Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA TN.

A DI
DS.KUMPULREJO DSN.TAWUN KEC.BANGILAN KAB.TUBAN

Oleh :
Ayu Novita Sari
Nim : 18161149003

PRODI STUDI DIII KEBIDANAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
TAHUN 2020-2021

i
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA TN.A
DENGAN KURANG ENERGI PROTEIN ATAU (KEP) SEDANG DI
DS.KUMPULREJO DSN.TAWUN KEC.BANGILAN KAB.TUBAN

Laporan Individu Praktek Kebidanan

Disusun oleh :

Ayu Novita Sari

Nim : 18161149003

PRODI DIII KEBIDANAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
TAHUN 2020-2021

ii
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA TN ”A”


DENGAN KURANG ENERGI PROTEIN ATAU (KEP) SEDANG PADA
BALITA DI RT 01 RW 02 DUSUN TAWUN DESA KUMPULREJO
KECAMATAN BANGILAN KABUPATEN TUBAN

Laporan individu praktek kebidanan komunitas ini telah disetujui

Tanggal..................2021

Mengesahkan

Pembimbing Pembimbing Pembimbing

(Ns.Suhartono.,M.Kep) (Tri Yunita (Sulanita Ika


FD,STr.,M.Kes) Sari.,Amd.Keb)

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan laporan individu praktek kebidanan komunitas yang berjudul
“Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Tn”A” Dengan Kurang Energi Protein Atau
(KEP) Sedang pada balita Di Rt 01 Rw02 Dusun Tawun Desa Kumpulrejo
Kecamatan Bangilan Kaabupaten Tuban.
Dalam penusunan laporan individu ini penulis banyak mengalami
hambatan dan kesulitan akan tetapi arahan dari para pembimbing dan dukungan
semua seingga penulis dapat menyelesaikan laporan individu ini dengan baik.
Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
Bapak Dr.H.Miftahul Munir SKM.,M.Kes., DIE selaku Rektor Institut
Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban yang telah memberikan kesempatan dan
fasilitas untuk mencari ilmu di Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban.
1. Ibu Aris Puji utami, SST.,M. Kes, selaku Ketua Program Studi DIII
Kebidanan Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban.
2. Bapak Ns. Suhartono, M.Kep selaku Dosen Pembimbing
3. Ibu Tri Yunita FD, STr., M. Keb selaku Dosen Pembimbing
4. Ibu Sulanita Ika Sari, Amd. Keb selaku Dosen Pembimbing
5. Seluruh dosen Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban
6. Bapak Kusno Purwanto selaku kepala desa Kumpulrejo
7. Ibu Tambah selaku klien
8. Seluruh warga desa Kumpulrejo pada umumnya dan warga dusun
Tawun khususnya.
9. Kedua Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan,
doa serta segala fasilitas dalam penyusunan laporan individu ini.
10. Teman-teman mahasiswa Fakultas Keperawatan dan Kebidanan
11. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini
yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan asuhan
kebidanan komunitas ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Akhir kata, Penulis hanya dapat berharap agar laporan asuhan kebidanan
komunitas ini dapat berguna bagi semua pihak serta menjadi sesuatu yang berarti
dari usaha selama ini

iv
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Tujuan Umum..............................................................................................2
1.3 Tujuan Khusus.............................................................................................3

BAB II MATERI PENYULUHAN.........................................................................4


2.1 Konsep Keluarga.........................................................................................4
2.2 Balita.........................................................................................................10
2.3 Teori Manajemen Kebidanan....................................................................21

BAB III ASKEB....................................................................................................35

BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................42
BAB V PENUTUP.................................................................................................43
5.1 Kesimpulan..........................................................................................43
5.2 Saran.....................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................44

v
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah kesehatan utama Negara Indonesia adalah tingginya angka


kesakitan dan kematian pada balita. Berdasarkan Survey Demografi
Kesehatan Indonesia, Angka Kematian Balita (AKB) adalah 32 per 1.000
kelahiran hidup (Depkes RI, 2012). Kematian Balita disebabkan karena
penyakit febris, diare, pneumonia, dan penyakit infeksi menular, penyebab
dasarnya adalah gizi (Notoatmodjo, 2011).
Masalah gizi balita yang dihadapi di Indonesia saat ini merupakan
masalah gizi ganda yaitu masalah kurang gizi dan kelebihan gizi. Gizi kurang
merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang penting di Indonesia
maupun di banyak Negara berkembang lainnya. Gizi kurang merupakan suatu
keadaan berat badan anak kurang dari 90% indeks berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB) standar baku WHO-NCHS yang disebabkan oleh kurangnya
zat gizi karbohidrat dan kekurangan protein disertai susunan hidangan yang
tidak seimbang (Fatimah, 2008).
Berdasarkan Riskesda (2013), balita gizi kurang di Indonesia
sebanyak 13,9%, sedangkan di Jawa Tengah sebanyak 12,4%. Jumlah
tersebut meningkat, melihat pada tahun 2012 angka kejadian balita gizi
kurang sebanyak 4,8%. Dari tahun ke tahun, lebih dari 30% anak balita di
dunia memiliki berat badan di Bawah Garis Merah (BGM). Upaya perbaikan
kebersihan lingkungan, perbaikan gizi, serta pelayanan kesehatan ibu dan
anak.
Gizi kurang adalah seseorang yang mengalami rendahnya energi
protein dalam makanan sehari-harinya atau mengalami suatu penyakit
tertentu. Tanda gejala gizi kurang adalah badan nampak kurus. Dampak dari
kekurangan zat- zat gizi pada makanan anak dapat mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan dan perkembangan. Di samping itu, anak menjadi
lebih rentan terhadap penyakit infeksi, bahkan dapat mengakibatkan
kematian. Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh mempunyai cukup

1
kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap penyakit infeksi. Jika
keadaan gizi menjadi buruk maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun yang
berarti kemampuan untuk memperhatikan diri terhadap serangan infeksi
menjadi turun (Notoatmodjo, 2011).
Berdasarkan latar belakang di atas, angka kejadian balita dengan gizi
kurang sebanyak 21 orang (5,90%) dan dampak yang ditimbulkan pada balita
kesehatan akan ditingkatkan melalui pemberantasan penyakit menular, gizi
kurang dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan
serta balita akan lebih rentan terhadap penyakit sampai terjadi kematian,
maka penulis tertarik mengambil kasus dengan judul “Asuhan Kebidana1n
Komunitas Pada An “A” Dengan Kurang Energi Protein atau (KEP) Sedang
Pada Balita Di Rt/Rw:01/02 Dusun Tawun Desa Kumpulrejo Kecamatan
Bangilan Kabupaten Tuban dengan menggunakan manajemen Asuhan
kebidanan menurut Varney.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah akhir praktik kebidanan komunitas, mahasiswa mampu
melaksanakan asuhan kebidanan komunitas secara komprehensif.
b. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktik kebidanan komunitas mahasiswa dapat :
1. Melakukan pengkajian kepada Balita “A” khususnya tentang
kurang energi protein pada balita.
2. Menginterpretasikan masalah apa saja yang terjadi pada Balita
“A”
3. Menentukan diagnose potensial apa yang terjadi pada keluarga
binaan
4. Menentukan antisipasi masalah
5. Melakukan perencanaan terhadap masalah yang terjadi
6. Melaksanaan perencanaan yang telah dibuat
7. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan

2
C.    Manfaat
Dalam laporan kebidanan komunitas ini penulis berharap dapat bermanfaat
bagi :
a. Keluarga
Diharapkan dapat mengurangi kecemasan keluarga tentang keluhan
yang dialami selama masalah itu terjadi.
b. Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mampu mengaplikasikan antara teori yang
diperoleh di akademik dengan praktek – praktek yang dihadapkan.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Keluarga


Menurut Departemen Kesehatan RI ( 2009 ), keluarga merupakan
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Sedangkan menurut Salvicion dan Ara Celis (2005), keluarga adalah
dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam
suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya
masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan.
1. Struktur Keluarga
Struktur keluarga ada beberapa macam, diantaranya :
a. Patriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam
keluarga adalah dipihak ayah.
b. Matriakal, yang dominan dan memegang kekuasan dalam
keluarga adalah dipihak ibu.
c. Equalitarian, yang memegang kekuasan dalam keluarga adalah
ayah dan ibu.
d. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah suami.
e. Keluarga Kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluaraga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suatu atau istri.
2. Ciri-Ciri Keluarga
Ciri-ciri struktur keluarga menurut Anderson Carter :
a. Terorganisasi
Adalah saling berhubungan, saling ketergantungan antara
anggota keluarga.

4
b. Ada keterbatasan
Adalah setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya masing-masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan
Adalah setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan
fungsinya masing-masing.
3. Bentuk-Bentuk Keluarga
a. Nuclear Family (keluarga inti) Adalah keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak.
b. Extendet Family (Keluarga Besar) Adalah keluarga inti di
tambah dengan sanak saudara misalnya: nenek, kakek,
keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.
c. Serial Family (Keluarga Berantai) Adalah keluarga yang terdiri
dari wanita dan pria yang menikah lebih dari 2x dan merupakan
satu keluarga inti.
d. Single Family (Keluarga Duda atau Janda) Adalah keluarga yang
terjadi karena perceraian atau kematian.
e. Composite Family (Keluarga Berkomposisi) Adalah keluarga
yang perkawinannya berpoligami atau hidup bersama.
f. Cahibitation Family (Keluarga habitas) Adalah dua orang yang
menjadi satu keluarga.
4. Peran Keluarga
Menurut Hartan dan Hunt peran keluarga terdiri dari sebagai
berikut:
a. Peran Ayah.
Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anaknya
berperan mencari nafkah, pendidikan, perlindungan dan
member rasa aman sebagai kepala keluarga, sebagai kelompok
masyarakat.

5
b. Peran Ibu
Sebagai istri dan suami dan ibu dari anak-anaknya, ibu
mempunyai peran mengurus rumah tangga pengasuh anak-
anaknya dan sebagai satu kelompok dari peran sentral
darianggota masyarakat dan pencari nafkah
c. Peran Anak
Anak melaksanakan perahan psikososial sesuai tingkat
perkembangan baik,fisik, mental, social , dan spiritual.
5. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga sehari-hari menurut Horton dan Hunt yaitu :
- Fungsi pengaturan seksual. Yaitu keluarga merupakan wadah
sah baik ditinjau dari agama maupun maryarakat dalam
pengetahuan dan pemuasan keinginan seksual.
- Fungsi Reproduksi Yaitu keluarga berfungsi menghasilkan
anggota baru sebagai penerus keturunan.
- Fungsi Perlindungan dan Pemeliharaan Yaitu memberikan
perlindungan dan pemeliharaan terhadap stress.
- Fungsi Pendidikan Yaitu keluarga merupakan lingkungan
pendidikan yang pertama dan utama karena anak-anak
mengenal pendidikan sejak lahir.
- Fungsi Sosialisasi Yaitu individu atau anggota
keluargamempelajari kebiasaan ide-ide nilai dan tingkah laku
dalam masyarakat.Melalui lingkungan keluarga.
- Fungsi Toleran dan Efektif Yaitu apabila rasa cinta kasih
saying dalam keluarga dapat dirasakan oleh semua anggota
maka anggota keluarga akan merasakan kesenangan
kegembiraan dan ketentraman sehingga mereka akan kerasan
tinggal dirumah maka keluarga merupakan tempat rekreasi
bagi anggota keluarga.
- Fungsi Ekonomi. Yaitu anggota keluarga sebagai penghasil
ekonomi terutama orang tua sedangkan anggota keluarga
yang lain atau anak berfungsi sebagai konsumen.

6
- Fungsi Status Sosial Yaitu suatu dasar yang menunjukan
kedudukan atau status bagi anggota nya
6. Tugas Keluarga
Pada dasarnya ada 8 tugas pokok dalam keluarga, yaitu :
- Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
- Pemeliharaan sumber-sumbr daya yang ada pada keluarga.
- Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing.
- Sosialisasi antar anggota keluarga.
- Pengaturan jumlah anggota keluarga.
- Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
- Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat
yang lebih luas.
- Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota
keluarga
7. Tahap-Tahap Kehidupan Keluarga
Tahap tahap kehidupan keluarga menurut Duvall adalah sebagai
berikut :
a. Tahap pembentukan kelurga Tahap ini dimulai dari pernikahan,
yang dilanjutkan dalam membentuk rumah tangga.
b. Tahap menjelang kelahiran anak Tugas keluarga yang utama
untuk mendapatkan keturunan sebagai generasi penerus,
melahirkan ank merupakan kebanggan bagi keluarga yang
merupakan saat-saat yang dinantikan.
c. Tahap menghadapi bayi Dalam hal ini keluarga mengasuh,
mendidik, dan memberikan kasih sayang kepada anak karena
pada tahap ini bayi kehidupannya sangat tergantung pada kedua
orang tuanya dan kondisinya masih sangat lemah.
d. Tahap menghadapi anak prasekolah Pada tahap ini anak sudah
mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul
dengan teman sebaya, tetapi sangat rawan dalam masalah
kesehatan, karena tidak mengetahui mana yang kotor dan mana

7
yang bersih. Dalam fase ini anak sangat stress terhadap
pengaruh lingkungan dan tugas keluarga adalah mulai
menanamkan norma-norma kehidupan,norma-norma agama,
norma-norma social budaya dan sebagainya.
e. Tahap menghadapi anak sekolah Dalam tahap ini tugas
keluarga adalah bagaimana mendidik anak, mengajari anak
untuk mempersiapkan masa depannya.Membiasakan anak
belajar secara teratur, mengontrol tugas-tugas sekolah anak,
dan meningkatkan pengetahuan umum anak.
f. Tahap menghadapi anak remaja Tahap ini adalah tahap yang
paling rawan, karena dalam tahap ini anak akan mencari
identitas diri dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu
suri tauladan dari kedua orang tua sangat
diperlukan.Komunikasi dan saling pengertian antara kedua
orang tua dengan anak perlu dipelihara dan dikembangkan.
g. Tahap melepaskan anak ke masyarakat Setelah melalui tahap
remaja dan anak telah dapat menyelesaikan pendidikannya,
maka tahap selanjutnya adalah melepaskan anak kemasyarakat
dalam memulai kehidupannya yang sesungguhnya, dalam tahap
ini anak akan memulai kehidupan berumah tangga.
h. Tahap berdua kembali Setelah anak besar dan menempu
kehidupan keluarga sendiri-sendiri, tinggalah suami istri berdua
saja.dalam tahap ini kelurga akan merasa sepi,dan bila tidak
dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan depresi
dan stress.
i. Tahap masa tua Tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, dan
kedua orang tua mempersiapkan diri untuk meninggalkan
dunia yang fana ini.
7. Gambaran Keluarga Sehat
Pelayanan kebidanan komunitas diarahkan untuk
mewujudkan keluarga yang sehat dan sejahtera. Pelayanan
kebidanan komunitas adalah bagian upaya kesehatan keluarga.

8
Keluarga sehat adalah kondisi yang mendorong terwujudnya
keluarga sejahtera (Syahlan, 1996).
Gambaran keluarga sehat dapat dikemukaan sebagai berikut :
a. Anggota keluarga dalam kondisi sehat fisik, mental, maupun
sosial.
b. Cepat meminta bantuan kepada tenaga kesehatan atau unit
pelayanan kesehatan bila timbul masalah kesehatan pada salah
satu anggota keluarga.
c. Di rumah tersedia kotak berisi obat-obatan sederhana untuk
P3K.
d. Tinggal di rumah dan lingkungan yang sehat.
e. Selalu memperhatikan kesehatan keluarga dan masyarakat.
Seorang bidan yang bekerja di komunitas harus mengetahui
data wilayah kerjanya, data tersebut mencakup komposisis
keluarga, keadaan sosial, ekonomi, adat kebiasaan, kehidupan
beragama, status kesehatan, serta masalah ibu dan anak balita.
Keberhasilan bidan yang bekerja di bidang komunitas tergantung
pada peningkatan kesehatan ibu dan anak balita di wilayah
kerjanya.
Sasaran umum pelayanan kebidanan komunitas adalah ibu
dan anak dalam keluarga. Menurut Undang-Undang No. 12
tentang Kesehatan, yang dimaksud dengan keluarga adalah suami,
istri, anak dan anggota keluarga lainnya.
Didalam kesehatan keluarga, kesehatan istri mencakup
kesehatan masa pra kehamilan, persalinan, pasca persalinan dan
masa diluar masa kehamilan (masa interval) serta persalinan. Upaya
kesehatan ibu dan anak dilakukan melalui peningkatan kesehatan
anak di kandungan, masa bayi, masa balita, dan masa pra sekolah
(Syahlan, J.H., 1996).

9
2.2 Balita
a. Pengertian
Balita adalah masa anak bawah lima tahun atau balita periode usia
manusia setelah bayi sebelum anak, rentang usia balita dimulai dari
satu sampai dengan lima tahun (Nursalam, 2005).
b. Pertumbuhan dan perkembangan
1) Tahap Pertumbuhan Fisik Balita
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan interseluler berarti bertambahnya ukuran fisik dan
struktur tubuh sebagian atau keseluruhan sehingga dapat diukur
dengan satuan panjang dan berat (Depkes RI, 2005).
Panjang Badan Pengukuran panjang badan digunakan untuk
menilai status perbaikan gizi. Selain itu, panjang badan
merupakan indikator yang baik untuk pertumbuhan fisik yang
sudah lewat (stunting) dan untuk perbandingan terhadap
perubahan relatif, seperti nilai berat badan dan lingkar lengan
atas (Nursalam, 2005).
Berat badan adalah parameter pertumbuhan yang paling
sederhana, mudah di ukur dan di ulang, dan merupakan indeks
untuk status nutrisi sesaat. Beberapa keadaan klinis dapat
mempengaruhi berat badan seperti terdapat oedema dan
hidrosefalus. Perubahan berat badan (berkurang atau bertambah)
perlu mendapat perhatian karena merupakan petunjuk adanya
masalah nutrisi akut (Iskandar, 2009).
c. Lingkar kepala
Pengukuran lingkar kepala dilakukan untuk menjaring
kemungkinan adanya penyebab lain yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan otak lingkaran kepala dipengaruhi oleh status gizi
pada anak sampai usia 36
bulan (Matondang, 2009).
1) Tahapan perkembangan balita menurut Depkes RI (2005)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam

10
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur dan dapat dipakai sebagai hasil proses kematangan.
a. Umur 12-18 bulan
1) Berdiri sendiri tanpa berpegangan.
2) Membungkuk memungut mainankemudian berdiri
kembali.
b. Berjalan mundur lima langkah. Berat Badan
1) Memanggil ayah dengan kata”papa”, memanggil ibu
dengan kata “mama”.
2) Menumpuk dua kubus.
3) Memasukkan kubus di kotak.
4) Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis atau
merengek, anak bisa mengeluarkan suara yang
menyenangkan atau menarik tangan ibu.
c. Umur 18-24 bulan
1) Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik.
2) Berjalan tanpa terhuyung-huyung.
3) Bertepuk tangan, melambai-lambai.
4) Menumpuk 4 buah kubus.
5) Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.
6) Menggelindingkan bola ke arah sasaran.
d. Umur 24-36 bulan
1) Jalan naik tangga sendiri.
2) Dapat bermain dan menendang bola kecil.
3) Mencoret-coret pensil pada kertas.
4) Bicara dengan baik menggunakan dua kata.
5) Dapat menunjuk satu atau lebih bagian tubuhnya ketika di
minta.
6) Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah.
e. Umur 36-48 bulan
1) Berdiri satu kaki dua detik.
2) Melompat kedua kaki di angkat.

11
3) Mengayuh sepeda roda tiga.
4) Mengggambar garis lurus.
5) Menumpuk 8 buah kubus.
6) Mengenal 2-4 warna.
f. Umur 48-60 bulan
1) Berdiri 1 kaki 6 detik.
2) Melompat-lompat 1 kaki.
3) Menari
4) Menggambar tanda silang.
5) Menggambar lingkaran.
6) Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh.
d. Status Gizi Balita
Menurut Marmi (2012), status gizi adalah suatu keadaan
tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat
gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari
variabel pertumbuhan yaitu berat badan, tinggi badan atau
panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, dan panjang
tungkai. Jika keseimbangan tadi terganggu, misalnya
pengeluaran energi protein lebih banyak dibandingkan
pemasukan maka akan terjadi gizi kurang akibat kekurangan
energi protein dan jika berlangsung lama akan timbul masalah
yang dikenal dengan gizi kurang.
e. Ukuran Antropometri
Menurut Waryana (2010), parameter antropometri
merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara
beberapa parameter disebut indeks antropometri. Indeks
antropometri yang umum digunakan antara lain :
1) Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah parameter pertumbuhan yang paling
sederhana, mudah diukur dan diulang, dan merupakan indeks
untuk status nutrisi sesaat. Beberapa keadaan klinis dapat
mempengaruhi berat badan seperti terdapatnya edema,

12
organomegali, hidrosefalus, menurunnya nafsu makan atau
menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan
adalah parameter antropometri yang sangat stabil. Pada indeks
berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara
pengukuran status gizi. Indikator berat badan menurut umur
dapat normal, lebih rendah, atau lebih tinggi. Apabila berat
badan menurut umur normal, digolongkan pada status gizi
baik. Berat badan menurut umur rendah dapat berarti berstatus
gizi kurang atau gizi buruk. Sedang berat badan menurut tinggi
badan dapat digolongkan berstatus gizi lebih. Berat badan
menurut umur yang dinyatakan dalam prosentase :
- >120% : disebut gizi lebih
- 80-120% : disebut gizi baik
- 60-80% : disebut gizi kurang
- <60% : gizi buruk
Perubahan Berat badan perlu mendapat perhatian, karena
merupakan petunjuk adanya masalah gizi akut. Cara
perhitungannya adalah sebagai berikut :

13
BB/U (%) = (BB saat ini : BB semula) x 100%

Gambar 2.1 pertumbuhan fisis anak perempuan 0-36 bulan


menurut persentil WHO-NCHS.

14
1) Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Dalam keadaan normal tinggi badan tumbuh bersamaan
dengan bertambahnya umur. Pertambahan tinggi badan relatif
kurang sensitif terhadap kurang gizi dalam waktu singkat.
Pengaruh kurang gizi terhadap pertumbuhan tinggi badan baru
terlihat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu indikator
Tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa
lampau. Untuk pengukuran tinggi badan juga diperlukan
informasi umur yang tepat, jenis kelamin, dan baku yang diacu.
Tinggi badan menurut umur yang dinyatakan dalam prosentase
adalah :
- 90-110% : baik / normal
- 70-89% : tinggi kurang
- <70% : tinggi sangat kurang
2) Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Pengukuran antropometri yang terbaik adalah menggunakan
indikator berat badan menurut tinggi badan. Berat badan
memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan, artinya
dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan
mengikuti pertambahan tinggi badan pada percepatan tertentu.
Dengan demikian berat badan yang normal akan proporsional
dengan tinggi badan. Oleh karena itu indikator berat badan
menurut tinggi badan merupakan indikator yang independen
terhadap umur. Penilaian BB/TB berdasarkan prosentase :
- > 120% : obesitas
- 110-120% : overweight
- 90-110% : normal
- 70-90% : gizi kurang
- <70% : gizi buruk
Cara penghitungannya adalah sebagai berikut :
BB/TB (%) = (BB terukur saat itu : BB standar sesuai
untuk TB terukur) x 100%

15
3) Lingkar Lengan Atas (LILA)
Lingkar lengan atas merupakan parameter antropometri
yang sangat sederhana dan labil, dapat berubah-ubah dengan
cepat. Oleh karena itu, lingkar lengan atas merupakan indeks
status gizi saat ini. Penilaian lingkar lengan atas berdasarkan
prosentase :
- 80-95% : gizi baik
- 70-85% : gizi kurang
- <70% : gizi buruk
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
Menurut Waryana (2010), faktor yang mempengaruhi status gizi
yaitu
1) Penyebab langsung
Penyebab langsung yaitu makanan anak dan infeksi yang
mungkin diderita anak. Penyebab gizi anak tidak hanya
disebabkan oleh makanan yang kurang tetapi juga karena
penyakit anak yang mendapat makanan yang baik tetapi
karena sering sakit diare atau demam dapat menderita kurang
gizi. Dengan demikian anak yang makannya tidak cukup baik
maka daya tahan tubuh akan melemah dan mudah terserang
penyakit.
2) Penyebab tak langsung
Penyebab tak langsung yaitu ketahanan pangan keluarga,
pola pengasuhan anak serta pelayanan kesehatan dan
kesehatan lingkungan. Ketahanan pangan adalah kemampuan
anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh
anggota keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik
mutunya.
g. Penyakit yang biasanya di derita oleh balita
Berikut penyakit infeksi yang sering di alami oleh balita
(Swasanti, 2013)

16
1) Kejang Demam
Kejang demam banyak di alami bayi hingga anak balita.
Kejang
demam terjadi ketika anak mengalami peningkatan suhu tubuh
hingga melewati ambang batas. Kejang demam pada dasarnya
bersifat lokal dan tidak membahayakan, akan tetapi kejang yang
berkepanjangan dan berulang-ulang dapat menyebabkan
gangguan serius pada otak anak hingga anak mengalami
kecacatan mental.
2) Diare
Diare adalah keadaan dimana sering buang air besar, paling
tidak terjadi 3 kali dalam sehari serta tinja cair. Diare sering
terjadi pada anak. Diare pada dasarnya disebabkan oleh
kegagalan atau adanya gangguan penyerapan sejumlah besar
kandungan air pada usus besar.
3) Gizi kurang
Gizi kurang pada balita biasanya disebabkan oleh faktor
ekonomi, kurangnya asupan nutrisi, kurangnya persediaan
pangan, sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang gizi dan kesehatan
2. Gizi Kurang
a. Pengertian
Gizi kurang adalah keadaan tubuh yang mengalami
kekurangan satu atau lebih zat –zat gizi yang penting
(Almatsier, 2011). Kurang energi protein (KEP) adalah
seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari atau
gangguan penyakit tertentu.
b. Etiologi
Menurut Suyadi (2009), penyebab langsung dari gizi
kurang adalah defisiensi kekurangan kalori maupun zat gizi
yang diperlukan tubuh dengan berbagai gejala-gejala dan infeksi

17
yang mungkin diderita anak. Penyebab tidak langsung gizi
kurang sangat banyak, salah satunya pola pengasuhan anak serta
pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Gejala klinis
Menurut Depkes RI (2008), gejala klinis balita gizi kurang
sebagai berikut :
1. Edema.
2. Luka pada kulit.
3. Kulit mengkerut.
4. Badan sangat kurus.
c. Faktor Resiko Gizi Kurang
Menurut Sodikin (2012), faktor resiko balita gizi kurang adalah :
1. Asupan makanan yang kurang.
2. Status sosial ekonomi yang rendah.
3. Pendidikan ibu yang rendah.
4. Penyakit bawaan saat lahir.
5. Kurangnya pengetahuan ibu terhadap nutrisi balita.
6. Berat badan lahir rendah.
7. Kelengkapan imunisasi.
8. Pemberian nutrisi atau asupan makanan yang kurang tepat.
d. Patofisiologi
Menurut Supariasa (2013), proses terjadinya penyakit gizi
karena
faktor manusia yang didukung oleh kekurangan asupan zat-zat
gizi. Akibat kekurangan zat gizi, maka simpanan zat gizi pada
tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Apabila keadaan
ini berlangsung lama, maka simpanan zat gizi akan habis dan
akhirnya terjadi kemrosotan jaringan. Pada saat ini manusia
sudah dapat dikatakan malnutrisi, walaupun baru hanya ditandai
dengan penurunan berat badan dan pertumbuhan terhambat.
Dengan meningkatnya defisiensi zat gizi, maka muncul
perubahan biokimia dan rendahnya zat-zat gizi dalam darah,
berupa : rendahnya tingkat hemoglobin, serum vitamin A dan

18
karoten. Dapat pula terjadi meningkatnya beberapa hasil
metabolisme seperti asam laktat dan privat pada kekurangan
tiamin. Apabila keadaan itu berlangsung lama, maka akan
terjadi perubahan fungsi tubuh seperti tanda-tanda syaraf yaitu
kelemahan, pusing, kelelahan, nafas pendek, dan lain-lain.
Keadaan ini akan berkembang yang di ikuti oleh tanda-
tanda klasik dari kekurangan gizi seperti edema, luka kulit,
kulit mengkerut, dan berat badan kurus.
e. Pencegahan
Menurut Marmi (2012), adalah sebagai berikut :
1. Mencuci tangan hingga bersih (memakai sabun) setelah
buang air besar dan buang air kecil atau sebelum makan
dan sesudah makan.
2. Makan makanan yang bersih dan higienis.
3. Membuang sampah pada tempatnya.
4. Menghindarkan diri pada kondisi lingkungan yang bersih.
5. Makan secara teratur dan tepat waktu.
6. Memperbanyak makanan yang mengandung karbohidrat,
protein dan vitamin.
7. Menimbang berat badan setiap bulan
f. Penanganan Balita Gizi Kurang
Penanganan gizi kurang menurut Depkes RI (2008), adalah
sebagai berikut :
1. Kebutuhan nutrisi / cairan elektrolit cukup cairan
a) Memberikan makanan yang mengandung
karbohidrat, tinggi protein, cukup cairan,
rendah serat dan tidak menimbulkan gas.
b) Memberikan makanan yang lunak agar
anak tidak mengunyah terlalu lama.
Pemberian makanan lunak dengan cara
lauk pauk dihaluskan.
c) Jika keadaan pasien memburuk maka

19
pasang infus dengan cairan glukosa dan
NaCL.
d) Observasi.
2. Gangguan suhu tubuh
a) Kolaborasi dengan tim medis untuk
pemberian obat secara mencukupi.
b) Menganjurkan pasien untuk banyak
minum (sirup, teh manis, atau apa yang
disukai anak).
3. Gangguan rasa aman
a) Melakukan perawatan kebersihan tubuh
setiap hari atau 2 kali sehari.
b) Mengganti pakaian jika kotor.
c) Memakaikan alas kaki jika pergi bermain.
Menghangatkan badan jangan sampai
kedinginan.
4. Resiko terjadi komplikasi
a) Memberian terapi sesuai program dokter
anak dalam pemberian terapi pengobatan
atau pencegahan infeksi seperti antibiotik,
pemberian vitamin A.
b) Bila ada komplikasi pada mata maka beri
tetes/ salep mata tanpa kortikosteroid.
c) Rujuk segera, selama diperjalanan jaga
kehangatan badan.
5. Istirahat
Pasien yang mengalami gizi kurang perlu
istirahat yang cukup karena dengan istirahat bisa
untuk menstabilkan berat badan. Jika mengalami
demam maka harus istirahat total untuk
menurunkan demam.

20
2.3 Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan
dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu
keputusan berfokus pada klien (Varney, 2007).
2. Manajemen kebidanan menurut Hallen Varney terdiri dari 7 (tujuh)
langkah:
a) LANGKAH I : PENGKAJIAN
Pengkajian adalah pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi
keadaan pasien. Data dasar ini termasuk riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan meliputi data subjektif
dan data objektif serta data penunjang (Varney, 2007).
a) Biodata atau identitas
Identitas adalah data yang didapat dari pasien sebagai
suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian.
Menurut Matondang (2009), Identitas terdiri dari :
b) Nama balita
Diperlukan untuk memastikan bahwa yang diperiksa benar-
benar anak yang dimaksud, Nama harus jelas dan lengkap
serta disertai nama panggilan akrabnya (Matondang, 2009).
Umur Dikaji untuk mengingat periode anak yang mempunyai
kekhasannya sendiri dalam morbiditas dan mortalitas. Usia
anak juga diperlukan untuk menginterpretasikan apakah data
pemeriksaan klinis anak tersebut normal sesuai umurnya
(Matondang, 2009).
c) Jenis Kelamin
Dikaji untuk membedakan dengan balita lain (Matondang,
2009).
d) Anak ke berapa
Dikaji untuk mengetahui jumlah keluarga pasien

21
(Matondang, 2009).
e) Nama orang tua
Dikaji agar dituliskan dengan jelas agar tidak banyak nama
yang sama (Matondang, 2009).
f) Umur orang tua
Dikaji untuk mengetahui umur orang tua (Nursalam, 2005).
g) Agama
Berguna untuk memberikan motivasi pasien sesuai dengan
agama yang dianutnya (Varney, 2007).
h) Pendidikan
Dikaji untuk mengetahui keakuratan data yang diperolah
serta dapat di tentukan pola pendekatan dalam anamnesis.
Tingkat pendidikan orang tua juga berperan dalam
pemeriksaan penunjang dan penentuan tatalaksana pasien
selanjutnya (Matondang, 2009).
i) Alamat
Untuk mengetahui dimana lingkungan tempat tinggalnya
atau untuk mengetahui ketetapan yang ditempati
(Matondang, 2009).
j) Anamnesa (Data Subyektif)
Anamnesa adalah data yang didapatkan dari pasien sebagai
suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian (Nursalam,
2005).
- Alasan datang atau keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan atau gejala yang
menyebabkan klien dibawa berobat (Matondang, 2009).
Pada kasus gizi kurang keluarga pasien mengeluh badan
anaknya tampak kurus (Supariasa, 2013).
- Riwayat kesehatan, meliputi :
(1) Imunisasi
Status imunisasi klien dinyatakan khususnya
imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak dan hepatitis

22
B. Hal-hal tersebut selain diperlukan untuk
mengetahui status perlindungan pediatrik yang
diperoleh, juga membantu diagnosis (Matondang,
2009).
(2) Riwayat penyakit yang lalu
Dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit yang
pernah diderita, apabila balita menderita suatu
penyakit (Varney, 2007). Hubungan antara gizi
kurang dengan penyakit tergantung dari besarnya
dampak yang ditimbulkan oleh sejumlah infeksi
terhadap kurang gizi seperti infeksi
pencernaan dapat menyebabkan diare, HIV/AIDS,
tubercolusis, dan beberapa penyakit infeksi kronis
lainnya bisa menyebabkan anemia (Marmi, 2012).
(3) Riwayat penyakit sekarang
Dikaji untuk mengetahui keadaan kesehatan
pasien saat ini. Pada kasus ada beberapa hal yang
harus diketahui adalah : kapan berat badan mulai
turun, kapan ada gejala anoreksia atau nafsu
makan menurun, kapan ada gejala muntah, apakah
ada mencret atau tidak, kalau ada kapan mulai
terjadi (Supariasa, 2013).
(4) Riwayat penyakit keluarga
Dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga
terdapat penyakit hipertensi, stroke, TBC,
hepatitis, jantung dan lain-lain (Varney, 2007).
a. Riwayat sosial
(1) Siapa yang mengasuh balita.
(2) Hubungan pasien dengan anggota keluarga
yaitu dengan ibu, ayah, serta anggota keluarga
yang lain.
(3) Hubungan dengan teman sebaya dilingkungan

23
rumah.
(4) Keadaan lingkungan rumah, bahwa harus
diketahui bagaimana keadaan lingkungan
rumah serta kebersihan itu menjamin
kesehatan anak (Matondang, 2009).
b. Riwayat kebiasaan sehari-hari
Hal ini berkaitan dengan kebiasaan sehari-hari
dalam segi pola makan, personal hygiene, pola
istirahat dan aktifitas (Varney, 2007).
(1) Pola nutrisi yang diberikan untuk mengkaji pada
makanan balita yang frekuensi komposisi,
kwantitas serta jenis dan jumlah minumnya. Pada
penderita gizi kurang asupan makanan berkurang
atau tidak ada nafsu makan (Supariasa, 2013).
(2) Pola istirahat atau tidur
Mengkaji pola istirahat dan pola tidur, berapa jam
klien tidur malam, sehari apakah ada gangguan
(Saifuddin, 2006). Pada pasien gizi kurang
istirahat berkurang karena anak sering rewel dan
gelisah (Supariasa, 2013).
(3) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui tingkat kebersihan
pasien. Kebersihan pada anak seperti mencuci
tangan sebelum makan dan setiap habis bermain,
memakai alas kaki jika bermain ditanah
(Mufdlilah, 2009).
(4) Eliminasi
Dikaji untuk mengetahui frekuensi BAK dan
BAB, adakah kaitannya dengan konstipasi atau
tidak (Varney, 2007).

24
2. Pemeriksaan fisik (Data objektif)
Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan
dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2005).
a. Keadaan umum
Pemeriksaan keadaan umum dilakukan untuk menilai
kondisi pasien secara umum. Keadaan umum pada
gizi kurang adalah lemah (Alamsyah, 2012).
b. Kesadaran
Penilaian kesadaran yang dinyatakan sebagai
composmentis, apatis, somnolen (Matondang, 2009).
(1) Composmentis : Kesadaran penuh.
(2) Apatis : Keadaan dimana pasien
terlihat mengantuk tetapi
mudah dibangunkan dan reaksi
penglihatan, pendengaran serta
perabaan normal.
(3) Somnolen : Kesadaran dapat dibangunkan
bila dirangsang dapat disuruh
dan menjawab pertanyaan.
Bila rangsangan berhenti
pasien tidur lagi.
Pada balita gizi kurang terjadi gangguan kesadaran
apatis (Supariasa, 2013).
c. Tanda-tanda vital
Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi tekanan darah,
suhu, nadi, dan respirasi (Varney, 2007).
(1) Denyut nadi
Menilai kecepatan irama, suara jantung jelas dan
teratur. Denyut jantung normal adalah 80-120
kali permenit (Varney, 2007).
(2) Pernafasan
Menilai sifat pernafasan dan bunyi nafas

25
dalam 1 menit. Respirasi minimal 40-60 kali
permenit (Varney, 2007).
(3) Suhu
Untuk mengetahui temperature kulit
temperature kulit normal adalah 36,50C (Varney,
2007).
d. Pemeriksaan sistematis meliputi :
(1) Kepala
Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut
serta bentuk kepala, apakah ada kelainan atau lesi
pada kepala. Pada balita gizi kurang rambut
kurang bercahaya dan mengalami kerontokan
(Supariasa, 2013).
(a) Muka
Bagaimana wajah kulit wajah pucat/tidak.
Pada balita gizi kurang wajah menonjol
keluar dan ada keriput pada kulit wajah
(Supariasa, 2013).
(b) Mata
Simetris / tidak. Periksa bagian sclera dan
conjungtiva apakah pucat atau kuning. Pada
balita gizi kurang conjungtiva pucat
(Matondang, 2009).
(c) Telinga
Dikaji untuk mengetahui adanya kotoran atau
cairan dan bagaimana keadaan tulang
rawanyya (Priharjo, 2007).
(d) Hidung
Dikaji untuk mengetahui nafas dan kotoran
yang menyumbat jalan nafas (Nursalam, 2005)
(e) Mulut
Dikaji untuk mengetahui dan menilai ada

26
tidaknya bibir sumbing, trismus (kesukaran
membuka mulut), serta kelainan pada gusi,
lidah dan gigi (Nursalam, 2005).
(f) Leher
Adakah pembesaran kelenjar tiroid
(Matondang, 2009).
(g) Dada
Dikaji untuk mengetahui retraksi atau tidak,
simetris atau tidak (Priharjo, 2007).
(h) Perut
Dikaji untuk mengetahui kembung, turgor baik
sampai dengan buruk, cubitan kulit kembali
lambat (Matondang, 2007). Pada balita gizi
kurang perut cekung dan terjadi pembesaran
hati (Supariasa, 2013).
(i) Anogenital
Adakah varices pada alat genetalia. Apakah
anus ada
haemoroid (Saifuddin, 2006).
(j) Ekstermitas
Adakah oedema tanda sianosis, apakah kuku
melebihi jarai-jari (Varney, 2007).
(k) Pemeriksaan Antropometri
Menurut Varney (2007), pemeriksaan
antropometri meliputi:
- Panjang Badan pengukuran tinggi badan
dapat
menggambarkan dengan keadaan pertumbuhan
skeletal. Dalam keadaan normal, pertumbuhan
tinggi badan akan beriringan bersama dengan
pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan
relatif kurang sensitif terhadap masalah

27
defisiensi zat gizi. Pada gizi kurang panjang
badan menurut umur adalah 70-89% standar
baku WHO-NCHS.
- Berat badan
Berat badan dapat memberikan gambaran
tentang massa tubuh karena massa tubuh
sangat sensitive terhadap perubahan keadaan
yang mendadak. Pada gizi kurang berat badan
menurut umur adalah 60-80% standar baku
WHO-NCHS.
- LILA
Lingkar lengan atas digunakan untuk
mengetahui status gizi bayi, balita, dan bumil,
anak sekolah serta dewasa. Indeks ini dapat
digunakan tanpa mengetahui umur. Lingkaran
otot lengan merupakan gambaran dari massa
otot tubuh. Pada gizi kurang lingkar lengan
atas menurut umur adalah 70-85% standar
baku WHO-NCHS.
- Pemeriksaan tingkat perkembangan
Berisi tentang pemeriksaan perkembangan anak
yang berupa kemampuan dalam dan fungsi
tubuh yang kompleks dalam pola yang teratur
dan dapat diramalkan hasil proses kematangan
(Supariasa, 2013).
Menurut Hidayat (2009), pemeriksaan tingkat
perkembangan meliputi :
a. Perkembangan motorik kasar.
b. Perkembangan motorik halus.
c. Perkembangan bahasa.
- Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium klinis dilakukan

28
untuk mengetahui gejala atau tanda-tanda akan
adanya suatu gangguan penyakit, misalnya
anemia atau pertumbuhan fisik yang tidak
normal. Pemeriksaan laboratorium yang
biasanya dilakukan pada balita gizi kurang
adalah pemeriksaan darah untuk kadar Hb,
serum protein (albumin dan globulin), dan
hormon pertumbuhan (Nursalam, 2005).

b. LANGKAH II : INTERPRETASI DATA DASAR


Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga
dapat merumuskan diagnosa kebidanan masalah dan kebutuhan
yang spesifik. Rumus dan diagnosa tujuannya digunakan
karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa,
tetapi membutuhkan penangananan (Varney, 2007).
a. Diagnosa kebidanan
Diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek
kebidanan (Marmi, 2012), meliputi :Balita An.X Umur
tahun dengan gizi kurang
b. Data Dasar
c. Data Subjektif :
- Ibu mengatakan umur balita......tahun.
- Ibu mengatakan balitanya berjenis kelamin.....
- Ibu mengatakan badan anak tampak kurus
- Ibu mengatakan sangat cemas pada anaknya
Data Obyektif :
Keadaan umum...............................: lemah
Kesadaran.......................................: apatis
Tanda-tanda vital............................: N
denyut nadi : 80-120x/menit
R : mengalami penurunan.
S : normal 36,5oC – 37,5oC

29
d. BB : 60-80% standar baku WHO-NCHS
e. Panjang badan : 70-89% standar baku WHO-NCHS
 LILA : 70-85% standar baku WHO-NCHS Masalah
Masalah-masalah yang berkaitan dengan pengalaman
klien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai
data objektif (Varney, 2007). Masalah yang sering terjadi
pada balita gizi kurang yaitu : gangguan rasa nyaman
karena peradangan kulit yang disebabkan dari sanitasi yang
kurang dan tubuh menjadi lemas (Marmi, 2012).
 Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal dibutuhkan oleh klien dan
belum teridentifikasi dalam diagnose dan masalah yang
didapatkan dengan melakukan analisa data. Kebutuhan
muncul setelah dilakukan pengkajian (Varney, 2007). Pada
kasus balita gizi kurang adalah berikan salep atau bedak
sedative untuk mengurangi keluhan contohnya bedak talk
atau sedia obat penurun panas jika terjadi demam
(Nursalam, 2008).
c. LANGKAH III : DIAGNOSA POTENSIAL
Mengidentifikasi dengan hati-hati gejala yang memerlukan
tindakan kebidanan untuk membantu pasien mengatasi dan
mencegah masalah-masalah yang spesifik (Varney, 2007).
Diagnosa potensial yang mungkin muncul pada kasus balita
sakit dengan gizi kurang yaitu terjadinya gizi buruk (Supariasa,
2013).
d. LANGKAH IV : TINDAKAN SEGERA ATAU ANTISIPASI
Langkah IV ini mengidentifikasi situasi yang gawat, agar
diambil tindakan untuk kepentingan keselamatan jiwa balita
(Varney, 2007). Berdasarkan diagnose potensial yang mungkin
terjadi pada kasus balita sakit dengan gizi kurang maka
antisipasi yang dapat dilakukan bidan adalah :
- Berkolaborasi dengan dokter spesialis anak

30
Untuk pemberian terapi obat dan pencegahan infeksi seperti
antibiotic 5ml 2x sehari selama 5 hari. Jika terjadi
peradangan cari dan hilangkan penyebabnya berikan obat
disesuaikan dengan stadiumnya. Bila sudah kering maka
berikan salep dengan kortikosteroid (Abdoerrachman, 2007)
- Berkolaborasi dengan tim laboratorium untuk menegakkan
diagnose dengan cara pemeriksaan kadar hemoglobin darah.
- Menginformasikan untuk tetap memberikan nutrisi atau
asupan makanan sehat
e. LANGKAH V : RENCANA TINDAKAN
Langkah ini merupakan lanjutan dari masalah atau diagnose
yang telah diidentifikasi atau diantisipasi dan juga merupakan
pengembangan perencanaan asuhan menyeluruh yang ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya setiap rencana haruslah
mencerminkan rasional yang valid berdasarkan pengetahuan
(Varney, 2007). Dalam kasus balita sakit dengan gizi kurang,
rencana asuhan yang diberikan menurut Depkes RI (2008),
adalah sebagai berikut :
a. Kebutuhan nutrisi / cairan elektrolit cukup cairan,
- Memberikan makanan yang mengandung karbohidrat,
tinggi protein, cukup cairan, rendah serat dan tidak
menimbulkan gas.
- Memberikan makanan yang lunak agar anak tidak
mengunyah terlalu lama. Pemberian makanan lunak
dengan cara lauk pauk dihaluskan.
- Jika keadaan pasien memburuk maka pasang infus
dengan cairan glukosa dan NaCL.
- Observasi.
b. Gangguan suhu tubuh
c. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat secara
mencukupi.
d. Menganjurkan pasien untuk banyak minum (sirup, teh

31
manis, atau apa yang disukai anak).
e. Gangguan rasa aman
- Melakukan perawatan kebersihan tubuh setiap hari atau
2 kali sehari.
- Mengganti pakaian jika kotor.
- Memakaikan alas kaki jika pergi bermain.
f. Menghangatkan badan jangan sampai kedinginan. Resiko
terjadi komplikasi
g. Memberian terapi sesuai program dokter anak dalam
pemberian terapi pengobatan atau pencegahan infeksi seperti
antibiotik, pemberian vitamin A.
h. Bila ada komplikasi pada mata maka beri tetes/ salep mata
tanpa kortikosteroid.
i. Rujuk segera, selama diperjalanan jaga kehangatan badan.
j. Istirahat
Pasien yang mengalami gizi kurang perlu istirahat yang
cukup karena dengan istirahat bisa untuk menyetabilkan
berat badan. Jika mengalami demam maka harus istirahat
mutak untuk menurunkan demam.
f. LANGKAH VI : PELAKSANAAN

Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana Asuhan


menyeluruh seperti telah diuraikan pada langkah V secara efisien
dan aman. Pelaksanaan ini dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian bidan atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan
tidak melakukan sendiri, bidan tetap memikul tanggung jawab
dalam pelaksanaannya. Pada manajemen Asuhan kebidanan bagi
pasien yang mengalami komplikasi, bidan juga bertanggung
jawab terhadap terlaksananya Asuhan yang menyeluruh.
Pelaksanaan Asuhan pada balita sakit gizi kurang disesuaikan
dengan rencana tindakan (Varney, 2007).

32
g. LANGKAH VII : EVALUASI
Langkah ini merupakan evaluasi apakah rencana Asuhan
tersebut benar-benar terpenuhi sesuai dengan asuhan kebidanan
dalam masalah dan diagnosa (Varney, 2007).
Evaluasi yang diharapkan dari pelaksanaan asuhan
kebidanan pada kasus balita sakit dengan gizi kurang menurut
Depkes RI, (2008), adalah sebagai berikut :
- Gangguan rasa nyaman telah teratasi.
- Peradangan kulit telah sembuh.
- Berat badan meningkat.

Data Perkembangan Kondisi Klien


Metode pendokumentasian yang digunakan dalam asuhan
kebidanan menurut Varney (2007), pada balita dengan gizi kurang
adalah SOAP, adalah sebagai berikut :
S : Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data
klien melalui anamnesis sebagai langkah 1 varney.
Data subjektif pada kasus balita sakit dengan status gizi
kurang didapatkan hasil wawancara pada ibu pasien tentang
keluhan yang dirasakan oleh anaknya.
O : Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik
klien, hasil laboratorium, dan uji diagnostik lain yang
dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan
sebagai langkah 1 Varney.
Data objektif yang dikaji pada kasus balita sakit dengan status
gizi kurang meliputi pemeriksaan umum yang terdiri dari data
keadaan umum pasien, vital sign (tekanan darah, nadi, suhu,
dan respirasi), erat badan, tinggi badan, dan data penunjang
yang dapat berupa pemeriksaan laboratorium Hb, serum
protein (albumin dan globulin), hormone pertumbuhan dan
radiologi (jika diperlukan).

33
A : assessment (pengkajian)
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interpretasi data subjektif dan objektif pada an.X dalam suatu
identifikasi dan masalah kebidanan serta kebutuhan sebagai
langkah 2 Varney.
P : Penatalaksanaan
Menggambarkan penatalaksanaan, mencatat seluruh
perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan
seperti tindakan antisipasi, tindakan segera, tindakan secara
komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi
dari rujukan, sebagai langkah 3, 4, 5, 6, dan 7 Varney
(KepMenKes RI No:938/Menkes/SKVII/2007).

34
BAB III

TINJAUAN KASUS

Tgl pengkajian : 19 Agustus 2021

I. PENGKAJIAN
a. Data subyektif
1. Data umum
Kelurahan : Tawun Nama : Ardiyanto
Kecamatan : Bangilan Umur : 38 Tahun
RT : 01 Pendidikan : SMP
RW : 02 Agama : Islam
Kep.keluarga : Laki-laki Pekerjaan : Petani
Alamat : Ds.Kumpulrejo Penghasilan :-
Kec.Bangilan Keadaan : Sehat

2. Susunan Anggota Keluarga

Nama Jns.kelmin umur Hub Pekerj/sekolah Kead.kesh wkt No.KIA/KB


dg KK kunj pertama/
imunisasi
yang didapat
Tn. L 38 Suami SMP Sehat
A Th
Ny. R 35 Istri SMP Sehat
S Th
An. P 3 Anak - Sehat
L Th

Genogram Keluarga dan keterangan

Keluarga dari pihak Ayah Keluarga dari pihak Ibu

35
: Laki-Laki :Tinggal serumah

: Perempuan : Klien

: Menikah : Anak
Perempuan

: Keturunan anak

3. Kegiatan sehari-hari

Pola Kegiatan sehari-hari


Kebiasaan tidur Suami :
Tidak menentu,biasanya pulang kerja langsung tidur
siang ± 2 jam dan jika malam tidur sekitar jam 22.00
wib
Istri :
Tidur siang ± 1-2 jam dan pada malam hari biasanya
tidur pukul 21.30 wib
Kebiasaan makan Makanan pokok nasi dengan frekuensi 3x sehari
penyajian menu yaitu nasi dan sayur, dengan lauk pauk.
Lauk berupa tempe, dan tahu, terkadang ikan ( 1
minggu 1 kali ) untuk buah-buahan kadang ibu hanya
mengkonsumsi buah pepaya,jeruk dan mangga.
Minum air putih ± 6-8 gelas/hari
Penggunaan Suami :
waktu senggang Sehari-hari berkerja sebagai petani sedangkan
Istri :
Melakukan pekerjaan rumah,seperti memasak, menyapu
dan mencuci
Personal hygiene Tempat BAK : kamar mandi
Tempat BAB : Wc leher angsa
a. Kebiasaan mandi : 2 kali/hari
b. Kebiasaan gosok gigi : 2 kali/hari
c. Kebiasaan mencuci rambut : 3 kai/minggu

Kebiasaan Suami merokok di dalam rumah


keluarga yang
merugikan

4. Data kesehatan lingkungan


Perumahan Luas : ± 210 m2 (L = 14 m, P = 15 m)

36
Jenis rumah : Tersendiri
Letak : dipinggir jalan dekat sawah
Dinding : batu bata
Lantai : semen
Cahaya : cukup
Jalan angin : cukup
Jendela : ada 6 jendela
Jumlah ruangan : 3 kamar tidur, ruang tamu, dapur, 1
kamar mandi, ruang sholat dan kandang ayam.

Sumber air minum Menggunakan sumur, keadaan air jernih, tidak berbau
dan tidak berasa
Tempat Keluarga menggunakan WC berbentuk leher angsa
pembuangan tinja
Pembuangan Sampah dikumpulkan ditempat pembuangan sampah
sampah dekat rumah kemudian dibakar apabila sudah
menumpuk dan kering.
Pemanfaatan Apabila ada anggota keluarga yang sakit berobat
fasilitas kesehatan kepada tenaga kesehatan terdekat khususnya di bidan

II. INTERPRETASI DATA DASAR

No. Diagnosa Data Dasar


1. Kurangnya pengetahuan ibu  Pendidikan ibu SMP
tentang gizi seimbang pada balita  Sampai saat ini balita masih
susah makan
 Kurang mengerti tetang gizi
seimbang yang dibutuhkan
balita
2. Kurangnya kesadaran keluarga  Pendidikan bapak SMP
tentang bahaya merokok terhadap  Kebiasaan merokok sejak
kesehatan remaja
 Kurang mendapat sosialisasi
tentang bahaya merokok

37
III. DIAGNOSA MASALAH DAN KEBUTUHAN
Diagnosa : Berat badan balita tidak sesuai dengan gizi kurang (KEP
sedang)
Kebutuhan : 1. Pemberian gizi seimbang
2. pemberian makanan pendamping
3. menimbang balita secara rutin di posyandu
4. memeriksakan tumbuh kembang balita kepetugas
kesehatan (puskesmas)
IV. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
Potensial terjadi Gizi Buruk
V. INTERVENSI
DX : Balita usia 3 tahun dengan KEP sedang
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama ± 30 menit, ibu
mengerti tentang penyuluhan yang diberikan.
Kriteria hasil :
- ibu menegrti dan setuju atas pentingnya makanan yang seimbang
- Ibu dan keluarga setuju untuk memberikan makanan tambahan 2x
sehari dan di imbangi dengan pemberian buah-buahan

No Intervensi Rasional

1. lakukan komunikasi terapeutik Ibu lebih kooperatif dengan


dengan ibu dan juga keluarga tindakan petugas

2. Jelaskan hasil pemeriksaan pada Agar ibu mengerti keadaan


ibu tentang keadaan balitanya balitanya

3. Menjelaskan pada ibu penyebab Agar ibu mengerti penyebab gizi


gizi kurang pada balitanya kurang

4. Jelaskan pada ibu tentang efek Agar ibu menegrti efek samping
samping gizi kurang dari gizi kurang

5. Jelaskan pada ibu memberi Agar kondisi BB balita


makanan seimbang pada balitanya meningkat

6. Menjelaskan pada ibu untuk Untuk memperbaiki keadaan

38
memberi makanan tambahan umum balita

7. Anjurkan pada ibu untuk rutin Agar kebutuhan balita terpenuhi


menimbangkan bayinya
diposyandu dan rutin memberikan
imunisasi pada balita sesuai
jadwal imunisasi

8. Anjurkan ibu mengontrol tumbuh Untuk mengetahui tumbuh


kembang anaknya kepuskesmas kembang anak
atau bidan desa terdekat

VI. IMPLEMENTASI
Diagnosa Masalah Kebutuhan : Balita usia 3 tahun dengan KEP sedang
Hari : Rabu
Tanggal : 19 agustus 2021

No. Implementasi Rasional

1. Menjalin komunikasi Ibu dan keluarga kooperatif


terapeutik

2. Menjelaskan hasil Ibu mengerti penjelasan dari


pemeriksaan pada ibu tentang petugas.
keadaan balitanya bahwa
mengalami kurang energi
protein (KEP) sedang

3. Menjelaskan pada ibu Ibu mengerti penjelasan dari


penyebab gizi kurang pada petugas.
balitanya terlalu banyak jajan,
kurang protein dan energi

4. Menjelaskan pada ibu tentang Ibu mengerti dan faham atas apa
efek samping dari gizi kurang yang di jelaskan oleh petugas.
mempengaruhi tumbuh

39
kembang, mempengaruhi
kecerdasan balita, apabila
terluka akan sulit sembuh.

5. Menjelaskan pada ibu Ibu mengerti dan ibu akan


makanan seimbang pada memberikan makanan yang
balitanya yang terdiri dari, seimbang.
nasi, lauk, pauk, buah, sayur.

6. Menjelaskan pada ibu untuk Ibu mengerti penjelasan petugas.


memberi makanan tambahan
(PMT) pada balitanya

7. Menganjurkan pada ibu untuk Ibu mengerti dan mengatakan


menimbang bayinya di akan mengikuti posyandu secara
posyandu dan rutin rutin.
mengimunisasikan balitanya
sesuai jadwal imunisasi

8. Menganjurkan ibu mengontrol Ibu mengerti dan akan


tumbuh kembang balitanya ke mengontrol perkembangan
pukesmas atau tenaga balitanya.
kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI
Tanggal : 19 agustus 2021
Dx : balita “ L” usia 3 tahun dengan KEP sedang
S : Ibu mengerti penjelasan yang diberikan petugas dan mengatakan
akan memeperhatikan tumbuh kembang balitanya san akan datang ke
pusyandu untuk memeriksakan tumbuh kembang anaknya
O :
Kesadaran : Composmetris
Keadaan : anak terlihat lemas
TTV
Nadi : 89 x/m

40
Pernafasan : 30 x/ menit
Suhu : 36,5 C
BB : 11,5 Kg
A : Balita “ L” usia 3 tahun dengan KEP sedang
P : memberikan KIE tentang
1. pemberian makanan seimbang atau dengan porsi sedikit tapi
kurang
2. pemberian makanan seimbang atau PMT pada balita
3. menganjurkan ibu untuk menimbang balitanya diposyandu
terdekat

41
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada sub bab ini akan dibahas tentang kasus yang penulis ambil yaitu
balita kurang energi protein atau (kep) sedang pada balita umur 3 tahun dengan
gizi kurang dibandingkan dengan teori yang ada. Dari data pengkajian diatas
nafsu makan anak kurang dan menurun dan dievaluasi diberikan HE yaitu
keluarga atau orang tua memberikan makan kepada anak sesuai dengan makanan
kesukaan anak agar nafsu makan anak bertambah, berikan makanan anak dengan
gizi seimbang seperti sayur-sayuran diberi minum susu dan lain-lain, keluarga
Tn”A” diberi tahu Agar mengerti apa yang sudah dijelaskan oleh petugas.

42
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah akhir praktik kebidanan komunitas, mahasiswa mampu
melaksanakan asuhan kebidanan komunitas secara komprehensif meliputi :
a) Pengkajian terhadap Balita “A” khususnya masalah kurang energi
protein
b) Menginterpretasikan masalah apa saja yang terjadi pada Balita “A”
c) Menentukan diagnose potensial apa yang terjadi pada keluarga binaan
d) Menentukan antisipasi masalah
e) Melakukan perencanaan terhadap masalah yang terjadi
f) Melaksanaan perencanaan yang telah dibuat
g) Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan
masukan antara lain :
1. Bagi Ibu/ keluarga
Ibu dan keluarga diharapkan dapat mengenali tanda-tanda gejala kurang
energi protein dengan membaca buku atau mencari informasi dimedia
atau dari tenaga kesehatan terdekat supaya keluarga dapat
mengantisipasi, sehingga tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.
2. Bidan Praktik Mandiri
Diharapkan agar Bidan Praktik Mandiri dapat meningkatkan kualitas
pemberian pelayanan dan memberikan pelayanan yang optimal Asuhan
Kebidanan pada Balita dengan kurang energi protein atau (kep) sedang.
3. Pendidikan
Diharapkan agar lebih melengkapi/ menambah referensi tentang kurang
energi protein.

43
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama
Arikunto, S. 2010. Proses Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: EGC.
Arisman. 2009. Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta:
EGC
Depkes RI. 2009. Laporan Pendahuluan: Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia Tahuan 2009. Jakarta : Pusat Penelitian dan
Pengembangan Kependudukan
Kemenkes RI. 2012. Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan
Bencana. Jakarta: Kemenkes RI.

44

Anda mungkin juga menyukai