Anda di halaman 1dari 5

TUBERCULOSIS

Diagnosis Tuberkulosis Paru

Ratna Zahara
Hari ke-5
24 Januari 2023

Diagnosis Tuberkulosis Paru

Diagnosis tuberkulosis paru atau TBC paru ditegakkan berdasarkan gejala batuk kronis
yang dapat disertai dahak berdarah, penurunan berat badan, keringat malam, sesak,
dan demam. Pemeriksaan fisik toraks dapat menemukan kelainan suara napas. Selain
itu, pemeriksaan penunjang seperti rontgen toraks, pemeriksaan sputum basil tahan
asam atau BTA, dan tes Mantoux juga dapat dilakukan untuk diagnosis.

Anamnesis
Gejala umum tuberkulosis paru adalah batuk berdahak yang dapat bersifat kronis dan
mungkin disertai darah. Nyeri dada, lemas, penurunan berat badan, demam, sesak
napas, penurunan nafsu makan, rasa menggigil, dan keringat malam juga merupakan
gejala yang umum terjadi.
Individu usia lanjut dengan infeksi TB umumnya tidak menunjukkan tanda dan gejala
yang tipikal karena respons imun tubuh yang menurun. Infeksi TB aktif pada kelompok
usia lanjut dapat terlihat seperti pneumonitis yang tidak kunjung membaik.

Pemeriksaan Fisik
Pada pasien tuberkulosis paru, pemeriksaan fisik paru menunjukkan kelainan suara
napas, terutama di lobus atas paru. Auskultasi dapat menemukan ronki basah, suara
napas bronkial, suara napas amforik, dan penurunan suara napas vesikuler di apeks
paru yang menandakan konsolidasi paru.

Diagnosis Banding
Diagnosis banding TB paru cukup banyak karena gejala dan tandanya menyerupai
banyak penyakit sistemik lain. Beberapa diagnosis banding tuberkulosis paru meliputi
pneumonia, keganasan, infeksi jamur paru, sarkoidosis, dan abses paru.
Pneumonia

Pada kasus Pneumonia (terutama yang disebabkan oleh bakteri), gejala yang


dirasakan umumnya serupa dengan tuberkulosis paru, yakni demam, batuk berdahak
dengan dahak purulen atau darah, dan napas yang berat.
Namun, gejala penurunan berat badan dan keringat malam umumnya jarang dijumpai
pada kasus pneumonia. Selain itu, pencitraan radiologi dapat menemukan infiltrat di
lapang paru dan pemeriksaan laboratorium dapat menemukan peningkatan C-reactive
protein (CRP) dalam darah.

Kanker Paru

Diagnosis banding lain dari tuberkulosis paru adalah kanker paru  dengan gejala yang
serupa, yaitu batuk darah, sesak napas, dan penurunan berat badan. Pemeriksaan
yang dapat membedakan diagnosis kanker paru adalah CT scan, bronkoskopi
ataupun PET scan (positron emission tomography)

Sarkoidosis

Sarkoidosis adalah penyakit multisistem yang menimbulkan granuloma nonkaseosa


pada berbagai organ, terutama paru-paru. Gejala dapat berupa batuk kering persisten,
lemas, sesak napas, dan pembesaran nodus limfatikus. Biopsi umumnya dilakukan
untuk menegakkan diagnosis sarkoidosis dengan menemukan granuloma nonkaseosa
tanpa adanya Mycobacterium dan jamur.
]
Abses Paru

Pada kasus abses paru, pasien dapat memiliki keluhan batuk, demam, penurunan berat
badan, lemas, dan rasa menggigil. Abses paru dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan
rontgen toraks dan CT scan dengan gambaran berupa lesi kavitas dan infiltrate.

Pemeriksaan Penunjang

Skrining TB bisa dilakukan dengan tes Mantoux atau IGRA (interferon release


assays). Selain itu, pasien yang dicurigai mengalami TB dapat menjalani pewarnaan
BTA (basil tahan asam) dan kultur sputum. Pemeriksaan radiologis seperti rontgen
toraks juga dapat menunjang diagnosis.
Tes Tuberkulin Kulit atau Tes Mantoux

Tes tuberkulin kulit atau tes Mantoux dilakukan dengan menginjeksi purified protein
derivate (PPD). Pemeriksaan ini merupakan skrining tradisional untuk mengetahui
adanya paparan tuberkulosis. Setelah injeksi pada kulit, hasil akan diinterpretasikan
bersama dengan risiko paparan masing-masing pasien.
Pasien dengan risiko paparan rendah (pasien yang tidak memiliki risiko terpapar TB)
memiliki hasil Mantoux positif bila terdapat indurasi pada kulit yang diinjeksikan PPD
hingga mencapai ukuran 15 mm. Pasien dengan risiko sedang (pasien yang berasal
dari negara endemik TB, tenaga kesehatan, dan sebagainya) memiliki hasil Mantoux
positif bila indurasi berukuran >10 mm.

Pasien dengan risiko tinggi (pasien dengan HIV positif, riwayat TB, dan kontak erat
dengan pasien TB lain) memiliki hasil Mantoux positif bila indurasi berukuran >5 mm.
Pembacaan hasil dilakukan 48–72 jam setelah injeksi 0,1 ml PPD secara intradermal.
Suntikan akan menimbulkan gelembung kulit pucat berdiameter 6–10 mm.
Interferon Release Assays atau IGRA

IGRA merupakan tes skrining tuberkulosis yang lebih spesifik dengan sensitivitas yang
serupa dengan tes Mantoux. Pemeriksaan ini dapat dilakukan untuk skrining infeksi TB
laten. Konversi interferon-gamma release assay yang positif merupakan cerminan
reaksi hipersensitivitas yang lambat terhadap protein Mycobacterium tuberculosis.
Kekurangan pemeriksaan IGRA bila dibandingkan dengan tes Mantoux adalah biaya
yang lebih mahal. Selain itu, tes IGRA membutuhkan sarana laboratorium yang lebih
memadai dan proses yang lebih rumit

Pemeriksaan Bakteriologik

Pemeriksaan bakteriologik dilakukan dengan tujuan menemukan bakteri tuberkulosis.


Umumnya, bahan pemeriksaan diambil dari sputum dan diambil setiap pagi selama 3
hari berturut-turut. Dokter juga mungkin mengambil sputum sewaktu-pagi-sewaktu
(SPS). Sputum lalu diberikan pewarnaan Ziehl-Neelsen dengan tingkat spesifisitas yang
cukup tinggi untuk menemukan Mycobacterium. Akan tetapi, pemeriksaan ini tidak
dapat membedakan Mycobacterium tuberculosis dengan basil tahan asam lainnya.
Pemeriksaan dikatakan positif jika salah satu atau kedua contoh uji dahak menunjukkan
hasil basil tahan asam positif. Pemeriksaan dikatakan negatif jika kedua uji sputum
menunjukkan hasil BTA negatif. Pemeriksaan bakteriologik cukup ekonomis, cepat, dan
berguna dalam penegakkan diagnosis tuberkulosis paru.
Kultur Sputum

Kultur sputum adalah pemeriksaan diagnostik yang sangat sensitif untuk


mengisolasi Mycobacterium dan mendeteksi minimal 10 hingga 100 basil. Spesifisitas
kultur sputum mencapai >99% dalam mendiagnosis tuberkulosis paru, sehingga kultur
merupakan pemeriksaan baku emas. Akan tetapi, pemeriksaan ini memerlukan waktu
yang lama (hingga >2 minggu) untuk mendapatkan hasil.
Gene Xpert MTB/RIF Assay

Gene Xpert MTB/RIF Assay adalah pemeriksaan yang menggunakan


amplifikasi polymerase chain reaction (PCR) real-time multiplex. Metode ini dapat
mengidentifikasi bakteri berdasarkan teknik DNA molekular. Pemeriksaan ini
merupakan tes diagnostik yang cepat dengan sensitivitas mencapai 98%, terutama
dalam mendeteksi resistensi rifampisin. Pemeriksaan yang menggunakan RNA ribosom
dan PCR DNA ini dapat selesai dalam waktu 24 jam.

Pemeriksaan Radiologis

Pada pasien TB paru, rontgen thoraks dapat menunjukkan bercak atau nodul infiltrat,


terutama di lobus atas paru-paru. Selain itu, rontgen toraks juga dapat menunjukkan
pembentukan kavitas, nodul kalsifikasi seperti tuberkuloma, dan lesi nodular kecil
banyak yang menunjukkan infeksi TB milier.
Sekitar seperempat pasien dengan TB primer dapat menunjukkan  efusi peura pada
rontgennya. CT scan dapat dilakukan untuk melihat adanya limfadenopati dan lebih
superior dalam mengevaluasi infeksi TB paru daripada rontgen toraks.
 

 Referensi

1. Adigun R, Singh R. Tuberculosis. StatPearls Publishing. 2021.


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441916/
2. Herchline T. Tuberculosis (TB). Medscape. 2020.
https://emedicine.medscape.com/article/230802-overview#a1
3. World Health Organization (WHO). Tuberculosis. 2021 October.
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/tuberculosis
4. Moghaddam HT, Moghadam ZE, Khademi G, et al. Tuberculosis: past, present and
future. Int J Pediatr. 2016 Jan 25;4(1):1243-5.
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Kemenkes RI. 2019 Desember.
https://yankes.kemkes.go.id/unduh/fileunduhan_1610422577_801904.pdf/43
6. Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama. IDI. 2017.
7. Sttar SBA, Sharma S. Bacterial Pneumonia. StatPearls Publishing. 2021.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513321/
8. Siddiqui F, Siddiqui AH. Lung Cancer. StatPearls Publishing. 2021.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482357
9. Bokhari SRA, Zulfiqar H, Mansur A. Sarcoidosis. StatPearls Publishing. 2021.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430687/
10. Sabbula BR, Rammohan G, Akella J. Lung Abscess. StatPearls Publishing. 2021.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK555920/
11. CDC Tuberculosis (TB): Fact Sheets Tuberculin Skin Testing. 2016.
https://www.cdc.gov/tb/publications/factsheets/testing/skintesting.hm
12. Suárez I, Fünger SM, Kröger S, et al Fünger SM, Kröger S, et al. The Diagnosis
and Treatment of Tuberculosis. Deutsches Aerzteblatt International. 2019 Oct
25;116(43).
13. Acharya B, Acharya A, Gautam S, et al. Advances in diagnosis of Tuberculosis: an
update into molecular diagnosis of Mycobacterium tuberculosis. Molecular Biology
Reports. 2020 May;47(5):4065-75.

#Harikelima
#KelasLiterasiIbuProfesional
#KLIP2023
#BersinergiJadiInspirasi
#IP4ID2023
#ibuprofesional
#kampungkomunitasibuprofesional

Anda mungkin juga menyukai