Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN

MATERNITAS
DISTOSIA (KELAINAN JALAN LAHIR)

DOSEN PEMBIMBING
Nurus Safa'ah, SST., M.Kes.

OLEH :
1. DWITHA KUSUMA N (17.10.2.149.014)
2. NANDIROH (17.102.149.029)
3. TITIK NUR FITRIYAH (17.10.2.149.041)
4. DEWI LAILATUL FITRIA (17.10.2.149.054)
5. FIFI NOVITA (17.10.2.149. 059)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
2017-2018

i
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami sampaikan rasa syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,

karena berkat rahmat dan petunjuk-Nya lah penulisan makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini disajikan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan

Maternitas dengan judul “Asuhan Keperawatan pada persalinan distosia” yang

dibimbing oleh Ibu Ns. Nurus Safa’ah , S.Kep, M.Kes. Mudah–mudahan makalah ini

dapat membantu para pembaca untuk memahami tentang Asuhan Keperawatan pada

persalinan distosia.

Penulis menyadari sepenuhnya makalah ini belum memuat bahan makalah

secara lengkap dan mendalam. Untuk itu, penulis mengharapkapkan kritik yang sifatnya

membangun agar sekiranya dapat memenuhi kesempurnaan tugas ini.

Tuban, 30 November 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ..................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 2
1.3 Manfaat .......................................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Teori ....................................................................................... 4
2.2 WOC .............................................................................................................. 13
BAB 3 TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus Semu ................................................................................................... 16
3.2 Pengkajian...................................................................................................... 16
3.3 Pemeriksaan Fisik........................................................................................... 17
3.4 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................. 19
3.5 Analisa Data................................................................................................... 19
3.6 Diagnosa Keperawatan................................................................................... 20
3.7 Rencana Asuhan Keperawatan....................................................................... 20
3.8 Catatan Perkembangan................................................................................... 22
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan .................................................................................................... 23
4.2 Saran ............................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 24

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan normal merupakan suatu keadaan yang fisiologis ,normal dapat

dilakukan sendiri tanpa intervensi penolong. Persalinan normal dipengaruhi oleh 3

faktor yaitu Power, Passage, Passanger.Power merupakan kekuatan si ibu , Passage

merupakan keadaan jalan lahir , Passanger merupakan keadaan janin . Namun selain itu

terdapat juga factor pendukung yaitu respon ibu, penolong saat bersalin dan posisi saat

persalinan. Jadi dalam hal diperlukan keseimbangan antara factor satu dengan factor

yang lain agar terjadi persalinan normal yang berlangsung dengan selamat. Jika dari

ketiga factor diatas mengalami ganngguan maka proses persalinan akan terganggu

kelambatan dan kesulitan dalam persalinan ini disebut distosia . Diatosia berpengaruh

buruk terhadap ibu dan janin Pengenalan dini dan penanganan tepat akan menentukan

prognosis ibu dan janin.

Distosia yang secara literatur berarti persalinan yang sulit, memiliki karakteristik

kemajuan persalinan yang abnormal atau lambat. Persalinan abnormal atau lambat

umum terjadi bila ada disproporsi antara ukuran bagian terbawah janin dengan jalan

lahir. Pada presentasi kepala, distosia adalah indikasi yang paling umum saat ini untuk

seksio sesaria primer. CPD (cephalopelvic disproportion) adalah akibat dari panggul

sempit, ukuran kepala janin yang besar, atau lebih sering kombinasi dari kedua di atas.

Setiap penyempitan diameter panggul yang mengurangi kapasitas pelvis dapat

mengakibatkan distosia selama persalinan. Panggul sempit bisa terjadi pada pintu atas

panggul, midpelvis, atau pintu bawah panggul, atau umumnya kombinasi dari

ketiganya. Karena CPD bisa terjadi pada tingkat pelvic inlet, outlet dan midlet,

1
diagnosisnya bergantung pada pengukuran ketiga hal tersebut yang dikombinasikan

dengan evaluasi ukuran kepala janin.

Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal, yang

timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan 5 faktor persalinan sebagai

berikut:

1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat

upaya mengedan ibu (kekuatan/power)

2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir)

3. Sebab pada janin meliputi kelainan presentasi/kelainan posisi, bayi besar, dan

jumlah bayi

4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan

5. Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan

pengalaman, persiapan, budaya, serta sistem pendukung

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum

1) Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah sistem reproduksi

2) Untuk mengetahui konsep medis distosia

3) Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan distosia

2. Tujuan Khusus

Mampu merencanakan suatu tindakan pada pasien distosia.

2
1.3 Manfaat

1. Bagi mahasiswa

1) Meningkatkan pengetahuan dan teori serta praktek

2) Mahasiswi bisa lebih kompeten dalam memberi asuhan kebidanan

3) Mendeteksi dini kemungkinan adanya penyulit / masalah dalam persalinan

2. Bagi umum

1) Mengurangi angka kematian maternal dan neonatal

2) Meningkatkan kesadaran diri terhadap ibu agar memeriksakan dirinya secara

rutin pada waktu kehamilan agar dapat mengetahui adanya komplikasi pada

ibu dan janinnya.

3
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Dasar Teori

Distosia adalah kelambatan atau kesulitan dalam jalannya persalinan. Distosia

karena kelainan jalan lahir adalah distosia yang disebabkan karena adanya kelainan

pada jaringan keras / tulang panggul, atau kelainan pada jaringan lunak panggul.

1. Etiologi

Distosia kelainan jalan lahir disebabkan karena adanya kelainan pada jaringan

keras / tulang panggul.(Sujiyatini dkk,2009)

Macam – Macam Distosia Jalan Lahir keras/ kelainan panggul :

1) Kesempitan Pintu Atas Panggul

Pintu atas panggul dianggap sempit kalau konjugata vera kurang dari 10 cm

atau kalau diameter transversa kurang dari 12 cm. kesempitan pada konjugata

vera (panggul picak) umumnya lebih menguntungkan daripada kesempitan

pada semua ukuran (panggul sempit seluruhnya). Oleh karena pada panggul

sempit kemungkinan lebih besar bahwa kepala tertahan oleh pintu atas

panggul, maka dalam hal ini serviks uteri kurang mengalami tekanan kepala.

Hal ini dapat mengakibatkan inersia uteriserta lambannnya pendataran dan

pembukaan serviks. Apabila pada panggul sempit pintu atas panggul tidak

tertutup dengan sempurna oleh kepala janin, ketuban bisa pecah pada

pembukaan kecil dan ada bahaya pula terjadinya prolapsus funikuli. Pada

panggul turunnya kepala bisa tertahan dengan akibat terjadinya defleksi

4
kepala, sedang pada panggul sempit seluruhnya ditemukan rintangan pada

semua ukuran; kepala memasuki rongga panggul dengan hiperfleksi.

Bisa juga melalui perkiraan diameter AP – Pintu Atas Panggul dilakukan

melalui pengukuran Conjugata Diagonalis secara manual (VT) dan kemudian

dikurangi 1.5 cm ; sehingga kesempitan pintu atas panggul sering ditegakkan

bila ukuran CD kurang dari 11,5 cm.

Pada kehamilan aterm, ukuran rata-rata diameter biparietal – BPD 9.5 – 9.8

cm. Sehingga kepala janin yang normal tidak mungkin dapat melalui panggul

bila diameter AP – Pintu Atas Panggul .

Perlu diingat bahwa ibu yang bertubuh kecil, biasanya memiliki panggul yang

kecil namun anak dalam kandungannya biasanya juga kecil. Dalam keadaan

normal, bila ketuban masih utuh dilatasi servik terjadi melalui tekanan

hidrostatik pada selaput ketuban atau bila sudah pecah, dilatasi servik terjadi

akibat tekanan langsung bagian terendah janin terhadap servik. Pada kasus

kesempitan panggul dimana kepala janin masih berada diatas Pintu Atas

Panggul, semua tekanan hidrostatik disalurkan pada bagian selaput ketuban

yang berada diatas ostium uteri internum sehingga sering terjadi peristiwa

Ketuban Pecah Dini-KPD pada kasus kesempitan Pintu Atas Panggul. Setelah

ketuban pecah, tidak adanya tekanan hidrostatik selaput ketuban pada servik

dan Segmen Bawah Rahim menyebabkan kontraksi uterus menjadi tidak

efektif bagi jalannya persalinan.

Kesempitan Pintu Atas Panggul merupakan predisposisi terjadinya kelainan

presentasi.Pada wanita dengan kesempitan panggul, angka kejadian letak

5
muka dan letak lintang meningkat 3 kali lipat dan angka kejadian prolapsus

talipusat meningkat 5 – 6 kali lipat.

2. Kesempitan Bidang Tengah Panggul

Dengan sacrum melengkung sempurna, dinding-dinding panggul tidak

berkonvergensi, foramen iskiadikum mayor cukup luas, dan spina iskiadika tidak

menonjol ke dalam, dapat diharapkan bahwa panggul tengah tidak akan

menyebabkan rintangan bagi lewatnya kepala janin. Apabila ukuran antara spina

kurang dari 9 cm, perlu kita waspada terhadap kemungkinan kesukaran pada

persalinan, apalagi bila diameter sagitalis posterior juga pendek. Pada panggul

tengah yang sempit, lebih sering ditemukan posisi oksipitalis posterior persisten

atau presentasi kepala dalam posisi lintang tetap (transverse arrest).

Kejadian ini sering menyebabkan kejadian “deep tranverse arrest” ( LETAK

MALANG MELINTANG RENDAH ) pada perjalanan persalinan dengan posisi

occipitalis posterior ( sebuah gangguan putar paksi dalam akibat kesempitan

Bidang Tengah Panggul ).

Bidang obstetrik Bidang Tengah Panggul terbentang dari tepi bawah simfisis

pubis melalui spina ischiadica dan mencapai sacrum didekat pertemuan antara

vertebra sacralis 4 – 5. Garis penghubung kedua spina ischiadica membagi Bidang

Tengah Panggul menjadi bagian anterior dan bagian posterior.

Batas anterior bagian anterior Bidang Tengah Panggul adalah tepi bawah Simfisis

Pubis dan batas lateralnya adalah rami ischiopubic. Batas dorsal bagian posterior

Bidang Tengah Panggul adalah sacrum dan batas lateralnya adalah ligamentum

sacrospinosum.

6
Ukuran rata-rata Bidang Tengah Panggul :

1) Diameter tranversal (interspinous) = 10.5 cm

2) Diameter AP (tepi bawah SP sampai pertemuan S4 – S5) 11.5 cm

3) Diameter Sagitalis Posterior – DSP ( titik pertengahan diameter interspinous

dengan pertemuan S4 – S5) 5 cm

Kesempitan BTP tidak dapat dinyatakan secara tegas seperti halnya kesempitan

PAP. Chen dan Huang ( 1982) : BTP diperkirakan mengalami kesempitan bila

jumlah dari Diameter Interspinous + DSP ( normal 10.5cm + 5cm = 15.5 cm)

kurang dari 13.5 cm. Dengan demikian maka BTP diduga mengalami

penyempitan bila diameter interspinous. Dugaan klinik adanya kesempitan BTP

adalah bila pada pemeriksaan panggul teraba adanya penonjolan spina ischiadica

yang menyolok.

3. Kesempitan Pintu Bawah Panggul

Pintu bawah panggul merurpakan bidang yang tidak datar, tetapi terdiri atas

segitiga depan dan segitiga belakang yang mempunyai dasar yang sama, yakni

distansia tuberum. Apabila ukuran yang terakhir ini lebih kecil daripada biasa,

maka sudut arkus pubis mengecil pula (kurang dari 80°).

Pintu bawah panggul terdiri atas 2 segitiga dengan jarak dengan jarak antar

tuberum sebagai dasar bersamaan.

Ukuran-ukuran yang penting ialah :

1) Diameter transversa (diameter antar tuberum) : 11cm

2) Diameter anterior posterior dari pinggir bawah sympisis ke ujung os sacrum :

11,5 cm

7
4. Diameter sagitalis posterior dari pertengahan diameter antar tuberum ke ujung os

sacrum : 7,5 cm

Maka menurut Thomas, distosia dapat terjadi kalau jumlah ukuran antar tuberum

dan diameter sagitalis posterior < 15 cm (normal 11cm + 7,5 cm = 18,5

cm).Distosia akibat kesempitan Pintu Bawah Panggul saja jarang terjadi

mengingat bahwa kesempitan PBP hampir selalu disertai dengan kesempitan

Bidang Tengah Panggul.

Klasifikasi

Pembagian panggul sempit :

1) Kesempitan pintu atas panggul (pelvic inlet)

2) Pembagian tingkatan panggul sempit

a. Tingkat I : CV = 9 -10 cm = borderline

b. Tingkat II : CV = 8 - 9 cm = relatif

c. Tingkat III : CV = 6 - 8 cm = ekstrim

d. Tingkat IV : CV = 6 cm = mutlak (absolut)

3) Pembagian menurut tindakan

a. SC primer = 11 cm partus biasa

b. CV = 8 – 10 cm partus percobaan

c. CV = 6 – 8 cm SC primer

d. CV = 6 cm SC mutlak (absolut)

Inlet dianggap sempit bila CV kurang dari 10cm atau diameter transversa kurang

dari 12 cm karena biasanya diukur adalah conjungtiva diagonalis (CD) maka inlet

dianggap panggul sempit bila CD kurang dari 11,5cm

8
5. Jenis Kelainan Panggul

1) Caldwell-Moloy berdasarkan penyelidikan rotgenologik dan anatomik

panggul-panggul menurut morfologinya dibagi dalam 4 jenis pokok:

a. Tipe gynaecoid : Bentuk pintu atas panggul seperti ellips melintang

kiri-kanan, hampir mirip lingkaran. Diameter

transversal terbesar terletak di tengah. Dinding

samping panggul lurus. Merupakan jenis panggul

tipikal wanita (female type)

b. Tipe anthropoid : Bentuk pintu atas panggul seperti ellips membujur

anteroposterior. Diameter transversal terbesar juga

terletak di tengah. Dinding samping panggul juga

lurus. Merupakan jenis panggul tipikal golongan

kera (ape type)

c. Tipe android : Bentuk pintu atas panggul seperti segitiga. Diameter

transversal terbesar terletak di posterior dekat

sakrum. Dinding samping panggul membentuk sudut

yang makin sempit ke arah bawah. Merupakan jenis

panggul tipikal pria (male type)

d. Tipe platypelloid : Bentuk pintu atas panggul seperti “kacang” atau

“ginjal”. Diameter transversal terbesar juga terletak

di tengah. Dinding samping panggul membentuk

sudut yang makin lebar ke arah bawah.

9
Berhubung karena pengaruh faktor ras dan sosial-ekonomi maka frekuaensi

dan ukuran jenis panggul berbeda di tiap bangsa demikian juga dengan

standar ukuran normal

2) Perubahan bentuk panggul (menurut Munro Kerr):

a. Perubahan bentuk panggul karena kelainan pertumbuhan intrauterine:

a) Panggul Naegele: hanya mempunyai sebuah sayap pada sakrum,

sehingga panggul tumbuh sebagai panggul miring

b) Panggul Robert:

c) Split pelvis: penyatuan tulang panggul pada simpisis tidak terjadi

sehingga panggul terbuka di depan

d) Panggul asimilasi:

b. Perubahan bentuk panggul karena penyakit pada tulang panggul dan/ atau

sendinya:

a) Rakitis: dahulu banyak menyerang masyarakat dengan sosek rendah,

berupa kekeurangan vitamin D serta kalsium serta sinar matahari

sehingga tulang dan sendi menjadi lembek. Pada saat duduk maka

promontorium bergerak ke depan. Ciri panggul ini adalah mengecilnya

diameter

b) Anterioposteror pada PAP

c) Osteomalasia: suatu penyakit karena gangguan gizi hebat dan karena

kekurangan sinar matahari sehingga rongganya menjadi sempit

d) Neoplasma: kesempitan panggul akibat tumor tulang panggul

e) Fraktur

f) Atrofi, karies, nekrosis

10
g) Penyakit pada artikulasio sakroiliaka dan artikulasi sakrokosigea

c. Perubahan bentuk panggul karena penyakit tulang belakang:

a) Kifosis

b) Skoliosis

c) Spondilolistesis

d. Perubahan bentuk karena penyakit kaki:

a) Koksitis

b) Luksasio koksae

c) Atrofi atau kelumpuhan satu kaki

e. Kalainan traktus genitalia

a) Vulva

Kelainan pada vulva yang menyebabkan distosia adalah edema,stenosis,

dan . Edema biasanya timbul sebagai gejala preeklampsiadan terkadang

karena gangguan gizi. Pada persalinan jika ibudibiarkan mengejan terus

jika dibiarkan dapat juga mengakibatkanedema. Stenosis pada vulva

terjadi akibat perlukaan danperadangan yang menyebabkan ulkus dan

sembuh dengan parut yang menimbulkan kesulitan. Tumor dalam

neoplasma jarang ditemukan. Yang sering ditemukan kondilomata

akuminata, kista, atau abses glandula bartholin.b)

b) Vagina

Yang sering ditemukan pada vagina adalah septum vagina,dimana

septum ini memisahkan vagina secara lengkap atau tidaklengkap dalam

bagian kanan dan bagian kiri. Septum lengkapbiasanya tidak

menimbulkan distosia karena bagian vagina yangsatu umumnya cukup

11
lebar, baik untuk koitus maupun untuklahirnya janin. Septum tidak

lengkap kadang-kadang menahanturunnya kepala janin pada persalinan

dan harus dipotong terlebihdahulu.Stenosis vagina yang tetap kaku

dalam kehamilan merupakanhalangan untuk lahirnya bayi, perlu

dipertimbangkan seksiosesaria. Tumor vagina dapat menjadi rintangan

pada lahirnya janinper vaginamc)

c) Servik uteri

Konglutinasio orivisii externi merupakan keadaan dimana padakala I

servik uteri menipis akan tetapi pembukaan tidak terjadi,sehingga

merupakan lembaran kertas dibawah kepala janin. Karsinoma servisis

uteri, merupakan keadaan yangmenyebabkan distosia.d)

d) Uterus

Mioma uteri merupakan tumor pada uteri yang dapatmenyebabkan

distosia apabila mioma uteri menghalangi lahirnya janin pervaginam,

adanya kelainan letak janin yang berhubungandengan mioma uteri, dan

inersia uteri yang berhubungan denganmioma uteri.e)

e) Ovarium

Distosia karena tumor ovarium terjadi apabila menghalangil ahirnya

janin pervaginam. Dimana tumor ini terletak pada cavumdouglas.

Membiarkan persalinan berlangsung lama mengandungbahaya

pecahnya tumor atau ruptura uteri atau infeksi

12
2.2 WOC

KELAINAN JALAN LAHIR


(PASSAGE)

TULANG LUNAK

KESEMPITAN KELAINA KEKAKUAN


KEKAKUAN
PANGGUL N PERINEUM
SERVIKS
BENTUK
PANGGU

KELAINAN PENYAKIT PENYAKIT KELAINAN


PERTUMBU PADA TULANG TRAKTUS
HAN TULANG BELAKANG GENETALIA
PE
INTRAUTER PANGGUL
US

PANGGUL RAKITIS KIFOSIS


NAEGELE DAPAT
MENGGANGGU
PENGELUARAN JANIN

PANGGUL OSTEOMALA SKOLIOSIS


ROBERT SIA DISTOSI
A

R
E
SPIT PELVIS NEOPLASM SPONDILOLI
S DILAKUKAN
A TESIS
I SC
K
O
I
PANGGUL ATROFI,KARI
N
ASIMILASI LUKA BEKAS
ES DAN
F SC
NEKROSIS
E
K
LUKA TIDAK
S PENYAKIT HILANG
I PADA SENDI
SAKROILIAK
HARGA DIRI RENDAH
AA
SITUASIONAL
13
WOC DISTOSIA

EFEK PADA IBU EFEK PADA JANIN

Distosia+KPD Persalinan lama Distosia+panggul Distosia+tekanan his kuat Distosia+tekanan his kuat Distosia+KPD
sempit+persalin
an pervaginam
Pada tengkorak
Adanya invasi mikroorganisme Kepala janin& upaya
mengejan yg lama Bag.terbawah janin
patologis Cedera pd jalan NYERI Energy ibu
blum masuk PAP
banyak terpakai Lempeng2 tulang
lahir
utk mengejan tengkorak saling
Infeksi Menekan dasar panggul tumpang tindih di
ascending Laserasi jalan sutura-sutura besar Prolaps tali pusat
lahir Ibu kelelahan
Invasi ke decidua Dasar panggul
teregang & Perdarahan
melebar >500ml/24 jam PERSALINAN Molase kepala
janin Tali pusat
Amnionitis Aspiraasi cairan DIBANTU tertekan
/ sepsis amnion oleh janin VAKUM
Perubahan anfis
Perdarahan
& otot, saraf & hipovolemi Mengganggu
intracranial pd
jar.ikat Efek pd ibu Efek pd janin aliran darah ke
Pneumonia pd janin
Janin
janin
Prolaps Inkontinen Shock
organ Risiko Perlukaan pd
sia
panggul perdarahan kepala janin Janin dapat
Respon urin akibat akibat tarikan hipoksia
inflamasi ionstrumen dri vakum
vakum
Laserasi
Merubah set jalan lahir
poin suhu Berupa :
extracranial
hemorrhage
hipermetabolism
e
Cairan banyak
yg keluar mll
keringat, urin,

MK: Risiko Cedera 14 MK: risiko


Maternal Cedera Janin
MK: Risiko kekurangan vol.cairan
WOC

Proses Persalinan Normal

POWER 2. PASSAGE 3. PASSANGER

Primigravida tua PSIKOLOG Obat -obatan Kelainan struktur pelvis multipara BBLR hidramnion Hidrosefalu
IS s, gemeli,
plasenta
Inersia uteri Jenis panggul PAP sempit Vol.cairan >> previa
PTP & PBP Rahim
sempit sangat
hipotonik hipertonik elastis
Bag.terbawah
janin tdk masuk Janin bebas bergerak
Kekuatan kontraksi Kelainan pd PAP
lemah, frekuensi
kekuatan
jarang
his>>normal Semua tekanan UK 28-34 mgg
hidrostatik disalurkan janin berhenti
Pembukaan tidak pada bagian selaput
Tdk disertai Persalinan ketuban yang berada
bergerak
adekuat
koordinasi tjd sgt diatas ostium uteri
kontraksi dr cepat <3 internum Posisi salah
sekunder bag.atas,tengah & jam
prim
bawah uterus KPD
er Partus
presipitatu Letak
Terjadi pd Pd fase
fase laten Pembukaan s sungsang,/melintang
aktif kala tidak ada tekanan
I&II serviks tdk efisien hidrostatik selaput
Trauma ketuban pada servik &
janin, & Segmen Bawah Rahim
Bayi tdk ibu
His<3x/10’40’’ terdorong
keluar
Kontraksi uterus
tdk efektif

DISTOSIA (PERSALINAN LAMA)


15
BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus Semu


Ny N umur 26 th dating dengan mengeluh nyeri dan kesempitan PAP CPD KU:
lemah TD: 120/80 mmhg RRl: 22x/mnt NADI:78x/mnt SUHU:37 C BB: 68 kg TB:
157 cm
3.2 Pengkajian
1. BIODATA
Nama : Ny. N
Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : SMU
Alamat : Jl. Pangeran Antasari, No. 69, RT.3, RW. 1,
Kec. Kecubung, Kel. Satumilyar Kab. Bojong.
No. RM : 25 18 96
Ruang Dirawat : VK
Tanggal MRS : 22 Maret 2014
Tanggal Pengkajian : 22 Maret 2014
Diagnosa Medis : Persalinan Distosia

IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama : Tn. K
Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Banjar/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan Terakhir : SMA

16
Alamat : Jl. Pangeran Antasari, No. 69, RT. 3, RW. 1, Kec.
Kecubung, Kel. Satumilyar Kab. Bojong.
Hubungan dengan klien : Suami
2. STATUS KESEHATAN
a. Keluhan
Keluhan Utama : Nyeri karena kontraksi uterus
Keluhan saat Pengkajian : Nyeri
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakan hamil anak ketiga usia kehamilan 9 bulan, mengeluh mulas
dan nyeri dipinggang dan ibu mengatakan sudah mengeluarkan air- air sejak
tanggal 22 Maret 2014 pukul 07.00 WITA. Ibu mengatakan masih
merasakan gerakan janin, gerakan aktif sebanyak 20 kali dalam 24 jam.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien tidak ada riwayat penyakit keluarga seperti DM, Hipertensi, TBC, dll.
3. KEBIASAAN SEHARI-HARI
a. Makan dan minum : Ibu makan terakhir tanggal 23 Maret 2014 pukul 23.30
WITA. Ibu sering minum dan minum terakhir 1 gelas air putih.
b. Eliminasi (BAB/BAK) : BAB terakhir 1 x pada 23 Maret 2014 pukul 05.30
WITA
c. BAK terakhir 1 x pada 23 Maret 2014 pukul 22.30 WITA
d. Istirahat/tidur : Ibu mengatakan tidur malam selama 8 jam, tidur siang 1-2
jam sehari
e. Psikologis : Ibu mengatakan merasa cemas menghadapi persalinannya

3.3 Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan umum : Lemah
-Kesadaran : Compos mentis
2. Tanda-tanda vital :
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 78 x/menit
- Napas : 22 x/menit
- Suhu : 370C

17
3. TB dan BB :
TB : 157 cm,
BB : 68 kg.
4. Inspeksi
a. Muka : Tidak ada cloasme
- Konjungtiva : anemis.
- Sklera : an ikterik
- Pulpil : isokor , tidak ada nistagmus.
b. Mulut dan Gigi : bersih, bibir tampak pucat, tidak ada caries gigi, tidak ada
stomatitis, gigi lengkap, tidak ada gangguan menelan.
c. Leher : tidak ada pembendungan vena jugularis, kelenjar tiroid ataupun
limfe yang membengkak.
d. Dada : simetris, tidak ada benjolan yang abnormal, terdapat
hyperpigmentasi pada areola mamae dan kolostrum sudah keluar.
e. Abdomen : Pembesaran perut sesuai usia kehamilan, terdapat linea nigra
dan strie gravidarum serta tidak ada luka bekas operasi.
f. Punggung dan pinggang : terdapat tanda michales yang simetris.
g. Vulva : serviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri.
h. Ekstremitas : tidak ada udema, akral; hangat, tidak ada varises.
5. Palpasi
- Leopold 1 : TFU pertengahan pusat dan Px, pada fundus teraba 1 bagian yang
lunak, tidak melenting dan kurang bundar yang berarti bokong
- Leopold 2 : Pada perut bagian sebekah kiri teraba ada tahanan yang lebar
yang berarti punggung dan sebelah kanan teraba bagian yang kecil- kecil
yang berarti ekstrimitas
- Leopold 3 : Bagian terbawah janin teraba bulat, keras dan melenting yang
berarti kepala
- Leopold 4 : Bagian yang terbawah janin sudah masuk PAP (divergen)
- Mc Donald : 38 cm
- TBJ : (TFU – 11) x 155
- : (38 – 11) x 155
- :4185 gram

18
6. Auskultasi
DJJ terdengar 140x/menit, punctum maximum dibawah pusat sebelah kiri
7. Perkusi
Reflek patela ada (+)
8. Pemeriksaan Dalam, pukul 24.00 WITA
- Vulva / Vagina : Blood slym
- Dinding Vagina : Teraba rugei
- Promontorium : Tidak teraba
- Portio : Lunak
- Serviks : Tipis, pembukaan 9 cm , efficement : 90 %
- Ketuban : Sudah pecah sejak pukul 01.00 WITA
- Presentasi : Kepala, UUK kiri depan
- Penurunan : Hodge III (+), 1/5
- His : Ada
- Frekuensi : 3x dalam 10 menit
- Lamanya : 20 – 40 detik

3.4 Pemeriksaan Penunjang


Foto Ro p.a.p (22 Maret 2014)
Hasil: Ukuran bayi yang lebih besar melebihi ksempatan ukuran panggul

3.5 Analisa Data


No. Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. DS : Pasien mengatakan nyeri di perut
DO :
- P : Nyeri karena adanya tekanan kepala janin pada serviks
- Q : seperti ada dorongan dari dalam
- R : daerah perut bagian bawah
Pasien nampak meringis menahan nyeri
- S : skala nyeri 4
- T : Sewaktu-waktu Tekanan kepala pada serviks Nyeri

19
2. DS : -
DO :
- TBJ : 4185 gram
- Panggul ibu sempit CPD Resiko tinggi cedera janin

3.6 Diagnosa Keperawatan


1) Nyeri b/d tekanan kepala pada servik
2) Resiko tinggi cedera janin b/d CPD.

3.7 Rencana Asuhan Keperawatan


1) Dx : nyeri b/d tekanan kepala pada servik, partus lama, kontraksi tidak
efektif.
Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi/ nyeri berkurang :
- Klien tidak merasakan nyeri lagi.
- Klien tampak rilek
- Kontraksi uterus efektif
- Kemajuan persalinan baik.
Intervensi Rasional
Tentukan sifat, lokasi dan durasi nyeri, kaji kontraksi uterus, hemiragic dan
nyeri tekan abdomen.
Membantu dalam mendiagnosa dan memilih tindakan, penekanan kepala pada
servik yang berlangsung lama akan menyebabkan nyeri.
Kaji intensitas nyeri klien dengan skala nyeri Setiap individu mempunyai
tingkat ambang nyeri yang berbeda, denga skala dapat diketahui intensitas
nyeri klien.
Kaji stress psikologis/ pasangan dan respon emosional terhadap kejadian
Ansietas sebagai respon terhadap situasi darurat dapat memperberat derajat
ketidaknyamanan karena sindrom ketegangan takut nyeri.
Berikan lingkungan yang nyaman, tenang dan aktivitas untuk mengalihkan
nyeri, Bantu klien dalam menggunakan metode relaksasi dan jelaskan prosedur
Teknik relaksasi dapat mengalihkan perhatian dan mengurangi rasa nyeri
Kuatkan dukungan social/ dukungan keluarga.

20
Dengan kehadiran keluarga akan membuat klien nyaman, dan dapat
mengurangi tingkat kecemasan dalam melewati persalinan, klien merasa
diperhatikan dan perhatian terhadap nyeri akan terhindari.
2) Dx : Resiko tinggi cedera janin b/d penekanan kepala pada panggul,
partus lama, CPD.
Tujuan : Cedera pada janin dapat dihindari dengan kriteria Hasil :
- DJJ dalam batas normal
- Kemajuan persalinan baik
Intervensi Rasional
Lakukan manuver Leopold untuk menentukan posis janin dan presentasi
Berbaring tranfersal atau presensasi bokong memerlukan kelahiran sesarea.
Abnormalitas lain seperti presentasi wajah, dagu, dan posterior juga dapat
memerlukan intervensi khusus untuk mencegah persalinan yang lama
Dapatkan data dasar DJJ secara manual dan atau elektronik, pantau dengan
sering perhatikan variasi DJJ dan perubahan periodic pada respon terhadap
kontraksi uterus. DJJ harus direntang dari 120-160 dengan variasi rata-rata
percepatan dengan variasi rata-rata, percepatan dalam respon terhadap aktivitas
maternal, gerakan janin dan kontraksi uterus.
Catat kemajuan persalinan. Persalinan lama/ disfungsional dengan
perpanjangan fase laten dapat menimbulkan masalah kelelahan ibu, stress
berat, infeksi berat, haemoragi karena atonia/ rupture uterus. Menempatkan
janin pada resiko lebih tinggi terhadap hipoksia dan cedera
Infeksi perineum ibu terhadap kutil vagina, lesi herpes atau rabas klamidial
Penyakit hubungan kelamin didapat oleh janin selama proses melahirkan
karena itu persalinan sesaria dapat diidentifikasi khususnya klien dengan virus
herpes simplek tipe II
Catat DJJ bila ketuban pecah setiap 15 menit. Perubahan pada tekanan caitan
amnion dengan rupture atau variasi deselerasi DJJ setelah robek dapat
menunjukkan kompresi tali pusat yang menurunkan transfer oksigen kejanin
Posisi klien pada posisi punggung janin Meningkatkan perfusi plasenta/
mencegah sindrom hipotensif telentang.

21
3.8 Catatan Perkembangan
No. Hari/tanggal/diagnose Implementasi Evaluasi
1. Minggu, 23/03/2014
Diagnosa : Nyeri berhubungan dengan tekanan kepala pada serviks .
3) Menentukan sifat, lokasi dan durasi nyeri, kaji kontraksi uterus, hemiragic
dan nyeri tekan abdomen.
4) Mengkaji intensitas nyeri klien dengan skala nyeri
5) Mengkaji stress psikologis/ pasangan dan respon emosional terhadap
kejadian
6) Memberikan lingkungan yang nyaman, tenang dan aktivitas untuk
mengalihkan nyeri, Membantu klien dalam menggunakan metode relaksasi
dan menjelaskan prosedur
7) Mengkuatkan dukungan social/ dukungan keluarga.
S : pasien masih mengeluh nyeri
O:
- Wajah pasien masih tampak meringis
A : masalah belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi.
2. Selasa, 11/03/2014
Diagnosa:
Resiko tinggi cedera janin berhubungan dengan CPD 1. Melakukan manuver
Leopold untuk menentukan posis janin dan presentasi
3. Dapatkan data dasar DJJ secara manual dan atau elektronik, pantau dengan
sering perhatikan variasi DJJ dan perubahan periodic pada respon terhadap
kontraksi uterus.
4. Mencatat kemajuan persalinan.
5. Mencatat DJJ bila ketuban pecah setiap 15 menit.
6. Memposisi klien pada posisi punggung janin S :
O:
A : Masalah teratasi
P:Hentikan intervensi.

22
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Persalinan tidak selalu berjalan lancar, terkadang ada kelambatan dan kesulitan
yang merupakan distosia. Salah satu penyebab distosia itu adalah kelainan pada jalan
lahir. Kelainan jalan lahir dapat terjadi karena kelainan ukuran jalan lahir keras atau
panggul. Peran bidan dalam mengangani kasus ini adalah dengan kolaborasi dan
rujukan ke tempat pelayanan kesehatan yang memilki fasilitas yang lengkap untuk dapat
dilakukan asuhan yang sesuai.
Setelah melakukan Asuhan Keperawatan pada ibu bersalin dengan menerapkan 7
langkah varnay meliputi pengkajian data, interpretasi data, diagnosa potensial,
antisipasi, rencana tindakan, pelaksanaan dan evaluasi. Beberapa hal yang terdapat pada
landasan teori di temukan dan diterapkan pada kasus Ny. N, sehingga perawatan yang
dilakukan pada Ny.N tidak mengalami hambatan sampai tempat rujukan, karena ibu
dengan kesempitan PAP sangat rentan terhadap komplikasi apabila tidak mendapat
tindakan sebaik-baiknya.
4.2 Saran
Peran perawat dalam menangani kelainan jalan lahir hendaknya dapatdideteksi
secara dini melalui ANC yang berkualitas sehingga tidak adaketerlambatan dalam
merujuk. Dengan adanya ketepatan penanganan bidan yangsegera dan sesuai dengan
kewenangan bidan, diharapkan akan menurunkan angkakematian ibu dan bayi

23
DAFTAR PUSTAKA

http://railgunn.blogspot.com/2014/05/asuhan-keperawatan-dengan-klien.html?m=1

http://pelangiwidhya.blogspot.com/2011/11/askep-distosia.html

http://askeprhynatutu.blogspot.com/2014/11/askep-distosia.html

http://praktik-rsud-saras-husada-purworejo.blogspot.com/2014/10/kehamilan-dengan-
distosia-kelainan.html?m=1

24

Anda mungkin juga menyukai