Disusun Oleh :
Robby Gunawan
Diajukan kepada :
dr. Meyvita Silviana, Sp. N
I. ANAMNESA
Riwayat Penyakit Sekarang
1. Keluhan Utama : Kelemahan anggota gerak kanan
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
a. Lokasi : intracranial
b. Onset : + 2 Tahun
c. Kualitas : Lemah anggota gerak kanan,sulit berbicara,dan tidak dapat
menahan air liur, untuk sehari-hari pasien tidak dapat berjalan sehingga
dibantu dengan kursi roda
d. Kuantitas : Aktivitas sehari-hari dilakukan dengan dibantu keluarga,
Kronologis : Pasien datang ke Poli Saraf RST Semarang untuk kontrol
dengan keluhan kelemahan anggota gerak kanan,sulit berbicara,dan tidak dapat
menahan air liur. Sebelumnya, pada tanggal 13 September 2021 pasien
mengeluh lemah anggota gerak kanan, tidak dapat menahan air liur,dan sulit
berbicara. Keluhan dirasakan setelah pasien mengalami stroke 2 tahun yang
lalu awalnya hanya kelemahan anggota gerak kanan tetapi masih dapat
berjalan, dan wajah perot kearah kiri lalu berkembang seiring waktu hingga
pasien tidak dapat berjalan,sulit berbicara,dan tidak dapat menahan air liur.
Pasien memiliki riwayat darah tinggi. Riwayat jatuh disangkal. Keluhan lain
berupa nyeri kepala, mual,dan muntah didapatkan. BAK dan BAB dalam batas
normal.
e. Faktor memperberat : tidak ada
f. Faktor memperingan : tidak ada
g. Gejala penyerta : pusing,mual,dan muntah
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit seperti ini sebelumnya : 2 tahun yang lalu
Riwayat stroke : 2 tahun yang lalu
Riwayat hipertensi : (+)
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat kolesterol tinggi : disangkal
Riwayat trauma kepala : disangkal
Riwayat merokok : (+) sejak usai 16 tahun
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Vital Sign
Tekanan darah : 155/102 mmHg
Nadi : 81 x/ menit
Suhu : 36,7°C
RR : 24x/ menit
SpO2 : 100%
Status Generalis :
Kepala : mesosefal, nyeri tekan (-), alopesia (-)
Wajah : asimetris, edema (-)
Mata : nistagmus (-/-), ptosis (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
reflek cahaya direk (+/+) indirek (+/+), pupil isokor 2 mm/2 mm.
Telinga : bentuk normal, discharge (-/-), tanda peradangan (-/-)
Hidung : lesi (-/-), warna sperti kulit sekitar, nafas cuping hidung (-)
Mulut : perot ke kanan (+), tidak simetris
Leher : pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)
Status Internus
Thorax Pulmo
a. Inspeksi :
1) Pergerakan dinding dada simetris.
2) Retraksi intercostal (-/-).
3) Penggunaan otot-otot bantu pernapasan (-)
b. Palpasi :
1) Nyeri tekan (-/-) , tidak teraba massa
2) Vokal fremitus ,tidak dapat dilakukan
c. Perkusi : tidak di lakukan
d. Auskultasi : Vesikuler +/+, ronkhi -/- , wheezing -/- , murmur (-), gallop (-)
3
Abdomen
a. Inspeksi : warna seperti kulit sekitar
b. Palpasi
1) Nyeri tekan :-
2) Hepar : dalam batas normal
3) Splen : dalam batas normal
c. Perkusi : Timpani
d. Auskultasi : Bising usus (+) N
STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran : Composmentis
Kuantitatif (GCS) : E4M6Vaphasia
Mata : Pupil bulat isokor, diameter 2 mm/2 mm reflek cahaya
(+/+)
Nervi Cranialis
Nervus Kranialis Kanan Kiri
N. I (Olfactorius)
Daya Penghidu Dbn
N.II (Opticus)
Daya penglihatan Tidak dilakukan
Lapang pandang
N.III (Oculomotorius)
Ptosis
Lagophtalmus
Gerak mata keatas
Gerak mata kebawah
Gerak mata media
Ukuran pupil DBN
Bentuk pupil
Reflek cahaya langsung
Reflek cahaya tidak langsung
Reflek akomodasi
Diplopia
N.IV (Trochlearis) :
Gerak mata lateral bawah DBN
Diplopia
N.V (Trigeminus)
Menggigit normal Sulit dilakukan
4
Membuka mulut normal Sulit dilakukan
Sensibilitas normal hipoestesia
N.VI (Abducens)
Pergerakan mata (ke lateral) DBN
Diplopia
N.VII (Facialis)
Mengerutkan dahi normal normal
Mengangkat alis normal normal
Menutup mata normal normal
Sudut mulut normal mendatar
Meringis normal mendatar
Daya kecap 2/3 depan tidak dilakukan tidak dilakukan
N.VIII (Vestibulocochlearis)
Suara berbisik DBN DBN
Mendengarkan detik arloji
Tes rinne TIDAK TIDAK
Tes weber DILAKUKAN DILAKUKAN
Tes schwabach
N.IX (Glossopharyngeus)
Arkus faring
Uvula
Daya kecap 1/3 belakang TIDAK DILAKUKAN
Reflek muntah
Sengau
Tersedak
N.X (Vagus)
Arkus faring Tidak dilakukan
Bersuara Tidak dapat dinilai
Menelan DBN
5
N.XI (Accesorius)
Memalingkan muka Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sikap bahu
Mengangkat bahu
N.XII (Hypoglossus)
Sikap lidah normal
Menjulurkan lidah deviasi ke kiri
Artikulasi tidak dapat dinilai
ANGGOTA GERAK
ATAS Kanan Kiri
Inspeksi:
Drop hand Tidak ada Tidak ada
Claw hand Tidak ada Tidak ada
Pitcher’s hand Tidak ada Tidak ada
Kontraktur Tidak ada Tidak ada
Warna kulit Normal Normal
Palpasi
Lengan atas Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
lengan bawah Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Tangan Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Sistem motorik :
Gerakan Bebas terbatas Berkurang
Kekuatan 444 111
Tonus Meningkat meningkat
Trofi atrofi atrofi
Sensibilitas Normal berkurang
Reflek fisiologik : ++ ++
Bisep & Tricep ++ +++
Reflek Patologi : + +
Hoffman & Tromner - +
6
ANGGOTA GERAK
Kanan Kiri
BAWAH
Inspeksi:
Drop foot Tidak ada Tidak ada
Claw foot Tidak ada Tidak ada
Kontraktur Tidak ada Tidak ada
Warna kulit Normal Normal
Sistem motorik
Gerakan Bebas terbatas Berkurang
Kekuatan 444 111
Tonus Normal meningkat
Trofi atrofi atrofi
Klonus (-) (-)
Reflek fisiologik
Patella & Achilles ++ +++
Sensibilitas Normal hipoestesi
Reflek Patologis
Babinski & Chaddok + +
FUNGSI VEGETATIF
Miksi : dalam batas normal
Defekasi : dalam batas normal
PEMERIKSAAN TAMBAHAN
Rangsang meningeal kaku kuduk (-)
DIAGNOSIS
Score Gajah Mada: Stroke Infark
a. Penurunan Kesadaran (-)
b. Nyeri Kepala (+)
c. Reflek Babinsky (+)
7
SKOR SIRIRAJ :
KELAINAN KETERANGAN Penilaian Indeks Skore
Kesadaran Umum Komposmentis 0 x 2.5 0
Muntah Tidak ada 0 x2 0
Nyeri kepala Ditemukan 1 x2 0
Tekanan Darah 102 102 x 0,1 10,2
Diastole
Ateroma ( DM, Tidak ada 1 x (-3) 3
Angina, Penyakit
Pembuluh Darah
(dvt,pad)
(-12)
1,2
Dari pemeriksaan fisik yang disesuaikan dengan Skor Siriraj, Pasien mengalami
Stroke Hemoragik karena didapatkan skor 1,2.
ASSESMENT
DIAGNOSIS
Diagnosis Klinik :
o Hemiparesis dextra spastik
o Disfungsi N.V
o Paresis N. VII , dan XII sinistra sentral
Diagnosis Topik : Hemisfer cerebri sinistra
Diagnosis Etiologik: Stroke Hemorargik
8
PEMERIKSAAN PENUNJANG
KESAN:
- CT Scan Non Kontras atas nama Tn.S usia 80 tahun
- Tulang tengkorak intak dengan cerebrum
9
- Terdapat lesi hipodens batas tegas periventricular sinistra yang meluas hingga lobus
Temporoparietoocipital pada hemisfer sinistra
- Terdapat lesi hipodens batas tidak tegas periventricular dextra
- Ventrikel IV melebar
- Capsula eksterna dan interna tidak terlihat
DIAGNOSIS
I. STROKE HEMORARGIK
II. HIPERTENSI
Rencana Terapi
1. Piracetam 800 mg 1x1
2. Citicolin 500 mg 2x1
3. Mecobalamin caps 1x1
4. Fenitoin 100mg 1x1
5. Omeprazol 2x1
Terapi Hipertensi :
1. Amlodipin 10 mg 1x1
Edukasi
Menjelaskan tentang penyakit yang diderita kepada pasien dan keluarga
Menjelaskan penyakit yang diderita membutuhkan waktu penyembuhan
yang cukup lama.
Makan makanan bergizi.
Minum obat teratur, dan rutin kontrol
Menjelaskan kepada keluarga tentang faktor resiko dan pencegahan
penyakit
Beri dukungan keluarga kepada pasien
10
PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad malam
Ad sanationam : ad malam
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Stroke dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu stroke iskemik dan hemoragik
(Caplan, 2009). Stroke iskemik didefinisikan sebagai episode disfungsi neurologis
yang disebabkan oleh infark pada otak, medula spinalis, dan retina, berdasarkan
pada bukti patologis, pencitraan, atau gejala klinis yang menetap lebih dari 24 jam
atau diakhiri dengan kematian, tanpa penyebab selain vaskular (Sacco dkk.,
2013).
12
2.3 Faktor Risiko Stroke Hemorargik
Faktor risiko stroke adalah suatu keadaan atau kondisi kesehatan atau
penyakit yang ada pada seseorang yang berisiko terhadap timbulnya serangan
stroke. Kondisi ini jika tidak dikendalikan atau diobati dapat memburuk dan
berakibat terjadinya sumbatan pembuluh darah. Faktor risiko stroke dapat dibagi
menjadi dua yaitu faktor risiko yang dapat diubah/dikendalikan dan faktor risiko
yang tidak dapat diubah/dikendalikan (Yayasan Stroke Indonesia, 2004).
Stroke Hemoragik adalah terjadi akibat pembuluh darah yang menuju ke otak
mengalami kebocoran (perdarahan. Kebocoran tersebut di awali kerena adanya
tekanan yang tiba-tiba meningkat ke otak sehingga pembuluh darah yang
tersumbat tersebut tidak dapat lagi menahan tekanan, akhirnya pecah dan
menyebabkan perdarahan, Perdarahan umumnya terjadi pada batang otak (brain
stem), selaput otak (korteks), dan serebelum. Dua jenis Stroke Hemoragik adalah
perdarahan intraserebral atau subarachnoid.
Terdapat beberapa penyebab dari stroke hemoragik, yaitu: Hipertensi yang tidak
terkontrol, gangguan pembekuan darah; penyakit yang sudah ada, atau riwayat
konsumsi obat pengencer darah, aneurisma pembuluh darah otak; kelainan
pembuluh darah dimana dinding arteri menipis, menggembung seperti balon,dan
lebih mudah pecah, arteriovenous malformation (AVM); kondisi dimana terdapatt
13
hubungan langsung antara arteri dan vena sehingga ukurannya membesar dan
lebih mudah pecah
14
Gambar 1 Patofisiologi Stroke
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi di mana saja di dalam
arteri-arteri yang membentuk Sirkulus Willisi (Gambar 1): arteria karotis interna
dan sistem vertebrobasilar atau semua cabang-cabangnya.
Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15
sampai 20 menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Perlu diingat bahwa
oklusi di suatu arteri tidak selalu menyebabkan infark di daerah otak yang
diperdarahi oleh arteri tersebut. Alasannya adalah bahwa mungkin terdapat
sirkulasi kolateral yang memadai ke daerah tersebut.
Proses patologik yang mendasari mungkin salah satu dari berbagai proses
yang terjadi di dalam pembuluh darah yang memperdarahi otak. Patologinya
dapat berupa
(1) keadaan penyakit pada pembuluh itu sendiri, seperti pada aterosklerosis dan
trombosis, robeknya dinding pembuluh, atau peradangan
(2) berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah, misalnya syok atau
hiperviskositas darah
(3) gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari
jantung atau pembuluh ekstrakranium
(4) ruptur vaskular di dalam jaringan otak atau ruang subaraknoid (Price et al,
2006).
15
Gambar 3 Sirkulus Willisi 1
Stroke sebagai diagnosis klinis untuk gambaran manifestasi lesi vaskular serebral
dapat dibagi dalam:
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
TIA atau serangan iskemia sementara merupakan stroke dengan gejala
neurologis yang timbul akibat gangguan peredaran darah pada otak akibat
adanya emboli maupun thrombosis dan gejala neurologis akan menghilang
dalam waktu kurang dari 24 jam.
b. Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND)
Pada RIND atau defisit neurologis iskemia sementara gejala neurologis yang
timbulakan menghilang dalam waktu lebih dari 24 jam sampai kurang dari
sama dengan 48 jam.
c. Prolonged Reversible Ischemic Neurological Deficit (PRIND)
Pada PRIND atau deficit neurologis iskemia semetara gejala neurologis yang
diperpanjang yang timbul dan akan menghilang dalam rentang waktu 3 hari
sampai kurang dari 7 hari.
d. Stroke in Evolution
Stroke in evolution atau stroke progresif merupakan stroke yang sedang
berjalan dan gejala neurologis yang timbul makin lama makin berat.
e. Completed Stroke
Completed stroke atau stroke komplit memiliki gejala neurologis yang menetap
16
dan tidak berkembang lagi.
Klasifikasi stroke dalam jenis yang hemorargik dan non hemorargik secara
tegas memisahkan kedua jenis stroke tersebut, walaupun dalam stroke
hemorargik ditandai dengan peningkatan tekana intrakraniall,,sakit kepala,mual
dan penurunan kesadaran namun gejala tersebut juga dapat dijumpai pada
stroke non hemorargik. Satu-satunya cara untuj mendifirensiasi stroke
hemorargik atau non hemorargik adalah dengan pemeriksaan CT-Scan dan
pungsi lumbal.
1. Anamnesis
Stroke harus dipertimbangkan pada setiap pasien yang mengalami deficit
neurologi akut (baik focal maupun global) atau penurunan tingkat kesadaran.
Tidak terdapat tanda atau gejala yang dapat membedakan stroke hemoragik dan
stroke iskemik meskipun gejala seperti mual muntah, nyeri kepala dan
penurunan kesadaran lebih sering terjadi pada stroke hemoragik. Beberapa
gejala umum yang terjadi pada stroke meliputi hemiparase, monoparase, atau
qudriparase, hilangnya penglihatan monokuler atau binokuler, diplopia,
disatria, ataksia, vertigo, afasia atau penurunan kesadaran tiba-tiba. Meskipun
gejala-gejala tersebut dapat muncul sendiri namun umumnya muncul secara
bersamaan.
2. Siriraj Score
17
Siriraj Score dapat digunakan untuk membedakan stroke hemoragik dan stroke
iskemik dengan onset kurang dari 24 jam.
4. Pemeriksaan Fisik
5. Pemeriksaan Neurologi
18
mencakup pemeriksan status mental, dan tingkat kesadaran, pemeriksaan saraf
cranial, fungsi motorik dan sensorik, fungsi serebral, ,reflek patologis, dan reflek
fisiologis.Tengkorak dan tulang belakang pun harus diperiksa dan tanda-tanda
meningens pun harus dicari. Adanya kelemahan otot wajah pada stroke harus
dibedakan dengan bell’s palsy dimana pada bell’s palsy biasanya ditemukan
pasien yang tidak mampu mengangkat alis atau mengerutkan dahinya.
Gejala – gejala neurologi yang timbul biasanya bergantung pada arteri yang
tersumbat:
19
1. Arteri Serebri Media (MCA)
Gejala-gejala antara lain hemiparese kontralateral, hipestesi kontralateral,
hemianopsia ipsilateral, agnosia, afasia, dan disfagia. Karena MCA
memperdarahi motorik ekstermiats atas maka kelemahan tungkai atas dan wajah
biasanya lebih berat daripada tungkai bawah.
1. Pemeriksaan Laboratorium.
Gambaran laboratorium yaitu darah rutin pada stroke dapat menunjukan
komorbiditas dan faktor resiko stroke seperti adanya polisitemia, trombositopenia,
trombositos dan anemia yang mungkin menjadi penyerta. Kimia darah digunakan
untuk menyingkirkan kelainan metabolik seperti hiponatremia dan hipoglikemia,
serta mencari komorbiditas seperti azotemia. Pemeriksaan koagulasi darah dan
biomarker jantung dapat berguna untuk menyingkirkan adanya penyebab dari
jantung dan sirkulasi.
2. Pemeriksaan Radiologi
Untuk menentukan lokasi pasti terjadinya infark dengan menggunakan CT-
Scan atau MRI. Gambaran yang ditemukan adalah hipodens atau hipointensitas
yang menunjukan daerah infark.
20
Gambar 7 Ct Scan Stroke Iskemik 1
21
b. Pasien dengan perdarahan intracranial dan peningkatan INR terkait obat
antikoagulan oral sebaiknya tidak diberikan walfarin, tetapi mendapat terapi untuk
menggganti vitamin K-dependent factor dan mengkoreksi INR, serta mendapat
vitamin K intravena (AHA/ASA, Class I, Level of evidence C). Konsentrat
kompleks protrombin tidak menunjukkan perbaikan keluaran dibandingkan
dengan Fresh Frozen Plasma (FFP). Namun, pemberian konsentrat kompleks
protrombin dapat mengurangi komplikasi dibandingkan dengan FFP dan dapat
dipertimbangkan sebagai alternative FFP (AHA/ASA, Class IIa, Level of
evidence B).
22
c. Untuk memastikan adanya gambaran aneurisma pada pasien PSA,
pemeriksaan angiografi serebral sebaiknya dilakukan (AHA/ASA, Class I, level
evidance B). Namun, apabila tindakan angiografi konvensional tidak dapat
dilakukan maka pemeriksaan MRA atau CT angiografi perlu dipertimbangkan
(AHA/ASA, Class I, level evidance B).
a. Tatalaksana pasien PSA derajat I atau II berdasarkan Hunt & Hess (H&H)
adalah sebagai berikut :
Tirah baring total dengan posisi kepala ditinggikan 300 dan nyaman, bila
perlu berikan O2 2-3 L/menit
Pasang infus diruang gawat darurat, usahakan euvolemia dan monitor ketat
sistem kardiopulmoner dan kelainan neurologi yang timbul b. Pasien PSA derajat
III, IV atau V berdasarkan H&H,perawatan harus lebih intensif1
Untuk mencegah aspirasi dan menjamin jalan napas yang adekuat perlu
dipertimbangkan intubasi endotrakheal dengan hati-hati terutama apabila
didapatkan tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial
b. Istirahat total di tempat tidur (AHA/ASA, Class IIb, Level of evidance B).
24