Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Faktor-Faktor Penggunaan APD Pada Persalinan Normal

Menurut Teori Green (2016) Terdapat tiga faktor utama yang dapat

mempengaruhi individu atau masayarakat yaitu:

A. Predisposisi (predisposing) : pengetahuan, umur, pendidikan, lama bekerja,

sikap.

a. Umur

Pengaruh antara umur terhadap penampilan kerja dan seterusnya akan

berkaitan dengan tingkat kinerja. Dalam perkembangannya manusia akan

mengalami perubahan fisik dan mental akan digunakan tergantung dari jenis

pekerjaan. Pada umumnya tenaga yang telah berusia tua relatif tenaga fisiknya

lebih terbatas dari tenaga kerja yang masih muda.

b. Pendidikan

Pendidikan seseorang mempengaruhi cara berpikir dalam menghadapi

pekerjaan dimana dalam penelitiannya membuktikan bahwa pendidikan adalah

salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan dan cara kerja seseorang.

c. Masa Kerja

Pengalaman untuk kewaspadaan terhadap kecelakaan bertambah sesuai dengan

usia, masa kerja diperusahaan dan lamanya bekerja ditempat kerja yang

bersangkutan. Tenaga kerja baru biasanya belum mengetahui secara mendalam

seluk beluk pekerjaan dan keselamatannya, selain itu tenaga kerja baru sering

mementingkan selesainya sejumlah pekerjaan yang diberikan kepada mereka

8
9

sehingga keselamatan tidak cukup mendapatkan perhatian mereka.Dalam suatu

perusahaan pekerja-pekerja baru yang kurang pengalaman sering mendapat

kecelakaan sehingga perhatian khusus perlu diberikan kepada mereka. Lama

kerja seseorang dapat dikaitkan dengan pengalaman yang didapatkan di tempat

kerja. Semakin lama seseorang bekerja semakin banyak pengalaman dan

semakin tinggi pengetahuannya dan keterampilannya. Masa kerja sangat

mempengaruhi pengalaman seseorang terhadap pekerjaan dan lingkungan

dimana ia bekerja, semakin lama ia bekerja semakin banyak pengalamannya.

Hal ini akan mempengaruhi persepsi, sikap, melakukan pekerjaan yang lebih

terkontrol. Tenaga kerja yang mempunyai masa kerja yang lama akan lebih

terampil dan berpengalaman di dalam mengerjakan pekerjaannya sehingga

hasilnya akan lebih baik dan aman.

d. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atou hasil tau seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,hidung, telinga dan lain

sebagainya). Dengan sendirinya pada aktu penginderaan sampai dengan

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas

perhatian da persepsiterhadapobjek. Sebahagian besar pengetahuan seseorang

diperoleh melalui indrapendengaran (telinga), dan penglihatan (mata), Taufik

(2007),Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknyatindakan seseorang (over behavior) karena itu dari pengalaman

dan penelitian ternyata prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng dari pada prilaku yang tidak dodasari oleh pengetahuan


10

(Notoatmodjo 2007). Tingkat pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai

enam tingkat yaitu :

a. Tahu (know)

Merupakan tingkat pengetahuan paling rendah.Tahu artinya dapat

mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang telah di pelajari

sebelumnya.Ukuran bahwa seseorang itu tahu adalah dapat menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan. Misalnya, apa tanda – tanda

kelaianan kehamilan, dapat menyatakan kegunaan Fe.

b. Memahami

Memahamiartinya kemampuan untuk menjelaskan danmenginterprestasikan

dengan benar tentang objek yang di ketahui.Seseorang yang telah paham

tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, memberikan contoh, dan

menyimpulkan. Ibu hamil dapat menjelaskan tentang pentingnya

memeriksakan kehamilan .tetapi harus dapat menjelaskan mengapa

melakukan pemeriksaan kehamilan itu penting.

c. Aplikasi

Aplikasi yaitu kemampuan orang untuk menggunakan materi yang telah

di pelajari pada situasi dan kondisi yang nyata atau dapat menggunakan

hukum – hukum, rumus, metode dalam situasi yang nyata. Misalnya seorang

ibu telah paham tentang proses persalinan. Analisis adalah kemampuan

seseorang untuk menguraikan objek ke dalam bagian-bagian lebih kecil,

tetapi masih di dalam suatu struktur objek tersebut dan masih terkait satu

sama lain, ukuran kemampuan adalah ia dapat menggambarkan, membuat

bagan, membedakan, memisahkan, membuat bagan proses adopsi prilaku,


11

dan dapat membedakan pengertian psikologi dengan fisiologi. Misalnya

dapat membedakan tanda – tanda nyeri persalinan.

d. Sintesis

Sintesis yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian – bagian

di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada. Ukuran

kemampuan adalah ia dapat menyusun, meringkaskan, merencanakan dan

menyesuaikan suatuteoriataurumusanyangtelah ada. Misalnya, seorang ibu

dapat menyusun rencana persalinan selama hamil.

e. Evaluasi

Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu

objek.Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau di susun

sendiri.Misalnya seorang bidan desa dapat menafsirkan penyebab mengapa

ibu – ibu di tempat ia bekerja tidak mau mengimunisasikan anak – anaknya

(Sunaryo, 2014).

f. Sikap

Menurut Notoatmodjo (2017) sikap adalah reaksi atau respon yang

masihtertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.Manifestasi

sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih

dahulu dari perilaku yang tertutup.Menurut Newcomb yang dikutip oleh

Notoatmodjo (2017) bahwa sikap merupakan kesiapan/kesediaan seseorang

untuk bertindak sebagai objek di lingkungan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap objek. Menurut Notoadmodjo (2017) sikap dibedakan

menjadi:
12

a. Sikap positif, yaitu: sikap yang menunjukan atau memperlihatkan

menerima atau mengakui, menyetujui terhadap norma-norma yang

berlaku dimana individu itu berada.

b. Sikap negatif yaitu: menunjukan penolakan atau tidak menyetujui

terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap juga terdiri dari berbagai

tingkatan,yakni (Notoatmodjo, 2017):

a. Menerima (Receiving) diartikan orang (subjek) mau dan

memperhatikanstimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (Responding) diartikan sebagai memberikan jawaban apabila

ditanya mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

c. Menghargai (Valuing) diartikan sebagai mengajak orang lain untuk

mengerjakan dan mendiskusikan suatu masalah.

d. Bertanggung-jawab (Responsible) adalah bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara

langsung dapat ditanyakan pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu

objek, secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan–pertanyaan

hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden .

B. Pendukung (Enabling)

a. Ruang Bersalin

Persalinan yang baik adalah harapan dari setiap ibu yang ingin

melahirkan buah hatinya. Persalinan sangat didukung oleh tenaga medis


13

yang ahli, fasilitas dan ruanagan yang memadai untuk menunjang

pelayanan proses persalinan.

b. Ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD)

Pengendalian bahaya bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya

adalah dengan menggunakan alat pelindung diri. Menurut Menteri Tenaga

Kerja dan Transmigrasi RI No.8/MEN/VII/2010, alat pelindung diri (APD)

atau personal protective equipment didefinisikan sebagai alat yang mempunyai

kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian

atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja.

Alat pelindung diri harus tersedia jenis dan jumlahnya, untuk

perlindungan seluruh atau sebagian tubuh (Kurniawidjaja, 2010). Alat

pelindung diri mencegah petugas terpapar mikroorganisme penyebab infeksi

dengan cara melindungi atau membatasi petugas dari percikan cairan tubuh,

darah atau cidera selama melaksanakan prosedur klinik. Masker wajar dan

celemek plastik sederhana dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan dan

sumberdaya yang tersedia masing-masing daerah jika alat perlengkapan sekali

pakai tak tersedia (JNPK, 2007).

Ketersediaan APD di tempat kerja merupakan faktor pendukung

seseorang untuk menggunakan APD (Green, 1980). Dengan pendapat tersebut

dapat disimpulkan bahwa akan menimbulkan keengganannya bekerja untuk

menggunakan APD jika fasilitas itu tidak tersedia atau tidak lengkap.

Menurut Suma’mur (2009) salah satu persyaratan memilih alat

perlindungan diri dalam hal kenyamanan yaitu alat perlindungan diri harus

nyaman untuk digunakan, hal ini akan dapat memotivasi pekerja untuk
14

menggunakannya dengan lebih baik. Kenyamanan APD dapat diketahui berupa

enak dipakai, desain sesuai dengan tubuh pekerja dan tidak membatasi ruang

gerak pekerja (Walifah, 2010, p.23).

C. Penguat (Reinforcing)

Faktor ini meliputi faktor sikap dan prilaku petugas kesehatan berupa:

a. Kebijakan Dinas Kesehatan

Berdasarkan penelitian Mulianti tahun 2008 beberapa factor yang

mempengaruhi prilaku bidan dalam penggunaan APD adalah kebijakan dan

pengawasan-penilaian oleh pihak manajemen di setiap pasilitas kesehatan,

oleh sebab itu perlu perhatian dari pihak manajemen membuat suatu

kebijakan dan penilaian dalam rangka preventif atau sikap pro-aktif terhadap

penularan penyakit yang dapat mengganggu kesehatan dokter dan bidan di

pasilitas tempat persalinan. Untuk itu diperlukan supervise dari organisasi

Ikatan Bidan Indonesia (IBI).

b. Penilaian Organisasi

Salah satu lagi tugas pimpinan adalah evaluasi terhadap pelaksanaan

kegiatan dalam upaya pencapaian tujuan.Evaluasi yang digunakan berdasarkan

pada efektivitas dan efisiensi.Ada dua kategotri evaluasi yaitu kesesuaian

(appropriateness) yang dihubungkan dengan kebutuhan memenuhi tujuan

program dan prioritas pilihan dan nilai-nilai yang tersedia, dan kecukupan

(adequency) yang berhubungan dengan masalah dapat terselesaikan melalui

kegiatan yang telah diprogramkan (Syamsi, 2013).


15

2.2. Asuhan Persalinan Normal

Fokus utama asuhan persalinan normal adalah mencegah terjadinya

komplikasi, hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menungggu

dan menangani komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.

Pencegahan komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir akan mangurangi

kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir.

Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan

hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi bidan dan bayinya, melalui

berbagi upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga

prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat optimal.

Menyebutkan definisi kelahiran normal adalah yang memiliki pengertian

sebagai peristiwa spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dapat tetap

demikian sepanjang kehamilan dan kelahiran.Tujuan perawatan dalam kelahiran

normal adalah mendapatkan ibu dan anak yang sehat dengan tingkat intervensi

seminimal mungkin yang memeperhatikan keselamatan.

WHO telah menetapkan isi kotak persalinan yang bersih serta penggunaannya

yang benar dan efektif. Program yang sudah ada perlu di pertahankan atau di

perluas untuk memberi dukungan terhadap efek positif penggunaan tiga bersih

“tangan, daerah perineum, daerah umbilikus” instrumen yang akan digunakan

kembali harus disterilkan dengan cara yang benar.

Beberapa tindakan harus diambil selama persalinan untuk mencegah

kemungkinan infeksi pada klien atau penolong persalinan berdasarkan petunjuk

yang ditetapkan oleh.


16

2.3. Alat Perlindungan Diri (APD)

2.3.1. Pengertian Alat Perlindungan Diri

Alat perlindungan diri adalah suatu alat yang dipakai untuk melindungi

diri atau tubuh tehadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja. Jadi alat perlindungan

diri atau tubuh adalah merupakan salah satu cara untuk mencegah kecelakaan, dan

secara teknis APD tidaklah sempurna dapat melindungi tubuh akan tetapi dapat

mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan yang terjadi.

Peralatan perlindungan tidak menghilangkan ataupun mengurangi bahaya

yang ada. Peralatan ini hanya mengurangi jumlah kontak dengan bahaya dengan

cara penempatan penghalang antara tenaga kerja dengan bahaya. Banyak faktor

yang dapat mengurangi efektivitas dari peralatan perlindung.Efektivitas sistem ini

juga sangat bergantung pada perilaku tenaga kerja. Tanpa peralatan yang tepat,

pelatihan yang memadai, penyimpanan dan perawatan yang baik, aplikasi

peralatan pelindung tenaga kerja tidak akan efektif dalam mengendalikan bahaya.

2.3.2. Syarat-syarat APD

Pemilihan APD yang handal secara cermat adalah merupakan persyaratan

mutlak yang sangat mendasar.Pemakaian APD yang tidak tepat dapat

mencelakakan tenaga kerja memakainya kareana mereka tidak terlindung dari

bahaya potensial yang ada di tempat meraka terpapar. Oleh karena itu agar dapat

memilih APD yang tepat, maka perusahaan harus mampu mengidentifikasi

bahaya potensi yang ada, khususnya yang tidak dapat dihilangkan ataupun

dikendalikan, serta memahani dasar kerja setiap jenis APD yang akan digunakan
17

di tempat kerja dimana bahaya potensial tersebut ada ketentuan yang harus

dipenuhi adalah :

1. Harus dapat memberikan perlindungan yang kuat tehadap bahaya yang spesifik

atau bahaya-bahaya yan dihadapi oleh tenaga kerja

2. Berat alat hendaknya seringan mungkin, dan alat tersebut tidak menyebabkan

rasa ketidak nyamanan yang berlebihan.

3. Harus dapat dipakai secara fleksibel.

4. Bentuknya harus cukup menarik.

5. Tahan untuk pemakaian yang lama.

6. Tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya, yang

dikarenakan bentuk dan bahayanya tidak tepat atau karena salah dalam

penggunaannya.

7. Harus memenuhi standar yang telah ada.

8. Tidak membatasi gerakan dan persepsi sensorisn pemakainya.

9. Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah pemeliharaannya.

menyatakan persyaratan yang harus dipenuhi alat perlindungan diri :

1. Enak dipakai.

2. Tidak mengganggu kerja.

3. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya.

Beberapa kriteria dasar yang harus dupenuhi oleh semua jenis peralatan

pelindung ada dua hal yang terpenting yaitu :

1. Apapun sifat bahayanya, peralatan perlindungan harus memberikan

perlindungan terhadap bahaya tersebut.


18

2. Peralatan perlindungan tersebut harus ringan dipakainya dan awet, dan

membuat rasa kurang nyaman sekecil mungkin, tetapi memungkinkan

mobililitas, penglihatan, dan sebagainya yang maksimum.

2.3.3. Perundang-undangan

Kewajiban pengurus dan tenaga kerja dalam kaitannya dengan alat pelindungan

diri diatur dalam pasal 9 dan pasal 12 UU No. 1 tahun 1970 sebagai berikut :

a. Pasal 9 ayat 1 sub c menyebutkan bahwa pengurus diwajibkan menunjukkan

kepada tenaga kerja baru tentang alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang

bersangkutan.

b. Pasal 9 ayat 1 menyebutkan bahwa pengurus hanya dapat memperkerjakan

tenaga kerja yang baru setelah ia yakin bahwa tenaga kerja telah memahani

syarat-syarat tersebut diatas.

c. Pasal 12 sub c menyebutkan bahwa denga peraturan perundan-undangan

tesebut diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk memakai alat-alat

perlindungan diri yang diwajibkan.

d. Pasal 12 sub e menyebutkan bahwa tenaga kerja berhak menyatakan

keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat-syarat keselamatan dan

kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang dirgukan olehnya

kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan oleh pegawai pengawas yang masih

dapat dipertanggung jawabkan.

Pasal 4 ayat 3 peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

No.1/MEN/1991 tentang “kewajiban melaporkan penyakit akibat kerja”,

menyebutkan bahwa pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma alat


19

pelindung diri yang diwajibkan penggunaanya oleh tenaga kerja yang berada di

bawah pimpinannya untuk mencegah penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja.

2.3.4. Jenis-jenis APD

Alat-alat proteksi diri beraneka ragam bentuknya ada 8 jenis APD, dimana

penggolongannya berdasarkan bagian-bagian tubuh yang dilindunginya :

1. Alat Perlindungan Kepala

Alat ini terdiri dari alat pengikat rambut, topi dari berbagai bahan. Penggunaan

alat ini bertujuan untuk melindungi kepala dari bahaya terbentur dengan benda

tajam atau keras yang menyebabkan luka tergores, tepotong, tertusuk, terpukul

oleh benda-benda jatuh, melayang dan meluncur, juga melindungi kepala dari

panas radiasi, api, percikan bahan-bahan kimia korosif dan mencegah rambut

rontok dengan bagian mesin yang berputar. Tenaga kerja wanita dengan rambut

yang penjang sering mengalami kecelakaan akibat rambutnya terjerat dalam mesin

yang berputar.

2. Alat Pelindung Mata.

Kacamata pengaman diperlukan untuk melindungi mata dari kemungkinan

kontakdengan bahaya karena kepercikan atau kemasukan debu-debu, gas-gas,

uap, cairan korosif, partikel-partikel melayang, atau terkena radiasi gelombang

elektromagnetis. Ada lima tipe alat pelindung mata :

1. Spectacles

2. Eye shields (kecamata tanpa pelindung samping)

3. Gogles (cup type dan box type); 4. Face screen; 5. Visors.


20

3. Alat Pelindung Muka.

Alat ini digunakan untuk melindungi wajah dari bahaya cedera dari percikan

api dan bahan bahaya lainnya pada saat bekerja seperti pada pengelasan.

4. Alat Pelindung Tangan dan Jari

Menurut bentuknya sarung tangan dapat dibedakan menjadi :

1. Sarung tangan biasa (gloves).

2. Grantles : sarung tangan yang dilapisi plat logam.

3. Mitts : sarung tangan yang keempat jarinya terbungkus menjadi satu.

5. Alat Pelindung Kaki

Sepatu keselamtan kerja dipakai untuk melindungi kaki dari bahaya kejatuhan

benda-benda berat, percikan larutan asam dan basa yang korosif atau cairan yang

panas, terinjak bedan-benda tajam.

6. Alat Pelindung Pernapasan/Masker

Alat pelindung pernapasan/masker deperlukan di tempat kerja dimana udara

didalamnya tercemar.Pencemaran udara bekisar dari pencemaran yang tidak

berbahaya sampai kepada pencemaran yang sangat berbahaya. Bahan pencemar

udara biasanya dalam bentuk debu, uap, gas, asap, atau kabut. Untuk menentukan

alat pelindung diri pernapasan, maka lebih dahulu harus ditentukan jenis dan

kadar bahan pencemar yang ada serta dievaluasi tingkat bahayanya.

7. Alat Perlindungan Telinga.

Alat ini bekerja sebagai penghalang antara bising dan telinga dalam. Ada dua

macam alat pelindung telinga yaitu :


21

1. Sumbat telinga (ear plug) : mempunyai daya atenuasi suara sebesar 25-30

dB.

2. Tutup telinga (ear muff ): mempunyai daya atenuasi suara sebesar 10-15 dB

lebih besar dari ear plug.

8. Alat Pelindung Tubuh.

Pakaian pelindung dapat berbentuk apron yang menutupi sebagian tubuh yaitu

mulai dari dada sampai lutut dan overalls yang menutupi seluruh badan. Pakaian

pelindung digunakan untuk melindungi pemakainya dari percikan cairan, api,

larutan bahan-bahan kimia korosif dan oli, cuaca kerja (panas, dingin,

kelembapan).

Dalam melakukan asuhan persalinan normal alat pendukung diri yang

digunakanadalah :

1. Alat Pelindung Kepala

2. Alat Pelindung Mata

3. Alat Pelindung Tangan Dan Jari

4. Alat Pelindung Kaki

5. Alat Pelindung Pernapasan/Masker

6. Alat Pelindung Tubuh.

2.3.5. Tujuan dan Manfaat Pemakaian APD

Pemakaian APD bertujuan untuk melindungi tenaga kerja dan juga

merupakan salah satu upaya mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit

akibat kerja oleh bahaya potensial pada suatu perusahaan yang tidak dapat

dihilangkan atau dikendalikan.


22

Keuntungan penggunaan APD dapat dirasakan oleh tiga pihak yaitu

perusahaan, tenaga kerja, masyarakat dan pemerintah :

1. Perusahaan.

a. Meningkatkan keuntungan karena hasil produksi dapat terjamin baik jumlah

maupun mutunya.

b. Penghematan biaya pengobatan serta pemeliharaan kesehatan para tenaga

kerja.

c. Menghindari terbuangnya jam kerja akibat absentisme tenaga kerja sehingga

dapat tercapai produktivitas yang tinggi dengan efisiensi yang optimal.

2. Tenaga kerja.

a. Menghindari diri dari resiko pekerjaan seperti kecelakaan kerja dan penyakit

akibat kerja.

b. Memberikan perbaikan kesejahteraan pada tenaga kerja sebagai akibat

adanya keuntungan perusahaan.

3. Masyarakat dan pemerintah.

a. Meningkatkan hasil produksi dan menguntungkan perekonomian negara dan

jaminan yang memuaskan bagi masyarakat.

b. Menjamin kesejahteraan masyarakat tenaga kerja, berarti melindungi

sebagian penduduk Indonesia dan membantu usaha-usaha kesehatan

pemerintah.

c. Kesejahteraan tenaga kerja, berarti dapat menjamin kesejahteraan keluarga

secara langsung.

d. Merupakan suatu usaha kesehatan masyarakat yang akan membantu kearah

pembentukan masyarakat sejahtera.


23

Kebiasaan hidup sehat diperusahaan akan membantu penerapannya dalam

pembinaan kesehatan keluarga yang akan membawa hasil bagi usaha kesehatan

masyarakat.

2.4. Penelitian Terdahulu


Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
N0 Nama Jenis Penelitian Metode Hasil
Peneliti Penelitian Penelitian

1 Mulyanti, Faktor Predisposing, Desain Variabel yang


Fakultas enabling, dan Observasional berhubungan
keperawatan rainforcing terhadap cross sectional dengan
Universitas penggunaan APD dalam kepatuhan
Sumatera asuhan persalinan bidan dalam
Utara Tahun normal Tahun 2008 penggunaan
2008 APD di
rumah sakit
Maurexa
Aceh
Pengetahuan,
Sikap, dan
masa kerja
2 Aditya Reino, Hubungan faktor Penelitian Hasil
Program studi predisposing, Observasional penelitian
kesehatan reinforcing, dan enabling deskriptif menunjukkan
masyarakat pada pekerja bahwa ada
Fakultas ilmu sandblasting di PT X hubungan
kesehatan atara
Universitas pengetahuan
Airlangga dan sikap.
3 Analia, Analisa Faktor-Faktor Cross Hasil
Sarjana yang berhubungan sectional penelitioan
kedokteran dengan prilaku study ini
Fakultas penggunaan alat didapatkan
Kedokteran perlindungan diri pada 63%
Universitas petugas kesehatan responden
Lampung memiliki
tingkat
pengetahuan
rendah,
67,4%
memiliki
sikap
negative.
24

2.5.Landasan Teori

Teori Lawrence Green mencoba menganalisa prilaku manusia dari tingkat

kesehatan.Kesehatan seseorang atau masyarakat di pengaruhi oleh dua factor

pokok, yaitu factor prilaku dan factor diluar prilaku. Teori Lawrence Green

menggambarkan bahawa prilaku kesehatan seseorang atau masyarakat di tentukan

oleh tiga factor utama yaitu: Predisfocing (Predisosisi) ditentukan oleh

pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan norma social. Faktor Enabling

(Pendukung) dipengaruhi oleh sarana kesehatan dan factor Reinfocing (Penguat)

dipengaruhi oleh sikap dan prilaku kesehatan.


25

Faktor Predisfocing
1. Umur
2. Pendidikan
3. Masa Kerja
4. Pengetahuan
5. Sikap
6. Kepercayaan
7. Norma Social
8. Tradisi

Faktor Enabling

a. Ruang Bersalin Kepatuhan


penggunaan
b. Sarana
APD
2.2

Faktor Reinfocing
a. Kebijakan Dinas
Kesehatan
b. Penilaian

Gambar.2 1 : Landasan Teori


( Lawrence Green )
26

2.6. Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka teori pada Bab II, maka

dikembangkan kerangka konsep untuk melihat faktor predisposing, enabling, dan

rainforcing dengan kepatuhan penggunaan alat APD oleh bidan pada pertolongan

pertama persalinan normal di Kota Tebing Tinggi tahun 2019.

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor Predisfocing :

- Umur
- Pendidikan
- Masa Kerja
- Pengetahuan
- Sikap

Kepatuhan penggunaan
Faktor Enabling :
APD
- Sarana Ketersediaan
APD  Patuh

Tidak patuh

Faktor Reinfocing :

 Penilaian organisasi

Gambar 2.2. Kerangka Konsep penelitian


27

2.7 Hipotesa

a. Ada hubungan Faktor Predisposing (umur, pendidikan, masa kerja,

pengetahuan dan sikap,) dengan perilaku kepatuhan penggunaan APD oleh

bidan pada pertolongan persalinan normal di Kota Tebing Tinggi Tahun 2019.

b. Ada hubungan Faktor Enabling (sarana ketersediaan APD di ruang bersalin

dengan perilaku kepatuhan) dengan kepatuhan penggunaan APD oleh bidan

pada pertolongan persalinan normal di Kota Tebing Tinggi Tahun 2019.

c. Ada hubungan Faktor Reinforcing (penilaian organisasi dengan perilaku

kepatuhan) dengan kepatuhan penggunaan APD oleh bidan pada pertolongan

persalinan normal di Kota Tebing Tinggi Tahun 2019.

Anda mungkin juga menyukai