Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PEREKATAN KAYU

FAKTOR BAHAN DIREKAT ( KAYU )

DISUSUN OLEH :

NAMA : DUN HOLY BEE


NIM : 11 / 14035 / SKH
REGU : 3 ( TIGA )
DAFTAR REGU : Lukman 11/14032, Dun Holy Bee (Ketua),
Dian Sari 11/14039, Candra 11/14055
MINAT : KHT
FAKULTAS : KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2014

1
DAFTAR ISI

A. TUJUAN …………………………………………………........................ 3
B. CARA KERJA ……………………………………………………………3
C. DASAR TEORI …………………………………………………………..4
D. HASIL PENGAMATAN ………………………………………………...5
E. PEMBAHASAN…………………………………………………………..8
F. KESIMPULAN ………………………………………………………….10
DAFTAR PUSTAKA

2
ACARA I

FAKTOR BAHAN DIREKAT ( KAYU )

A. TUJUAN :
1. Mengenal semua sifat dasar kayu yang berhubungan erat dengan proses
perekatan.
2. Mengetahui hubungan sifat dasar dengan sifat perekatan yang dihasilkan.

B. CARA KERJA :
1. Mengumpulkan data bahan direkat kayu (minimal 15 jenis kayu) yang
telah diuji sifat perekatannya meliputi sifat dasar, dan kekuatan rekat yang
dihasilkan.
2. Melakukan analisis hubungan antara sifat dasar kayu sebagai bahan direkat
dan kekuatan rekat yang dihasilkan dengan analisis regresi dari faktor
yang diketahui.
3. Menyajikan peringkat kontribusi pengaruh dari setiap sifat dasar pada
kekuatan rekat yang dihasilkan dan melakukan pembahasan per factor.
4. Membuat daftar pustaka yang telah diacu.

3
C. DASAR TEORI :

Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam. Pohon sebagai
penghasil kayu mengalami proses pertumbuhan yang menyebabkan terbentuknya
riap tumbuh, lingkaran tahun, kayu gubal, kayu teras, kayu juvenil, kayu dewasa
dan kulit (Soenardi, 1997).

Secara umum sudah diketahui bahwa untuk memperoleh hasil perekatan


yang baik harus dipelajari beberapa faktor yang mempengaruhi hasil perekatan.
Salah satu faktor tersebut adalah faktor bahan direkat (kayu) seperti struktur
anatomi, sifat fisika dan kimia kayu. Sifat-sifat kayu tersebut berkemungkinan
besar mempengaruhi keberhasilan perekatan (Prayitno, 1996 dalam Sushardi,
2013a).

Struktur anatomi kayu yang mempengaruhi proses perekatan di antaranya


adalah sel-sel penyusun dan arah serat. Sifat fisika yang bersama-sama sangat
mempengaruhi keberhasilan perekatan adalah kadar air, porusitas, berat jenis dan
wetabilitas kayu. Sifat kimia yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan
perekatan adalah ekstraktif kayu. Sementara itu sifat permukaan kayu dan
komponen kimia menentukan kemudahan pembasahan permukaan kayu oleh
bahan perekat (Prayitno, 1996 dalam Sushardi, 2002).

Tolok ukur perekatan yang lain yang dipengaruhi oleh berat jenis kayu
adalah kerusakan kayu (%). Pengaruh berat jenis kayu terhadap kerusakan kayu
berkorelasi negatif dengan berat jenis. Kenaikan berat jenis kayu, akan
menurunkan kerusakan kayu. Hal ini disebabkan lebih besarnya kekuatan kayu di
sekitar garis perekat karena kenaikan berat jenis kayu sehingga terjadi pergeseran
beban (Brown et al, 1952; Freeman, 1959 dalam Sushardi, 2011).

4
D. HASIL PENGAMATAN

Berat Keteguhan
No. Nama Kayu XY X2 Y2
Jenis ( X ) Belah ( Y )
1 Belangeran 0.86 58 49.88 0.74 3364
2 Cengal 0.7 35.7 24.99 0.49 1274.49
3 Bakau 0.89 60.3 53.667 0.792 3636.09
4 Bayur 0.65 34.2 22.23 0.423 1169.64
5 Cempaga 0.71 57.6 40.896 0.504 3317.76
6 Giam 0.97 37.6 36.472 0.941 1413.76
7 Kemiri 0.31 22.7 7.037 0.096 515.29
8 Kempas 0.96 65.6 62.976 0.922 4303.36
9 Gia 0.91 58.7 53.417 0.828 3445.69
10 Merbau 0.84 65.2 54.768 0.706 4251.04
11 Meranti Putih 0.63 37.5 23.625 0.397 1406.25
12 Tanjung 1 65.9 65.9 1 4342.81
13 Kolaka 0.96 65.6 62.976 0.922 4303.36
14 Pinus 0.55 40.1 22.055 0.303 1608.01
15 Gadog 0.75 48.5 36.375 0.563 2352.25

∑ 11.69 753.2 617.264 9.624 40703.8


0.779 50.213 41.150 0.642 2713.587

5
Perhitungan
(∑ ) (∑ )(∑ ) ∑ ∑
= = −( )
(∑ ) (∑ )

( , ) ( , )( , ) , ,
= ( , ) ( , )
= − (58,94)

, ,
= = 50,21 − (58,94)0,78
, ,

,
= ,
= 50,21 − 45,973

= 58,94 = 4,417

Regresi Y = a+bX

= 4,417 + 58,94X

= 63,357X

(∑ ) − ( ∑ )(∑ )
=
[ (∑ ) −(∑ ) ] ∗ [ (∑ )−(∑ )]

15(617,264) − (11,69)(753,2)
=
[15(9,624) − (11,69) ] ∗ [15(40703.8) − (9,642)]

9258,96 − 8804,908
=
[144,36 − 136,656] ∗ [610557 − 9,624]

454,052
=
7,704 ∗ 610547,376

454,052
=
4703656,985

454,052
=
2168,792

= 0,209

= 0,209

= 0,044

6
= 0,044 100 = 4,4 %

Nilai r = 0,044 menunjukkan bahwa variabel X ( berat jenis ) dan variabel Y


( keteguhan belah ) berkorelasi linier yang positif.

R = r2 = 0,2092 = 0,044 = 4,4 %

Nilai R = 4,4 % menunjukkan bahwa 4,4 % proporsi keragaman nilai variabel Y

(keteguhan belah) dapat dijelaskan oleh nilai variabel X ( berat jenis) dan sisanya

95,6 % dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya yang berhubungan langsung

dengan sifat-sifat fisika, mekanika dan kima kayu lainnya.

GRAFIK HUBUNGAN ANTARA X DAN Y

800

700

600

500

400 keteguhan belah ( Y )


berat jenis ( X )
300

200

100

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

7
E. PEMBAHASAN

Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam yang dapat
digunakan sebagai bahan produk teknologi kehutanan. Pohon sebagai
penghasil kayu mengalami proses pertumbuhan yang menyebabkan
terbentuknya riap tumbuh, lingkaran tahun, kayu gubal, kayu teras, kayu
juvenil, kayu dewasa dan kulit. Secara umum sudah diketahui bahwa untuk
memperoleh hasil perekatan yang baik harus dipelajari beberapa faktor yang
mempengaruhi hasil perekatan. Salah satu faktor tersebut adalah faktor bahan
direkat (kayu) seperti struktur anatomi, sifat fisika dan kimia kayu. Sifat-sifat
kayu tersebut berkemungkinan besar mempengaruhi keberhasilan perekatan.

Struktur anatomi kayu yang mempengaruhi proses perekatan di antaranya


adalah sel-sel penyusun dan arah serat. Sifat fisika yang bersama-sama sangat
mempengaruhi keberhasilan perekatan adalah kadar air, porusitas, berat jenis
dan wetabilitas kayu. Sifat kimia kayu yang paling berpengaruh terhadap
keberhasilan perekatan adalah ekstraktif kayu. Sementara itu sifat permukaan
kayu dan komponen kimia menentukan kemudahan pembasahan permukaan
kayu oleh bahan perekat.

Susunan sel yang berbeda pada bidang yang terdapat pada kayu
menyebabkan kayu memiliki sifat yang berbeda pada tiga bidang yang
dimilikinya yaitu bidang tangensial, radial dan longitudinal yang biasa disebut
dengan sifat anisotropis. Hal tersebut kemungkinan memberikan respon yang
berbeda terhadap aplikasi perekat dan kekuatan rekatnya. Kualitas perekatan
ditentukan oleh kualitas perekat, kualitas sirekat, proses perekatan dan kondisi
penggunaan produk hasil perekatan.
Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang
berusaha membelah kayu. Sifat keteguhan belah yang rendah sangat baik
dalam pembuatan sirap dan kayu bakar. Sebaliknya keteguhan belah yang
tinggi sangat baik untuk pembuatan ukir-ukiran (patung). Pada umumnya kayu
mudah dibelah sepanjang jari-jari (arah radial) dari pada arah tangensial. Berat
Jenis kayu merupakan istilah yang dipakai untuk menunjukkan perbandingan

8
antara kerapatan kayu dengan kerapatan air. Nilai BJ biasanya bertambah jika KA
kayu berkurang di bawah TJS-nya.
Dari hasil perhitungan menggunakan rumus regresi linear sederhana
diperoleh nilai a sebesar 4,417 dan nilai b sebesar 58,94 sehingga persamaan
regresinya menghasilkan persamaan Y = 4,417 + 58,94X serta koefisien
korelasi (r) nya adalah sebesar 0,209 dan koefisien determinasi (R) nya adalah
sebesar 4,4 % yang menunjukkan bahwa tidak ada korelasi atau tidak terdapat
pengaruh yang nyata yang ditandai dengan tak ada nilai negative diantara
kedua faktor tersebut yaitu sebesar 4,4 % yang artinya keteguhan belah kayu
(Y) dipengaruhi oleh kerapatan jenis (X) sebanyak 4,4 % dan nilai ini
tergolong dalam kategori sangat rendah.

Berdasarkan perbandingan antara berat jenis dan keteguhan 15 sampel


kayu dapat diketahui bahwa perbandingan tersebut hanya memiliki pengaruh
kecil terhadap keteguhan rekat, karena koefisien determinasinya hanyalah 4,4
%. Harusnya keteguhan rekat dari perbandingan dua sifat kayu tersebut lebih
dari 50%, baru bisa dikatakan perbandingan sifat kayu tersebut memiliki
keteguhan rekat yang tinggi.

9
F. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang
berusaha membelah kayu. Semakin tinggi keteguhan kayu maka semakin
baik keberhasilannya dalam perekatan.
2. Berat jenis kayu merupakan istilah yang dipakai untuk menunjukkan
perbandingan antara kerapatan kayu dengan kerapatan air. Nilai BJ biasanya
bertambah jika KA kayu berkurang di bawah TJS-nya dan jika BJ semakin
besar pada kayu maka menghabiskan perekat yang lebih sedikit/efisien karena
rongga kayunya sedikit, tetapi kurang kuat setelah direkatkan. Semakin besar
berat jenis kayu maka kualitas kayu untuk direkatkan akan semakin jelek.
Karena tingkat kekerasan kayu akan semakin tinggi pula.
3. Hasil pengamatan yang didapat hanya 4,4 % besarnya berat jenis dapat
dijelaskan oleh keteguhan belah, yang artinya perbandingan tersebut
belum cukup untuk mengetahui keteguhan rekat kayu. Melalui perhitungan
dengan menggunakan rumus Persamaan Regresi Linear Sederhana
didapatkan persamaan Y = a + bX sehingga Y = 4,417 + 58,94X dan nilai
koefisien korelasi (r) nya adalah sebesar 0,294 dan koefisien determinasi
(R) nya adalah sebesar 4,4 %.

10
DAFTAR PUSTAKA

Brown, H.P., A.J. Panshin and C.C. Forsaith, 1952. Text Book of Wood
Technology, Vol.II. Mc. Graw Hill Book Company. New York.
Freeman. H.G. 1959. Relationship between Physical and Chemical Properties of
Wood and Adhesion. Forest Product Jurnal. 9(12) : 451-458.
Haygreen, J.G dan J,L. Bowyer, 1996. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu, Suatu
Pengantar, Gadjah Mada. University press, Yogyakarta. Terjemahan.

Martawijaya, A., I. Kartasujana, Y.I. Mandang, S.A. Prawira, K. Kadir. 1981.


Atlas Kayu Indonesia. Jilid I. Balai Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan. Departemen Kehutanan. Bogor.
Soenardi. P. 1997a. Struktur dan Sifat Kayu. Bahan Kuliah S2 Program Studi
Ilmu Kehutanan. Jurusan Ilmu-ilmu Pertanian. Program Pasca
Sarjana.UGM. Yogyakarta.
________. 1997b. Kimia Kayu. Bagian Penerbitan Fakultas Kehutanan UGM.
Yogyakarta.
Sushardi. 2002. Hubungan Sifat Dasar Kayu dengan Sifat Perekatan dan Emisi
Formaldehida. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Masyarakat
Peneliti Kayu Indonesia Tanggal 30 Agustus – 1 September 2002 di
LPHH, Bogor. ISBN : 979-96348-2-2.
________. 2011. Usaha Meningkatkan Kualitas Produk Perekatan dengan
Perlakuan Permukaan. Jurnal wana Tropika.
________. 2013a. Diktat Perekatan Kayu. Fakultas Kehutanan Instiper.
Yogyakarta
_______. 2013b. Petunjuk Praktikum Perekatan Kayu. Fakultas Kehutanan
Instiper. Yogyakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai