Anda di halaman 1dari 12

Pemetaan Zona Geomorfologi Ekosistem.....

(Ari Anggoro et al)

PEMETAAN ZONA GEOMORFOLOGI EKOSISTEM TERUMBU


KARANG MENGGUNAKAN METODE OBIA,
STUDI KASUS DI PULAU PARI
(GEOMORPHIC ZONES MAPPING OF CORAL REEF ECOSYSTEM
WITH OBIA METHOD, CASE STUDY IN PARI ISLAND)

Ari Anggoro1, Vincentius P. Siregar, dan Syamsul B. Agus


Institut Pertanian Bogor
Jl. Lingkar Akedemik, Kampus IPB Dermaga, Bogor Indonesia
1e-mail: arianggoro17@gmail.com

Diterima 23 April 2015; Direvisi 11 Mei 2015; Disetujui 15 Mei 2015

ABSTRACT

This study used object-based image analysis (OBIA) for geomorphic zones map of coral reef
ecosystem in Pari Islands. The application of OBIA methods was used multiresolution segmentation
algorithm with different scale parameter for each level. Classification methods for level 1 and 2 were
used contextual editing classification. The results showed an overall accuracy for level 1 was 97% (reef
level) and level 2 was 87% (geomorphic zone). Thus OBIA methods can be used and well-defined as an
alternative for geomorphic zones map in other regions.
Keywords: Segmetation, OBIA, Geomorphic zones, Pari island

ABSTRAK

Penelitian ini menggunakan penerapan klasifikasi berbasis obyek (OBIA) untuk pemetaan zona
geomorfologi ekosistem terumbu karang di Pulau Pari. Penerapan metode OBIA menggunakan
algoritma multiresolusi segmentasi dengan parameter skala yang berbeda pada setiap level. Metode
klasifikasi yang digunakan untuk level 1 dan 2 dengan klasifikasi kontekstual. Hasil menunjukkan
akurasi keseluruhan untuk level 1 (level terumbu) sebesar 97% dan level 2 sebesar 87% (zona
geomorfologi). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode OBIA mampu memetakan dengan baik
dan dapat menjadi metode alternatif pada pemetaan zona geomorfologi ekosistem terumbu karang
untuk di wilayah lainnya.
Kata Kunci: Segmentasi, OBIA, Zona geomorfologi, Pulau Pari

1 PENDAHULUAN berpotensi sebagai tempat tumbuhnya


Gugus Pulau Pari merupakan terumbu karang, lamun, alga, dan
kumpulan pulau-pulau kecil yang sponge. Bentukan lahan tersebut
secara geomorfologi dibentuk oleh mempengaruhi keberadaan suatu
proses-proses laut dengan bentukan habitat bentik yang menempati di
lahan yang cukup bervariasi di wilayah wilayah tertentu (Andrefouet et al.,
perairan laut yang dangkal. Zona 2003). Pemetaan wilayah lingkungan
geomorfologi adalah keberadaan terumbu karang digunakan sebagai
bentangan suatu wilayah yang informasi dasar untuk perencanaan dan
menempati suatu ruang meliputi reef pengembangan suatu kawasan menuju
flat, reef slope, reef crest, dan lagoon pemanfaatan yang optimal.
(Blanchon, 2011). Gugus Pulau Pari Perkembangan teknologi satelit
terkelompok secara alami dengan zona penginderaan jauh meningkat seiring
geomorfologi yang cukup bervariasi pada dengan kemajuan teknologi saat ini.
perairan laut yang dangkal sehingga Perkembangan ini meliputi kemampuan
1
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 12 No. 1 Juni 2015 :1-12

sensor dan wahana satelit yang perairan dan kedalaman perairan


membawa sensor mencapai orbit terhadap reflektansi dasar perairan
sehingga dapat mendeteksi obyek yang (Lyzenga, 1981; Mumby et al., 1999).
berada di permukaan bumi. Data yang Permasalahan yang lain adalah
dihasilkan juga mengalami peningkatan penentuan metode klasifikasi citra
resolusi meliputi resolusi spasial, dengan tingkat akurasi yang baik dari
resolusi temporal, resolusi spektral, dan peta yang dihasilkan (Green et al., 2000;
resolusi radiometrik. Kemajuan Congalton dan Green, 2009).
teknologi ini menuntut para praktisi Klasifikasi citra merupakan
bidang penginderaan jauh melakukan proses mengelompokkan piksel ke dalam
pengembangan metode-metode ekstraksi kelas-kelas tertentu berdasarkan nilai
citra dengan metode klasifikasi untuk kecerahan piksel (brightness value/BV/
mendapatkan informasi yang tepat dan digital number) pada citra (Danoedoro,
akurat. Klasifikasi citra meliputi 2012). Klasifikasi citra pada
klasifikasi secara manual mengunakan perkembangannya dibagi menjadi dua
citra dan klasifikasi multispektral secara basis yaitu klasifikasi citra berbasis
digital menggunakan komputer. piksel (pixel base) dan berbasis obyek
Klasifikasi multispektral merupakan (object base image analysis/OBIA)
salah satu bagian dari pengolahan citra (Navulur, 2007; Blaschke, 2010).
penginderaan jauh untuk menghasilkan Penerapan metode klasifikasi berbasis
peta tematik dan dijadikan masukan piksel menggunakan algoritma
pada permodelan spasial dalam maximum likelihood dari citra IKONOS
lingkungan sistem informasi geografis/ dan Landsat 7 (Andrefouet et al., 2003).
GIS (Danoedoro, 2012). Penerapan metode klasifikasi berbasis
Metode klasifikasi multispektral piksel telah menghasilkan peta zona
sebagian besar bertumpu pada satu geomorfologi dengan akurasi yang
kriteria yang digunakan yaitu nilai berbeda-beda. Penerapan beberapa
spektral (band). Metode klasifikasi metode klasifikasi citra diharapkan
diterapkan untuk mengekstrak menghasilkan akurasi pemetaan yang
informasi berdasarkan kebutuhan baik. Metode yang menjadi pilihan pada
pengguna seperti pemetaan sumberdaya klasifikasi citra selain metode berbasis
yang berada di daratan (teresterial) dan piksel adalah dengan metode klasifikasi
perairan (aquatic). Telah banyak berbasis obyek/OBIA.
penelitian menggunakan citra satelit OBIA adalah paradigma baru
untuk pemetaan habitat bentik, antara dalam klasifikasi citra dan merupakan
lain klasifikasi multispektral dari citra salah satu sub-kajian dari GISscience
Quickbird di wilayah perairan laut telah yang fokus pada pengembangan metode
mampu memetakan habitat bentik analisis citra penginderaan jauh
(Siregar 2010). Pemetaan habitat dasar berbasis obyek sehingga menjadi
dan estimasi stok ikan terumbu dengan beberapa obyek yang memiliki makna
citra Worldview-2 (Siregar et al., 2013). tertentu (Navulur, 2007). OBIA mampu
Pemantauan status lingkungan terumbu mendefinisikan kelas-kelas obyek
karang (Green et al., 2000). Evaluasi berdasarkan aspek spektral dan aspek
beberapa lokasi untuk klasifikasi spasial secara sekaligus (Danoedoro,
terumbu karang di wilayah tropis 2012). Tahapan OBIA dilakukan proses
(Andrefouet et al., 2003). Pemetaan segmentasi citra (pixel level) menjadi
geomorfologi dan ekologi terumbu segmen/obyek (object level) yang
karang (Phinn et al., 2011). Namun, homogen sesuai dengan parameternya.
dalam pemanfaatan teknologi ini Segmentasi satu level biasanya tidak
terdapat kesulitan dan permasalahan efisien dalam merepresentasikan satu
khusus yaitu pengaruh permukaan kajian dalam sebuah scene citra karena
2
Pemetaan Zona Geomorfologi Ekosistem..... (Ari Anggoro et al)

dalam satu scene citra terdapat sebuah LS dan 106346,469-1063823,81 BT


hirarki pola dan informasi pada skala (Gambar 2-1).
yang berbeda dan secara simultan bisa
ditampilkan melalui segmentasi 2.2 Bahan dan Data
multiskala (Meinel dan Neubert, 2004). Bahan yang digunakan pada
Klasifikasi menggunakan metode OBIA penelitian ini adalah citra Worldview-2
terbukti mampu meningkatkan akurasi (standar level 2A 16bit) di akuisisi 28
pada pemetaan geomorfologi dan ekologi Agustus 2012 dengan sistem proyeksi
ekosistem terumbu karang di tiga koordinat UTM zona 48S-WGS84.
perairan yang berbeda wilayah Australia Karakteristik citra Worldview-2 terdiri
(Phinn et al., 2011). Berdasarkan hal dari 8 saluran multispektral (coastal,
tersebut diatas, penggunaan metode blue, green, yellow, red, red-edge, NIR1
OBIA perlu diuji cobakan pada wilayah dan NIR2) dengan resolusi spasial 2
perairan dengan memperhatikan beberapa meter dan pankromatik dengan resolusi
faktor yang mempengaruhi hasil akurasi. spasial 0.5 meter (Digitalglobe, 2010).
Penerapan metode OBIA dengan Pengumpulan data lapangan berasal
klasifikasi multiskala diharapkan dari identifikasi zona geomorfologi dan
mampu meningkatkan akurasi. penentuan kelas berdasarkan
Penelitian ini bertujuan untuk pengamatan langsung secara visual di
memetakan zona geomorfologi ekosistem lapangan. Informasi kedalaman perairan
terumbu karang berdasarkan klasifikasi (batimetri) sangat menunjang untuk
multiskala menggunakan metode OBIA mengetahui zona geomorfologi, tetapi
di Pulau Pari. pada penelitian ini tidak dilakukan
pemeruman batimetri mengingat survei
2 METODE PENELITIAN ini membutuhkan biaya yang mahal,
2.1 Waktu dan Lokasi Penelitian sehingga data batimetri berdasarkan
Penelitian ini dilaksanakan di data sekunder (Biotrop, 2012). Skema
wilayah terumbu karang gugusan Pulau klasifikasi citra pada penelitian ini
Pari Kabupaten Administrasi Kepulauan mengacu pada Phinn et al. (2011)
Seribu pada Februari-Maret 2014. berdasarkan komposisi karang yaitu
Secara geografis lokasi penelitian level 1 (reef level) dan level 2 (zona
terletak antara 55132.94-55137,71 geomorfologi), sedangkan untuk level 3
(habitat bentik) tidak disajikan pada
penelitian ini.

Gambar 2-1: Lokasi penelitian dan titik pengamatan lapangan

3
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 12 No. 1 Juni 2015 :1-12

2.3 Pengolahan Citra kedalaman perairan digunakan untuk


Pada pra-pengolahan citra mengidentifikasi zona-zona geomorfologi
Worldview-2 dilakukan koreksi berdasarkan profil kedalaman perairan
atmosferik dengan perangkat lunak di Gugus Pulau Pari dan diklasifikasi
ENVI 5.1 menggunakan modul koreksi dengan metode kontekstual.
atmosferik FLAASH (Felde et al., 2003).
Proses selanjutnya, citra terkoreksi 2.3.2 Segmentasi
atmosferik digunakan sebagai input Segmentasi menggunakan
pada pengolahan citra yaitu estimasi algoritma multiresolution segmentation
kedalaman perairan menggunakan (MRS) dengan besaran skala berbeda-
perangkat lunak ENVI 5.1 dan klasifikasi beda (multiskala) pada level 1 dan 2.
OBIA menggunakan perangkat lunak Segmentasi multiskala ini menghasilkan
eCognition 9. Pengolahan awal sekumpulan layer obyek citra dalam
klasifikasi OBIA yaitu proses segmentasi suatu jaringan hirarki. Parameter yang
terhadap input image layer (IIL). IIL yang terdapat dalam algoritma ini merupakan
digunakan pada penelitian ini adalah parameter pengatur homogenitas obyek
saluran multispektral citra Worldview-2 yaitu scale, shape, dan compactness.
(coastal, blue, green, yellow, red, red- Scale merupakan abstraksi untuk
edge, NIR1 dan NIR2). Selanjutnya menentukan nilai maksimum
adalah membangun rule set dalam heterogenitas untuk membangkitkan
proses tree untuk setiap segmen obyek. Shape merupakan homogenitas
menjadi kelas-kelas pada setiap level. tekstur IIL berdasarkan nilai digital
yaitu pengaruh color dapar dihitung dari
2.3.1 Model kedalaman perairan 1-shape. Compactness berperan dalam
Model kedalaman perairan mengoptimalkan kekompakan obyek
menggunakan modul SPEAR relative yang berasal dari shape (Trimble, 2014).
water depth pada perangkat lunak ENVI Segmentasi level 1 menggunakan skala
5.1. Model ini mampu secara cepat segmentasi sebesar 150 dan level 2
memprediksi kedalaman perairan dari dengan skala segmentasi sebesar 100
citra. Citra Worldview-2 diekstrak nilai sedangkan parameter shape dan
pikselnya untuk menghasilkan model compactness menggunakan nilai
kedalaman perairan dengan menggunakan masing-masing 0.1 dan 0.9 untuk kedua
algoritma yang dikembangkan Stumpf level. Sampai saat ini belum ada
dan Holderied (2003) sebagai berikut: framework teoritis tentang parameter
segmentasi terbaik sehingga pengguna
harus mencari sendiri parameter-
(2-1)
parameter segmentasi terbaik pada tiap
level melalui metode try and error
Keterangan (Blaschke dan Hay, 2001; Burnett dan
Blaschke, 2003).
Z = kedalaman estimasi;
= koefisien kalibrasi; 2.3.3 Klasifikasi
= faktor koreksi untuk Klasifikasi zona geomorfologi
kedalaman 0; n = konstanta menggunakan metode kontekstual yang
untuk rasio saluran terdiri dari level 1 dan 2 yang terdapat
( ) = nilai reflektansi saluran. pada perangkat lunak eCognition 9.
Klasifikasi kontekstual berdasarkan
Algoritma ini diterapkan dengan aspek spektral dan spasial dengan
merasiokan reflektansi dua saluran penentuan nilai thereshold dari fitur
yang berbeda sehingga mendapatkan yang tepat untuk setiap kelas. Fitur
nilai kedalaman. Selanjutnya, citra yang digunakan terdiri dari dua yaitu
4
Pemetaan Zona Geomorfologi Ekosistem..... (Ari Anggoro et al)

fitur yang berhubungan dengan obyek Reef Crest: zona puncak terumbu yang
dan fitur yang berhubungan dengan muncul pada saat surut terendah.
kelas (Trimble, 2014). Aspek spektral Zona ini terletak pada bagian yang
meliputi nilai layer (rata-rata, standart menghadap perairan dalam dan
deviasi, dan rasio antar saluran) dan mendapat energi yang tinggi dari
kostumasi dengan transformasi NDVI gempuran gelombang,
(normalize different vegetation index). Outer Reef Flat: wilayah di sekitar
Sedangkan, aspek spasial mengacu puncak terumbu yang menghadap
pada obyek-obyek yang telah memiliki perairan dalam sebelum lereng
kelas pada level yang sama ke dalam terumbu,
kelas hirarki obyek citra seperti fitur Inner Reef Flat: wilayah di sekitar
relative boarder to. Secara keseluruhan rataan terumbu yang dekat dengan
algoritma klasifikasi kontekstual dapat daratan.
dilihat pada Tabel 2-1.
Deskripsi masing-masing zona 2.3.4 Uji akurasi
geomorfologi sebagai berikut: Pengujian akurasi dilakukan
Lagoon: wilayah perairan dangkal terhadap seluruh peta hasil klasifikasi
(relatif sampai kedalaman tertentu untuk mengetahui akurasi dari teknik
pada daerah sekitar terumbu karang) klasifikasi yang diterapkan. Uji akurasi
terletak antara zona rataan terumbu yang umum dilakukan pada data hasil
dan reef crest atau reef slope. Zona ini klasifikasi penginderaan jauh adalah
dicirikan oleh kondisi terlindung dari matrik kesalahan (error matrix) dengan
gempuran gelombang yang besar. Pada perhitungan akurasi keseluruhan (OA),
penelitian ini dibagi menjadi 2 kelas producer accuracy (PA), user accuracy
yaitu (deep lagoon dan shallow lagoon). (UA) (Congalton dan Green, 2009).
Reef Slope: memiliki kemiringan
tertentu menghadap ke arah perairan
dalam,

Tabel 2-1: ALGORITMA KLASIFIKASI KONTEKSTUAL UNTUK SETIAP KELAS.

Level Kelas Algoritma

Reef level Daratan NDVI

Perairan dangkal Ratio band C/B

Perairan dalam Ratio band C/B

Zona Geomorfologi Reef Slope Rel. border to perairan dalam

Reef Crest Rel. border to reef slope

Shallow Lagoon mean B

Deep Lagoon Ratio band B

Inner Reef Flat Ratio C/B

Outter Reef Flat Ratio C/B

5
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 12 No. 1 Juni 2015 :1-12

3 HASIL DAN PEMBAHASAN perairan dangkal, dan perairan dalam.


3.1 Klasifikasi Metode OBIA Hasil klasifikasi ini merupakan dasar
3.1.1 Segmentasi multiresolusi atau batasan dalam proses klasifikasi
Segmentasi multiresolusi meng- level 2 yaitu zona geomorfologi. Kelas
hasilkan obyek dengan ukuran yang daratan di gugus Pulau Pari terdiri dari
berbeda berdasarkan heterogenitas beberapa pulau yaitu Pulau Pari,
obyek di wilayah studi. Parameter skala Kongsi, Burung, Tengah, dan Tikus
sangat menentukan ukuran obyek (Gambar 3-2). Luas tiga kelas pada level 1
sehingga setiap level diterapkan dengan yaitu daratan 86.9 Ha, perairan dangkal
skala berbeda-beda. Wilayah yang 1094.7 Ha dan perairan dalam 1242.3
heterogen pada satu citra menghasilkan Ha. Perhitungan uji akurasi dihasilkan
obyek yang lebih banyak dibandingkan akurasi keseluruhan sebesar 97%.
wilayah yang homogen. Hasil segmentasi Sedangkan akurasi PA dan UA setiap
berkaitan dengan jumlah kelas pada kelas dengan akurasi >95%. Hasil
setiap level dengan tingkat kedetilan akurasi ini menunjukkan bahwa secara
yang berbeda-beda. Level 1 berjumlah keseluruhan kelas mampu dipetakan
tiga kelas dan level 2 berjumlah enam dengan sangat baik, tetapi masih
kelas dengan batasan wilayah hanya terdapat kesalahan pada klasifikasi.
pada perairan dangkal saja, sehingga Kesalahan terjadi pada kelas perairan
ukuran obyek yang dibangun pada level dangkal menjadi daratan, hal ini
1 lebih besar dibandingkan level 2. disebabkan kondisi perairan yang
Keseluruhan obyek pada level 1 dan 2 terdapat terumbu karang yang muncul
masing-masing sebanyak 12.986 obyek ke permukaan sehingga didefinisikan
dan 28.425 obyek. Hasil segmentasi di sebagai daratan. Phinn et al. (2011)
wilayah penelitian disajikan pada melaporkan bahwa klasifikasi pada level
Gambar 3-1. 1 (reef level) pada sistem klasifikasi
hirarki merupakan batasan wilayah
3.1.2 Klasifikasi Level 1 (Reef Level) kajian dan diproses menjadi obyek/
Klasifikasi pada level 1 meng- segmen baru untuk klasifikasi pada
hasilkan tiga kelas yaitu daratan, level 2 (zona geomorfologi).

Gambar 3-1: Hasil segmentasi multiresolusi pada level 1 dan level 2

6
Pemetaan Zona Geomorfologi Ekosistem..... (Ari Anggoro et al)

Gambar 3-2: Hasil klasifikasi level 1

3.1.3 Klasifikasi level 2 (zona flat yang sangat luas. Sedangkan sisi
Geomorfologi) Barat hingga di sekitar Pulau Tengah
Gugus Pulau Pari terdiri dari variasi zona sangat beragam, terdapat
beberapa pulau dengan ekosistem zona shallow lagoon dan deep lagoon.
terumbu karang yang terdapat laguna Penelitian mengenai model
pada sisi Barat dan Tengah. Gugus ini kedalaman perairan dari citra resolusi
berbentuk memanjang arah diagonal tinggi telah banyak dilakukan. Madden
Barat Daya Timur Laut (Asriningrum, (2011) memodifikasi prosedur model
2005). Hasil identifikasi zona geomorfologi kedalaman perairan algoritma Stumpf
secara visual di lapangan dan model dan Holderied (2003) meliputi: 1) masking
kedalaman perairan diperoleh hasil citra; 2) konversi nilai digital menjadi top
klasifikasi sebanyak enam kelas meliputi of atmosphere radiance (TOA); 3) koreksi
reef slope, reef crest, inner reef flat, outer hamburan rayleigh dan aerosol; 4) meng-
reef flat, shallow lagoon, dan deep ubah radiance menjadi water leaving
lagoon. Berdasarkan model estimasi reflectance; 5) menghitung kedalaman
kedalaman perairan maka diperoleh relative; 6) menghitung kedalaman
perbandingan antara kedalaman estimasi aktual. Prosedur di atas dapat
dari citra terhadap kedalaman sebenarnya meningkatkan kemampuan deteksi
dari hasil pemeruman sebesar R2 = 0.729. kedalaman perairan dengan mencari
Hal ini mengindikasikan bahwa regresi terbaik pada rasio kanal yang
penerapan model yang digunakan dapat dipilih berdasarkan pemisahan tipe
menggambarkan profil kedalaman lokasi kajian dari citra Worldview-2.
secara keseluruhan di Gugus Pulau Pari Siregar dan Selamat (2010) menerapkan
sebesar 72.9%. Profil kedalaman ini algoritma Jupp pada pemetaan batimetri
sangat membantu mengidentifikasi pada citra Quickbird di gobah karang
batas setiap zona geomorfologi untuk Lebar, tidak konsisten pada gobah
proses klasifikasi. Pada sisi Barat Gugus Pulau Panggang dan memberikan nilai
Pulau Pari terdapat variasi yang lebih kedalaman yang overestimate.
banyak dibandingkan di sisi Timur. Sisi Gambaran profil kedalaman disajikan
Timur didominasi hamparan zona reef pada Gambar 3-3.

7
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 12 No. 1 Juni 2015 :1-12

Keterangan :
Inner Reef Flat Reef Crest Shallow Lagoon
Outer Reef Flat Reef Slope Deep Water

Transek 1 Transek 2 Transek 3

Gambar 3-3: Profil kedalaman perairan di Gugus Pulau Pari

Gambar 3-4: Hasil klasifikasi level 2

Klasifikasi kontekstual pada level reef crest sebesar 73% menunjukkan


2 menghasilkan sebanyak enam kelas bahwa pada kelas ini menjadi batas
zona geomorfologi reef slope, reef crest, antara kelas outer reef flat dan reef
inner reef flat, outer reef flat, shallow slope. Sedangkan, UA tertinggi pada
lagoon, dan deep lagoon (Gambar 3-4). kelas zona deep lagoon sebesar 100%
Hasil uji akurasi pemetaan zona menunjukkan bahwa pada kelas ini
geomorfologi (level 2) pada Tabel 3-1 sangat homogen sehingga dapat
menunjukkan akurasi keseluruhan (OA) dikelaskan dengan sangat baik. Hasil uji
sebesar 87%, sedangkan PA dan UA akurasi pada kelas lainnya
dihasilkan akurasi yang bervariasi menunjukkan bahwa kelas tersebut
antara 73%-100% dan dapat dipetakan mampu dipetakan dengan baik yaitu
dengan baik. PA terendah pada kelas akurasi >80%.
8
Pemetaan Zona Geomorfologi Ekosistem..... (Ari Anggoro et al)

Tabel 3-1: UJI AKURASI LEVEL 2

Lapang
Reef Slope Reef Crest Shallow Lagoon Deep Lagoon Outer Reef Flat Inner Reef Flat Total UA
Citra
Reef Slope 43 2 4 49 88%
Reef Crest 2 29 4 35 83%
Shallow Lagoon 14 1 15 93%
Deep Lagoon 16 16 100%
Outer Reef Flat 9 2 1 39 2 53 74%
Inner Reef Flat 1 2 59 62 95%
Total 45 40 17 18 49 61 230
PA 96% 73% 82% 89% 80% 97% OA : 87%

Hasil klasifikasi zona geomorfologi studi. Pemetaan lingkungan terumbu


diperoleh luas masing-masing adalah : karang berdasarkan zona geomorfologi
zona inner reef flat, 421.6 Ha (41%); menjadi salah satu aplikasi penginderaan
zona outer reef flat, 232.4 Ha (23%); jauh satelit yang paling sukses dengan
zona reef slope, 101.3 Ha (10%); zona akurasi yang tinggi, mulai dari citra
reef crest, 58.6 Ha (6%); zona shallow Landsat hingga saat ini (Andrefouet et
lagoon, 108.4 Ha (10%); dan zona deep al., 2001). Akurasi pemetaan secara
lagoon, 107.7 Ha (10%). Diketahui linear menurun dengan peningkatan
bahwa zona inner reef flat mendominasi kompleksitas (jumlah kelas klasifikasi),
di perairan dangkal gugus Pulau Pari sebanyak 4-5 kelas dengan rata-rata
dengan luasan terbesar, sedangkan akurasi pemetaan sebesar 77%, 7-8
luasan terendah pada zona reef crest. kelas dengan rata-rata akurasi sebesar
Masing-masing kelas zona geomorfologi 71%, 9-11 kelas dengan rata-rata
memiliki karakteristik tersendiri yang akurasi sebesar 65%, dan lebih dari 13
dipengaruhi faktor fisik perairan kelas dengan rata-rata akurasi
tersebut seperti gelombang dan arus pemetaan sebesar 53% (Andrefouet et
sehingga membentuk zona tertentu. al., 2003).
Berdasarkan penelitian (Rohmann et al., Terdapat asosiasi yang erat
2005) melaporkan bahwa ekosistem antara zona geomorfologi dengan
terumbu karang tropis disusun oleh keberadaan habitat bentik tertentu,
habitat-habitat dan zona-zona secara sehingga penelitian ini menerapkan
struktural. Habitat bentik yang klasifikasi berdasarkan level 1 (reef level)
ditemukan pada ekosistem terumbu dan level 2 (geomorphic zone).
karang terdiri dari sedimen-sedimen Selanjutnya, peta hasil klasifikasi level 2
terhambur (pasir dan lumpur), vegetasi menjadi batasan secara hirarki untuk
perairan dangkal (lamun dan alga klasifikasi pada level 3 (habitat bentik),
makro), karang hermatipic dan asosiasi akan tetapi pada level 3 tidak dilakukan
koloni habitat dasar keras (spur dan pada penelitian ini. Phinn et al. (2011)
groove, gosong, kolonisasi gorgonian melakukan penelitian geomorfologi dan
pada dasar yang keras dan rock) serta ekologi ekosistem terumbu karang yang
substrat keras yang terpencar di dasar dibagi menjadi tiga level yaitu reef level,
(rubble). Sedangkan zona secara geomorphic zones, benthic community
geomorfologi meliputi rataan terumbu zones. Selanjutnya Roelfsema et al.
(reef flat), puncak terumbu (reef crest), (2013) membagi klasifikasi berdasarkan
terumbu bagian depan (front reef) dan hubungan antar kelas secara hirarki
laguna. menjadi empat level yaitu reef, reef type,
Beberapa penelitian telah geomorphic, dan benthic community.
menghasilkan akurasi pemetaan dengan Penggunaan metode OBIA ini sangat
jumlah kelas yang berbeda-beda memungkinkan untuk diterapkan
tergantung pada komplekasitas wilayah berdasarkan prinsip-prinsip ekologi dan
9
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 12 No. 1 Juni 2015 :1-12

zona geomorfologi yang dikombinasikan Metode klasifikasi OBIA dapat


dengan pengamatan lapangan. menjadi pilihan saat ini untuk pemetaan
Pemetaan habitat bentik di gugus zona geomorfologi. Keunggulan dari
Pulau Pari telah banyak dilakukan metode OBIA yaitu dapat menghubung-
dengan metode klasifikasi dan hasil kan antara aspek spektral dan spasial
akurasi yang berbeda-beda. Klasifikasi citra secara bersamaan sehingga
yang umum digunakan selama ini menjadi kelas-kelas tertentu. Kelas-
adalah metode klasifikasi berbasis kelas yang diklasifikasi dengan
piksel, sedangkan metode klasifikasi menghubungan dua aspek diatas
berbasis obyek belum pernah dilakukan diterapkan dengan hubungan antar
pada wilayah ini. Siregar et al. (2013) obyek. Phinn et al. (2011) melakukan
memetaan habitat dasar dan estimasi pemetaan komunitas bentik meng-
ikan terumbu dengan citra Worldview-2 hasilkan akurasi keseluruhan yaitu 78%
menggunakan metode klasifikasi di wilayah Heron, 52% di wilayah
berbasis piksel (maximum likelihood Ngderack, dan 65% di wilayah
classification) dari enam kelas habitat Navakavu. Sedangkan, untuk pemetaan
bentik menghasilkan akurasi keseluruhan zona geomorfologi dihasilkan akurasi
sebesar 78%. Helmi et al. (2012) pemetaan >80%. Roelfsema et al. (2013)
menganalisis respon dan nilai spektral melaporkan hasil akurasi menggunakan
terumbu karang pada citra ALOS-AVNIR metode OBIA pada pemetaan zona
di gugus Pulau Pari dengan transformasi geomorfologi diperoleh akurasi
HSI dan Lyzenga menggunakan metode keseluruhan antara 76%-82% dan
klasifikasi unsupervised dengan akurasi pemetaan habitat bentik diperoleh
keseluruhan masing-masing sebesar akurasi keseluruhan antara 52%-75%.
88.1% dan 77.3%. Selamat et al. (2014) Zhang et al. (2013) melakukan pemetaan
melakukan pendekatan zona habitat bentik dengan metode OBIA
geomorfologi untuk meningkatkan algoritma random forest classifier (RF)
akurasi tematik peta substrat dihasilkan pada citra AVIRIS (airborne visible/
dari metode koreksi kolom air di gobah infrared imaging spectrometer) meng-
Karang Lebar menunjukkan bahwa hasilkan akurasi keseluruhan tertinggi
kombinasi ini cukup akurat untuk yaitu 86.3% dari keseluruhan percobaan
dijadikan dasar pada pembuatan peta terhadap citra. Selaras dengan hasil
substrat dasar di perairan gobah. Hasil penelitian ini yaitu diperoleh akurasi
akurasi peta zona geomorfologi dan keseluruhan pada enam kelas zona
substrat dasar di gobah Karang Lebar geomorfologi sebesar 87%.
masing-masing sebesar 82.1% dan
68.8%. Menurut Green et al. (2000) 4 KESIMPULAN
menyatakan bahwa akurasi pemetaan Pemetaan pada level 1 (level
habitat bentik yang dapat digunakan terumbu) dan level 2 (zona geomorfologi)
adalah dengan akurasi keseluruhan di gugus Pulau Pari telah mampu
sebesar >60%. Perbedaan akurasi menghasilkan akurasi keseluruhan
pemetaan dari beberapa penelitian di masing-masing sebesar 97% dan 87%.
gugus Pulau Pari disebabkan perbedaan Penggunaan metode OBIA mampu
metode klasifikasi, jumlah titik memetakan zona geomorfologi dengan
pengamatan lapangan, jumlah kelas baik. Umumnya metode klasifikasi yang
habitat bentik dan citra yang diterapkan selama ini masih
digunakan. Faktor yang mempengaruhi menggunakan metode klasifikasi
rendahnya akurasi disebabkan berbasis piksel yang hanya bertumpu
kompleksitas bentukan zona geomorfologi pada aspek spektral saja. Penerapan
yang tinggi di wilayah kajian. metode OBIA mampu menghubungkan
aspek spektral dan spasial secara
10
Pemetaan Zona Geomorfologi Ekosistem..... (Ari Anggoro et al)

bersamaan sehingga dengan mudah 1601 Dry Creek Drive Suite 260
memetakan zona geomorfologi dan Longmont, Colorado, USA, 80503
menjadi keunggulan dari metode OBIA. DigitalGlobe.
Metode OBIA dapat menjadi pilihan Felde GW, Anderson GP, Cooley TW, Matthew
yang menjanjikan dan menjadi dasar MW, Adler-Golden SM, Berk A, Lee J.
untuk pemetaan zona geomorfologi 2003. Analysis of Hyperion Data with
ekosistem terumbu karang di wilayah the FLAASH Atmospheric Correction
lainnya. Algorithm. 2003 IEEE IGARSS: Learning
from Earth's Shapes and Colours;
DAFTAR RUJUKAN Toulouse.p 90-92.
Andrefouet S, Muller-Karger FE, Hochberg EJ, Green EP, Mumby PJ, Edwards AJ, Clark CD.
Hu C, Carder KL. 2001. Change 2000. Remote Sensing Handbook for
Detection in Shallow Coral Reef Tropical Coastal Management. Paris
Environments using Landsat 7 ETM+ [FR]: UNESCO.
Data, Remote Sens Environ 78: 150-162. Helmi M, Hartoko A, Herkiki S, Munasik M,
Andrefouet S, et al. 2003. Multi-site Evaluation Wouthuyzen S. 2012. Analisis Respon
of Ikonos Data for Classification of Spektral dan Ekstraksi Nilai Spektral
Tropical Coral Reef Environments, Terumbu Karang pada Citra Digital
Remote Sens Environ 88: 128-143. Multispektral Satelit ALOS-AVNIR di
Asriningrum W. 2005. Studi Identifikasi Perairan Gugus Pulau Pari.
Karakteristik pulau Kecil Menggunakan Lyzenga DR. 1981. Remote Sensing of Bottom
Data Landsat dengan Pendekatan Reflectance and Water Attenuation
Geomorfologi dan Penutup Lahan (Studi Parameters in Shallow Water using
Kasus kepulauan Pari dan Kepulauan Aircraft and Landsat Data, Int J Remote
Belakang Sedih), Surabaya: Pertemuan Sens 2: 71-82. 10.
Ilmiah Tahunan MAPIN XIV. Madden CK. 2011. Contributions to Remote
Blanchon P. 2011. Geomorphic Zonation, Pages Sensing of Shallow Water Depth with the
469-486 in Hopley D, ed. Encyclopedia Worldview-2 Yellow Band [tesis],
of modern coral reefs, Springer California : Naval Postgraduate School.
Netherlands. 83 hlm.
Blaschke T. 2010. Object Based Image Analysis Meinel G, Neubert M. 2004. A Comparison of
for Remote Sensing, Isprs J Photogramm Segmentation Programs for High
65: 2-16. Resolution Remote Sensing Data,
Blaschke T, Hay GJ. 2001. Object-oriented Uncertainty, Consistency and Accuracy
Image Analysis and Scale-Space: Theory of Data and Imagery: Weberplatz 1, D-
and Methods for Modeling and 01217 Dresden, Germany.
Evaluating Multiscale Landscape Mumby PJ, Green EP, Edwards AJ, Clark CD.
Structure, Isprs A Photogramm 34: 22-29. 1999. The Cost-effectiveness of Remote
Burnett C, Blaschke T. 2003. A multi-scale Sensing for Tropical Coastal Resources
Segmentation/object Relationship Assessment and Management, J
Modelling Methodology for Landscape Environ Manage 55: 157-166.
Analysis, Ecol Model 168: 233-249. Navulur K. 2007. Multispectral Image Analysis
Congalton RG, Green K. 2009. Assessing the using the Object-oriented Paradigm,
Accuracy of Remotely Sensed Data- Taylor & Francis Group, LLC.
Principles and Practices (second Phinn SR, Roelfsema CM, Mumby PJ. 2011.
edition).Boca Raton: CRC Press. Multi-scale, Object-based Image Analysis
Danoedoro P. 2012. Pengantar Penginderaan for Mapping Geomorphic and Ecological
Jauh Digital, Yogyakarta (ID) ANDI Zones on Coral Reefs, Int J Remote Sens
Press. 33:3768-3797.
Digitalglobe. 2010. Radiometric use of Roelfsema C, Phinn S, Jupiter S, Comley J,
Worldview-2 imagery: Technical note. Albert S. 2013. Mapping Coral Reefs at
11
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 12 No. 1 Juni 2015 :1-12

Reef to Reef-system Scales, 10s1000s Perum: Studi Kasus Gobah Karang


km2, using object-based image analysis, Lebar dan pulau Panggang, Jurnal Ilmu
Int J Remote Sens 34: 6367-6388. Kelautan, Undip.
Rohmann S, Hayes J, Newhall R, Monaco M, Siregar V, Wouthuyzen S, Sunuddin A, Anggoro
Grigg R. 2005. The Area of Potential A, Mustika AA. 2013. Pemetaan Habitat
Shallow-water Tropical and Subtropical Dasar dan Estimasi Stok Ikan Terumbu
Coral Ecosystems in the United States, dengan Citra Satelit Resolusi Tinggi, E-
Coral Reefs 24: 370-383. Jurnal Itkt Vol. 5: Hlm. 453-463.
Selamat MB, Jaya I, Siregar VP, Hestirianoto T. Stumpf, R.P., K. Holderied. 2003. Determination
2014. Geomorphology Zonation and of Water Depth with High-Resolution
Column Correction for Bottom Substrat Satellite Imagery Over Variable Bottom
Mapping using Quickbird Image, Jurnal Types, Liminology and Oceanography,
Itkt 2. 48(1):547-556.
Siregar V. 2010. Pemetaan Substrat Dasar Trimble. 2014. Ecognition Developer : User
Perairan Dangkal Karang Congkak dan Guide, Munich, Germany Trimble.
Lebar Kepulauan Seribu Menggunakan Zhang C, Selch D, Xie Z, Roberts C, Cooper H,
Citra Satelit Quickbird, E-Jurnal Itkt 2: Chen G. 2013. Object-based Benthic
19-30. Habitat Mapping in the Florida Keys
Siregar VP., Selamat MB. 2010. Evaluasi Citra from Hyperspectral Imagery, Estuar
Quickbird untuk Pemetaan Batimetri Coast Shelf S 134: 88-97.
Gobah dengan Menggunakan Data

12

Anda mungkin juga menyukai