Dari tabel 4.1 merupakan kasus obesitas yang pernah terjadi di Indonesia,
perancang memilih berat orang Indonesia yang dapat digunakan sebagai acuan
perancangan sebagai berikut:
Jenis Kelamin : Pria
Umur : 33 Tahun
Berat : 310 kg
Berdasarkan tabel diatas penulis mengasumsikan sebagai berikut :
Berat Badan Maksimal atau Massa (m) : 310 kg
Gravitasi (g) : 9,81 m/s2
Ilustrasi pemodelan dan pembebanan pada sudut pijakan kaki yang akan
dilayani oleh alat pijakan kaki untuk toilet duduk ditunjukan oleh Gambar 4.1
47
a b
Gambar 4.1 (a)Ilustrasi Pembebanan pada kaki; (b) Pemodelan sudut pijakan kaki
(Sumber: Nurida Finahari, 2018)
Pada perancangan ini sudut (α) diasumsikan sebagai sudut lutut yang berkisar 0o-
90o dengan interval 5o.
Dalam mencai F1, F2, dan FR pada Gambar 4.1(a) dan Gambar 4.1(b)
menggunakan rumus sebagai berikut:
𝐹1 = m . g . cosα
𝐹2 = m . g . cosα
𝐹𝑅 = √|F1 |2 + |F2 |2 + 2|F1 ||F2 |cosα
Dengan
m = massa pengguna (kg)
g = gravitasi (9,81 m/s2)
Hasil perhitungan gaya yang terjadi pada kaki ditunjukan pada tabel 4.2:
48
Berat Maksimum yang ditopang oleh kaki kiri (mL) dan kaki kanan (mR) adalah
m L = mR
mmaks 412,40
mL = = = 206,20 kg
2 2
mR = 206,20 kg
49
Ilustrasi dimensi alat pijakan kaki yang akan menerima berat beban pengguna
toilet duduk ditunjukan oleh Gambar 4.2:
Sehingga :
∑Luas. y 3750
𝑦 𝐹𝑅 = = = 12,5 𝑚𝑚
∑Luas 300
∑Luas. x 3750
𝑥 𝐹𝑅 = = = 12,5 𝑚𝑚
∑Luas 300
51
Maka :
𝑒𝐹𝑅 = 𝑥𝐹𝑅 = 12,5 𝑚𝑚
4. Mencari momen inersia profile kontruksi frame dengan menggunakan
persamaan dibawah ini.
𝐼𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 = 𝐼𝑙𝑢𝑎𝑟 − 𝐼𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚
Momen Inersia untuk luas bagian luar :
𝑏ℎ3 25(25)3
𝐼𝑙𝑢𝑎𝑟 = = = 32552,08 𝑚𝑚4
12 12
Momen Inersia untuk luas bagian dalam atau rongga :
𝑏ℎ3 19(19)3
𝐼𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 = = = 10860,08 𝑚𝑚4
12 12
Momen Inersia :
𝐼𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 = 𝐼𝐹𝑅 = 32552,08 − 10860,08 = 21692 𝑚𝑚4
5. Momen yang terjadi pada frame
𝑀𝐹𝑅 = 𝑚𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑥 𝑒𝐹𝑅 = 412,40 x 12,5 = 5155 kg . mm
Maka tegangan yang terjadi pada frame :
𝑀𝐹𝑅 𝑥 𝑒𝐹𝑅 5155 𝑥 12,5
σ𝐹𝑅 = = = 2,97 𝑘𝑔/𝑚𝑚2
𝐼𝐹𝑅 21692
Bahan frame adalah berupa baja kuat kontruksi las HW 36 standarisasi WES
3001 – 1970, dengan spesifikasi sebagai berikut :
a. Tegangan Tarik : σ𝑡 = 65 kg/mm2
b. Tegangan Geser Ijin : 𝜏𝑎 = σ𝑡 𝑥 0,6 = 65 x 0,5 = 32,5 kg/mm2
σ𝑡 65
c. Tegangan Tarik Ijin : 𝜎𝑎 = = = 10,84 kg/mm2
𝑠𝑓 6
Maka σ𝐹𝑅 = 2,97 𝑘𝑔/𝑚𝑚2 < 𝜎𝑎 = 10,84 kg/mm2 sehingga bahan yang
digunakan aman.
6. Bentuk frame dan lantai platform untuk pijakan kaki ditunjukan pada Gambar
4.4 dan Gambar 4.5.
52
Htot
a1
H
45o
A I
b1
Langkah mekanisme kerja pada scissor yang ditunjukan oleh Gambar 4.6
adalah sebagai berikut:
1. Peninjuan beban kerja yaitu menentukan beban yang akan diangkat atau
bekerja pada aktiator hidrolik. Mekanisme pengangkatan aktuator yang
digunakan sebanyak 2 buah maka untukmenentukan beban kerja dengan cara
total beban dikali dengan factor koreksi, pemilihan factor koreksi sesuai
dengan daya normal yang akan ditransmisikan (Sulargo & Suga. K, 2004:7).
55
2. Menentukan tinggi total scissor (Htot) ketika pada sudut maks 45o dengan
persamaan berikut :
Lscr = H sin ѳ
𝐿𝑠𝑐𝑟
H= sin ѳ
45o
Htot 424,26
a1 = = = 212,13 mm
2 2
b1 = Jarak B – I (pada gambar) = 112,5 mm
Maka panjang aktuator silinder berdasarkan perubahan sudut pada tabel 4.6
Flift
A B
C
a b
Lscr
1249,52
B C
A
-937,14
A C
-35142,75
B
Gambar 4.10 Diagram momen bending (BMD) scissor
7. Menentukan letak titik berat (Cscr) terhadap y dan x pada scissor lift
menggunakan bantuan Tabel 4.8
Tabel 4.8 Letak titik berat terhadap x dan y pada scissor lift
Letak Letak titik (mm3)
Luas
Komponen titik berat berat
(mm2) Luas . y Luas . x
tehadap y tehadap x
A1 275 27,5 2,5 7562,5 687,5
A2 275 27,5 52,5 7562,5 14437,5
B1 275 52,5 27,5 14437,5 7562,5
B2 275 2,5 27,5 687,5 7562,5
Total 1100 30250 30250
Sehingga :
∑Luas. y 30250
𝑦 𝑠𝑐𝑟 = = = 27,5 𝑚𝑚
∑Luas 1100
∑Luas. x 30250
𝑥 𝑠𝑐𝑟 = = = 27,5 𝑚𝑚
∑Luas 1100
Maka :
𝐶𝑠𝑐𝑟 = 𝑥𝑠𝑐𝑟 = 27,5 𝑚𝑚
60
e. Tegangan geser ijin : τa = (0,7 - 0,8) σijin = 0,8 x1,47 = 1,18 kg/mm2
f. Beban kerja : Flift = 312,38 kg = 3064,45 N
2. Melakukan pemeriksaan dimensi dengan perhitungan sebagai berikut :
a. Diameter piston (d), menentukan diameter piston yang dibutuhkan
4 𝑥 𝐴𝑃
𝑑𝑝𝑖𝑠 = √
𝜋
𝐹𝑙𝑖𝑓𝑡
Untuk luas penampang : 𝐴𝑃 = 𝑝 𝑥 𝜂ℎ𝑚
Sehingga :
4 𝑥 2,55
𝑑𝑝𝑖𝑠 = √ = 1,80 cm = 18,0 mm
𝜋
4 Flift 4 x 3064,45
H= √ =√ = 51,53 mm ≈ 52 mm
π x σc π x 1,47
62
L = Lscr = 150 mm
Maka :
1. 3.142 . 29 x 104 . 490,63
F𝑐𝑟 = = 19856,34 kg
1502
Batang piston aktuator scissor dinyatakan aman: Fscr < Fcr yaitu 312,38 kg <
19856,34 kg. (Shigley,J.E. & Mitchell, L.D 1986:146)
𝑆𝑝𝑖𝑠 = √𝑑𝑝𝑖𝑠
Dengan :
Diameter piston (dpis) = 18,0 mm
Maka : Spis = 4,24 mm
2. Tinggi perapat (hpck) yang digunakan pada piston aktuator scissor
menggunakan persamaan (Sumber: Stolk & Kross, 1994:523) yaitu :
Hpck = n x S
Dengan : Jumlah perapat (n) = 2 buah
64
Maka :
Wpen 468,57
dpen = √ π = √ π = 7,95 ≈ 8 mm
2. .τ 2. .4,72
4 a 4
Dimana :
Psil = Tekanan kerja pada silinder hidrolik
Flift = Beban maksimal pada silinder = 312,38 kg
65
𝑑𝑝𝑖𝑠 𝜎 +𝑃
Tsil = [√ 𝜎𝑎 − 𝑃 𝑠𝑖𝑙 − 1]
2 𝑎 𝑠𝑖𝑙
Tsil = 1,76 mm
3. Panjang total silinder yang diaplikasikan adalah 100 mm
4. Diameter luar silinder (Dsil) silinder yang digunakan adalah jenis double
acting.
Dsil = dsil + 2 Tsil
Dsil = 18,0 + (2 x 1,76) = 21,52 mm
5. Pemeriksaan ketebalan silinder terhadap tegangan memanjang (σft lsil )
𝑃𝑠𝑖𝑙 𝑥 𝑑𝑠𝑖𝑙
σft lsil =
4 𝑥 𝑇𝑠𝑖𝑙
1,22 𝑥 18,0
σft lsil = = 3,12 kg/mm2
4 𝑥 1,76
Ketebalan silinder 1,76 mm dapat digunakan karena σft lsil < σ a yaitu 3,12
kg/mm2 < 6,85 kg/mm2.
6. Pemeriksaan kebalan silinder terhadap tegangan keliling (σft 2sil )
𝑃𝑠𝑖𝑙 𝑥 𝑑𝑠𝑖𝑙
σft 2sil =
2 𝑥 𝑇𝑠𝑖𝑙
66
1,22 𝑥 18,0
σft 2sil = = 6,24 kg/mm2
2𝑥 1,76
Ketebalan silinder 1,76 mm dapat digunakan karena σft lsil < σ a yaitu 6,24
kg/mm2 < 6,85 kg/mm2.
Ulir yang digunakan sebagai penutup silinder adalah ulir metrik M 20 dengan
diameter inti ulir d1 = 17,294 mm > 3,47 mm, ukuran standard ulir M20 menurut
JIS B 0205.
a. Diameter luar : d = 20 mm
b. Diameter efektif : d2 = 18,376 mm
c. Pitch : p = 2,5 mm
67
Maka :
Qfluid1 = 0,080 x 2,57 x 10-4 = 0,2056 x 10-4 m3/s
Qfluid1 = 0,2056 x 10-4 m3/s = 12,36 x 10-4 m3/menit
Debit pompa dibutuhkan disesuaikan dengan kebutuhan aktuator yang
beroperasi, yaitu :
𝑄𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑1 12,36 x 10−4
Qpump = = = 15,45 x 10-4 m3/menit = 15,45 x 10-1 liter/menit
𝜂ℎ𝑚 0,80
Dengan :
Ppump = Daya pompa (HP)
Pakt = Tekanan kerja aktual (10,86 bar x 14,5 = 157,47 Psi)
Qtotfluida = Debit fluida kerja = 55 liter/menit = 14,5 gal/menit
ɳ = Efisisensi pompa (0,85)
Maka :
157,47 𝑥 14,5
Ppump = =1,57 = 2 HP
1714 (0,85)
69
Dengan :
Pft1 = Tekanan pada pipa (kg/mm2)
Pakt = Tekanan fluida didalam pipa (0,142 kg/mm2)
dpip = Diameter dalam pipa (26,6 mm)
tpip = Tebal pipa (3,38 mm)
Maka :
0,142 𝑥 26,6
Pft1 = = 0,55 kg/mm2
2 𝑥 3,38
Ketebalan pipa aman digunakan karena, Pft1 = 0,55 kg/mm2 < yang dijinkan
14 kg/mm2. (Raswari, Teknologi dan Sistem Perpipaan, 1986 : 36).
3. Selang yang digunakan dengan data-data tabel ukuran selang untuk sistem
hidrolik menggunakan selang:
a. Diameter dalam selang : 1 inch = 2,54 cm = 25,4 mm
b. Diameter luar selang : 1,75 inch = 44,45 mm
c. Tebal selang : 0,375 inch = 9,525 mm
d. Tekanan kerja maksimal : 2,81 kg/mm2
70
Dengan :
Pft2 = Tekanan pada selang (kg/mm2)
Pakt = Tekanan fluida didalam selang (0,142 kg/mm2)
dpip = Diameter dalam selang (25,4 mm)
tpip = Tebal selang (9,525 mm)
Maka :
0142 𝑥 25,4
Pft2 = = 0,19 kg/mm2
2 𝑥 9,525
Ketebalan pipa aman untuk digunakan karena, Pft1 = 0,19 kg/mm2 < yang
diijinkan 2,81 kg/mm2(Raswari, Teknologi dan Sistem Perpipaan, 1986 : 36).
Dengan
L2 = 50 cm
d2 = 2,54 cm
Maka :
𝜋
𝑉𝑠 = 𝑥2,542 𝑥 50
4
𝑉𝑠 = 253,23 𝑐𝑚3 = 0,253 𝑙𝑡𝑟
3. Volume pada tangki (Vt)
𝑉𝑡 = 20 𝑙𝑡𝑟
4. Volume pada silinder (Vsil)
𝜋 2
𝑉𝑠𝑖𝑙 = 𝑑 𝐿
4 𝑝𝑖𝑠 𝑠𝑖𝑙
Dengan
Lsil = 25 cm
dpis = 1,81 cm
Maka :
𝜋
𝑉𝑠 = 𝑥1,812 𝑥 25
4
𝑉𝑠 = 64,29 𝑐𝑚3 = 0,064 𝑙𝑡𝑟
5. Volume pada pompa (Vpump)
Dari pemilihan jens pompa diketahui volume pada pompa yaitu 250 cm3 atau
0,250 liter. Maka jumlah volume fluida yang dibutuhkan oleh mekanisme
scissor lift adalah sebagai berikut:
Vtotal = Vp + Vs + Vt + Vsil + Vpump
Vtotal = 0,278 + 0,253 + 20 + 0,064 + 0,250
Vtotal = 20,845 ltr
1A1 1A2
4V1 4V2
1V1 1V2
Keterangan Gambar :
1A1 : Aktuator hidrolik 1
0V 0Z2 1A2 : Aktuator hidrolik 2
4V1 : one-way flow control valve 1
4V2 : one-way flow control valve 2
1V1 : 4/3 way valve 1 with spring returned
1V2 : 4/3 way valve 2 with spring returned
0Z2 : Filter
0V : Check valve
0Z1 : Power pack (unit pompa)
0Z1
Prinsip kerja rangkaian sistem hidrolik pada Gambar 4.13 adalah sebagai
berikut :
a. Pada waktu pompa diputar oleh motor penggerak, minyak hidrolik (oli) yang
berada didalam tangka akan terhisap oleh pompa dan akan diteruskan ke
sistem instalasi hidrolik lewat outlet side.
75
b. Sebelum memasuki katup pengatur arah aliran (control valve), aliran fluida
akan melewati katup pengaman (pressure relief valve) dan katup check valve
(0V). Katup pengaman berfungsi sebagai pelindung dari keadaaan beban
berlebih atau beban kejutan, sedangkan katup check valve merupakan katup
satu arah pada saluran fluida. Selanjutnya akan memasuki katup pengatur
arah aliran.
c. Untuk menggerakan frame dan platform ke posisi pengangkatan, posisikan
katup control arah 1V1 (4/3 way valve) pada posisi “flow” dengan aliran
fluida (P-A, B-T). Maka aliran fluida hidrolik yang berasal dari tangki
dipompakan untuk mendorong piston bergerak melakukan pengangkatan
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.14.
5. Pilot check valve, berfungsi mengunci silinder yang terkena beban maka
check valve ini akan mendapat tambahan piston yang dioperasikan dengan
pilot agar katup bias terbuka pada saat aliran pembalik diperlukan (beban
yang lebih rendah).
6. Aktuator hidrolik, berfungsi sebagai penggerak yang merubah tenaga hidrolik
menjadi tenaga mekanis berupa tenaga pengangkatan.
4.11 Hasil
Hasil perhitungan pembebanan yang dilakukan menunjukan bahwa seluruh
komponen Alat Pijakan Kaki untuk Toilet duduk aman dan layak digunakan karena
menghasilkan teganggan lebih kecil dari tegangan yang diijinkan. Hasil
pembebanan setiap komponen ditampilkan secara rinci pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Hasil Pembebanan Setiap Komponen