GEOGRAFI PERTANIAN
Dosen Pengampu:
ELFAYETTI, M.P
Disusun Oleh
Kelompok 1:
Ignasius Sitanggang (3192431009)
Meido Brillianina Surbakti (3193331023)
Ruth Ellyana Ganda (3192431014)
PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
makalah yang berjudul “Analisis Syarat-Syarat dalam Agroindustri, Faktor-Faktor
dalam Agroindustri, Langkah-Langkah dalam Pengembangan Agroindustri dan
Kendala dalam Agroindustri” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Elfayetti, M.P selaku Dosen yang telah
mengajarkan mata kuliah Geografi Pertanian, serta tak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada orang tua kami yang telah menyediakan fasilitas. Tanpa jasa kedua orang tua kami,
tugas ini tidak dapat terselesaikan.
Untuk kedepannya, semoga tugas ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan untuk
kepentingan belajar.
Tentu kami menyadari bahwa tugas yang kami buat ini memiliki banyak kesalahan,
karena itu dengan penuh kerendahan hati kami mohon maaf. Saran disertai kritik yang
membangun dengan kerendahan hati kami menerima demi kesempurnaan makalah yang kami
buat ini.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
Agro Industri berasal dari dua kata agricultural dan industry yang berarti suatu
industri yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku utamanya atau suatu industri
yang menghasilkan suatu produk yang digunakan sebagai sarana atau input dalam usaha
pertanian. Defi nisi agroindustri dapat dijabarkan sebagai kegiatan industri yang
memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang, dan menyediakan peralatan
serta jasa untuk kegiatan tersebut, dengan demikian agroindustri meliputi industri pengolahan
hasil pertanian, industri yang memproduksi peralatan dan mesin pertanian, industri input
pertanian (pupuk, pestisida, herbisida dan lain-lain) dan industri jasa sektor pertanian.
Apabila dilihat dari sistem agribisnis, agroindustri merupakan bagian (subsistem)
agribisnis yang memproses dan mentranformasikan bahan-bahan hasil pertanian (bahan
makanan, kayu dan serat) menjadi barang-barang setengah jadi yang langsung dapat
dikonsumsi dan barang atau bahan hasil produksi industri yang digunakan dalam proses
produksi seperti traktor, pupuk, pestisida, mesin pertanian dan lain-lain. Dari batasan diatas,
agroindustri merupakan sub sektor yang luas yang meliputi industri hulu sektor pertanian
sampai dengan industri hilir. Industri hulua dalah industri yang memproduksi alat-alat dan
mesin pertanian serta industri sarana produksi yang digunakan dalam proses budidaya
pertanian,sedangkan industri hilir merupakan industri yang mengolah hasil pertanian menjadi
bahan baku atau barang yang siap dikonsumsi atau merupakan industri pasca panen dan
pengolahan hasil pertanian.
Agroindustri merupakan kegiatan dengan ciri: (a) meningkatkan nilai tambah, (b)
menghasilkan produk yang dapat dipasarkan atau digunakan atau dimakan, (c) meningkatkan
daya simpan, dan (d) menambah pendapatan dan keuntungan produsen. Sifat kegiatannya
mampu menciptakan lapangan pekerjaan, memperbaiki pemerataan pendapatan dan
mempunyai kapasitas yang cukup besar untuk menarik pembangunan sektor pertanian
(Tarigan, 2007 dalam Tresnawati, 2010).
Dalam kerangka pembangunan pertanian, agroindustri merupakan penggerak utama
perkembangan sektor pertanian, terlebih dalam masa yang akan datang posisi pertanian
merupakan sektor andalan dalam pembangunan nasional sehingga peranan agroindustri akan
semakin besar. Dengan kata lain, dalam upaya mewujudkan sektor pertanian yang tangguh,
maju dan efi sien sehingga mampu menjadi leading sector dalam pembangunan nasional,
harus ditunjang melalui pengembangan agroindustri, menuju agroindustri yang tangguh, maju
serta efi sien dan efektif.
Strategi pengembangan agroindustri yang dapat ditempuh harus disesuaikan dengan
karakteristik dan permasalahan agroindustri yang bersangkutan. Perlu diantisipasi dalam
pengembangan agroindustri adalah adanya transformasi kultural, sebab masyarakat
agroindustri akan bekerja masih berdasarkan pada norma yang banyak dipengaruhi budaya
pertanian. Unsur-unsur budaya pertanian yang dapat menjadi kendala bila diterapkan tanpa
penyesuaian di dalam kegiatan agroindustri adalah persepsi orang tentang waktu (Handoko,
1993 dalam (Kindangen, 2014). Selanjutnya dikemukakan pula bahwa aspek lain yang perlu
diantisipasi adalah bidang pertanian sebagian besar tenaga kerjanya dibutuhkan untuk
dimanfaatkan tenaga atau energi mereka, maka di bidang agroindustri yang akan lebih
banyak dibutuhkan adalah keterampilan dan pengetahuan. Sasaran dari agroindustri tentunya
menghasilkan komoditas yang mempunyai keunggulan kompetitif. Masyarakat industri sudah
bekerja berdasarkan azas ekonomi pasar atau usaha pengembangan agroindustri akan
digerakkan oleh sistem ekonomi pasar.
Industri Pengolahan Hasil Pertanian (IPHP) dapat dibagi menjadi beberapa bagian
sebagai berikut :
1. PHP Tanaman Pangan, termasuk di dalamnya adalah bahan pangan kaya karbohidrat,
palawija dan tanaman hortikultura.
2. IPHP Tanaman Perkebunan, meliputi tebu, kopi, teh, karet, kelapa, kelapa sawit,
tembakau, cengkeh, kakao, vanili, kayu manis dan lain-lain.
3. IPHP Tanaman Hasil Hutan, mencakup produk kayu olahan dan non kayu seperti
damar, rotan, tengkawang dan hasil ikutan lainnya.
4. IPHP Perikanan, meliputi pengolahan dan penyimpanan ikan dan hasil laut segar,
pengalengan dan pengolahan, serta hasil samping ikan dan laut.
5. IPHP Peternakan, mencakup pengolahan daging segar, susu, kulit, dan hasil samping
lainnya.
Industri Pengolahan Hasil Pertanian (IPHP) dapat dibagi menjadi beberapa bagian
sebagai berikut :
1. IPHP Tanaman Pangan, termasuk di dalamnya adalah bahan pangan kaya karbohidrat,
palawija dan tanaman hortikultura.
2. IPHP Tanaman Perkebunan, meliputi tebu, kopi, teh, karet, kelapa, kelapa sawit,
tembakau, cengkeh, kakao, vanili, kayu manis dan lain-lain.
3. IPHP Tanaman Hasil Hutan, mencakup produk kayu olahan dan non kayu seperti
damar, rotan, tengkawang dan hasil ikutan lainnya.
4. IPHP Perikanan, meliputi pengolahan dan penyimpanan ikan dan hasil laut segar,
pengalengan dan pengolahan, serta hasil samping ikan dan laut.
5. IPHP Peternakan, mencakup pengolahan daging segar, susu, kulit, dan hasil samping
lainnya.
Industri Jasa Sektor Pertanian (IJSP) dibagi menjadi tiga kegiatan sebagai berikut :
1. IJSP Perdagangan, yang mencakup kegiatan pengangkutan, pengemasan serta
penyimpanan baik bahan baku maupun produk hasil industri pengolahan pertanian.
2. IJSP Konsultasi, meliputi kegiatan perencanaan, pengelolaan, pengawasan mutu serta
evaluasi dan penilaian proyek.
3. IJSP Komunikasi, menyangkut teknologi perangkat lunak yang melibatkan
penggunaan komputer serta alat komunikasi modern lainya.
Dengan pertanian sebagai pusatnya, agroindustri merupakan sebuah sektor ekonomi
yang meliputi semua perusahaan, agen dan institusi yang menyediakan segala kebutuhan
pertanian dan mengambil komoditas pertanian untuk diolah dan didistribusikan kepada
konsumen. Nilai strategis agroindustri terletak pada posisinya sebagai jembatan yang
menghubungkan antar sektor pertanian pada kegiatan hulu dan sektor industri pada kegiatan
hilir. Dengan pengembangan agroindustri secara cepat dan baik dapat meningkatkan, jumlah
tenaga kerja, pendapatan petani, volume ekspor dan devisa, pangsa pasar domestik dan
internasional, nilai tukar produk hasil pertanian dan penyediaan bahan baku industri (Badar
dkk, 2012).
Karakteristik agroindustri yang menonjol sebenarnya adalah adanya ketergantungan
antar elemen-elemen agroindustri, yaitu pengadaan bahan baku, pengolahan, dan pemasaran
produk. Agroindustri harus dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri dari empat
keterkaitan sebagai berikut :
1. Keterkaitan mata rantai produksi, adalah keterkaitan antara tahapan-tahapan
operasional mulai dari arus bahan baku pertanian sampai ke prosesing dan kemudian
ke konsumen.
2. Keterkaitan kebijaksanaan makro-mikro, adalah keterkaitan berupa pengaruh
kebijakan makro pemerintah terhadap kinerja agroindustri.
3. Keterkaitan kelembagaan, adalah hubungan antar berbagai jenis organisasi yang
beroperasi dan berinteraksi dengan mata rantai produksi agroindustri.
4. Keterkaitan internasional, adalah saling ketergantungan antara pasar nasional dan
pasar internasional dimana agroindustri berfungsi.
Hal ini disebabkan karena karakteristik dari agroindustri yang memiliki kelebihan
dibandingkan dengan industri lainnya, antara lain:
a) memiliki keterkaitan yang kuat baik dengan industri hulunya maupun ke industri
hilir,
b) menggunakan sumberdaya alam yang ada dan dapat diperbaharui,
c) mampu memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif baik di pasar
internasional maupun di pasar domestik,
d) dapat menampung tenaga kerja dalam jumlah besar,
e) produk agroindustri pada umumnya bersifat cukup elastis sehingga dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat yang berdampak semakin luasnya pasar
khususnya pasar domestik.
Secara umum agar pengembangan agroindustri dapat berjalan dengan baik, maka
diperlukan beberapa pra-syarat, sebagai pra-kondisi bagi pengembangannya. Mosher (1966)
dalam literatur klasik “Getting Agriculture Moving” dimaksudkannya sebagai syarat pokok
dan syarat pelancar, merupakan salah satu syarat keharusan bagi pengembangan agroindustri
di suatu wilayah. Syarat pokok pembangunan pertanian meliputi: (1) adanya pasar untuk
hasil-hasil usahatani; (2) teknologi yang senantiasa berkembang; (3) tersedianya bahan-bahan
dan alat-alat produksi secara lokal; (4) adanya perangsang produksi bagi petani; dan (5)
tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu. Adapun syarat pelancar pembangunan
pertanian meliputi: (1) pendidikan pembangunan; (2) kredit produksi; (3) kegiatan gotong
royong petani; (4) perbaikan dan perluasan tanah pertanian; dan (5) perencanaan nasional
pembangunan pertanian.
Syarat keharusan kedua, dalam pengembangan agroindustri, harus saling mengait dan
mendukung dalam satu alur agribisnis. Agroindustri harus dipandang sebagai suatu sistem
yang saling mengait, mulai dari arus bahan baku pertanian sampai ke prosesing dan kemudian
ke konsumen. Keterkaitan ini perlu didukung oleh kelembagaan, dalam bentuk tata aturan
dan organisasi yang beroperasi dan berinteraksi dalam mata rantai agribisnis. Keterkaitan ini
mampu memberikan nilai tambah terhadap produk pertanian yang dihasilkan petani
(Suprapto, 2011).
Syarat keharusan ketiga pengembangan agroindustri harus dapat menyiasati tiga
karakteristik utama dari produk pertanian, yaitu bersifat musiman (seasonality), mudah rusak
(perishabelity), dan beragam (variability) kualitasnya. Komponen biaya bahan baku
umumnya merupakan komponen terbesar dalam agroindustri, sehingga pengadaan bahan
baku sangat menentukan keberlanjutan agroindustri. Selain itu pengembangan agroindustri
harus dapat memperpanjang kesegaran produk yang dihasilkan petani, dan dapat
dikembangkan pada bahan baku yang beragam kualitasnya.
Syarat keharusan di atas tidak memadai dalam mendukung pengembangan
agroindustri di suatu wilayah. Keberhasilan pengembangan agroindustri perlu didukung oleh
adanya syarat kecukupan, yang meliputi adanya suatu pendekatan yang terpadu lintas sektoral
dalam memenuhi semua syarat keharusan di atas, serta adanya pengembangan sumberdaya
manusia yang sejalan dengan semangat pertanian industrialis.
Teknologi
Teknologi untuk agroindustri hingga saat ini boleh dikatakan sudah cukup banyak,
namun belum ada kesungguhan dari stake holder untuk menerapkannya secara bersungguh-
sungguh, dunana satu skala dengan skala lainnya tidak saling terkait.
Penelitian-penelitian empiris menunjukkan bahwa sampai saat ini masyarakat boleh
dikatakan jarang atau balikan tidak pemah mendapatkan penyuluhan teknologi agroindustri.
Melihat situasi seperti itu maka perlu dirancang suatu lembaga yang teruitegrasi dari pusat
sampai ke daerah bahkan sampai ke tingkat operasional di industri kecil menengah yang ada
di pedesaan.
Pemasaran
Manajemen pemasaran adalah salah satu aspek yang sangat penting dalam segi bisnis,
bahkan UKM memandang bahwa permasalahan yang paling dominan yang tengah dihadapi
selam faktor modal adalah kesulitan dalam memasarkan produknya.
Pengembangan agroindustri seharusnya memperhatikan product life cycle, segmentasi
pasar, positioning, respon pasar dan pola persaingan, dengan demikian kegiatan manajemen
pemasaran harus dilakukan secara tepat, suatu hal yang sulit dilakukan oleh agroindustri
skala kecil tetapi hanya dapat dilakukan oleh perusahaan besar, pemerintah hanya dapat
menganjurkan agar dapat dilakukan pola kemitraan dari segi pemasaran antar agroindustri
skala kecil dengan agroindustri menengah atau besar.
Solusi untuk mengantisipasi persoalan pemasaran bagi UKMK adalah
mengembangkan industri skala kecil atau UKMK yang berorientasi pada sentra produksi atau
pedesaan, padat karya dan berkelanjutan, kemudian membentuk jejaring usaha (Business
Network) dengan prinsip kesetaraan, sehingga memiliki kekuatan untuk menembus pasar
global seperti halnya industri besar.
Keterkaitan Sektor Penunjang Agroindustri
Agroindustri yang menggunakan bahan baku hasil pertanian tentu saja sangat terkait
dengan efisiensi pada sektor pertanian, jika sektor pertanian tidak berjalan secara efisien,
maka tentunya juga agroindustri tidak akan berjalan efisien, faktor penting lainnya adalah
pengembangan infrastruktur dan industri penunjangnya.
Agroindustri dalam era pasar bebas yang ditandai dengan efisiensi, maka peranan
perlindungan oleh pemerintah akan semakin berkurang (subsidi, tarif, hak monopoli) akan
hilang, sehingga tidak ada pilihan lain kecuali membuat model kebijakan endogenus yang
saling menumbuhkembangkan antara industri hulu dan hilir serta komponen yang terkait
dalam agroindustri. Model kebijakan endogenus di atas menunjukkan bahwa apabila
agroindustri tidak berkembang, maka akibatnya sektor pertanian juga tidak akan berkembang,
sebaliknya apabila sektor pertanian tidak efisien, maka agroindustri tidak akan efisien
sehingga tidak akan berkembang. Perusahaan agroindustri di hilir berkewajiban
mengefisienkan industri di sektor hulu melalui transfer modal, teknologi, informasi pasar dan
kualitas produk, sebaliknya industri hulu berkewajiban menjual hasilnya pada industri hilir.
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
https://www.researchgate.net/profile/Arifin-Rente/publication/
326989169_PENGANTAR_AGROINDUSTRI/links/5b713849a6fdcc87df739421/
PENGANTAR-AGROINDUSTRI.pdf
https://repository.warmadewa.ac.id/id/eprint/29/1/18-37-1-PB.pdf
https://kemenperin.go.id/artikel/22112/Menperin-Beberkan-Potensi-dan-Peluang-Industri-
Agro
https://media.neliti.com/media/publications/62474-ID-peranan-peluang-dan-kendala-
pengembangan.pdf
https://rajobaso.com/faktor-faktor-penting-dalam-pengembangan-agroindustri/
https://media.neliti.com/media/publications/56267-ID-kinerja-dan-prospek-pengembangan-
agroind.pdf