya
beraambung menjadi rata dengan plesteran seketitingnya.
- Permukaan plesteran yang akan dicat harus diperaiapkan dengan menghitangkan bunga garam
tiering, bubuk besi, kapur, debu, Lumpur lemak minyak, aspat, adukan yang berlebihan dan
tetesan-tetesan adukan. Sesaat sebelum pelapisan cat dasar dilakukan, permukaan plesteran
dibasahi secara menyeluruh dan seragam dengan tidak meninggatkan genangan air. Hal ini dapat
dicapai dengan menyemprolkan air dalam bentuk kabut dengan memperaiapkan selang waktu
dari saat penyemprolan hingga air dapat diserap.

5.3.4. Permukaan Gipsum


Permukaan gipsum harus kering, bebas dari debu, oli atau gemuk dan permukaan yang cacat telah
diperbaiki sebelum pengecatan dimulai. Kemudian permukaan gypsum tersebut harus dilapisi dengan
cat dasar khusus untuk gypsum, untuk menutup permukaannya yang berpori, seperti ditentukan dalam
Spesifikasi Teknis.
Setelah cat dasar ini mengering dilanjutkan dengan pengecatan sesuai dengan ketentuan spesifikasi
teknis ini.

5.3.5. Permukaan Panel Semen Berserat.


Permukaan panel semen berserat harus kering dan bersih sebelum melakukan pengecatan lapisan
pertama. Minyak, lemak atau bercak karat harus bent-bent dibersihkan dengan zat petarut yang sesuai
dan alat lain yang sesuai dengan rekomendasi.
Sesudah cat lapisan pertama mengering dan sebelum dilakukan pengecatan akhir, perlu dilakukan
pengecatan perbaikan setempat pada tempat-tempat yang meresap catnya.

5.3.6. Permukaan Barang Besi/Baja.


a. Besi/Baja Baru.
Permukaan besi/baja yang terkena karat lepas dan benda-benda asing lainnya harus dibersihkan
secara mekanis dengan sikat kawat atau penyemprolan pasir / sand blasting sesuai standar Sa
216.
Semua debu, kotoran, minyak, gemuk dan sebagainya harus dibersihkan dengan zat pelarut yang
sesuai dan kemudian dilap dengan kain bersih.
Sesudah pembersihan selesai, pelapisan cat dasar pada semua permukaan barang besi/baja dapat
dilakukan sampai mencapai ketebalan yang disyaratkan.

b. Besi Baja Dilapis Dasar Pabrik/Bengkel


Bahan cat dasar yang diaplikasikan di pabrik / bengkel harus dari merek yang sama dengan cat
akhir yang akan diaplikasikan di lokasi proyek dan memenuhi ketentuan dalam butir 4.2. dari
Spesifikasi Teknis ini.
Barang/besi atau baja yang telah dilapis dasar di pabrik/bengket harus ditindungi terhariap karat,
baik sebelum maupun sesudah pemasangan dengan cara segera merawat permukaan karat yang
terdeteksi. Permukaan harus segera dibersihkan dengan zat petarut untuk menghilangkan debu,
kotoran, minyak, gemuk.
Bagian-bagian permukaan yang tergores atau berkarat harus dibersihkan dengan sikat kawat
sampai bersih, sesuai standar St2/SP2, dan kemudian dicat kembali (touch-up) dengan cat yang
sama dengan telah disetujui, sampai mencapai ketebalan yang disyaratkan.

5.4. Selang Waktu Antara Persiapan Permukaan dan Pengecatan.


Permukaan yang sudah dibersihkan, dirawat dan/atau disiapkan untuk dicat harus mendapatkan lapisan
pertama atau cat dasar seperti yang disyaratkan, secepat mungkin setelah persiapan-persiapan diatas selesai.
Harus diperhatikan bahwa hal ini harus dilakukan sebe(um terjadi kerusakan pada permukaan yang sudah
disiapkan diatas.
5.5. Pelaksanaan Pengecatan.
5.5.1. Umum
Permukaan yang sudah dirapihkan harus bebas dari atiran punggung cat, tetesan cat, penonjolan,
gelombang, bekas olesan kuas, perberiaan warna dan tekstur.
Usaha untuk menutupi semua kekurangan tersebut harus sudah sempurna dan semua lapisan harus
diusahakan membentuk lapisan dengan ketebalan yang sama.

Kerangka Acuan Kerja (KAK)


Perhalian khusus harus diberikan pada keseturuban permukaan, termasuk bagian tepi, sudut dan
cekuk/lekukan, agar bisa diperoleh ketebalan lapisan yang sama dengan permukaan-permukaan di
sekitamya.
Permukaan besi/baja atau kayu yang terletak beraebetahan dengan permukaan yang akan menerima
cat dengan bahan dasar air, harus diberi lapisan cat dasar tertebih dahulu.

5.5.2. Proses Pengecatan


Harus diberi setang waktu yang cukup diantara pengecatan yang berikutnya untuk memberikan
kesempatan pengeringan yang sempuma, sesuai dengan keadaan cuaca dan ketentuan dari pabrik
pembuat cat dimaksud.
Pengecatan harus dilakukan dengan ketebalan minimal (dalam keadaan cat kering.

5.5.3. Pencampuran dan Pengenceran.


Pada saat pengerjaan, cat tidak boleh menunjukkan tanda-tanda mengeras, membentuk setaput yang
berlebihan dan tanda-tanda kerusakan lainnya.
Cat harus diaduk, disaring secara menyeluruh dan juga agar seragam konsistensinya seisms
pengecatan.
Bila disyaratkan oleh keadaan permukaan, suhu, cuaca, dan metoda pengecatan, maka cat boleh
diencerkan sesaat sebelum dilakukan pengecatan dengan mentaati petunjuk yang diberikan oleh
pabrik pembuat cat dan tidak melebihi jurntah 0,5 liter zat pengencer yang baik untuk 4 liter cat.
Pemakalan zat pengencer tidak berarti lepasnya tanggung jawab Kontraktor untuk memperoleh daya
tahan cat yang tinggi (mampu menutup warna lapis dibawahnya).

5.5.4. Metoda Pengecatan.


Cat dasar untuk permukaan beton, plesteran dan panel semen berserat diberikan dengan Kuas dan
lapisan berikutnya boleh dengan Kuas atau rol.
Cat dasar untuk permukaan panel gypsum diberikan dengan kuas dan lapisan berikutnya, dengan Kuas
atau rol.
Cat dasar untuk permukaan kayu lapis diberikan dengan Kuas dan lapisan berikutnya dengan Kuas
atau rol.
Cat dasar untuk permukaan barang besi/baja diberikan dengan Kuas atau disemprolkan dan lapisan
berikutnya boleh menggunakan semprolan.

5.6. Pemasangan Kembali Barang-Barang yang Dilepas.


Sesudah selesainya pekerjaan pengecatan, maka barang-barang yang dilepas harus; dipasang kembali oleh
pekerja yang ahli dalam bidangnya.

PASAL 17
PEKERJAAN RALLING TANGGA
1.0. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini mencakup pengangkutan, pengadaan bahan, tenaga kerja dan alat kerja serta pemasangan Realing
tangga, sesuai petunjuk Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.

2.0. STANDAR/ RUJUKAN


2.1. Standar Industri Indonesia (SII) dan Standar Nasional Indonesia (SNI).
2.2. American Society for Testing and Materials (ASTM).
2.3. Spesifikasi Teknis - Berbagai Jenis Besi.

3.0. PROSEDUR UMUM


3.1. Contoh Bahan dan Data Teknis
Sebelum pengadaan bahan, Kontraktor harus menyerahkan contoh dan/atau data bahan yang akan digunakan,
untuk disetujui Pengawas Lapangan.
3.2. Gambar Detail Pelaksanaan
Sebelum pelaksanaan, Kontraktor wajib membuat dan menyerahkan Gambar Detail Pelaksanaan kepada
Pengawas Lapangan untuk diperiksa dan disetujui. Gambar Detail Pelaksanaan harus mempertihatkan dimensi,
tata letak, detail-detail pertemuan, cara pengencangan, cara pengelasan dan cara pemasangan dan penyelesaian
finishing lainnya.
3.3. Pengiriman dan Penyimpanan
Semua bahan yang didatangkan harus disimpan ditempat yang tertindung sehingga terhindar darl kerusakan,
baik sebelum dan selama pemasangan.

4.0. BAHAN-BAHAN.
Besi Hollow yang digunakan berfariasi antara ukuran 5 x 5 cm dengan bentuk dan dimensi serta dengan
ketentuan dalam gambar kerja.

5.0 PELAKSAAN PEKERJAAN.


Periksa keadaan lokasi dan ukuran penempatan tangga dan void yang hendak dibuat. Pembuatan pagar railing
harus dikerjakan secara baik dan benar oleh penyedia jasa yang telah berpengalaman dibidangnya, dengan
pengawasan yang ketat oleh konsultan pengawas. Hasil perakitan harus kuat pada setiap sambungan-sambungan
besi yang menggunakan sambungan las listrik dengan ketebalan las minimal 2 mm. hasil pengelasan harus rapi
dan sisa sisa las harus dirapikan sehingga tampak rata dan halus.

PASAL 18
PEKERJAAN PLUMBING/SANITAIR

Kerangka Acuan Kerja (KAK)


1.0. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini mencakup pengangkutan, pengadaan dan pemasangan semua perlengkapan sanitasi pada tempat-tempat
seperti ditunjukan dalam Gambar Kerja dan/atau Spesifikasi Teknis ini, termasuk pengawasan percobaan yang
diperlukan agar keseturuhan system dapat berjalan dengan baik.

3. STANDAR/ RUJUKAN
2.1. Standar Industri Indonesia (SII) dan/atau Standar Nasional Indonesia (SNI). 2.2. Japanese Industrial Standard
(JIS).
2.3. Pedoman Plumbing Indonesia.
2.4. Spesifikasi Teknis:
- Sanitair dan Aksesori.
- Spesifikasi Teknis Sistem Plumbing.

3.0. PROSEDUR UMUM


3.1. Contoh Bahan dan Data Teknis
Contoh dan/atau data teknis dan brosur perlengkapan sanitasi yang akan digunakan harus diperlihatkan kepada
Pengawas Lapangan untuk disetujui terlebih dahulu sebelum dikirim ke lokasi proyek.
Data teknis harus mencantumkan tipe, dimensi, warna, dan data lain yang diperlukan untuk pemasangan.

3.2. Gambar Detail Pelaksanaan


Sebelum pemasangan, Kontraktor harus menyerahkan Gambar Detail Pelaksanaan yang mencakup dimensi,
detail tata letak, cara, pemasangan dan pengencangan dan detail lain yang diperlukan, kepada Pengawas
Lapangan untuk diperiksa dan disetujui.

3.3. Penyimpanan
Semua perlengkapan sanitasi harus disimpan dalam tempat yang bersih dan kering serta terlindung dari
kerusakan, sebelum dan sesudah pemasangan.

3.4. Garansi
Kontraktor harus menyerahkan kepada Pemilik Proyek Surat garansi untuk barang dan pemasangan semua
perlengkapan sanitasi selama 1 (satu) tahun, dimulai sejak penyerahan terakhir.
Selama periode ini Kontraktor harus memperbaiki dan mengganti kerusakan yang ada serta membayar semua
perbaikan atau penggantian.

4.0 BAHAN-BAHAN
4.1. Kloset Duduk
4.1.1. Kloset duduk harus sesuai atau setara dengan Type standar setara Toto, pemasangan sesuai petunjuk
pabrik. Kloset duduk harus dilengkapi dengan aksesori lainnya yang standar untuk melengkapi
pemasangan.

4.2. Wastafel
4.2.1. Westafel yang digunakan adalah tipe standar setara toto dengan pemasangan harus sesuai petunjuk
pabrik pembuatnya dan dilengkapi aksesoris yang dibutuhkan

4.3. Kran
Kran untuk Wastafel dan lainnya sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis terbuat dari stainless steel.

5.0 PELAKSANAAN PEKERJAAN


5.1. Umum
5.1.1. Semua perlengkapan harus dipasang menurut petunjuk pabrik dan Spesifikasi Teknis ini, kecuali
dinyatakan lain setara tertulis.
Ukuran vertikal dan horizontal Berta jumlah setiap jenis perlengkapan sesuai dengan petunjuk dan
detail dari pabrik pembuatnya.
5.1.2. Kecuali disyaratkan lain, maka semua perlengkapan pemasangan harus sesuai dengan petunjuk dan
detail dari pabrik pembuatnya.
5.1.3. Kontraktor bertanggung jawab melengkapi semua, perlengkapan sanitasi yang diperlukan sehingga
pekerjaan terlaksana dengan baik. Oleh karenanya semua perlengkapan pekerjaan sanitasi harus
diperiksa dengan rinci.

5.2. Pemasangan
5.2.1. Semua sambungan harus kedap air dan udara. Bahan penutup sambungan tidak diijinkan.
Cat, vernis, dempul dan lainnya tidak diijinkan dipasang pada bidang-bidang pertemuan sambungan
sampai semua sambungan dipasang kuat dan diuji. Semua saturan ekspos ke perlengkapan sanitasi
harus diselesaikan sedemikian rupa sehingga tampak bersih dan rapih dan sesuai ketentuan Gambar
Kerja dan petunjuk pemasangan dari pabrik pembuat.
5.2.2. Perpipaan dari perlengkapan sanitasi ke pipa distribusi utama harus ditaksanakan sesuai ketentuan
Spesifikasi Teknis Mekanikal.
5.2.3. Bak cuci tangan tipe Dinding harps dipasang sedemikian rupa sedemikian rupa sehingga puncak
bagian luar alat-alat tersebut berada 80 mm di atas lantai.
5.2.5. Urinoir harus dipasang sedemikian rupa sehingga puncak tepi bagian depan alat ini berada 650 mm
diatas lantai, atau sesuai petunjuk dari pabrik pembuatnya.
5.2.6. Sistem penumpu dan penopang harus sesuai dengan rekomendasi dari pabrik pembuat perlengkapan
sanitasi atau sesuai persetujuan Pengawas Lapangan.

5.3. Pengujian
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Pengujian seluruh perlengkapan sanitasi harus dilaksanakan bersamaan dengan pengujian System Plumbing
seperti disebutkan dalam Spesifikasi Teknis Mekanikal, kecuali bila ditentukan lain oleh Pengawas Lapangan.

PASAL 19
TANGKI SEPTIK DAN RESAPAN

1.0. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, alat-alat, peralatan, tenaga kerja dan pemasangan tangki septic dan resapan
sesuai dengan garis, susunan, lokasi dan dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan sesuai dengan ketentuan
Spesifikasi Teknis ini.
Pekerjaan ini termasuk tetapi terbatas pada:
- Pekerjaan pengukuran
- Penggalian, pengurugan dan pemadatan Pemasangan dan sambungan pipa

2.0. STANDAR / RUJUKAN


2.1. Pedoman Plumbing Indonesia 1979
2.2. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)
2.3. Standar Nasional Indonesia (SNI) :
- SNI.03-2398-1991-Tata Cara Perencanaan Tangki Septik.
2.4. Spesifikasi Teknis:
- Galian, Urugan Kembali dan Pemadatan.
- Peripaan Utilitas
- Beton Cor di Tempat.

3.0. PROSEDUR UMUM

3.1. Contoh Bahan dan Data Teknis


Kontraktor harus menyerahkan contoh dan data teknis bahan kepada Pengawas Lapangan untuk disetujui
terlebih dahulu, sebelum pengadaan bahan dan pelaksanaan pekerjaan.

3.2. Gambar Detail Pelaksanaan


Kontraktor harus membuat dan menyerahkan Gambar Detail Pelaksanaan yang mencakup dimensi, tata letak,
jenis bahan dan detail-detail pelaksanaan, untuk diperiksa dan disetujui Pengawas Lapangan.

3.3. Ketidaksesuaian
3.3.1. Kontraktor wajib memeriksa Gambar Kerja yang ada terhadap kemungkinan
kesalahan/ketidaksesuaian, bagi dari segi dimensi, jumlah maupun pemasangan dan lain-lain.
3.3.2. Bila bahan-bahan yang menyimpang atau tidak sesuai dengan yang sesuai dan disetujui pengawas
lapangan.
3.3.3. Biaya yang ditimbulkan karena hal di atas menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya.

4.0. BAHAN-BAHAN

4.1. Tangki Septik


Tangki septic harus dibuat dari Pasangan 1/2 bata trasram 1:3 yang dalam kapasitas ukuran dan bentuk sesuai
Gambar Kerja.

4.2. Pipa dan Sambungan


4.2.1. Pipa
Pipa harus dari PVC dengan tekanan 5 kg/cm2 yang memenuhi standar JIS Kontraktor 6741 seperti
merek Pralon, Poly Unggul, HALinilon, Rudka, Wahalin atau Maspion.
Diameter pipa PVC yang digunakan sesuai ketentuan Gambar Kerja.

4.2.2. Sambungan
Sambungan-sambungan pipa seperti elbow, reducer, knee, tee dan sebagainya, harus terbuat dari
bahan PVC, serta fhemenuhi ketentuan JIS K6739.

4.2.3. Perekat
Perekat untuk penyambungan pipa PVC harus dari merek yang direkomendasikan oleh pabrik
pembuat pipa PVC.

4.3. Beton
Bahan beton harus memenuhi persyaratan Spesifikasi Teknis seperti pada Spesifikasi Teknis Beton bertulang
& tak bertulang)

4.4. Resapan
Tangki septic harus dilengkapi dengan resapan dalam ukuran sesuai petunjuk Gambar Kerja.
Bahan-bahan untuk resapan sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Pengawas Lapangan.

5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN


5.1. Umum

Kerangka Acuan Kerja (KAK)


5.1.1. Seluruh tangki septic dan resapan harus dipasang sesuai dengan ketentuan SHI.03-2398-1991,
petunjuk Gambar Kerja dan Gambar Detail Pelaksanaan yang telah disetujui oleh konsultan
pengawas.
5.1.2. Pekerjaan galian, urugan kembali dan pemadatan harus memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis
seperti pada Spesifikasi Teknis Galian Urugan Kembali Dan Pemadatan.

5.1.3. Pengerjaan beton harus ditaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis seperti pada Spesifikasi
Teknis Beton bertulang & tak bertulang.
5.1.4. Semua pekerjaan peripaan harus dikerjakan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis seperti pada
Spesifikasi Teknis Instatasi Air Kotor dan Sanitasi.

5.2. Konstruksi dan Pemasangan


5.2.1. Tangki septic harus mempunyai ruang udara, tidak kurang dari 20 cm dari langit-langit tangki dan di
bawah tutup tangki.
5.2.2. Tangki harus, dibuat dari beton yang kedap air.
5.2.3. Resapan harus dibuat dan dipasang sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja Berta petunjuk Pengawas
Lapangan.

PASAL 20
MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL

1.0. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, alat-alat, peralatan, tenaga kerja dan pemasangan lampu Pijar, kabel-kabel,
stop kontak, sacklar, fitting-fitting,pipa, material bantu, termasuk pemasangannya
1.2. Penyerahan Surat Jaminan oleh Instalatur/Kontraktor beserta pembuatan gambar instalasi.

3.0. PROSEDUR UMUM

3.1. Contoh Bahan dan Data Teknis


Kontraktor harus menyerahkan contoh dan data teknis bahan kepada Pengawas Lapangan untuk disetujui
terlebih dahulu, sebelum pengadaan bahan dan pelaksanaan pekerjaan.

3.2. Gambar Detail Pelaksanaan


Kontraktor harus membuat dan menyerahkan Gambar Detail Pelaksanaan yang mencakup dimensi, tata letak,
jenis bahan dan detail-detail pelaksanaan, untuk diperiksa dan disetujui Pengawas Lapangan.

1.3. Ketidaksesuaian
3.2.1. Kontraktor wajib memeriksa Gambar Kerja yang ada terhadap kemungkinan
kesalahan/ketidaksesuaian, bagi dari segi dimensi, jumlah maupun pemasangan dan lain-lain.
3.2.2. Bila bahan-bahan yang menyimpang atau tidak sesuai dengan yang sesuai dan disetujui pengawas
lapangan.
3.2.3. Biaya yang ditimbulkan karena hal di atas menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya.

4.0. BAHAN-BAHAN

4.1. Pipa dan Sambungan


4.1.1. Kabel-kabel yang dipakai adalah dari jenisnya NYA yang memenuhi standard PLN (SPLN) serta
berinitial LMK (Minimal merk Eterna atau setara).
4.1.2. Stop kontak, sacklar dan fitting serta peralatan listrik yang digunakan harus buatan dalam negeri yang
telah memenuhi standard PLN, kemampuan minimal 10/16A, merk yang digunakan adalah National
atatu Brocco KW-1
4.1.3. Untuk trafo neon, balon pijar/TL harus merk Phillips TL dan dilengkapi Capisitor.
4.1.4 Penempatan SDP harus mengikuti petunjuk dalam gambar, ukuran proposional agar babel dan
pengamanan dalam SDP, nampak rapi, mudah perawatannya.
4.1.5 untuk lampu armature digunakan lampu armature RM 4 x 18 Watt

5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1Pemasangan instalasi listrik harus berpedoman pada Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000.
5.2Untuk menangani pekerjaan ini harus ditunjuk Instalatir yang telah memiliki SPJT dan SBUJK Bidang E&M.
5.3Inslatasi yang terpasang harus disesuaikan dengan tegangan yang terpasang di area S.
5.4Untuk penerangan dan stop kontak biasa kabel yang digunakan adalah jenis NYA diameter 2,5 mm atau 1,5 mm
dengan pelindung PVC diameter 5/8" dan dipasang inbouw, tidak terkecuali yang diatas plafond.
5.5 Untuk semua penyambung kabel harus menggunakan T Dos dan ditutup dengan las dop, serta ditempatkan pada
kedudukan yang aman.
5.6 Pemasangan instalasi listrik umumnya dikerjakan sebelum plafon ditutup dan pelesteran dinding dikerjakan.
5.7 Pada semua stop kontak dan SDP harus di beri arde dengan menggunakan kawat BC, dan khusus pengetanahan
pada SDP dibagian yang tertanam kedalam tanah harus dikerjakan sampai mendapatkan tahanan yang
disyaratkan, serta diberi pelindung pipa GIP diameter 1/2".

PASAL 21
ALUMINIUM COMPOSITE PANEL

Kerangka Acuan Kerja (KAK)


1.1.1 Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan/material, tenaga kerja, Pekerjaan Aluminium Composite Panel (ACP)
seperti yang ditunjukan dalam gambar.
1.1.2 Material :
a Besi yang digunakan untuk rangka adalah besi hollow 4 x 4 cm buatan dalam negeri, tidak cacat dengan ukuran
seperti yang tecantum dalam gambar kerja.
b Aluminium Composite Panel (ACP) yang digunakan adalah setara merek seven.

1.1.3 Pelaksanaan :
a. Semua Pekerjaan baik pekerjaan rangka maupun ACP harus dikerjakan sesuai dengan gambar kerja.
b. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja yang benar-benar ahli sesuai bidangnya dan mempunyai
pengalaman dalam pekerjaan yang sama.
c. Semua bentuk ukuran yang dihasilkan dari masing-masing jenis pekerjaan harus sesuai dengan gambar kerja.
d. Pada saat pekerjaan diserahkan semua item pekerjaan dalam keadaan utuh, rapi, tidak cacat dan lain
sebagainya, apabila direksi mendapati ada kecacatan dalam pekerjaan tersebut dan membahayakan konstruksi
kontraktor harus siap mengganti apabila diminta oleh direksi.
e. Segala biaya yang dikeluarkan akibat kerusakan/penggantian tersebut menjadi tanggung jawab kontraktor.

PASAL 22
PAVING BLOCK

1.1.1 Lingkup Pekerjaan :


Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan/material, tenaga kerja, Pekerjaan Landsekap seperti yang ditunjukan dalam
gambar secara khusus bagian depan.
1.1.2 Material :
a Paving block k 200
1.1.3 Pelaksanaan :
a. Semua Pekerjaan Landsekap harus dikerjakan sesuai dengan gambar kerja.
b. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja yang benar-benar ahli sesuai bidangnya dan mempunyai
pengalaman dalam pekerjaan yang sama.
c. Sebelum paving block dipasang lokasi harus sudah benar-benar padat. Paving blok di pasang di atas lapisan
pasir sebagai perata. Kemudian paving block dipasang sedemikian rupa sehingga menghasilkan pasangangan
yang berkualitas yakni rata, rapat dan padat tidak mudah goyah. Apabila pemasangan paving telah selesai
dilaksanakan maka siar paving harus diberi pasir halus yang telah di ayat terlebih dahulu untuk mengisi natnya.
d. Semua bentuk ukuran yang dihasilkan dari masing-masing jenis pekerjaan harus sesuai dengan gambar kerja.
e. Pada saat pekerjaan diserahkan semua item pekerjaan dalam keadaan utuh, rapi, tidak cacat dan lain
sebagainya, apabila direksi mendapati ada kecacatan dalam pekerjaan tersebut dan membahayakan konstruksi
kontraktor harus siap mengganti apabila diminta oleh direksi.
f. Segala biaya yang dikeluarkan akibat kerusakan/penggantian tersebut menjadi tanggung jawab kontraktor.

PASAL 23
PEKERJAAN AKHIR

1.0 PEMBERSIHAN AKHIR


1.1 Pada akhir pekerjaan, seluruh ruangan termasuk dinding, plafond, lantai dan sebagainya harus bersih dari sisa-
sisa semen, cat dan kotoran lainnya.
1.2 Halaman bangunan harus dibersihkan dari sisa-sisa bahan-bahan bangunan, kotoran-kotoran dan gundukan-
gundukan tanah bekas galian harus diratakan serta bahan-bahan yang tidak terpakai lagi harus diangkut keluar
lokasi pekerjaan.

2.0 PENGAWASAN
2.1 Pengawasan setiap hari terhadap pelaksanaan pekerjaan akan dilakukan oleh Direksi/Pengawas.
2.2 Setiap saat Direksi/Pengawas atau petugas-petugasnya harus dapat mengawasi, memeriksa atau menguji setiap
bagian pekerjaan, bahan dan peralatan. Untuk itu Kontraktor harus mengadakan fasilitas-fasilitas yang
diperlukan.
2.3 Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari pengamatan Direksi/Pengawas adalah menjadi
tanggung jawab Kontraktor. Pekerjaan tersebut bila diperlukan harus dapat diperiksa sebagian atau seluruhnya
untuk keperluan/kepentingan pemeriksaan.
2.4 Jika diperlukan pengawasan oleh Pengawas Harian diluar jam kerja yang resmi, maka segala biaya yang
diperlukan untuk hal tersebut menjadi beban Kontraktor. permohonan untuk mengadakaan pemeriksaan tersebut
harus dengan surat yang disampaikan kepada Direksi/pengawas.

3.0 GAMBAR PELAKSANAAN (AS BUILT DRAWING)


Kerangka Acuan Kerja (KAK)
3.1 Setelah selesainya seluruh pekerjaan, Kontraktor harus membuat gambar terlaksana (as built drawing) dari
seluruh sistem, termasuk apabila terjadi perubahan letak, denah maupun konstruksi.
3.2 Instalasi listrik, instalasi air bersih dan instalasi air kotor harus dibuat oleh Kontraktor sesuai dengan keadaan
yang terpasang dan diserahkan kepada Pemberi Tugas pada saat Serah Terima Pekerjaan.

4.0 DOKUMENTASI PEKERJAAN


Untuk kelengkapan laporan, Kontraktor harus membuat foto-foto dokumentasi dibuat sebelum pekerjaan di mulai ( 0
% ), tahap pelaksanaan hingga selesai ( 25 %, 50 %, 75 % dan 100 % ), foto dokumentasi harus selalu diambil pada
posisi yang sama untuk setiap kemajuan (tampak depan,
samping dan belakang) dan setiap bagian yang penting antara lain penulangan, pondasi dan lain-lain.
Foto-foto tersebut dimasukan kedalam album dan diserahkan kepada Kuasa Pengguna Anggaran atau
(Direksi/Pengawas) sebanyak 2 (dua) set.

5.0 PENUTUP
5.1 Pekerjaan-pekerjaan yang belum/tidak tercantum/dijelaskan dalan spesipikasi teknis ini dapat dilihat pada
gambar atau di tanyakan pada saat Rapat Penjelasan Pekerjaan;
5.2 Perubahan-perubahan yang terjadi terhadap spesifikasi teknis ini pada saat Rapat Penjelasan Pekerjaan akan
dibuat suatu Berita Acara Penjelasan Pekerjaan yang mengikat, dan merupakan satu kesatuan dengan teknis ini.

Palu, 16 Juni 2021

Kepala Bidang Pembinaan SMK


Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Provinsi Sulawesi Tengah
Selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

Dr. Hj. HATIJAH YAHYA, M.Si


Nip : 19711020 199203 2 005

Kerangka Acuan Kerja (KAK)

Anda mungkin juga menyukai