Anda di halaman 1dari 32

BAB IV

PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Peninjauan Kapasitas Angkat


Peninjuan kapasitas alat merupakan langkah awal untuk mengetahui beban
yang akan dikenakan terhadap aktuator. Beban kerja (Fup) yang dialami oleh alat
pijakan kaki untuk toilet duduk disesuaikan dengan kapasitas angkatnya (Qangkat),
adapun penentuan kapasitas alat pijakan kaki sebagai berikut:
Kapasitas angkat yaitu meninjau berat tubuh orang Indonesia yang digunakan
sebagai acuan perancangan alat pijakan kaki untuk toilet duduk ditunjukan pada
tabel 4.1:
Tabel 4.1. Data pendukung berat tubuh orang Indonesia
No Nama Umur Jenis Kelamin Berat Asal
1 Titi Wati 37 Wanita 200 Palangkaraya
2 Sunarti 39 Wanita 148 Karawang
3 Silvia 15 Wanita 179 Lamongan
4 Arya 10 Pria 192 Karawang
5 Yudi Hermanto 33 Pria 310 Karawang
Sumber : https://regional.kompas.com/read/2019/10/02/06060031/5-kasus-
obesitas-di-indonesia-bobot-turun-112-kg-hingga-meninggal-setelah?page=all
(diakses 20 Agustus 2021)

Dari tabel 4.1 merupakan kasus obesitas yang pernah terjadi di Indonesia,
perancang memilih berat orang Indonesia yang dapat digunakan sebagai acuan
perancangan sebagai berikut:
Jenis Kelamin : Pria
Umur : 33 Tahun
Berat : 310 kg
Berdasarkan tabel diatas penulis mengasumsikan sebagai berikut :
Berat Badan Maksimal atau Massa (m) : 310 kg
Gravitasi (g) : 9,81 m/s2
Ilustrasi pemodelan dan pembebanan pada sudut pijakan kaki yang akan
dilayani oleh alat pijakan kaki untuk toilet duduk ditunjukan oleh Gambar 4.1
47

4.2 Peninjauan Beban Pengguna


Beban yang akan diangkat oleh alat terjadi pada beban yang menumpu pada
kaki ditunjukan oleh Gambar 4.1 (a) dan Gambar 4.1 (b):

a b
Gambar 4.1 (a)Ilustrasi Pembebanan pada kaki; (b) Pemodelan sudut pijakan kaki
(Sumber: Nurida Finahari, 2018)

Pada perancangan ini sudut (α) diasumsikan sebagai sudut lutut yang berkisar 0o-
90o dengan interval 5o.

Dalam mencai F1, F2, dan FR pada Gambar 4.1(a) dan Gambar 4.1(b)
menggunakan rumus sebagai berikut:
𝐹1 = m . g . cosα
𝐹2 = m . g . cosα
𝐹𝑅 = √|F1 |2 + |F2 |2 + 2|F1 ||F2 |cosα
Dengan
m = massa pengguna (kg)
g = gravitasi (9,81 m/s2)

Hasil perhitungan gaya yang terjadi pada kaki ditunjukan pada tabel 4.2:
48

Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Gaya pada Kaki


α ( o) Cos α Sin α F1 (N) F2 (N) FR (N)
0 1,00 0,00 3.041,10 0,00 3.041,10
5 0,99 0,09 3.029,53 265,05 3.293,65
10 0,98 0,17 2.994,90 528,08 3.516,15
15 0,97 0,26 2.937,48 787,09 3.703,36
20 0,94 0,34 2.857,70 1.040,12 3.851,55
25 0,91 0,42 2.756,17 1.285,22 3.958,42
30 0,87 0,50 2.633,67 1.520,55 4.023,00
35 0,82 0,57 2.491,12 1.744,30 4.045,64
40 0,77 0,64 2.329,62 1.954,78 4.028,06
45 0,71 0,71 2.150,38 2.150,38 3.973,39
50 0,64 0,77 1.954,78 2.329,62 3.886,21
55 0,57 0,82 1.744,30 2.491,12 3.772,66
60 0,50 0,87 1.520,55 2.633,67 3.640,46
65 0,42 0,91 1.285,22 2.756,17 3.498,91
70 0,34 0,94 1.040,12 2.857,70 3.358,79
75 0,26 0,97 787,09 2.937,48 3.231,89
80 0,17 0,98 528,08 2.994,90 3.130,10
85 0,09 0,99 265,05 3.029,53 3.064,03
90 0,00 1,00 0,00 3.041,10 3.041,10
Dari hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa
Gaya Reaksi (FR) pada sudut 35o yaitu 4.045,64N
FR 4.045,64
mmaks = = = 412,40 kg
g 9,81

Berat Maksimum yang ditopang oleh kaki kiri (mL) dan kaki kanan (mR) adalah
m L = mR
mmaks 412,40
mL = = = 206,20 kg
2 2

mR = 206,20 kg
49

4.3 Peninjuan Frame Platform


4.3.1 Dimensi Frame
Gambar teknik toilet duduk yang digunakan perancang menggunakan refrensi
desain kloset duduk yang tersertifikasi dalam ketetapan produk saniter berdasarkan
Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-0797-2006. Dengan begitu didapatkan data
digunakan sebagai acuan perancangan alat pijakan kaki untuk toilet duduk
ditunjukan pada tabel 4.3
Tabel 4.3. Data pendukung dimensi alat pijakan
Dimension Satuan Besaran
Jarak antar 2 kaki pijakan (a) mm 473,70
Panjang kerangka alat (b) mm 575,10
Panjang kerangka alat sisi bawah (c) mm 358,70
Panjang kerangka alat sisi atas (d) mm 218,40
Lebar pijakan kaki sisi tengah (e) mm 257,30
Lebar kerangka alat (f) mm 449,90
(Sumber: Ghina Allam Nurhusna, 2019)

Ilustrasi dimensi alat pijakan kaki yang akan menerima berat beban pengguna
toilet duduk ditunjukan oleh Gambar 4.2:

Gambar 4.2 Ilustrasi dimensi alat pijakan kaki


(Sumber : Nurida Finahari, 2018)
50

4.3.2 Perancangan pada Frame Platform


1. Tegangan yang terjadi pada frame, dengan persamaan berikut :
𝑀𝐹𝑅 𝑥 𝑒𝐹𝑅
σ𝐹𝑅 =
𝐼𝐹𝑅
Dengan: MFR = Momen bending frame (kg mm)
eFR = Letak titik berat beban pada frame (mm)
IFR = Momen inersia pada frame (mm4)
2. Bahan pada frame menggunakan baja square hollow dengan ukuran 25 x 25
x 3 mm, adapun bentuk baja ditunjukkan oleh gambar 4.3

Gambar 4.3 Bentuk baja hollow pada frame


3. Menentukan letak titik berat (eFR) terhadap y dan x pada frame menggunakan
bantuan Tabel 4.4

Tabel 4.4 Letak titik berat terhadap x dan y pada frame


Letak Letak titik (mm3)
Luas
Komponen titik berat berat
(mm2) Luas . y Luas . x
tehadap y tehadap x
A1 75 12,5 1,5 937,5 112,5
A2 75 12,5 23,5 937,5 1762,5
B1 75 23,5 12,5 1762,5 937,5
B2 75 1,5 12,5 112,5 937,5
Total 300 3750 3750

Sehingga :
∑Luas. y 3750
𝑦 𝐹𝑅 = = = 12,5 𝑚𝑚
∑Luas 300
∑Luas. x 3750
𝑥 𝐹𝑅 = = = 12,5 𝑚𝑚
∑Luas 300
51

Maka :
𝑒𝐹𝑅 = 𝑥𝐹𝑅 = 12,5 𝑚𝑚
4. Mencari momen inersia profile kontruksi frame dengan menggunakan
persamaan dibawah ini.
𝐼𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 = 𝐼𝑙𝑢𝑎𝑟 − 𝐼𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚
Momen Inersia untuk luas bagian luar :
𝑏ℎ3 25(25)3
𝐼𝑙𝑢𝑎𝑟 = = = 32552,08 𝑚𝑚4
12 12
Momen Inersia untuk luas bagian dalam atau rongga :
𝑏ℎ3 19(19)3
𝐼𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 = = = 10860,08 𝑚𝑚4
12 12
Momen Inersia :
𝐼𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 = 𝐼𝐹𝑅 = 32552,08 − 10860,08 = 21692 𝑚𝑚4
5. Momen yang terjadi pada frame
𝑀𝐹𝑅 = 𝑚𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑥 𝑒𝐹𝑅 = 412,40 x 12,5 = 5155 kg . mm
Maka tegangan yang terjadi pada frame :
𝑀𝐹𝑅 𝑥 𝑒𝐹𝑅 5155 𝑥 12,5
σ𝐹𝑅 = = = 2,97 𝑘𝑔/𝑚𝑚2
𝐼𝐹𝑅 21692
Bahan frame adalah berupa baja kuat kontruksi las HW 36 standarisasi WES
3001 – 1970, dengan spesifikasi sebagai berikut :
a. Tegangan Tarik : σ𝑡 = 65 kg/mm2
b. Tegangan Geser Ijin : 𝜏𝑎 = σ𝑡 𝑥 0,6 = 65 x 0,5 = 32,5 kg/mm2
σ𝑡 65
c. Tegangan Tarik Ijin : 𝜎𝑎 = = = 10,84 kg/mm2
𝑠𝑓 6

Maka σ𝐹𝑅 = 2,97 𝑘𝑔/𝑚𝑚2 < 𝜎𝑎 = 10,84 kg/mm2 sehingga bahan yang
digunakan aman.
6. Bentuk frame dan lantai platform untuk pijakan kaki ditunjukan pada Gambar
4.4 dan Gambar 4.5.
52

Gambar 4.4 Bentuk frame pada alat

Gambar 4.5 Bentuk platform pada alat

7. Menentukan berat frame


Bahan frame adalah baja square hollow dengan ukuran yang diuraikan dalam
tabel dan berat jenis baja (ρbaja) yaitu 7,85 x 10-6 kg/mm3 (Miftahul Huda,
2016). Dan untuk hasil perhitungan dibantu pada Tabel 4.5.
53

Tabel 4.5 Hasil perhitungan volume frame pada alat


Luas Panjang Volume
No Frame Bagian 2
(mm ) (mm) (mm3)
1 A1 75 257,30 19297,50
2 A2 75 257,30 19297,50
3 A3 75 179,35 13451,25
4 A4 75 179,35 13451,25
5 A5 75 270,55 20291,25
6 A6 75 270,55 20291,25
7 B1 75 218,40 16380,00
8 B2 75 575,10 43132,50
9 B3 75 216,40 16230,00
10 B4 75 216,40 16230,00
11 B5 75 216,40 16230,00
12 B6 75 216,40 16230,00
13 C1 75 405,37 30402,75
14 C2 75 405,37 30402,75
Total Volume (VFR) 291318
Sehingga berat frame :
mFR = ρbaja x VFR
mFR = 7,85 x 10-6 x 291318
mFR = 2286846,3 x 10-6 kg = 2,29 kg
8. Menentukan berat lantai platform :
Bahan lantai platform adalah plat baja dengan ukuran:
Tebal (t) = 1,4 mm (Fadhilah Umar S, 2019)
Berat jenis baja (ρbaja) 7,85 x 10-6 kg/mm3(Miftahul Huda, 2016).
Sehingga berat lantai platform dapat ditentukan dengan persamaan berikut :
a. Volume lantai platform
VPL = Vpersegi – 2 (Vprisma segitiga) – ½ (Vtabung)
VPL = (p.l.t) – 2 (1/2.a.t.tebal) - ½(1/2.π.r2.t)
VPL = (575,10 . 449,90 . 1,4) – ((575,10 – 218) (449,90 – 257,30) . 1,4)
– (1/4 . 22/7 . 179,352 . 1,4)
54

VPL = 230560,98 mm3


b. Berat lantai platform
mPL = ρbaja . VPL
mPL = 7,85 x 10-6 x 2,3 x 105
mPL = 18,10 x 10-1 kg = 1,81 kg

4.4 Peninjuan Scissor


Mekanisme kerja pada scissor dengan berat sudut pengangkatan 45o dapat
ditunjukan pada Gambar 4.6.

Htot

a1
H

45o
A I

b1

Gambar 4.6 Rangka scissor

Langkah mekanisme kerja pada scissor yang ditunjukan oleh Gambar 4.6
adalah sebagai berikut:
1. Peninjuan beban kerja yaitu menentukan beban yang akan diangkat atau
bekerja pada aktiator hidrolik. Mekanisme pengangkatan aktuator yang
digunakan sebanyak 2 buah maka untukmenentukan beban kerja dengan cara
total beban dikali dengan factor koreksi, pemilihan factor koreksi sesuai
dengan daya normal yang akan ditransmisikan (Sulargo & Suga. K, 2004:7).
55

Beban kerja pada aktuator scissor (Flift)


Qscr x fc
Flift =
2
Dengan: Flift = Beban kerja aktuator scissor
Qscr = Total beban mekanisme aktuator scissor
(Berat frame + berat platform + berat pengguna)
(2,29 + 1,81 + 412,40 = 416,50 kg)
FC = Faktor koreksi (1,5)
Maka:
416,50 x 1,5
Flift = = 312,38 kg
2

2. Menentukan tinggi total scissor (Htot) ketika pada sudut maks 45o dengan
persamaan berikut :
Lscr = H sin ѳ
𝐿𝑠𝑐𝑟
H= sin ѳ

Dengan: Lscr = 150 mm


150
H= = 212,13 mm
sin 45

Satu scissor memiliki tinggi 212,13 mm ditunjukan pada Gambar 4.7.

45o

Gambar 4.7 Tinggi satu scissor

Maka berdasarkan Gambar 4.7 dibutuhkan dua tingkat scissor


Htot = 2 x H = 2 x 212,13 = 424,26 mm
3. Menentukan panjang langkah (Lakt) dengan persamaan berikut :
Lakt = √|a1 |2 + |b1 |2 − 2|a1 ||b1 |cos θ
Dimana
a1 = Jarak C – I (pada gambar)
56

Htot 424,26
a1 = = = 212,13 mm
2 2
b1 = Jarak B – I (pada gambar) = 112,5 mm
Maka panjang aktuator silinder berdasarkan perubahan sudut pada tabel 4.6

Tabel 4.6 Perubahan panjang silinder berdasarkan perubahan sudut


No α Cos α Lakt (mm)
1 0 1,00 99,21
2 10 0,98 103,92
3 20 0.94 112,75
4 30 0,87 126,72
5 40 0,77 144,36
6 45 0,71 153,98
Berdasarkan hasil perhitungan tabel. Panjang aktuator terpanjang adalah
153,98 mm.
4. Menentukan beban pada aktuator scissor (Fakt) dengan persamaan berikut
Fakt = Flift . cos ѳ
Dengan:
Flift = Beban aktuator hidrolik scissor = 312,38 kg
Maka perubahan beban aktuator scissor berdasarkan perubahan sudut
ditunjukan pada tabel 4.7
Tabel 4.7 Perubahan beban aktuator scissor berdasarkan perubahan sudut
No Flift (kg) α Cos α Fakt (kg)
1 312,38 0 1,00 312,38
2 312,38 10 0,98 306,13
3 312,38 20 0.94 293,64
4 312,38 30 0,87 271,77
5 312,38 40 0,77 240,53
6 312,38 45 0,71 221,79
Berdasarkan hasil perhitungan tabel 4.7. beban aktuator scissor terbesar
adalah 312,38 kg
5. Menentukan tekanan kerja pada aktuator scissor dengan menggunakan
persamaan berikut :
Flift
Pakt =
Aakt
Dengan :
Pakt = Tekanan aktuator scissor (bar)
57

Flift = Total beban pada aktuator scissor


(312,38 x 9,81 = 3064,45 N)
Aakt = Luas piston aktuator scissor
𝜋
(60)2 = 2826 𝑚𝑚2 = 28,26 𝑐𝑚2
4
Maka
3064,45 N
Pakt = = 108,4 2 = 10,84 bar
28,26 cm

4.4.1 Analisa Gaya pada Scissor


Untuk urutan analisa gaya pembebanan pada struktur scissor adalah sebagai
berikut :
1. Ilustrasi pembebanan pada scissor ditunjukan pada Gambar 4.8
Beban kerja pada scissor Flift = 312,38 kg
Jarak a : Lscr – b1
: 150 – 112,5 = 37,5 mm
Jarak b : b1 = 112,5 mm
Jarak Lscr = 150 mm

Flift
A B
C

a b
Lscr

Gambar 4.8 Ilustrasi pembebanan pada scissor

2. Reaksi pada tumpuan A dan B


∑X = 0  HA = 0
∑Y = 0  RA + RB – Flift = 0  RA + RB = 312,38 kg
∑MA = 0  (Flift x Lscr) – RB x a = 0
Flift x Lscr 312,38 x 150
 RB = = = 1249,52 kg (↑)
a 37,5

Sehingga reaksi pada tumpuan A


RA + RB = 312,38 RA = 312,38 – 1249,59 = - 937,14 (↓)
3. Diagram gaya geser (SFD)
58

0 < x < 37,5 Q0-37,5 – RA = 0


Q0 = - 937,14 kg
Q37,5 = - 937,14 kg
37,5< x < 150 Q37,5-150 + Q37,5 – Flift = 0
Q50 = 937,14 + 312,38 = 1249,52 kg
Q150 = 937,14 + 312,38 = 1249,52 kg
Diagram gaya geser (SFD) scissor ditunjukan pada Gambar 4.9

1249,52
B C
A
-937,14

Gambar 4.9 Diagram gaya geser (SFD) scissor

4. Diagram momen bending (BMD)


0< x < 37,5 M0-37,5 – RA . x = 0
M0 = RA x 0 = 0 kg.mm
M37,5 = RA x 37,5 = (- 937,14) 37,5 = -35142,75 kg.mm
37,5 < x < 150 M37,5-150 + Flift (150 – x) = 0
M37,5 = - 312,38 (150 – 37,5) = -35142,75 kg.mm
M282,84 = -312,38 (150 – 150) = 0 kg.mm
Diagram momen bending (BMD) scissor ditunjukan pada Gambar 4.10

A C
-35142,75

B
Gambar 4.10 Diagram momen bending (BMD) scissor

5. Tegangan yang terjadi pada scissor lift (Sscr)


𝑀𝑠𝑐𝑟 𝑥 𝐶𝑠𝑐𝑟
σ𝑠𝑐𝑟 =
𝐼𝑠𝑐𝑟
Dengan: Mscr = Momen bending maksimum pada scissor (kg mm)
Cscr = Letak titik berat beban pada scissor (mm)
Iscr = Momen inersia pada scissor (mm4)
59

6. Bahan pada scissor menggunakan baja square hollow dengan ukuran 55 x 55


x 5 mm . Momen inersia scissor adalah penjumlahan momen inersia pada
empat buah luasan penampang profil baja yang digunakan untuk bahan
scissor loading dan unloading. Berikut bentuk profil untuk bahan scissor
ditunjukkan oleh Gambar 4.11.

Gambar 4.11 Bentuk profil scissor

7. Menentukan letak titik berat (Cscr) terhadap y dan x pada scissor lift
menggunakan bantuan Tabel 4.8

Tabel 4.8 Letak titik berat terhadap x dan y pada scissor lift
Letak Letak titik (mm3)
Luas
Komponen titik berat berat
(mm2) Luas . y Luas . x
tehadap y tehadap x
A1 275 27,5 2,5 7562,5 687,5
A2 275 27,5 52,5 7562,5 14437,5
B1 275 52,5 27,5 14437,5 7562,5
B2 275 2,5 27,5 687,5 7562,5
Total 1100 30250 30250
Sehingga :
∑Luas. y 30250
𝑦 𝑠𝑐𝑟 = = = 27,5 𝑚𝑚
∑Luas 1100
∑Luas. x 30250
𝑥 𝑠𝑐𝑟 = = = 27,5 𝑚𝑚
∑Luas 1100
Maka :
𝐶𝑠𝑐𝑟 = 𝑥𝑠𝑐𝑟 = 27,5 𝑚𝑚
60

8. Mencari momen inersia profile kontruksi scissor lift dengan menggunakan


persamaan dibawah ini.
𝐼𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 = 𝐼𝑙𝑢𝑎𝑟 − 𝐼𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚
Momen Inersia untuk luas bagian luar :
𝑏ℎ3 55(55)3
𝐼𝑙𝑢𝑎𝑟 = = = 762552,08 𝑚𝑚4
12 12
Momen Inersia untuk luas bagian dalam atau rongga :
𝑏ℎ3 45(45)3
𝐼𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 = = = 341718,75 𝑚𝑚4
12 12
Momen Inersia :
𝐼𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 = 𝐼𝑠𝑐𝑟 = 762552,08 − 341718,75 = 420833,33 𝑚𝑚4
Maka tegangan yang terjadi pada scissor :
𝑀𝑠𝑐𝑟 𝑥 𝐶𝑠𝑐𝑟 35142,75 𝑥 27,5
σ𝑠𝑐𝑟 = = = 2,30 𝑘𝑔/𝑚𝑚2
𝐼𝑠𝑐𝑟 420833,33
Bahan scissor lift adalah berupa baja kuat kontruksi las HW 36 standarisasi
WES 3001 – 1970, dengan spesifikasi sebagai berikut :
a. Tegangan Tarik σ𝑡 = 65 kg/mm2
b. Tegangan Geser Ijin 𝜏𝑎 = σ𝑡 𝑥 0,8 = 65 x 0,8 = 52 kg/mm2
σ𝑡 65
c. Tegangan Tarik Ijin 𝜎𝑎 = = = 5,42 kg/mm2
𝑠𝑓 12

Maka σ𝑠𝑐𝑟 = 2,30 𝑘𝑔/𝑚𝑚2< 𝜎𝑎 = 5,42 kg/mm2 sehingga bahan yang


digunakan aman.

4.5 Peninjuan Aktuator Hidrolik


Peninjauan aktuator hidrolik yang digunakan untuk aktuator scissor lift
meliputi :
1. Perancangan piston
2. Perancangan circlip
3. Perancangan seal piston
4. Perancangan pena piston
61

4.5.1 Perancangan Piston


Perancangan serta pemeriksaan diameter, tinggi piston terhadap tekanan kerja
pmpa yang digunakan pada scissor lift dilakukan dengan tahapan-tahapan yaitu
sebagai berikut
1. Bahan yang digunakan untuk piston adalah besi tuang kelabu SAE Grade
G2500, dengan spesifikasi sebagai berikut:
a. Tegangan tarik bahan : σ B = 173 MPa = 17,635 kg/mm2
b. Faktor keamanan : Sf1 = 6.0 dan Sf2 = 2.0
𝜎 17,635
c. Tegangan desak bahan : σ c = 𝑆𝑓𝐵 = = 2,94 kg/mm2
1 6
𝜎𝐵 17,635
d. Tegangan tarik ijin : σ a = 𝑆𝑓 = = 1,47 kg/mm2
1 𝑥 𝑆𝑓2 12

e. Tegangan geser ijin : τa = (0,7 - 0,8) σijin = 0,8 x1,47 = 1,18 kg/mm2
f. Beban kerja : Flift = 312,38 kg = 3064,45 N
2. Melakukan pemeriksaan dimensi dengan perhitungan sebagai berikut :
a. Diameter piston (d), menentukan diameter piston yang dibutuhkan

4 𝑥 𝐴𝑃
𝑑𝑝𝑖𝑠 = √
𝜋
𝐹𝑙𝑖𝑓𝑡
Untuk luas penampang : 𝐴𝑃 = 𝑝 𝑥 𝜂ℎ𝑚

Dengan : AP = Luas area piston (cm2)


𝜂ℎ𝑚 = Effisiensi pompa hidrolik : 0,80
𝑃 = Tekanan pompa yang digunakan : 150 bar
Maka
3064,45 3064,45 N
𝐴𝑃 = = 𝑁 = 2,55 cm2
150 𝑥 0,80 1200
𝑐𝑚2

Sehingga :
4 𝑥 2,55
𝑑𝑝𝑖𝑠 = √ = 1,80 cm = 18,0 mm
𝜋

Diameter piston yang digunakan adalah (dpis) = 18,0 mm


Diameter batang piston (drod) = 10 mm
b. Tinggi piston (H)

4 Flift 4 x 3064,45
H= √ =√ = 51,53 mm ≈ 52 mm
π x σc π x 1,47
62

Tinggi piston yang digunakan adalah 52 mm


c. Pemeriksaan terhadap tegangan tekanan yang terjadi pada piston σpis :
4F 4 x 3064,45
Iσc I = √π x lift = √ = 1,20 kg/mm2
H2 π x 522

Tinggi piston 52 mm dapat digunakan karena tegangan tekan yang terjadi


lebih kecil dari tegangan desak ijin Iσc I < σ c , yaitu 1,20 kg/mm2 < 2,94 kg/mm2
(Khurmi dan Gupta, 1982: 69)
3. Pemeriksaan batang piston terhadap buckling dengan menentukan beban
kritis (Fcr) bahan batang piston adalah baja chrom SCr3, maka:
𝐶. 𝜋 2 . 𝐸. 𝐼
F𝑐𝑟 =
𝐿2
Dengan :
C = Konstanta kondisi – ujung adalah bulat-bulat = 1
E = Modulus elastisitas untuk bahan baja = 29 x 104 kg/mm2
I = Momen inersia batang piston aktuator scissor
π.(drod )4 π.(10)4
I = Icr = = = 490,63 mm4
64 64

L = Lscr = 150 mm
Maka :
1. 3.142 . 29 x 104 . 490,63
F𝑐𝑟 = = 19856,34 kg
1502
Batang piston aktuator scissor dinyatakan aman: Fscr < Fcr yaitu 312,38 kg <
19856,34 kg. (Shigley,J.E. & Mitchell, L.D 1986:146)

4.5.2 Perancangan Circlip


Menentukan dimensi cirlip untuk pengunci piston aktuator scissor (Stolk &
Kross, 1994:523)
1. Bahan baja kontruksi SUP 6, dengan spesifikasi sebagai berikut:
Tegangan tarik bahan : σ B = 125 kg/mm2
Faktor keamanan : Sf = 6.0
𝜎𝐵 125
Tegangan tarik ijin : σa = = = 20,84 kg/mm2
𝑠𝑓 6

Tegangan geser ijin : τa = 0,5 x σa = 0,5 x 20,84 = 10, 41 kg/mm2


2. Diameter circlip bagian luar (Dcir)
63

Dcir = 1,06 x dpis


Dcir = 1,06 x 18,0 = 19,08 mm
3. Diameter circlip bagian dalam (dcir)
dcir = 0,8 x drod
dcir = 0,8 x 10 = 8 mm
4. Lebar circlip untuk batang piston (bcir)
bcir = 0,033 x drod
bcir = 0,033 x 10 = 0,33 mm
5. Tebal circlip (hcir)
hcir = 1 x bcir
hcir = 1 x 0,33 = 0,33 mm
6. Jarak antara ujung circlip sebelum masuk kedalam piston:
Lcir = 0,18 x drod
Lcir = 0,18 x 10 = 1,8 mm
7. Jarak antara ujung circlip setelah masuk piston
Licir = 0,35 x hcir
Licir = 0,35 x 0,33 = 0,12 mm

4.5.3 Perancangan Seal Piston


Menentukan tebal seal (S) dan tinggi seal (Hpck), yang digunakan pada piston
aktuator scissor, dengan persamaan sebagai berikut:
1. Tebal seal (S) yang digunakan pada piston aktuator scissor menggunakan
persamaan (Stolk & Kross, 1994:523) yaitu:

𝑆𝑝𝑖𝑠 = √𝑑𝑝𝑖𝑠

Dengan :
Diameter piston (dpis) = 18,0 mm
Maka : Spis = 4,24 mm
2. Tinggi perapat (hpck) yang digunakan pada piston aktuator scissor
menggunakan persamaan (Sumber: Stolk & Kross, 1994:523) yaitu :
Hpck = n x S
Dengan : Jumlah perapat (n) = 2 buah
64

Maka : Hpck = 2 x 4,24 = 8,48 mm

4.5.4 Perancangan Pena Piston


Menentukan dimensi pena batang piston pada aktuator scissor, Spesifikasi
bahan baja kontruksi standar JIS S55C, adalah sebagai berikut :
Tegangan tarik bahan : σ τ = 66 kg/mm2
Faktor keamanan : Sf = 7.0
𝜎𝐵 66
Tegangan tarik ijin : σa = = = 9,43 kg/mm2
𝑠𝑓 7

Tegangan geser ijin : τa = 0,5 x σa = 0,5 x 9,43 = 4, 72 kg/mm2


1. Beban perancangan pada pena (Wpen) untuk batang piston scissor
Wpen = Flift x fc
Dengan :
Flift = 312,38 kg
fc = 1,5
Maka:
Wpen = 312,38 x 1,5 = 468,57 kg
2. Menentukan diameter pena batang piston
𝑊𝑝𝑒𝑛
𝜏𝑎 =
2𝐴𝑝𝑒𝑛

Maka :
Wpen 468,57
dpen = √ π = √ π = 7,95 ≈ 8 mm
2. .τ 2. .4,72
4 a 4

4.6 Peninjauan Silinder Hidrolik


Perancangan dan pemeriksaan silinder hidrolik scissor dilakukan degan
tahapan perancangan yang ditunjukan sebagai berikut :
1. Tekanan kerja pada silinder aktuator scissor dapat dihitung menggunakan
rumus (Markle, 1990:138)
Flift
Psil = Aakt

Dimana :
Psil = Tekanan kerja pada silinder hidrolik
Flift = Beban maksimal pada silinder = 312,38 kg
65

Aakt = Luas piston silinder hidrolik


𝜋
(18,0)2 = 254,34 mm2
4
Maka :
312,38 𝑘𝑔
Psil = = 1,22
254,34 𝑚𝑚2
2. Tebal silinder (t) dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Fitch,
1988:173) yaitu:
Spesifikasi bahan silinder adalah baja S30C sebagai berikut :
Tegangan tarik bahan : σ t = 48 kg/mm2
Kekerasan Bahan : HB = 137 – 197 kg/mm2
Faktor keamanan bahan : Sf = 7.0
𝜎 48
Tegangan tarik ijin : σ a = 𝑠𝑓𝑡 = = 6,85 kg/mm2
7

𝑑𝑝𝑖𝑠 𝜎 +𝑃
Tsil = [√ 𝜎𝑎 − 𝑃 𝑠𝑖𝑙 − 1]
2 𝑎 𝑠𝑖𝑙

18,0 6,85 + 1,22


Tsil = [√ − 1]
2 6,85 − 1,22

Tsil = 1,76 mm
3. Panjang total silinder yang diaplikasikan adalah 100 mm
4. Diameter luar silinder (Dsil) silinder yang digunakan adalah jenis double
acting.
Dsil = dsil + 2 Tsil
Dsil = 18,0 + (2 x 1,76) = 21,52 mm
5. Pemeriksaan ketebalan silinder terhadap tegangan memanjang (σft lsil )
𝑃𝑠𝑖𝑙 𝑥 𝑑𝑠𝑖𝑙
σft lsil =
4 𝑥 𝑇𝑠𝑖𝑙
1,22 𝑥 18,0
σft lsil = = 3,12 kg/mm2
4 𝑥 1,76

Ketebalan silinder 1,76 mm dapat digunakan karena σft lsil < σ a yaitu 3,12
kg/mm2 < 6,85 kg/mm2.
6. Pemeriksaan kebalan silinder terhadap tegangan keliling (σft 2sil )
𝑃𝑠𝑖𝑙 𝑥 𝑑𝑠𝑖𝑙
σft 2sil =
2 𝑥 𝑇𝑠𝑖𝑙
66

1,22 𝑥 18,0
σft 2sil = = 6,24 kg/mm2
2𝑥 1,76

Ketebalan silinder 1,76 mm dapat digunakan karena σft lsil < σ a yaitu 6,24
kg/mm2 < 6,85 kg/mm2.

4.6.1 Perancangan Ulir Penutup Silinder Hidrolik


Perancangan dan pemeriksaan ulir penutup silinder hidrolik dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut:
1. Spesifikasi bahan ulir bahan baja kontruksi S45C
Tegangan tarik bahan : σ t = 58 kg/mm2
Faktor keamanan : Sf = 7.0
𝜎 58
Tegangan tarik ijin : σ a = 𝑠𝑓𝑡 = = 8,28 kg/mm2
7

Tegangan geser ijin : τa = 0,5 x σa = 0,5 x 8,28 = 4, 14 kg/mm2


2. Beban perancangan pada ulir (Wlir)
Wlir = Flift x fc
Dengan
Flift = 312,38 kg
fc = 1,5
Maka :
Wlir = 312,38 x 1,5 = 468,57 kg
3. Beban pada setiap ulir (Wulir)
Jumlah ulir yang digunakan (N) = 6
Wlir 468,57
Wulir = = = 78,10 kg
N 6
4. Menetukan diameter inti ulir (d1)
4 x Wulir 4 x 78,10
D1 = √ = √π. = 3,47 mm
π .σa 8,28

Ulir yang digunakan sebagai penutup silinder adalah ulir metrik M 20 dengan
diameter inti ulir d1 = 17,294 mm > 3,47 mm, ukuran standard ulir M20 menurut
JIS B 0205.
a. Diameter luar : d = 20 mm
b. Diameter efektif : d2 = 18,376 mm
c. Pitch : p = 2,5 mm
67

d. Tinggi kaitan : h1 = 1,353 mm


5. Jumlah ulir yang diperlukan (Z):
Dengan : Tekanan permukaan ijin : σa = 3 kg/mm2
Wulir 78,10
Z= = = 0,334 ≈ 1
π x d2 x h1 x σa 3.14 x 18,376 x 1,353 x 3
6. Tegangan geser yang terjadi pada ulir luar (τb)
Dengan : k = 0,84 p = 2,5 z = 1
Wulir 78,10
𝜏𝑏 = = 3.14 x 17,294 x 0,84 x 2,5 x 1 = 0.68 kg/mm2
π x 𝑑1 x k x p x z

7. Tegangan geser yang terjadi pada ulir dalam (τa)


Dengan : j = 0,75 p = 2,5 z = 1
Wulir 78,10
𝜏𝑎 = = 3.14 x 17,294 x 0,75 x 2,5 x 1 = 0.77 kg/mm2
πxdxjxpxz

Ulir untuk penutup silinder hidrolik scissor dapat digunakan karena 𝜏𝑏 =


0,68 kg/mm2 dan 𝜏𝑎 = 0,77 kg/mm2 < σa = 3 kg/mm2 (Sularso & Suga. K, 2004:
297).

4.6.2 Perancangan Seal Silinder Hidrolik


Menentukan tebal seal (S) dan tinggi seal (Hpck), yang digunakan pada
silinder aktuator scissor, dengan persamaan berikut :
1. Tebal seal (S) yang digunakan pada silinder aktuator scissor menggunakan
persamaan (Stolk & Kross, 1994:523) yaitu:
𝑆𝑝𝑖𝑠𝑟𝑜𝑑 = √𝑑𝑟𝑜𝑑
Dengan :
Diameter piston (drod) = 10 mm
Maka : 𝑆𝑝𝑖𝑠𝑟𝑜𝑑 = √10 = 3,16 mm
2. Tinggi perapat (hpck) yang digunakan pada piston aktuator scissor
menggunakan persamaan (Stolk & Kross, 1994:523) yaitu :
Hpck = n x S
Dengan :
Jumlah perapat (n) = 3 buah
Maka : Hpck = 3 x 3,16 = 9,48 mm
68

4.7 Peninjauan Tenaga Penggerak


Tenaga penggerak digunakan untuk menjalankan pompa hidrolik pada sistem
hidrolik scissor terdiri dari motor penggerak pompa, pompa, pipa, dan selang untuk
mengalirkan fluida.
1. Kebutuhan debit fluida (Qfluid)
Qfluid1 = V x A
Dengan: V = 0,080 m/s
π π
A= d2pis = 18,12 = 257,17 mm2 = 2,57 x 10-4 mm2
4 4

Maka :
Qfluid1 = 0,080 x 2,57 x 10-4 = 0,2056 x 10-4 m3/s
Qfluid1 = 0,2056 x 10-4 m3/s = 12,36 x 10-4 m3/menit
Debit pompa dibutuhkan disesuaikan dengan kebutuhan aktuator yang
beroperasi, yaitu :
𝑄𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑1 12,36 x 10−4
Qpump = = = 15,45 x 10-4 m3/menit = 15,45 x 10-1 liter/menit
𝜂ℎ𝑚 0,80

2. Jenis pompa yang digunakan adalah sebagai berikut:


a. Model : Internal gear pump (pompa roda gigi dalam)
b. Debit : 55 liter/menit
c. Tekanan max : 50 bar
d. Putaran max : 1200 rpm
3. Daya motor yang dibutuhkan untuk memutar pompa dihitung menggunakan
persamaan sebagai berikut:
𝑃𝑎𝑘𝑡 𝑄𝑡𝑜𝑡𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑
Ppump = 1714 𝜂

Dengan :
Ppump = Daya pompa (HP)
Pakt = Tekanan kerja aktual (10,86 bar x 14,5 = 157,47 Psi)
Qtotfluida = Debit fluida kerja = 55 liter/menit = 14,5 gal/menit
ɳ = Efisisensi pompa (0,85)
Maka :
157,47 𝑥 14,5
Ppump = =1,57 = 2 HP
1714 (0,85)
69

4.8 Peninjauan Fluida Kerja


Sebagian besar fluida hidrolik yang digunakan dalam sistem hidrolik adalah
oli, fluida ini berfungsi untuk mentransmisikan tenaga dari pompa untuk
menggerakkan piston dalam silinder hidrolik. Dalam sistem scissor dengan sistem
hidrolik ini menggunakan jenis fluida oli SAE 10 W, sesuai dengan pemilihan jenis
pompa yang digunakan yaitu untuk jenis pompa roda gigi (gear pump) digunakan
oli SAE 10 W. Untuk mengalirkan fluida dalam sistem hidrolik digunakan saluran
yang fleksibel yaitu selang (hose), dan saluran yang kaku yaitu pipa (pipe).
1. Pipa yang digunakan adalah pipa ukuran Schedule 40 adalah sebagai berikut:
a. Diameter dalam pipa : 1,048 inch (1 inch = 2,54 cm) = 26,6 mm
b. Diameter luar pipa : 1,315 inch = 33,4 mm
c. Tebal pipa : 0,133 inch = 3,38 mm
d. Tekanan kerja maks : 14 kg/mm2 (Ruswari, 1986:36)
2. Pemeriksaan ketebalan pipa terhadap tekanan yang diijinkan dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan (Khurmi, 1982 : 187) sebagai berikut :
𝑃𝑎𝑘𝑡 𝑥 𝑑𝑝𝑖𝑝
Pft1 = 2 𝑥 𝑡𝑝𝑖𝑝

Dengan :
Pft1 = Tekanan pada pipa (kg/mm2)
Pakt = Tekanan fluida didalam pipa (0,142 kg/mm2)
dpip = Diameter dalam pipa (26,6 mm)
tpip = Tebal pipa (3,38 mm)
Maka :
0,142 𝑥 26,6
Pft1 = = 0,55 kg/mm2
2 𝑥 3,38

Ketebalan pipa aman digunakan karena, Pft1 = 0,55 kg/mm2 < yang dijinkan
14 kg/mm2. (Raswari, Teknologi dan Sistem Perpipaan, 1986 : 36).
3. Selang yang digunakan dengan data-data tabel ukuran selang untuk sistem
hidrolik menggunakan selang:
a. Diameter dalam selang : 1 inch = 2,54 cm = 25,4 mm
b. Diameter luar selang : 1,75 inch = 44,45 mm
c. Tebal selang : 0,375 inch = 9,525 mm
d. Tekanan kerja maksimal : 2,81 kg/mm2
70

e. Tegangan pecah/minimum : 11,25 kg/mm2


f. Radius minimum : 12 inch = 304,8 mm
g. Tipe selang : 4 lapis kawat spiral
4. Pemeriksaan ketebalan selang terhadap tekanan yang diijinkan dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan (Khurni dan Gupta, 1982 : 209), yaitu:
𝑃𝑎𝑘𝑡 𝑥 𝑑𝑝𝑖𝑝
Pft2 = 2 𝑥 𝑡𝑝𝑖𝑝

Dengan :
Pft2 = Tekanan pada selang (kg/mm2)
Pakt = Tekanan fluida didalam selang (0,142 kg/mm2)
dpip = Diameter dalam selang (25,4 mm)
tpip = Tebal selang (9,525 mm)
Maka :
0142 𝑥 25,4
Pft2 = = 0,19 kg/mm2
2 𝑥 9,525

Ketebalan pipa aman untuk digunakan karena, Pft1 = 0,19 kg/mm2 < yang
diijinkan 2,81 kg/mm2(Raswari, Teknologi dan Sistem Perpipaan, 1986 : 36).

4.8.1 Volume yang Dibutuhkan


Untuk menetukan jumlah fluida yang dibutuhkan, fluida yang dihitung adalah
yang terdapat pada pipa (Vp), selang (Vs), silinder (Vsil), tangki (Vt) dan pompa
(Vpump) berikut ini adalah persamaan yang digunakan yaitu :
1. Volume pada pipa (Vp)
𝜋
𝑉𝑝 = 𝑑12 𝐿1
4
Dengan
L1 = 50 cm
d1 = 2,66 cm
Maka :
𝜋
𝑉𝑝 = 𝑥2,662 𝑥 50
4
𝑉𝑝 = 277,72 𝑐𝑚3 = 0,278 𝑙𝑡𝑟
2. Volume pada selang (Vs)
𝜋 2
𝑉𝑠 = 𝑑 𝐿
4 2 2
71

Dengan
L2 = 50 cm
d2 = 2,54 cm
Maka :
𝜋
𝑉𝑠 = 𝑥2,542 𝑥 50
4
𝑉𝑠 = 253,23 𝑐𝑚3 = 0,253 𝑙𝑡𝑟
3. Volume pada tangki (Vt)
𝑉𝑡 = 20 𝑙𝑡𝑟
4. Volume pada silinder (Vsil)
𝜋 2
𝑉𝑠𝑖𝑙 = 𝑑 𝐿
4 𝑝𝑖𝑠 𝑠𝑖𝑙
Dengan
Lsil = 25 cm
dpis = 1,81 cm
Maka :
𝜋
𝑉𝑠 = 𝑥1,812 𝑥 25
4
𝑉𝑠 = 64,29 𝑐𝑚3 = 0,064 𝑙𝑡𝑟
5. Volume pada pompa (Vpump)
Dari pemilihan jens pompa diketahui volume pada pompa yaitu 250 cm3 atau
0,250 liter. Maka jumlah volume fluida yang dibutuhkan oleh mekanisme
scissor lift adalah sebagai berikut:
Vtotal = Vp + Vs + Vt + Vsil + Vpump
Vtotal = 0,278 + 0,253 + 20 + 0,064 + 0,250
Vtotal = 20,845 ltr

4.9 Perhitungan Sambungan las Frame


Analisa kekuatan sambungan las pada frame terhadap beban reaksi yang
terjadi, pembebanan sambungan las pada frame ditunjukan oleh Gambar 4.12
72

Gambar 4.12 Pembebanan sambungan las pada frame

Klasifikasi elektroda pada pengelasan busur listrik berdasarkan klasifikasi


(AWS) Elektroda yang digunakan adalah E7014
Tegangan tarik kampuh : σ t = 50,6 kg/mm2
Faktor keamanan : Sf = 6.0
𝜎 50,6
Tegangan tarik ijin kampuh : σ a = 𝑠𝑓𝑡 = = 8,43 kg/mm2
6

Tegangan geser kampuh : τa = 0,8 x σa = 0,8 x 8,43 = 46,74 kg/mm2


Mencari tegangan yang terjadi pada sambungan las pada Gambar 4.12.
menggunakan persamaan berikut (Holowenko., 2004: 311):
a. Section Modulus dari Pengelasan (ZW)
𝑎2
𝑍𝑊 = ℎ 𝑎 +
3
Dengan
a = Tinggi Profil ( 25 mm)
h = Lebar Profil (25 mm)
252
Maka : 𝑍𝑊 = 25 𝑥 25 + = 833,3 𝑚𝑚2
3

b. Besar Bending (fB)


𝐹𝑙𝑖𝑓𝑡 (125)
𝑓𝐵 =
𝑍𝑊
312,38 (125)
𝑓𝐵 = = 46,93 kg/mm2
833,3

c. Besar Gaya Geser (fS)


𝐹𝑙𝑖𝑓𝑡
𝑓𝑠 =
𝐿𝑊
312,38
𝑓𝑠 = (2(25)+2(25)) = 3,13 kg/mm2

d. Total Beban pada Sambungan Las (ftot)


73

𝑓𝑡𝑜𝑡 = √𝑓𝐵2 + 𝑓𝑠2

𝑓𝑡𝑜𝑡 = √46,932 + 3,132 = 47,03 kg/mm2


e. Lebar Kampuh las (W)
𝑓𝑡𝑜𝑡
𝑊=
0,707 𝑥 𝑠𝑓
Dengan :
Strenght Fatigue (Sf) = 2,77 kg/mm (Holowenko., 2004: 312)
47,03
Maka : 𝑊 = 0,707 𝑥 2,77 = 24,01 𝑚𝑚

4.10 Diagram Rangkaian Sistem Hidrolik


Diagram rangkaian sistem hidrolik digambar menggunakan software festo,
Adapun spesifikasi sistem hidrolik diunjukan oleh Tabel 4.9

Tabel 4.9 Spesifikasi Sistem Hidrolik


No Komponen Jenis
1 Motor penggerak pompa Motor Listrik
2 Silinder hidrolik Double Acting
3 Pompa hidrolik Gear Pump

4 Pengaktifan sistem hidrolik 4/3 Solenoid valve with bypass position


(katup kontrol arah)
5 Katup kontrol aliran Check valve
6 Katup kontrol aliran Pilot check valve
7 Fluida SAE 10 W
8 Tangki Tabung silinder ( 20 liter)
9 Selang O.D: 1 in, t = 9,525 mm
10 Pipa O.D 1 in, t = 3,38 mm

Diagram rangkaian mekanisme sistem hidrolik yang digunakan dalam alat


pijakan toilet duduk terdiri dari empat bagian utama, yaitu :
1. Sumber tenaga (power pack)
2. Sinyal berupa 4/3-way solenoid valve with bypass position
3. Aktuator adalah silinder hidrolik dengan double acting
74

4. Alat ukur tekanan (pressure measuring device) berupa manometer


Skema rangkaian hidrolik yang diaplikasikan pada alat pijakan kaki toilet
duduk menggunakan sistem hidrolik yang digunakan untuk menggerakkan naik dan
turun scissor ditunjukkan oleh Gambar 4.13

1A1 1A2

4V1 4V2

1V1 1V2

Keterangan Gambar :
1A1 : Aktuator hidrolik 1
0V 0Z2 1A2 : Aktuator hidrolik 2
4V1 : one-way flow control valve 1
4V2 : one-way flow control valve 2
1V1 : 4/3 way valve 1 with spring returned
1V2 : 4/3 way valve 2 with spring returned
0Z2 : Filter
0V : Check valve
0Z1 : Power pack (unit pompa)

0Z1

Gambar 4.13 Skema rangkaian hidrolik pada alat pijakan kaki


toilet duduk

Prinsip kerja rangkaian sistem hidrolik pada Gambar 4.13 adalah sebagai
berikut :
a. Pada waktu pompa diputar oleh motor penggerak, minyak hidrolik (oli) yang
berada didalam tangka akan terhisap oleh pompa dan akan diteruskan ke
sistem instalasi hidrolik lewat outlet side.
75

b. Sebelum memasuki katup pengatur arah aliran (control valve), aliran fluida
akan melewati katup pengaman (pressure relief valve) dan katup check valve
(0V). Katup pengaman berfungsi sebagai pelindung dari keadaaan beban
berlebih atau beban kejutan, sedangkan katup check valve merupakan katup
satu arah pada saluran fluida. Selanjutnya akan memasuki katup pengatur
arah aliran.
c. Untuk menggerakan frame dan platform ke posisi pengangkatan, posisikan
katup control arah 1V1 (4/3 way valve) pada posisi “flow” dengan aliran
fluida (P-A, B-T). Maka aliran fluida hidrolik yang berasal dari tangki
dipompakan untuk mendorong piston bergerak melakukan pengangkatan
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.14.

Gambar 4.14 Skema rangkaian hidrolik pada saat piston


melakukan pengangkatan

d. Sedangkan untuk menggerakan frame dan platform ke posisi penurunan,


posisikan katup kontrol arah 1V2 (4/3 way valve) pada posisi “flow” dengan
aliran fluida (P-B, A-T) seperti yang ditunjukan pada Gambar 4.15. Maka
aliran fluida hidrolik yang berasal dari aktuator menuju tangka hidrolik
76

setelah melewati saringan terlebih dahulu atau bergerak melakukan


penurunan seperti pada Gambar 4.15.

Gambar 4.15 Skema rangkaian hidrolik pada saat piston


melakukan penurunan

4.10.1 Komponen Sistem Hidrolik


Komponen – komponen yang digunakan untuk sistem hidrolik pada alat
pijakan kaki untuk toilet duduk terdiri dari:
1. Motor listrik, berfungsi memutar pompa hidrolik pada sistem hidrolik alat
pijakan kaki toilet duduk.
2. Saringan, berfungsi menyaringan fluida hidrolik agar terhindar dari endapan
kotoran yang mengganggu sirkulasi fluida hidrolik.
3. Check valve, berfungsi mengalirkan fluida hidrolik hanya dari satu sisi saja.
4. Katup kontrol arah 4/3, berfungsi untuk mengatur arah aliran fluida hidrolik,
katup kontrol arah 4/3 memiliki 4 buah saluran (P, A, B, T) dnegan posisi
buah, yaitu: angkat (rise), tahan (hold), dan turn (lower).
77

5. Pilot check valve, berfungsi mengunci silinder yang terkena beban maka
check valve ini akan mendapat tambahan piston yang dioperasikan dengan
pilot agar katup bias terbuka pada saat aliran pembalik diperlukan (beban
yang lebih rendah).
6. Aktuator hidrolik, berfungsi sebagai penggerak yang merubah tenaga hidrolik
menjadi tenaga mekanis berupa tenaga pengangkatan.

4.11 Hasil
Hasil perhitungan pembebanan yang dilakukan menunjukan bahwa seluruh
komponen Alat Pijakan Kaki untuk Toilet duduk aman dan layak digunakan karena
menghasilkan teganggan lebih kecil dari tegangan yang diijinkan. Hasil
pembebanan setiap komponen ditampilkan secara rinci pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Hasil Pembebanan Setiap Komponen

No Komponen Material / Ukuran σkomp σijin Ket


(kg/mm2) (kg/mm2)
1 Frame Platform Baja HW 36 Standarisasi 2,97 10,84 Aman
WES 3001 – 1970
2 Scissor Baja HW 36 Standarisasi 2,30 5,42 Aman
WES 3001 – 1970
3 Aktuator (Piston) Besi Tuang Kelabu SAE 1,20 2,94 Aman
Grade G2500
4 Silinder Hidrolik Baja S30C 6,16 6,85 Aman
5 Pipa Pipa Schedule 40 0,55 14 Aman
6 Selang PVC 0,19 2,81 Aman

4.12 Detail Design

Anda mungkin juga menyukai