Anda di halaman 1dari 50

Clinicopathologic Features of COVID-

19: A Case Report and Value of


Forensic Autopsy in Studying SARS-
CoV-2 Infection
Identitas jurnal

Judul

Penulis/peneliti

Penerbit Tanggal
Terbit
ABSTRAK
Abstrak
● TUJUAN :laporan Kasus ini menyoroti peran forensik
dalam autopsi untuk mempelajari infeksi SARS-CoV-2
dan mengetahui pentingnya korelasi patologis klinis
untuk pemahaman yang lebih baik tentang pathogenesis
COVID-19
• Metode:
• Dalam laporan kasus disajikan kasus seorang wanita berusia 53 tahun
yang dirawat di rumah sakit karena batuk kering dan demam tinggi
pada tanggal 26 Januari 2020, di Wuhan,Cina. Pasien terkonfirmasi
positif COVID-19 pada hari ke-20 di rumah sakit. Meskipun sudah
mendapatkan perawatan medis intensif, ia mengalami gagal
pernapasan denganinfeksi bakteri sekunder dan kedaluwarsa pada hari
ke 23 di rumah
• Kemudian dilakukan autopsy berupa pemeriksaan luar,pemeriksaan
dalam,dan beberapa pemeriksaan penunjang
● Hasil:
● Didapatkan hasil pada pemeriksaan autopsi,itermasuk studi
imunohistokimia dan ultrastruktural, menunjukkan bahwa SARS-
CoV-2 dapat menginfeksi banyak organ dengan infeksi yang
mendalam.
● Efek SARS-CoV-2 pada sistem kekebalan tubuh, dan patologi paru-
paru ditandai dengan kerusakan alveolar difus, sementaraefek
ekstrapulmoner dapat diamati di beberapa organ postmortem
● Kesimpulan: Dari laporan kasus ini dapat disimpulkan
didapatkan adanya temuan dari hasil autopsi pada pasien
covid 19 berupa gambaran klinis patologi berupa infeksi
multi organ yang berkaitan dengan perjalanan
patogenesis dari infeksi virus sars cov-2
Laporan Kasus
Seorang wanita berusia 53 tahun dirawat di rumah sakit di Wuhan dengan
batuk kering, demam tinggi dan sesak napas pada 26 Januari 2020.
Dia melaporkan gejala seperti pilek dengan batuk kering dan peningkatan
suhu ringan selama sekitar 7 hari.
Saat dirumah sudah diobati dengan obat herbal Cina dan obat batuk sirup.
Kemudian batuknya memburuk dan dia kedinginan, kelelahan, dada sesak,
dan suhu tubuhnya naik dari 38,0°C menjadi 39,0°C dalam 3 hari sebelum
masuk rumah sakit.
Menurut pasien, dia dan keluarganya belum pernah mengunjungi pasar
makanan laut yang menjual hewan hidup yang diduga sebagai asal mula
virus ini.
Semua anggota keluarga dan teman dekatnya tidak sakit, tanpa demam
atau gejala pernapasan. Dia sudah pensiun dan menghabiskan sebagian
besar waktunya di rumah dan di komunitasnya. Dia tidak memiliki riwayat
medis yang signifikan.​
Saat masuk (rumah sakit hari 1, sakit hari 11)
● pasien mengalami sesak napas dengan
● suhu tubuh: 38,6°C
● saturasi oksigen: 90%.

pada akhir Januari, rumah sakit memasukkannya ke bangsal isolasi.


● Pemeriksaan darah lengkap : peningkatan ringan neutrofil dan kematian ringan limfosit.
● X foto thorax: kekeruhan seperti kaca / awan di kedua paru-paru, konsisten dengan
pneumonia atipikal / virus
● Rapid Tes antibodi IgM untuk influenza A dan B, parainfluenza, virus pernapasan syncytial,
adenovirus, pneumonia mikoplasma, pneumonia klamidia, dan pneumonia legionella
(negatif).
● Kultur bakteri darah masuk : tidak ada pertumbuhan (pada hari ke-3)
Hari ke 10 rumah sakit
• suhu : 40,1°C.
• Hasil tes laboratoriumnya : leukositosis parah dengan
neutrofilia, limfopenia, dan trombositopenia
• X foto thorax : lesi ground glass yang persisten.

Hari ke-11 dan 16 di rumah sakit (hari sakit ke-21)


• Pemeriksaan RNA SARS-CoV-2 : negatif

Hari ke 20 rumah sakit (hari sakit 30)


• Pemeriksaan RNA SARS-CoV-2 : positif.

Kultur darah pada hari ke 7, 10, dan 16 rumah sakit tidak


menunjukkan pertumbuhan, tetapi positif Acinetobacter baumannii
pada hari ke 20 rumah sakit (hari sakit 30).
pasien mengalami gagal napas dengan infeksi bakteri
sekunder dan berakhir pada hari ke-23 di rumah sakit (hari sakit
33).
METODE
Metode
● Bagian representatif yang diperoleh dari organ yang berbeda difiksasi dalam formalin
buffer 10% kemudian ditanamkan parafin, dipotong pada 4 m, dan diwarnai dengan
hematoxylin dan eosin rutin.

● Bagian paru representatif diwarnai oleh Periodic Acid-Schiff.


● Pelabelan imunohistokimia termasuk Cytokeratin 7, CD68, CD3, dan CD20 dilakukan
pada jaringan paru-paru.
● Pewarnaan CD20 dan CD3 dilakukan pada limpa dan kelenjar getah bening.
● Potongan-potongan kecil jaringan paru-paru segar difiksasi dengan glutaraldehid 2,5%
(v/v) setidaknya selama 24 jam pada suhu 4°C.
● Kemudian jaringan diproses untuk pemeriksaan mikroskop elektronik

● RNA diekstraksi dari serum dan jaringan segar yang diperoleh dari organ yang berbeda
menggunakan Trizol Reagent (Invitrogen).
● Deteksi RT-PCR real-time dari RNA SARS-CoV-2 dilakukan menggunakan kit diagnosis
komersial dari Shanghai Huirui Biotechnology Co., Ltd
● Pengujian laboratorium untuk SARS-CoV-2 dilakukan mengikuti panduan WHO
HASIL
Hasil

Gambar 3A  PEMERIKSAAN KASAR PARU-PARU


Gambaran kasar paru kanan dengan abses di lobus atas (panah
putus-putus), infark kecil di lobus atas (panah padat pendek), infark
yang lebih besar di lobus tengah (panah padat panjang), sumbat
lendir tebal seperti jeli di bronkus (panah), dan konsolidasi difus.

Gambar 3A.

Gambar 3B  Pembentukan membran hialin difus dengan infiltrasi


neutrofil intra-alveolar ekstensif (hematoxylin-eosin, pembesaran asli,
40).

Gambar 3B.
Gambar 3C  Proliferasi fibroblas/ miofibroblas interstisial dan intra-
alveolar yang luas, dengan fibrosis kolagen fokal (hematoxylin-eosin,
pembesaran asli, 100).

Gambar 3C.

Gambar 3D  Proliferasi fokal pneumosit positif Cytokeratin 7


(perbesaran asli, 200).

Gambar 3D.
Gambar 3E  Beberapa CD 68 makrofag positif (perbesaran asli,
100).

Gambar 3E.

Gambar 3F  infiltrasi limfosit T CD3-positif


(perbesaran asli, 40).

Gambar 3F.
Gambar 3G  Infiltrasi limfosit B CD20-positif (perbesaran asli, 40).

Gambar 3G.

Gambar 3H  Pneumosit terfragmentasi dengan partikel virus bulat


tunggal (panah), mikroskop elektron.

Gambar 3H.
Gambar 4A  Pandangan kasar otak menunjukkan perdarahan
subarachnoid akut fokal di atas lobus oksipital kanan (panah).

Gambar 4B  Perdarahan subarachnoid segar (panah).

Gambar 4C Trombosis vena kortikal serebral (panah).


Gambar 4D  Gambaran kasar ginjal dengan infark
iskemik fokal (panah).

Gambar 4E  Nekrosis miosit fokal dengan sedikit infiltrasi


limfosit (panah).

Gambar 4F  Pandangan kasar limpa dengan infark besar


dan beberapa infark kecil (panah).
Gambar 4G  Area limpa noninfark dengan deplesi limfoid difus,
hiposelular dengan nodul limfoid atrofi dan jarang.

Gambar 4H  Penurunan jumlah dan ukuran folikel limfoid yang


diwarnai CD20 (perbesaran asli, 25) (panah).

Gambar 4I  Penurunan sel T pewarnaan CD3 (perbesaran awal


100) (hematoxylin-eosin, perbesaran awal: B 25, C 25, E 100, dan G
25).
Kelenjar tiroid menunjukkan tiroiditis limfositik fokal. Terjadi peradangan
kronis pada epiglotis. saluran kemih kandung kemih mengalami trombosis pembuluh
darah submukosa. Trakea, adrenal, ovarium, uterus, dan sistem gastrointestinal tidak
menunjukkan perubahan patologis yang signifikan.

Uji RT-PCR real-time untuk RNA SARS-CoV-2 positif di jantung, paru-paru,


ginjal, limpa, hati, usus kecil, dan ovarium, tetapi negatif dalam serum, otak, dan jaringan
kulit.
KESIMPULAN
Kesimpulan:
Dari laporan kasus ini dapat disimpulkan didapatkan adanya temuan dari hasil autopsi pada pasien
covid 19 berupa gambaran klinis patologi berupa infeksi multi organ yang berkaitan dengan perjalanan
patogenesis dari infeksi virus sars cov-2.

Deteksi SARS CoV-2 RNA di beberapa organ postmortem dapat mencerminkan proses replikasi dan
penyebaran virus melalui darah atau sistem limfatik dari saluran pernapasan, dan diperlukan studi lebih
lanjut dalam kasus otopsi untuk menentukan sifat kerusakan dan organ/sel target oleh COVID-19.

Otopsi forensik telah terbukti menjadi standar kriteria untuk mengidentifikasi penyebab kematian pada
individu yang meninggal secara tiba-tiba dan tidak terduga.
Studi otopsi ini telah memberikan fitur klinikopatologis yang tak ternilai dari COVID-19 untuk lebih
memahami patogenesis virus baru ini dan untuk membantu dalam perawatan klinis.
CRITICAL
APPRAISAL
Deskripsi Umum
No Kriteria Hasil
1 Desain Penelitian -
2 Populasi Target -
-
3 Populasi Terjangkau

seorang wanita berusia 53 tahun


4 Sampel
Pasien terkonfirmasi positif COVID-19

5 Cara Pemilihan Sampel -


6 Variabel Bebas Fitur Klinikopatologis COVID-19
Laporan Kasus dan Nilai Otopsi Forensik dalam Pembelajaran
7 Variabel Terikat
Infeksi SARS-CoV-2
Uji RT-PCR real-time untuk RNA SARS-CoV-2 positif di jantung,
8 Hasil Utama Penelitian paru-paru, ginjal, limpa, hati, usus kecil, dan ovarium, tetapi
negatif dalam serum, otak, dan jaringan kulit.
VIA
(I) Importancy

(V) Validity

(A) Applicability
Validitas Interna Hubungan Kausal Validitas Interna Validitas Eksterna
Hubungan Non-Kausal
No Kriteria Hasil
Apakah hubungan waktu No Kriteria Hasi
1. Ya l
benar? No Kriteria Hasil
2. Apakah asosiasi kuat? Ya
Apakah hasil Apakah hasil dapat
Apakah ada hubungan 1 dipengaruhi oleh tidak 1. diterapkan pada sampel Ya
3. Tidak
dosis? bias? terpilih?
Apakah hasil konsisten
4.
dalam penelitian ini?
Ya Apakah hasil
2 dipengaruhi oleh tidak Apakah hasil dapat
Apakah ada koherensi faktor peluang? 2. diterapkan pada populasi Ya
5. hasil studi dengan fakta di Ya terjangkau?
masyarakat? Apakah
Ya
observasi Apakah hasil dapat
3 Tidak
Apakah hasil biologically (pembahasan dipengaruhi oleh 3. diterapkan pada populasi Ya
6. faktor perancu?
plausible? hasil penelitian target?
dengan teori)
Apakah hubungan
bersifat spesifik
7. (hubungan sebab akibat Tidak
semakin nyata bila hanya
disebabkan satu sebab?
Importancy
No. Kriteria Hasil

Apakah alokasi sampel pada penelitian ini


1. Tidak
dilakukan secara acak?

Apakah pengamatan sampel dilakukan secara


2. Ya
cukup panjang dan lengkap?

Apakah semua sampel dalam kelompok yang


3. Tidak
diacak, dianalisis?

Apakah sampel dan peneliti tetap blind dalam


4. Tidak
melakukan terapi?

5. Apakah kelompok terapi dan kontrol sama? Tidak


Applicability
Apakah hasil penelitian mampu laksana untuk pasien atau populasi yg
dihadapi?

Pengujian Validitas Eksterna


No Kriteria Hasil

Apakah hasil dapat diterapkan pada sampel


1. Ya
terpilih?

Apakah hasil dapat diterapkan pada


2. Ya
populasi terjangkau?

Apakah hasil dapat diterapkan pada


3. Ya
populasi target?
Simpulan
NO KRITERIA +/-
1 VALIDITY

Validitas Interna Hubungan Kausal +

Validitas Interna Hubungan Non Kausal -

Validitas Eksterna +
2. IMPORTANCY -
3. APPLICABILITY +
Tinjauan Pustaka

Definisi COVID-19
Menurut WHO (2020a), penyakit coronavirus disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus corona yang baru ditemukan. Kebanyakan orang yang
terinfeksi virus COVID-19 akan mengalami penyakit pernapasan ringan hingga sedang dan sembuh
tanpa memerlukan perawatan khusus. Orang tua dan orang-orang yang memiliki komorbit seperti
penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit pernapasan kronis, dan kanker memungkin tertular
COVID-19
Etiologi

Kasus COVID-19 pada manusia merupakan penyakit yang disebabkan oleh novel coronavirus,
selanjutnya diberi nama SARS-CoV-2 yang pertama kali dilaporkan oleh pejabat di Kota Wuhan,
China, pada Desember 2019. Virus corona lainnya, SARS-CoV- 1, merupakan penyebab wabah
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) pada tahun 2003, juga berkaitan erat dengan virus
corona lain yang diisolasi dari kelelawar.
Epidemiologi
Pada tanggal 31 Desember 2019, Tiongkok melaporkan kasus pneumonia misterius yang tidak
diketahui penyebabnya. Dalam 3 hari, pasien dengan kasus tersebut berjumlah 44 pasien dan terus
bertambah hingga saat ini berjumlah jutaan kasus. Pada awalnya data epidemiologi menunjukkan
66% pasien berkaitan atau terpajan dengan satu pasar seafood atau live market di Wuhan, Provinsi
Hubei Tiongkok. Sampel isolat dari pasien diteliti dengan hasil menunjukkan adanya infeksi
coronavirus, jenis betacoronavirus tipe baru, diberi nama 2019 novel Coronavirus (2019-nCoV).
Tinjauan Klinis
A. Patogenesis
Melalui membrane mukosa terutama nasal dan laring virus masuk paru-paru melalui
traktus respiratorius. Virus mengekspresikan Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE2)
dan menyerang organ target. Sel host memiliki peran untuk memperbanyak diri dan
membuat coronavirus tetap hidup. Setelah menemukan sel host sesuai tropismenya, terjadi
penempelan virus ke sel host coronavirus akan mengkode glikoprotein permukaan yaitu
protein spike (protein S).
Setelah ikatan itu terjadi, protease pada inang akan memecah protein S virus yang selanjutnya
akan menyebabkan terjadinya fusi peptida spike dan memfasilitasi masuknya virus ke dalam
tubuh inang. Terjadilah translasi replikasi gen dari RNA genom virus, kemudian sintesis virus
RNA melalui translasi dan perakitan dari kompleks replikasi virus, virus dirakit dan dirilis.
Setelah terjadi transmisi virus masuk ke saluran napas atas kemudian bereplikasi di sel epitel
saluran napas atas, kemudian menyebar ke saluran napas bawah.
Manifestasi Klinis
COVID-19 dibedakan menjadi tanpa gejala, ringan, sedang, berat dan kritis
berdasarkan dari beratnya kasus, yaitu :

• Tanpa gejala
Kondisi ini merupakan kondisi paling ringan, pasien tidak mengalami gejala.

• Ringan
- Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa hipoksia. Gejala yang muncul
seperti :Demam, Batuk, Fatigue, Anoreksia, Napas pendek, dan Mialgia
• Sedang

Pasien dengan tanda klinis pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) tetapi tidak ada tanda
pneumonia berat termasuk SpO2 > 93% dengan udara ruangan ATAU pada anak-anak : pasien
dengan tanda klinis pneumonia tidak berat (batuk atau sulit bernapas + napas cepat dan/atau tarikan
dinding dada) dan tidak ada tanda pneumonia berat).

• Berat / Pneumonia Berat


Pada pasien remaja atau dewasa : tanda klinis pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat)
ditambah satu dari: frekuensi napas > 30 x/menit, distres pernapasan berat, atau SpO2 < 93% pada
udara ruangan ATAU pada pasien anak-anak : tanda klinis pneumonia (batuk atau kesulitan
bernapas)

• Kritis
Pasien dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok sepsis
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis
terutama gambaran riwayat perjalanan atau riwayat kontak erat dengan kasus terkonfirmasi atau
bekerja di fasyankes yang merawat pasien infeksi COVID-19 atau berada dalam satu rumah atau
lingkungan dengan pasien terkonfirmasi COVID-19 disertai gejala klinis dan komorbid. Pemeriksaan
penunjang dapat dilakukan sesuai dengan derajat morbiditas.
Tatalaksana
Prinsip tatalaksana secara keseluruhan menurut rekomendasi WHO yaitu: Triase : identifikasi
pasien segera dan pisahkan pasien dengan severe acute respiratory infection (SARI) dan
dilakukan dengan memperhatikan prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) yang
sesuai, terapi suportif dan monitor pasien, pengambilan contoh uji untuk diagnosis laboratorium,
tata laksana secepatnya pasien dengan hipoksemia atau gagal nafas dan acute respiratory distress
syndrome (ARDS), syok sepsis dan kondisi kritis lainnya
Persyaratan Autopsi
Jika jenazah seseorang yang suspek atau terkonfirmasi COVID-19 akan diautopsi, fasilitas pelayanan
kesehatan harus memastikan adanya langkah-langkah keamanan untuk melindungi petugas autopsi,
termasuk:

• APD yang sesuai harus tersedia


• Selalu gunakan respirator partikulat (N95 atau FFP2 atau yang setara ketika
menjalankan prosedur yang menghasilkan aerosol, seperti penggunaan gergaji power saw
atau pencucian usus
• Lakukan autopsi di ruangan berventilasi cukup
• Jumlah staf yang terlibat dalam prosedur autopsi dibatasi
• Pencahayaan cukup.
Persyaratan Autopsi
Namun pada kondisi pandemi seperti ini dan jenazah dicuriagi atau didiagnosa COVID-19
perlu adanya ketentuan khusus dalam pemeriksaan jenazah.

• Pemeriksaan post-mortem, bila terindikasi, pada jenazah terduga atau kemungkinan terinfeksi COVID-19
harus dilakukan di rumah sakit di mana jenazah itu berada.
• Untuk kasus-kasus yang meninggal di UGD atau bangsal, dokter yang bertugas harus memohon persetujuan
dari kerabat terdekat untuk melakukan autopsi.
• Untuk kasus BID (B) dengan surat keterangan post-mortem dari polisi, pemeriksaan harus dilakukan oleh
ahli patologi forensik.
• Staf harus mengenakan perlengkapan pelindung pribadi untuk post-mortem yang sangat menular saat
menangani jenazah.
• Pemeriksaan post-mortem harus benar-benar dilakukan sesuatu dengan prosedur dan langkah-langkah
pencegahan mengenai penggunaan perlengkapan pelindung pribadi yang disarankan dan ruang autopsi yang
memenuhi standar keamanan bio level (BSL) 2
• Tiga atau empat personil terlatih melakukan pemeriksaan post-mortem.
• Spesimen dari jalur pernafasan untuk COVID-19 uji PCR dan spesimen darah untuk uji
serologi harus diambil sesegera mungkin dan dikirimkan ke Departemen Patologi (rujuk
panduan COVID-19 untuk Indonesia).
• Hanya satu orang yang melakukan pembedahan sepanjang pemeriksaan.
• Pencegahan luka pada kulit
• Kebersihan mutlak dijaga
• Sangat penting untuk mentaati aturan dan teknik-teknik autopsi yang aman secara ketat.
• Spesimen harus dikumpulkan sesuai prosedur lokai annex 5b.

• Spesimen yang sudah dikumpulkan harus ditata kelola sesuai prosedur lokal annex 5c.

• Saat menjahit kembali jenazah, pastikan staf menggunakan pemegang jarum.


• Penanganan jenazah meliputi;
- Lapis pertama: Jenazah dibungkus dengan kain katun linen putih.
- Lapis kedua: Letakkan jenazah ke dalam kantung mayat (body bag).
- Lapis ketiga: Letakkan jenazah ke dalam kantung mayat kedua, lalu usap dengan larutan
desinfektan/0.5% natrium hipoklorit.
• Jenazah akan disemayamkan dalam kompartemen jenazah sebelum pembuangan
• Seluruh ruang otopsi harus dibersihkan dan dipel
• Personil otopsi harus menyemprotkan desinfektan pada tubuh mereka sebelum melepaskan
perlengkapan pelindung pribadi mereka
Pemeriksaan Penunjang Jenazah

Apabila penyebab kematian melalui pemeriksaan luar postmortem tidak dapat ditentukan maka
perlu dilakukan autopsi baik autopsi forensik maupun klinis. Namun perlu diperhatikan bahwa
autopsi juga belum dapat dikatakan menentukan sebab kematian kausalitas.

kausal perlu pemeriksaan lain (histologis, patologis, toksikologis, biokimia, biologi molekuler, dan
sebagainya). Berdasarkan hasil penelitian oleh Konopka et al., 2020 didapatkan hasil histopatologis
pada paru-paru seorang jenazah laki-laki usia 37 tahun dengan positif COVID-19 didapatkan
gambaran Diffuse alveolar damage dan Pneumonia fibrinosa yang merupakan salah satu tanda
kerusakan paru-paru akibat COVID-19.
THANKS!

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by


Flaticon, infographics & images by Freepik and illustrations by Stories

Anda mungkin juga menyukai