Anda di halaman 1dari 9

MODUL PEMASANGAN INFUS (KELOMPOK 4)

MODUL
CARA PEMASANGAN INFUS

Kelompok 4 :
1.     Fatma Nola
2.     Nisma Adela
3.     Nurma dani Hsb
4.     Robiatul Adwiah Srg
5.     Tianna Safitri

                                         PROGRAM STUDI D- IV BIDAN PENDIDIK


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
 HAJI SUMATERA UTARA
2015

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang 
Keperawatan merupakaan hasil proses kerjasama manusia dengan manusia lainnya supaya
menjadi sehat atau tetap sehat. Dalam perkembangan ilmu  keperawatan saat ini perawat dituntut untuk
lebih professional dalam melakukan tindakan keperawatan yaitu pelayanan yang memuaskan dan
meyakinkan.

Pemasangan infus adalah teknik yang mencakup penusukan vena melalui transkutan dengan
stilet tajam yang kaku seperti angiokateler atau dengan jarum yang di sambungkan. Pemberian cairan
infuse merupakan materi yang sangat sulit di terapkan karena memiliki berbagai macam tehknik-tekhnik
yang berbeda-beda dan memilki kerasionalannya sendiri-sendiri juga. oleh karena itu prosedur
pemberian infus memerlukan pembelajaran yang tidak sedikit.

Dalam penulisan makalah ini akan di jelaskan pengertian pemberian cairan infuse, jenis-jenis
cairan intravena, indikasi dan kontraindikasi, dan prosedur pemberian cairan infuse.
Pungsi vena merupakan tekhnik penusukan vena melalui transkutan dengan stilet tajam yang kaku
seperti angiokateter atau dengan jarum yang disambungkan pada spuit.

Kebutuhan dasar pada manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia
dalam menjaga keseimbangan baik secara fisiologis maupun psikologis. Hal ini tentunya
bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.

Pemasangan infus merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan
cara memasukkan cairan melalui intra vena (pembuluh balik) melalui transkutan dengan stilet
tajam yang kaku seperti angiokateler atau dengan jarum yang di sambungkan. Dan yang di
maksud dengan pemberian cairan intravena adalah memasukan cairan atau obat langsung
kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set
(Potter,2005). Tindakan infus biasa diberikan pada klien dengan dehidrasi, sebelum transfusi
darah, pra dan pasca bedah sesuai program pengobatan, serta klien yang sistem pencernaannya
terganggu, serta untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.

Tindakan infus diberikan pada kliendengan dehidrasi, sebelum transfusidarah, pra dan
pasca bedah sesuai program pengobatan, serta klien yang sistem pencernaannya terganggu.
Sudah berbagai cara dikembangkan untuk  menurunkan morbiditas dan mortalitas di
negara kita. Dari data SDKI tahun 2007 diperoleh data untuk angka kematian ibu 228/100.000
KH. Sedangkan  hasil SDKI tahun 2002/2003 yaitu sebanyak 307/100.000 KH. Jika dilihat dari
perbandingan tahun 2003 dan 2007 memang mengalami penurunan, tetapi Angka ini tegolong
masih tinggi jika dibandingkan dengan negara maju. Rata-rata angka kematian ibu ini
disebabkan karena perdarahan saat persalinan atau setelah bersalin. Menurunkan AKI salah satu
diantaranya adalah pengelolaan perdarahan pasca salin, meliputi pengenalan faktor risiko
terjadinya perdarahan pasca salin, pencegahan terjadinya perdarahan dan penanganan perdarahan
pasca salin yg efektif.
Berdasarkan uraian di atas maka pembinaan bagi seluruh petugas kesehatan  perlu ditingkatkan melalui
peningkatan kompetensi kerja yang dapat menerapkan cara pemasangan infuse yang baik dan benar, efektif, dan
efisien 2.
Berdasarkan uraian di atas maka seluruh petugas kesehatan  perlu ditingkatkan melalui peningkatan kompetensi
petugas kesehatan yang dapat menerapkan cara pemasangan infusyang baik dan benar, efektif, dan efisien 2.

2. Deskripsi Singkat
Bahan ajar ini membahas tentang  cara pemasangan infus

3. Manfaat Bahan Ajar bagi Peserta


Bahan ajar ini bermanfaat bagi mahasiswi kebidanan dalam meningkatkan pengetahuan dan memberikan informasi
tentang tehnik pemasangan infuse yang baik dan benar, dengan segala kelebihan dan kekurangannya yang
disesuaikan dengan kondisi alat kesehatan.

4. Tujuan Pembelajaran

1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami bagaimana cara pemasangan infuse yang baik dan
benar.
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan dapat:
a.    Menjelaskan kegunaan dari pemasangan infus

5. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok


Bahan ajar ini terdiri dari beberapa materi pokok dan sub pokok sebagai berikut.
1. pengerttian dari pemasangan infus
a. Manfaat dari pemasangan infus
b. Posisi yang benar dalam melakukan tindakan pemasangan infus yang baik dan benar
6. Petunjuk Belajar

Agar lebih efektif dan efisien dalam mempelajari modul ini, hendaknya Anda memperhatikan petunjuk belajar
berikut :
1.      Bacalah dan pelajarilah setiap uraian kegiatan belajar dalam bahan ajar ini secara runtut,
     cermat, dan teliti.
2. Catatlah atau tandailah hal-hal yang peserta didik anggap penting
3. Apabila ada yang kurang jelas, coba diskusikan dengan peserta didik lain atau tanyakan
    kepada fasilitator atau carilah sumber lain yang sesuai.
4. Setelah Anda memahami uraian materi dalam setiap kegiatan belajar, jawablah soal-soal
    latihan yang tersedia.
 
 BAB II PENGERTIAN DARI PEMASANGAN INFUS

Indikator keberhasilan :
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat dapat :
1. Menjelaskan pengertian dari pemasangan infus A.   Penge
2. Menjelaskan tujuan dan manfaat dari pemasangan infus rtian dari
3. Menjelaskan posisi yang benar dalam melakukan tindakan pemasangan infus yang baik dan
benar
4. lokasi-lokasi tempat pemasangan infus

pemasangan infus
Memasang infus merupakan salah satu cara  pemberian terapi cairan dengan menggunakan prosedur infasif
yang dilaksanakan dengan menggunakan tehnik aseptic
Pemasangan Infus adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui sebuah jarum
ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan cairan atau zat-zat makanan dari
tubuh.

a.      Tujuan pemasangan infuse


  Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein
lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral
  Memperbaiki keseimbangan asam basa
  Memperbaiki volume komponen-komponen darah
  Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh    Memonitor tekan Vena
Central (CVP)
  Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan di istirahatkan.

b.       Indikasi pemasangan infus

1.      Keadaan emergency (misal pada tindakan RJP), yang memungkinkan pemberian obat langsung
ke dalam Intra Vena
2.      Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat (seperti furosemid, digoxin)
3.      Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus melalui Intra vena
4.              Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit.
5.               Pasien yang mendapatkan tranfusi darah
6.               Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar
dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga
untuk memudahkan pemberian obat)
7.               Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi
(kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps (tidak
teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.
8.              Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan dengan injeksi
intramuskuler.

c.        Kontraindikasi
1.      Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.
2.      Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk
pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialis g    is (cuci darah).
3.               Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnya
lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).

d.             Hal-hal yang harus diperhatikan untuk pemilihan vena :


1. gunakan vena-vena distal terlebih dulu.
2. gunakan lengan pasien yang tidak dominan jika mungkin.
3. pilih vena-vena di atas area fleksi.
4. pilih vena yang cukup besar untuk memungkinkan aliran darah yang adekuat ke dalam kateter.
5. palpasi vena untuk menentukan kondisinya. Selalu pilih vena yang lunak, penuh, dan yang
tidak tersumbat, jika ada.
6. pastikan bahwa lokasi yang dipilih tidak akan menggangguaktivitas pasien sehari-hari.
7. pilih lokasi yang tidak akan mempengaruhi pembedahan atau prosedur-prosedur yang
direncanakan.

e.               Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian cairan intravena :


1. selalu memeriksa tindakan kewaspadaan yang diberikan oleh pabrik obat.
2. jangan menambahkan kalsium dan magnesium ke garam yang lain.
3. jangan mencampurkan aditif dengan darah.
4. jangan membiarkan larutan untuk diinfuskan selama lebih dari 24 jam.
5. ikuti petunjuk pabrik mengenai penyimpanan dan keamanan.
6. jagan mencampur dua jenis obat intravena dalam spuit yang sama untuk pemberian intravena.
7. bila kerja sampingan dari kedua obat tidak diketahui, berikan dengan normal salin steril
diantara pemberian kedua obat tersebut.
8. selalu mengenali lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pemberian semua jenis obat
intravena.

 
F. LOKASI PEMASANGAN INFUS
Lokasi pemasangan infus biasanya pada vena yang terdapat di lengan antara lain(Gambar
dilampirkan):

• Vena digitalis mengalir sepanjang sisi lateral jari tangan dan dihubungkan ke vena dorsalis oleh
cabang-cabang penyambung.
Keuntungan :kadang-kadang hanya vena yang tersedia, yang dengan mudah difiksasi dengan
spatel lidah yang dibalut dengan perban.
Kerugian :hanya kateter yang berukuran kecil dapat digunakan, mudah terjadi infiltrasi, tidak
cocok untuk terapi jangka panjang.

• Vena dorsalis superfisialis (metakarpal atau tangan) berasal dari gabungan vena digitalis.


Keuntungan :memungkinkan pergerakan lengan, mudah dilihat dan di palpasi, tulang-tulang
dengan membelat kateter.
Kerugian: pasien-pasien yang aktif dapat mengeser kateter, balutan menjadi mudah basah
dengan mencuci tangan, tempat penusukan IV akan macet jika penahan pergelangan tangan di
pasang.

• Vena sefalika terletak di lengan bagian bawah pada posisi radial lengan (ibu jari). Vena ini
berjalan ke atas sepanjang bagian luar dari lengan bawah dalam region antekubiti. Vena sefalika
lebih kecil dan biasanya lebih melengkung dari vena basilika.
Keuntungan : dapat menggunakan kateter ukuran bsar untuk infus yang cepat, dibelat oleh
tulang-tulang lengan, pilihan yang baik untuk infus larutan yang mengiritasi.
Kerugian :lebih melengkung daripada vena basilika; ini biasanya merupakan kerugian hanya
bila memasang kateter yang lebih panjang.

• Vena basilika ditemukan pada sisi ulnaris lengan bawah, berjalan ke atas pada bagian posterior
atau belakang lengan dan kemudian melengkung ke arah permukaan anterior atau region
antekubiti. Vena ini kemudian berjalan lurus ke atas dan memasuki jaringan yang lebih dalam.
Keuntungan : sama seperti vena sefalika, biasanya lebih lurus dari vena sefalika
Kerugian : cenderung berputar; posisi pasien mungkin aak kikuk selama pungsi vena.

• Vena mediana/antekubiti berasal dari vena lengan bawah dan umumnya terbagi dalam dua
pembuluh darah, satu berhubungan dengan vena basilika dan yang lainnya berhubungan dengan
vena sefalika. Vena ini biasanya digunakan untuk pengambilan sampel darah.
Keuntungan : mudah dilakukan penusukan, besar, cenderung stabil.
Kerugian : dapat membatasi gerakanlengan pasien, sering diperlukan untuk pengambilan sampel
darah.

G. JENIS-JENIS CAIRAN INFUS


1. Cairan hipotonik.
        Cairan hipotonik adalah cairan infuse yang osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan
serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan
menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke
jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi),
sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami”
dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien
hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang
membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel,
menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada
beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
2. Cairan Isotonik.
         Cairan isotononik adalah cairan infuse yang osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya
mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh
darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga
tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya
pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat
(RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).

3. Cairan hipertonik.
Adalah cairan infus yang osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga “menarik”
cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan
tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya
kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose
5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.
D. Rangkuman
Pemasangan infus merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan cara memasukkan
cairan melalui intra vena (pembuluh balik) melalui transkutan dengan stilet tajam yang kaku seperti angiokateler
atau dengan jarum yang di sambungkan.
Hal-hal yang harus di perhatikan dalam pemasangan infuse :
1.      gunakan vena-vena distal terlebih dulu.
2. gunakan lengan pasien yang tidak dominan jika mungkin.
3. pilih vena-vena di atas area fleksi.
4. pilih vena yang cukup besar untuk memungkinkan aliran darah yang adekuat ke dalam kateter.
5. palpasi vena untuk menentukan kondisinya. Selalu pilih vena yang lunak, penuh, dan yang
tidak tersumbat, jika ada.
6. pastikan bahwa lokasi yang dipilih tidak akan menggangguaktivitas pasien sehari-hari.
7. pilih lokasi yang tidak akan mempengaruhi pembedahan atau prosedur-prosedur yang
direncanakan
Adapun Tujuan Dari Pemasangan Infuse Sebagai Berikut :
  Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein
lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral
  Memperbaiki keseimbangan asam basa
  Memperbaiki volume komponen-komponen darah
  Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh    Memonitor tekan Vena
Central (CVP)
  Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan di istirahatkan.
Manfaat pemasangan infuse :
  Mempertahankan atau menganti cairan tubuh yang hilang
  Memperbaiki keseimbangan asam basa
  Memperbaiki komponen darah
  Tempat memasukkan obat atau terapi intra vena
  Rehidrasi cairan pada pasien shock 

 
                                          

A. Kesimpulan
Upaya peningkatan kualitas pelayanan Kesehatan akan mengurangi angka kematian, dengan melayani
pasien dengan baik  yang sesuai dengan kondisi pasien. Dengan penanganan petugas kesehatan yang baik dan benar
membuat pasien sangat puas dengan pelayanan yang kita berikan terhadap mereka.
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas di lapangan harus mampu diimbangi dengan perubahan
dan perkembangan ilmu dan teknologi.

B. Evaluasi
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini yang merupakan gabungan dari pertanyaan-pertanyaan bab-bab
sebelumnya:
1.  coba anda sebutkan pengertian dari pemasangan infus!
2.  Sebutkan hal-hal yang harus di perhatikan dalam pemasangan infus!
3.  Sebutkan tujuan dan manfaat dari pemasangan infus!
4.  Sebutkan jenis-jenis cairan infus!
5. Jelaskan dari indikasi pemasangan infus!
6. Sebutkan beberapa lokasi pemasangan infus!

 
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A.Aziz dkk.2004.Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:EGC

Goodner, Brenda.1994.Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis.Jakarta:EGC


Kusyati, Eni. 2006. Keterampilan dan prosedur laboratorium. Jakarta : EGC
LaRocca, Joanne C.1998.
TerapiIntavena.Jakarta:EGC
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik
Stanhope, Marcia dkk.1997.
Buku Saku Keperawatan Komunitas dan Kesehatan Rumah.Jakarta:EGC

Badan Pusat Statistik (BPS), dkk. 2007. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007, Calverton,

Anda mungkin juga menyukai