Anda di halaman 1dari 20

SKENARIO TONSILITIS AKUT

Laki-laki 20 tahun datang dengan keluhan tenggorokan sakit, susah menelan dan tidak
ada perbaikan setelah minum larutan penyegar. Lakukan anamnesis, pemeriksaan terkait
keluhan pasien, diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan, dan edukasi.

A. ANAMNESA

No Pertanyaan Keterangan jawaban


.
1. Identitas Nama
Usia : 20 th
Pekerjaan : mahasiswa
Tinggal : Pedurungan
2. RPS( Sacred 7)
a. Keluhan Utama Nyeri pada tenggorokan terutama saat
“Ada Keluhan apa pak?” menelan, sehingga tidak mau makan
Ada benjolan ndak pak
tenggorokannya ? Ada dok

b. Lokasi
Di dalam mulut (kanan –kiri)
Benjolan dmn?

c. Onset Sejak 1 Minggu lalu


“Sejak kapan merasa sakit?

d. Kronologi Pokoknya itu dok, sebelumnya


“Kira-kira kenapa bisa kayak tenggorokannnya kering, terus lama lama
gitu awalnya? Bisa nyeri dan sulit buat menelan.
diceritakan”

e. Kualitas & Kuantitas


i. Kualitas Iya dok
“sakit sekali gak kalo
dipegang”
Iya dok

Kalau buka mulut


sama makan sakit? Iya dok soalnya sakit dan jadi malas
ngomong dan makan
“Apakah Ganggu
aktivitas?

ii. Kuantitas
Sehari rasa sakitnya timbul Enggak tentu dok yang pasti kalo ngomong
terus atau hilang muncul? atau mengunyah sakit
Sehari rasa sakitnya bisa berpa
kali?

f. Faktor Perberat Peringan


Kalau mengunyah/ngomong
“ untuk rasa sakitnya kalo
sakit sekali kalau dibuat apa
pak? Istirahat

“ lebih enak kalau diapaain? Sudah sih dok, palingan Cuma demamnya
saya kasih paracetamol
“Apakah sudah ada yang
diobati dari semua keluhan
bapak tadi?”
g. Keluhan Lain

“Bapak dirumah ada Iya dok, demam


thermometer? Apakah
demam? Suhu berapa kira kira
pak?” Enggak dok

“Apakah ada batuk pak?”


Mulutnya penuh liur, dok

“Ada keluhan lainnya pak


yang belum tersampaikan?”

3. RPD
“Dulu pernah sakit seperti ini? Tidak
4. RPK
“Keluarga di rumah ada yang sakit Tidak dok
seperti ini?”
5. Sosek
“Tinggalnya di lingk. Bersih?” Iya

“sering jaga kesehatan mulut?” Jarang memperhatikan dok

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. PEMERIKSAAN Mulut,
N ASPEK KETERAMPILAN KLINIK MEDIS YG HASIL
O DILAKUKAN

1. Persiapan :
 Pasien
- Salam, memperkenalkan diri, menanyakan
identitas pasien
- Informed Consent
 Alat dan Bahan
- Lampu kepala
- Tongue spatle
 Pemeriksa
- Pengetahuan mengenai cara pemasangan
orofaring (lidah, gigi geligi, faring, tonsil)
- Cuci tangan sebelum melakukan tindakan
2 Prosedur :  Tonsil hipertrofik dengan
a. Duduklah berhadapan dengan pasien. Mata ukuran ≥ T2.
pasien sejajar dengan mata pemeriksa. Paha
kiri pemeriksa bersinggungan dengan paha  Hiperemis dan terdapat
detritus di dalam kripti yang
kiri pasien
memenuhi permukaan tonsil
b. Memakai lampu kepala dengan benar ( sisi
sabuk yang bergerigi dibawah, lampu posisi  Palatum mole, arkus
dibawah lingkar sabuk lampu kepala ) anterior dan arkus posterior
c. Fokuskan lampu dan arahkan lampu sesuai juga tampak udem dan
arah mata pemeriksa, karena lampu sebagai hiperemis.
pengganti mata kita, jangan sampai mata
pemeriksa mengikuti arah lampu
d. Pasien membuka lebar mulut dengan santai
e. Arahkan sinar lampu kepala ke dalam rongga
mulut dan faring
f. Tekan 2/3 anterior lidah dengan tngue spatle
g. Lakukan inspeksi pada cavum oris pasien.
Hal-hal yg dinilai:
 Lidah: ada beslag atau tidak, bentuk,
ukuran, pergerakan
 Gigi geligi: adakah caries dentis
(terutama premolar dan molar rahang
atas, untuk etiologi sinusitis
odontogen), adakah gigi dengan
perubahan posisi atau bentuk
(penulisan dengan nomenklatur
sigmondy atau WHO)
 Mukosa buccal dan ginggiva: adakah
benjolan / massa, stomatitis, ginggiva
yang bengkak
 Uvula: di tengah / tidak (bila tidak
simetris curiga ada paresis n. 9 atau
ada desakan dari abses peritonsiler
 Pallatum molle: simetris atau tidak
 Pillar anterior dan posterior: simetris
atau tidak, hiperemis atau tidak
 Tonsil: membesar atau tdak, bila
membesar nyatakan dalam ukuran T-
T (T1, T2, T3, T4) (untuk tonsila
palatina kanan dan kiri), warna
(hiperemis), kipte (melebar atau
tidak), detritus (ada atau tidak)
h. Lakukan inspeksi pada dinding posterior
orofaring:
 Mukosa: warna (hiperemis),
granulasi, atrofi mukosa, post nasal
drip
3 Penutup :
 Cuci tangan setelah melakukan pemeriksaan
 Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada
pasien
 Mengucapkan terimakasih atas kerjasama
pasien
 Salam
N ASPEK KETERAMPILAN KLINIK MEDIS YG DILAKUKAN
O

1. Persiapan :
 Pasien
- Salam, memperkenalkan diri, menanyakan identitas pasien
- Informed Consent
 Alat dan Bahan
Tidak ada
 Pemeriksa
- Pengetahuan mengenai kelenjar limfe
- Cuci tangan sebelum melakukan tindakan
2 Prosedur :
a. Duduklah berhadapan dengan pasien. Mata pasien sejajar
dengan mata pemeriksa. Paha kiri pemeriksa bersinggungan
dengan paha kiri pasien
b. Lakukan inspeksi pada leher pasien. Hal-hal yang dinilai:
 Simetris atau tidak
 Adakah benjolan atau massa
 Adakah pembesaran tiroid
c. Lakukan palpasi pada kelenjar limfe leher. Kelenjar limfe
leher baru teraba bila membesar lebih dari 1 cm
d. Palpasi dilakukan dengan posisi pemeriksa di depan dilajutkan
dari belakang pasien
e. Lakukan secara sistematis dan berurutan: submental, angulus
mandibula, preaurikula, postaurikula, sepanjang m.
sternokelidomastoideus, supraclavicula, infraclavicula
f. Bandingkan kanan dan kiri
g. Bila ada pembesaran kelenjar, deskripsikan menurut deskripsi
tumor biasa, yaitu:
 Letak (unilateral / bilateral)
 Warna benjolan sama dengan kulit sekitar atau tidak?
 Addakah fluktuasi?
 Adakah nyeri tekan?
 Mobile atau terfixir?
 Berapa ukurannya (3 dimensi: p x l x t cm)?
 Bagaimana permukaannya? (rata atau berbenjol-
benjol)
3 Penutup :
 Cuci tangan setelah melakukan pemeriksaan
 Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada pasien
 Mengucapkan terimakasih atas kerjasama pasien
 Salam

 Kelenjar limfe leher dapat membesar dan disertai nyeri tekan.

-
gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi:
1. T0: tonsil sudah diangkat.
2. T1: <25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring atau batas medial tonsil
melewati pilar anterior sampai ¼ jarak pilar anterior uvula.
3. T2: 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaringatau batas medial tonsil
melewati ¼ jarak pilar anterior-uvula sampai ½ jarak pilar anterior-uvula.
4. T3: 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring atau batas medial tonsil
melewati ½ jarak pilar anterior-uvula sampai ¾ jarak pilar anterior-uvula.
5. T4: > 75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring atau batas medial tonsil
melewati ¾ jarak pilar anterior-uvula sampai uvula atau lebih.

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah lengkap
Swap tonsil untuk mikroskop dengan pewarnaan gram

D. DIAGNOSIS DAN DD
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik: Tonsilitis Akut
Diagnosis Banding : Infiltrat tonsil, limfoma, tumor tonsil

E. TERAPI
1. Non-medikamentosa:

 Istirahat cukup
 Makan makanan lunak dan menghindari makan makanan yang mengiritasi
 Menjaga kebersihan mulut

2. Medikamentosa:
a. Topikal
•obat kumur antiseptik

b. Sistemik
• Analgetik, seperti Paracetamol atau Ibuprofen dapat diberikan.

Jika disebabkan oleh virus dapat diberikan anti virus yaitu Metisoprinol 60-100mg/kgBB dibagi
dalam 4-6 pemberian/hari

Jika disebabkan oleh bakteri diberikan Penisilin G Benzatin 50.000 U/kgBB/IM dosis tunggal
atau Amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3 x 500
mg selama 6-10 hari atau Eritromisin 4 x 500 mg/hari. Steroid yang dapat diberikan berupa
Deksametason 3 x 0,5 mg pada dewasa selama 3 hari dan pada anak-anak 0,01 mg/kgBB/hari
dibagi 3 kali pemberian selama 3 hari

Jika disebabkan oleh difteri (ada Pseudomembran), diberikan Anti Difteri Serum diberikan
segera tanpa menunggu hasil kultur, dengan dosis 20.000-100.000 unit

C. Operatif
Tonsilektomi

RESEP:

R/ amoxicillin tab 250 mg no XXX


S 3.d.d tab 1
F. KONSELING DAN EDUKASI
Memberitahu individu dan keluarga untuk:
1. Menghindari pencetus, termasuk makanan dan minuman yang mengiritasi
2. Melakukan pengobatan yang adekuat karena risiko kekambuhan cukup tinggi.
3. Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi dan olahraga teratur.
4. Berhenti merokok.
5. Selalu menjaga kebersihan mulut.
6. Mencuci tangan secara teratur.

EDUKASI
- Menghindari pencetus, termasuk makanan dan minuman yang mengiritasi
- Pengobatan yang adekuat karena risiko kekambuhan tinggi
- Menjaga daya tahan tubuh dengan konsumsi makanan bergizi dan olahraga
- Berhenti merokok
- Menjaga kebersihan mulut
- Mencuci tangan teratur.

G. PERALATAN YG DIBUTUHKAN
Peralatan

1. Lampu kepala
2. Spatula lidah
3. Lidi kapas
4. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah lengkap
5. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan mikrobiologi dengan pewarnaan Gram
BENDA ASING DI HIDUNG

Seorang anak-anak berusia 3 tahun datang bersama ibunya dengan keluhan hidung kanan tersumbat.
Lakukan anamnesis, pemeriksaan terkait keluhan pasien, diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan,
dan edukasi.

No Checklist Keterangan
1. MEMBUKA WAWANCARA
Menyapa pasien
Memperkenalkan diri
2. ANAMNESIS Anak usia 3 tahun
Menanyakan identitas pasien
a) Dengan bapak/ibu siapa ?
b) Usia berapa bapak/ibu ?
c) Alamatnya di mana?
d) Bekerja dimana pak/bu ?
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Keluhan khas:
Keluhan utama - Hidung kanan tersumbat
“Ada keluhan apa bapak/bu datang kemari?” - Ada sekret di sisi kanan
4. LOKASI Jawab: kanan
“keluhannya di telingan kanan atau kiri”
5. ONSET DAN KRONOLOGI Jawab:
- Sudah sejak kapan? - 2 hari yll
- Bagaimana bisa timbul keluhan? - Mainan bulat kecil masuk ke hidung
6. KUALITAS KELUHAN Menganggu, anak menangis
Apakah gejala menganggu aktivitas sehari-hari?
7. KUANTITAS
8. FAKTOR PEMBERAT
Kapan keluhan dirasa lebih mengganggu?
9. FAKTOR PERINGAN Belum
Apakah sudah konsumsi obat?
10. RPD Belum
Apakah pernah mengalami gejala seperti ini
sebelumnya?
11. RPK Tidak
Apakah keluarga ada yg sakit seperti ini?
12. RSosek
PEMERIKSAAN HIDUNG

ASPEK KETERAMPILAN KLINIK MEDIS YG DILAKUKAN HASIL


N
O
1. Persiapan:
Penderita/pasien:
 salam dan memperkenalkan diri sekaligus menanyakan
identitas pasien
 Informed consent
Alat dan bahan:
 Lampu kepala
 Spekulum hidung
 Pinset bayonet
Pemeriksa / operator:
 Pengetahuan mengenai pemeriksaan hidung luar dan
rinoskopi anterior
 Cuci tangan
2 PROSEDUR
a. Posisi duduk:
Berhadapan dengan pasien, Bagian terluar paha pasien
bersinggungan dengan bagian terluar paha dokter. Mata
pasien sejajar dengan mata pemeriksa.
b. Memakai lampu kepala dengan benar
c. Fokuskan lampu sesuai dengan arah mata pemeriksa

3 PX HIDUNG LUAR Normal


INSPEKSI
a. bentuk hidung (hidung pelana, kelainan kongenital,
destruksi pada tulang)
b. Warna kulit hidung
c. Maasa dihidung luar
PALPASI DAN PERKUSI
a. Nyeri tekan area proyeksi ke 4 sinus paranasal
b. Nyeri ketok area proyeksi ke 4 sinus paranasal
4 PEMERIKSAAN HIDUNG DALAM (RINOSKOPI Terdapat benda asing di
ANTERIOR) cavum nasi kanan
(Per lubang hidung 1 per 1) Terdapat sekret purulen
di hidung kanan
 Menggunakan lampu kepala dan speculum hidung
 Cara menggunakan spekulum: speculum dipegang dengan
tangan kiri untuk memeriksa lubang hidung kanan ujung
jari telunjuk pada ujung speculum. Tangan kanan untuk
memfiksasi kepala pasien dengan memegang tengkuk
pasien. Demikian sebaliknya
ATAU memegang speculum dengan tangan dominan
sedangkan tangan non dominan menopang dagu untuk
memfiksasi dagu pasien
 Speculum masuk hidung dengan keadaan tertutup, jari
telunjuk pada cuping hidung untuk fiksasi
 Speculum dibuka dan sinar lampu diarahan ke rongga
hidung
 Setelah px selesai, speculum dilepas dengan cara yg tidak
menutup speculum dengan smepurna
 Hal-hal yang dinnilai adalah:
 Mukosa : hiperemis / pucat
 Septum: septum deviasi
 Konka: edema
 Sekret (ada/tdk, jika ada diskripsikan serus / mucoid /
purulent)
 Massa
 Corpus alineum/benda asing

PP: foto rontgen kranium (Schedel) posisi AP dan lateral, bila diperlukan dan fasilitas tersedia

Diagnosis: benda asing di hidung

Diagnosis banding : Rinolit

Penatalaksanaan: pengambilan benda asing

No Aspek Keterampilan Medis yang Dilakukan

1. Persiapan :
Penderita / pasien
 Salam dan memperkenalkan diri sekaligus menanyakan identitas pasien
 Informed consent
Alat dan bahan
 Lampu kepala
 Spekulum hidung
 Pinset bayonet
 Pengait
 Bengkok
 Kapas efedrin
Pemeriksa / operator
 Pengetahuan mengenai pemeriksaan rinoskopi anterior dan cara ekstraksi
benda asing hidung
 Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan
2. Prosedur :
1. Dudu berhadapan dengan pasien. mata pasien sejajar dengan mata
pemeriksa. Paha kiri pemeriksa bersinggungan dengan paha kiri pasien.
Bila pasien adalah seorang anak, maka posisikan anak dengan cara anak
dipangku orang tua / pengasuhnya dengan posisi menghadap pemeriksa.
Kedua kaki anak dijepit diantara kedua kaki pemeriksa. Tangan kiri orang
tua / pengasuh melintang ke depan badan anak untuk memegangi siku kanan
anak. Tangan kanan orang tua / pengasuh memegangi / memfiksasi kepala
anak.
2. Memakai lampu kepala dengan benar (sisi sabuk yang bergerigi berada
dibawah, lampu posisi dibawah lingkar sabuk lampu kepala).
3. Fokuskan lampu dan arahkan lampu sesuai dengan arah mata pemeriksa,
karena lampu sebagai pengganti mata kita.
Jangan sampai mata pemeriksa yang mengikuti arah lampu.
4. Spekulum dipegang dengan tangan kiri ujung jari telunjuk pada ujung
spekulum. Tangan kanan untuk memegang pengait.
5. Spekulum masuk lubang hidung dalam keadaan tertutup rapat, jari telunjuk
pada cuping hidung untuk fiksasi.
6. Spekulum dibuka dan sinar lampu diarahkan ke rongga hidung.
7. Masukkan pengait perlahan sampai di belakang benda asing tersebut.
8. Kemudian tarik pengait (yang telah mengkait benda asing) dan spekulum
(terbuka) perlahan dan bersama-sama.
9. Tampung benda asing pada bengkok.
10. Kemudian lakukan rinoskopi anterior untuk melihat adakah perdarahan
mukosa.
11. Bila tidak ada perdarahan, prosedur selesai. Bila ada perdarahan, lakukan
pemasangan kapas efedrin, kemudian tunggu 3-5 menit. Kemudian evaluasi
lagi apakah masih ada peradrahan.
3. Penutup :
 Cuci tangan setelah melakukan pemeriksaan dan tindakan
 Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada pasien
 Mengucapkan terima kasih atas kerjasama pasien
 Salam

Edukasi:
- Pada orangtua, dapat lebih berhati-hati dalam meletakkan benda yang mudah atau
sering dimasukkan ke dalam rongga hidung
- Pada anak, diingatkan untuk menghindari memasukkan benda ke dalam hidung
SERUMEN PROP

Seorang pria berusia 29 tahun datang ke tempat praktik dokter umum dengan keluhan telinga sebelah
kanan terasa penuh. Lakukan anamnesis, pemeriksaan terkait keluhan pasien, diagnosis, diagnosis
banding, penatalaksanaan, dan edukasi.

No Checklist Keterangan
13. MEMBUKA WAWANCARA
Menyapa pasien
Memperkenalkan diri
14. ANAMNESIS Boleh dijawab terserah kalian
Menanyakan identitas pasien
e) Dengan bapak/ibu siapa ?
f) Usia berapa bapak/ibu ?
g) Alamatnya di mana?
h) Bekerja dimana pak/bu ?
15. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Keluhan khas:
Keluhan utama - Telinga terasa penuh
“Ada keluhan apa bapak/bu datang kemari?” - Kurang pendengaran
16. LOKASI Jawab: kanan
“keluhannya di telingan kanan atau kiri”
17. ONSET DAN KRONOLOGI Jawab:
- Sudah sejak kapan? - Sejak 3 hari yll
- Bagaimana bisa timbul keluhan? - Telinga terasa penuh dan
pendengaran menurun setelah
membersihkan telinga pake cotton
bud tapi tidak ada kotoran yang keluar
18. KUALITAS KELUHAN Menganggu karena jadi budek sebelah
Apakah gejala menganggu aktivitas sehari-hari?
19. KUANTITAS
20. FAKTOR PEMBERAT Biasanya akan lebih terasa ketika setelah
Kapan keluhan dirasa lebih mengganggu? mandi atau setelah berenang
21. FAKTOR PERINGAN Belum
Apakah sudah konsumsi obat?
22. RPD Belum
Apakah pernah mengalami gejala seperti ini
sebelumnya?
23. RPK Tidak
Apakah keluarga ada yg sakit seperti ini?
24. RSosek
PF TELINGA BAGIAN LUAR DAN OTOSKOPI
ASPEK KETERAMPILAN MEDIS YANG HASIL
NO
DILAKUKAN
1 Persiapan:
 Salam, memperkenalkan diri, menanyakan
identitas pasien, dan informed consent.
 Cuci tangan sebelum pemeriksaan.
 Duduk berhadapan dengan pasien, paha kiri
pemeriksa bersinggungan dengan paha kiri pasien.
Pasien duduk dengan posisi badan sedikit condong
ke depan dan kepala lebih tinggi sedikit dari kepala
pemeriksa untuk memudahkan melihat liang
telinga dan membran timpani.
 Memakai lampu kepala dengan benar (sisi sabuk
yang bergerigi berada di bawah, posisi lampu
dibawah lingkar sabuk lampu kepala).
2 Prosedur: Px telinga bagian luar :
Pemeriksaan Telinga Bagian Luar : Normal semua
 Inspeksi dan palpasi. Hal yang dinilai adalah :
Px otoskop:
 Apakah ada kelainan kongenital (fistel pre-
Obtruksi liang telinga
aurikula, mikrotia, makrotia, hemangioma) oleh serumen kering
 Apakah terdapat tanda peradangan atau konsistensi lunak
sikatriks bekas operasi
 Apakah ada tanda radang, fistel atau abses
retro aurikula
 Apakah ada nyeri tekan tragus dan nyeri
tarik aurikula
 Apakah ada nyeri ketok atau nyeri tekan
daerah mastoid
 Adakah sekret yang keluar dari lubang
telinga pasien
Otoskopi :
 Dengan menarik daun telinga ke atas dan ke
belakang (superoposterior), liang telinga menjadi
lurus dan akan mempermudah untuk melihat
keadaan telinga dan membrane timpani. Bila
memeriksa telinga kanan, maka menarik daun
telinga kanan pasien dilakukan oleh tangan kiri
pemeriksa, bila memeriksa telinga kiri, pemeriksa
menggunakan tangan kanan untuk menarik daun
telinga pasien.
 Otoskop dipegang dengan tangan kanan untuk
memeriksa telinga kanan pasien dan dengan tangan
kiri untuk memeriksa telinga kiri pasien.
 Yang dinilai pada liang telinga adalah :
 Apakah ada tanda radang liang telinga?
(furunkel, granulasi, radang difus, jamur)
 Apakah ada korpus alienum/serangga?
 Apakah ada cairan / discharge pada liang
telinga? Bila ada bagaimana sifatnya
(serous, mucous, purulent, sanguineus)
 Apakah ada serumen? Bila ada bagaimana
konsistensinya (cair, lunak, padat, keras)
 Bila CAE bersih, kita menilai kondisi membrane
timpani. Hal-hal ini yang dinilai adalah :
a. Apakah utuh (intak) atau ada perforasi
b. Bila utuh, apakah ada :
 Tanda radang / hiperemis +/-
 Refleks cahaya +/-
 Bulging
 Retraksi
c. Bila ada perforasi, sebutkan :
 Lokasi (sentral atau marginal/perifer)
 Luasnya (sub total/total)
 Jumlah
 Sifat tepi perforasi (hiperemis, menebal)
 Lakukan pemeriksaan yang sama pada sisi telinga
yang lain.
3 Penutup :
 Cuci tangan setelah melakukan pemeriksaan
 Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada pasien
 Mengucapkan terimakasih atas kerjasama pasien
 Salam
4 Kemampuan berkomunikasi :
5 Perilaku professional
TES GARPUTALA
Hasil: CHL dextra

No Aspek Keterampilan Medis yang Dilakukan

1 Persiapan:
Penderita/pasien
- Salam dan memperkenalkan diri sekaligus menanyakan identitas pasien
- Informed consent
Alat dan bahan
- Garputala 1 set (pilih 512 Hz)
Pemeriksa/operator
- Pengetahuan mengenai tes pendengaran dengan garputala
- Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan
- Menggetarkan garputala dengan teknik yang benar
2 Prosedur:
a. Tes weber
1. Prinsip tes weber: membandingkan BC telinga kanan dan kiri
2. Prosedur: garputala digetarkan di linea mediana (dahi, dagu, atau diantara
gigi insisivus atas)
3. Vibrator BC: tes weber audiometric
4. Interpretasi tes weber: bunyi terdengar dimana? (lateralisasi):
a. Di tengah kepala
b. Sama keras di kedua telinga
c. Terdengar lebih keras di salah satu telinga
5. Ada 5 kemungkinan pada keadaan didapatkannya lateralisasi, misalnya
didapatkan lateralisasi (lebih keras) ke kiri maka ada 5 kemungkinan
untuk keadaan ini:
- Telinga kanan normal, telinga kiri CHL
- Kedua telinga sama-sama CHL, tapi telinga kiri lebih berat
- Telinga kanan SNHL, telinga kiri CHL
- Kedua telinga sama-sama SNHL, tapi telinga kanan lebih berat
- Telinga kanan SNHL, telinga kiri normal
b. Tes rinne
1. Prinsip tes rinne: membedakan persepsi hantaran AC dan BC
2. Prosedur:
- AC: garputala digetarkan 2,5 - 3 cm dari telinga (arah kedua kaki
garputala sejajar dengan liang telinga)
- BC: garputala diletakkan di processus mastoideus
- Pemeriksaan dilakukan 2 kali pada masing-masing telinga,
misalnya diperiksa telinga kanan lebih dahulu, dilakukan
pemeriksaan BC kemudian AC, lalu dilanjutkan pemeriksaan AC
kemudian BC. Demikian juga pada telinga sisi kiri dilakukan
pemeriksaan seperti itu pula.
3. Interpretasi tes rinne:
a. Rinne positif: hantaran AC lebih keras dari BC (normal atau
SNHL)
b. Rinne negatif: hantaran BC lebih keras/lama dari AC (konduktif)
c. Sheehy:
- Persepsi: AC dan BC sama
- Rinne positif: AC lebih keras dari BC
c. Tes schwabach
1. Prinsip tes Schwabach: membandingkan kepekaan hantaran tulang BC
penderita dengan pemeriksa (syarat pemeriksa harus normal)
2. Prosedur: garputala digetarkan kemudian diletakkan pada processus
mastoideus pemeriksa/penderita lalu garputala digetarkan lagi dan
diletakkan pada processus mastoideus penderita/pemeriksa untuk
dibandingkan
3. Interpretasi tes schwabach
- Schwabach sama: normal
- Schwabach memanjang: tuli konduktif (CHL)
- Schwabach memendek: tuli syaraf (SNHL)
3 Penutup:
- Cuci tangan setelah melakukan pemeriksaan
- Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada pasien
- Mengucapkan terima kasih atas kerjasama pasien
- Salam

Diagnosis:Serumen prop

Diagnosis banding: benda asing di liang telinga

Penatalaksanaan : ekstraksi serumen. Karena konsistensi lunak, berarti ekstraksi dengan serumen hak.

EKSTRAKSI SERUMEN

No  Aspek Keterampilan Medis yang dilakukan


1 Persiapan
Penderita/pasien
 Salam dan memperkenalkan diri sekaligus menanyakan identitas pasien
 Informed consent
Alat dan bahan
 Lampu kepala
 Serumen hak
 Sendok serumen
 Bengkok
 Pinset aligator
 Aplikator
 Kapas steril
 Spuit disposible 20 cc/ 50 cc
 Abocath no. 4 (dipotong sedikit supaya tidak terlalu panjang)
 Air hangat
 Handuk
Pemeriksa / operator
 Pengetahuan mengenai prosedur ekstraksi serumen
 Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan
Syarat irigasi / Syiringing :
 Menggunakan air hangat (tidak terlalu panas atau terlalu dingin karena
dapat memunculkan vertigo)
 Pastikan pasien tidak mengalami perforasi membran timpani
2 Prosedur :
1. Bila serumen yang kita dapatkan adalah cair/lembek, dapat kita gunakan
aplikator yang telah dibungkus dengan kapas. Masukkan kapas aplikator
ke liang telinga dengan perlahan dan hati-hati, kemudian aplikasikan ke
serumen tersebut hingga bersih. (perhatikan cara menyusun kapas
aplikator serta melepas kapas dari aplikatornya)
2. Bila serumen yang kita dapatkan lunak, kita gunakan serumen
hak/sendok serumen. Masukkan serumen hak ke liang telinga dengan
perlahan, kaitkan ke bagian tengah serumen tersebut kemudian tarik
keluar dengan perlahan dan hati-hati. (perhatikan cara mengkait serumen
dan posisi serumen hak : serumen hak dimasukkan ke liang telinga
melalui dinding liang telinga sisi posterior dengan gigi serumen hak
menghadap ke anterior)
3. Bila serumen yang kita dapatkan adalah keras dan sulit untuk diekstraksi,
maka tidak perlu dipaksakan. Pasien bisa diberikan pelunak
serumen/seruminolitik (misal : Forumen) 4 x 2 tetes selama 2 hari di
rumah, kemudian pasien disuruh kembali setelah 2 hari. Kemudian
dilalkukan irigasi/syringing.
4. Adapun teknik irigasi syringing adalah : Gunakan spuit 50 cc/ 20 cc
(untuk pasien anak-anak/pemeriksan dengan tangan yang kecil) yang
telah diisi air hangat sesuai suhu tubuh, pasang abocath no. 14 dipotong
sedikit ujungnya supaya tidak terlalu panjang sehingga tidak menusuk
membran timpani. Pegang spuit di tangan dominan, sedangkan tangan
non dominan memfiksasi telinga. Kemudian alirkan air hangat ke dalam
liang telinga hingga semua serumen keluar. Minta tolong asisten melapisi
pundak dan leher pasien dengan handuk dan memegangi bengkok di
bawah telinga pasien yang dilakukan irigasi. Setelah irigasi selesai
dilakukan, keringkan liang telinga pasien dengan menggunakan kapas
aplikator hingga pasien merasa kering.
5. Bila ada benda asing padat di liang telinga, dapat dilakukan
irigasi/syringing dengan teknik yang sama seperti irigasi/syringing
serumen.
6. Bila benda asing tersebut adalah benda hidup (hewan : klaper, kupu-
kupu, kecoa), maka hewan tersebut dapat dimatikan terlebih dahulu
dengan cara meneteskan olium cocos/minyak kelapa, atau bisa dengan
minyak goreng. Setelah hewan tersebut mati, bisa dilakukan ekstraksi
dengan menggunakan pinset aligator.
3 Penutup :
 Cuci tangan setelah melakukan prosedur
 Menyampaikan bahwa prosedur sudah selesai dikerjakan kepada pasien
dan menyampaikan hasil pemeriksaan kepada pasien
 Mengucapkan terima kasih atas kerjama pasien
 Salam

EDUKASI:
1. Menganjurkan pasien untuk tidak membersihkan telinga secara berlebihan, baik dengan cotton
bud atau alat lainnya.
2. Menganjurkan pasien untuk menghindari memasukkan air atau apapun ke dalam liang telinga.

Anda mungkin juga menyukai

  • Buku PKB Xii Idai Jaya
    Buku PKB Xii Idai Jaya
    Dokumen91 halaman
    Buku PKB Xii Idai Jaya
    abdul halim
    Belum ada peringkat
  • Li LBM 3 SGD 5
    Li LBM 3 SGD 5
    Dokumen28 halaman
    Li LBM 3 SGD 5
    salsabilla rachmayanti
    Belum ada peringkat
  • Simulasi Kompre Mata Senin
    Simulasi Kompre Mata Senin
    Dokumen21 halaman
    Simulasi Kompre Mata Senin
    salsabilla rachmayanti
    Belum ada peringkat
  • SGD 1 LBM 3 Salsa
    SGD 1 LBM 3 Salsa
    Dokumen9 halaman
    SGD 1 LBM 3 Salsa
    salsabilla rachmayanti
    Belum ada peringkat
  • Norma LBM 3 Jiwa
    Norma LBM 3 Jiwa
    Dokumen29 halaman
    Norma LBM 3 Jiwa
    Anonymous mKrNwly
    Belum ada peringkat
  • SGD 1 LBM 3 Master
    SGD 1 LBM 3 Master
    Dokumen19 halaman
    SGD 1 LBM 3 Master
    salsabilla rachmayanti
    Belum ada peringkat
  • SGD 1 LBM 3 Master
    SGD 1 LBM 3 Master
    Dokumen19 halaman
    SGD 1 LBM 3 Master
    salsabilla rachmayanti
    Belum ada peringkat
  • SGD 1 LBM 3 Master
    SGD 1 LBM 3 Master
    Dokumen19 halaman
    SGD 1 LBM 3 Master
    salsabilla rachmayanti
    Belum ada peringkat
  • SGD LBM 5
    SGD LBM 5
    Dokumen24 halaman
    SGD LBM 5
    salsabilla rachmayanti
    100% (1)
  • SGD 1
    SGD 1
    Dokumen6 halaman
    SGD 1
    salsabilla rachmayanti
    Belum ada peringkat
  • LBM 2 Modul Herbal
    LBM 2 Modul Herbal
    Dokumen4 halaman
    LBM 2 Modul Herbal
    hanif
    Belum ada peringkat
  • SGD LBM 5
    SGD LBM 5
    Dokumen24 halaman
    SGD LBM 5
    salsabilla rachmayanti
    100% (1)
  • LBM 1 KGD SGD 6
    LBM 1 KGD SGD 6
    Dokumen15 halaman
    LBM 1 KGD SGD 6
    salsabilla rachmayanti
    Belum ada peringkat
  • SGD 6 LBM 6
    SGD 6 LBM 6
    Dokumen6 halaman
    SGD 6 LBM 6
    salsabilla rachmayanti
    100% (1)
  • LBM 2 KGD SGD 6
    LBM 2 KGD SGD 6
    Dokumen13 halaman
    LBM 2 KGD SGD 6
    salsabilla rachmayanti
    Belum ada peringkat
  • Bab 05. Luka PDF
    Bab 05. Luka PDF
    Dokumen26 halaman
    Bab 05. Luka PDF
    diancahya
    Belum ada peringkat
  • LBM 1 SGD 3
    LBM 1 SGD 3
    Dokumen5 halaman
    LBM 1 SGD 3
    salsabilla rachmayanti
    Belum ada peringkat
  • Buku Pegangan Mahasiswa Modul Mata 2019
    Buku Pegangan Mahasiswa Modul Mata 2019
    Dokumen35 halaman
    Buku Pegangan Mahasiswa Modul Mata 2019
    salsabilla rachmayanti
    Belum ada peringkat
  • LBM 1 Modul Uroo
    LBM 1 Modul Uroo
    Dokumen22 halaman
    LBM 1 Modul Uroo
    salsabilla rachmayanti
    Belum ada peringkat
  • LI LBM 2 Salsa
    LI LBM 2 Salsa
    Dokumen5 halaman
    LI LBM 2 Salsa
    salsabilla rachmayanti
    Belum ada peringkat