Laporan Kerja Praktik - Bimansyah Pratama - 1022160058
Laporan Kerja Praktik - Bimansyah Pratama - 1022160058
Oleh:
Bimansyah Pratama
102216058
i
LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN KERJA PRAKTIK
MENYETUJUI,
Pembimbing Instansi Pembimbing Program Studi
............................................................. .............................................................
NIP NIP
ii
KATA PENGANTAR
Bimansyah Pratama
NIM : 102216058
iii
DAFTAR ISI
COVER ......................................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN KERJA PRAKTIK ........................................ ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................ 2
1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ........................................................ 2
BAB II PROFIL PPPTMGB “LEMIGAS”
2.1 Sejarah .............................................................................................. 3
2.2 Latar Belakang................................................................................... 4
2.3 Tugas dan Fungsi ............................................................................... 4
2.4 Fasilitas Perusahaan ........................................................................... 6
2.5 Struktur Organisasi Kelompok Program Riset Teknologi Aplikasi .. 6
BAB III DASAR TEORI
3.1 Dynamometer Test ............................................................................. 7
3.2 Gas Analyzer Digital ......................................................................... 8
3.3 Gas Buang (Emisi) ............................................................................ 9
3.4 Konsumsi Bahan Bakar ..................................................................... 11
BAB IV METODE PERCOBAAN
4.1 Diagram Alir Pelaksanaan Kerja Praktik........................................... 12
4.2 Peralatan dan Bahan Uji Chassis ....................................................... 13
4.3 Batasan Uji Chassis ........................................................................... 19
4.4 Prosedur Uji Chassis.......................................................................... 19
4.4.1 Langkah Kerja Dynamometer Test .............................................. 20
4.4.2 Langkah Kerja Uji Konsumsi Bahan Bakar ................................ 21
4.4.3 Langkah Kerja Uji Emisi ............................................................. 22
iv
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Uji Daya dan Torsi Pada Chassis Dynamometer ..................... 23
5.1.1 Pembahasan Uji Daya dan Torsi Mesin ...................................... 25
5.2 Hasil Uji Konsumsi Bahan Bakar ...................................................... 26
5.2.1 Perhitungan Uji Konsumsi Bahan Bakar ..................................... 27
5.3 Hasil Uji Emisi Gas Buang................................................................ 28
5.3.1 Perhitungan Uji Emisi Gas Buang ............................................... 29
5.3.2 Pembahasan Uji Emisi Gas Buang .............................................. 31
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 32
6.2 Saran .................................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 34
LAMPIRAN ................................................................................................................. 35
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Hasil Uji Konsumsi Pada Kendaraan Dengan Bahan Bakar A ...................... 26
Tabel 5.2 Hasil Uji Konsumsi Pada Kendaraan Dengan Bahan Bakar B....................... 26
Tabel 5.3 Hasil Uji Konsumsi Pada Kendaraan Dengan Bahan Bakar C ....................... 26
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Di Indonesia Bahan Bakar Minyak (BBM) telah menjadi kebutuhan pokok dalam kegiatan
industri maupun rumah tangga, terutama pada kegiatan transportasi. BBM merupakan sumber
energi yang diperlukan untuk dapat menggerakkan mesin kendaraan sehingga bisa berjalan
sebagaimana mestinya.
Sektor transportasi tumbuh dan berkembang seiring dengan peningkatan ekonomi nasional
maupun global. Pesatnya pertumbuhan sektor transportasi terutama pada kendaraan bermotor
menyebabkan peningkatan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) yang signifikan.
Penggunaan bahan bakar minyak bumi semakin meningkat, dengan peningkatan
penggunaan bahan bakar minyak bumi maka cadangan minyak bumi akan semakin berkurang
sedangkan kebutuhan minyak bumi akan terus bertambah.
Semakin meningkatnya harga dan kebutuhan minyak bumi dunia membuat industri otomotif
berupaya untuk mengembangkan teknologi pada mesin kendaraan bermotor yang hemat bahan
bakar dan ramah lingkungan serta memiliki performa mesin yang baik.
Namun, semakin canggih teknologi pada mesin kendaraan bermotor, semakin tinggi pula
standar kualitas bahan bakar yang harus digunakan untuk mendapatkan performa maksimal dari
kendaraan tersebut. Hal tersebut menyebabkan peningkatan tuntutan konsumen untuk bahan
bakar yang lebih berkualitas untuk digunakan pada kendaraan mereka.
Di Indonesia sendiri sudah semakin banyak jenis bahan bakar yang memiliki standar dan
kualitas baik, untuk menguji performa bahan bakar pada kendaraan dapat dilakukan beberapa
metode uji, salah satu cara untuk menguji performa bahan bakar pada kendaraan adalah dengan
uji chassis dynamometer.
Pada uji chassis dynamometer, ada beberapa parameter yang dapat menunjukkan kinerja
suatu mesin kendaraan bermotor roda empat atau roda dua diantaranya adalah daya (power),
gaya puntir (torsi), gas buang (emisi), konsumsi bahan bakar, dan air/fuel ratio (AFR). Alat
yang sudah dikenal untuk mengukur besaran dari parameter-parameter tersebut adalah
dynamometer atau sering disebut dengan engine dynotest atau chasiss dynotest.
Chasiss Dynamometer atau Chasiiss dynotest adalah alat yang digunakan untuk melakukan
1
pengujian dan pengukuran kecepatan konstan, beban jalan, dan kekuatan dari suatu kendaraan.
Kendaraan yang akan diuji pada dynotest akan dikekang dengan menggunakan perangkat
pengekangan dan menggunakan roller pada masing-masing as rodanya.
Untuk produsen industri otomotif, dynotest dapat digunakan sebagai metode untuk
pengujian pada produknya untuk mempelajari ada atau tidaknya penambahan performa setelah
produknya diaplikasikan pada kendaraan yang diuji. Dengan demikian produknya dapat
dipertanggung jawabkan oleh produsen.
Dalam penulisan laporan ini akan dibahas mengenai uji chassis untuk mengetahui daya
(power), konsumsi bahan bakar, dan gas buang (emisi) dari 3 sampel bahan bakar yang berbeda,
pada 3 mobil yang berbeda dengan tipe yang sama.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk:
1. Mengetahui bagaimana cara melaksanakan uji chassis.
2. Mengetahui perubahan daya (horsepower) dan torsi (torque) setelah menggunakan 3
sampel bahan bakar yang berbeda.
3. Mengetahui konsumsi bahan bakar dari 3 sampel bahan bakar yang berbeda.
4. Mengetahui emisi gas buang kendaraan dari 3 sampel bahan bakar yang berbeda.
2
BAB II
PROFIL PPPTMGB “LEMIGAS”
2.1 Sejarah
3
2.2 Latar Belakang
4
dan gas bumi.
b. Pelaksanaan penelitian, pengembangan, perekayasaan teknologi pengkajian dan
survei serta pelayanan jasa, pengelolaan pengetahuan dan inovasi bidang minyak dan
gas bumi.
c. Pemantauan, evaluasi pelaporan pelaksanaan penelitian, pengembangan dan
perekayasaan teknologi, dan pengkajian di bidang minyak dan gas bumi.
d. Pelaksanaan administrasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan
Gas Bumi “LEMIGAS”.
dalam menjalankan tugas dan fungsinya LEMIGAS memiliki struktur organisasi
sebagai berikut:
a. Bagian Tata Usaha.
b. Bidang Program.
c. Bidang Penyelenggaraan dan Sarana Penelitian dan Pengembangan.
d. Bidang Afiliasi dan Informasi.
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
5
2.4 Fasilitas Perusahaan
6
BAB III
DASAR TEORI
Dyno atau dynamometer adalah sebuah alat uji yang biasa digunakan untuk mengukur
tenaga atau kekuatan (horsepower), dan torsi (torque) pada suatu kendaraan (mobil dan
sepeda motor) serta digunakan untuk uji kelayakan sebuah kendaraan atau disebut dengan
dyno test. Pada saat mesin berputar, tenaga yang dihasilkan oleh mesin yang dapat dihitung
dengan mengukur secara serentak torsi dan kecepatan rotasi per menit (RPM).
Horsepower merupakan kemampuan untuk meneruskan beban selama periode tertentu
dan torsi (torque) merupakan hasil dari gaya pada media yang memiliki sudut (angular
momentum) sehingga memiliki sudut relatif yang mempengaruhi besarnya gaya yang
dihasilkan dalam suatu massa.
Manfaat utama dari alat dynamometer (dyno) adalah untuk mendapatkan nilai torsi
(torque) dan horsepower (HP) yang dihasilkan oleh mesin pada RPM (Revolutions Per
Minute) tertentu. Mengetahui nilai torsi dan horsepower pada RPM tertentu sangat penting
diketahui di bidang transportasi. Hal ini diperlukan agar dapat mengetahui kondisi mesin
yang digunakan, sesuai dengan kondisi standard pabrik pembuat kendaraan tersebut.
Pengujian menggunakan dynamometer memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
1. Aman, karena pengetesan mesin mulai dari RPM paling rendah hingga RPM
tertinggi pada gigi transmisi perbandingan 1:1, dilakukan menggunakan mesin
dynamometer (dyno), bukan dilakukan di jalan umum.
2. Pada beberapa mesin dyno, tersedia Weather Station, dimana pengetesan
menggunakan suhu udara, tekanan udara yang sama dan konsisten, sehingga alat
dyno mampu memberikan hasil torsi dan horsepower yang akurat.
7
satuan daya kuda. Selain digunakan untuk pengukuran rotasi mesin dan kekuatan
mesin sederhana, dynamometer mesin juga dapat digunakan untuk pengembangan
mesin seperti kalibrasi pengendali mesin, dan inspeksi detail mengenai perilaku
pembakaran mesin yang diuji.
2. Dynamometer Rangka (Chassis Dyno)
Dinamometer jenis ini biasanya digunakan untuk mengukur daya dan torsi tanpa
memindahkan mesin kendaraan dari rangka kendaraan. Dinamometer jenis ini
biasanya dapat berfungsi untuk mengukur daya yang sebenarnya dari hasil sebuah
motor ke roda-roda penggerak. Kendaraan yang diuji pada chassis dynamometer
diikat dengan sabuk pada bagian bawah kendaraan agar tidak terlepas dari dyno dan
menggunakan roller pada setiap as rodanya untuk mengukur kekuatan dari roda
tersebut.
Bilangan Gas Analyzer adalah instumen yang digunakan untuk mengukur proporsi dan
komposisi dari gabungan gas. Ada banyak gas yang dapat diukur dengan gas analyzer
diantaranya adalah gas karbon dioksida (CO2), oksigen (O2), karbon monoksida (CO), hidro
karbon (HC), dan nitrogen oksida (NOx). Selain itu, gas analyzer juga mampu menganalisis
spesies gas kimia yang ada dalam sampel. Gas analyzer juga memiliki kemampuan untuk
memberikan nilai pengukuran kuantitas yang kemudian ditampilkan dalam bentuk numerik
atau grafis.
Gas analyzer juga tidak jarang digunakan dengan tujuan untuk mengoptimalkan
keamanan seperti pada pabrik semen. Pada industri otomotif sendiri gas analyzer biasanya
digunakan untuk mengukur gas buangan (emisi) dengan tujuan meneliti serta untuk
mengerjakan serangkaian tindakan agar pengaturan mesin menjadi lebih efektif.
Prinsip kerja gas analyzer adalah dengan mengambil sampel gas dari sumber, lalu
sampel gas akan dikomparasikan dengan standar emisi gas. Kalibrasi gas analyzer dilakukan
dengan menginjeksikan gas standar (zero dan span gas) yang sudah diketahui nilainya,
dengan demikian, akan diketahui apakah ada penyimpangan dalam pengukuran. Jika ada
penyimpangan (error) maka gas analyzer kembali di sesuaikan melalui panel control.
8
3.3 Gas Buang (Emisi)
Secara umum emisi bisa di dikatakan sebagai pancaran, misalnya seperti pancaran sinar,
ion atau elektron. Emisi adalah sebuah zat, energi ataupun komponen lain yang diperoleh
dari sebuah kegiatan yang masuk ke dalam udara yang memiliki atau tidak memiliki potensi
sebagai unsur pencemar.
Apabila berdasarkan dari peristiwa, emisi bisa terjadi karena terganggunya sebuah
sistem yang melebihi suatu batas energi sehingga akan terjadi suatu emisi. Jadi emisi adalah
zat, energi atau komponen lain yang diperoleh dari kegiatan yang berlebihan, sehingga
mengakibatkan terganggunya suatu sistem. Contohnya seperti emisi gas buang.
Emisi gas buang adalah sisa hasil pembakaran mesin kendaraan bermotor yang
menggunakan bahan bakar. Biasanya emisi gas buang terjadi akibat pembakaran yang tidak
sempurna dari pembakaran mesin, sistem pembuangan, dan juga lepasnya partikel akibat
kurangnya oksigen pada proses pembakaran terjadi.
Emisi gas buang adalah salah satu penyebab dari pemanasan global dan efek rumah kaca.
Berikut adalah beberapa komponen yang termasuk sebagai gas buang (emisi) yaitu:
1. Monoksida (CO)
Nilai CO mengindikasikan efisiensi pembakaran pada silinder atau ruang
pembakaran pada mesin. Pembakaran pada mesin injeksi (EFI) yang efisien adalah
sekitar 0,2%-1,5% dengan nilai idealnya 0,5%. Sedangkan pembakaran untuk
kendaraan bermesin karburator yang efisien adalah sekitar 1%-3,5% dengan nilai
ideal 1-2%.
2. Karbon Dioksida (CO2)
Nilai CO2 pada umumnya menunjukan hasil pembakaran yang terdapat di dalam
mesin kendaraan. Nilai idealnya harus diatas 12%, semakin tinggi nilainya, berarti
semakin baik pembakaran yang terjadi pada mesin. Artinya, energi yang dibakar
semakin banyak. Apabila nilai CO2 berada di bawah 12%, hal tersebut
mengindikasikan bahwa ada beberapa hal yang harus disesuaikan, seperti campuran
bahan bakar dengan udara (AFR) yang kurang tepat atau ruang bakar yang kotor.
3. Hidro Karbon (HC)
Hidro karbon (HC) menunjukan sisa bensin yang terbuang bersama dengan asap
knalpot. Nilai ideal HC tidak melebihi dari 300 ppm (parts per million), karena
9
apabila nilai HC lebih dari 300 ppm, biasanya mengindikasikan bahwa adanya
kesalahan pengaturan pada kompresi ruang bakar dan sistem pengapian. Hal
tersebut dapat menyebabkan mesin menjadi boros dan tidak menghasilkan tenaga
yang semestinya.
4. Oksigen (O2)
Pada gas buang (emisi) O2 yang terlalu banyak keluar mengindikasikan proses
pembakaran pada mesin tidak efisien. Nilai O2 pada gas buang (emisi) idealnya tidak
melebihi dari 2%. Apabila lebih dari 2%, artinya ada kebocoran pada sistem gas
buang atau pengaturan bahan bakar yang teralu irit. Semakin dekat nilai O2 ke angka
0, maka semakin baik proses pembakaran yang terjadi pada mesin.
5. Senyawa NOx
Nitrogen dihasilkan akibat adanya N2 (nitrogen) pada campuran udara dan bahan
bakar, serta suhu pembakaran yang tinggi dari dalam silinder atau ruang bakar
sehingga terjadi pembentukan NOx. Emisi NOx diukur dengan satuan ppm (parts
per million). Pada campuran yang kurus (lean), kadar NOx memiliki kecenderungan
untuk meningkat. Nilai Rata-rata emisi NOx pada mesin 4 tak dalam kondisi normal
adalah 2.000- 3.000 ppm untuk mesin karburator, 1.500-2.500 ppm untuk mesin
injeksi (EFI) dan 0-100 ppm untuk mesin injeksi (EFI) dengan katalisator.
6. Nilai Lambda (λ)
Nilai Lambda (λ) berkaitan dengan perbandingan antara campuran udara dan
bahan bakar yang terbuang melalui asap knalpot. Nilai idealnya adalah 1. Apabila
lebih besar dari 1, artinya pengaturan bahan bakar irit. Jika lebih dari 1,1, berarti
bahan bakar terlalu irit. Sedangkan apabila nilai lambda (λ) kurang dari 0,95,
menandakan bahwa konsumsi bahan bakar boros. Jika kurang dari 0,85, artinya
bahan bakar terlalu boros.
10
3.4 Konsumsi Bahan Bakar
Uji konsumsi bahan bakar adalah uji laboratorium standar yang dirancang untuk tidak
memuat variabel – variabel yang terjadi pada kendaraan pada keaadaan aktual. Variabel –
variabel ini termasuk jalan, kondisi lalu lintas, cuaca, gaya mengemudi, kecepatan, muatan,
dan kondisi kendaraan.
Tujuannya dari uji konsumsi bahan bakar ini adalah untuk memberikan angka yang
dapat digunakan untuk membandingkan satu kendaraan dengan yang lain, tetapi angka-
angka ini tidak mewakili konsumsi bahan bakar yang terjadi pada kondisi operasi aktual.
Biasanya metode uji konsumsi bahan bakar yang digunakan adalah dengan
membandingkan pengemudian aktual di jalan dengan konsumsi bahan bakar berdasarkan
jarak yang ditempuh dan volume bahan bakar yang digunakan.
Di negara-negara yang menggunakan sistem metrik, konsumsi bahan bakar dinyatakan
dalam kilometer per liter. Pengujian konsumsi bahan bakar di LEMIGAS dilaksanakan
berdasarkan SNI 7554 Tahun 2010 yang mengacu pada UN ECE R84.
11
BAB IV
METODE PERCOBAAN
Berikut merupakan diagram alir saat pelaksanaan kerja praktik di PPPTMGB LEMIGAS
bagian KPPP Teknologi Aplikasi Produk:
12
4.2 Peralatan dan Bahan Uji Chassis
Peralatan dan bahan yang digunakan untuk pengujian chassis meliputi; Chassis
Dynamometer (Land Sea), tiga Mobil Toyota Yaris 2019, Alat Uji Konsumsi Bahan Bakar,
Alat Uji Emisi, Blower, dan ada tiga sampel bahan bakar yang digunakan, sampel tersebut
diberi nama secara berurutan A, B, dan C. Alat-alat dan bahan tersebut memiliki fungsi dan
kegunaan masing-masing, tergantung dari kebutuhan. Berikut penjelasan alat ukur dan
bahan yang digunakan:
1. Chassis Dynamometer
Alat ini memiliki fungsi untuk mengukur daya dan torsi maksimal dari suatu
kendaraan bermotor yang didapatkan pada putaran tertentu. Alat ini dilengkapi
landasan mounting dengan Roller untuk kendaraan. Pada saat pengujian dilakukan,
kendaraan diikat dengan kuat dengan sabuk pengikat pada setiap sisi alat chassis
dynamometer. Meski roda berputar pada roler, namun tanpa sabuk pengikat yang
kuat dikhawatirkan bila ban terlepas dari roller kendaraan akan terlempar.
Sensor yang didapat dalam pengujian seperti putaran, tekanan oli, kecepatan
mesin, temperatur mesin, temperatur gas buang, yang dihubungkan melalui unit
control pada software Dynamometer untuk pengukuran torsi, daya, AFR dan
kecepatan mesin uji.
13
dihubungkan melalui kabel unit kontrol ke kabel busi. Data yang didapat dalam
pengujian kinerja mesin meliputi Daya, Torsi, AFR, dan putaran mesin. Sebuah
layar perangkat lunak dari control dan unit pengukuran diberikan pada gambar 4.2.
14
Tinggi (mm) 1,500
Jarak Poros Roda (mm) 2,550
chassis
Transmisi 7-Speed CVT (G Grade CVT)
Suspensi Depan Macpherson Strut
Suspensi Belakang Torsion Beam
Ukuran Ban 185/60R15
15
5. Blower
Blower berfungsi untuk menjaga temperatur mesin kendaraan agar tidak terjadi
overheat, apabila blower tidak digunakan, maka mesin kendaraan akan cepat
overheat sehingga pengujian akan tidak maksimal akibat panas yang berlebih.
Bahan bakar yang digunakan merupakan bahan bakar bensin (BBM) yang
ditandai dengan kode A, B, dan C.
17
9. Jas Lab
Jas Lab berfungsi untuk melindungi tubuh dari percikan cairan kimia
10. Masker
Masker berfungsi untuk melindungi pernafasan dari paparan bahan kimia.
11. Stopwatch
Stopwatch berfungsi untuk menghitung waktu pada saat melakukan uji
konsumsi.
18
4.3 Batasan Uji Chassis
Pengujian ini menggunakan 3 jenis bahan bakar dan 3 kendaraan yang sama serta
pengujian dilakukan dalam waktu 3 hari agar kendaraan tetap dalam kondisi yang baik.
Selain faktor keberhasilan pengujian, faktor keamanan juga perlu diperhatikan.
Pengambilan data dilakukan dengan mengadakan pengukuran, pengamatan, dan pencatatan
besaran kinerja mesin seteliti mungkin. Data yang diambil tiap pengujian dilakukan dengan
kondisi cuaca dan lokasi pengujian yang sama, serta cara berkendara dan beban kendaraan
yang sama. Pada sub bagian berikut akan dipaparkan beberapa langkah yang dilakukan
selama pengujian.
19
4.4.1 Langkah Kerja Dynamometer Test
20
4.4.2 Langkah Kerja Uji Konsumsi Bahan Bakar
1. Kendaraan yang akan diukur dengan alat uji dinyalakan dan semua kelistrikan seperti
AC, radio, lampu dan lainnya dimatikan kecuali mesin kendaraan.
2. Pengujian konsumsi bahan bakar dimulai dengan cara mencabut selang yang
terhubung ke tangki bahan bakar kendaraan kemudian selang dihubungkan menuju
tangki buatan alat uji konsumsi bahan bakar yang terhubung dengan gelas ukur yang
memiliki volume sebesar 500 ml.
3. Bahan bakar yang akan diuji dimasukan kedalam tangki buatan alat pengujian.
4. Kendaraan dijalankan dalam kondisi mesin pada gigi D dengan kecepatan 20 km/jam.
5. Hitung dengan stopwatch untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk 100 ml bahan bakar habis pada gelas ukur.
1. Alat uji emisi (gas analyzer) dinyalakan, lalu dipanaskan kurang lebih 20 detik
2. Kendaraan yang akan di ukur dengan alat uji dinyalakan, dan semua kelistrikan
seperti radio, AC, lampu, dan lainnya dimatikan kecuali mesin kendaraan.
3. Pedal gas ditekan sebanyak +/- 3 kali hingga sekitar 2000-5000 rpm, agar
Temperatur mesin (OilTemp) mencapai +/- 80°C.
4. Saluran gas buang kendaraan atau knalpot pada kendaraan di cek terlebih dahulu
untuk memastikan tidak ada kebocoran. Apabila terdapat kebocoran harus dilakukan
perbaikan terlebih dahulu agar hasil pembacaan emisi akurat.
5. Pada alat ukur tekan/pilih Measurement, lalu pilih tipe bahan bakar yang digunakan
pada kendaraan untuk menyesuaikan dengan hasil ukur.
6. Alat ukur di cek untuk memastikan tidak ada kebocoran.
7. Gas probe dimasukan kedalam ujung saluran gas buang atau knalpot kendaraan
sedalam +/- 30cm.
Gambar 4.15 Gas Probe Yang Akan Dimasukan Kedalam Ujung Saluran Knalpot
8. Pergerakan angka CO, CO2, HC, O2, NOx, LAMBDA/AFR dilihat pada layar alat
ukur.
9. Pengukuran dilakukan selama +/- 30 detik dari awal Gas Probe dimasukkan kedalam
ujung saluran gas buang atau knalpot kendaraan.
10. Apabila pergerakan angka tidak menunjukkan kenaikan atau penurunan yang
signifikan, maka pengukuran dapat diambil hasil cetaknya.
11. Untuk mencetak hasil pengukuran tombol HOLD PRINT ditekan sebanyak satu kali.
22
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran daya mesin dan torsi pada bangku uji chassis didapatkan dengan
memberikan pembebanan pada kendaraan uji. Pembebanan dilakukan dari mulai beban
ringan hingga beban maksimum. Hasil pengukuran daya mesin ini ditampilkan pada
gambar 5.1, 5.2 dan 5.3.
1. Hasil pengujian dyno test pada kendaraan dengan bahan bakar A
Gambar 5.1 Hasil Pengukuran Daya dan Torsi Mesin Dengan Bahan Bakar A
23
2. Hasil pengujian dyno test pada kendaraan dengan bahan bakar B
Gambar 5.2 Hasil Pengukuran Daya dan Torsi Mesin Dengan Bahan Bakar B
Gambar 5.3 Hasil Pengukuran Daya dan Torsi Mesin Dengan Bahan Bakar C
24
Dapat dilihat bahwa kendaraan yang menggunakan bahan bakar C menghasilkan
daya penuh sebesar 74,51 kW pada 6037 RPM, dan torsi sebesar 134,64 Nm pada
4210 RPM.
120
100
77,6 75,75 74,51
80 Daya (kW)
Torsi (Nm)
60
40
20
0
A B C
Gambar 5.4 Hasil Perbandingan Daya dan Torsi Mesin di Chassis Dynamometer
Dari hasil pengukuran daya dan torsi, kendaraan yang menggunakan bahan bakar A
menghasilkan daya sebesar 77,6 kW dan torsi sebesar 136,07 Nm, sedangkan untuk
kendaraan yang menggunakan bahan bakar B menghasilkan daya sebesar 75,75 kW dan
torsi sebesar 135,2 Nm, kemudian kendaraan yang menggunakan bahan bakar C
menghasilkan daya penuh sebesar 74,51 kW dan torsi sebesar 134,64 Nm. Dengan
membandingkan hasil yang didapatkan antara bahan bakar B dan bakar C terhadap bahan
bakar A terjadi penurunan daya sebesar 2,44% untuk bahan bakar B dan 4,14% untuk
bahan bakar C.
25
5.2 Hasil Uji Konsumsi Bahan Bakar
Tabel 5.1 Hasil Uji Konsumsi Pada Kendaraan Dengan Bahan Bakar A
Tabel 5.2 Hasil Uji Konsumsi Pada Kendaraan Dengan Bahan Bakar B
Tabel 5.3 Hasil Uji Konsumsi Pada Kendaraan Dengan Bahan Bakar C
26
3 70 7:40.090 7:30.299 7:33.420
4 90 6:05.353 6:13.589 6:06.419
Dari ketiga tabel dapat dilihat bahwa kendaraan yang menggunakan bahan bakar C
memiliki durasi konsumsi bahan bakar paling lama jika dibandingkan dengan kendaraan
yang menggunakan bahan bakar A dan B.
Pada uji konsumsi bahan bakar untuk negara-negara yang menggunakan sistem
metrik terdapat angka yaitu dalam km per liter yang dapat ditentukan untuk
membandingkan satu kendaraan dengan yang lain, tetapi angka-angka ini tidak mewakili
konsumsi bahan bakar yang terjadi pada kondisi operasi aktual. Km per liter dapat
ditentukan dengan mengubah waktu dari satuan menit per 100 ml menjadi menit per liter,
kemudian dikonversi menjadi satuan jam per liter.
27
Tabel 5.6 Hasil Perhitungan Uji Konsumsi Bahan Bakar C
Hasil konsumsi bahan bakar yang didapat tidak mewakili konsumsi bahan bakar yang
terjadi pada kondisi nyata, karena pengujian dan perhitungan dilakukan dalam asumsi
kondisi yang ideal.
Pengukuran emisi gas buang mencakup pengukuran komponen gas buang seperti CO,
CO2, HC, O2, NOx, dan nilai lambda (λ). Standar pengukuran emisi gas buang sesuai
dengan SNI yang mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 05 Tahun 2006
mengenai nilai ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor diatas tahun 2010
dengan menggunakan alat bernama gas analyzer. Hasil pengukuran komponen gas buang
pada 3 kendaraan uji menggunakan 3 bahan bakar yang berbeda dilakukan pada putaran
idle ditampilkan pada tabel 5.2.
3 HC ppm 184 87 84
28
6 Lambda (λ) 1.02 1,08 1,09
Pada saat ini Indonesia masih menggunakan standar emisi Euro 2, berdasarkan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 05/2006 tentang Ambang Batas Emisi
Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru sejak 2010. Berikut merupakan standar emisi
Euro 2:
Jenis Batas
No Unit
Parameter Gas Standar
1 CO % 4.5
2 CO2 % 20
3 HC ppm 1200
5 O2 % -
Pada uji emisi gas buang kendaraan ada beberapa komponen yang berperan sebagai
parameter uji emisi gas buang. Nilai lambda (λ) merupakan perbandingan antara air fuel
ratio (AFR) teoritis dengan perbandingan air fuel ratio (AFR) yang terbuang melalui asap
knalpot. Pada teori stoichiometric dinyatakan untuk membakar 1 kg bensin dengan
sempurna diperlukan 14,7 kg oksigen, yang artinya perbandingan campuran ideal yaitu =
14,7 : 1. Nilai lambda (λ) diperlukan untuk mendapatkan air fuel ratio (AFR) pada kondisi
nyata. Secara sederhana, air fuel ratio (AFR) pada kondisi nyata bisa didapatkan dengan
rumus berikut:
𝐴𝐹𝑅𝑟𝑒𝑎𝑙 = 𝐴𝐹𝑅𝑡ℎ𝑒𝑜𝑟𝑦 × λ
Dimana :
Dengan menggunakan persamaan diatas, maka rasio udara-bahan bakar pada kondisi
nyata dapat dihitung. Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan data yang
ditampilkan pada tabel 5.2:
Menghitung 𝐴𝐹𝑅𝑟𝑒𝑎𝑙 pada kendaraan yang menggunakan bahan bakar A dengan nilai
lambda (λ) = 1,09
14,7
𝐴𝐹𝑅𝑟𝑒𝑎𝑙 = × 1,02
1
= 14,994 ∶ 1
Menghitung 𝐴𝐹𝑅𝑟𝑒𝑎𝑙 pada kendaraan yang menggunakan bahan bakar B dengan nilai
lambda (λ) = 1,08
14,7
𝐴𝐹𝑅𝑟𝑒𝑎𝑙 = × 1,08
1
= 15,876 ∶ 1
Menghitung 𝐴𝐹𝑅𝑟𝑒𝑎𝑙 pada kendaraan yang menggunakan bahan bakar C dengan nilai
lambda (λ) = 1
14,7
𝐴𝐹𝑅𝑟𝑒𝑎𝑙 = × 1,09
1
= 16,023 ∶ 1
30
5.3.2 Pembahasan Uji Emisi Gas Buang
Emisi gas buang kendaraan merupakan salah satu penyebab utama dari polusi udara
dan kontributor dominan terhadap asap kabut. Dari hasil proses pembakaran bahan bakar
dalam motor bakar menimbulkan beberapa komponen gas buang. Uji emisi gas buang
yang dilakukan pada penelitian ini mencakup pengukuran komponen gas buang dan
pengukuran kepekatan gas buang.
Bedasarkan hasil uji emisi gas yang ditampilkan pada tabel 5.5, dapat dilihat bahwa
kendaraan yang menggunakan bahan bakar A memiliki tendensi untuk menghasilkan
emisi gas buang yang lebih tinggi dibandingkan dengan emisi gas buang bahan bakar
kendaraan yang menggunakan bahan bakar B dan C.
Dapat dilihat dari hasil perhitungan, kendaraan yang menggunakan bahan bakar A
memiliki nilai 𝐴𝐹𝑅𝑟𝑒𝑎𝑙 14,994 : 1, kendaraan yang menggunakan bahan bakar B memiliki
nilai 𝐴𝐹𝑅𝑟𝑒𝑎𝑙 15,876 : 1, dan kendaraan yang menggunakan bahan bakar C memiliki
nilai 𝐴𝐹𝑅𝑟𝑒𝑎𝑙 16,023 : 1. Bedasarkan dari hasil yang didapat, kendaraan yang
menggunakan bahan bakar A memiliki campuran udara dan bahan bakar paling mendekati
ideal yaitu 14,7 : 1, sedangkan kendaraan yang menggunakan bahan bakar B dan C
memiliki campuran yang kurus atau lean (lebih banyak udara).
31
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Bedasarkan dari hasil Kerja Praktik (KP) di KPPP Teknologi Aplikasi Produk
PPPTMBG LEMIGAS, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Uji chassis merupakan serangkaian prosedur yang dilakukan untuk mendapatkan
data yang dapat menentukan performa sebuah bahan bakar terhadap kendaraan.
pengujian chassis dilakukan dengan alat yang bernama chassis dynamometer,
dimana mesin kendaraan yang diuji tidak dipindahkan dari rangka kendaraan. Pada
umumnya uji chassis mengukur daya (horsepower), torsi (torque), emisi gas buang,
dan konsumsi bahan bakar pada kendaraan.
2. Kendaraan yang menggunakan bahan bakar A memiliki daya (horsepower) sebesar
77.6 kW dan torsi (torque) sebesar 136,07 Nm, kendaraan yang menggunakan bahan
bakar B memiliki daya sebesar 75,75 kW dan torsi (torque) sebesar 135,2 Nm, dan
kendaraan yang menggunakan bahan bakar C memiliki daya sebesar 74,51 kW dan
torsi (torque) sebesar 134,64 Nm.
3. Pada pengujian konsumsi bahan bakar yang dilakukan dengan kecepatan 20, 50, 70,
dan 90 km/jam, konsumsi bahan bakar kendaraan yang menggunakan bahan bakar
A memiliki konsumsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi bahan bakar
kendaraan yang menggunakan bahan bakar B dan C.
4. Emisi gas buang kendaraan yang menggunakan bahan bakar A memiliki
kecenderungan untuk menghasilkan emisi gas buang yang lebih tinggi dibandingkan
dengan emisi gas buang bahan bakar kendaraan yang menggunakan bahan bakar B
dan C.
Pada pengujian chassis tiga kendaraan Toyota Yaris 2019 dengan tiga bahan bakar A,
B, dan C dapat disimpulkan bahwa kendaraan yang menggunakan bahan bakar A memiliki
daya (horsepower) dan torsi yang lebih tinggi dibandingkan bahan bakar B dan C namun
kendaraan yang menggunakan bahan bakar B dan C memiliki konsumsi bahan bakar yang
lebih rendah dari bahan bakar A, serta kendaraan yang menggunakan bakar C memiliki
emisi gas buang paling rendah apabila dibandingkan dengan bahan bakar A dan B.
32
6.2 Saran
1. Sebelum dilakukan pengujian chasis dynamometer, perlu dilakukan pengujian
karakteristik fisika kimia terhadap sampel bahan bakar yang digunakan dalam
pengujian.
2. Pada pengujian berikutnya dapat menggunakan kendaraan yang menggunakan
bahan bakar jenis lain seperti diesel dan solar.
33
DAFTAR PUSTAKA
34
LAMPIRAN
Lampiran 1. Spesifikasi Bensin 91 No. 3674 K/24/DJM/2006
35
Lampiran 2. Spesifikasi Bensin 90 No. 0486.K/10/DJM.S/ / 2017
36
Lampiran 3. Sertifikat TUV Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan
Gas “LEMIGAS”
37
Lampiran 4. Sertifikat Akreditasi Laboratorium PPPTMGB (LEMIGAS)
38
39
40
41
42
43
44
45
46