A. Pengertian
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang
tetap dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain.
Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan control.
Waham (dellusi) adalah keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau
dibuktikan dengan realitas. Menurut Depkes (2000) waham adalah keyakinan
klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat
diubah secara logis oleh orang lain. Waham terbagi 5 kategori yaitu:
1. Waham agama
Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
2. Waham kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan khusus atau
kelebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan.
3. Waham curiga
Keyakinan bahwa seseorang atau sekelompok orang berusaha merugikan
atau mencederai dirinya diucapkan berulang ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
4. Waham somatik
Keyakinan bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang
penyakit, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
5. Waham nihilistic
Keyakinan bahwa seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia,
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
1
B. Rentan Respon
C. Faktor Predisposisi
1. Faktor Perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakhir
dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga
pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
2. Faktor Sosial Budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
3. Faktor Psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peranganda/bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan.
4. Faktor Biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel
diotak, atau perubahan pada sel kortik dan limbik.
2
D. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapatmencetuskanperilakukekerasansering kali berkaitan
dengan (Yosep, 2009):
1. Faktor Sosial Budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti
atau diasingkan dari kelompok.
2. Faktor Biokimia
Dopamine, noreepineprin, dan zat halusinogen lainya diduga dapat menjadi
penyebab waham pada seseorang.
3. Faktor Psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi
masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari
kenyataan yang menyenangkan.
Pohon masalah
3
E. Tanda dan Gejala
1. Kognitif :
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata.
b. Individu sangat percaya pada keyakinannya.
c. Sulit berfikir realita.
d. Tidak mampu mengambil keputusan
2. Afektif:
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek tumpul
3. Prilaku dan Hubungan Sosial:
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresi
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktifitas tidak tepat
g. Streotif
h. Impulsive
i. Curiga
4. Fisik
a. Higiene kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. BB menurun
4
F. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Kerusakan komunikasi : verbal
a. Data subjektif
Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik
b. Data objektif
Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang
didengar dan kontak mata kurang
Perubahan isi pikir : waham
a. Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan
tetapi tidak sesuai kenyataan.
Pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengkaji waham :
1) Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang
diungkapkan dan menetap?
2) Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah
pasien cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
3) Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya
aneh dan tidak nyata?
4) Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya?
5) Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang
lain?
6) Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol
oleh orang lain atau kekuatan dari luar?
7) Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau
kekuatan lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat
membaca pikirannya?
b. Data objektif :
5
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan,
merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat
waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien
tegang, mudah tersinggung.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Kerusakan komunikasi : verbal
c. Perubahan isi pikir : waham
6
5) Diskusikan kebutuhan psikologis / emosional yang tidak terpenuhi
karena dapat menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah
6) Jika klien terus-menerus membicarakan wahamnya, dengarkan
tanpa memberikan dukungan, atau menyangkal sampai klien
berhenti membicarakannya.
7) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi klien sesuai dengan
realitas
8) Diskusikan dengan klien kemampuan realistis yang dimilikinya
pada saat lalu dan saat ini
9) Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan yang
dimilikinya
10) Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi
sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah
11) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional klien
12) Berbicara dalam konteks realita
13) Bila klien mampu memperlihatkan kemampuan positifnya, berikan
pujian yang sesuai
14) Jelaskan pada klien tentang program pengobatannya (manfaa,
dosis, obat, jenis, dan efek samping obat yang diminum serta cara
meminum obat yang benar)
15) Diskusikan akibat yang terjadi bila klien berhenti meminum obat
tanpa konsultasi
Untuk Keluarga
7
a. Tujuan
1) Keluarga mampu mengidentifikasi waham klien
2) Keluarga mampu memfasilitasi klien untuk memenuhi
kebutuhan yang belum terpenuhi oleh wahamnya
3) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan klien
secara optimal
b. Tindakan keperawatan
1) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami klien
2) Diskusikan dengan keluarga tentang cara merawat klien waham
di rumah, follow up, dan keteraturan pengobatan, serta
lingkungan yang tepat untuk klien.
3) Diskusikan dengan keluarga kondisi klien yang memerlukan
bantuan
8
dipilih, berikan pujian beri pujian
4. Masukkan pada jadwal
kegiatan pemenuhan dan
kegiatan yang telah dilatih
SP 3 SP 3
1. Evaluasi kegiatan pemenuhan 1. Membantu keluarga membuat jadual aktivitas
kebutuhan klien dan berikan di rumah termasuk minum obat
pujian. 2. Mendiskusikan sumber rujukan yang bisa
2. Jelaskan tentang 6 benar obat dijangkau keluarga
yang diminum dan tanyakan 3. Anjurkan membantu klien jadwal dan
manfaatnya memberikan pujian
3. Masukkan pada jadwal
kegiatan pemenuhan dan
kegiatan yang telah dilatih
SP SP
1. Evaluasi kegiatan pemenuhan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
kebutuhan klien, kegiatan 1,2 membimbing klien melaksanan kegiatan yang
dan 3 dan berikan pujian. telah dilatih dan minum obat, berikan pujian
2. Jelaskan follow up ke RSJ/ PKM, tanda
2. Diskusikan kebutuhan lain
kambuh dan rujukan
dan cara memnuhinya 3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
3. Diskusikan kemampuan yang memberikan pujian
dimiliki dan memilih yang
akan dilatih
4. Masukkan pada jadwal
kegiatan pemenuhan dan
kegiatan yang telah dilatih
dan minum obat
SP SP
1. Evaluasi kegiatan pemenuhan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
kebutuhan klien, kegiatan 1,2 membimbing pasien memenuhi kebutuhan
dan 3 dan berikan pujian. klien, membimbing klien melaksakan
kegiatan yangtelah dilatih dan minum obat,
2. Niali kemampuan yang telah
berikan pujian
mandri
2. Nilai kemmapuan keluarga merawat klien
3. Nilai apakah frekuensi 3. Nialai kemampuan klien melakukan kontrol
munculnya waham berkurang. ke RSJ/ PKM
Apakah waham terkontrol
Daftar Pustaka
9
Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2003
Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP & SP ) untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S1 Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Kusumawati dan Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika
10