Pada suatu waktu, hiduplah seorang raja dari Negeri Kobat Syarial, rakyat
memanggilnya Indera Bungsu. Kerajaan yang dipimpin Raja ini makmur
dan sejahtera. Memiliki wilayah yang termasuk luas, sumber daya yang
kaya dan rakyat yang bahagia. Hanya saja, kesempurnaan yang diinginkan
itu belum bisa sepenuhnya terwujud. Belum hadirnya seorang putra, sang
calon pewaris takhta yang berhak menggantikan posisi raja, membuat
Raja merasa ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya.
Sang Raja telah lama bersedih, entah upaya apa yang harus dia lakukan
lagi untuk mendapatkan keturunan. Raja dihari itu, diam merenung
berpikir bagaimana caranya. Hingga pada suatu waktu, ketika Raja
terlelap tidur, Raja bermimpi mengenai suatu petunjuk.
Tidak berselang lama Sang istri, Puteri Sitti Kendi mengandung. Terhitung
sembilan bulan lamanya, lahirlah dua orang putra. Sorak ramai pesta
bahagia mewarnai Kerajaan Kobat Syarial. Hati Raja memuncak bahagia,
akhirnya setelah sekian lama Raja menunggu lahirlah putra-putra yang
didambakan. Raja menamai anak itu, Syah Peri dan Indera Bangsawan.
Hingga anak-anak raja beranjak usia 7 tahun, mereka diperintah kan pergi
berguru pada Mualim Sufian. Mereka mengaji dengan giat sesuai apa
yang ayah mereka katakan. Tidak sampai disitu, selesai masa mereka
berguru, Raja memerintahkan anaknya untuk mengaji kitab usul, Fikih,
hingga Saraf dan Ilmu tafsir. Sang Raja ingin anak-anaknya memiliki fisik
yang terasah baik makan ketika sudah selesai mengaji kitab, mereka di
titah kan untuk belajar ilmu persenjataan, ilmu peperangan.
Lalu suatu hari yang sama sekali tak ingin mereka bayangkan, hari yang
gelap gulita tanpa sinar mentari akibat turunnya hujan deras yang disertai
2
angin kencang ditambah berselimut kan kabut tebal. Suasana tempat itu
benar-benar gelap dan mencengangkan.
Hal inilah yang membuat mereka berpisah sendiri-sendiri. Terpecah berai
tak bisa menemukan satu sama lain. Mereka terus saling mencari dan
mencari, ditengah keadaan tanpa penerangan.