4. Pemeriksaan jasmani
Pada pemeriksaan jasmani kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ yang
terlibat.
Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru.
Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali)
menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior
terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 dan S2) , serta daerah apeks lobus
inferior (S6). Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas
bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru,
diafragma dan mediastinum.
Pada pleuritis tuberkulosis, kelainan pemeriksaan fisis tergantung dari banyaknya
cairan di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas
yang melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.
Pada limfadenitis tuberkulosis, terlihat pembesaran kelenjar getah bening, tersering di
daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor), kadang-kadang di daerah
ketiak. Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi cold abscess
Pemeriksaan bakteriologik
a. Bahan pemeriksaaan
Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberculosis mempunyai arti
yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan
bakterilogi ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquour cerebrospinal,
bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar (broncchoalveolar
lavage/ BAL), urin, feces, dan jaringan biopsy (termasuk biopsi jarum halus/
BJH)
b. Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS):
- Sewaktu/spoot (dahak sewaktu saat kunjungan)
- Pagi (keesokan harinya)
- Sewaktu/spot (pada saat mengantarkan dahak pagi atau setiap pagi berturut-turut
Pemeriksaan radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi: foto lateral,
top-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat
memberi gambaran bermacam-macam bentuk (multiform).
Tuberculosis dibagi menjadi 2:
-
Tuberculosis primer:
Tuberculosis primer terjadi karena infeksi melalui jalan nafas (inhalasi) oleh
Mycobacterium tuberculosis. Kelainan Rontgen akibat penyakit ini dapat berlokasi
dimana saja dalam paru-paru, namun sarang dalam parenkim paru-paru sering disertai
oleh pembesaran kelenjar limfe regional (kompleks primer). Salah satu komplikasi
yang muncul adalah pleuritis, karena perluasan infiltrate primer ke pleura melalui
penyebaran hematogen. Komplikasi lain adalah ateletaksis akibata stenosis bronkus
karena perforasi kelenjar ke dalam bronkus.
-
Tuberculosis jenis ini sering terjaid pada orang dewasa. Penyakit ini timbul pada
seorang yang dimasa kecilnya pernah menderita tuberculosis primer, tetapi tidak
diketahui dan menyembuh sendiri. Sarang-sarang yang terlihat pada foto rontgen
biasanya
kadang-kadang dapat juga terjadi di lapangan bawah, yang biasanya disertai peluritis.
Berdasarkan lesinya, gambaran radiografi dibagi menjadi dua, yaitu :
Bayangan berawan, di segmen apical dan posterior lobus atas paru dan segmen
Proses Penyembuhan
1. Penyembuhan tanpa bekas
Penyembuhan tanpa bekas sering terjadi pada anak-anak (tuberculosis primer).
Pada orang dewasa (tuberculosis sekunder) penyembuhan tanpa bekaspun
mungkin terjadi apabila diberikan pengobatan yang baik.
2. Penyembuhan dengan meninggalkan cacat
Penyembuhan ini berupa garis-garis berdensitas tinggi/sarang fibrotic atau bintikbintik sarang (kalsiferus). Sarang-sarang fibrotik yang tebal dan kalsiferus
disingkat sarang kalsiferus, dikedua lapangan atas dapat mengakibatkan penarikan
pembuluh darah besar di kedua hilus keatas. Keadaaan ini dinamakan tuberculosis
fibrosis densa dan memberikan gambaran yang cukup khas. Pembuluh darah besar
di hilus terangkat k etas seakan-akan menyerupai kantong celana yang diangkat
Parenkim paru post primer. Rontgen dada menunjukkan fibrosis bilateral lobus atas
berhubungan dengan tuberkulosis post primer
Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang spesifik untuk
tuberkulosis Pada saat tuberculosis baru mulai aktif akan didapatkan jumalah leukosit
yang sedikit meninggi dengan hitung jumlah leukosit sedikit meninggi dengan hitung
jenis pergeseran ke kiri. penyembuhan pasien. LED sering meningkat pada proses aktif,
tetapi laju endap darah yang normal tidak menyingkirkan tuberkulosis. Limfositpun
kurang spesifik.
Pemeriksaan serologis yang pernah dipakai adalah reaksi Takahashi. Pemeriksaan ini
dapat menunjukka proses tuberkulosa masih aktif atau tidak. Kriteria positif yang dipakai
di Indonesia adalah titer 1/128.
Adapun pemeriksaan yang banyak dipakai saat ini peroksidase anti peroksida
(PAP-TB) yang oleh beberapa penelitian mendapat nilai sensitivitas dan spesifitasnya
(85-95%). Prinsip dasar uji PAP-TB ini adalah menentukan adanya antibody IgG spesifik
terhadap antigen M.tuberculose. hasil uji PAP-TB dinyatakan patologis jika pada titer
1:10.000 didapatkan hasil uji PAP-TB positif. Hasil positif palsu kadang-kadang masih
dapat dijumpai pada pasien reumatik, kehamilan, dan masa 3bulan revaksinasi BCG.
Uji tuberculin
Uji tuberkulin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberkulosis. Di Indonesia dengan
prevalens tuberkulosis yang tinggi, uji tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik penyakit
kurang berarti pada orang dewasa. Biasanya dipakai tes Mantoux yakni dengan
menyuntikan 0,1cc tuberkulin P.P.D (Purifed Protein Derivative). Pada dasarnya tes
tuberculin ini adalah reaksi alergi tipe lambat. Setelah 48-72 jam tuberculin disuntikkan,
akan timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrate limfosit yakni
reaksi persenyawaan anatara antibody selular dan antigen tuberculin.hasil tes Mauntoux
dibagi dalam:
1. Indurasi 0-5 mm: Mantoux negative
2. Indurasi 6-9mm: Mantoux meragukan
3. Indurasi 10-15mm: Mantoux positif
4. Indurasi > 15mm : Mantoux positif kuat