Anda di halaman 1dari 23

INDEKS KONEKTIVITAS DAN TEORI SENTRALITAS

Dosen Pengampu : Dr.Novida Yenny M.Si

Disusun Oleh : Kelompok 2

Ruth Elyanna Ganda


Melva Mareta Sihite
Meido Brillianina Surbakti

KELAS D 2019

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya sehingga
penyusun masih diberikan kesempatan untuk dapat menyusun makalah yang dibuat guna
memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah Geografi Ekonomi dan Pembangunan, semoga
makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca.

Dalam penulisan makalah ini, penyusun tentu saja tidak dapat menyelesaikannya sendiri
tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada Tuhan
yang maha esa, Dosen Pengampu dan rekan-rekan yang telah mendukung penulis menyelesaikan
makalah ini

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena masih banyak
kekurangan.Oleh karena itu, tim penulis dengan segala kerendahan hati meminta maaf dan
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan
kedepannya.

Medan, Oktober 2021

Tim Penyusun

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................................................3

BAB I...............................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...........................................................................................................................4

A. Latar Belakang......................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................4

C. Tujuan...................................................................................................................................4

BAB II..............................................................................................................................................6

PEMBAHASAN..............................................................................................................................6

A. Pengertian Indeks Konektivitas/Teori Grafik.........................................................................8

B. Pengertian Teori Sentralitas...................................................................................................................9


BAB III..........................................................................................................................................28

PENUTUP.....................................................................................................................................28

A. Kesimpulan.........................................................................................................................28

B. Saran...................................................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................29
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wilayah yang berkembang akan lebih cepat menjadi pusat pertumbuhan. Wilayah yang
menjadi pusat pertumbuhan dapat mendorong wilayah lain yang berada di daerah sekitarnya.
Semakin lama akan menyebar ke berbagai wilayah dan menyerap potensi-potensi daerah
sekitarnya. Adanya pusat pertumbuhan akan mempengaruhi kehidupan manusia, terutama
dalam meningkatkan kesejahteraan. Pusat-pusat pertumbuhan berpengaruh terhadap berbagai
sektor, yaitu ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat.
Wilayah dapat berkembang dengan pesat, baik dari segi ekonomi, politik, dan budaya
karena adanya pusat pertumbuhan. Pusat pertumbuhan merupakan suatu magnet sebagai
penarik dan juga sebagai pendorong perkembangan suatu wilayah. Pusat pertumbuhan
wilayah dapat terbentuk secara alami maupun secara terencana. Wilayah selalu berkaitan
dengan pengelolaan dan penataan ruang yang didalamnya terdapat pertumbuhan
pembangunan baik dibidang fisik, sosial, ekonomi, dan budaya. Dalam perkembangan
wilayah dikenal beberapa macam teori pertumbuhan. Pusat pertumbuhan ialah wilayah atau
kawasan yang pertumbuhannya sangat pesat sehingga karena kepesatannya itu dijadikan
sebagai pusat pembangunan yang memengaruhi kawasan-kawasan lain di sekitarnya. Dengan
adanya kawasan-kawasan yang dijadikan pusat pertumbuhan itu, diharapkan kawasan-
kawasan di sekitarnya turut terpengaruh dan terpicu untuk maju.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan indeks konektivitas?
2. Apa yang dimaksud dengan teori sentralitas?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan indeks konektivitas
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan teori sentralitas.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Indeks Konektivitas/Teori Grafik


Komponen penting interaksi antar wilayah adalah infrastruktur berupa jaringan jalan.
Makin banyak jaringan jalan yang menghubungkan antar kota maka alternatif distribusi
penduduk, barang dan jasa semakin lancar. Sebagai contoh, dua wilayah yang dihubung kan
dengan satu jalur jalan tentunya memiliki kemungkinan hubungan penduduknya jauh lebih kecil
dibandingkan dengan dua wilayah yang memiliki jalur transportasi yang lebih banyak.Analisis
indeks konektivitas dapat dijadikan salah satu indikator dan pertimbangan untuk menentukan
lokasi usaha yang potensial menguntungkan karena memiliki nilai interaksi yang tinggi. Indeks
konektivitas yang tinggi dapat ditafsirkan wilayah tersebut memiliki interaksi yang tinggi pula
sehingga memperlancar arus pergerakan manusia, barang, dan jasa yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Menganalisis potensi kekuatan interaksi antarwilayah ditinjau dari struktur jaringan jalan
sebagai prasarana transportasi, K.J. Kansky mengembangkan Teori Grafik dengan
membandingkan jumlah kota atau daerah yang memiliki banyak rute jalan sebagai sarana
penghubung kota-kota tersebut. Menurut Kansky, kekuatan interaksi ditentukan dengan Indeks
Konektivitas. Semakin banyak jaringan jalan yang menghubungkan kota-kota maka makin tinggi
nilai indeks konektivitasnya. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap potensi pergerakan manusia,
barang, dan jasa karena prasarana jalan sangat memperlancar tingkat mobilitas antarwilayah.
Untuk menghitung indeks konektivitas ini digunakan rumus sebagai berikut
β=

Keterangan
 β : Indeks konektivitas
 e : Jumlah jaringan jalan
 v : Jumlah kota

B. Pengertian Teori Sentralitas


Sentral dikemukakan oleh Walter christaller (1933), seorang ahli geografi dari Jerman.
Teori ini didasarkan pada lokasi dan pola persebaran permukiman dalam ruang. Dalam suatu
ruang kadang ditemukan persebaran pola permukiman desa dan kota yang berbeda ukuran
luasnya. Teori pusat pertumbuhan dari christaller ini diperkuat oleh pendapat August Losch
(1945) seorang ahli ekonomi Jerman. Keduanya berkesimpulan, bahwa cara yang baik untuk
menyediakan pelayanan berdasarkan aspek keruangan dengan menempatkan aktivitas yang
dimaksud pada hierarki permukiman yang luasnya meningkat dan lokasinya ada pada simpul
simpul jaringan heksagonal. Lokasi ini terdapat pada tempat sentral yang memungkinkan
partisipasi manusia dengan jumlah maksimum, baik mereka yang terlibat dalam aktivitas
pelayanan maupun yang menjadi konsumen dari barang-barang yang dihasilkannya. Tempat-
tempat tersebut diasumsikan sebagai titik simpul dari suatu bentuk geometri berdiagonal yang
memiliki pengaruh terhadap daerah di sekitarnya.
Walter Christraller 1933 dalam bukunya Central Place In Southern Germany yang
diterjemahkan dalam bahasa inggris oleh C.W. Baski pada tahun 1966 mengemukakan konsep
konsep dasar atau unsur-unsur pokok Tempat Sentral (TS) adalah sebagai berikut:
a) Batas Ambang Penduduk (Population threshold), merupakan jumlah
penduduk minimum yang menunjang atau membutuhkan adanya suatu kegiatan
pelayanan. Di bawah batas ambang tersebut, kegiatan pelayanan dari tiap
komoditi tidak akan ada.
b) Jangkauan Pasar (Range), merupakan suatu jarak yang ditempuh dan
diinginkan oleh konsumen untuk memperoleh suatu pelayanan atau komoditi. Di
luar batas tersebut, konsumen yang bersangkutan akan mencari tempat sentral
lain. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan:
 Range selalu lebih besar dibanding daerah tempat population threshold.
 Inner limit (batas dalam) adalah batas wilayah yang didiami population
threshold.
 Outer limit (batas luar) adalah batas wilayah yang mendapatkan pelayanan
terbaik, sehingga di luar batas itu penduduk akan mencari atau pergi ke
pusat lain.
Hubungan antara suatu tempat sentral dengan tempat sentral yang lain di sekitarnya
membentuk jaringan sarang lebah. Menurut Walter christaller, suatu tempat sentral mempunyai
batas-batas pengaruh yang melingkar dan komplementer terhadap tempat sentral tersebut.
Daerah atau wilayah yang komplementer ini adalah daerah yang dilayani oleh tempat sentral.
Lingkaran batas yang ada pada kawasan pengaruh tempat tempat sentral itu disebut batas
ambang. Suatu tempat sentral dapat berupa kota-kota besar, perbelanjaan, rumah sakit, ibu kota
provinsi, dan kota kabupaten. Masing-masing tempat sentral tersebut menarik penduduk yang
tinggal di sekitarnya dengan daya jangkau yang berbeda-beda. Terdapat tiga asas tempat sentral
menurut Christraller yakni sebagai berikut:
a) Tempat sentral menurut asas pasar (K3)
Merupakan pusat pelayanan berapa besar yang responsif terhadap ketersediaan
barang dan jasa atau sering disebut dengan pasar optimal. Para konsumen di
tempat-tempat yang lebih kecil terbagi menjadi 3 kelompok yang sama besarnya.
Jika berbelanja ketiga tempat lebih besar yang letaknya terdekat.
b) Tempat sentral menurut asas transportasi (K4)
Tempat sentral memberikan pembinaan jalur lalu lintas yang paling efisien kepada daerah
sekitarnya. Para konsumen di tempat-tempat yang lebih kecil terbagi menjadi dua kelompok
yang sama, jika berbelanja ke dua tempat lebih besar yang terdekat.

c) Tempat sentral menurut administrasi (K7)


Tempat sentral ini mempengaruhi seluruh bagian wilayah sekitarnya dan wilayah itu
sendiri. Pembangunan tempat sentral ini tidak berorientasi pada sektor ekonomi tetapi pada
sektor sosial dan politik. Contohnya seperti kota pusat pemerintahan.

Teori Walter christaller dapat diterapkan secara baik di suatu wilayah dengan syarat-
syarat sebagai berikut:
1) Topografi dari wilayah tersebut relatif seragam sehingga tidak ada bagian yang
mendapat pengaruh lereng atau pengaruh alam lainnya dalam hubungan dengan
jalur angkutan.
2) Kehidupan atau tingkat ekonomi penduduk relatif homogen dan tidak
memungkinkan adanya produksi primer yang menghasilkan padi-padian, kayu,
atau naru bara.
Analisis Skalogram dan Indeks Sentralitas ini dapat menunjukkan bahwa
wilayah yang merupakan hirarki tinggi adalah Kabupaten/Kota yang memiliki jumlah jenis
fungsi/fasilitas yang nilai indeks sentralitas dengan kategori tinggi ke atas atau Kabupaten/Kota
tersebut dapat dikategorikan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi,
sedangkan wilayah-wilayah yang merupakan hirarki paling rendah ditentukan oleh semakin
sedikitnya jumlah fungsi /fasilitas dan nilai indeks sentralitas yang paling rendah pula. Dalam
penelitian ini dibagi menjadi 5 kelas dengan pembagian sebagai berikut:
1. Hirarki I dengan ketersedian jumlah fungsi/fasilitas dan nilai indeks sentralitas
sangat tinggi.
2. Hirarki II dengan ketersediaan jumlah fungsi/fasilitas dan nilai indeks sentralitas
tinggi.
3. Hirarki III dengan ketersediaan jumlah fungsi/fasilitas dan nilai indeks sentralitas
sedang.
4. Hirarki IV dengan ketersediaan jumlah fungsi/fasilitas dan nilai indeks sentralitas
rendah.
5. Hirarki V dengan ketersediaan jumlah fungsi/Fasilitas dan nilai indeks sentralitas
sangat rendah.

Untuk mengetahui penerapan dari indeks konektivitas dan teori sentralisasi maka diambil studi
kasus di daerah Kabupaten Simalungun.

A. Penerapan Indeks Konektivitas


1) Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Simalungun Nomor 10 Tahun 2012
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Simalungun Tahun 2011-2031,
Ditemukan data sebagai berikut:
1. Jumlah jalan nasional di kabupaten simalungun berjumlah 6 jalan
2. Jumlah jalan provinsi di kabupaten simalungun berjumlah 10 jalan
3. Jumlah jalan kabupaten di kabuoaten simalungun berjumlah 12 jalan
Dengan demikian jumlah jalan di Kabupaten Simalungun berjumlah 28 jalan.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun terdiri dari 31
kecamatan.
β=

β=
β = 0,90
2) Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor 3 Tahun 2018 Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Samosir Tahun 2018-2038, Ditemukan data
sebagai berikut:
1. Jumlah jalan kolektor di kabupaten samosir berjumlah 11 jalan
2. Jumlah jalan strategis di kabupaten samosir berjumlah 7 jalan
3. Jumlah jalan kabupaten dikabupaten samosir berjumlah 4 jalan
Dengan demikian jumlah jalan di Kabupaten Samosir berjumlah 22 jalan.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir terdiri dari 9 kecamatan.
β=

β=
β = 2,44
B. Penerapan Teori
Sentralitas Analisis Skalogram
Analisis skalogram merupakan salah satu alat untuk mengidentifikasi
pusat pertumbuhan wilayah kecamatan berdasarkan fasilitas yang dimilikinya,
dengan demikian dapat ditentukan hirarki pusat-pusat pertumbuhan dan aktivitas
pelayanan suatu wilayah. Wilayah dengan fasilitas yang lebih lengkap merupakan
pusat pelayanan, sedangkan wilayah dengan fasilitas yang kurang akan menjadi
daerah kecamatan belakang (hinterland). Metode yang digunakan dalam
perhitungan skalogram ini adalah metode Guttzman.
Analisis Skalogram merupakan suatu alat analisis yang digunakan untuk
mengetahui kemampuan suatu daerah dalam rangka memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Semakin tinggi perkembangan suatu wilayah berarti wilayah
tersebut semakin mampu memberikan pelayanan kepada masyarakatnya.
Pelayanan yang dimaksud dalam hal ini adalah
ketersediaan fasilitas-fasilitas yang ada didaerah itu seperti fasilitas yang
berkaitan dengan aktivitas ekonomi, aktivitas sosial dan pemerintahan. Dengan
analisis skalogram dapat ditentukan daerah ataupun kecamatan yang dapat
dijadikan sebagai pusat pertumbuhan. Kecamatan yang memiliki kelengkapan
fasilitas tertinggi dapat ditentukan sebagai pusat
pertumbuhan. (Rodinelli dalam Ermawati, 2010:47).
Tabel 1.
Kelompok Kecamatan Berdasarkan Ketersediaan Fasilitas Sosial, Ekonomi,
Pemerintahan Tahun 2010 Di Kabupaten Simalungun
No Kecamatan Jumlah Fasilitas Kelompok
1 Bandar 25 I
2 Girsang 24 I
Sipangan Bolon
3 Tapian Dolok 23 I
4 Dolok 23 I
Pangaribuan
5 Jorlang Hataran 23 I
6 Dolok Batu 22 II
Nanggar
7 Pematang 22 II
Bandar
8 Bandar Huluan 22 II
9 Tanah Jawa 21 II
10 Bosar Maligas 21 II
11 Raya 21 II
12 Hutabayu Raja 21 II
13 Bandar Masilam 21 II
14 Panei 21 II
15 Siantar 20 III
16 Gunung Malela 20 III
17 Sidamanik 20 III
18 Jawa Maraja 20 III
Bah Jambi
19 Hatonduhan 19 III
20 Raya Kahean 19 III
21 Silou Kahean 19 III
22 Dolok Silou 19 III
23 Silimakuta 19 III
24 Haranggaol 19 III
Horison
25 Panombeian 18 III
Panei
26 Dolok 18 III
Pardamean
27 Ujung Padang 17 IV
28 Purba 17 IV
29 Gunung Maligas 16 IV
30 Pematang 16 IV
Sidamanik
31 Pematang 13 V
Silimahuta
Sumber : BPS Kab. Simalungun
Fasilitas-fasilitas yang digunakan di dalam analisis skalogram yakni
fasilitas yang berhubungan dengan kegiatan sosial, ekonomi dan pemerintahan.
Fasilitas sosial yang digunakan terdiri dari fasilitas untuk pelayanan kesehatan
(rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu), untuk pelayanan
pendidikan (SD, SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi) dan pelayanan keagamaan
(mesjid, mushola, langgar, gereja, klenteng). Fasilitas yang berhubungan dengan
kegiatan ekonomi yang digunakan antara lain: pasar, supermarket, KUD, non
KUD, bank dan non bank serta objek wisata. Sementara itu, untuk
menggambarkan pelayanan pemerintahan diwakili oleh keberadaan kantor pos
dan kantor pemerintahan. Secara keseluruhan fasilitas yang didata ada sebanyak
30 jenis fasilitas yang akan digunakan untuk menggambarkan hierarki setiap
kecamatan.
Hasil analisis skalogram yakni analisis yang hanya melihat dari
keberadaan fasilitasnya, kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten
Simalungun dikategorikan ke dalam kelompok-kelompok. Dari 30 jenis fasilitas
yang didata, jumlah jenis fasilitas tertinggi yang
ada didalam satu kecamatan adalah sebanyak 25 jenis fasilitas, sementara yang
terendah adalah 13 jenis fasilitas. Dengan memperhitungkan selisih antara jumlah
fasilitas tertinggi dan fasilitas terendah, maka kecamatan yang ada di Kabupaten
Simalungun dibagi kepada 5 kelompok. Hasil analisis skalogram setiap
kecamatan di Kabupaten Simalungun dapat dilihat pada tabel 1.
Kelompok I merupakan kelompok kecamatan dengan tingkat keberadaan
fasilitas yang tertinggi yakni kecamatan yang memiliki 23 ± 25 jenis fasilitas.
Kecamatan yang berada di Kelompok I yakni Kecamatan Bandar, Girsang
Simpangan Bolon, Tapian Dolok, Dolok Panribuan, Jorlang Hataran. Jenis
fasilitas yang membedakan kelompok I dengan kelompok lainnya adalah
keberadaan Rumah Sakit (Bandar, Girsang Simpangan Bolon, Tapian Dolok),
Universitas (Bandar, Tapian Dolok), Restoran (Bandar, Girsang Simpangan
Bolon, Dolok Panribuan, Jorlang Hataran). Keberadaan rumah sakit dan
universitas di Kecamatan Bandar dan Kecamatan Tapian Dolok sangat erat
hubungannya dengan jumlah penduduk pada kecamatan tersebut yang banyak.
Sedangkan keberadaan Restoran di Kecamatan Bandar, Girsang Simpangan
Bolon, Dolok Panribuan dan Jorlang Hataran selain dipengaruhi oleh jumlah
penduduk juga dipengaruhi oleh keberadaan Objek Wisata yang ada pada
kecamatan tersebut.
Kecamatan yang juga memiliki keberadaan fasilitas yang tinggi adalah
kecamatan yang berada di Kelompok II yakni Kecamatan Dolok Batu Nanggar,
Pematang Bandar, Bandar Huluan, Tanah Jawa, Bosar Maligas, Raya, Hutabayu
Raja, Bandar Masilam, Panei dengan jumlah fasilitas 21-22 jenis. Jenis fasilitas
yang membedakan kelompok II yakni : Kantor Pemerintahan, Rumah Sakit, SMA
Negeri, SMK Negeri, SMK Swasta, Bank.
Dan yang berada di kelompok III yakni dengan ketersediaan fasilitas yang
sedang yakni memiliki 18-19 jenis fasilitas ada 12 kecamatan yaitu : Siantar,
Gunung Malela, Sidamanik, Jawa Maraja Bah Jambi, Hatonduhan, Raya Kahean,
Silou Kahean, Dolok Silou, Silimakuta, Haranggaol Horison, Panombeian Panei
dan Dolok Pardamean. Jenis fasilitas yang menentukan kecamatan yang termasuk
kedalam Kelompok III yakni: bank, non bank, SMA Swasta.
Kelompok V merupakan kelompok kecamatan yang memiliki tingkat
keberadaan fasilitas yang paling rendah, yakni hanya memiliki 13 jenis fasilitas.
Kecamatan yang berada di Kelompok V adalah Kecamatan Pematang Silimahuta.
Hal ini berhubungan dengan kecamatan Pematang Silimahuta yang baru saja
mengalami pemekaran sehingga masih dalam tahap pembenahan. Sementara itu
kecamatan yang juga memiliki tingkat ketersediaan fasilitas yang rendah adalah
kecamatan yang berada di kelompok IV yaitu Kecamatan Ujung Padang, Purba,
Gunung Maligas, Pematang Sidamanik dengan 16 - 17 jenis fasilitas.
Pada hasil analisis skalogram diatas, dapat dilihat bahwa ada kecamatan
yang memiliki jumlah penduduk yang besar akan tetapi tingkat keberagaman
fasilitas yang ada pada kecamatan tersebut rendah seperti Kecamatan Siantar dan
Ujung Padang. Dan ada juga kecamatan yang memiliki luas penduduk yang kecil
tetapi memiliki keberagaman fasilitas yang tinggi seperti Girsang Simpangan
Bolon, Jorlang Hataran dan Dolok Panribuan. Meskipun demikian, untuk
menentukan kecamatan sebagai pusat pertumbuhan tidak cukup hanya melihat
keberagaman fasilitasnya saja, tetapi juga mempertimbangkan frekuensi setiap
jenis fasilitas tersebut. Tingkat frekuensi fasilitas pada suatu kecamatan
mempengaruhi indeks sentralitas kecamatan tersebut. Semakin tinggi
frekuensinya maka akan semakin besar nilai sentralitasnya.
Untuk menentukan kecamatan sebagai pusat pertumbuhan dapat dilihat
dari perhitungan nilai sentralitas dari setiap kecamatan pada tabel berikut ini :
Tabel 2
Perhitungan Nilai Indeks Sentralitas Setiap Kecamatan
Di Kabupaten Simalungun
No No Analisis Kecamatan Jumlah Nilai Hierarki
Skalogram Penduduk Sentralitas
1 15 Siantar 62916 2545.000 I
2 1 Bandar 63584 1956.000 II
3 9 Tanah Jawa 46568 1814.294 II
4 11 Raya 30876 1780.952 II
5 10 Bosar Maligas 38970 1738.095 II
6 27 Ujung Padang 40522 1676.471 III
7 6 Dolok Batu 39364 1568.182 III
Nanggar
8 12 Hutabayu 29135 1461.810 III
Raja
9 7 Pematang 31324 1381.818 III
Bandar
10 17 Sidamanik 27053 1320.000 III
11 16 Gunung 32676 1295.000 III
Malela
12 14 Panei 21425 1128.571 IV
13 30 Pematang 16283 1062.500 IV
Sidamanik
14 8 Bandar 25738 1004.545 IV
Huluan
15 3 Tapian Dolok 38034 995.652 IV
16 4 Dolok 17947 969.565 IV
Pangaribuan
17 13 Bandar 24316 961.905 IV
Masilam
18 28 Purba 21830 958.824 IV
19 29 Gunung 26173 950.000 IV
Marligas
20 19 Hatonduhan 21140 936.842 IV
21 21 Silou Kahean 17000 931.579 IV
22 20 Raya Kahean 17398 921.053 IV
23 26 Dolok 16008 850.000 V
Pardamean
24 25 Panombeian 19193 827.778 V
Panei
25 2 Girsang 14325 808.333 V
Sipangan
Bolon
26 23 Silimakuta 13611 784.211 V
27 5 Jorlang 15316 756.522 V
Hataran
28 22 Dolok Silou 13716 731.579 V
29 18 awa Maraja 19951 710.000 V
Bah Jambi
30 31 Pematang 10334 446.154 V
Silimahuta
31 24 Haranggaol 4994 431.579 V
Horison
Sumber : BPS Kab.Simalungun 2011
Berdasarkan nilai sentralitasnya maka kecamatan di Kabupaten Simalungun
terdiri dari 5 Hierarki. Pembagian hierarki ini dasarkan atas dasar perhitungan Sturges.
Hierarki setiap kecamatan adalah sebagai berikut :
- Hierarki I adalah kecamatan dengan ketersediaan fasilitas paling/memiliki nilai
sentralitas yang paling tinggi yakni Kecamatan Siantar.
- Hierarki II adalah kecamatan dengan ketersediaan fasilitas/memiliki indeks sentralitas
tinggi ada 4 kecamatan yaitu Kecamatan Bandar, Tanah Jawa, Raya, Bosar Maligas.
- Hierarki III adalah kecamatan dengan ketersediaan fasilitas/memiliki indeks
sentralitas yang sedang ada 6 kecamatan yaitu : Kecamatan Ujung Padang, Dolok
Batu Nanggar, Hutabayu Raja, Pematang Bandar, Sidamanik, dan Gunung Malela.
- Hierarki IV adalah kecamatan dengan ketersediaan fasilitas/memiliki indeks
sentralitas rendah, ada 11 kecamatan yaitu : Kecamatan Panei, Pematang Sidamanik,
Bandar Huluan, Tapian Dolok, Dolok Panribuan, Bandar Masilam, Purba, Gunung
Maligas, Hatonduhan, Silou Kahean, Raya Kahean.
- Hierarki V adalah kecamatan dengan ketersediaan fasilitas/memiliki indeks sentralitas
paling rendah, ada 9 kecamatan yaitu : Dolok Pardamean, Panombeian Panei, Girsang
Simpangan Bolon, Silimakuta, Jorlang Hataran, Dolok Silou, Jawa Maraja Bah
Jambi, Pematang Silimahuta, Haranggaol Horison.
Berdasarkan peringkat hierarki diatas, maka ada 5 kecamatan yang dapat ditetapkan
sebagai kecamatan pusat pertumbuhan, yaitu Kecamatan Siantar, Bandar, Tanah Jawa,
Raya dan Bosar Maligas. Hal ini didasarkan pada ketersediaan fasilitas pada kecamatan
tersebut, baik dari keberagaman dan frekuensinya lebih baik dibandingkan dari
kecamatan yang lainnya.
Dari 31 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Simalungun, dengan menggunakan
analisis skalogram dan nilai sentralitas telah ditetapkan ada 5 kecamatan sebagai pusat
pertumbuhan seperti yang telah dijelaskan diatas. Kecamatan pusat pertumbuhan tersebut
yakni : Kecamatan Siantar, Bandar, Tanah Jawa, Raya, dan Bosar Maligas. Untuk
melihat daya tarik setiap pusat pertumbuhan, berikut ini adalah nilai interaksi antara
kecamatan pusat pertumbuhan dengan wilayah belakangnya.
Kecamatan Siantar sebagai kecamatan pusat pertumbuhan memiliki daerah hinterland
yaitu Kecamatan Gunung Malela, Gunung Maligas, Tanah Jawa, Jawa Maraja Bah Jambi.
Dari ke empat kecamatan hinterlandnya, Kecamatan Gunung Malela merupakan daerah
yang paling kuat hubungannya dengan Kecamatan Siantar. Ini terlihat dari nilai
interaksinya yang paling tinggi dari tiga kecamatan lainnya. Sementara itu kecamatan
yang paling kecil intraksinya adalah Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi.
Kecamatan Bandar sebagai pusat pertumbuhan memiliki daerah hinterland yaitu
Kecamatan Bandar Masilam, Bosar Maligas, Pematang Bandar dan Bandar Huluan. Dari
antara kecamatan hinterlandnya, Kecamatan Pematang Bandar memiliki nilai interaksi
yang paling tinggi dan yang paling rendah adalah Kecamatan Bandar Huluan. Hal ini
disebabkan oleh jarak antara Kecamatan Bandar dengan Pematang Bandar yang dekat,
sementara dengan Kecamatan Bandar Huluan membutuhkan jarak yang jauh, sehingga
mempengaruhi aksebilitasnya.
Kecamatan Tanah Jawa sebagai kecamatan pusat pertumbuhan memiliki daerah
hinterland yaitu Kecamatan Siantar, Hutabayu Raja, Hatonduhan, Jawa Maraja Bah
Jambi. Dari antara kecamatan sebagai daerah hinterlandnya, Kecamatan Hatonduhan
memiliki hubungan yang sangat kuat dengan Kecamatan Tanah Jawa. Ini terlihat dari
nilai interaksinya yang lebih tinggi dari kecamatan lainnya. Sementara yang paling
rendah hubungannya adalah Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi terlihat dari nilai
interaksinya yang paling rendah.
Kecamatan Raya sebagai kecamatan pusat pertumbuhan memiliki daerah
hinterlandnya yaitu Kecamatan Dolok Pardamean, Panei, Raya Kahean, Silou Kahean,
Dolok Silou, dan Purba. Kecamatan Raya merupakan kecamatan pusat pertumbuhan yang
paling banyak memiliki wilayah hinterlandnya, dikarenakan letak Kecamatan Raya yang
berada di tengah Kabupaten Simalungun. Dari antara kecamatan hinterlandnya,
Kecamatan Panei memiliki hubungan yang sangat kuat dengan Kecamatan Raya, terlihat
dari nilai interaksinya yang tinggi. Sementara Kecamatan yang paling rendah nilai
interaksinya adalah Kecamatan Dolok Silou.
Kecamatan Bosar Maligas sebagai kecamatan pusat pertumbuhan memiliki daerah
hinterlannya yaitu Kecamatan Hutabayu Raja, Ujung Padang, Pematang Bandar. Dari
antara kecamatan sebagai daerah hinterlandnya, Kecamatan Bandar memiliki hubungan
yang sangat kuat dengan Kecamatan Bosar Maligas. Ini terlihat dari nilai interaksinya
yang lebih tinggi dari kecamatan lainnya. Sementara yang paling rendah hubungannya
adalah Kecamatan Ujung Padang terlihat dari nilai interaksinya yang paling rendah. Akan
tetapi dari antara ketiga daerah hinterlandnya, terlihat nilai interaksinya tidak berbeda
jauh antara satu dengan yang lainnya. Ini menunjukkan bahwa Kecamatan Bosar Maligas
memiliki hubungan yang kuat dan merata dengan kecamatan hinterlandnya.
Selain hubungan interaksi antara kecamatan pusat pertumbuhan dengan wilayah
hinterlandnya, terdapat juga intraksi sesama kecamatan pusat pertumbuhan Kecamatan
pusat pertumbuhan yang memiliki hubungan interaksi dengan sesama kecamatan pusat
pertumbuhan antara lain: Kecamatan Tanah Jawa dengan Siantar, Bandar dengan Bosar
Maligas. Hubungan sesama pusat pertumbuhan merupakan hal yang baik untuk
perkembangan Kabupaten Simalungun.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Melalui penetapan pusat pertumbuhan dapat memudahkan pemerintah daerah untuk
mempercepat peningkatan kesejahteraan daerahnya. Kabupaten Simalungun adalah
kabupaten ketiga terbesar di daerah Sumatera Utara setelah Kabupaten Madina dan Langkat.
Kabupaten Simalungun memiliki letak yang strategis karena berada diantara delapan daerah
kabupaten, antara lain Kabupaten Serdang Bedagai, Deli Serdang, Karo, Tobasa, Samosir,
Asahan, Batu Bara dan Pematangsiantar. Kabupaten ini memiliki 31 kecamatan dengan luas
438.660 ha atau 6,12 % dari luas wilayah Provinsi Sumatra Utara
Analisis skalogram merupakan salah satu alat untuk mengidentifikasi pusat
pertumbuhan wilayah kecamatan berdasarkan fasilitas yang dimilikinya, dengan demikian
dapat ditentukan hirarki pusat-pusat pertumbuhan dan aktivitas pelayanan suatu wilayah.
Wilayah dengan fasilitas yang lebih lengkap merupakan pusat pelayanan, sedangkan wilayah
dengan fasilitas yang kurang akan menjadi daerah kecamatan belakang (hinterland). Metode
yang digunakan dalam perhitungan skalogram ini adalah metode Guttzman.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi penulis maupun bagi para
pembaca
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Simalungun, 2011. Kabupaten Simalungun Dalam Angka Tahun 2011.
Kabupaten Simalugun. https://simalungunkab.bps.go.id/
Peraturan Daerah Kabupaten Simalungun Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Simalungun Tahun 2011-2031. Dapat diakses melalui
https://sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen_usulan/perda_rtrw/PER
DARTRW_12-09-2012.pdf (Diakses pada 24 Oktober 2021)
Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor 3 Tahun 2018 Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Samosir Tahun 2018-2038. Dapat diakses melalui
http://jdihsmsr.samosirkab.go.id:401/upload/produk_hukum/PERDA_NOMOR_3_TAH
UN_2018.pdf (Diakses pada 24 Oktober 2021)
Sofyanto.2020.Geografi Konsep Wilayah dan Perencanaan Tata Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
Tarigan, Robinson, 2010. Perencanaan Pembangunan Wilayah, Edisi Revisi V, Penerbit Bumi
Aksara, Jakarta.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Simalungun (Diakses pada 24 Oktober 2021)
https://www.geografi.org/2020/07/teori-teori-perwilayahan.html (Diakses pada 24 Oktober 2021)
https://geo-media.blogspot.com/2018/04/teori-titik-henti-breaking-point-theory.html (Diakses
pada 24 Oktober 2021)
https://www.ruangguru.com/blog/pusat-pertumbuhan-berdasarkan-teori-tempat-sentral-walter-
christaller (Diakses pada 24 Oktober 2021)
https://www.sumartikaiwayan.com/2020/10/xii-32-teori-grafik.html (Diakses pada 24 Oktober
2021)
http://blog-ekono.blogspot.com/2014/10/teori-lokasi.html (Diakses pada 24 Oktober 2021)
https://cerdika.com/teori-titik-henti/ (Diakses pada 24 Oktober 2021)
https://www.kompas.com/skola/read/2020/08/10/114500269/fungsi-pusat-pertumbuhan-secara-
umum (Diakses pada 24 Oktober 2021)
https://www.ruangguru.com/blog/memahami-pembangunan-dan-pengembangan-wilayah
(Diakses pada 24 Oktober 2021)

Anda mungkin juga menyukai