MATERNITAS
DISTOSIA (KELAINAN JALAN LAHIR)
DOSEN PEMBIMBING
Nurus Safa'ah, SST., M.Kes.
OLEH :
1. DWITHA KUSUMA N (17.10.2.149.014)
2. NANDIROH (17.102.149.029)
3. TITIK NUR FITRIYAH (17.10.2.149.041)
4. DEWI LAILATUL FITRIA (17.10.2.149.054)
5. FIFI NOVITA (17.10.2.149. 059)
i
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami sampaikan rasa syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena berkat rahmat dan petunjuk-Nya lah penulisan makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini disajikan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
dibimbing oleh Ibu Ns. Nurus Safa’ah , S.Kep, M.Kes. Mudah–mudahan makalah ini
dapat membantu para pembaca untuk memahami tentang Asuhan Keperawatan pada
persalinan distosia.
secara lengkap dan mendalam. Untuk itu, penulis mengharapkapkan kritik yang sifatnya
Penulis
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ..................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 2
1.3 Manfaat .......................................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Teori ....................................................................................... 4
2.2 WOC .............................................................................................................. 13
BAB 3 TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus Semu ................................................................................................... 16
3.2 Pengkajian...................................................................................................... 16
3.3 Pemeriksaan Fisik........................................................................................... 17
3.4 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................. 19
3.5 Analisa Data................................................................................................... 19
3.6 Diagnosa Keperawatan................................................................................... 20
3.7 Rencana Asuhan Keperawatan....................................................................... 20
3.8 Catatan Perkembangan................................................................................... 22
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan .................................................................................................... 23
4.2 Saran ............................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 24
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
merupakan keadaan jalan lahir , Passanger merupakan keadaan janin . Namun selain itu
terdapat juga factor pendukung yaitu respon ibu, penolong saat bersalin dan posisi saat
persalinan. Jadi dalam hal diperlukan keseimbangan antara factor satu dengan factor
yang lain agar terjadi persalinan normal yang berlangsung dengan selamat. Jika dari
ketiga factor diatas mengalami ganngguan maka proses persalinan akan terganggu
kelambatan dan kesulitan dalam persalinan ini disebut distosia . Diatosia berpengaruh
buruk terhadap ibu dan janin Pengenalan dini dan penanganan tepat akan menentukan
Distosia yang secara literatur berarti persalinan yang sulit, memiliki karakteristik
kemajuan persalinan yang abnormal atau lambat. Persalinan abnormal atau lambat
umum terjadi bila ada disproporsi antara ukuran bagian terbawah janin dengan jalan
lahir. Pada presentasi kepala, distosia adalah indikasi yang paling umum saat ini untuk
seksio sesaria primer. CPD (cephalopelvic disproportion) adalah akibat dari panggul
sempit, ukuran kepala janin yang besar, atau lebih sering kombinasi dari kedua di atas.
mengakibatkan distosia selama persalinan. Panggul sempit bisa terjadi pada pintu atas
panggul, midpelvis, atau pintu bawah panggul, atau umumnya kombinasi dari
ketiganya. Karena CPD bisa terjadi pada tingkat pelvic inlet, outlet dan midlet,
1
diagnosisnya bergantung pada pengukuran ketiga hal tersebut yang dikombinasikan
Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal, yang
timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan 5 faktor persalinan sebagai
berikut:
1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat
3. Sebab pada janin meliputi kelainan presentasi/kelainan posisi, bayi besar, dan
jumlah bayi
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2
1.3 Manfaat
1. Bagi mahasiswa
2. Bagi umum
rutin pada waktu kehamilan agar dapat mengetahui adanya komplikasi pada
3
BAB 2
TINJAUAN TEORI
karena kelainan jalan lahir adalah distosia yang disebabkan karena adanya kelainan
pada jaringan keras / tulang panggul, atau kelainan pada jaringan lunak panggul.
1. Etiologi
Distosia kelainan jalan lahir disebabkan karena adanya kelainan pada jaringan
Pintu atas panggul dianggap sempit kalau konjugata vera kurang dari 10 cm
atau kalau diameter transversa kurang dari 12 cm. kesempitan pada konjugata
pada semua ukuran (panggul sempit seluruhnya). Oleh karena pada panggul
sempit kemungkinan lebih besar bahwa kepala tertahan oleh pintu atas
panggul, maka dalam hal ini serviks uteri kurang mengalami tekanan kepala.
pembukaan serviks. Apabila pada panggul sempit pintu atas panggul tidak
tertutup dengan sempurna oleh kepala janin, ketuban bisa pecah pada
pembukaan kecil dan ada bahaya pula terjadinya prolapsus funikuli. Pada
4
kepala, sedang pada panggul sempit seluruhnya ditemukan rintangan pada
Pada kehamilan aterm, ukuran rata-rata diameter biparietal – BPD 9.5 – 9.8
cm. Sehingga kepala janin yang normal tidak mungkin dapat melalui panggul
Perlu diingat bahwa ibu yang bertubuh kecil, biasanya memiliki panggul yang
kecil namun anak dalam kandungannya biasanya juga kecil. Dalam keadaan
normal, bila ketuban masih utuh dilatasi servik terjadi melalui tekanan
hidrostatik pada selaput ketuban atau bila sudah pecah, dilatasi servik terjadi
akibat tekanan langsung bagian terendah janin terhadap servik. Pada kasus
kesempitan panggul dimana kepala janin masih berada diatas Pintu Atas
yang berada diatas ostium uteri internum sehingga sering terjadi peristiwa
Ketuban Pecah Dini-KPD pada kasus kesempitan Pintu Atas Panggul. Setelah
ketuban pecah, tidak adanya tekanan hidrostatik selaput ketuban pada servik
5
muka dan letak lintang meningkat 3 kali lipat dan angka kejadian prolapsus
berkonvergensi, foramen iskiadikum mayor cukup luas, dan spina iskiadika tidak
menyebabkan rintangan bagi lewatnya kepala janin. Apabila ukuran antara spina
kurang dari 9 cm, perlu kita waspada terhadap kemungkinan kesukaran pada
persalinan, apalagi bila diameter sagitalis posterior juga pendek. Pada panggul
tengah yang sempit, lebih sering ditemukan posisi oksipitalis posterior persisten
Bidang obstetrik Bidang Tengah Panggul terbentang dari tepi bawah simfisis
pubis melalui spina ischiadica dan mencapai sacrum didekat pertemuan antara
Batas anterior bagian anterior Bidang Tengah Panggul adalah tepi bawah Simfisis
Pubis dan batas lateralnya adalah rami ischiopubic. Batas dorsal bagian posterior
Bidang Tengah Panggul adalah sacrum dan batas lateralnya adalah ligamentum
sacrospinosum.
6
Ukuran rata-rata Bidang Tengah Panggul :
Kesempitan BTP tidak dapat dinyatakan secara tegas seperti halnya kesempitan
PAP. Chen dan Huang ( 1982) : BTP diperkirakan mengalami kesempitan bila
jumlah dari Diameter Interspinous + DSP ( normal 10.5cm + 5cm = 15.5 cm)
kurang dari 13.5 cm. Dengan demikian maka BTP diduga mengalami
adalah bila pada pemeriksaan panggul teraba adanya penonjolan spina ischiadica
yang menyolok.
Pintu bawah panggul merurpakan bidang yang tidak datar, tetapi terdiri atas
segitiga depan dan segitiga belakang yang mempunyai dasar yang sama, yakni
distansia tuberum. Apabila ukuran yang terakhir ini lebih kecil daripada biasa,
Pintu bawah panggul terdiri atas 2 segitiga dengan jarak dengan jarak antar
11,5 cm
7
4. Diameter sagitalis posterior dari pertengahan diameter antar tuberum ke ujung os
sacrum : 7,5 cm
Maka menurut Thomas, distosia dapat terjadi kalau jumlah ukuran antar tuberum
Klasifikasi
b. Tingkat II : CV = 8 - 9 cm = relatif
b. CV = 8 – 10 cm partus percobaan
c. CV = 6 – 8 cm SC primer
d. CV = 6 cm SC mutlak (absolut)
Inlet dianggap sempit bila CV kurang dari 10cm atau diameter transversa kurang
dari 12 cm karena biasanya diukur adalah conjungtiva diagonalis (CD) maka inlet
8
5. Jenis Kelainan Panggul
9
Berhubung karena pengaruh faktor ras dan sosial-ekonomi maka frekuaensi
dan ukuran jenis panggul berbeda di tiap bangsa demikian juga dengan
b) Panggul Robert:
d) Panggul asimilasi:
b. Perubahan bentuk panggul karena penyakit pada tulang panggul dan/ atau
sendinya:
sehingga tulang dan sendi menjadi lembek. Pada saat duduk maka
diameter
e) Fraktur
10
g) Penyakit pada artikulasio sakroiliaka dan artikulasi sakrokosigea
a) Kifosis
b) Skoliosis
c) Spondilolistesis
a) Koksitis
b) Luksasio koksae
a) Vulva
b) Vagina
11
lebar, baik untuk koitus maupun untuklahirnya janin. Septum tidak
c) Servik uteri
d) Uterus
e) Ovarium
12
2.2 WOC
TULANG LUNAK
R
E
SPIT PELVIS NEOPLASM SPONDILOLI
S DILAKUKAN
A TESIS
I SC
K
O
I
PANGGUL ATROFI,KARI
N
ASIMILASI LUKA BEKAS
ES DAN
F SC
NEKROSIS
E
K
LUKA TIDAK
S PENYAKIT HILANG
I PADA SENDI
SAKROILIAK
HARGA DIRI RENDAH
AA
SITUASIONAL
13
WOC DISTOSIA
Distosia+KPD Persalinan lama Distosia+panggul Distosia+tekanan his kuat Distosia+tekanan his kuat Distosia+KPD
sempit+persalin
an pervaginam
Pada tengkorak
Adanya invasi mikroorganisme Kepala janin& upaya
mengejan yg lama Bag.terbawah janin
patologis Cedera pd jalan NYERI Energy ibu
blum masuk PAP
banyak terpakai Lempeng2 tulang
lahir
utk mengejan tengkorak saling
Infeksi Menekan dasar panggul tumpang tindih di
ascending Laserasi jalan sutura-sutura besar Prolaps tali pusat
lahir Ibu kelelahan
Invasi ke decidua Dasar panggul
teregang & Perdarahan
melebar >500ml/24 jam PERSALINAN Molase kepala
janin Tali pusat
Amnionitis Aspiraasi cairan DIBANTU tertekan
/ sepsis amnion oleh janin VAKUM
Perubahan anfis
Perdarahan
& otot, saraf & hipovolemi Mengganggu
intracranial pd
jar.ikat Efek pd ibu Efek pd janin aliran darah ke
Pneumonia pd janin
Janin
janin
Prolaps Inkontinen Shock
organ Risiko Perlukaan pd
sia
panggul perdarahan kepala janin Janin dapat
Respon urin akibat akibat tarikan hipoksia
inflamasi ionstrumen dri vakum
vakum
Laserasi
Merubah set jalan lahir
poin suhu Berupa :
extracranial
hemorrhage
hipermetabolism
e
Cairan banyak
yg keluar mll
keringat, urin,
Primigravida tua PSIKOLOG Obat -obatan Kelainan struktur pelvis multipara BBLR hidramnion Hidrosefalu
IS s, gemeli,
plasenta
Inersia uteri Jenis panggul PAP sempit Vol.cairan >> previa
PTP & PBP Rahim
sempit sangat
hipotonik hipertonik elastis
Bag.terbawah
janin tdk masuk Janin bebas bergerak
Kekuatan kontraksi Kelainan pd PAP
lemah, frekuensi
kekuatan
jarang
his>>normal Semua tekanan UK 28-34 mgg
hidrostatik disalurkan janin berhenti
Pembukaan tidak pada bagian selaput
Tdk disertai Persalinan ketuban yang berada
bergerak
adekuat
koordinasi tjd sgt diatas ostium uteri
kontraksi dr cepat <3 internum Posisi salah
sekunder bag.atas,tengah & jam
prim
bawah uterus KPD
er Partus
presipitatu Letak
Terjadi pd Pd fase
fase laten Pembukaan s sungsang,/melintang
aktif kala tidak ada tekanan
I&II serviks tdk efisien hidrostatik selaput
Trauma ketuban pada servik &
janin, & Segmen Bawah Rahim
Bayi tdk ibu
His<3x/10’40’’ terdorong
keluar
Kontraksi uterus
tdk efektif
16
Alamat : Jl. Pangeran Antasari, No. 69, RT. 3, RW. 1, Kec.
Kecubung, Kel. Satumilyar Kab. Bojong.
Hubungan dengan klien : Suami
2. STATUS KESEHATAN
a. Keluhan
Keluhan Utama : Nyeri karena kontraksi uterus
Keluhan saat Pengkajian : Nyeri
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakan hamil anak ketiga usia kehamilan 9 bulan, mengeluh mulas
dan nyeri dipinggang dan ibu mengatakan sudah mengeluarkan air- air sejak
tanggal 22 Maret 2014 pukul 07.00 WITA. Ibu mengatakan masih
merasakan gerakan janin, gerakan aktif sebanyak 20 kali dalam 24 jam.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien tidak ada riwayat penyakit keluarga seperti DM, Hipertensi, TBC, dll.
3. KEBIASAAN SEHARI-HARI
a. Makan dan minum : Ibu makan terakhir tanggal 23 Maret 2014 pukul 23.30
WITA. Ibu sering minum dan minum terakhir 1 gelas air putih.
b. Eliminasi (BAB/BAK) : BAB terakhir 1 x pada 23 Maret 2014 pukul 05.30
WITA
c. BAK terakhir 1 x pada 23 Maret 2014 pukul 22.30 WITA
d. Istirahat/tidur : Ibu mengatakan tidur malam selama 8 jam, tidur siang 1-2
jam sehari
e. Psikologis : Ibu mengatakan merasa cemas menghadapi persalinannya
17
3. TB dan BB :
TB : 157 cm,
BB : 68 kg.
4. Inspeksi
a. Muka : Tidak ada cloasme
- Konjungtiva : anemis.
- Sklera : an ikterik
- Pulpil : isokor , tidak ada nistagmus.
b. Mulut dan Gigi : bersih, bibir tampak pucat, tidak ada caries gigi, tidak ada
stomatitis, gigi lengkap, tidak ada gangguan menelan.
c. Leher : tidak ada pembendungan vena jugularis, kelenjar tiroid ataupun
limfe yang membengkak.
d. Dada : simetris, tidak ada benjolan yang abnormal, terdapat
hyperpigmentasi pada areola mamae dan kolostrum sudah keluar.
e. Abdomen : Pembesaran perut sesuai usia kehamilan, terdapat linea nigra
dan strie gravidarum serta tidak ada luka bekas operasi.
f. Punggung dan pinggang : terdapat tanda michales yang simetris.
g. Vulva : serviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri.
h. Ekstremitas : tidak ada udema, akral; hangat, tidak ada varises.
5. Palpasi
- Leopold 1 : TFU pertengahan pusat dan Px, pada fundus teraba 1 bagian yang
lunak, tidak melenting dan kurang bundar yang berarti bokong
- Leopold 2 : Pada perut bagian sebekah kiri teraba ada tahanan yang lebar
yang berarti punggung dan sebelah kanan teraba bagian yang kecil- kecil
yang berarti ekstrimitas
- Leopold 3 : Bagian terbawah janin teraba bulat, keras dan melenting yang
berarti kepala
- Leopold 4 : Bagian yang terbawah janin sudah masuk PAP (divergen)
- Mc Donald : 38 cm
- TBJ : (TFU – 11) x 155
- : (38 – 11) x 155
- :4185 gram
18
6. Auskultasi
DJJ terdengar 140x/menit, punctum maximum dibawah pusat sebelah kiri
7. Perkusi
Reflek patela ada (+)
8. Pemeriksaan Dalam, pukul 24.00 WITA
- Vulva / Vagina : Blood slym
- Dinding Vagina : Teraba rugei
- Promontorium : Tidak teraba
- Portio : Lunak
- Serviks : Tipis, pembukaan 9 cm , efficement : 90 %
- Ketuban : Sudah pecah sejak pukul 01.00 WITA
- Presentasi : Kepala, UUK kiri depan
- Penurunan : Hodge III (+), 1/5
- His : Ada
- Frekuensi : 3x dalam 10 menit
- Lamanya : 20 – 40 detik
19
2. DS : -
DO :
- TBJ : 4185 gram
- Panggul ibu sempit CPD Resiko tinggi cedera janin
20
Dengan kehadiran keluarga akan membuat klien nyaman, dan dapat
mengurangi tingkat kecemasan dalam melewati persalinan, klien merasa
diperhatikan dan perhatian terhadap nyeri akan terhindari.
2) Dx : Resiko tinggi cedera janin b/d penekanan kepala pada panggul,
partus lama, CPD.
Tujuan : Cedera pada janin dapat dihindari dengan kriteria Hasil :
- DJJ dalam batas normal
- Kemajuan persalinan baik
Intervensi Rasional
Lakukan manuver Leopold untuk menentukan posis janin dan presentasi
Berbaring tranfersal atau presensasi bokong memerlukan kelahiran sesarea.
Abnormalitas lain seperti presentasi wajah, dagu, dan posterior juga dapat
memerlukan intervensi khusus untuk mencegah persalinan yang lama
Dapatkan data dasar DJJ secara manual dan atau elektronik, pantau dengan
sering perhatikan variasi DJJ dan perubahan periodic pada respon terhadap
kontraksi uterus. DJJ harus direntang dari 120-160 dengan variasi rata-rata
percepatan dengan variasi rata-rata, percepatan dalam respon terhadap aktivitas
maternal, gerakan janin dan kontraksi uterus.
Catat kemajuan persalinan. Persalinan lama/ disfungsional dengan
perpanjangan fase laten dapat menimbulkan masalah kelelahan ibu, stress
berat, infeksi berat, haemoragi karena atonia/ rupture uterus. Menempatkan
janin pada resiko lebih tinggi terhadap hipoksia dan cedera
Infeksi perineum ibu terhadap kutil vagina, lesi herpes atau rabas klamidial
Penyakit hubungan kelamin didapat oleh janin selama proses melahirkan
karena itu persalinan sesaria dapat diidentifikasi khususnya klien dengan virus
herpes simplek tipe II
Catat DJJ bila ketuban pecah setiap 15 menit. Perubahan pada tekanan caitan
amnion dengan rupture atau variasi deselerasi DJJ setelah robek dapat
menunjukkan kompresi tali pusat yang menurunkan transfer oksigen kejanin
Posisi klien pada posisi punggung janin Meningkatkan perfusi plasenta/
mencegah sindrom hipotensif telentang.
21
3.8 Catatan Perkembangan
No. Hari/tanggal/diagnose Implementasi Evaluasi
1. Minggu, 23/03/2014
Diagnosa : Nyeri berhubungan dengan tekanan kepala pada serviks .
3) Menentukan sifat, lokasi dan durasi nyeri, kaji kontraksi uterus, hemiragic
dan nyeri tekan abdomen.
4) Mengkaji intensitas nyeri klien dengan skala nyeri
5) Mengkaji stress psikologis/ pasangan dan respon emosional terhadap
kejadian
6) Memberikan lingkungan yang nyaman, tenang dan aktivitas untuk
mengalihkan nyeri, Membantu klien dalam menggunakan metode relaksasi
dan menjelaskan prosedur
7) Mengkuatkan dukungan social/ dukungan keluarga.
S : pasien masih mengeluh nyeri
O:
- Wajah pasien masih tampak meringis
A : masalah belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi.
2. Selasa, 11/03/2014
Diagnosa:
Resiko tinggi cedera janin berhubungan dengan CPD 1. Melakukan manuver
Leopold untuk menentukan posis janin dan presentasi
3. Dapatkan data dasar DJJ secara manual dan atau elektronik, pantau dengan
sering perhatikan variasi DJJ dan perubahan periodic pada respon terhadap
kontraksi uterus.
4. Mencatat kemajuan persalinan.
5. Mencatat DJJ bila ketuban pecah setiap 15 menit.
6. Memposisi klien pada posisi punggung janin S :
O:
A : Masalah teratasi
P:Hentikan intervensi.
22
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Persalinan tidak selalu berjalan lancar, terkadang ada kelambatan dan kesulitan
yang merupakan distosia. Salah satu penyebab distosia itu adalah kelainan pada jalan
lahir. Kelainan jalan lahir dapat terjadi karena kelainan ukuran jalan lahir keras atau
panggul. Peran bidan dalam mengangani kasus ini adalah dengan kolaborasi dan
rujukan ke tempat pelayanan kesehatan yang memilki fasilitas yang lengkap untuk dapat
dilakukan asuhan yang sesuai.
Setelah melakukan Asuhan Keperawatan pada ibu bersalin dengan menerapkan 7
langkah varnay meliputi pengkajian data, interpretasi data, diagnosa potensial,
antisipasi, rencana tindakan, pelaksanaan dan evaluasi. Beberapa hal yang terdapat pada
landasan teori di temukan dan diterapkan pada kasus Ny. N, sehingga perawatan yang
dilakukan pada Ny.N tidak mengalami hambatan sampai tempat rujukan, karena ibu
dengan kesempitan PAP sangat rentan terhadap komplikasi apabila tidak mendapat
tindakan sebaik-baiknya.
4.2 Saran
Peran perawat dalam menangani kelainan jalan lahir hendaknya dapatdideteksi
secara dini melalui ANC yang berkualitas sehingga tidak adaketerlambatan dalam
merujuk. Dengan adanya ketepatan penanganan bidan yangsegera dan sesuai dengan
kewenangan bidan, diharapkan akan menurunkan angkakematian ibu dan bayi
23
DAFTAR PUSTAKA
http://railgunn.blogspot.com/2014/05/asuhan-keperawatan-dengan-klien.html?m=1
http://pelangiwidhya.blogspot.com/2011/11/askep-distosia.html
http://askeprhynatutu.blogspot.com/2014/11/askep-distosia.html
http://praktik-rsud-saras-husada-purworejo.blogspot.com/2014/10/kehamilan-dengan-
distosia-kelainan.html?m=1
24