Anda di halaman 1dari 3

GAMBARAN RADIOLOGI PADA WANITA 65 TAHUN DENGAN SUSPEK TUBERKULOSIS PARU RELAPS

ABSTRAK Tuberkulosis (TB) paru adalah infeksi paru yang menyerang jaringan parenkim paru, disebabkan bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Tuberkulosis paru diklasifikasikan dengan berbagai cara. Berdasarkan hasil pemeriksaan sputum, TB paru dibedakan menjadi TB paru BTA positif dan BTA negatif. Berdasarkan riwayat pengobatannya, TB paru dibedakan menjadi kasus baru, kambuh (relaps), drop out (default), kasus gagal dan kronis. Secara aktivitas radiologis, TB paru dibagi menjadi aktif, non aktif dan quiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh). Berdasarkan luas lesi yang ditunjukkan oleh foto toraks, TB paru dibagi menjadi minimal lesion, moderately advanced lesion dan far advanced lesion. Kata Kunci : tuberkulosis paru, foto toraks

HISTORY Seorang wanita, usia 65 tahun, mengeluh batuk yang tak kunjung sembuh sejak 1 tahun terakhir. Batuk tidak hanya muncul pada waktu tertentu dan semakin dirasa berat saat pasien kelelahan. Batuk mengikil dan berdahak, dahak kental, berwarna kuning. Pasien sering merasa badannya hangat, terutama saat malam hari. Pasien juga sering berkeringat saat malam. Sesak nafas (-), nyeri dada (-), penurunan nafsu makan (-), penurunan berat badan (-), riwayat batuk berdarah (-). Pasien mengaku sudah sering berobat, tapi dirasa tidak membaik. Riwayat TB paru (+) 30 tahun yang lalu, pengobatan lengkap dan dinyatakan sembuh berdasarkan hasil pemeriksaan dahak dan foto rontgen. Pada pemeriksaan foto thoraks AP-supine, ditemukan gambaran sarang-sarang dengan batas tidak tegas, kavitas berukuran kecil sampai sedang, serta adanya kalsifikasi dan garis fibrotik tersebar di kedua lapang paru, terutama pada lobus superior paru kanan. Tampak trakea tertarik ke sisi kanan, diafragma kanan lebih terangkat, dengan CTR < 0,56. Kesan : TB paru duplex lama, aktif, dengan besar cor normal.

DIAGNOSIS Suspek Tuberkulosis Paru Relaps

TERAPI Untuk menentukan terapi pada pasien ini, apakah harus diterapi sebagai pasien TB paru relaps, harus dilakukan pemeriksaan sputum BTA 3x. Jika hasil pemeriksaan BTA 3x negatif, pemeriksaan diulang sekali lagi. Jika hasilnya minimal 1x positif, pasien diterapi sebagai TB paru relaps, tetapi jika hasilnya 3x negatif, maka pasien diterapi dengan antibiotik non-OAT spektrum luas selama 2 minggu. Jika tidak ada perbaikan, pasien dianggap sebagai TB paru relaps dan diberikan pengobatan TB paru kategori II.

DISKUSI Tuberkulosis paru memberikan gambaran bermacam-macam pada foto toraks, sehingga pemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan yang sensitif tapi tidak spesifik untuk mendiagnosis suatu tuberkulosis aktif. Beberapa pembagian kelainan yang dapat digunakan pada foto rontgen adalah : 1) Sarang-sarang berbentuk awan dengan densitas rendah atau sedang dengan batas tidak tegas, biasanya menunjukkan bahwa proses aktif ; 2) Adanya lubang (kavitas) selalu berarti proses aktif kecuali bila lubang sudah sangat kecil (residual cavity). Lubang kecil yang dikelilingi jaringan fibrotik dan bersifat tidak berubah-ubah (stasioner)

pada pemeriksaan berkala ulang dinamakan residual cavity dan berarti suatu proses lama yang sudah tenang ; 3) Garis-garis (fibrotik) atau bintik-bintik kapur (kalsifikasi) biasanya menunjukkan bahwa proses telah tenang. Kelainan radiologis TB paru menurut klasifikasi The National Tuberculosis Assosiation of the USA (1961) adalah : 1) Minimal lesion : (a) Infiltrat kecil tanpa kavitasi, (b) Mengenai sebagian kecil dari satu paru atau keduanya, (c) Jumlah keseluruhan paru yang terkena tanpa memperhitungkan distribusi, tidak lebih dari luas antara pesendian chondrosternal kedua sampai corpus vertebra torakalis V (kurang dari 2 sela iga) ; 2) Moderately advanced lesion, dapat mengenai sebelah paru atau kedua paru tetapi tidak melebihi ketentuan sebagai berikut : (a) Bercak infiltrat tersebar tidak melebihi volume sebelah paru, (b) Infiltrat yang mengelompok yang luasnya tidak melebihi 1/3 volume sebelah paru, (c) Diameter kavitas (bila ada) tidak melebihi dari 4 cm ; 3) Far advanced lesion, dimana lesi melewati moderately advanced lesion atau ada kavitasi yang sangat besar. Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan, dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis. Indikasi dilakukannya foto toraks pada kasus TB paru antara lain : 1) Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru BTA positif ; 2) Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika nonOAT ; 3) Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotoraks, pleuritis eksudatif, efusi perikarditis atau efusi pleural) dan pasien yang mengalami hemoptisis berat (untuk menyingkirkan bronkiektasis atau aspergiloma). Dari anamnesis diketahui bahwa pasien pernah menderita tuberkulosis paru 30 tahun yang lalu. Hal ini sesuai dengan gambaran yang ditemukan pada rontgen foto toraks, yaitu adanya suatu proses tuberkulosis paru yang sudah lama. Selain itu, pada foto toraks juga ditemukan gambaran TB paru aktif. Hasil pemeriksaan foto toraks ini tidak cukup untuk menyatakan pasien sebagai pasien TB paru relaps. TB paru kasus kambuh (relaps) adalah penderita TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan sputum BTA positif atau biakan positif. Sehingga pada pasien ini masih dibutuhkan pemeriksaan BTA 3x atau biakan kuman.

KESIMPULAN Penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama TB paru. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja, karena TB paru memberikan gambaran bermacam-macam pada foto toraks, sehingga sering terjadi overdiagnosis. Pada pasien dengan riwayat pengobatan TB paru lengkap sebelumnya, dimana hasil pemeriksaan foto toraks menyokong TB paru aktif, tidak cukup kuat untuk menyatakan pasien sebagai kasus relaps, tetap dibutuhkan pemeriksaan sputum BTA atau biakan kuman.

REFERENSI 1. Amin Z, Bahar A. 2007. Tuberkulosis Paru dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit FK UI. 2. Bang E. 2009. Tuberculosis. Diakses dari www.emedicine.medscape.com 3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta : Depkes RI.

4. Rasad S. 2005. Tuberkulosis Paru dalam Radiologi Diagnostik. Jakarta : Balai Penerbit FK UI.

PENULIS Alfa Zudia Meitadevi, S.Ked. Bagian Ilmu Radiologi, RS Jogja.

Anda mungkin juga menyukai