Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan industri 4.0 menuntut perubahan paradigma pelayanan
termasuk juga dalam pelayanan dan asuhan keperawatan. Asuhan
keperawatan merupakan bentuk interaksi antara perawat dengan klien dan
lingkungannya agar klien mampu beradaptasi, terpenuhi kebutuhan dan
mampu merawat diri. Bentuk asuhan keperawatan bersifat 24-3-7 artinya
selama 24 jam, 3 shift dan 7 hari secara berkesinambungan dan bersifat
hoslistik dan komprehensif. Kebutuhan bio, psikososial, spiritual dan budaya
merupakan ranah dalam asuhan keperawatan dan seluruh asuhan ini wajib
didokumentasikan sebagai bukti akuntabiltas. Kompleksitas dokumentasi dari
mulai proses pencatatan, komunikasi, pelaporan, analisis, kemampuan
memberikan solusi pada riset dan pelayanan, akses serta penyimpanan data
menjadi pekerjaan rumah bagi manajemen untuk mencari bentuk
dokumentasi yang lebih aman, efektif dan efisien.
Perkembangan di era 4.0 menjadi sangat penting untuk membantu
perawat dan manajemen dalam menentukan bentuk sistem informasi
keperawatan yang berintegrasi dengan sistem informasi rumah sakit. Hasil
riset menyampaikan bahwa kualitas dan kelengkapan dokumentasi meningkat
setelah menggunakan system berbasis komputer, demikian juga terjadi
peningkatan legalitas, relevansi dan peningkatan kemampuan membuat
keputusan. Setelah menggunakan komputer juga terjadi peningkatan
kepuasan perawat karena lebih memudahkan dan efisien waktu. Implementasi
sistem informasi keperawatan di Indonesia bukan tanpa kendala. Beberapa
kendala yang dirasakan adalah masih terbatasnya sarana, belum seragamnya
bahasa terminologi serta proses adaptasi terhadap system baru. Perlu
penguatan manajemen dan juga proses supervise yang berkelanjutan sehingga
implementasi system informasi di era 4.0 ini dapat memberikan manfaat yang
besar bagi peningkatan asuhan keperawatan yang professional.

1
1.2 Tujuan penulisan
A. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana strategi optimalisasi peran perawat pada
pelayanan keperawatan di tatanan klinik dan komunitas di era revolusi
industry 4.0. Agar tenaga kesehatan khususnya perawata bisa beradaptasi
dan mempertahankan citra nya meskipun dalam revolusi industri yang
berkembang sangat pesat.
B. Tujuan Khusus
Untuk memenuhi bagaimana sebagai perawat professional di era
revolusi indutrsi 4.0 seharusnya dapat mempersiapkan diri unruk
menetapkan dampak pada asper praktik pelayanan keperawatan dan
outcome pasien. Agar hal tersebut dapat meningkatkan kualitas dan
karakter perawat di era digital saat ini.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Strategi Perawat Dalam Revolusi Industri 4.0


Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program
pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui
oleh Pemerintah Indonesia sesuai dengan peraturan perundang undangan
(Undang Undang tentang Keperawatan Republik Indonesia Nomor 38, 2014).
Pada abad 21 sekarang ini, dunia telah memasuki era revolusi industri
4.0. dalam sebuah forum para pakar ekonomi dunia menyebutkan revolusi
industri 4.0 adalah revolusi berbasis cyber physical system (World Economic
Forum, 2016). Di era revolusi 4.0 teknologi informasi telah menjadi basis
utama dalam kehidupan manusia. Kemajuan ini memungkinkan terjadinya
otomatisasi hampir di semua bidang. Teknologi dengan pendekatan baru yang
menggabungkan dunia fisik, digital, dan biologi secara fundamental akan
mengubah pola hidup dan interaksi manusia dengan pekerjaannya
(Tjandrawinata, 2016).
Revolusi Industri merupakan periode antara tahun 1750-1850 di mana
terjadinya perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur,
pertambangan, transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang
mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Revolusi
Industri dimulai dari Britania Raya dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa
Barat, Amerika Utara, Jepang, dan menyebar ke seluruh dunia.
Profesi perawat merupakan salah satu profesi yang sangat
berpengaruh dalam proses kesembuhan pasien. Dan dapat berkolaborasi
dengan tenaga kesehatan lainnya seperti dokter, ahli gizi, guna untuk
melaksanakan tugasnya dengan baik. Di era industri 4.0 ini ilmu keperawatan
harus mengadopsi perkembangan teknologi karena penanganan pasien dimasa
depan juga akan berbeda seiring berjalannya waktu. Karena itu, penguasaan
teknologi menjadi hal yang harus di implementasikan. Keperawatan dimasa
depan akan mengarah pada penggunaan robot yang dapat menggantikan
beberapa fungsi keperawatan. Hal ini bukan tidak mungkin dilakukan dengan

3
dukungan teknologi saat ini sudah diciptakan robot yang bisa memberikan
obat. Pemanfaatan teknologi dan kecerdasan buatan mengoprasikan berbagai
teknologi mulai dari proses produksi dan penyaluran kepada konsumen,
Era revolusi industri 4.0 terhadap dunia keperawatan dapat ditinjau
dari 2 aspek yaitu aspek positif dan negatif, pada aspek negatif dampak
revoulsi industri 4.0 terdapat ilmu keperawatan bahwa teknologi robot bisa
memberikan obat kepada pasien tidak akan peduli terhadap pelayanan
terhadap pasien, robot tidak akan pernah bisa menggantikan posisi caring
pada seorang perawat di era apa saja. Tetapi dampak revolusi industri 4.0
terhadap dunia keperawatan ditinjau pada aspek positif yaitu dengan adanya
teknologi isolator yang bertujuan untuk memperkecil resiko pencemaran
mikro organism oleh manusia, hewan, lingkungan untuk produksi yang dibuat
secara aseptis, teknologi industri ini sudah tumbuh semakin pesat.
Kesuksesan sebuah negara dalam menghadapi revolusi industri 4.0
erat kaitannya dengan inovasi yang diciptakan oleh sumber daya yang
berkualitas, sehingga perawat turut wajib dapat menjawab tantangan untuk
menghadapi kemajuan teknologi dan persaingan dunia kerja di era globalisasi
ini. Perawat harus mampu menciptakan iptek yang inovatif, adaptif, dan
kompetitif sebagai konsep utama daya saing dan pembangunan bangsa di era
revolusi industri 4.0. Terobosan inovasi ini akan berujung pada peningkatan
produktivitas industri dan melahirkan perusahaan pemula berbasis teknologi.

2.2 Perawat di Era 4.0


Saat ini dunia tengah memasuki era disrupsi teknologi yang bergeser
pada era revolusi industri 4.0. World Economic Forum (WEF) menyebut
revolusi industri 4.0 adalah revolusi berbasis Cyber Physical System yang
secara garis besar merupakan gabungan tiga domain yaitu digital, fisik, dan
biologi. Ditandai dengan munculnya fungsi-fungsi artificial intelligence
(kecerdasan buatan), mobile supercomputing, intelligent robot, self-driving
cars, neuro-technological brain enhancements, era big data yang
membutuhkan kemampuan cybersecurity, era pengembangan biotechnology
dan genetic editing (manipulasi gen).

4
Revolusi industri 4.0 secara umum diketahui sebagai perubahan cara
kerja yang menitikberatkan pada pengelolaan data, sistem kerja industri
melalui kemajuan teknologi, komunikasi dan peningkatan efisiensi kerja yang
berkaitan dengan interaksi manusia. Dalam era revolusi industri 4.0 atau
revolusi industri dunia ke empat ini, teknologi informasi telah menjadi basis
utama dalam kehidupan manusia. Segala hal menjadi tanpa batas (borderless)
dengan penggunaan daya komputasi dan data yang tidak terbatas (unlimited)
karena dipengaruhi oleh perkembangan internet dan teknologi digital yang
masif sebagai tulang punggung pergerakan dan konektivitas manusia dan
mesin. Era ini juga akan mendisrupsi berbagai aktivitas manusia, termasuk di
dalamnya bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta pendidikan
tinggi. Lalu, bagaimana pengaruh revolusi industri 4.0 bagi perawat saat ini?
Perawat merupakan tenaga kerja kompeten yang harus siap
menghadapi industri kerja yang kian berkembang seiring dengan kemajuan
teknologi. Keahlian kerja, kemampuan beradaptasi dan pola pikir yang
dinamis menjadi tantangan bagi perawat di era revolusi industri 4.0 ini.
Kuantitas bukan lagi menjadi indikator utama bagi seorang perawat dalam
mencapai kesuksesan, melainkan kualitas pelayanan keperawatan kepada
pasien yang sesuai standar keperawatan.
Kesuksesan sebuah negara dalam menghadapi revolusi industri 4.0
erat kaitannya dengan inovasi yang diciptakan oleh sumber daya yang
berkualitas, sehingga perawat turut wajib dapat menjawab tantangan untuk
menghadapi kemajuan teknologi dan persaingan dunia kerja di era globalisasi
ini. Perawat harus mampu menciptakan iptek yang inovatif, adaptif, dan
kompetitif sebagai konsep utama daya saing dan pembangunan bangsa di era
revolusi industri 4.0. Terobosan inovasi ini akan berujung pada peningkatan
produktivitas industri dan melahirkan perusahaan pemula berbasis teknologi.
Rekonstruksi pola pikir yang responsif terhadap revolusi industri juga
diperlukan, seperti desain ulang kinerja keperawatan dengan pendekatan
human digital dan keahlian berbasis digital. Selain itu, mampu beradaptasi
dengan revolusi industri 4.0 adalah salah satu cara yang dapat dilakukan
perawat untuk meningkatkan daya saing terhadap kompetitor dan daya tarik

5
bagi instansi kesehatan. Berbagai tantangan sudah hadir di pelupuk mata,
sudah siapkah perawat menyiapkan diri di era revolusi industri 4.0 dan
persaingan global?
Perawat belakangan turut memiliki tantangan tersendiri di tengah
globalisasi dan era digital atau industri 4.0. Perawat saat ini harus bisa
mengimbangi dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar yang berbasis
teknologi. Perawat harus melek terhadap teknologi informasi dan
mengutamakan keselamatan pasien untuk peningkatan mutu layanan terhadap
pasien. Di era revolusi industri 4.0 ini, kompetensi ini wajib dimiliki oleh
tenaga medis, khususnya perawat.
Perawat memiliki peran besar dan penting dalam memberikan
pelayanan sesuai standar keperawatan. Pasalnya, perawat merupakan tenaga
medis yang berada di sisi pasien paling lama dibandingkan dengan tenaga
kesehatan lainnya. Oleh karena itu, kemampuan untuk memberikan pelayanan
keperawatan kepada pasien secara berkualitas dan aman sangat dibutuhkan.
Jika dianalogikan di ruang perawatan, maka perawat merupakan ibu rumah
tangga, yang selama 24 jam di ruang perawatan. Sementara dokter, ahli gizi
dan tenaga kesehatan lainnya adalah layaknya tamu yang hanya singgah
sebentar di sisi pasien.
Perawat saat ini tidak hanya dituntut bisa menjadi penyedia layanan
keperawatan yang berkualitas semata. Bahkan, perawat sangat diharapkan
pula mampu menjadi advokat bagi para pasien. Peran sebagai advokat yaitu
untuk membantu pasien dan keluarga dalam memberikan informasi dari
pemberi pelayanan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
Selain itu, perawat juga berperan menjadi mediator dan melindungi hak-hak
pasien atas pelayanan yang baik. Perawat juga harus mempunyai critical
thingking menghadapi semua elemen, baik itu pasien dan tenaga medis
lainnya. Untuk itu, perlu ditekankan bahwa peran perawat tidak hanya sebatas
memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas baik. Melainkan juga
wajib memiliki keahlian konseling untuk menyampaikan edukasi bagi pasien
terkait tindakan preventif dan promosi kesehatan bagi masyarakat.

6
Terkait kualitas perawat di Indonesia, perawatan di Indonesia
memiliki kualitas yang baik dan tidak kalah dibandingkan negara-negara
lainnya di Asia. Namun, perihal penguasaan bahasa masih menjadi kendala
utama yang dihadapai para perawat Indonesia yang akan bekerja ke luar
negeri. Selain itu, standar kompetensi perawat dengan kualifikasi
internasional juga masih belum terpenuhi.

7
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pelaku Industri Kesehatan Bakal Dapat Manfaat Revolusi Industri 4.0
Indonesia saat ini memasuki era awal revolusi industri 4.0 yang
menekankan perubahan berbagai sektor  karena teknologi digital. Dampak
dari kondisi itu tidak dapat dihindari dalam bidang sektor kesehatan.
Wakil Rektor I Universitas Airlangga, Prof. Djoko Santoso
memberikan pendapatnya mengenai dampak perubahan itu dalam acara
Seminar Nasional Revolusi Industri Kesehatan 4.0, Selasa
(12/11/2019). Djoko menuturkan, pentingnya manajemen beban penyakit dan
kebutuhan layanan teknologi kesehatan. Beban penyakit yang ada di
Indonesia dibilang cukup banyak dengan beberapa kasus. Salah satunya
kejadian luar biasa (KLB) difteri yang terjadi pada 2017 berjumlah 561 kasus
dengan jumlah korban meninggal 32 orang.
"Kasus seperti ini (difteri, Red) jika tidak ada penanganan maka akan
menjadi beban yang terus berlanjut," ujar dia.Djoko juga menambahkan
masalah BPJS dengan lima penyakit katastropik masih jauh dengan kata
sejahtera. Penyakit jantung misalnya meningkat dari 4,1 juta ke 5,1 juta pada
2016 dengan beban biaya Rp 40 juta setiap orang per tahun.
Anggaran biaya cuci darah juga mengalami kenaikan pada 2017 dari
Rp 3,9 triliun menjadi Rp 4,6 triliun. Dengan beban biaya tersebut, anggaran
BPJS tidak selalu mampu menutupi. Pada 2017 anggaran BPJS mengalami
defisit hingga Rp 9,8 triliun dan naik menjadi Rp 16,5 triliun pada 2018.
"Pada era revolusi industri 4.0, pelaku industri kesehatan akan sangat
mendapatkan manfaat yang besar," ujar dia.Djoko menuturkan, revolusi
industri 4.0 dapat memudahkan pasien mengakses info kesehatan via ponsel
pintarnya. Salah satunya melalui inhaler digital untuk pasien penyakit paru
obstruktif menahun yang dapat digunakan untuk memantau data inhalasi
secara real-time.Tidak hanya itu, banyak aplikasi kesehatan buatan yang
membantu para pelaku industri kesehatan untuk mendiagnosis paasien. IBM
Watson Project adalah alat lain yang mampu menunjang data klinis individu

8
pasien, riset, dan sosial. Kecanggihan IBM juga mampu memperkirakan
kadar gula darah pasien dengan hanya streaming data dari insulin pump.
Teknologi genomic yang baru di revolusi industri 4.0 setidaknya
mampu dihadapi dan dikembangkan oleh para pelaku industri kesehatan.
Namun, perlu diketahui kode etik dokter tetap harus dijunjung dan
menjunjung intuisi seorang dokter.Majunya dunia kesehatan melalui
digitalisasi membuat perawat harus mampu beradaptasi. Djoko menegaskan,
perawat harus lebih inovatif untuk merespons bisnis yang cepat berubah.
Djoko menyimpulkan, ada kebijakan publik harus mengatur tidak
adanya kesenjangan digital. Peran implementasi kaidah bioetika menjadi
sangat penting untuk menjaga bidang kesehatan tetap berada dijalan yang
seharusnya.Selain itu, Djoko menuturkan, revolusi industi 4.0 akan
berdampak baik bagi dunia kesehatan. Dia menuturkan, industri 4.0 akan
melaju secara pesat dan eksponensial. 
"Diperkirakan bahwa sektor kesehatan akan mendapatkan manfaat
yang besar dari fusi antara sistem fisik, digital, dan biologis di era industri
4.0,” tutur dia.
Djoko menuturkan, kolaborasi sangat dibutuhkan dalam sektor
kesehatan. Penyedia layanan perawatan kesehatan harus bisa jauh lebih
inovatif untuk merespon bisnis yang cepat berubah. "Meskipun demikian,
sejauh apapun lesatan inovasi, jangan pernah lupakan fokus utama kita pada
manusia," tegasnya. Sementara itu, Dr. drh. Didik Budijanto, M.Kes.
menyampaikan, ada tiga kebijakan satu data kesehatan. Antara lain adalah
standarisasi, interoperabilitas, dan akuntabilitas.
Lebih lanjut, dr. Slamet, MHP menyampaikan, ada beberapa
tantangan pelayanan kesehatan. Di antaranya adalah cakupan kesehatan
universal, keselamatan dan kualitas pelayanan serta aksesibilitas,
ketersediaan, dan kesetaraan pelayanan."Teknologi ke depan akan terus
berkembang, bahkan semakin maju dengan kecepatan yang tinggi sehingga
hal tersebut harus dimanfaatkan seluas-luasnya," tutur dia.
Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar Seminar Nasional bertajuk
“Revolusi Industri Kesehatan 4.0” pada Selasa, 12 November 2019.

9
Bertempat di Aula Garuda Mukti Lantai 5 Kampus C UNAIR, UNAIR
mengundang tujuh pakar dari berbagai instansi terkemuka di Indonesia.Dalam
kegiatan tersebut, seminar nasional dibagi menjadi tiga sesi. Hadir sebagai
pembicara pada sesi pertama di antaranya adalah Wakil Rektor I UNAIR
Prof. Dr. Djoko Santoso, Ph. D., Sp.Pd.K-Gh. Finasim, Kepala Pusat Data
dan Informasi Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI Dr. drh. Didik
Budijanto, M.Kes., serta Staff Ahli Menteri Bidang Teknologi Kesehatan dan
Globalisasi dr. Slamet, MHP.
Pada sesi kedua, hadir sebagai pembicara Dr. Dhany Arifianto, ST,
MEng serta Dr. dr. Rahyussalim, SpOT(K). Adapun pada sesi ketiga, seminar
diisi oleh CEO Prosehat Gregorius Bomantoro serta Ketua PERSI
(Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia) Dr. dr. Lia G. Partakusuma,
Sp.PK, MM, MARS.

10
BAB IV
PEMBAHASAN

.1 Pengertian Perawat
International Nursing Council of Nurses, menyebutkan bahwa
perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan,
berwenang di negara yang bersangkutan untuk memberikan pelayanan
keperawatan terhadap pasien (Nursalam, 2011). Perawat adalah seseorang
yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dalam
maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Indonesia sesuai dengan
peraturan perundang undangan (Undang Undang tentang Keperawatan
Republik Indonesia Nomor 38, 2014).

.2 Pengertian Revolusi Industri


Menurut Zimmerman (2018) dalam Ristekdikti (2018)
menyebutkan bahwa Era Revolusi Industri 4.0 merupakan 75% pekerjaan
melibatkan kemampuan sains, teknologi, teknik dan matematika, internet of
things, pembelajaran sepanjang hayat. Pengertian yang lain Klaus Schwab
(2017) menyatakan bahwa Revolusi Industri 4.0 merupakan revolusi berbasis
cyber physical system, gabungan antara domain digital, fisik dan biologi.
Dimana kemajuan teknologi dalam era revolusi Industri 4.0 yang
mengintegrasikan dunia fisik, digital dan biologis telah mempengaruhi semua
disiplin ilmu, ekonomi, industri dan pemerintah. Bidang-bidang yang
mengalami terobosoan berkat kemajuan teknologi baru diantaranya (1) robot
kecerdasan buatan (artificial intelligence robotic), (2) teknologi nano, (3)
bioteknologi, dan (4) teknologi komputer kuantum, (5) blockchain (seperti
bitcoin), (6) teknologi berbasis internet, dan (7) printer 3D.
Revolusi Industri merupakan periode antara tahun 1750-1850 di mana
terjadinya perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur,
pertambangan, transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang
mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Revolusi

11
Industri dimulai dari Britania Raya dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa
Barat, Amerika Utara, Jepang, dan menyebar ke seluruh dunia.

4.3 Karakter Perawat di Era Revolusi 4.0


Pada abad 21 sekarang ini, dunia telah memasuki era revolusi industri
4.0. dalam sebuah forum para pakar ekonomi dunia menyebutkan revolusi
industri 4.0 adalah revolusi berbasis cyber physical system (World Economic
Forum, 2016). Di era revolusi 4.0 teknologi informasi telah menjadi basis
utama dalam kehidupan manusia. Kemajuan ini memungkinkan terjadinya
otomatisasi hampir di semua bidang. Teknologi dengan pendekatan baru yang
menggabungkan dunia fisik, digital, dan biologi secara fundamental akan
mengubah pola hidup dan interaksi manusia dengan pekerjaannya
(Tjandrawinata, 2016).
Oleh karena itu manusia harus memiliki kemampuan adaptif untuk
memprediksi masa depan yang berubah sangat cepat. Tiap negara harus
merespon perubahan tersebut secara komprehensif. Respon tersebut dengan
melibatkan seluruh sektor lapisan mulai dari sektor publik, swasta, tidak
terlepas juga sektor pelayanan kesehatan di sub bidang pelayanan
keperawatan saat ini.
Tantangan revolusi 4.0 juga akan mempengaruhi pelayanan sektor
kesehatan hal ini dapat menjadi peluang bagi setiap para profesi kesehatan
dalam hal ini tenaga perawat yang berkeja di pelayanan kesehatan untuk
meng-upgrade kemampuan mereka dalam beradaptasi dengan perubahan
zaman. Adaptasi dengan perubahan era revolusi 4.0 dapat dilakukan dengan
meningkatan skil kemampuan karakter peran perawat yang akan berpengaruh
terhadap setiap lini dalam pelayanan kesehatan modern saat ini.
Dalam sebuah laporan artikel Aungsuroch & Gunawan (2019) yang
berjudul “Viewpoint: Nurses Preparation in The Era of the Fourth Industrial
Revolution” terdapat beberapa contoh model pemberian layanan kesehatan
yang didorong oleh perubahan teknologi saat ini dapat dilihat dari
implementasi sistem informasi yang menggunakan konsultasi kesehatan
online untuk para profesional layanan kesehatan untuk mendapatkan

12
pengobatan (Milton, 2018). Begitu juga dengan inovasi Prof Tetsuya Tanioka
di Jepang dalam laporannya tentang “Humanoid Nurse Robots as Caring”
beliau telah mengembangkan berbagai jenis robot keperawatan humanoid
untuk memberikan asuhan keperawatan (Tanioka et al., 2017). Hal ini dapat
memberikan tantangan bagi perawat di seluruh dunia dengan mengubah cara
bekerja secara adaptif terhadap kemajuan berbasis teknologi informasi.
Oleh karena itu, sebagai perawat professional di era revolusi industry
4.0 seharusnya dapat mempersiapkan diri untuk menetapkan dampak pada
aspek praktik pelayanan keperawatan dan outcome pada pasien. Dikarenakan
perawat memiliki peran besar dan penting dalam memberikan pelayanan
sesuai standar keperawatan. Pasalnya, perawat merupakan tenaga medis yang
berada di sisi pasien paling lama dibandingkan dengan tenaga kesehatan
lainnya. Oleh karena itu, kemampuan untuk memberikan pelayanan
keperawatan kepada pasien secara berkualitas dan aman sangat dibutuhkan.
Terlebih di era kemajuan teknologi saat ini perawat kedepannya tidak hanya
dituntut bisa menjadi penyedia layanan keperawatan yang berkualitas semata.
Bahkan, perawat sangat diharapkan pula mampu memiliki beberapa peran
untuk meningkatkan karakter mereka sebagai perawat professional 4.0.
Seluruh bentuk kecakapan dan keterampilan di abad 21 dan era
industri 4.0 yang dibutuhkan oleh perawat harus diintegrasikan ke dalam
elemen peran dan fungsi sebagai perawat professional yang telah di tuangkan
dalam Undang-Undang Keperawatan No 38 Tahun 2014, seperti; pemberi
asuhan keperawatan, sebagai penyuluh dan kolnselor bagi klien, pengelola
pelayanan keperawatan, peneliti keperawatan, pelaksana tugas berdasarkan
pelimpahan wewenang, dan pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan.
Kemudian peran dan fungsi perawat tersebut harus di Upgrade dalam
menghadapi era perubahan di tengah arus revolusi industry 4.0, hal ini dapat
meningkatkan kualitas dan karakter perawat di era digital saat ini,
kemampuan tambahan tersebut seperti; perawat peka terhadap  teknologi
informasi, mempunyai critical thinking, mempunyai ide inovativ, dan adaptif
terhadap perubahan era. Kemampuan tambahan tersebut merupakan modal
yang sangat penting untuk perawat dalam ber-inovasi dalam pendidikan

13
maupun pelayanan praktik keperawatan. Sebagai contoh dibidang pendidikan
keperawatan, perubahan tersebut terlihat dari pendidikan berbasis kertas
menjadi pendidikan online, yang mencakup inovasi E-learning, pembelajaran
jarak jauh, konferensi video, dan metode lainnya. Dalam praktik keperawatan,
pengembangan teknologi dapat mencakup telenursing, perawatan dengan
aplikasi online dari jarak jauh dengan klien melalui video call.
Akhirnya, para perawat perlu menemukan pendekatan yang tepat
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, dan menyatukan semua
perspektif yang berbeda untuk mengintegrasikan diri ke dalam penyediaan
perawatan dan pengambilan keputusan untuk melayani pasien yang didukung
oleh teknologi yang canggih dan fondasi caring yang kuat dalam filosofi
keperawatan. Di era revolusi industri 4.0 ini, kompetensi ini wajib dimiliki
oleh tenaga medis, khususnya perawat.

.4 Paradigma Revolusi Industri 4.0


Paradigma revolusi industri muncul ketika Negara dianggap super
power yang memiliki kekayaan yang luas yang menjadikan sebuah Negara
maju.Atas dasar pemikiran bahwa negara yang maju adalah Negara ditandai
degan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, kesejahteraan yang meningkat
maka lahirlah revolusi industri di bidang industri, seiring berjalannya waktu
yang semakin cepat manusia telah menemukan pola baru ketika inovasi
teknologi yang telah banyak makan korban yaitu internet of thingks, artificial
intelligene human machine interface, 3d printing technology yang menjadi
kunci keberhasilan meraih kemenangan dalam berkompetisis etiap tahap
menimbulkan konsekuensi pergerakan yang semakin cepat.
Kesehatan sebagai hak setiap manusia yang harus diwujudkan dalam
bentuk pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat salah satunya
tenaga perawat yang profesional yang ditujukan kepada individu, keluarga,
masyarakat baik dalam kondisi sehat atau sakit. Adanya undang-undang
nomor 38 tahun 2014 tentang keperawatan maka seluruh tenaga keperawatan
di Indonesia perlu meningkatkan peran dalam mencapai tujuan pembangunan
kesehatan Indonesia melalui praktik keperawatan yang didasarkan pada

14
standar profesi, kode etik, standar pelayanan dan standar prosedur operasional
diera revolusi industri 4.0.
Profesi perawat merupakan salah satu profesi yang sangat
berpengaruh dalam proses kesembuhan pasien. Dan dapat berkolaborasi
dengan tenaga kesehatan lainnya seperti dokter, ahli gizi, guna untuk
melaksanakan tugasnya dengan baik. Di era industri 4.0 ini ilmu keperawatan
harus mengadopsi perkembangan teknologi karena penanganan pasien dimasa
depan juga akan berbeda seiring berjalannya waktu. Karena itu, penguasaan
teknologi menjadi hal yang harus di implementasikan. Keperawatan dimasa
depan akan mengarah pada penggunaan robot yang dapat menggantikan
beberapa fungsi keperawatan. Hal ini bukan tidak mungkin dilakukan dengan
dukungan teknologi saat ini sudah diciptakan robot yang bisa memberikan
obat. Pemanfaatan teknologi dan kecerdasan buatan mengoprasikan berbagai
teknologi mulai dari proses produksi dan penyaluran kepada konsumen,
Era revolusi industri 4.0 terhadap dunia keperawatan dapat ditinjau
dari 2 aspek yaitu aspek positif dan negatif, pada aspek negatif dampak
revoulsi industri 4.0 terdapat ilmu keperawatan bahwa teknologi robot bisa
memberikan obat kepada pasien tidak akan peduli terhadap pelayanan
terhadap pasien, robot tidak akan pernah bisa menggantikan posisi caring
pada seorang perawat di era apa saja. Tetapi dampak revolusi industri 4.0
terhadap dunia keperawatan ditinjau pada aspek positif yaitu dengan adanya
teknologi isolator yang bertujuan untuk memperkecil resiko pencemaran
mikro organism oleh manusia, hewan, lingkungan untuk produksi yang dibuat
secara aseptis, teknologi industri ini sudah tumbuh semakin pesat.
Perawat harus bersiap menghadapi era revolusi industri 4.0 dan
perawat harus mampu menghadapi tantangan besar yang akan terjadi di era
revolusi industri 4.0 dan di tengah globalisasi yang terjadi saat ini, seorang
perawat harus bisa menyeimbangi dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar
yang berbasis teknologi. Faktor yang penting adalah keterampilan dan
kompetensi perawat di tenaga medis secara konsisten. Perlu ditingkatkan
sesuai perkembangan dan mengutamakan keselamatan pasien.Perawat juga
harus punya critical thingking mempunyai ide inovatif, dan adaptif terhadap

15
perubahan era menghadapi semua elemen baik itu pasien dan tenaga medis
lainnya.
Peran perawat tidak sebatas memberikan asuhan keperawatan
(ASKEP) melainkan wajib memiliki keahlian konseling untuk menyampaikan
edukasi pada pasien, fenomena tersebut telah mengubah sifat pelayanan
keperawatan dari pelayanan fokasional yang hanya berdasarkan pelayanan
professional yang bekerja pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
keperawatan.

4.5 Peran Perawat di Era 4.0


1. Perawat saat ini harus bisa mengimbangi dan beradaptasi dengan
lingkungan sekitar berbasis teknologi.
2. Perawat harus melek terhadap teknologi informasi dan
mengutamakan keselamatan pasien untuk peningkatan mutu layanan terhadap
pasien
3. Perawat saat ini tidak hanya dituntut bisa menjadi penyedia
layanan keperawatan yang berkualitas semata. Bahkan, ia merasa perawat
diharapkan pula mampu menjadi advokat bagi para pasien
4. Peran sebagai advokat untuk membantu pasien dan keluarga dalam
memberikan informasi dari pemberi pelayanan, atas tindakan keperawatan
yang diberikan kepada pasien. Selain itu, ia berperan menjadi mediator dan
melindungi hak-hak pasien atas pelayanan yang baik

4.6 Soft Skil dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0


1. Kreativitias: Seorang perawat mempunyai kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru untuk memberi ide kreativ dalam
memecahkan masalah atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-
hubungan yang baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.
Umumnya kreativitas sebagai Person, Process, Press, Product. Keempat P ini
saling berkaitan, yaitu Pribadi (Person) kreatif yang melibatkan diri dalam
proses (Process) kreatif, dan dengan dorongan dan dukungan (Press) dari
lingkungan, menghasilkan produk (Product) kreatif. Sehingga kertivitas dan

16
inovasi sangat penting dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 dalam
segala hal
2. Persuasi: Perawat harus menggunakan komunikasi yang
digunakan untuk mempengaruhi dan meyakinkan orang lain.Melalui persuasi
setiap perawat mencoba berusaha mempengaruhi kepercayaan dan harapan
pasien.Persuasi pada prinsipnya merupakan upaya menyampaikan informasi
dan berinteraksi antar manusia dalam kondisi di mana kedua belah pihak
sama-sama memahami dan sepakat untuk melakukan sesuatu yang penting
bagi kedua belah pihak.maka kita dapat bina hubungan saling percaya
(BHSP) kepada pasien kita agar mereka lebih terbuka dalam proses pelayanan
kesehatan
3. Kolaborasi: Tenaga kesehatan harus bisa bentuk interaksi, diskusi,
kompromi, kerjasama yang berhubungan dengan individu, kelompok atau
beberapa pihak kesehatan lainnya, Selain itu, kolaborasi artinya memiliki
nilai-nilai yang sama dan kuat sebagai komponen kolaborasi efektif. memiliki
arah tujuan yang sama, persepsi tekad untuk mencari solusi untuk
memyembuhkan pasien Oleh sebab itu kolaborasi sangat di perlukan antar
sesama tenaga kesehatan.
4. Adaptasi: Perawat mampu menyesuaikan/beradaptasi terhadap
perbuhanan global yang semakin pesat di era revolusi industri 4.0 Sehingga
perawat tidak akan kalah saing bahkan dengan teknologi sekalipun.
5. Manajemen waktu: Perawat harus mempunyai daftar list
perncanan yang akan di lakukan supaya akan terorganisir degan baik dan until
mengembangkan waktu terhadap priduktivitas waktu guna untuk mencapai
tujuan secara efektif dan efesien.

4.7 Pengaruh Revolusi Industri 4.0 Bagi Perawat Saat Ini


Perawat merupakan tenaga kerja kompeten yang harus siap
menghadapi industri kerja yang kian berkembang seiring dengan kemajuan
teknologi. Keahlian kerja, kemampuan beradaptasi dan pola pikir yang
dinamis menjadi tantangan bagi perawat di era revolusi industri 4.0 ini.
Kuantitas bukan lagi menjadi indikator utama bagi seorang perawat dalam

17
mencapai kesuksesan, melainkan kualitas pelayanan keperawatan kepada
pasien yang sesuai standar keperawatan.
Kesuksesan sebuah negara dalam menghadapi revolusi industri 4.0
erat kaitannya dengan inovasi yang diciptakan oleh sumber daya yang
berkualitas, sehingga perawat turut wajib dapat menjawab tantangan untuk
menghadapi kemajuan teknologi dan persaingan dunia kerja di era globalisasi
ini. Perawat harus mampu menciptakan iptek yang inovatif, adaptif, dan
kompetitif sebagai konsep utama daya saing dan pembangunan bangsa di era
revolusi industri 4.0. Terobosan inovasi ini akan berujung pada peningkatan
produktivitas industri dan melahirkan perusahaan pemula berbasis teknologi.
Rekonstruksi pola pikir yang responsif terhadap revolusi industri juga
diperlukan, seperti desain ulang kinerja keperawatan dengan pendekatan
human digital dan keahlian berbasis digital. Selain itu, mampu beradaptasi
dengan revolusi industri 4.0 adalah salah satu cara yang dapat dilakukan
perawat untuk meningkatkan daya saing terhadap kompetitor dan daya tarik
bagi instansi kesehatan. Berbagai tantangan sudah hadir di pelupuk mata,
sudah siapkah perawat menyiapkan diri di era revolusi industri 4.0 dan
persaingan global?
Perawat belakangan turut memiliki tantangan tersendiri di tengah
globalisasi dan era digital atau industri 4.0. Perawat saat ini harus bisa
mengimbangi dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar yang berbasis
teknologi. Perawat harus melek terhadap teknologi informasi dan
mengutamakan keselamatan pasien untuk peningkatan mutu layanan terhadap
pasien. Di era revolusi industri 4.0 ini, kompetensi ini wajib dimiliki oleh
tenaga medis, khususnya perawat.
Perawat memiliki peran besar dan penting dalam memberikan
pelayanan sesuai standar keperawatan. Pasalnya, perawat merupakan tenaga
medis yang berada di sisi pasien paling lama dibandingkan dengan tenaga
kesehatan lainnya. Oleh karena itu, kemampuan untuk memberikan pelayanan
keperawatan kepada pasien secara berkualitas dan aman sangat dibutuhkan.
Jika dianalogikan di ruang perawatan, maka perawat merupakan ibu rumah
tangga, yang selama 24 jam di ruang perawatan. Sementara dokter, ahli gizi

18
dan tenaga kesehatan lainnya adalah layaknya tamu yang hanya singgah
sebentar di sisi pasien.
Perawat saat ini tidak hanya dituntut bisa menjadi penyedia layanan
keperawatan yang berkualitas semata. Bahkan, perawat sangat diharapkan
pula mampu menjadi advokat bagi para pasien. Peran sebagai advokat yaitu
untuk membantu pasien dan keluarga dalam memberikan informasi dari
pemberi pelayanan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
Selain itu, perawat juga berperan menjadi mediator dan melindungi hak-hak
pasien atas pelayanan yang baik. Perawat juga harus mempunyai critical
thingking menghadapi semua elemen, baik itu pasien dan tenaga medis
lainnya. Untuk itu, perlu ditekankan bahwa peran perawat tidak hanya sebatas
memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas baik. Melainkan juga
wajib memiliki keahlian konseling untuk menyampaikan edukasi bagi pasien
terkait tindakan preventif dan promosi kesehatan bagi masyarakat.
Terkait kualitas perawat di Indonesia, perawatan di Indonesia
memiliki kualitas yang baik dan tidak kalah dibandingkan negara-negara
lainnya di Asia. Namun, perihal penguasaan bahasa masih menjadi kendala
utama yang dihadapai para perawat Indonesia yang akan bekerja ke luar
negeri. Selain itu, standar kompetensi perawat dengan kualifikasi
internasional juga masih belum terpenuhi.

19
BAB V
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu,
keluarga, kelompok atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun sehat
(UU Kesehatan No.38 Tahun 2014). Sedangkan Era industri 4.0 adalah
industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber.
Ini merupakan tren otomatisasi dan pertukaran data dalam teknologi
manufaktur. Ini termasuk sistem ciber-fisik, Internet of Thing (loT),
komputasi awan dan komputasi kognitif.
Di era 4.0 perawat saat ini tidak hanya dituntut bisa menjadi penyedia
layanan keperawatan yang berkualitas semata, perawat juga diharapkan
mampu menjadi advokat bagi pasien dan harus bisa mengimbangi dan
beradaptasi dengan lingkungan sekitar berbasis teknologi.

3.2 Saran
Penyusun menyarankan kepada perawat terlebih khusus bagi calon-
calon perawat yang sedang berjuang dibangku pendidikan untuk terus belajar
dan mengasah pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki tidak hanya
berhenti sebagai seorang DIII Keperawatan ataupun S1 Keperawatan tetapi
mau belajar hingga mengambil profesi kepeerawatan dalam hal ini ners
bahkan hingga spesialis serta mau mengasah kemampuan berbahasa
internasional agar memiliki perizinan dan dapat atau mampu memenuhi
peluang untuk bekerja dalam lapangan kerja internasional bukan hanya di
Indonesia.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ramadhiani, O. R., & Siregar, T. (2019). Hubungan Berpikir Kritis


dengan Kepedulian (Caring) Perawat dalam Melaksanakan Asuhan
Keperawatan di RSUD Kota Depok. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 15(2),
148-160.
Tiara, T., & Lestari, A. (2017). Perilaku Caring Perawat Dalam
Meningkatkan Kepuasan Pasien Rawat Inap. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai
Betik, 9(2), 115-119.

21

Anda mungkin juga menyukai