Anda di halaman 1dari 16

PENDIRIAN TAMAN BELAJAR GUNA MENINGKATKAN PENGUASAAN

KOSAKATA BERBAHASA INGGRIS ANAK-ANAK DI DESA TEGALSARI DENGAN


MENGGUNAKAN BOARD RACE GAME

Iis Rulianawati, Restu Yulia Hidayatul Umah

Institut Agama Islam Negeri Ponorogo

Email: rulianaexotics@gmail.com, umah@iainponorogo.ac.id

ABSTRAK

Balai Karya Desa Tegalsari merupakan aset fisik yang dimiliki pemerintah Desa
Tegalsari. Bangunan tersebut masih berdiri kokoh dan layak digunakan untuk menyelenggarakan
berbagai kegiatan. Sayangnya, bangunan yang harusnya digunakan untuk berbagai kegiatan
justru jarang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Oleh karena ini, penulis merasa perlu untuk
menghidupkan kembali keberadaan bangunan ini sebagai tempat beraktivitas masyarakat.
Dengan adanya izin dari Pemerintah Desa, penulis berkesempatan untuk mendirikan taman
belajar bagi anak-anak di sekitar untuk belajar bersama. Taman belajar ini berfocus untuk lebih
meningkatkan kemampuan belajar anak terutama dalam mempelajari Bahasa Inggris.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran di taman belajar ini berjalan dengan lancar dan mendapatkan
antusisme yang luar biasa dari anak-anak. Supaya, menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan penulis menerapkan media permainan yakni Board Race Game sebagai salah
satu penunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Penulis berharap dengan seiring
berjalannya waktu, taman belajar ini dapat menampung lebih banyak anak dan membantu
mereka dalam menggunakan waktu untuk melakukan hal-hal positif.

Kata kunci: Taman Belajar, Kosakata, Board Race Game, Pembelajaran Bahasa Inggris

ABSTRACT

Tegalsari Village Work Hall is a physical asset owned by the Tegalsari Village
government.The building still stands strong and is suitable for held out various activities.
Unfortunately, buildings that should be used for various activities are rarely used by the
surrounding community. Because of this, the author feels the need to revive the existence of this
building. With permission from the village government, the writter had the opportunity to
establish a “learning park” for the children around the village to study together. This learning
park focuses on further improving children's learning abilities, especially in learning English
Vocabulary. In order to create fun learning, the author applies game media as one of the
supporting factors for the success of teaching and learning activities. During the learning
activities in this learning park run smoothly and get extraordinary enthusiasm from the children.
The writter hopes that over time, this” learning park” can accommodate more children and help
them use their time in positive ways.

Keywoards: Learning Park, Vocabulary, Board Race Game, Teaching and Learning English

PENDAHULUAN

Bahasa Inggris merupakan bahasa yang paling berpengaruh di dunia dan menjadikannya
bahasa internasional dimana orang-orang haruslah menguasainya apabila ingin bersaing di era
global seperti saat ini, khususnya di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara di
ASEAN yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa keduanya. Terdapat empat
kemampuan dalam Bahasa Inggris yang harus dikuasai yaitu speaking, listening, writing, and
reading.

Hal penting yang harus dilakukan supaya dapat berbahasa Inggris dengan baik yaitu
haruslah menguasai kosakata Bahasa Inggris. Kosakata merupakan salah satu aspek dasar dalam
mempelajari Bahasa Inggris. Tanpa menguasai kosakata siswa akan kesulitan untuk
berkomunikasi dengan sesama. Kosakata juga merupakan salah satu hal terpenting untuk
memahami beberapa informasi walaupaun infromasi tersebut dalam bentuk oral maupun tertulis.
Sebagaimana Helbert and Kamil (2005) mengatakan bahwa pada dasarnya kosakata adalah
pengetahuan tentang kata-kata. Kosakata digunakan untuk mengutarakan ide, perasaan, ataupun
pikiran.

Di sisi lain, kita ketahui bahwa Bahasa Inggris di era globalisai saat ini memiliki peran
yang sangat penting. Diantaranya yaitu, (1) Bahasa Inggris menjadi bahasa internasional, (2)
befungsi untuk menghubungkan berbagai negara, (3) Bahasa Inggris juga merupakan salah satu
bahasa yang digunakan diberbagai aspek kehidupan seperti sains, pendidikan, bisnis, dunia
entertainmen, pemeritntahan dan masih banyak lainnya. Oleh sebab itu, dengan menguasai dan
mempelajari Bahasa Inggris kita selangkah lebih maju dalam kehidupan di era globalisasi ini,
karena dengan menguasainya seseorang dapat berkomunikasi lebih jauh sehingga wawasan
dalam teknologi informasi itu sendiri akan lebih terbuka.

Dengan dihilangkannya mata pelajaran Bahasa Inggris di jenjang Sekolah Dasar, hal ini
menyebabkan banyak siswa yang masih tidak mengetahui dan asing untuk berbicara dengan
menggunakan Bahasa Inggris. Beberapa Sekolah Dasar menjadikan Bahasa Inggris menjadi
muatan lokal, namun ada beberapa sekolah yang juga tidak menjadikan Bahasa Inggris menjadi
muatan lokal. Seperti halnya, di salah satu Sekolah Dasar yang terletak di Desa Tegalsari,
Ponorogo dimana mata pelajaran Bahasa Inggris benar-benar tidak diajarkan sama sekali.

Secara geografis Desa Tegalsari masuk wilayah Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo,
dan terletak di sebelah timur Kota Wonogiri. Desa Tegalsari tidak berada jauh dari pusat kota
dan menjadikannya sebagai salah satu daerah penyokong ekonomi kabupaten Ponorogo. Banyak
orang telah mengetahui bahwa Desa Tegalsari dikenal sebagai objek wisata religi karena di
daerah ini terdapat bangunan tua berupa masjid dan makam pemuka agama. Masjid tersebut
dinamakan Masjid Tegalsari. Dapat ditemui bangunan lainnya yang mirip dengan pendopo
sebuah keraton yang dikelilingi tembok bata merah yang ada di keraton.

Selain itu, Desa Tegalsari juga memiliki bangunan-bangunan fisik lainnya yang dapat
dikembangkan dan dimanfaatkan seperti Balai Karya Desa Tegalsari, Balai Desa Tegalsari,
Masjid Tegalsari, Taman Pendidikan Qur’an (TPQ), Madrasah Diniyah (Madin) Al-Islamiyah,
Sekolah Dasar Negeri (SDN) Desa Tegalsari, Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Tegalsari,
dan masih banyak lainnya. Beberapa bangunan digunakan dan dimanfaatkan dengan baik, namun
ada beberapa bangunan lain yang sedikit dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, sebagai contoh
yaitu Balai Karya Desa Tegalsari.

Balai Karya Desa Tegalsari masih berdiri kokoh dengan dimensi yang luas baik di bagian
luar maupun di dalam sehingga masih sangatlah layak untuk dimanfaatkan dengan baik. Namun,
semenjak adanya pandemi corona ini Balai Karya Desa Tegalsari menjadi salah satu aset desa
yang sedikit jarang dimanfaatkan dalam melakukan kegiatan bermasyarakat. Penulis menyadari
bahwa Balai Karya dapat dimanfaatkan dengan baik apabila ada pihak-pihak yang juga ikut serta
dalam memanfaatkannya. Dalam melaksanakan penelitian ini penulis berinisistif untuk mengajak
berbagai kalangan khususnya mahasiswa-mahasiswi IAIN Ponorogo di Desa Tegalsari untuk
bersama-sama menghidupkan kembali Balai Karya Desa Tegalsari.

Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut di Balai Karya tentu penulis memerlukan izin
dan masukan terlebih dahulu dari Kepala Desa Tegalsari. Setelah penulis mengantongi izin dari
Kepala Desa, penulis memutuskan untuk menghidupakan kembali Balai Karya dengan cara
mendirikan sebuah Taman Belajar yang dikhususkan untuk anak-anak di Desa Tegalsari. Selama
pandemi corona saat ini tidak dapat dipungkiri bahwa banyak anak-anak yang mengalami
kesusahan dalam memahami pelajaran. Banyak dari mereka yang mengeluh dengan adanya
pemberian tugas yang tidak sebanding dengan penjelasan guru yang disampaikan.

Selain alasan yang telah penulis jelaskan diatas, penulis juga menyadari bahwa dengan
dihilangkannya Bahasa Inggris di jenjang Sekolah Dasar juga memberikan dampak pada
kemampuan berbahasa Inggris di kalangan siswa SD. Banyak dari mereka yang tidak
mengetahui kata-kata dasar dalam Bahasa Inggris yang sering diucapkan dalam kehidupan
sehari-hari dan hal ini sungguh ironis, melihat bagaimana negara-negara lain di dunia yang mulai
memperkenalkan Bahasa Inggris kepada anak sedini mungkin.

Dengan didirikan taman belajar ini diharapkan siswa dapat bersemangat untuk belajar.
Kehadiran taman belajar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keberadaan pendidikan
nonformal. Taman belajar merupakan wadah yang berguna untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan kemandirian belajar masyarakat.1 Dalam menyukseskan kegiatan ini tentu saja
menjaga kebersihan dan menjaga jarak untuk mencegah penyebaran virus corona menjadi
prioritas utama penulis. Dalam malaksanakan kegiatan ini penulis mengingatkan anak-anak di
Desa Tegalsari untuk selalu menggunakan masker dan menjaga jarak saat pembelajaran dimulai.

Pada proses pembelajaran ada tiga faktor penting yang mempengaruhi kualitas dari suatu
proses pembelajaran. Selain sumber belajar dan penerima, ada juga media pembelajaran sebagai
perantara yang merupakan faktor penting dalam penyampaian informasi yang baik dari sumber
ke penerima.2 Oleh sebab itu dalam kegiatan belajar mengajar di Taman Belajar ini penulis
menerapkan aktivits menyenangkan yang menggunakan media game yaitu Board Race Game.
1
Nanang Yuniantoro dkk,Pembuatan Taman Belajar Ki Hajar Dewantara (PTBK) di Dukuh Karang Paseban
Bayat, Pelita, Vol. IX, No. 1 (2014), hlm. 75.
2
Ariadie Chandra Nugraha dkk, Rancang Bangun Game Edukasi sebagai Media Pembelajaran Mata Kuliah
Praktik Teknik Digital, Jurnal Edukasi Elektro, Vol. 1, No. 1 (2017), hlm. 92.
Board Race Game merupakan permainan seru yang digunaka untuk mengkoreksi
kosakata, baik berupa kata-kata dari pelajaran yang baru diapatkan atau kosakata dari pelajaran
yang telah diajarkan minggu sebelumnya. Permainan ini dapat digunakan diawal kelas untuk
membuat siswa aktif. Selain itu, permainan ini dapat menguji kemampuan atau kosakata apa saja
yang sudah diketahui siswa selama pembelajaran berlangsung. 3 Selain itu, permainan ini tidak
memerlukan banyak media dan waktu untuk menrapkannya karena pada dasarnya guru hanya
perlu menyiapkan kosakata apa yang akan digunakan, spidol atau alat tulis, serta papan tulis.
Tidak lupa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung penulis telah mengingatkan anak-anak
untuk selalu menggunakan masker dan menjaga jarak. Anak-anak yang datang ke Balai Karya
dengan patuh menaati himbauan dari penulis.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas maka penulis memutuskan untuk
mendirikan “Taman Belajar” dimana akan berkolaborasi dengan menggunakan media permainan
yang dapat menghibur sekaligus memberikan pembelajaran yang menyenangkan kepada siswa
saat proses pembelajaran berlangsung. Maka, penulis mengambil judul “Pendirian Taman
Belajar guna Meningkatkan Penguasaan Kosakata Berbahasa Inggris Anak-Anak di Desa
Tegalsari dengan Menggunakan Board Race Game”. Penulis berharap dengan didirikannya
taman belajar ini akan menjadi salah satu solusi bagi anak-anak untuk meningkatkan minat
belajar dan terutama penguasaan kosakata Bahasa Inggris mereka.

METODE

Asset Based Community Development (ABCD)

Dalam menyelesaikan karya tulis ini penulis menggunakan pendekatan (ABCD) Asset
Based Community Development, yang mengutamakan pemanfaatan aset dan potensi yang ada di
sekitar dan dimiliki oleh komunitas masyarakat. 4 Kegiatan penelitian berlandaskan
pendampingan ini adalah kegiatan Kuliah Pengabdian Masyarakat DDR (Daring dari Rumah)
mahasiswa IAIN Ponorogo yang di laksanakan di Desa Tegalsari, Ponorogo. Kegiatan ini
3
Rahmawati, Using Board Race Game to Develop Students’ Vocabulary at the Eight Grade of MTSn Satu Atap
Datok Sulaiman Palopo, Tesis S.Pd Kearsipan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Palopo, 2019, hlm. 6.
4
Ahcmad Room Fitrianto dkk, Membangun Kesadaran Masyarakat dalam Pemeliharaan Bendungan Gondrok
(Sebuah Aksi Partisipatorif dalam Memelihata Irigasi Pertanian di Desa Bedohon, Jiwan, Madiun), Jurnal
Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat, Vol. 2, No. 2 (2020), hlm. 2.
dilakukan dalam lima tahap yaitu berawal dari perencanaan dan kesiapan segala sesuatu yang
diperlukan dalam penelitian. Kedua mencari tahu aset berserta mencatat kelebihan dan
kekurangan dari setiap sumber daya yang dimiliki. Ketiga merancang harapan ataupun tujuan
yang ingin dicapai dalam kegiatan ini. Keempat, melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi
dalam kegiatan ini. Kelima, identifikasi keberhasilan program kerja dimana berisikan evaluasi
kegiatan dan diakhiri dengan penulisan laporan.

Komunitas dalam hal ini yaitu sebuah Balai Karya di Desa Tegalsari, Ponorogo. Penulis
menemukan banyak aset-aset yang dimiliki Desa Tegalsari baik aset fisik maupun non-fisik,
namun berhubungan dengan tema Pendidikan yang penulis ambil dan kurangnya pemanfaatan
aset yang digunakan, penulis memutuskan untuk menggunakan Balai Karya Desa Tegalsari
sebagai aset yang perlu dikembangkan dan dimanfaatkan dengan baik. Selain alasan tersebut,
penulis menyadari bahwa di masa pandemi corona seperti saat ini banyak anak yang mengalami
kesulitan dalam memahami pelajaran. Oleh karena itu, dalam kegiatan ini penulis mengajak
anak-anak di Desa Tegalsari untuk ikut serta memanfaatkan aset bangunan yang dimiliki desa
dengan selalu mematuhi protokol kesehatan.

Berdasarkan observasi awal tersebut penulis akhirnya memutuskan untuk mendirikan


sebuah “Taman Belajar” dengan tujuan meningkatkan, membantu, dan mengubah pola pikir
masyarakat sekitar khususnya anak-anak di Desa Tegalsari untuk melek akan pentingnya belajar
terutama Bahasa Inggris. Selain itu, program kerja pendirian taman belajar ini diharapkan
memberikan peranan penting dalam pembangunan sumber daya manusia yang ada pada
masyarakat.

Teknik-Teknik Pendampingan

Metode dan alat untuk memobilisasi aset pemberdayaan masyarakat melalui Asset Based
Community Development (ABCD), antara lain:

a. Penemuan Apresiatif (Appreciative Inquiry)


Appreciative Inquiry (AI) adalah cara yang positif untuk melakukan perubahan
organisasi berdasarkan asumsi yang sederhana yaitu bahwa setiap organisasi memiliki sesuatu
yang dapat bekerja dengan baik, sesuatu yang menjadikan organisasi hidup, efektif dan
berhasil, serta menghubungkan organisasi tersebut dengan komunitas dan stakeholdernya
dengan cara yang sehat. AI tidak penganalisis akar masalah dan solusi tetapi lebih konsen
pada bagaimana memperbanyak hal-hal positif dalam organisasi. Proses AI terdiri dari 4 tahap
yaitu Discovery, Dream, Design dan Destiny atau sering disebut Model atau Siklus 4-D. AI
ini diwujudkan dengan adanya Forum Group Discussion (FGD) yang dilakukan pada
jenjangnya masing-masing.

b. Pemetaan Komunitas (Community Mapping)


Pendekatan atau cara untuk memperluas akses ke pengetahuan lokal. Community map
merupakan visualisasi pengetahuan dan persepsi berbasis masyarakat mendorong pertukaran
informasi dan menyetarakan bagi semua masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses yang
mempengaruhi lingkungan dan hidup mereka.
c. Pemetaan Asosiasi dan Institusi
Asosiasi merupakan proses interaksi yang mendasari terbentuknya lembagalembaga
sosial yang terbentuk karena memenuhi faktor-faktor sebagai berikut: (1) kesadaran akan
kondisi yang sama, (2) adanya relasi sosial, dan (3) orientasi pada tujuan yang telah
ditentukan.
d. Pemetaan Aset Individu (IndividualInventorySkill)
Metode atau alat yang dapat digunakan untuk melakukan pemetaan individual asset
antara lain kuisioner, interview dan focusgroupdiscussion. Manfaat dari Pemetaan Individual
Asset antara lain: (a) Membantu membangun landasan untuk memberdayakan masyarakat dan
memiliki solidaritas yang tinggi dalam masyarakat. (b) Membantu membangun hubungan
yang baik dengan masyarakat. (c) Membantu masyarakat mengidentifikasi keterampilan dan
bakat mereka sendiri.
e. Skala Prioritas (Low hanging fruit)
Setelah masyarakat mengetahui potensi, kekuatan dan peluang yang mereka miliki
dengan melaui menemukan informasi dengan santun, pemetaan aset, penelusuran wilayah,
pemetaan kelompok atau institusi dan mereka sudah membangun mimpi yang indah maka
langkah berikutnya, adalah bagaimana mereka bisa melakukan semua mimpi-mimpi diatas,
karena keterbatasan ruang dan waktu maka tidak mungkin semua mimpi mereka diwujudkan.5

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan Pengabdian

Pelaksanaan Kuliah Pengabdian Masyarakat DDR kali ini merupakan perwujudan dari
rancangan program kerja yang telah penulis buat. Pada dasarnya pelaksanaan dalam kegiatan ini
haruslah sesuai dengan rancangan yang telah dibuat, namun pada kenyataannya di lapangan
masih terdapat halangan serta hambatan yang menyebabkan program kerja yang diharapkan
tidak terlaksana sesuai dengan rancangan yang telah ada. Dalam melaksanakan program kerja ini
dilakukan secara kerja kelompok bersama seorang anggota kelompok KPM yang berada dalam
satu bimbingan yang sama yaitu dengan mendirikan sebuah “Taman Belajar” di Desa Tegalsari.

Selain merancang sebuah program kerja penulis pun juga melakukan observasi mendalam
di Desa Tegalsari guna menelusuri aset-aset desa yang mana dapat dimanfaatkan. Setelah
menemukan aset-aset apa saja yang dimiliki Desa Tegalsari, penulis memutuskan untuk
membuat skala prioritas yang merupakan aset utama yang dimiliki oleh masyarakat Desa
Tegalsari. Aset tersebut yaitu berupa Balai Karya yang akan dijadikan sebagai kawasan
pendidikan dengan merealisasikan program kerja yang telah penulis buat. Dengan memanfaatkan
aset fisik desa yang jarang dipergunakan penulis melakukan pertimbangan untuk mewujudkan
program kerja berupa Pendirian Taman Belajar di Balai Karya Desa Tegalsari, yang diharapkan
mampu membantu anak-anak di Desa Tegalsari untuk tetap bersemangat belajar di masa
pandemi corona.

Gambaran Kegiatan Pengabdian

a. Bentuk Kegiatan

Kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Tegalsari ini dilaksanakan pada bulan Juli
sampai Agustus 2021. Kegiatan yang dilaksanakan yaitu berupa pendirian Taman Belajar di
Balai Karya Desa Tegalsari dimana memfokuskan pada penggunanaan media permainan dalam
5
Ahmadi, Pedoman Kuliah Pengabdian Masyarakat Daring Dari Rumah (KPM-DDR), (Ponorogo: LPPM
IAIN Ponorogo, 2021), hlm. 134-135.
melakukan kegiatan belajar mengajar. Anak-anak Desa Tegalsari menjadi target utama penulis
untuk ikut serta dalam memeriahkan kegiatan ini. Kegiatan pengabdian ini dilakukan melalaui
tiga tahapan berikut :

1. Persiapan kegiatan meliputi:


a) Melakukan survei tempat pengabdian masyarakat yang akan menjadi fokus pengabdian
yaitu di Desa Tegalsari.
b) Permohonan izin kegiatan pengabdian masyarakat kepada Kepala Desa Tegalsari
c) Pengurusan administrasi (surat-menyurat)
d) Persiapan alat dan bahan serta akomodasi
e) Persiapan tempat yang akan dijadikan tempat untuk mereleasisaikan program kerja yaitu
Balai Karya Desa Tegalsari
f) Melaksanakan pembukaan KPM-DDR bersama dengan pegawai di Balai Desa Tegalsari
2. Kegiatan program kerja pendirian Taman Belajar meliputi:
a. Pembukaan dan perkenalan dengan anak-anak di Desa Tegalsari yang mejadi sasaran
kegiatan
b. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan permainan yaitu Board Race Game
c. Pembentukan kelompok guna memainkan permainan Board Race Game
d. Sesi diskusi/tanya jawab serta evaluasi dengan anak-anak Desa Tegalsari mengenai
pelajaran yang telah di ajarkan.
3. Penutupan
a) Mengumumkan dan Pemberian hadiah bagi peserta yang memenangkan setiap sesi
permainan
b) Foto bersama dengan anak-anak
c) Mengadakan penutupan KPM-DDR 2021 sertaa berpamitan dengan para Pegawai Di
Balai Desa Tegalsari
d) Pembuatan laporan kegiatan pengabdian masyarakat
b. Deskripsi Proses Kegiatan
Kegiatan pendirian taman belajar guna meningkatkan penguasaan kosakata berbahasa
Inggris di Desa Tegalsari dengan menggunakan permainan Board Race Game ini secara
umum berjalan dengan lancar. Kepala Desa Tegalsari memberikan kewenangan dan
membantu penulis dalam mempersiapkan tempat serta mengkoordinir peserta didik yang
akan berpartisipasi dalam menyukseskan pendirian Taman Belajar. Peserta didik merupakan
anak-anak Desa Tegalsari dengan usia 8-12 tahun yang merupakan siswa SD dari kelas 3,4,5,
dan 6. Tempat yang digunakan untuk kegiatan ini adalah Balai Karya Desa Tegalsari.
Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 18 Juli dan 25 juli 2021.

Pada minggu pertama yaitu hari Minggu 18 juli 2021 kegiatan ini berlangsung dari
pukul 08.00 sampai dengan 09.30. Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran, penulis
memperkenalkan diri terlebih dahulu dan mencoba untuk membaur dengan anak-anak.
Melakukan ice breaking merupakan cara efektif untuk membuat anak semangat dan tertarik
untuk belajar lebih giat, tentu penulis menerapkan cara ini sebelum 15 menit pelajaran inti
dimulai. Tak lupa, penulis juga melontarkan pertanyaan kepada anak tentang pelajaran yang
akan dibahas, apakah ada banyak anak yang mampu menjawah dengan benar atau tidak.
Guna mengetahui lebih lanjut mengenai kemampuan berbahasa Inggris anak-anak di
Desa Tegalsari peniliti memberikan sebuah kertas pre-test yang berisikan soal pengetahuan
kosakata Bahasa Inggris bertemakan nama-nama buah dan sayuran. Anak-anak diberikan
waktu 10 menit untuk menjawab dan mengumpulkannya. Setelah mengerjakan pre-test
saatnya untuk mulai fokus akan kegiatan inti selama sekitar 40 menit yaitu membahasa
mengenai nama-nama buah dan sayuran. Selama kegiatan ini banyak anak yang bersuara
keras saat menirukan pengucapan sebuah kata. Ini menggambarkan betapa antusiasnya anak-
anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Walaupun, masih ditemukan anak yang
bermain sendiri namun kondisi dapat teratasi saat mereka mendapat peringatan.
Setelah kegiatan mengajar selesai, penulis menerapkan permainan Board Race Game
untuk menguji ingatan mereka tentang kosakata-kosakata yang telah dipelajari. Penulis
memutuskan untuk membagi anak menjadi 2 kelompok dengan masing-masing terdiri dari 4
anggota kelompok. Dengan membuat dua barisan menghadapa papan tulis dan anak yang
berada di barisan paling depan memagang spidol. Saat penulis mengatakan sebuah kosakata
tentang buah-buahan mereka akan maju ke depan untuk menulis kosakata tersebut dengan
cepat dan benar. Setelah semua kosakata yang diajarkan tadi ditulis di depan, penulis akan
mengakhri sesi bermain permainan ini dan meminta anak-anak untuk duduk ke tempat
sebelumnya. Sedangkan, pada minggu kedua yakni hari minggu, 25 Juli 2021 penulis masih
menggunakan permainan Board Race Game untuk dijadikan media belajar. Masih dengan
prosedur yang sama dan kegiatan yang sama.

Tahap terakhir setelah pembelajaran selesai yaitu evaluasi. Secara umum, tujuan
evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Indikator efektivitas dapat dilihat dari perubahan tingkah laku yang terjadi
pada peserta didik. Perubahan tingkah laku itu dibandingkan dengan perubahan tingkah
laku yang diharapkan sesuai dengan kompetensi, tujuan dan isi program pembelajaran.
Adapun secara khusus, tujuan evaluasi adalah untuk (1) mengetahui tingkat penguasaan
peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditetapkan, (2) mengetahui kesulitan-kesulitan
yang dialami peserta didik dalam proses belajar, sehingga dapat dilakukan diagnosis dan
kemungkinan memberikan remedial teaching, (3) mengetahui efisiensi dan efektifitas strategi
pembelajaran yang digunakan guru, baik yang menyangkut metode, media maupun sumber-
sumber belajar.6

Hasil Kegiatan

Kegiatan Kuliah Pengabdian Masyarakat yang dilakukan oleh dua anggota kelompok 71
dari FATIK IAIN Ponorogo ini berlangsung dari awal bulan Juli dan berakhir di bulan Agustus.
Pendirian “taman belajar” yang bertempat di balai karya Desa Tegalsari ini merupakan program
kerja yang telah penulis rancang dan siapkan sebelum benar-benar terjun di lapangan dengan
tujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia khususnya di bidang pendidikan. Di masa
pandemi corona saat ini dunia pendidikan di Indonesia menghadapi berbagai tantangan terutama
bagi setiap pengajar untuk menyampaikan materi yang diajarkan dapat diterima dan dipahami
dengan mudah oleh setiap siswa sebab tidak adanya sesi pertemuan tatap muka. Selain itu,
karena adanya pandemi corona dunia pendidikan di Indonesia juga mengalami penurunan
capaian pembelajaran yang disebabkan oleh kegiatan pembelajaran daring dari rumah. Oleh
sebab itu, penulis sangat berharap dengan didirikannya sebuah “taman belajar” anak-anak dapat
merasakan suasana belajar yang menyenangkan serta meningkatkan minat belajar anak terutama
dalam pemahaman tentang Bahasa Inggris dengan selalu mematuhi penuh protokol kesehatan.

Dalam mendirikan “taman belajar” ini terdapat dua faktor pendukung secara eksternal
dan juga internal yang menjadi pengaruh penting dalam keberhasilan program ini. Faktor internal
yaitu adanya keinginan dan dukungan dari Pemerintah Desa Tegalsari kepada peserta Kuliah
Pengabdian masyrakat untuk memanfaatkan serta mengoptimalkan penggunaan aset-aset yang
dimiliki desa terutama Balai Karya Desa tegalsari. Di samping itu, faktor eksternal juga
memegang peranan penting yakni adanya rasa ketertarikan masyarakat akan pentingnya
mempelajari Bahasa Inggris lebih jauh di era globalisasi saat ini, khususnya anak-anak siswa SD
yang mana mereka tidak mendapatkan akses belajar Bahasa Inggris karena dihilangkanya mata
pelajaran Bahasa Inggris di jenjang SD yang telah ditetapkan oleh Kurikulum 2013.
6
Zainal Arifin, “Evaluasi Pembelajaran (Teori dan Praktik)”, (Makalah dipresentasikan untuk Jurusan
Kurikulum Dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung,
2010), hlm. 2.
Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di “taman belajar” ini berfokus pada
peningkatan kemampuan berbahasa Inggris terhadap anak-anak. Kegiatan ini dilakukan secara
tatap muka dan berlangsung selama 60 menit pembelajaran. Secara garis besar hasil kegiatan
pelaksanaan kegiatan pengabdian ini dapat dilihat dari penilaian beberapa komponen berikut:

1. Keberhasilan target jumlah peserta


Target jumlah peserta kegiatan ini yakni sebanyak 9 anak-anak Desa Tegalsari mulai
dari usia 6 sampai dengan 12 tahun. Dalam pelaksanaannya di minggu pertama yaitu pada
hari Minggu 18 Juli, anak yang datang untuk mengikuti pembelajaran berjumalah 7 anak.
Sedangkan, di Minggu kedua hari Minggu 25 Juli peserta kegiatan bertambah 1 anak
sehingga menjadi 8 anak yang hadir. Dengan demikian, nilai keberhasilan target yang dapat
diakumulasikan pada minggu pertama dan kedua yakni sekitar 78% dan 89%. Dapat
dikatakan bahwa keberhasilan target selama kegiatan tersebut berlangsung baik karena masih
ada banyaknya anak yang dapat hadir.

2. Ketercapaian tujuan kegiatan


Tujuan kegiatan ini adalah pada halnya guna memanfaatkan aset desa yakni berupa
bangunan Balai Karya yang dimiliki Desa Tegalsari untuk dijadikan tempat belajar anak-
anak dengan menamai program ini menjadi “taman belajar. Taman belajar ini tentu memiliki
maksud untuk meningkatkan minat belajar anak-anak di Desa Tegalsari terutama belajar
tentang Bahasa Inggris. Selain itu, dengan berjalannya program ini setidaknya dapat
menghindarkan anak-anak dari hal yang kurang bermanfaat dan mulai menggunakan waktu
mereka untuk kegiatan yang positif. Hal-hal yang telah direncanakan penulis guna
terciptanya pembelajaran yang efektif diantaranya yakni menyediakan fasilitas belajar seperti
papan tulis serta spidol, memberikan materi pembelajaran dengan membahas kosakata
Bahasa Inggris bertemakan nama-nama sayuran dan buah-buahan, serta menciptkan suasana
belajar yang menyenangkan dengan menggunakan media permainan “Board Race Game”.
Selama kegiatan berlangsung dan berakhir penulis menyimpulkan bahwa kegiatan tersebut
berjalan dengan lancar, baik dalam penyampaian materi dan antusiasme anak-anak untuk
mengikuti kegiatan tersebut.
3. Kemampuan anak-anak dalam penguasaan materi
Waktu pelaksanaan kegiatan yang relatif singkat tidak menjadikan alasan bagi penulis
untuk tetap menyampaikan materi dengan baik. Penulis telah memperhitungkan dalam waktu
60 menit pembelajaran dapat diterima oleh anak-anak. Pada 10 menit pertama penulis
mencoba untuk memperkenalkan diri dan melakukan ice breaking dengan tujuan agar anak
memiliki semangat untuk belajar. Kemudian, pada 30 menit pembelajaran penulis
berkesempatan untuk menjelaskan materi-materi berupa kosakata berbahasa Inggris tentang
nama-nama buah dan sayuran. Setelah, memastikan anak-anak paham dan menerima dengan
baik materi yang disampaikan penulis di 20 menit terakhir mengajak anak-anak untuk
melakukan permainan board race game dengan tujuan melatih ingatan anak tentang
pembelajaran yang telah dipelajari. Banyak dari anak-anak yang telah menguasai kosakata-
kosakata tersebut dilihat dari skor post-test yang menunjukan kenaikan drastis dibanding
skror saat pre-test.

Evaluasi pemahaman anak terhadap materi dilakukan melalui pemberian lembar evaluasi
berupa soal terkait dengan materi yang disampaikan pada minggu pertama dan kedua. Dari hasil
evaluasi yang dilakukan di minggu pertama menunjukkan bahwa pemahaman anak tentang
penguasaan kosakata berbahasa Inggris bervariasi dari kategori kurang, cukup baik, serta sangat
baik. Sedangkan, pelaksanaan di minggu kedua juga menunjukkan perkembangan anak
meningkat dengan kriteria seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Kategori kriteria dilakukan
berdasarkan pengelompokan skor anak-anak dengan sekala 0 sampai dengan 100. Dari hasil
analisis diketahui bahwa anak yang mendapat skor tertinggi yaitu 90 serta 60 sebagai hasil skor
terendah.

Dari hasil evaluasi pada minggu pertama yang telah penulis lakukan menunjukkan bahwa
2 dari 7 anak masuk kedalam kategori kurang, 3 orang dari jumlah anak berkategori baik, dan 2
dari jumlah anak termasuk kedalam kategori sangat baik. Sementara itu, evaluasi pelaksanaan
kegiatan di minggu kedua menunjukkan bahwa terdapat banyak anak yang telah mengetahui
materi yang disampaikan. Oleh karena itu, penulis menyimpulkan bahwa 5 anak dari jumlah 8
peserta kegiatan dapat dikatakan baik, dan 3 anak termasuk kedalam kategori sangat baik.

Faktor Pendukung dan Penghambat kegiatan


Berdasarkan evaluasi pelaksanaan dan hasil kegiatan dapat diidentifikasi faktor pendukung dan
penghambar dalam melaksanakan program pengabdian masyarakat ini. Berikut faktor pendukung
dan penghambar kegiatan tersebut:

1. Faktor Pendukung
a. Para anak-anak yang datang memiliki semangat dan kemauan besar untuk dapat
mengikuti kegiatan di taman belajar ini.
b. Tersedianya aset yang layak yakni Balai Karya Desa Tegalsari dalam mendukung
kegiatan belajar anak.
c. Dukungan dari pihak pemerintah desa dengan memberi akses kepada penulis untuk
menggunakan tempat yang akan dijadikan tempat guna menyukseskan program.
2. Faktor Penghambat
a. Keterbatasan waktu dalam pelaksanaan program.
b. Fasilitas pendukung kegiatan mengajar yang minim
c. Kurangnya perhatian anak kepada pemateri

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan
pengabdian masyarakat yang dilaksanakan di Desa Tegalsari ini telah berhasil dengan baik,
anak-anak serta pihak pemerintah Desa sangat antusias dalam menyukseskan program ini.
Kehadiran taman belajar ini menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan sumber daya
manusia khususnya di dunia pendidikan Bahasa Inggris anak-anak. Taman belajar ini dapat
dijadikan pijak awal untuk masyarakat agar mampu menggunakan waktu untuk melakukan hal-
hal positif seperti mengurangi jam bermain dan diganti dengan mengunjungi “taman belajar”
yang bertempat di Balai Karya Desa Tegalsari untuk belajar ataupun bemain permainan edukatif.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi. (2021). Pedoman Kuliah Pengabdian Masyarakat Daring Dari Rumah (KPM-DDR).
Ponorogo: LPPM IAIN Ponorogo.

Arifin, Zainal. (2010). Evaluasi Pembelajaran (Teori dan Praktik), Makalah dipresentasikan
untuk Jurusan Kurikulum Dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan.
Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia.

Fitrianto, Ahcmad Room dkk. (2020). Membangun Kesadaran Masyarakat dalam Pemeliharaan
Bendungan Gondrok (Sebuah Aksi Partisipatorif dalam Memelihata Irigasi Pertanian di
Desa Bedohon, Jiwan, Madiun). Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat.
Vol. 2, No. 2.

Nugraha, Ariadie Chandra dkk. (2017). Rancang Bangun Game Edukasi sebagai Media
Pembelajaran Mata Kuliah Praktik Teknik Digital. Jurnal Edukasi Elektro. Vol. 1, No. 1.

Rahmawati. (2019). Using Board Race Game to Develop Students’ Vocabulary at the Eight
Grade of MTSn Satu Atap Datok Sulaiman Palopo. Tesis S.Pd Kearsipan Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Palopo.

Yuniantoro, Nanang dkk. (2014). Pembuatan Taman Belajar Ki Hajar Dewantara (PTBK) di
Dukuh Karang Paseban Bayat. Pelita. Vol. IX, No. 1.

Anda mungkin juga menyukai