PROSES UPACARA
WARAK KRURON, NGELANGKIR DAN NGELUNGAH
(DALAM UPAYA MEWUJUDKAN KEBAHAGIAAN)
DISUSUN OLEH :
IDA PANDITA MPU YOGA NATHA
GRIYA GIRI KUSUMA PANGI KLUNGKUNG
NOPEMBER 2021
1
PENDAHULUAN
Pada hakekatnya semua umat beragama mengijinkan kehidupan yang bahagia, sejahtera
lahir dan bathin. Kesejahteraan lahir dan batin mengandung suatu makna keharmonisan atau
keseimbangan kehidupan antara kebutuhan lahir / phisik dan kebutuhan batin / spiritual.
Implementasi / perwujudan dari tujuan hidup ini tidak bisa dilepaskan dari tiga komponen dasar
penyebab kebahagiaan yaitu tetap menjaga hubungan antara manusia dengan manusia anatara
manusia dengan lingkungan dan antara manusia dengan lingkungan dan antara manusia dengan
Tuhan / Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai penguasa dan pencipta alam semesta ini.
Hal ini dalam keyakinan agama Hindu disebut dengan Tri Hita Karana (Tiga Penyebab
Kebahagiaan Hidup). Dalam hubungan menjaga keharmonisan antara manusia dengan manusia
perlu dijaga rasa saling harga menghargai, saling hormat menghormati satu sama lain dengan
landasan dan pola pikir Tri Kaya Parisudha yaitu berkata / berucap yang baik, berperilaku yang
baik, dan berpikir yang baik.
Dalam upaya menjaga hubungan yang baik antara manusia dengan lingkungan perlu
dijaga lingkungan yang asri, aman dan nyaman sehingga dapat memberikan manfaat dalam
kehidupan. Sedangkan dalam upaya, menjaga hubungan yang harmonis antara sang pencipta /
Tuhan Yang Maha Esa dengan manusia itu sendiri dapat diwujudkan dengan mendekatkan diri
serada bhakti kehadapanNya melalui jalan bhakti marga maupun jnana marga.
Harmonis dan seimbang adalah unsur penting yang perlu kita jaga, yang perlu kita
pahami dalam kehidupan beragama, bermasyarakat dan bernegara. Untuk mewujudkan dalam
kehidupan sehari-hari khususnya dalam kehidupan beragama Hindu landasan pelaksanaannya
didasarkan atas Tiga Kerangka Agama Hindu yaitu : Berdasarkan Tattwa / Filsafat, Susila /
Etika, Acara / Upacara. Berpijak dari pemikiran dan landasan tersebut kami mencoba
memaparkan permasalahan yang terjadi di masyarakat dalam hubungan kehidupan beragama
Hindu yaitu terkait dengan permasalahan.
- Seorang ibu yang mengalami keguguran / aborsi
- Seorang ibu yang melahirkan anak namun meninggal sebelum tali pusarnya putus
- Seorang ibu yang melahirkan anak namun meninggal setelah tali pusarnya putus, tetapi
belum tanggal gigi.
Bila ditinjau dari sumber pokok masalah dapat dijelaskan, bahwa apapun bentuk / wujud
masalahnya mengakibatkan adanya gangguan keseimbangan menyangkut alam lingkungan
sekitarnya, yang meliputi palemahan, pawongan, atau parhyangan.
Untuk mengatasi gangguan keseimbangan dimaksud, perlu ada tindakan nyata sehingga
harmonisasi tetap terjaga, terpelihara sehingga nyaman bagi penghuninya, baik secara sekala
maupun niskala. Dari uraian permasalahan di atas ada beberapa wujud kegiatan yang
seyogyanya dilaksanakan sebagai upaya pemecahannya yang dipaparkan berikut ini.
2
Ada tiga bentuk / wujud upacara yang seyogyanya dilakukan dalam upaya menjaga
keharmonisan / keseimbangan alam beserta isinya antara lain :
1. Upacara Warak Kruron
2. Upacara Ngelangkir
3. Upacara Ngelungah
JENIS UPAKARA
- Natar Karang
- Caru ayam brumbun (eka sata) lengkap dengan sealannya caru.
- Maulu suci pejati, sorohan tumpeng lima pada asoroh
- Tatebasan sapuh guru
3
Bentuk upacara ini sama dengan pelaksanaan upacara pecaruan karena klasifikasinya masih
dalam bentuk Bhuta Dengen (lontar Mpu antuk Aben).
Tujuan Upacara
- Menjaga kesucian diri sendiri bagi si penderita (buana alit)
- Menjaga kesucian buana agung alam sekitar
- Menjaga keseimbangan antara buana alit dengan buana agung
Cuntaka / Kesebelan
Cuntaka / kesebelan sesuai buku ketahuan tafsir aspek-aspek agama Hindu PHDI Pusat
adalah sebagai berikut :
- Cuntaka dan kesebelan yang disebabkan oleh keguguran / aborsi bagi si penderita (ibu)
adalah 45 hari (akambuhan) terhitung sejak keguguran sampai upacara.
- Cuntaka bagi penderita menstruasi / kotor kain, sangat tergantung dari usai
mengeluarkan darah sampai karmas dan meprastista durmangala (3-5 hari)
- Tirta pemuput
- Tirta pejati
- Tirta caru
Dudonan pelaksanaannya sebagai berikut :
- Upasaksi ke surya
- Penganteb banten caru lan pengilen caru
- Penganteb banten ring merajan / kemulan
- Kramaning sembah
- Ngerarung caru
- Puput
- Ngaturang banten piuning ke pura Prajapati dan Pura Dalem, dilanjutkan pengendag
bangbang di kuburan.
- Permakluman kehadapan sedahan setra (bila pelaksanaan di kuburan) maupun
pemongmong samudra (bila di laut)
- Pengawak / penyeneng / pengurip di resik terlebih dahulu (isuh segau, byakala
durmangala, prayascita, pengulap) lanjut melukat / mejaya-jaya bija lan karowista
- Lakukanlah utpati petra, dan stiti preta (menstanakan sang atma pada pengawak /
penyeneng, sebagai simbul selipkan kalpika ke pengawak / penyeneng.
- Jemek / pengawak / penyeneng ayabin banten punjung putih kuning, beras catur warna,
banten pelangkiran, lan segehan manca warna.
- Pakula warga kramaning sembah pengrastiti kerahayuan, tidak disertai nyembah ke sang
Petra.
- Lakukan prelina dengan tirta prelina dari Grya, serta tirta pengentas, kawitan lan
kahyangan tiga.
- Pengawak / penyeneng dan semua upakara / banten dikubur di kuburan.
- Tempat menanam upakara diperciki tirta pengerapuh termasuk bekas kuburan sang rare.
- Setelah sampai di rumah semua keluarga melukat dan natab banten prayascita
durmangala.
Cuntaka / Kesebelan
- Cuntaka / kesebelan hanya kepada si ibu yang melahirkan yaitu satu bulan tujuh hari
(bali) atau selama 45 hari
- Keluarga terdekat 3 hari / disesuaikan dengan dresta setempat.
Sasaran Upacara
Yang menjadi obyek dalam pelaksanaan upacara ngelungah adalah :
1. Bayi (rare) yang meninggal tali pusernya telah putus (kepus pungsed)
2. Bayi (rare) belum tanggal gigi (durung ketus gigi)
8
Upakara / Wewantenan
1. Upakara pakeling di Pura Prajapati
- Pejati asoroh
- Segehan bang atanding
2. Upakara pakeling nunas tirta di Pura Kahyangan Tiga Desa
- Pejati asoroh
- Segahan manut linggih atanding
3. Ring gegumuk / bila dikubur
- Banten matur piuning sedahan bangbang (pejati asoroh)
- Punjung atanding
- Segehan putih kuning
4. Pengendag bangbang
- Pejati asoroh
- Segehan cacah 9 tanding
- Bunga tunjung / kalpika
5. Banten ayaban sawa
- Pengawak / penyeneng
- Bubur pirata
- Punjung putih kuning
- Segehan manca warna
- Banten pelangkiran
6. Kajang Rare
- Kwangen 9 tanding
7. Banten Penganyutan
- Pejati
- Segehan selem
8. Banten Pangresikan
- Tepung tawar, byakala, durmangala, prayascita, pengulap
9. Banten Tirta Pengentas
- Peras, soda, daksina suci
- Samsam beras kuning
10. Tirta yang nunas di Griya
- Tirta Pengentas
- Tirta Pelukatan
- Tirta Prelina / Agni Prelina
- Tirta Penyeeb
- Tirta Penganyutan
- Belonyoh
9