Anda di halaman 1dari 4

A.

Diagnosa
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasienmungkin ditemukan konjungtiva
mata atau kulit yangpucat karena anemia, suhu demam (subfebris), badankurus atau berat
badan menurun.
Pada pemeriksaan fisik pasien sering tidak menunjukkankelainan pun terutama pada
kasus-kasus dini atauyang sudah terinfiltrasi secara asimtomatik. Demikian juga bila sarang
penyakit terletak di dalam, akan sulitmenemukan kelainan pada pemeriksaan fisik,
karenahantaran getaran/suara yang lebih dari 4 cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi,
perkusi dan auskultasi. Secaraanamnesis dan pemeriksaan fisis, TB paru sulit
dibedakandengan pneumonia biasa.
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigaiadalah bagian apeks (puncak) paru.
Bila dicurigaiadanya infiltrat yang agak luas, maka didapatkan perkusiredup dan auskultasi
suara napas bronkial akandidapatkan juga suara napas tambahan berupa ronkibasah kasar,
dan nyaring. Tetapi bila infitrat ini diliputioleh penebalan pleura, suara napasnya menjadi
vesicular melemah. Bila terdapat kavitas yang cukup besar, perkusimemberikansuara
hipersonor atau timpani dan auskultasimemberikan suara amforik.
Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosisyang luas sering ditemukan atrofi dan
retraksi otot-ototinter-kostal. Bagian paru yang sakit jadi menciut danmenarik isi
mediastinum atau paru lainnya. Paru yangsehat menjadi lebih hiperinflasi. Bila jaringan
fibrotikamat luas yakni lebih dari setengah jumlah jarınganparu-paru akan terjadi pengecilan
daerah aliran darahparu dan selanjutnya meningkatkan tekanan arteripulmonalis (hipertensi
pulmonal) diikuti terjadinya korpulmonal dan gagal jantung kanan. Di sini akan
didapatkantanda-tanda kor pulmonal dengan gagal jantung kananseperti takipnea, takikardia,
sianosis, right ventricutarlift, right atrial gallop, murmur Graham-Steel bunyi P2yang
mengeras. Tekanan vena jugularis yang meningkathepatomegali, asites, dan edema.
Bila tuberkulosis mengenai pleura, sering terbentukefusi pleura. Paru yang sakit terlihat
agak tertinggaldalam pernapasan. Perkusi memberikan suara pekak.Auskultasi memberikan
suara napas yang lemah sampaitidakterdengar sama sekalialam penampilan klinis TB
parusering asimtomatikdan penyakit baru dicurigai dengan didapatkannyakelainan radiologis
dada pada pemeriksaan rutin atau uji tuberkulin yang positif.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologis
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakancara yang praktis untuk menemukan
lesi tuberkulosis.Pemeriksaan ini memang membutuhkan biaya lebihdibandingkan
pemeriksaan sputum, tetapi dalambeberapa hal ia memberikan keuntungan seperti
padatuberkulosis anak-anak dan tuberkulosis milier. Pada keduahal tersebut diagnosis dapat
diperoleh melalui pemeriksaanradiologis dada, sedangkan pemeriksaan sputum hampirselalu
negatif.
Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeksparu (segmen apikal lobus atas atau
segmen apikal lobusbawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagianinferior atau di
daerah hilus menyerupai tumor parumisalnya pada tuberkulosis endobronkial).
Pada awal penyakit saat lesimasih merupakan sarang-sarang pneumonia, gambaran
radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas yang tidaktegas. Bila
lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayanganterlihat berupa bulatan dengan batas yang
tegas. Lesi inidikenal sebagai tuberkuloma.
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis. Lama-lama
dinding jadi sklerotikdan terlihat menebal. Bila terjadi fibrosis terlihat bayanganyang
bergaris-garis. Pada kalsifikasi bayangannya tampaksebagai bercak-bercak padat dengan
densitas tinggi.Pada atelektasis terlihat seperti fibrosis yang luas disertaipenciutan yang dapat
terjadi pada sebagian atau satulobus maupun pada satu bagian paru.
Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang umumnya
tersebar merata pada seluruhlapangan paru.
Gambaran radiologis lain yang sering menyertatuberculosis paru adalah penebalan pleura
(pleuritis massa cairan di bagian bawah paru efusi pleuraempiema) bayangan hitam
radiolusen di pinggir paru/pleura(pneumatoraks).
Faktor kesalahan dalammembaca foto Faktor kesalahan ini dapatmencapai
25%Olehisebabituntuk ciagnostik radiologi sering dilakukanN9atoto latera top lordotik,
oblik, tomagrafi dan fotodengan proveksi densitas keras. (Setiati et al., 2014)
Pemeriksaan Laboratorium
Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena denganditemukannya kuman BTA, diagnosis
tuberkuiosis sudahdapat dipastikan. Di samping itu pemeriksaan sputumjuga dapat
memberikan evaluasi terhadap pengobatanyang sudah diberikan. Pemeriksaan ini mudah dan
murahsehingga dapat dikerjakan di lapangan (puskesmas).Tetapi kadang-kadang tidak
mudah untuk mendapatsputum, terutarna pasien yang tidak batuk atau batukyang non
produktif. Dalam hal ini dianjurkan satu harisebelum pemeriksaan sputum, pasien dianjurkan
minumair sebanyak kurang lebih 2 liter dan diajarkan melakukan reflekbatuk. Dapat juga
dengan memberikan tambahan obat-obat mukolitik ekspektoran atau dengan inhalasi
larutangaram hipertonik selama 20-30 menit. Bila masih sulitsputum dapat diperoleh dengan
cara bronkoskopi diambildengan brushing atau bronchial washing atau BAL
(bronchoalveoiar lavage). BTA dari sputum bisa juga didapat dengancara bilasan lambung.
Hal ini sering dikerjakan pada anak-anak karena mereka sulit mengeluarkan dahaknya.
Sputumyang akan diperiksa hendaknya sesegar mungkin.
Bila sputum sudah didapat, kuman BTA pun kadang-kadang sulit ditemukan. Kuman
baru dapat ditemukan bilabronkus yang terlibat proses penyakit ini terbuka ke luar,sehingga
sputum yang mengandung kuman BTA mudahke luar. Diperkirakan di Indonesia terdapat
50% pasienBTA positif tetapi kuman tersebut tidak ditemukan dalam
sputum mereka.
Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman
BTA pada satusediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam
1 mL sputum.
Diagnosis tuberkulosis paru masih banyak ditegakkan berdasarkan kelainan klinis dan
radiologis saja. Kesalahan diagnosis dengan cara ini cukup banyak sehingga memberikan
efek terhadap pengobatan yang sebenarnya tidak diperlukan. Oleh sebab itu dalam diagnosis
tuberkulosis paru sebaiknya dicantumkan status klinis status bakteriologis, status radiologis
dan status kemoterapi. WHO tahun 1991 memberikan kriteria pasien tuberkulosis paru.
- Pasien dengan sputum BTA positif : 1). pasien yang pada pemeriksaan sputumnya
secara mikroskopisditemukan BTA, sekurang-kurangnya pada 2 kalipemeriksaan,
atau 2). satu sediaan sputumnya positifdisertai kelainan radiologis yang sesuai
dengangambaran TB aktif, atau 3). satu sediaan sputumnyapositif disertai biakan
yang positif
- Pasien dengan sputum BTA negatif: 1.pasien yang padapemeriksaan sputum-nya
secara mikroskopis tidakditemukan BTA sedikitnya pada 2 kali pemeriksaantetapi
gambaran radiologis sesuai dengan TB aktifatau, 2 pasien yang pada pemeriksaan
sputumnyasecara mikroskopis tidak ditemukan BTA sama sekali,tetapi pada
biakannya positif.
Di samping TB paru terdapat juga TB ekstra paru, yakni pasien dengan kelainan
histologis atau/dengan gambaran klinis sesuai dengan TB aktif atau pasien dengan satu
sediaan dari organ ekstra parunya menunjukkan hasil bakteri M. tuberculosa (Setiati et al.,
2014).

Uji Tuberkulin
Pemeriksaan ini sangat berarti dalam usaha mendeteksi infeksi TB di daerah dengan
prevalensi tuberkulosis rendah. Di Indonesia dengan prevalensi tuberkulosis yang tinggi,
pemeriksaan uji tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik kurang berarti, apalagi pada orang
dewasa. Uji ini akan mempunyai makna bila didapatkan konversi dari uji yang dilakukan satu
bulan sebelumnya atau apabila kepositifan dari uji yang didapat besar sekali atau bula. Pada
pleuritis tuberkulosa uji tuberkulin kadang negatif, terutama pada malnutrisi dan infeksi HIV.
Jika awalnya negatif mungkin dapat menjadi positif jika diulang 1 bulan
kemudian.Sebenarnya secara tidak langsung reaksi yang ditimbulkan hanya menunjukkan
gambaran reaksi tubuh yang analog dengan ; a) reaksi peradangan dari lesi yang berada pada
target organ yang terkena infeksi atau b) status respon imun individu yang tersedia bila
menghadapi agent dari basil tahan asam yang bersangkutan (M.tuberculosis). (Setiati et al.,
2014)

Anda mungkin juga menyukai