Anda di halaman 1dari 162

KEGAWATDARURATAN MEDIK

SOAL COMPRE ANES


2012 2013 2014
RJP in Hospital RJP in + ROSC RJP In
ET RJP OUT ET
Syok Hipovolemik ET RJP Out
Syok Anafilaktik Syok Hipovolemik
1. PRIMARY SURVEY
Quick Diagnosis – Quick Treatment
PENILAIAN KEADAAN PASIEN DAN PRIORITAS TERAPI
Berdasarkan gangguan yang terjadi, jenis perlukaan,
tanda2 vital dan mekanisme trauma.

A ─B─ C─ D ─ E
ASESSMENT
DX
u
Buk p
TREATMENT com
re
MONITORING 820
PASIEN TRAUMA/ NON TRAUMA

A = airway
LIFE
B = breathing
SUPPORT
C = circulation
Resusitasi
D = disability
Stabilisasi

TERAPI DEFINITIF/
SPESIALISTIK
A ─B─ C─ D ─ E

A= Airway, bebaskan jalan nafas, Lindungi C-spine


B= Breathing, beri bantuan nafas, tambah oksigen
C= Circulation, hentikan perdarahan, beri infus
D= Disability/SSP (status neurologis), cegah TIK ↑
E= Exposure, buka semua baju, cegah hipotermi

Pasien obstruksi (A) atau apneu (B) akan mati dalam 3-5
menit
Pasien shock berat (C) akan mati dalam 1-2 jam
Pasien coma (D) akan mati dalam 1 minggu

5
AIRWA
Pasang CERVICAL
Y COLLAR sebelum
1. ASESSMENT AVPU
SUMBATAN JALAN
2. DX NAPAS dan menentukan
AIRWAY CLEAR ATAU UNCLEAR derajat hipoksia (ringan /
sedang / berat)
3. TREATMENT
TAM (Head tilt-Chin lift dan
Jaw trust) Pulse oxy Derajat hipoksi
NRM (FACEMASK) 95-100% DBN
VTP 90- <95% Ringan- sedang
OPA
85- <90% Sedang-berat
ET
<85% Berat mengancam
jiwa
4.MONITORING
SATURASI OKSIGEN
BREATHING
1. ASESSMENT
2. DX
BREATHING CLEAR ATAU UNCLEAR
Pneumothorax tension dan open, hematothorax, fail
chest, cardiac temponade
3. TREATMENT
Thorakosintesis, NRM,VTP
4.MONITORING
Dada Simetris, Saturasi oksigen meningkat, RR turun,
auskultasi dada vesikuler, perkusi dada sonor
CIRCULATION
1. ASESSMENT

WAKTuN
ya
2. DX
CIRCULATION CLEAR ATAU UNCLEAR
3. TREATMENT
TEKANAN LANGSUNG PERDARAHAN EKSTERNAL
INFUS (RESUSITASI CAIRAN)
KATETER URIN
4.MONITORING
DISABILITY
1. ASESSMENT
2. DX
DISABILITY CLEAR ATAU UNCLEAR
3. TREATMENT
STABILISASI ATAU IMOBILISASI

4.MONITORING
ABCD
ENVIRONMENT
1. ASESSMENT
LOOK : LOG ROLL

2. DX
ENVIRONMENT CLEAR ATAU UNCLEAR
(FRAKTUR ATAU PERDARAHAN TEMPAT LAIN)
3. TREATMENT
KENA TULANG PANJANG (BIDAI DENGAN MITELA)
FRAKTUR PELVIS (KORSET ATAU BANDAGE GURITA)
FRAKTUR CLAVIKULA (FIGURE OF EIGHT)

4.MONITORING
ABCDE
AIRWAY
Metode Head tilt- chin lift
• Baringkan orang yang tidak sadarkan diri
dalam proses terlentang pada alas yang keras
dan datar
• Angkat dagu dengan satu tangan sambil
menekan dahi ke bawah dengan tangan
satunya. Posisi ini membuat struktur jalan
napas berada di posisi satu garis lurus
Metode Jaw Trust ( Kalau dicurigai cedera
spinal)
• Baringkan orang yang tidak sadarkan diri
dalam posisi terlentang pada alas yang keras
dan datar
• Letakkan jari-jari kedua tangan Anda pada
masing-masing sisi samping rahang orang yang
tidak sadarkan diri tersebut
• Angkat rahang dengan kedua tangan. Rahang
akan tertarik ke depan, membuka jalan napas.
POSISI TRENDELENBURG
Oropharryngeal Airway ( OPA )

• Masukan OPA dengan bantuan spatula lidah


atau cross finger menghadap keatas dan
rotasikan 1800
• Alat ini digunakan saat reflex muntah pasien
sudah diatasi dan dapat digunakan untuk
mencegah pasien menggigit lidah
Nasopharymgeal Airway
• Lubrikasi sebelum pemakaian

• Masukkan NPA melalui bagian median dan


inferior rongga hidung

• Dapat digunakan untuk pasien yang masih


terdapat reflex muntah dan pada pasien yang
memiliki gigi-gigi yang terketup rapat
Intubasi Endotrakeal
BUKU COMPRE HALAMAN 832
Indikasi Intubasi Endotrakeal
• Patensi jalan nafas inadekuat
• Oksigenasi inadekuat dan tidak bs dikoreksi masker oksigen
• Ventilasi inadekuat
• Henti jantung
• Untuk mengeluarkan secret pulmonal
• Asfiksi
• Obstruksi laring berat (korban kebakaran atau trauma inhalasi)
• Tidak sadar > 24 jam
• Anestasi umum
• Insufisiensi respi paska operatif
TATACARA PEMASANGAN ET DAN OBAT
YANG DIBERIKAN
BUKU COMPRE HALAMAN 833-834
TATALAKSANA TERSEDAK PASIEN
YANG SADAR (BUKU COMPRE HAL
834)
TANDA DAN GEJALA
• Memengangi leher dengan satu atau kedua
tangan

• Suara napas bising, tercekik, batuk

• Tidak dapat berbicara atau mengeluarkan


suara
TINDAKAN YANG DILAKUKAN
BUKU COMPRE HAL 835
• Pastikan apakah jalan napasnya tersumbat. Tanyakan “ Apakah Anda tersedak ? Bisakah Anda
berbicara ? Bisa Saya bantu? “

• Jika Anda memastikan bahwa jalan napasnya tersumbat :

• Berdiri di belakang orang yang tersedak dan lingkarkan lengan Anda pada pinggangnya.
Tentukan pusar pada orang tersebut
• Jika orang yang tersedak obesitas atau hamil, lingkarkan lengan Anda di dada
• Kepalkan tangan Anda
• Letakkan sisi ibu jari tepat di atas pusar
• Tentukan bagian tengah dada jika orang tersebut obesitas atau hamil
• Tekan genggaman tangan Anda ke arah abdomen dengan cepat dan arahkan ke atas dan ke
dalam
• Gunakan hentakan ke arah punggung bila orang tersebut obesitas atau hamil
• Gerakan yang Anda lakukan akana mendorong udara dari paru seperti aat batuk. Hal ini dapat
membantu untuk mengeluarkan objek.
TATALAKSANA TERSEDAK PASIEN YANG
TIDAK SADAR (BUKU COMPRE HAL 835)
GEJALA DAN TANDA
• Tidak sadarkan diri karena tersedak
• Gagal bernapas
• Sianosis di sekitar bibir dan kulit
• Tidak mampu memasukkan udara ke paru
dengan napas buatan
TINDAKAN YANG DILAKUKAN
• Periksa respons. Tepuk bahu orang tersebut. Tanyakan “
Apakah Anda baik-baik saja? “Perhatikan apakah orang
tersebut bergerak atau mengeluarkan suara
• Jika terdapat pernapasan yang tidak normal atau tidak ada
pernapasan dan terdapat orang lain, minta seserorang
untuk memanggil bantuan, atau call for help
• Setiap kali Anda membuka mulut korban untuk
memberikan napas buatan :
• Lihat ke dalam mulut korban apakah terdapat sesuatu,
misalnya potongan makanan yang tersangkut di
tenggorokan
• Jika Anda melihat benda tersebut, jangan mendorongnya semakin jauh ke
dalam tenggorokan,tetapi gunakan jari Anda untuk mengeluarkan benda
tersebut

• Jika Anda tidak melihat benda yang menyumbat, jangan pernah memasukkan
jari Anda untuk mencari benda ( blind finger sweep)

• Kompresi dada dan RJP 5 siklus ( 30 kompresi dada dan 2 napas buatan) dapat
mendorong udara dari paru shingga dapat mengeluarkan benda yang
tersumbat

• Setelah penolong kedua datang, lakukan RJP pada korban dewasa dengan rasio
30 kompresi diikuti napas buatan. Untuk dua penolong pada korban anak
dilakukan RJP dengan rasio 15 kompresi yang diikuti dengan 2 napas buatan.
TATALAKSANA TERSEDAK PASIEN YANG
SADAR PADA BAYI KURANG DARI 1 TAHUN
(BUKU COMPRE HAL 836-837)
Tanda dan Gejala
• Tidak mampu bernapas atau menangis
• Suara sperti berkokok ( crowing) dengan nada
tinggi
• Tiba-tiba terdengar mimpi atau suara napas
berisik
Tindakan yang dilakukan
• Pastikan apakah jalan napas tersumbat. Dengarkan suara naps yang berisik atau
bernada tinggi

• Jika Anda memastikan bahwa jalan napas tersumbat, maka pegangi kepala dan leher
bayi dan baringkan bayi dalam posisi tengkurap pada lengan bawah Anda. Gunakan
paha atau pangkuan Anda sebagai penyokong, pertahankan kepala bayi lebih rendah
dari badannya

Lakukan tepukan punggung :


• Dengan tumit tangan Anda, pukul dengan cepat dan kuat sebanyak 5 kali di antara
kedua scapula bayi

• Balikkan posisi bayi menjadi terlentang pada lengan Anda yang satunya. Gunakan
paha atau pangkuan Anda sebagai penyokong, pertahankan kepala bayi lebih rentan
dari badannya
Lakukan penekanan dada :
• Letakkan dua jari Anda pada sternum tepat di
bawah garis putting
• Tekan dada dengan cepat sebanyak lima kali
sehingga dada tertekan 1/3 (1,5 inci) ( 4 cm )
hingga ½ kedalamannya setiap kali penekanan
TATALAKSANA TERSEDAK PASIEN YANG
TIDAK SADAR PADA BAYI KURANG DARI 1
TAHUN (BUKU COMPRE HAL 837)
Tanda dan Gejala
• Tidak sadarkan diri karena tersedak
• Gagal bernafas
• Sianosis di sekitar bibir atau kulit
• Tidak mampu memasukkan udara ke paru
dengan napas buatan
TINDAKAN YANG DILAKUKAN
• Periksa respons. Gosok perlahan punggung bayi
atau tepuk kaki bayi. Jangan mengguncang-
guncang tubuh bayi. Lihat apakah bayi bergerak
atau mengeluarkan suara

• Jika terdapat pernapasan yang tidak normal atau


tidak ada pernapasan dan terdapat orang lain,
minta seserorang untuk memanggil bantuan,
atau call for help
• Setiap kali Anda membuka mulut bayi untuk memberikan napas buatan :

• Lihat ke dalam mulut bayiapakah terdapat sesuatu, misalnya potongan makanan atau
mainan yang tersangkut di tenggorokan
• Jika Anda melihat benda tersebut, jangan mendorongnya semakin jauh ke dalam
tenggorokan,tetapi gunakan jari Anda untuk mengeluarkan benda tersebut

• Jika Anda tidak melihat benda yang menyumbat, jangan pernah memasukkan jari Anda
untuk mencari benda ( blind finger sweep)

• Kompresi dada dan RJP 5 siklus ( 30 kompresi dada dan 2 napas buatan) dapat
mendorong udara dari paru shingga dapat mengeluarkan benda yang tersumbat

• Setelah penolong kedua datang, lakukan RJP dengan rasio 15 kompresi yang diikuti
dengan 2 napas buatan.
BREATHING
GANGGUAN BREATHING
Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru,
dinding dada, dan diafragma.
Setiap komponen harus dievaluasi secara cepat
Gangguan ventilasi bisa disebabkan oleh :
1. Tension pneumothorax
2. Flail chest dengan kontusio paru
3. Open pneumothorax
4. Hemothorax masif
5. Tamponade Jantung
6. Hemothorax
7. Simple pneumothorax
8. Fraktur tulang iga
9. Kontusio paru
Penilaian Awal dan Tatalaksana
A. Penilaian
• Buka leher dan dada sambil menjaga imobilisasi
leher dan kepala
• RR dan dalamnya pernafasan
• Inspeksi dan palpasi leher dan toraks lihat : deviasi
trakea, ekspansi dinding dada simetris atau tidak,
pemakaian otot tambahan, dan tanda-tanda cedera
lain.
• Perkusi toraks untuk menentukan redup/
hipersonor/sonor
• Auskultasi toraks bilateral
B. Pengelolaan
• Pemberian Oksigen konsentrasi tinggi
• Ventilasi dengan alat Bag-Valve-Mask
• Menghilangkan tension pneumothoraks
• Menutup open pneumothorax
• Memasang sensor CO2 dari kapnograf pada ETT
• Memasang pulse oximeter
Survei sekunder dan pengelolaannya
A. TORAKS
• Penilaian
a. Inspeksi dinding dada bagian depan, samping, dan
belakang untuk adanya trauma tumpul ataupun tajam,
pemakaian otot tambahan dan ekspansi toraks bilateral
b. Auskultasi pada bagian depan dan basal untuk bising nafas
( bilateral) dan bising jantung
c. Palpasi seluruh dinding dada untuk adanya trauma
tumpul/ tajam, emfisema subkutan, nyeri tekan, dan
krepitasi
d. Perkusi untuk adanya hipersonor atau redup
• Pengelolaan
a. Dekompresi rongga pleura dengan jarum
atau tube thoracostomy sesuai indikasi
b. Sambungkan chest tube alat ke WSD
c. Tutup secara benar suatu luka terbuka toraks
d. Perikardiosintesis bila indikasi
e. Transfer penderita ke ruang operasi bila
diperlukan
Hal yang Identifikasi/ Penilaian Penemuan Konfirmasi
dinilai tentukan klinis dengan
Toraks -Perlukaan - Inspeksi -Paradoksal -Foto toraks
dinding dada - Palpasi - Nyeri tekan - CT- Scan
- Emfisema - Perkusi dada, krepitus - Angiografi
subkutan - Auskultasi - Bising nafas -
- Pneumo/ berkurang Bronchoskopi
hematotoraks - Bunyi - Tube
- Cedera jantung jauh torakostomi
bronkus - Krepitasi -
- Kontusio mediastinum Perikardiosin-
paru - Nyeri tesis
- Kerusakan punggung - USG Trans-
aorta torakalis hebat esofagus
TRAUMA YANG MENGANCAM JIWA PADA
BREATHING (PERNAFASAN)
• Nilai / periksa dg cepat : Look – Listen – Feel
• Airway problem vs breathing problem
Berbicara dalam kalimat panjang  tidak ada
problem breathing
• Berdiri di cranial penderita / dari arah kepala
LOOK
• Adakah jejas, luka terbuka (sucking chest
wound)
• Frekuensi pernapasan
• Simetris kanan-kiri ?
• Gerakan kedua hemithoraks : adakah yang
tertinggal, segmen flail chest ?
LISTEN
• Auskultasi : bandingkan kedua hemithoraks,
dimulai dari sisi sehat
• Apex dan basis paru
• Vesikuler menurun / hilang : apakah
hemothoraks atau pneumothoraks ?
FEEL
• Raba : emfisema subkutan ? Nyeri ? Fraktur
iga / sternum ?
• Ketok / perkusi : sonor, hipersonor, redup atau
pekak ?
• Dapat disimpulkan : normal, pneumothorax /
hemothorax ?
•Paling mengancam nyawa
Tension pneumothorax
Open pneumothorax
Flail chest dengan kontusio paru
Hemothorax masif
Tamponade jantung
•Potensial mengancam nyawa
Simple pneumothorax
Hemothorax
Kontusio paru
Trauma tumpul jantung
Disrupsi aorta traumatika
Ruptur diafragma traumatik
Ruptur tumpul esofagus
Emfisema subkutan
Crushing injury pada toraks (asfiksia traumatik)
1. Tension Pneumothorax

Terjadi akibat adanya kebocoran udara “one-way valve” dari paru atau
melalui dinding toraks. Udara didorong masuk ke rongga toraks tanpa
ada celah untuk keluar sehingga memicu terjadinya kolaps paru.
Penyebab :
- ventilasi mekanik dengan tekanan positif pada pasien dengan trauma
pleura visceralis.
- Komplikasi dari simple pneumothorax pasca trauma tumpul atau
tembus
- Defek traumatis pada dinding dada juga dapat memicu timbulnya
tension pneumothorax jika tidak ditutup dengan benar atau bila
defek berupa mekanisme flap-chest
- dislokasi tulang belakang pada fraktur vertebra torakalis
• Gejala :
- Nyeri dada
- Air hunger
- Distress nafas
- Takikardi
- Hipotensi
- Deviasi trakea menjauhi sisi yang sakit
- Hilangnya suara nafas di salah satu hemithorax
- Distensi vena jugular
- Elevasi hemithorax tanpa pergerakan nafas
- Sianosis
• Anamnesis
Keluhan : sesak,nyeri dada pada sisi yang sakit
Onset : mendadak
Kualitas : nyeri dada tajam
F. Memperberat : semakin nyeri jika menarik napas dalam,
terbatuk
Faktor resiko :
a.Infeksi, misal: Tuberkulosis, pneumonia
b.Trauma
c.Merokok
• Temuan klinis (PF) :
- KU dan TTV : Sesak, RR meningkat, Hipotensi, Takikardi
- Perubahan status mental
- Inspeksi : jejas hematom dinding dada, pergerakan
dada tertinggal di salah satu sisi
- Palpasi : distensi vena juguler, deviasi trakea, suara
fremitus menurun pada sisi yang sakit
- Perkusi : hipersonor pada salah satu sisi
- Auskultasi : suara nafas yang menghilang satu sisi
• Pemeriksaan Penunjang :
- Tension pneumothorax merupakan diagnosis
klinis, tidak perlu menunggu pemeriksaan
radiologis
- Pasien stabil : Foto toraks didapatkan garis
penguncupn paru yang sangat halus (pleural line),
dan avaskuler di sisi yang sakit. Bila disertai darah
atau cairan lainnya, akan garis mendatar yang
merupakan batas udara dan cairan (air fluid level)
• Dx : Tension Pneumothorax dextra/sinistra
• DD : Tamponade Jantung, Hemothorax masif
• Terapi :
- Needle Thorakosintesis
Lokasi : ICS 2 mid-clavicula diatas margo superior Iga 3
Tujuan : Mengubah tension pneumothorax menjadi simple pneumothorax
- Terapi definitif : Pemasangan chest tube di ICS 5 di sisi anterior midaksilaris
- Terapi komprehensif :
a. Oksigen
b. Jika ada tanda gangguan sirkulasi, dilakukan pemasangan IV line dengan
cairan kristaloid
c. Rujuk
• Edukasi
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga
mengenai :
a. Bahaya dan komplikasi pneumotoraks
b. Pertolongan kegawatdaruratan pada
pneumotoraks
c. Perlunya rujukan segera ke RS kriteria rujukan
segara rujuk pasien yang terdiagnosis
pneumtoraks, setelah dilakukan penanganan awal
2. Open Pneumothorax
Defek yang besar pada dinding dada yang tetap
terbuka dapat memicu terjadinya open
pneumothorax atau sucking chest wound. Jika
defek berukuran 2/3 dari diameter trakea,
udara akan cenderung mengalir keluar melalui
defek di dinding dada pada setiap upaya
pernafasan karena udara cenderung mengalir
ke tempat yang tekanannya lebih rendah.
• PF :
- KU dan TTV : hipoksia, hiperkarbia
- Inspeksi : Defek yang besar pada dinding dada,
sucking chest wound
• Dx : Open Pneumothorax Dextra/Sinistra
• DD : Hemothorax masif
• Terapi :
- Occlusive dressing yang steril,
- Pemasangan chest tube
3. Flail Chest
Terjadi saat segmen dinding dada tidak memiliki
kontinuitas tulang sehingga terjadi defek pada
rongga toraks. Terjadi karena multiple fraktur
kosta – yaitu 2 atau lebih tulang iga
mengalami fraktur pada dua tempat atau
lebih.
Masalah utama pada flail chest disebabkan oleh
adanya trauma paru.
• Anamnesis : nyeri saat bernafas
• PF :
- KU dan TTV : Hipoksia apabila terjadi trauma
pada paru, pernafasan lemah
- Inspeksi : tampak pergerakan dinding dada
paradoksal, pergerakan toraks asimetris
- Palpasi : krepitasi tulang iga, fraktur kartilago
• PP :
- Foto toraks : multiple fraktur kosta
• Dx : Flail chest
• DD : Kontusio paru
• Terapi :
- Ventilasi yang adekuat
- Pemberian oksigen humidifikasi
- Resusitasi cairan
- Cairan kristaloid intravena (apabila tidak ada hipotensi sistemik) dan
diawasi dengan ketat pemberiannya
- Pemberian analgesia seperti narkotika intravena atau anestesia lokal
maupun blok saraf pada interkosta, intrapleural, ektrapeural, epidral
4. Hemothorax Masif
Terjadi akibat akumulasi darah sebanyak 1500
mL atau spertiga/lebih dari total volume darah
yang mengisi rongga toraks.
Penyebab tersering adalah luka tembus yang
merobek pembuluh darah sistemik atau hiler
dapat juga terjadi akibat trauma tumpul.
• PF :
- KU dan TTV : tanda-tanda syok
- Inspeksi : luka pada dinding dada, pergerakan
dinding dada abnormal
- Palpasi : vena jugularis datar, apabila disertai
tension pneumothorax terjadi distensi vena jugular
- Perkusi : redup salah satu sisi hemithorax
- Auskultasi : penurunan suara nafas
• PP :
- Darah rutin
- Crossmatch dan golongan darah
• Dx : Hemothorax masif
• DD : Tension pneumothorax, Tamponade Jantung
• Terapi :
- Pengembalian volume darah dan dekompresi kavum toraks
- Pemasangan jalur intravena
- Pemberian kristaloid infus tetes cepat
- Transfusi darah
- Pemasangan chest tube
- Torakotomi (dilakukan oleh ahli bedah), jika darah yang dievakuasi 1500 mL
dibutuhkan torakotomi dini
5. Tamponade Jantung
Terjadi biasanya oleh luka tembus. Trauma
tumpul juga dapat menyebabkan terisinya
perikard dengan darah yang berasal dari
jantung, pembuluh darah besar, atau
pembuluh darah perikard.
• PF :
Trias Beck ( peningkatan tekanan vena, penurunan
tekanan nadi, suara jantung yang menjauh).
- KU dan TTV : Nadi turun
- Inspeksi : luka pada dinding dada
- Palpasi : distensi vena jugular, apabila terjadi
hipovolemi maka distensi dapat menghilang
- Auskultasi : suara jantung menjauh
• PP :
- EKG
- FAST ( focus assesment sonography in trauma)
- Pericardial window
- USG, pada pasien dengan hemodinamik yang tidak
stabil
• Dx : Tamponade Jantung
• DD : Tension pneumothorax, Trauma tumpul
jantung
• Terapi :
- Pemberian awal cairan intravena
- Perikardiosintesis subxyphoid
- Tindakan bedah untuk pemeriksaan jantung
dan repair trauma
- Perikardiotomi via torakotomi, hanya
dilakukan oleh ahli bedah
Prinsip Terapi Oksigen
TUJUAN terapi oksigen
• Menurunkan kerja nafas
• Menurunkan kerja jantung
• Mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan

INDIKASI terapi oksigen


• Henti jantung dan henti nafas
• Gagal nafas akut
• Syok oleh karena berbagai penyebab
• Infarkmiokard akut
• Keracunan gas CO
• Anemia berat
Metode Pemberian Oksigen

1. Sistem aliran rendah


A.) Aliran rendah konsentrasi rendah
• Kanul binasal (Aliran 1-6 liter/menit
memberikan Fio2 24-44 %)
B.) Aliran rendah konsentrasi tinggi (VENTILASI MASKER)
• Simple face mask (sungkup muka sederhana)
Aliran 6-10 liter/menit memberikan Fio2 60%
• Rebreathing mask (sungkup muka kantong rebreathing)
Aliran 6-10 liter/menit memberikan Fio2 80%,
udara inspirasi sebagian bercampur dengan udara ekspirasi. Sepertiga
bagian volume ekshalasi masuk ke kantong, duapertiga volume
ekshalasi melewati lubang bagian samping.
• Non rebreathing mask
Aliran 8-12 liter/menit memberikan Fio2 100%.
Udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekshalasi karena ada
katupnya dan tidak juga dipengaruhi udara luar.
REBREATHING
MASK

NON REBREATHING
MASK
Nilai pulse oxymetri
95 - 100 %  normal  Kanul Nasal
90 - <95%  hipoksia ringan-sedang  Sungkup
muka sederhana ( Rebreathing mask/Non
rebreathing mask )
85 - <90%  hipoksia sedang-berat  Ventilasi
dibantu  Bag Valve Mask atau Ventilator
<85%  hipoksia berat mengancam jiwa 
Ventilasi dibantu  Bag Valve Mask atau Ventilator
Cara Pemberian Aliran O2 (L/mnt) FiO2 (%)

Nasal kanul 1–2 24 – 28


3–4 30 – 35
5–6 38 – 44
Simple face mask 6-10 35-60
Non-rebreathing mask 6-7 60-70
8-9 80-90
10 – 15 95 – 99
Masker venturi aliran tetap 24 – 35
Head box 8 – 10 40
Ventilator mekanik bervariasi 21 – 100
Manajemen Breathing (pemberian
bantuan nafas/ventilasi)
1. Sadar + nafas spontan  suplementasi
oksigen untuk mempertahankan saturasi
oksigen 93-97 %
2. Sadar + gagal nafas  pemberian oksigen
menggunakan bag valve mask
3. Cardiac arrest  bantuan nafas 2x setelah
kompresi dada 30x
INDIKASI BAG VALVE MASK
- Pengembangan dada tidak adekuat
- Henti nafas
- Saturasi oksigen ekstrem <80%
- Pasien tidak sadar (syarat tidak mutlak)
Bag valve mask
Volume kantong bervariasi, biasanya 2 liter, alat ini
digunakan untuk pemberian bantuan nafas yang
disambungkan dengan sumber oksigen.
Kecepatan aliran oksigen  12 liter/menit
(memberikan FiO2 74%)
Teknik pemakaian  C-E clamp
ibu jari dan jari telunjuk membentuk huruf C 
mempertahankan sungkup di muka pasien
jari ke 3, 4 dan 5 membentuk huruf E
mengekstensikan dagu dan rahang bawah sehingga
lidah terangkat dari belakang faring dan membuka
jalan nafas.
CHECK LIST
Mengucapkan salam,
memperkenalkan diri
Membaca bismillah
Mempersilahkan penderita untuk
berbaring terlentang
Menyampaikan kepada penderita
tentang apa yang akan di lakukan
terapi oksigen
Cuci tangan sebelum tindakan dan
menggunakan APD
Melakukan pemasangan pulse
oxymetri dengan benar pada jari
pasien untuk menilai saturasi
oksigen (di ujung jari telujuk dan
memastikan bahwa posisi lampu
LED tepat di atas kuku pasien)
Melakukan pembacaan angka yang
tertera pada pulse oxymetri dan
menentukan derajat hipoksia
Mempersiapkan alat oksigen
Menyambungkan selang oksigen ke
tabung oksigen
Memasang canul/sungkup ke
hidung penderita
Memfiksasi selang oksigen supaya
tidak lepas
Menentukan dosis oksigen sesuai
masalah klinis
Melakukan observasi pemberian
oksigen dengan tepat memantau
secara berkala saturasi pada pulse
oxymetri
Cuci tangan post-tindakan
CIRCULATION
TRIAD KARDIOVASKULER

Masalah Volume dan


Masalah Rate Masalah Pump Resistensi Vaskuler
SYOK KARDIOGENIK SYOK KARDIOGENIK SYOK HIPOVOLEMIK
SYOK DISTRIBUTIF
TANDA DAN GEJALA SHOCK
Syok Kardiogenik

3B
Definisi
• Syok: Sindroma klinis kompleks ditandai oleh
gangguan metabolisme selular dikarenakan
oleh penurunan perfusi jaringan

• Syok Kardiogenik: ditandai dengan penurunan


kekuatan kontraksi serat miokardium yang
mengakibatkan penurunan curah jantung
Anamnesis
- Pasien datang dengan nyeri dada
Pemeriksaan Fisik
• TD sistolik < 90 mmHg
• HR > 100 x/mnt
• Nadi lemah
• Pernapasan Takipnea
• Gelisah, pucat, kulit dingin dan basah,
sianotik, menurunnya kesadaran
• Penurunan bunyi jantung
• Urin output < 30 ml/jam
Diagnosis Banding
1. Syok Hipovolemik
2. Syok Distributif
3. Syok Obstruktif
Pemeriksaan Penunjang
1. EKG
2. Ekokardiografi
3. Hemodinamik monitoring
4. Cardiac Marker meningkat (CK, CKMB,
troponin I dan T)
5. Px. Analisa gas darah (AM) dan atau laktat
Nama Obat Indikasi Sediaan Dosis Obat

1) Dopamin - Syok Kardiogenik Ampul 200 Drip : 1 – 5 mcg/kg/min


- Terapi tambahan pada mg/10 mL  dapat ditingkatkan
syok jenis lain setelah sampai 5-10 mcg/kg/min
koreksi faktor penyebab  
shock *Syok berat  diberikan
sampai 20 dosis  50
mcg/kg/menit
 

2) Dobutamin - Syok Kardiogenik Dobutamin Drip 2-15 mcg/kg/min


- Terapi tambahan pada HCL 250 dalam keadaan berat
syok jenis lain setelah mg/20 ml dapat ditingkatkan
koreksi faktor penyebab sampai 40 mcg/kg/min
syok
 

3) NorEpinefrin - Hipotensi dan syok Ampul 4 1 ampul 4 mg dilarutkan


- Obat tambahan pada mg/4 ml dalam 1000 ml dextrose
henti jantung 5%  Infus 0,5-1
  ml/menit
Syok Hipovolemik

3B
Syok Hipovolemik
Sindrom klinis akibat kegagalan perfusi dan suplai oksigen disebabkan oleh hilangnya
sirkulasi volume intravaskuler sebesar >20 -25% sebagai akibat dari perdarahan akut,
dehidrasi, kehilangan cairan pada ruangan ketiga atau akibat sekunder dilatasi arteri
dan vena
 Anamnesis
Pasien datang dengan lemas atau tidak sadarkan diri
Kronologi
Tanda dan gejala
Tanda gejala awal :
tingkat kesadaran yang berubah2 agitasi dan kegelisahan atau
depresi sistem saraf pusat
Px fisik/PS
• TTV : TD menurun, Nadi meningkat, RR meningkat,
Suhu menurun
• ABCD
• Tanda- tanda non spesifik
Kulit dingin, lembab, hipotensi ortostatik, takikardi
dan vasokontriksi
• Hipotensi dan penyempitan tekanan denyut
( tanda hilangnya cairan yang berat dan syok)
• Hipotermia tanda dari hipovolemia berat
DD
Penatalaksanaan Komperhensif
• Pengenalan dan restorasi yang cepat dari perfusi adalah
kunci pencegahan disfungsi organ multipel dan kematian
• Pilihan pertama kristaloid (ringer laktat/ringer asetat)
bila perlu transfusi darah
• Infus cepat kristaloid melalui kanula vena atau melalui
vena sentral
• Perdarahan diberikan 3-4 kali dari jumlah perdarahan
• Resusitasi komplit jika laktat kembali normal
1. INITIAL MANAGEMENT OF HAEMORRHAGIC SHOCK
Diagnosis dan pengelolaan harus dilakukan simultan:
THE BASIC PRINCIPLE IS STOP THE BLEEDING AND REPLACE
THE VOLUME LOSS
A. PHYSICAL EXAMINATION
Immediately diagnosing life-threatening injuries
Airway and breathing: Priority
Circulation:
• haemorrhage control : direct pressure to bleeding site
• assessment of perfusion
• may require operative intervention to control internal
bleeding
• Disability: neurologic exam: GCS, pupil: light reflect, pupil
size
• Exposure: complete exam, prevent hypothermia
• Gastric dilation: decompression with NG tube
• Urinary catheter insertion: renal function and haematuria
B. VASCULAR ACCESS LINES
• Must be gained promptly
• With two 16 G (minimum) peripheral IV cannulae (short large
cannulae)
• Withdrawn blood: for type, cross match, full blood count
Prinsip terapi Cairan
• Tipe cairan resusitasi
1. Cairan yg mengandung sel darah merah
(packed red cells)
2. Cairan molekul besar fungsinya
meningkatkan volume plasma : larutan
albumin, hetastarch, dextran
3. Cairan elektrolit dan molekul kecil untuk
meningkatkan cairan ekstraseluler : kristaloid
C. INITIAL FLUID THERAPY
• Isotonic crystalloid solutions for initial resuscitation
• Initial fluid bolus is given as rapidly as possible
• Dose: 1-2 L (adult), 20 ml/kg (paediatric)
• “3 for 1 rule” : 3L of crystalloid fluid needed to replace each
litre of blood lost
• Warming fluids –Plasma and Crystaloid
• Almost all trauma patient suffered from some degree of
hypothermia
• Warming crystalloid fluid to 39 C
• Evaluate patient respons:

prabowo wicaksono 124


Evidence of adequate end organ perfusion and oxygenation:
• Urine output: adequate renal perfusion
• 0.5 ml/kg/hour (adult)
• 1 ml/kg/hour (paediatric)
• Level of consciousness
• Pulse rate
• Pulse pressure
• Blood pressure
Patient’s response to initial fluid therapy is the key to
determining subsequent therapy
7. BLOOD REPLACEMENT
A. PRC VS WB
• Either may be used in trauma patient
• Component therapy is usually used; maximise blood product
available
• Purpose: to restore the O2 carrying capacity on the
intravascular volume
• Crystalloid can be used for volume replacement itself

B. Crossmatched, Type-specific and Type O Blood


• Full crossmatched:
• Preferable.
• Availability: 1 hour
• For patient who stabilise rapidly (fast responder)
C. Type specific blood:
• Availability: 10 minutes,
• ABO and RH compatible
• For patient with transient response

D. O-neg blood
• Uses in exsanguinating haemorrhage
• Can not wait for type specific blood
• In multiple casualties; no risk of accidental wrong patient
administration
B. RECENT DEVELOPMENT IN RESUSCITATIVE STRATEGIES
FOR TRAUMATIC HEMORRHAGIC SHOCK
• Perdarahan : masih merupakan penyebab utama kematian
pada trauma
• Selama perdarahan belum dapat dikontrol, tujuan pengelolaan
adalah:
Pertahankan oxygen delivery untuk membatasi hipoksia
jaringan, inflamasi dan disfungsi organ
1. CYRSTALLOIDS VS COLLOIDS
Berdasar EBM (Evidance Based Medicine):
Belum terbukti jenis cairan yang superior pada trauma
KOLOID:
Ekspansi plasma cepat dan persisten: peningkatan tekanan
onkotik lebih cepat
Tujuan sirkulasi tercapai lebih cepat
KRISTALOID:
Lebih murah.
Resusitasi kristaloid jumlah besar: udem jaringan, asidosis
hiperkloremik
Penelitian: meta analisis atau systematic review ??
2. VASOPRESSOR AGENTS
• Resusitasi cairan: strategi pertama untuk pulihkan MAP pada
syok hemoragik
• Agen vasopressor: USE WITH CAUTION !!!
• Dibutuhkan SEMENTARA untuk pertahankan tekanan arterial
dan perfusi jaringan;
• Apabila terdapat hipotensi persisten, meski resusitasi cairan
sedang berjalan dan hipovolemi belum terkoreksi.
• MAP adalah penentu utama perfusi jaringan
• DOC: Norepinefrin (NE)
• Simpatomimetik, dominan vasokonstriktif.
• α-adrenergik stimulation: arterial and vena (splanchnic);
alihkan volume darah vena ke sirkulasi sistemik.
• β-adrenergik stimulation: menurunakan resistensi vena,
meningkatkan venous return.
• Rekomendasi target SBP (systolic blood pressure) : 80-90
mmHg
• Resusitasi cairan tetap dilanjutkan
3. HOW MUCH FLUID AND MAP TARGET
Mean arterial pressure (MAP): tekanan perfusi ke semua organ
MAP: target resusitasi cairan dini
Resusitasi cairan terlalu agresif: BAHAYA MENINGKATKAN
PERDARAHAN
Penyebab:
• Koagulopati: dilusi faktor koagulasi dan sebabkan hipotermia
• MAP terlalu tinggi: cegah pembentukan clot
Konsep “ resusitasi hipotensif” atau “ resusitasi volume rendah”
• Resusitasi volume minimal lebih terpilih dibanding resusitasi
cairan agresif sebelum perdarahan aktif dapat dikontrol.
• Cegah hemodilusi dengan pembatasan cairan resusitasi dan
tranfusi darah
• Hanya transfusi darah dapat memperbaiki oksigenasi jaringan

CONSIDER BLOOD TRANFUSION EARLY DURING THE


MANAGEMENT OF HEMORRHAGIC SHOCK TO IMPROVE
MICROVASCULAR OXYGEN DELIVERY
• Bilamana resusitasi cairan diakhiri :
a.Kriteria klinik : tekanan darah, nadi, volum urin
dan CVP sudah mencapai nilai normal
b.Oksigenasi sitemik sudah tercapai, yang di
tandai :
oxigen uptake (VO2) = 100 mL/menit/m2
Arterial base defisit = 2mMol
Laktat Serum < 2mEq/L
REAKSI ANAFILAKSIS
Reaksi Anafilaktik
Reaksi hipersensitifitas generalisata atau
sistemik yang beronset cepat, serius dan
mengancam.

Reaksi anafilaktik hebat  syok anafilaktik 


perlu penanganan cepat

Faktor resiko : riwayat alergi


Anamnesis (subjektif)
Keluhan :
1. Gangguan respirasi (bersin, hidung tersumbat,
batuk dan sesak napas)
2. Gangguan sirkulasi (hipovolemik)

- Gejala prodromal  gejala pada kulit (gatal dan


kemerahan pada kulit)
- Gangguan gastrointestinal: keram perut, mual,
muntah sampai diare
Pemeriksaan fisik (objektif) dan penunjang
sederhana
Pasien tampak:
-Sesak
-RR ↑
-Sianosis (karena edema laring dan bronkospasme),
-takikardia
-edema periorbital
-mata berair
-hiperemi konjungtiva
-urtikaria dan eritema (tanda prodromal pd kulit)
-Hipotensi  menonjol pd syok anafilaktik
Penegakkan diagnosis (assessment)
Kriteria dari World Allergy Organization:
1. Gejala onset akut yg melibatkan kulit dan jaringan
mukosa dan sedikitnya ada salah satu tanda berikut:
a. Gangguan respirasi
b. Penurunan tekanan darah/ gejala krn keagalan organ
target
2. Atau, dua atau lebih gejala berikut setelah terpapar
alergen yang mungkin:
a. Keterlibatan jaringan mukosa dan kulit
b. Gangguan respirasi
c. Penurunan tekanan darah/ gejala krn keagalan organ
target
d. Gejala GIT persisten (kram abdomen, muntah)
3. Atau, penurunan tek. Darah setelah terpapar
alergen yg telah diketahui, sesuai kriteria
berikut:
a. Bayi dan anak : Tek. sistolik rendah
b. Dewasa : Tek. sistolik <90mmHg
DD
1. Beberapa kelaianan menyerupai anagilaksis:
- Serangan Asma akut
- Sinkop
- Gangguan cemas
- Urtikaria akut generalisata
- Kelainan kardiovaskuler akut
- Kelainan neurologis akut
Komplikasi
1. Koma
2. Kematian
Obat-obatan
1. Adrenalin 0,3-0,5 ml dari larutan 1:1000 IM
dpt diulang 5-10 menit
2. Antihistamin dan kortiosteroid (pilihan kedua
setelah adrenalin)
Penatalaksanaan
Nama Obat Indikasi Sediaan Dosis Obat

1) Epinefrin/ - Reaksi Anafilaksis Ampul 1mg/ml - Reaksi Anafilaksis


Adrenalin - Henti Jantung  
- Asma Bronkial 0,3 – 0,5 mg SC atau IM ( Dianjurkan
IM )  Diulang 5-10 menit
 
*Dapat diikuti dgn infus 1 mg dalam 250
ml dextrose 5 %  Dosis: 1-4
mcg/menit  kontinu dgn kecepatan
100 mcg/menit
 
- Henti Jantung
 
1-2 ampul IV  Diulang tiap 3-5 menit
 
*Kadang diberikan secara intrakardial
 
- Asma Bronkial
 
0,3 – 0,5 mg SC atau IM ( sudah tidak
dianjurkan )
 
*dapat diberikan secara inhalasi
menggunakan spray atau aerosol
 
Konseling dan Edukasi
1. Keluarga perlu diberi tahu menganai
penyuntikan apapun yang telah dilaporkan
bersifat antigen
2. Penderita yg tergolong resiko tinggi perlu
diwaspadai
3. Jangan menyuntikan obat yang pernah
menimbulkan riwayat alergi meskipun
reaksinya kecil.
Kriteria rujukan
Tangani kegawatan tidak ada perbaikan
rujuk ke layanan sekunder
Prognosis
Dubia ad bonam

“Tergantung kecepatan diagnosa dan


pengelolaanya, semakin cepat semakin baik”
SYOK SEPSIS
• Tingkat kemampuan : 3B
• Masalah kesehatan
Sepsis adalah sindrom inflamasi respon sistemik dengan
bukti infeksi dan bila ditemukan “2” dari kondisi ;
– Demam ( suhu oral > 38 derajat celcius) / hipotermia ( < 36
derajat celcius)
– Takipneu ( > 24 x/m)
– Takikardia (denyut jantung > 90 x/m)
– Leukositosis ( >12.000 /L), Leukopenia ( < 4.000 /L) / > 10 %
neutrofil
• Syok sepsis adalah syok dengan :
– Hipotensi ( Tekanan darah arterial < 90 mmHg sistolik, atau 40 mmHg menurun
dari tekanan darah normal yang bersangkutan) selama setidaknya 1 jam walaupun
telah dilakukan resusitasi cairan yang adekuat)
Atau
– Membutuhkan vasopressor untuk menjaga tekanan darah sistolik > 90 mmHg /
tekanan arterial rata-rata >= 70 mmHg
• Anamnesis
– Lihat di buku PPK hal. 57
• Hasil Pemeriksaan fisik dan penunjang sederhana
– Demam ( suhu oral > 38 derajat celcius) / hipotermia ( < 36 derajat celcius)
– Takipneu ( > 24 x/m)
– Takikardia (denyut jantung > 90 x/m)
– Leukositosis ( >12.000 /L), Leukopenia ( < 4.000 /L) / > 10 % neutrofil
• Pemeriksaan Penunjang
– Pulse oxymetri
– EKG
– Foto Thorax
• Penegakkan diagnosis
– Lihat di buku PPK hal. 58
• Tatalaksana komprehensif
– Pada SIRS dan sepsis, bila terjadi syok ini karena toksin atau mediator penyebab
vasodilatasi. Pengobatan berupa resusitasi cairan segera dan setelah kondisi cairan
terkoreksi, dapat diberikan vasopresor untuk mencapai MAP yang optimal. Sering
terjadi vasopresor dimulai sebelum pra-beban adekuat tercapai. Perfusi jaringan dan
oksigenasi sel tidak akan optimal kecuali ada pra-beban.
– Obat yang dapat dipakai adalah dopamin, norepinefrin, dan vasopresin
– Dianjurkan pemasangan PAC
– Pengobatan kausal dari sepsis
Syok Neurogenik
Pendahuluan

Secara patofisiologi syok merupakan gangguan


sirkulasi yang diartikan sebagai kondisi tidak
adekuatnya transport oksigen ke jaringan atau
perfusi yang diakibatkan oleh gangguan
hemodinamik.

Syok distributif adalah gangguan vasomotor akibat


maldistribusi aliran darah karena vasodilatasi perifer,
sehingga volume darah yang bersirkulasi tidak adekuat
untuk menunjang perfusi jaringan.

Salah satu jenis syok distributif adalah syok neurogenik.


Dimana penyebab utama syok neurogenik adalah
trauma medula spinalis.
Klasifikasi Syok

Syok hipovolemik Syok kardiogenik

Syok distributif
Syok obstruktif

• Syok anafilaktik
•Syok sepsis
• Syok neurogenik
Syok Neurogenik

Definisi

Syok neurogenik adalah syok yang terjadi karena


gangguan persarafan simpatis yang menyebabkan
vasodilatasi pembuluh darah sehingga menyebabkan
hipotensi dan bradikardi.
Syok Neurogenik

Trauma medula spinalis

Etiologi

Penggunaan obat anestesi


spinal
Syok Neurogenik

Manifestasi Klinis

.
tekanan darah turun (hipotensi), bradikardi yang
relatif, flaccid, priapismus, reflek extremitas hilang,
kulit teraba hangat dan merah di awal namun karena
akibat vasodiatsi yang lama maka kulit akan teraba
dingin dan pucat
Syok Neurogenik

Penatalaksanaan

Anda mungkin juga menyukai