Anda di halaman 1dari 16

Laringitis Tuberkulosis : Penyebab tidak

umum namun penting dari odinofagia

VANIA G.H.GIRSANG 130100282

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN/SMF
ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROK
BEDAH KEPALA LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN
2018
Abstrak
Tuberkulosis dapat muncul sebagai tuberkulosis paru atau sebagai
tuberkulosis extraparu. Bentuk paling umum dari tuberkulosis
extraparu antara lain tuberkulosis pleura dan tuberkulosis kelenjar
getah bening. Disini kami akan mendeskripsikan sebuah kasus
menarik dari laringitis tuberkulosis yang datang kepada kami dengan
odinfagia. Diagnosis dicurigai berdasarkan foto thorax dan CT scan
thorax, tetapi hal tersebut hanya bisa dikonfirmasi setelah
pemeriksaan langsung dari laring dengan fibreoptik bronkoskopi dan
dengan melakukan biopsi dari epiglottis melalui pemeriksaan
langsung.
LARINGITIS
Laringitis merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai
pada daerah laring. Laringitis merupakan suatu proses inflamasi
pada laring yang dapat terjadi, baik secara akut maupun kronik.
Laringitis akut biasanya terjadi mendadak dan berlangsung
dalam kurun waktu kurang dari 3 minggu. Bila gejala telah lebih
dari 3 minggu dinamakan laringitis kronis. Salah satu bentuk
laringitis kronis spesifik adalah laringitis tuberkulosis.
Penderita dengan laringitis tuberkulosis biasanya datang
dengan gejala, seperti disfonia, odynophagia, dyspnea,
odynophonia, dan batuk. Obstruksi pernafasan bisa terjadi
pada stadium lanjut penyakit. Pemahaman bahwa
karsinoma laring juga sering menunjukkan gejala serupa
merupakan keharusan untuk mengevaluasi laringitis. Gejala
pada saluran pernapasan seperti batuk kronis, hemoptisis
dan gejala sistemik seperti demam, keringat malam, dan
penurunan berat badan merupakan gejala-gejala umum
yang sering dijumpai pada pasien dengan tuberkulosis
Laporan kasus
A, laki-laki berusia 63 tahun datang kepada kami dengan
keluhan utama demam dan batuk dengan sedikit dahak selama 2
bulan dan nyeri saat menelan (odinofagia) disertai dengan
kehilangan nafsu makan selama 1 bulan. Tidak dijumpai adanya
riwayat pengobatan tuberkulosis atau diabetes mellitus pada
pasien. Pasien tidak mempunyai penyakit komorbid lainnya.
Pemeriksaan menyeluruh dari pasien menunjukkan adanya
wajah pucat. Pemeriksaan sistem pernafasan menunjukkan
adanya suara pernafasan vesikuler bilateral dengan krepitasi
ringan pada supraskapular dan infraskapular area. Pemeriksaan
sistemik lainnya normal pada pasien.
Pemeriksaan lanjutan
Pemeriksaan darah menunjukkan Hb : 8,6 mg/dl, dengan leukosit
10,600/mm3, Platelet 1,8 lakh/mm3. Pemeriksaan fungsi liver dan fungsi
ginjal didapati normal pada pasien. Gula darah didapati juga normal pada
pasien. Pemeriksaan viral marker pada pasien untuk HIV,HCV dan HBSag
didapati semuanya negative. Mantoux test pada pasien positif dengan
indurasi 18 mm setelah 72 jam. Pemeriksaan foto thorax menunjukkan
adanya gambaran bercak opak secara bilateral pada lapangan atas dan tengah
kedua paru. Hasil Ct scan dada sendiri menunjukkan adanya bercak
konsolidasi bilateral pada paru kanan di lapangan atas, tengah dan bawah
dan bercak konsolidasi pada paru kiri lapangan atas dan bawah dengan
bilateral nodul centrilobular. (Gambar 1 dan 2). Pemeriksaan sputum
untuk bateri tahan asam didapati negatif pada pasien. Kemudian, fibreoptik
bronkoskopi sudah dilakukan pada pasien ang menunjukkan adanya
pembengkakan dari epiglottis (Gambar 3) dengan irregular nodul yang
multiple pada bagian laring bagian epiglottis (Gambar 4).
Biopsi sudah dilakukan dari beberapa nodul dan bronkoalveolar
lavage (BAL) sudah dilakukan dari kanan dan kiri lobus atas.
BAL positif untuk bakteri tahan asam (BTA) pewarnaan dan
biopsi dari nodul pada epiglottis menggambarkan multiple
granuloma dengan sel Langerhans raksasa dan nekrosis (
Gambar 5).
Pengobatan dan perkembangan
selanjutnya

 Kemudian, pasien diinisiasi dengan 4 jenis obat dalam


pengobatan tuberkulosis
 Yang mengkombinasikan Rifampicin (600 mg), Isoniazid (300
mg), Ethambutol (100 mg) dan Pyrazinamide (1500 mg)
berdasarkan berat badan dengan penurunan secara bertahap
dari demam dan penyembuhan pada odinofagia dalam 3
minggu setelahnya.
Differential diagnosis :
 Laringeal carcinoma
 Kronik laringitis
 Laringitis tuberkulosis
 Laringitis papilomatosis
 Beningn laryngeal tumor
 Penyakit Kimura pada epiglottis
 Penyakit autoimun pada laring
 Sarkoidosis pada laring
 Mykosis pada laring
Diskusi
 Laringitis tuberkulosis adalah bentuk paling jarang dari
tuberkulosis extra pulmonal tetapi merupakan penyakit
granulomatosa paling banyak dan umum yang mengenai laring.
Gejala paling umum dari laringitis tuberkulosis adalah suara yang
serak ataupun adanya perubahan pada suara.
 Akan tetapi, pada kasus pasien kami dia datang dengan odinofagia
dengan atau tanpa adanya perubahan pada suara. Laringitis
tuberkulosis bisa menjadi penyakit primer ataupun sekunder. Pada
primer laringitis tuberkulosis belum ada bukti adanya tuberkulosis
pada paru sedangkan paka laringitis tuberkulosis sekunder terdapat
kemungkinan besar adanya tuberkulosis paru. Pasien pada kasus
kami mempunyai laringitis tuberkulosis sekunder dengan
 menampilkan gambaran bercak konsolidasi pada bilateral paru dan
bronkoalveolar lavage cairan menunjukkan positif terhadap bateri tahan asam.
 Pita suara seringnya terlibat pada laringitis tuberkulosis pada lebih dari 50 %
kasus sementara epiglottis terlibat hanya sebesar 20 % dari kasus.
 Epiglotis hanya merupakan salah satu bagian dari laring yang terlibat pada kasus
kami dengan pita suara asli (plika vokalis) dan pita suara palsu (plika
ventrikularis), aritenoid, dan inter region aritenoid normal pada fibreoptik
bronkoskopi.
 Ketika tidak ada keterlibatan pada pita suara pada kasus kami, Hal itu
menyebabkan munculnya suara yang normal pada pasien. Visualisasi langsung
pada lesi di laringitis tuberkulosis dapat seperti ulseratif bewarna keputihan,
inflamasi non spesifik, polipoidal atau ulserofungative.8 Pada kasus kami
permukaan laring pada epiglottis menunjukkan multiple lesi polipoidal dengan
bagian atas dari epiglottis membengkak secara difus dan eritematosa.
Karena laringitis tuberkulosis sering sekali menyerupai
karsinoma laring.9 Sehingga biopsi dibutuhkan dari lesi
untuk mengkonfirmasi lesi. Biopsi dari polipoidal lesi pada
epiglottis menunjukkan granuloma dengan munculnya sel
Langerhans raksasa dan nekrosis. Bronchoalveolar lavage
cairan positif untuk bakteri tahan asam dan pewarnaan
lebih lanjut mengkonfirmasi diagnosis. Diagnosis dari
laringitis tuberkulosis juga sudah dilaporkan dengan
menggunakan kultur tinja.10
Kesimpulan
Gejala paling umum dari laringitis tuberkulosis adalah
dysphonia atau suara serak, akan tetapi dapat juga timbul
sebagai odynophagia. Laringitis tuberkulosis dapat muncul
dengan atau tanpa keterlibatan organ paru. Fibreoptik
bronkoskopi dengan biopsi dari daerah yang terlibat dapat
dibutuhkan untuk mengonfirmasi dari diagnosis Laringitis
tuberkulosis.
REFERENSI

1. Ramirez-Lapausa M, Menendez-Saldana A, Noguerado-Asensio A. Extrapulmonary tuberkulosis: An overview. Rev


Esp Sanid Penit. 2015;17:3-11.
2. Prakasha SR, Suresh G, Peter D’sa I, Shetty SS, Kumar SG. Mapping the Pattern and Trends of Extrapulmonary
Tuberkulosis. J Glob Infect Dis. 2013;5(2):54-9.
3. AroraVK, Chopra KK. Extra Pulmonary Tuberkulosis. Indian J Tuberc. 2007;54:165-7.
4. Benwill JL, Sarria JC. Laryngeal tuberkulosis in the United States of America: a forgotten disease. Scand J Infect
Dis. 2014;46(4):241-249.
5. Gandhi S, Kulkarni S, Mishra P, Thekedar P. Tuberkulosis of Larynx Revisited: A Report on clinical characteristics in
10 cases. Indian J Otolaryngol Head Neck Surg. 2012;64(3):244-247.
6. Ling L, Zhou SH, Wang SQ. Changing trends in the clinical features of laryngeal tuberkulosis: a report of 19 cases.
Int J Infect Dis. 2010;14(3):e230-5.
7. Umadevi KR, Alavandar E. Tuberkulosis of larynx. Trop J Med Res. 2015;18:38-41.
8. Shin JE, Nam SY,Yoo SJ, Kim SY. Changing trends in clinical manifestations of laryngeal tuberkulosis.
Laryngoscope. 2000;110:1950-3.
9. SmuldersYE, De Bondt BJ, Lacko M, Hodge JA, Kross KW. Laryngeal tuberkulosis presenting as a supraglottic
carcinoma: a case report and review of literature. J Med Case Rep. 2009;3:9288.
10.Yin N, Delord M, Giovanni A, del Grande J, Drancourt M, Brouqui P, Lagier JC. Laryngeal tuberkulosis diagnosed
by stool sample cultures: a case report. J Med Case Rep. 2015;9:74.

Anda mungkin juga menyukai