Anda di halaman 1dari 11

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN

ILMU KEDOKTERAN
RADIOLOGI

JOURNAL READING
“Diagnosis Radiologi Tuberkulosis Pulmonal (TB) di Pelayanan Kesehatan
Primer”

OLEH:

Ulfa Ramdhani

H4A02310009

PEMBIMBING:
dr. Syahriar Muhammad, Sp. Rad

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN


KLINIK MADYA BAGIAN/SMF RADIOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI NTB
BARAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2024
IDENTITAS JURNAL

Judul Jurnal : The Radiological Diagnosis of Pulmonary Tuberculosis (TB) in Pri- mary Care
Penulis : Basem Abbas Al Ubaidi
Tahun : 2018
Penerbit : Journal of Family Medicine and Disease Prevention
DOI : 10.23937/2469-5793/1510073
Abstrak

Program skrining di bahrain bergantung dengan pemeriksaan utama foto polos thoraks
dan PPD, dan tidak menggunakan pemeriksaan berdasarkan hasil pemeriksaan gejala dan
Xpert MTB/RIF. Kunci utama untuk mengajar dan melatih semua dokter dalam mendeteksi
gejala awal dengan temuan foto polos aktif, tidak aktif, dan mendiagnosis paru laten.

Kata Kunci: Program skrining TB, test konfirmasi TB, gambaran radiologi TB, sensitivitas
dan spesifisitas skrining test TB

Pendahuluan

Menetapkan program skrining TB berstandar nasional sangat penting dalam deteksi dini
TB paru aktif di Bahrain dan pelatihan semua Dokter pada pusat kesehatan tingkat primer
sangat penting untuk deteksi dini kasus TB aktif. Skrining TB adalah sistem identifikasi untuk
orang yang tampaknya sehat dan suspek TB aktif dengan menggunakan tes, pemeriksaan, atau
prosedur lain yang harus diterapkan pada kelompok berisiko.
Metode terbaik untuk skrining TB adalah pemeriksaan gejala dan pemeriksaan foto
polos dada, yang bergantung pada ketersediaan sumber daya manusia, biaya dan hasil yang
diharapkan. Tiga jenis tes skrining TB konvensional adalah kuesioner pertanyaan gejala
dengan menanyakan tentang adanya gejala batuk produktif berkepanjangan, hemoptisis,
demam malam, keringat malam hari, penurunan berat badan, dan nyeri dada pleuritik, selain
foto polos dada (CXR) dan tes skrining PPD. Sensitivitas pemeriksaan dengan mengajukan
pertanyaan mengenai gejala dan pemeriksaan CXR lebih baik dibandingkan gejala
pemeriksaan lainnya, dan memiliki berbagai hasil pemeriksaan abnormalitas pada foto polos
pasien dengan gejala simptomatis.
Terdapat dua pemeriksaan untuk konfirmasi TB yaitu pemeriksaan sputum-smear
microscopy (SSM) dan Xpert MTB/RIF. Namun, pendapat kebanyakan klinisi untuk
menentukan diagnosis TB aktif adalah melalui pertanyaan dan gambaran radiologi. Banyak
pasien yang tidak berespons setelah pemberian terapi antibiotik spektrum luas harus dinilai
ulang mengenai diagnosis TB. Sensitivitas dan spesifisitas gejala pada pertanyaan skrining
adalah 77%, masing-masing 66%, dimana PPD memiliki persentase 89%, masing-masing
80%; CXR memiliki persentase lebih tinggi yaitu 86%, masing-masing 89%.
Sedangkan, sensitivitas dan spesifisitas dari dua tes konfirmasi masing -masing adalah 61%,
98% di SSM; meskipun lebih tinggi di XP mencapai 90%, masing -masing 99%. Analisis sensitivitas
dan spesifisitas tergantung pada banyak faktor; seperti adanya status HIV, usia pasien, keparahan
penyakit, epidemiologi latar belakang, teknik pemrosesan sputum dan pewarnaan, dan kualitas
diagnostik.
Diskusi

Tidak ada algoritma universal ideal yang ada dalam pelayanan kesehatan primer. Meskipun
demikian, solusinya bisa berupa tes skrining yang diikuti oleh satu tes konfirmasi; atau satu tes
skrining diikuti oleh dua tes konfirmasi berurutan; atau dua tes skrining paralel diikuti oleh satu tes
konfirmasi; atau dua tes skrining berikutnya diikuti oleh satu tes konfirmasi.Tuberkulosis primer aktif
pada bayi atau dewasa muda yang tidak terpapar bakteri basil Mycobacterium TB dapat bermanifestasi
sebagai konsolidasi pneumonia (opasitas homogen atau opasitas inhomogen yang sebagian besar di
lobus medial dan basal dengan atau tanpa limfadenopati hilus yang disebut kompleks Ghon).
Gambaran radiologis lain dari TB primer aktif adalah opasitas milier atau efusi pleura atau edema
paru-paru (Kerely B line) (Gambar 1-6).

Gambar 1. Foto polos thoraks menunjukan opasitas Gambar 2. Foto polos thoraks menunjukan adenopati
homogen pada basal dan lobus medial paru kanan, TB hilar bilateral dari TB paru primer
paru primer.

Gambar 3. Foto polos thoraks menunjukan opasitas Gambar 4. Foto polos thoraks menunjukan difus
inhomogen pada apek kanan dan daerah tengah paru opasitas milier bilateral dari TB paru primer
dengan gambaran fibrotik, tampak limfadenopati hilar
bilateral
SGambar 5. Foto polos thoraks menunjukan opasitas Gambar 6. Foto polos thoraks menunjukan garis
efusi pleura pada lobus kiri bawah, TB paru primer Karely B yang menandakan edema interstisial (hanya
pada anak-anak) denga Tb paru primer

Temuan rontgen dada TB tidak aktif berupa gambaran seperti fibrosis, kalsifikasi
persisten (Fokus Ghon's), dan tuberkuloma (massa persisten seperti opasitas). Fokus Ghon
adalah lesi TB granulomatosa kecil yang muncul baik di bagian atas lobus bawah atau, bagian
inferior lobus atas, sedangkan kompleks Ghon adalah fokus Ghon yang sama ditambah
adenopati kelenjar getah bening hilus (Gambar 7-9). Di sisi lain, TB aktif setelah infeksi
primer (reaktivasi TB atau TB sekunder) merupakan TB yang terjadi pada orang dewasa
ketika pasien sebelumnya pernah terinfeksi Mycobacterium TB dan dalam dua tahun ketika
kekebalan tubuh pasien memburuk. Gambaran radiologis temuan TB pasca-primer dengan
konsolidasi yang tidak jelas, konsolidasi dengan lesi kavitas atau fibroproliferatif, opasitas
retikulonodular kasar yang biasanya melibatkan segmen posterior lobus atas, atau segmen
superior lobus bawah menyebar ke bronkial dan diberikan penampilan "tree-in-bud". Lesi
nodular dengan batas yang tidak jelas dan dengan kepadatan bulat di dalam parenkim paru-
paru juga disebut hazy tuberkuloma (Gambar 10-14).
Gambar 7. Foto polos thoraks menunjukan kompleks Gambar 8. Foto polos thoraks menunjukan fokus

Ghon’s pada TB paru aktif Ghon’s sebagai bekas kalsifikasi persisten

Gambar 9. Foto polos thoraks menunjukan Gambar 10. Foto polos thoraks menunjukan lesi
tuberkuloma halus sebagai masa persisten seperti kavitas pada apeks paru kiri setelah TB aktif primer
opasitas menetap.

Gambar 11. Foto polos thoraks menunjukan lesi Gambar 12. Foto polos thoraks menunjukan lesi
kavitas dan air fluid level pada basal paru kiri dan fibroproliferatif pada apeks paru kanan setelah TB
lobus tengah pada paru kanan setelah TB paru primer. paru primer
Gambar 13. Foto polos thoraks menunjukan densitas Gambar 14. Foto polos thoraks menunjukan nodule
retikulonodular kasar pada basal paru kanan setelah diskret bulat dengan batas jela tanpa kalsifikasi.
infeksi TB primer

Sekuel akhir dari TB sekunder adalah lesi fibrosis, bekas luka fibronodular dengan
kolaps lobus, traksi bronkiektasis, impaksi mukoid, penebalan pleura, dan kalsifikasi pleura
(Gambar 15-21). Secara umum, dokter harus memiliki indeks tinggi kecurigaan lesi TB aktif
dan harus membedakannya dari lesi TB tidak aktif (Tabel 1). Infeksi TB laten adalah individu
tanpa gejala dengan rontgen dada rutin, dan apusan dahak negatif memiliki tes kulit positif
(PPD/TST) (Tabel 2) atau darah Hasil tes IGRA menunjukkan infeksi TB sebelumnya. Dokter
harus mengetahui penyebab reaksi PPD positif palsu (misalnya, Infeksi mikobakteri non-TB,
vaksinasi BCG sebelumnya, metode pemberian yang salah, interpretasi reaksi yang salah,
penggunaan botol antigen yang salah). Demikian juga, dokter harus mendeteksi penyebab
reaksi PPD negatif palsu (misalnya, kekebalan rendah, infeksi TB baru atau lama, bayi awal
enam bulan, vaksinasi atau penyakit virus hidup saat ini, metode pemberian PPD yang salah,
dan interpretasi reaksi yang salah). PPD dikontraindikasikan hanya untuk orang yang
memiliki reaksi parah sebelumnya (misalnya, nekrosis akut, melepuh, syok anafilaksis, atau
ulserasi) terhadap TST sebelumnya.
Gambar 15. Foto polos thoraks menunjukan bekas Gambar 16. Foto polos thoraks menunjukan nodul
luka fibrokalsifikasi sebagai airspace opacifikasi atau bulat diskret dengan batas tegas tanpa kalsifikasi
haziness antara atau disekitar denitas

Gambar 17. Foto polos thoraks menunjukan daerah Gambar 18. Foto polos thoraks menunjukan nodule
dengan scar fibrotik dengan retraksi atau hilangnya diskret dengan hilangnya volume atau retraksi atau
volume paru dengan peningkatan deviasi fisura atau atau lebih densitas nodular dengan batas daerah dan
hilum sebagai daerah kompensasi dengan tanpa mengelilingi airspace opacifikasi dengan
asimetrisitas volume dari kedua kavitas thoraks berkurangnya volume pada daerah apeks. Nodule
bulat
atau memiliki bentuk membulat.
Gambar 19. Foto polos thoraks menunjukan Gambar 20. Foto polos thoraks menunjukan
hilangnya volume paru dan kolaps lobus. bronkiektasis dan densitas bilateral paru setelah infeksi
TB primer

Gambar 21. Foto polos thoraks menunjukan

penebalan pleura setelah infeki TB primer.


Pengobatan infeksi TB laten adalah regimen campuran rifapentin plus isoniazid
selama tiga bulan, dan dengan pengobatan INH selama 9 bulan. Temuan foto rontgen minor
yang tidak menunjukkan penyakit TB tidak memerlukan evaluasi tindak lanjut (misalnya,
penebalan pleura, kelenturan diafragma, penumpulan sudut costofrenikus, nodul kalsifikasi
soliter atau granuloma, temuan muskuloskeletal minor, dan temuan jantung minor).

Kesimpulan

Menetapkan program skrining TB berstandar nasional sangat penting untuk deteksi


dini TB paru aktif. Metode terbaik untuk skrining TB sejajar dengan pemeriksaan gejala dan
radiografi dada (CXR). Dokter harus dilatih untuk diagnosis dini TB aktif; mereka harus
membedakan antara tanda-tanda radiologis aktif dan tidak aktif. Dokter harus memberikan
diagnosis infeksi TB laten dan memberikan manajemen yang tepat. Algoritma TB harus
disederhanakan dan diperbarui secara berkala.
DAFTAR PUSTAKA

Basem Abbas Al, U. (2018). The radiological diagnosis of pulmonary tuberculosis (TB) in
primary care. Journal of Family Medicine and Disease Prevention, 4(1).
https://doi.org/10.23937/2469-5793/1510073

Anda mungkin juga menyukai