Laki-laki 20 tahun datang dengan keluhan tenggorokan sakit, susah menelan dan tidak
ada perbaikan setelah minum larutan penyegar. Lakukan anamnesis, pemeriksaan terkait
keluhan pasien, diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan, dan edukasi.
A. ANAMNESA
b. Lokasi
Di dalam mulut (kanan –kiri)
Benjolan dmn?
ii. Kuantitas
Sehari rasa sakitnya timbul Enggak tentu dok yang pasti kalo ngomong
terus atau hilang muncul? atau mengunyah sakit
Sehari rasa sakitnya bisa berpa
kali?
“ lebih enak kalau diapaain? Sudah sih dok, palingan Cuma demamnya
saya kasih paracetamol
“Apakah sudah ada yang
diobati dari semua keluhan
bapak tadi?”
g. Keluhan Lain
3. RPD
“Dulu pernah sakit seperti ini? Tidak
4. RPK
“Keluarga di rumah ada yang sakit Tidak dok
seperti ini?”
5. Sosek
“Tinggalnya di lingk. Bersih?” Iya
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. PEMERIKSAAN Mulut,
N ASPEK KETERAMPILAN KLINIK MEDIS YG HASIL
O DILAKUKAN
1. Persiapan :
Pasien
- Salam, memperkenalkan diri, menanyakan
identitas pasien
- Informed Consent
Alat dan Bahan
- Lampu kepala
- Tongue spatle
Pemeriksa
- Pengetahuan mengenai cara pemasangan
orofaring (lidah, gigi geligi, faring, tonsil)
- Cuci tangan sebelum melakukan tindakan
2 Prosedur : Tonsil hipertrofik dengan
a. Duduklah berhadapan dengan pasien. Mata ukuran ≥ T2.
pasien sejajar dengan mata pemeriksa. Paha
kiri pemeriksa bersinggungan dengan paha Hiperemis dan terdapat
detritus di dalam kripti yang
kiri pasien
memenuhi permukaan tonsil
b. Memakai lampu kepala dengan benar ( sisi
sabuk yang bergerigi dibawah, lampu posisi Palatum mole, arkus
dibawah lingkar sabuk lampu kepala ) anterior dan arkus posterior
c. Fokuskan lampu dan arahkan lampu sesuai juga tampak udem dan
arah mata pemeriksa, karena lampu sebagai hiperemis.
pengganti mata kita, jangan sampai mata
pemeriksa mengikuti arah lampu
d. Pasien membuka lebar mulut dengan santai
e. Arahkan sinar lampu kepala ke dalam rongga
mulut dan faring
f. Tekan 2/3 anterior lidah dengan tngue spatle
g. Lakukan inspeksi pada cavum oris pasien.
Hal-hal yg dinilai:
Lidah: ada beslag atau tidak, bentuk,
ukuran, pergerakan
Gigi geligi: adakah caries dentis
(terutama premolar dan molar rahang
atas, untuk etiologi sinusitis
odontogen), adakah gigi dengan
perubahan posisi atau bentuk
(penulisan dengan nomenklatur
sigmondy atau WHO)
Mukosa buccal dan ginggiva: adakah
benjolan / massa, stomatitis, ginggiva
yang bengkak
Uvula: di tengah / tidak (bila tidak
simetris curiga ada paresis n. 9 atau
ada desakan dari abses peritonsiler
Pallatum molle: simetris atau tidak
Pillar anterior dan posterior: simetris
atau tidak, hiperemis atau tidak
Tonsil: membesar atau tdak, bila
membesar nyatakan dalam ukuran T-
T (T1, T2, T3, T4) (untuk tonsila
palatina kanan dan kiri), warna
(hiperemis), kipte (melebar atau
tidak), detritus (ada atau tidak)
h. Lakukan inspeksi pada dinding posterior
orofaring:
Mukosa: warna (hiperemis),
granulasi, atrofi mukosa, post nasal
drip
3 Penutup :
Cuci tangan setelah melakukan pemeriksaan
Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada
pasien
Mengucapkan terimakasih atas kerjasama
pasien
Salam
N ASPEK KETERAMPILAN KLINIK MEDIS YG DILAKUKAN
O
1. Persiapan :
Pasien
- Salam, memperkenalkan diri, menanyakan identitas pasien
- Informed Consent
Alat dan Bahan
Tidak ada
Pemeriksa
- Pengetahuan mengenai kelenjar limfe
- Cuci tangan sebelum melakukan tindakan
2 Prosedur :
a. Duduklah berhadapan dengan pasien. Mata pasien sejajar
dengan mata pemeriksa. Paha kiri pemeriksa bersinggungan
dengan paha kiri pasien
b. Lakukan inspeksi pada leher pasien. Hal-hal yang dinilai:
Simetris atau tidak
Adakah benjolan atau massa
Adakah pembesaran tiroid
c. Lakukan palpasi pada kelenjar limfe leher. Kelenjar limfe
leher baru teraba bila membesar lebih dari 1 cm
d. Palpasi dilakukan dengan posisi pemeriksa di depan dilajutkan
dari belakang pasien
e. Lakukan secara sistematis dan berurutan: submental, angulus
mandibula, preaurikula, postaurikula, sepanjang m.
sternokelidomastoideus, supraclavicula, infraclavicula
f. Bandingkan kanan dan kiri
g. Bila ada pembesaran kelenjar, deskripsikan menurut deskripsi
tumor biasa, yaitu:
Letak (unilateral / bilateral)
Warna benjolan sama dengan kulit sekitar atau tidak?
Addakah fluktuasi?
Adakah nyeri tekan?
Mobile atau terfixir?
Berapa ukurannya (3 dimensi: p x l x t cm)?
Bagaimana permukaannya? (rata atau berbenjol-
benjol)
3 Penutup :
Cuci tangan setelah melakukan pemeriksaan
Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada pasien
Mengucapkan terimakasih atas kerjasama pasien
Salam
-
gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi:
1. T0: tonsil sudah diangkat.
2. T1: <25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring atau batas medial tonsil
melewati pilar anterior sampai ¼ jarak pilar anterior uvula.
3. T2: 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaringatau batas medial tonsil
melewati ¼ jarak pilar anterior-uvula sampai ½ jarak pilar anterior-uvula.
4. T3: 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring atau batas medial tonsil
melewati ½ jarak pilar anterior-uvula sampai ¾ jarak pilar anterior-uvula.
5. T4: > 75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring atau batas medial tonsil
melewati ¾ jarak pilar anterior-uvula sampai uvula atau lebih.
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah lengkap
Swap tonsil untuk mikroskop dengan pewarnaan gram
D. DIAGNOSIS DAN DD
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik: Tonsilitis Akut
Diagnosis Banding : Infiltrat tonsil, limfoma, tumor tonsil
E. TERAPI
1. Non-medikamentosa:
Istirahat cukup
Makan makanan lunak dan menghindari makan makanan yang mengiritasi
Menjaga kebersihan mulut
2. Medikamentosa:
a. Topikal
•obat kumur antiseptik
b. Sistemik
• Analgetik, seperti Paracetamol atau Ibuprofen dapat diberikan.
Jika disebabkan oleh virus dapat diberikan anti virus yaitu Metisoprinol 60-100mg/kgBB dibagi
dalam 4-6 pemberian/hari
Jika disebabkan oleh bakteri diberikan Penisilin G Benzatin 50.000 U/kgBB/IM dosis tunggal
atau Amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3 x 500
mg selama 6-10 hari atau Eritromisin 4 x 500 mg/hari. Steroid yang dapat diberikan berupa
Deksametason 3 x 0,5 mg pada dewasa selama 3 hari dan pada anak-anak 0,01 mg/kgBB/hari
dibagi 3 kali pemberian selama 3 hari
Jika disebabkan oleh difteri (ada Pseudomembran), diberikan Anti Difteri Serum diberikan
segera tanpa menunggu hasil kultur, dengan dosis 20.000-100.000 unit
C. Operatif
Tonsilektomi
RESEP:
EDUKASI
- Menghindari pencetus, termasuk makanan dan minuman yang mengiritasi
- Pengobatan yang adekuat karena risiko kekambuhan tinggi
- Menjaga daya tahan tubuh dengan konsumsi makanan bergizi dan olahraga
- Berhenti merokok
- Menjaga kebersihan mulut
- Mencuci tangan teratur.
G. PERALATAN YG DIBUTUHKAN
Peralatan
1. Lampu kepala
2. Spatula lidah
3. Lidi kapas
4. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah lengkap
5. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan mikrobiologi dengan pewarnaan Gram
BENDA ASING DI HIDUNG
Seorang anak-anak berusia 3 tahun datang bersama ibunya dengan keluhan hidung kanan tersumbat.
Lakukan anamnesis, pemeriksaan terkait keluhan pasien, diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan,
dan edukasi.
No Checklist Keterangan
1. MEMBUKA WAWANCARA
Menyapa pasien
Memperkenalkan diri
2. ANAMNESIS Anak usia 3 tahun
Menanyakan identitas pasien
a) Dengan bapak/ibu siapa ?
b) Usia berapa bapak/ibu ?
c) Alamatnya di mana?
d) Bekerja dimana pak/bu ?
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Keluhan khas:
Keluhan utama - Hidung kanan tersumbat
“Ada keluhan apa bapak/bu datang kemari?” - Ada sekret di sisi kanan
4. LOKASI Jawab: kanan
“keluhannya di telingan kanan atau kiri”
5. ONSET DAN KRONOLOGI Jawab:
- Sudah sejak kapan? - 2 hari yll
- Bagaimana bisa timbul keluhan? - Mainan bulat kecil masuk ke hidung
6. KUALITAS KELUHAN Menganggu, anak menangis
Apakah gejala menganggu aktivitas sehari-hari?
7. KUANTITAS
8. FAKTOR PEMBERAT
Kapan keluhan dirasa lebih mengganggu?
9. FAKTOR PERINGAN Belum
Apakah sudah konsumsi obat?
10. RPD Belum
Apakah pernah mengalami gejala seperti ini
sebelumnya?
11. RPK Tidak
Apakah keluarga ada yg sakit seperti ini?
12. RSosek
PEMERIKSAAN HIDUNG
PP: foto rontgen kranium (Schedel) posisi AP dan lateral, bila diperlukan dan fasilitas tersedia
1. Persiapan :
Penderita / pasien
Salam dan memperkenalkan diri sekaligus menanyakan identitas pasien
Informed consent
Alat dan bahan
Lampu kepala
Spekulum hidung
Pinset bayonet
Pengait
Bengkok
Kapas efedrin
Pemeriksa / operator
Pengetahuan mengenai pemeriksaan rinoskopi anterior dan cara ekstraksi
benda asing hidung
Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan
2. Prosedur :
1. Dudu berhadapan dengan pasien. mata pasien sejajar dengan mata
pemeriksa. Paha kiri pemeriksa bersinggungan dengan paha kiri pasien.
Bila pasien adalah seorang anak, maka posisikan anak dengan cara anak
dipangku orang tua / pengasuhnya dengan posisi menghadap pemeriksa.
Kedua kaki anak dijepit diantara kedua kaki pemeriksa. Tangan kiri orang
tua / pengasuh melintang ke depan badan anak untuk memegangi siku kanan
anak. Tangan kanan orang tua / pengasuh memegangi / memfiksasi kepala
anak.
2. Memakai lampu kepala dengan benar (sisi sabuk yang bergerigi berada
dibawah, lampu posisi dibawah lingkar sabuk lampu kepala).
3. Fokuskan lampu dan arahkan lampu sesuai dengan arah mata pemeriksa,
karena lampu sebagai pengganti mata kita.
Jangan sampai mata pemeriksa yang mengikuti arah lampu.
4. Spekulum dipegang dengan tangan kiri ujung jari telunjuk pada ujung
spekulum. Tangan kanan untuk memegang pengait.
5. Spekulum masuk lubang hidung dalam keadaan tertutup rapat, jari telunjuk
pada cuping hidung untuk fiksasi.
6. Spekulum dibuka dan sinar lampu diarahkan ke rongga hidung.
7. Masukkan pengait perlahan sampai di belakang benda asing tersebut.
8. Kemudian tarik pengait (yang telah mengkait benda asing) dan spekulum
(terbuka) perlahan dan bersama-sama.
9. Tampung benda asing pada bengkok.
10. Kemudian lakukan rinoskopi anterior untuk melihat adakah perdarahan
mukosa.
11. Bila tidak ada perdarahan, prosedur selesai. Bila ada perdarahan, lakukan
pemasangan kapas efedrin, kemudian tunggu 3-5 menit. Kemudian evaluasi
lagi apakah masih ada peradrahan.
3. Penutup :
Cuci tangan setelah melakukan pemeriksaan dan tindakan
Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada pasien
Mengucapkan terima kasih atas kerjasama pasien
Salam
Edukasi:
- Pada orangtua, dapat lebih berhati-hati dalam meletakkan benda yang mudah atau
sering dimasukkan ke dalam rongga hidung
- Pada anak, diingatkan untuk menghindari memasukkan benda ke dalam hidung
SERUMEN PROP
Seorang pria berusia 29 tahun datang ke tempat praktik dokter umum dengan keluhan telinga sebelah
kanan terasa penuh. Lakukan anamnesis, pemeriksaan terkait keluhan pasien, diagnosis, diagnosis
banding, penatalaksanaan, dan edukasi.
No Checklist Keterangan
13. MEMBUKA WAWANCARA
Menyapa pasien
Memperkenalkan diri
14. ANAMNESIS Boleh dijawab terserah kalian
Menanyakan identitas pasien
e) Dengan bapak/ibu siapa ?
f) Usia berapa bapak/ibu ?
g) Alamatnya di mana?
h) Bekerja dimana pak/bu ?
15. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Keluhan khas:
Keluhan utama - Telinga terasa penuh
“Ada keluhan apa bapak/bu datang kemari?” - Kurang pendengaran
16. LOKASI Jawab: kanan
“keluhannya di telingan kanan atau kiri”
17. ONSET DAN KRONOLOGI Jawab:
- Sudah sejak kapan? - Sejak 3 hari yll
- Bagaimana bisa timbul keluhan? - Telinga terasa penuh dan
pendengaran menurun setelah
membersihkan telinga pake cotton
bud tapi tidak ada kotoran yang keluar
18. KUALITAS KELUHAN Menganggu karena jadi budek sebelah
Apakah gejala menganggu aktivitas sehari-hari?
19. KUANTITAS
20. FAKTOR PEMBERAT Biasanya akan lebih terasa ketika setelah
Kapan keluhan dirasa lebih mengganggu? mandi atau setelah berenang
21. FAKTOR PERINGAN Belum
Apakah sudah konsumsi obat?
22. RPD Belum
Apakah pernah mengalami gejala seperti ini
sebelumnya?
23. RPK Tidak
Apakah keluarga ada yg sakit seperti ini?
24. RSosek
PF TELINGA BAGIAN LUAR DAN OTOSKOPI
ASPEK KETERAMPILAN MEDIS YANG HASIL
NO
DILAKUKAN
1 Persiapan:
Salam, memperkenalkan diri, menanyakan
identitas pasien, dan informed consent.
Cuci tangan sebelum pemeriksaan.
Duduk berhadapan dengan pasien, paha kiri
pemeriksa bersinggungan dengan paha kiri pasien.
Pasien duduk dengan posisi badan sedikit condong
ke depan dan kepala lebih tinggi sedikit dari kepala
pemeriksa untuk memudahkan melihat liang
telinga dan membran timpani.
Memakai lampu kepala dengan benar (sisi sabuk
yang bergerigi berada di bawah, posisi lampu
dibawah lingkar sabuk lampu kepala).
2 Prosedur: Px telinga bagian luar :
Pemeriksaan Telinga Bagian Luar : Normal semua
Inspeksi dan palpasi. Hal yang dinilai adalah :
Px otoskop:
Apakah ada kelainan kongenital (fistel pre-
Obtruksi liang telinga
aurikula, mikrotia, makrotia, hemangioma) oleh serumen kering
Apakah terdapat tanda peradangan atau konsistensi lunak
sikatriks bekas operasi
Apakah ada tanda radang, fistel atau abses
retro aurikula
Apakah ada nyeri tekan tragus dan nyeri
tarik aurikula
Apakah ada nyeri ketok atau nyeri tekan
daerah mastoid
Adakah sekret yang keluar dari lubang
telinga pasien
Otoskopi :
Dengan menarik daun telinga ke atas dan ke
belakang (superoposterior), liang telinga menjadi
lurus dan akan mempermudah untuk melihat
keadaan telinga dan membrane timpani. Bila
memeriksa telinga kanan, maka menarik daun
telinga kanan pasien dilakukan oleh tangan kiri
pemeriksa, bila memeriksa telinga kiri, pemeriksa
menggunakan tangan kanan untuk menarik daun
telinga pasien.
Otoskop dipegang dengan tangan kanan untuk
memeriksa telinga kanan pasien dan dengan tangan
kiri untuk memeriksa telinga kiri pasien.
Yang dinilai pada liang telinga adalah :
Apakah ada tanda radang liang telinga?
(furunkel, granulasi, radang difus, jamur)
Apakah ada korpus alienum/serangga?
Apakah ada cairan / discharge pada liang
telinga? Bila ada bagaimana sifatnya
(serous, mucous, purulent, sanguineus)
Apakah ada serumen? Bila ada bagaimana
konsistensinya (cair, lunak, padat, keras)
Bila CAE bersih, kita menilai kondisi membrane
timpani. Hal-hal ini yang dinilai adalah :
a. Apakah utuh (intak) atau ada perforasi
b. Bila utuh, apakah ada :
Tanda radang / hiperemis +/-
Refleks cahaya +/-
Bulging
Retraksi
c. Bila ada perforasi, sebutkan :
Lokasi (sentral atau marginal/perifer)
Luasnya (sub total/total)
Jumlah
Sifat tepi perforasi (hiperemis, menebal)
Lakukan pemeriksaan yang sama pada sisi telinga
yang lain.
3 Penutup :
Cuci tangan setelah melakukan pemeriksaan
Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada pasien
Mengucapkan terimakasih atas kerjasama pasien
Salam
4 Kemampuan berkomunikasi :
5 Perilaku professional
TES GARPUTALA
Hasil: CHL dextra
1 Persiapan:
Penderita/pasien
- Salam dan memperkenalkan diri sekaligus menanyakan identitas pasien
- Informed consent
Alat dan bahan
- Garputala 1 set (pilih 512 Hz)
Pemeriksa/operator
- Pengetahuan mengenai tes pendengaran dengan garputala
- Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan
- Menggetarkan garputala dengan teknik yang benar
2 Prosedur:
a. Tes weber
1. Prinsip tes weber: membandingkan BC telinga kanan dan kiri
2. Prosedur: garputala digetarkan di linea mediana (dahi, dagu, atau diantara
gigi insisivus atas)
3. Vibrator BC: tes weber audiometric
4. Interpretasi tes weber: bunyi terdengar dimana? (lateralisasi):
a. Di tengah kepala
b. Sama keras di kedua telinga
c. Terdengar lebih keras di salah satu telinga
5. Ada 5 kemungkinan pada keadaan didapatkannya lateralisasi, misalnya
didapatkan lateralisasi (lebih keras) ke kiri maka ada 5 kemungkinan
untuk keadaan ini:
- Telinga kanan normal, telinga kiri CHL
- Kedua telinga sama-sama CHL, tapi telinga kiri lebih berat
- Telinga kanan SNHL, telinga kiri CHL
- Kedua telinga sama-sama SNHL, tapi telinga kanan lebih berat
- Telinga kanan SNHL, telinga kiri normal
b. Tes rinne
1. Prinsip tes rinne: membedakan persepsi hantaran AC dan BC
2. Prosedur:
- AC: garputala digetarkan 2,5 - 3 cm dari telinga (arah kedua kaki
garputala sejajar dengan liang telinga)
- BC: garputala diletakkan di processus mastoideus
- Pemeriksaan dilakukan 2 kali pada masing-masing telinga,
misalnya diperiksa telinga kanan lebih dahulu, dilakukan
pemeriksaan BC kemudian AC, lalu dilanjutkan pemeriksaan AC
kemudian BC. Demikian juga pada telinga sisi kiri dilakukan
pemeriksaan seperti itu pula.
3. Interpretasi tes rinne:
a. Rinne positif: hantaran AC lebih keras dari BC (normal atau
SNHL)
b. Rinne negatif: hantaran BC lebih keras/lama dari AC (konduktif)
c. Sheehy:
- Persepsi: AC dan BC sama
- Rinne positif: AC lebih keras dari BC
c. Tes schwabach
1. Prinsip tes Schwabach: membandingkan kepekaan hantaran tulang BC
penderita dengan pemeriksa (syarat pemeriksa harus normal)
2. Prosedur: garputala digetarkan kemudian diletakkan pada processus
mastoideus pemeriksa/penderita lalu garputala digetarkan lagi dan
diletakkan pada processus mastoideus penderita/pemeriksa untuk
dibandingkan
3. Interpretasi tes schwabach
- Schwabach sama: normal
- Schwabach memanjang: tuli konduktif (CHL)
- Schwabach memendek: tuli syaraf (SNHL)
3 Penutup:
- Cuci tangan setelah melakukan pemeriksaan
- Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada pasien
- Mengucapkan terima kasih atas kerjasama pasien
- Salam
Diagnosis:Serumen prop
Penatalaksanaan : ekstraksi serumen. Karena konsistensi lunak, berarti ekstraksi dengan serumen hak.
EKSTRAKSI SERUMEN
EDUKASI:
1. Menganjurkan pasien untuk tidak membersihkan telinga secara berlebihan, baik dengan cotton
bud atau alat lainnya.
2. Menganjurkan pasien untuk menghindari memasukkan air atau apapun ke dalam liang telinga.