Anda di halaman 1dari 14

Diagnosis

Diagnosis Neonatus dengan Infeksi Syphilis


• Prinsip dasar dalam mendiagnosis neonatus dengan infeksi syphilis
adalah dengan dilakukan surveilans aktif dan uji laboratorium.
• Sehingga perlu dilakukan uji penapisan selama masa kehamilan dari
ibu untuk mendeteksi resiko neonatus pada saat lahir dan memulai
pengobatan terhadap ibu selama masa kehamilan
• Sebagian besar neonatus dengan infeksi syphilis bersifat asimptomatik
pada saat lahir,dan selain itu bayi-bayi ini juga harus dilakukan uji
infeksi HIV selain dilakukan uji infeksi syphilis
Macam Uji Diagnosis
Nonspecific Nontreponemal
Antibody Test

Specific Treponemal
Antibody Test
Laboratory
studies Direct Identification of
T Pallidum
Lumbar
Puncture
Diagnosis
Histopathologic Examination of
The Placenta and Umbilical cord

Imaging studies
A.Laboratory Studies
• Dalam mendiagnosa neonatus dengan infeksi syphilis, digunakan 2 uji laboratorium yangi
dibagi menjadi nonspecific nontreponemal antibody (NTA) tests dan specific treponemal
antibody (STA) tests
• NTA tests sendiri cepat,mudah,dan tidak mahal untuk dilakukan. Sehingga NTA tests digunakan
sebagai skrining awal dan uji kuantitatif untuk memantau respon pasien terhadap pengobatan
dan untuk mendeteksi dari kejadian infeksi ulang dan kambuh.
• NTA tests bekerja dengan prinsip mendeteksi antibodi yang diarahkan melawan antigen
lipoidal dari T pallidum, baik berupa interaksi antibodi dengan host atau seballiknya
• Reaksi positif palsu pada NTA tests dapat terjadi jika pada neonatus atau ibu didapatkan
penyakit autoimun,penyalahgunaan obat secara intravena, kondisi degeneratif, kehamilan, dan
infeksi sepertii hepatitis, mononukleosis, campak, dan endocarditis
• STA tests adalah tes yang memverifikasi diagnosis saat ini atau infeksi masa lalu dan harus
dilakukan jika hasil tes NTA positif.
VDRL
NTA Tests
RPR
• NTA Tests terdiri dari dua jenis test yaitu VDRL (Venereal disease research laboratory) dan RPR (rapid
plasma reagin).

• Hasil test dengan titer minimal 2 kali pengenceran (hasil 4 kali lipat lebih tinggi) pada bayi dibandingkan
pada ibu menandakan kemungkinan infeksi aktif. Titer harus dipantau dan diulang setiap 2 sampai 3
bulan setelah terapi.

• Penurunan titer 4 kali lipat yang berkelanjutan, setara dengan perubahan 2 pengenceran (misalnya,
dari 1:16 hingga 1:4), dari hasil tes NTA setelah pengobatan biasanya menunjukkan hasil terapi yang
adekuat

• Sedangkan peningkatan titer 4 kali lipat yang berkelanjutan (misalnya, dari 1:8 menjadi 1:32)
setelahnya pengobatan menunjukkan infeksi ulang atau kambuh.

• Titer tes NTA umumnya menurun 4 kali lipat dalam waktu 6 sampai 12 bulan setelah terapi untuk sifilis
primer atau sekunder dan biasanya menjadi nonreaktif dalam 1 tahun
VDRL
NTA Tests
RPR
• VDRL dalam pengujiannya harus dilakukan dengan menggunakan cairan
serebrospinal (CSF)

• Hasil NTA tests pada neonatus normal adalah negatif, dan setiap test dengan hasil
positif harus ditindak lanjuti dengan STA tests

• NTA tests digunakan untuk memantau respon pengobatan dan harus digunakan
tes yang sama (misalnya, VDRL atau RPR) selama masa follow up dari pasien
untuk memastikan perbandingan hasil dari tes sebelumnya
STA Tests

• Tes ini digunakan untuk memverifikasi diagnosis infeksi saat ini dan infeksi di
masa lampau. Hasil tes ini tidak berkorelasi dengan perjalanan pathogenesis
dari penyakit
• STA Tests berguna dalam mendiagnosis episode pertama sifilis dan untuk
membedakan hasil positif palsu dari tes NTA. Namun, STA tests memilik
keterbatasan dalam evaluasi respons terhadap terapi dan kemungkinan infeksi
ulang.
• Setelah didapatkan hasil test STA positif, maka hasil tersebut berlaku untuk
seumur hidup. Selain itu, tes STA tidak 100% spesifik untuk penyakit sifilis
tetapi dapapt ditemukan pada pasien dengan penyakit spirochetal lainnya,
seperti frambusia,pinta, leptospirosis, rat bite infection, dan penyakit Lyme.
STA Tests

• Contoh dari STA Tests antara lain tes aglutinasi partikel T pallidumtes (TP-PA),
tes T pallidum enzyme immunoassay (TP-EIA), uji chemiluminescent T
pallidum (TP-CIA), dan tes penyerapan antibodi fluoresen treponemal(FTA-
ABS).
• Akhir- akhir ini beberapa sentral laboratorium klinik menggunakan TP-EIA test
sebagai skrinning awal daa mendiagnosis sifilis kongenital karena dianggap
lebih efisien dalam segi biaya dan tenaga.
• Pendekatan diagnosis dengan“reverse sequence screening” ini dikaitkan
dengan hasil positif palsu yang tinggi sehingga CDC merekomendasikan untuk
tidak mengadopsi pendekatan “reverse sequence screening”
Pemeriksaan Identifikasi Secara Langsung T Pallidum

• Identifikasi T Pallidum secara langsung menggunakan mikroskop medan gelap


dapat dilakukan dengan menggunakan spesimen dari eksudat dari lesi, sekret
hidung,atau jaringan seperti plasenta, tali pusat, atau spesimen daari biopsy

• Spesimen yang diperoleh dari lesi yang terdapat di area mulut, pada saat
pemeriksaan menggunakan mikroskop medan gelap, sulit untuk diidentifikasi
karena lesi pada area mulut dapat ditemukan Treponema non pathogenic
Pemeriksaan Pungsi Lumbal

• Sifilis kongenital dapat diidentifikasi menggunakan pemeriksaan cairan


serebrospinal, umumnya pemeriksaan VDRL dan FTA-ABS menggunakan
spesimen cairan serebrospinal.

• Hasil dari tes VDRL harus diinterpretasikan secara hati-hati, karena hasil
negatif pada tes VDRL dari CSF belumpasti menyingkirikan diagnosis dari
neurosifilis. Atau, tes VDRL reaktif di CSF neonatus dapat menjadi hasil dari
aktivitas antibodi IgG nontreponemal yang melintasi sawar darah otak.
B.Pemeriksaan Histopatologi dari Plasenta dan Tali
pusar
• Plasenta dari neonatus dengan Congenital Syphilis seringkali teramati
berukuran besar, tebal, dan pucat.Sedangkan pada tali pusar dapat
ditemukan bengkak dan menyerupai gambaran “barber’s pole"
dengan garis-garis spiral perubahan warna merah dan biru muda
bergantian dengan garis-garis putih seperti kapur.
• Plasenta dan tali pusar diperiksa secara hati-hati dengan mikroskop
medan gelap dan pewarnaan khusus untuk mencari spirochetes.
C. Pemeriksaan Radiologi
• Kelainan apda gamabaran radiologi dapat ditemukan pada 65%
kasus.Manifestasi yang terlihat antara lain adalah pada tulang panjang
ditemukan periostitis, osteitis, dan perubahan metafisis sklerotik.
Dapat juga ditemukan dengan gambaran pseudoparalisis atau fraktur
patologis

Anda mungkin juga menyukai