Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH JARAK DAN PANJANG DEEP SOIL MIXING BERPOLA

TRIANGULAR TERHADAP DAYA DUKUNG TANAH EKSPANSIF


(The Effect Spacing and Length of Deep Soil Mixing by Using Triangular
Configuration on The Bearing Capacity of Expansive Soil)

Anisa Oktavia Ardiyansari, Yulvi Zaika, Arief Rachmansyah


Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
E-mail: anisasipil@gmail.com

ABSTRAK
Tanah ekspansif adalah tanah yang mempunyai perilaku kembang susut akibat adanya
perubahan kadar air. Dalam penelitian ini menggunakan metode deep soil mixing (DSM)
berpola triangular. Metode deep soil mixing merupakan metode pencampuran dengan bahan
additive untuk meningkatkan stabilitas tanah. Dari hasil uji klasifikasi tanah, tanah di
Kabupaten Bojonegoro termasuk jenis tanah ekspansif. Variasi Jarak antar kolom yang
digunakan yaitu 1D, 1,25D dan 1,5D, dimana D adalah diameter kolom 3cm. Sedangkan
variasi panjang kolom adalah 2B, 3B dan 4B, dimana B adalah lebar plat pondasi. Hasil dari
stabilisasi tanah ekspansif menggunakan metode deep soil mixing berpola triangular diameter
kolom 3 cm menunjukkan bahwa jarak dan panjang kolom maksimum adalah jarak antar
kolom 1D dan panjang kolom 4B dengan peningkatan nilai daya dukung tanah hingga 281%.
Selain itu, persentase tanah yang distabilisasi sebesar 91,2% mampu menurunkan
pengembangan dari tanah asli sebesar 3,36%. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa stabilisasi
10% kapur dengan metode DSM berpola triangular dapat meningkatkan daya dukung tanah
dan mampu mengurangi potensi pengembangan seiring dengan meningkatnya volume tanah
yang distabilisasi.

Kata Kunci : tanah ekspansif, kapur, deep soil mixing, jarak, panjang, daya dukung.

ABSTRACT
Expansive soil is soil that has a swelling-shringkage behaviour that is affected by water
content in the soil. In this research using a triangular configuration of deep soil mixing
(DSM). Deep soil mixing method is a method of soil mixing with additive to the soil to
improve soil stability. From the test results of soil classification, soil in the district of
Bojonegoro including expansive soil type. The variations of spacing between the column are
1D, 1,25D and 1,5D, where D is the diameter of column 3cm. While the variation in the
length column are 2B, 3B and 4B, where B is the width of the foundation plate. The results of
expansive soil stabilization using a triangular configuration of deep soil mixing method with
diameter of column 3 cm show that maximum spacing and length variations of the column are
1D and 4B respectively, with an increase of the soil bearing capacity to 281%. In addition,
with 91,2% soil stabilization, it is able to reduce swelling of the native soil by 3.36%. In
conclution that the stabilization using additive 10% lime with a triangular configuration DSM
method can increase the bearing capacity of soil and were able to reduce the potential
swelling with the increasing volume of soil stabilization.

Keywords : expansive soil, lime, Deep Soil Mixing, spacing, length, bearing capacity
PENDAHULUAN teksturnya sehingga menyebabkan daya
Tanah merupakan material dasar yang dukung yang dimiliki setiap tanah berbeda-
sangat penting karena merupakan tempat beda.
dimana struktur akan didirikan. Setiap
jenis tanah mempunyai karakteristik yang Pembangunan konstruksi diatas tanah
berbeda tergantung pada letak suatu tidak selalu berada pada tanah yang baik.
daerah, kandungan unsur hara dan Salah satu permasalahan yang terjadi adalah
pada tanah lempung ekspansif. Tanah dicampur dengan bahan additive berupa
lempung ekspansif memiliki sifat kembang kapur pada lokasi tanah yang ingin
susut yang tinggi karena tersusun dari diperbaiki. Pada penelitian yang dilakukan
mineral-mineral yang dapat menyerap air oleh Kurniawan (2015), stabilisasi tanah
secara ekstrem. lempung ekspansif di Kecamatan Ngasem,
Kabupaten Bojonegoro menggunakan
Dalam penelitian ini menggunakan metode DSM bahan additive fly ash
metode stabilitas kimiawi dengan cara dengan diameter 3cm berpola panels
mencampurkan bahan additive pada tanah menghasilkan daya dukung maksimum
yang fungsinya untuk daya dukung pada yang terjadi pada jarak antar kolom (L=
tanah. Bahan additive yang digunakan 3cm) dan panjang kolom (Df= 15cm) dapat
adalah kapur. Pertimbangan penggunaan meningkatkan daya dukung sebesar 179%
kapur sebagai bahan additive adalah dari tanah asli.
adanya sifat pozzolanic yaitu kemampuan
untuk mengeras apabila bereaksi dengan Oleh karena itu, perlu dilakukan
air sehingga dapat mengikat butiran penelitian mengenai pengaruh jarak dan
lempung. panjang kolom stabilisasi menggunakan
bahan additive kapur dengan metode Deep
Stabilisasi biasanya hanya dilakukan Soil Mixing (DSM) pola triangular untuk
pada lapisan permukaan saja (shallow soil mengetahui daya dukung tanah ekspansif.
mixing) yang hanya dilakukan pada
kedalaman tanah kurang dari 1,5 meter. Adapun tujuan dari penelitian ini
Tanah di Kecamatan Ngasem, Kabupaten yaitu:
Bojonegoro, Jawa-Timur ditemui adanya 1. Untuk mengetahui adanya pengaruh
lapisan tanah ekspansif dengan kedalaman variasi jarak dan panjang Deep Soil
sekitar 1-3 meter, sehingga diperlukan Mixing (DSM) 10% kapur diameter 3
adanya metode stabilisasi tanah dalam agar cm pola triangular terhadap daya
hasilnya lebih efisien dari segi biaya, dukung tanah lempung ekspansif di
bahan dan waktu pelaksanaannya. Bojonegoro.
2. Untuk mengetahui jarak dan panjang
Deep Soil Mixing (DSM) merupakan kolom maksimum Deep Soil Mixing
upaya stabilisasi tanah dalam dimana tanah (DSM) 10% kapur diameter 3 cm pola
triangular terhadap daya dukung tanah
lempung ekspansif di Bojonegoro.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh
penambahan 10% kapur terhadap nilai
pengembangan (swelling) tanah
lempung ekspansif.
.
METODOLOGI PENELITIAN
Untuk mendukung penelitian ini maka
dilakukan penelitian pendahuluan untuk
memastikan kondisi tanah yang akan diuji
merupakan tanah lempung ekspansif.
Dalam penelitian pendahuluan terdiri dari
beberapa macam pengujian yaitu:
1. Pemeriksaan specific gravity (ASTM indeks plastisitas tanah (ASTM 1984 D
1992 D 854-92); 4318-84);
2. Pemeriksaan batas-batas atteberg
3. Pemeriksaan batas susut (ASTM D dihubungkan dengan frame pembebanan
427-04); yang terbuat dari baja profil. Sedangkan
4. Pengujian klasifikasi tanah metode ujung bawah dongkrak hidrolik
USCS (ASTM 1992 D 2487-92); dihubungkan pada load cell dilanjutkan
5. Pengujian proktor standar (ASTM D- dengan piston untuk meneruskan beban
698 (Metode B)). pada pelat baja. Pelat baja berfungsi untuk
mendistribusikan beban terpusat dari
piston menjadi beban merata yang
digunakan sebagai model pondasi. Letak
dongkrak hidrolik diatur sedemikian rupa
sehingga terpasang pada puat pelat baja
dan pelat baja terpasang tepat diatas benda
(1)

uji. Hasil akhir dari uji pembebanan akan


(2)

diperoleh kurva Beban-penurunan tanah (7)

Gambar 1 Pemodelan DSM Pola


(1)

sehingga didapatkan daya dukung tanah (3)

30
10
Triangular ekspansif.
(9)

(5)
(4)
(8)

5 15
(6) (10)

Pengujian pembebanan dilakukan 50Lantai Kerja

dengan menggunakan hydraulic jack atau Keterangan:


1. Portal Baja 5. Deep Soil Mix+10% Kapur 9. Digital LVDT
2. Piston Hidrolik 6. Sampel Lempung Ekspansif 10. Pompa Hidrolik
dongkrak hidrolik. Sebagai pengukur 3. Dial LVDT 7. Load Cell
4. Pelat Baja 20x20x2cm 8. Digital Load Cell
besarnya beban yang terjadi, digunakan Gambar 2 Skema Uji Pembebanan
load cell dengan kapasitas 5 ton dan dapat
langsung dibaca besarnya beban yang Berikut adalah tabel rancangan
terjadi. Untuk mengetahui besarnya perhitungan daya dukung tanah asli dan
penurunan yang terjadi, digunakan alat variasi jarak dan panjang DSM:
LVDT. Tabel 1 Variasi Jarak dan Panjang Kolom
Pada proses uji beban diawali dengan DSM
Beban Daya
Jenis Jarak DSM Panjang DSM Penurunan Dukung
Sampel
persiapan alat uji beban dengan Tanah
(cm)
-
(cm)
-
(mm)
Maksimum
(kg) (kN/m2)

meletakkan frame uji beban di tengah box Asli

sampel tanah agar model pondasi berada 1D = 3


2B = 10 cm
3B = 15 cm
cm
4B = 20 cm

tepat di tengah benda uji. Setelah frame Tanah


+ 10%
1,25D =
3,75 cm
2B = 10 cm
3B = 15 cm
dipasang dilanjutkan dengan meletakkan Kapur 4B = 20 cm

alat pemberat pada frame dengan tujuan 1,5D =


2B = 10 cm
4,5 cm 3B = 15 cm

4B = 20 cm
agar frame uji beban tidak terangkat ketika
uji beban berlangsung. Selanjutnya
Untuk mengetahui pengaruh jarak dan
dilakukan pemasangan dongkrak hidrolik,
panjang Deep Soil Mixing (DSM) untuk
load cell, piston dan pelat model pondasi.
meningkatkan daya dukung tanah
Pada uji beban vertikal model pondasi, dilakukan analisis Bearing Capacity
ujung atas dari dongkrak hidrolik Improvement (BCI). Nilai BCI dapat
diperoleh dengan rumus:
(BCI) untuk Variasi Jarak
BCI = x 100% (1)
Panjang qu tanah
Hasil analisis Bearing Capacity No DSM
Jarak DSM
asli
qu dengan
DSM BCI
(kN/m2) %
Improvement (BCI) kemudian disajikan 1
(Df) (L)
1D = 4 cm
(kN/m2)

dalam tabel berikut: 2


3
2B = 10 cm 1,25D = 5 cm
1,5D= 6 cm

Tabel 2 Bearing Capacity Improvement


dilakukan untuk mengetahui berat jenis Labu Ukur 1 2
Spesific Gravity (Gs) 2,557 2,554
suatu bahan yang akan digunakan sebagai
Rata-rata (Gs) 2,556
sampel benda uji.
Sumber : Hasil Pengujian dan Perhitungan
Tabel 4 Hasil Pemeriksaan Dari pengujian yang sudah dilakukan,
Spesific Gravity
4 1D = 4 cm
5
6
3B = 15 cm 1,25D = 5 cm
1,5D= 6 cm
didapatkan nilai specific gravity rata-rata
7
8 4B = 20 cm
1D = 4 cm
1,25D = 5 cm tanah yang digunakan yaitu Gs = 2,556.
9 1,5D= 6 cm

2. Klasifikasi Tanah
Tabel 3 Bearing Capacity Improvement Terdapat dua jenis pengujian. Analisis
(BCI) untuk Variasi Panjang saringan (mechanical grain size) untuk
Jarak DSM
Panjang qu tanah qu dengan
DSM BCI
menentukan butiran kasar dan butiran
No DSM asli

1
(L) (Df)
2B = 10 cm
(kN/m2) (kN/m2) %
halus yang tertahan pada saringan no. 200.
2
3
1D = 3 cm 3B = 15 cm
4B = 20 cm Analisis hidrometer digunakan untuk
4
1,25D = 3,75 2B = 10 cm mengetahui distribusi ukuran butiran untuk
5 3B = 15 cm
cm
6 4B = 20 cm
7
8 1,5D = 4,5 cm
2B = 10 cm
3B = 15 cm
tanah yang berada di pan atau lolos
9 4B = 20 cm
saringan no. 200. Hasil analisis yang
dilakukan ditampilkan pada Gambar
berikut:
GRAIN SIZE ANALYSIS
100
Percent finer (%)

80

60
1 0.1 0.01 0.001
10
Pasir
Kerikil Silt Clay
Medium Halus
Particles diameter (mm)
40

Gambar 4 Analisis Saringan dan


Hidrometer 20

Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa


0

tanah di Desa Ngasem, Kecamatan


Ngasem, Kabupaten Bojonegoro memiliki
persentase lolos saringan no. 200 sebesar
97,03% (di atas 50%) dari total tanah.
Gambar 3 Diagram Alir Penelitian Menurut sistem klasifikasi tanah analisis
saringan dan hidrometer termasuk jenis
HASIL DAN PEMBAHASAN tanah berbutir halus.
Pengujian Pendahuluan
1. Spesific Gravity
Pemeriksaan specific gravity sendiri
merupakan pengujian laboratorium yang
Sumber : Hasil Pengujian dan Perhitungan
3. Atteberg Limit
Pengujian terdiri dari uji batas cair Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai
(LL), uji batas plastis (PL), uji batas susut batas cair (LL) 79,11%, batas plastis (PL)
(SL) dan indeks plastisitas (PI). 31,30%, batas susut (SL) 13,79%, sehingga
Tabel 5 Hasil Pemeriksaan Batas-batas didapatkan Indeks Plastisitas sebesar
Atteberg 47,81%.
Bahan LL (%) PL (%) SL (%) PI
(%) Tanah Asli 79,11 31,30 13,79 47,81
5. Penentuan Kadar Air Optimum
Penentuan kadar air optimum dan
berat isi kering maksimum tanah asli,
didasarkan pada hasil uji pemadatan
standar yang telah dilakukan oleh
Kurniawan (2015) seperti pada Gambar 7.

Gambar 5 Grafik Klasifikasi Tanah


Berdasarkan Sistem Unified

4. Sifat Ekspansifitas Tanah


Nilai-nilai dari batas Atterberg dapat
digunakan untuk mengetahui potensi
pengembangan dan derajat mengembang
tanah lempung. Didapatkan nilai aktivitas
sebesar 1,406 sehingga tanah tersebut
termasuk tanah aktif dengan nilai aktifitas
lebih dari 1,25. Dari nilai aktivitas dan Gambar 7 Hasil Pemadatan Tanah Asli
persentase lolos saringan no. 200 diplotkan
pada Gambar 6. Didapatkan bahwa tanah Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa
pada Kabupaten Bojonegoro termasuk besarnya kadar air optimum (OMC)
tanah potensi pengembangan sangat tinggi. sebesar 27,908% dan berat isi kering
maksimum (γd maks) 1,409 gr/cm3.

Untuk menentukan kadar air optimum


(OMC) dan berat isi kering maksimum (γ d
maks) tanah yang distabilisasi kapur 10%
dilakukan uji pemadatan. Namun setelah
dilakukan 3 kali uji pemadatan tidak
didapatkan nilai kadar air optimum dan
berat isi kering maskimum tanah campuran
Gambar 6 Grafik Klasifikasi Potensi stabilisasi 10% kapur. Hal tersebut
Mengembang disebabkan karena sifat tanah ekspansif
yang kurang stabil sehingga sangat sulit
didapatkan kepadatan maksimumnya.
Selanjutnya penentuan nilai kadar air
optimum (OMC) dan berat isi kering
maksimum (γdmaks) tanah stabilisasi 10%
kapur ditentukan dari pengujian California
Bearing Ratio (CBR). Hasil dari uji
Pemadatan dan uji CBR pada tanah
stabilisasi dapat dilihat pada Gambar 8.
Grafik Pemadatan digital Load Cell. Beban maksimum yang
1.900

dapat ditahan tanah (Pu) sebesar 176 kg


1.800
dengan penurunan maksimum yang terjadi
berat isi kering (gr/cm3) y = -0 .026x + 2.229
7,25 mm. Setelah data dianalisis
didapatkan nilai daya dukung tanah
1.700

y = 0.001556x2 - 0.0682 10x + 2.153318


ultimate (qu) sebesar 7,04 kg/cm2. Nilai
1.600
tegangan dan penurunan tanah asli
disajikan pada Gambar 9.
Tegangan, q (kg/cm²)
345
1.500 0 1 2 6 78
7,04
CBR Tanah Stabilisasi 0

35
1

Penurunan, S (mm)
1.400
30
2
CBR Value (%)

25 3
1.300

20 4

1.200
15 5
10.00 12.50 15.00 17.50 20.00 22.50 25.00 27.50 30.00

Tanah Asli
6
10 kadar air (%)
1012.51517.52022.52527.530
Kadar Air (%) Gambar 9 Hubungan Tegangan dan
7

Gambar 8 Grafik Hasil Pemadatan dan


5
Penurunan Tanah Asli 7,25
8

CBR tanah
0
Stabilisasi
8. Uji Pembebanan pada Tanah dengan
9

Perbaikan DSM
Dari grafik uji CBR didapatkan nilai Instalasi kolom dibuat berdasarkan
CBR paling besar yaitu 30,87% dengan variasi jarak (L) dan panjang kolom (Df)
kadar air sebesar 24,10% dan berat isi DSM pola triangular yang sudah
kering sebesar 1,406% yang akan ditentukan dengan diameter kolom 3 cm.
digunakan sebagai standarisasi kepadatan Tabel 7 Beban dan Penurunan
pada kolom DSM. Berdasarkan Variasi Jarak DSM
6. Uji Kepadatan Tanah Asli dalam Box Panjang DSM Jarak DSM Penurunan, S
Beban
No Maksimum, Pu
Pengujian ini memakai uji density (Df) (L) (mm) (kg)
1 1D = 3cm 15,75 459
yang berfungsi untuk menentukan berat isi 2 2B = 10cm 1,25D = 3,75cm 13,5 412,5
3 1,5D = 4,5cm 21,5 400
kering maksimum dalam box. Sehingga 4 1D = 3cm 8,5 468
5 3B = 15cm 1,25D = 3,75cm 11,25 416,5
untuk pemodelan tanah asli, digunakan 6 1,5D = 4,5cm 19,75 414,5

kadar air sebesar 27,908% dan berat isi 7


8 4B = 20cm
1D = 3cm
1,25D = 3,75cm
8,25
14,5
484,5
459,5
Sumber : Hasil Pengujian
kering sebesar 1,28 gr/cm3 (Kurniawan, 9 1,5D = 4,5cm 18,75 452,5

2015). Tabel 8 Beban dan Penurunan


Tabel 6 Uji Density pada Tanah Model Berdasarkan Variasi Panjang DSM
Beban
Kadar air, (w)No. Ring % 27.88
I 27.43
II 27.95
III 28.35
IV Jarak DSM Panjang DSM Penurunan, S
No Berat isi tanah (γt) gr/cm3 1.656 1.600 1.649 1.637 Maksimum, Pu
Berat isi kering, (γd) gr/cm3 1.295 1.255 1.289 1.275 (L) (Df) (mm) (kg)
1 2B = 10cm 15,75 459
Rata-rata berat isi tanah, gr/cm3 1.635 2 1D = 3cm 3B = 15cm 8,5 468
Rata-rata berat isi kering, gr/cm3 1.279 3 4B = 20cm 8,25 484,5
Sumber : Kurniawan (2015) 4 1,25D = 2B = 10cm 13,5 412,5
5 3,75cm 3B = 15cm 11,25 416,5
7. Uji Pembebanan Tanah Asli 6 4B = 20cm 14,5 459,5
2B = 10cm
Hasil dari uji pembebanan tanah asli 7
8
1,5D =
3B = 15cm
21,5
19,75
400
414,5
4,5cm
didapatkan data penurunan dari pembacaan 9 4B = 20cm 18,75 452,5
Sumber : Hasil Pengujian
digital LVDT dan beban dari pembacaan
tanah Kabupaten Bojonegoro. Hal tesebut
menunjukkan jarak DSM (L) yang semakin
dekat memberikan pengaruh yang lebih
besar terhadap daya dukung tanah
dibanding jarak DSM yang semakin jauh.
Pada analisis variasi jarak, nilai daya
dukung tertinggi terjadi pada jarak DSM
1D pada panjang DSM 4B yaitu sebesar
19,76 kg/cm2 dengan penurunan 9,25cm.
Pengaruh jarak DSM 1D dapat terjadi
Gambar 10 Hubungan Daya Dukung dan
karena DSM dapat mengurangi penyebaran
Penurunan pada Variasi Jarak dengan
distribusi tegangan pada tanah asli dan
Panjang 2B = 10cm
ditahan oleh DSM.

Gambar 11 Hubungan Daya Dukung dan Gambar 13 Hubungan Daya Dukung dan
Penurunan pada Variasi Jarak dengan Penurunan pada Variasi Panjang dengan
Panjang 3B = 15cm Jarak 1D = 3cm

Gambar 12 Hubungan Daya Dukung dan Gambar 14 Hubungan Daya Dukung dan
Penurunan pada Variasi Jarak dengan Penurunan pada Variasi Panjang dengan
Panjang 4B = 20cm Jarak 1,25D = 3,75cm

Dari ketiga hasil analisis dapat


menunjukkan bahwa jarak DSM (L)
memiliki pengaruh terhadap daya dukung
25

21.5
20
20
19.75

Penurunan (mm)
16
15 Panjang Kolom(Df)= 2B
15 15.75
Panjang Kolom(Df)= 3B Panjang Kolom(Df)= 4B
14

109.75
9.25

5
2.533.544.55
Variasi Jarak Kolom (cm)

Gambar 16 Hubungan Penurunan pada


saat qu terhadap Variasi Jarak Kolom
Gambar 15 Hubungan Daya Dukung dan
Penurunan pada Variasi Panjang dengan Dari Gambar 16 dapat dilihat bahwa
Jarak 1,5D = 4,5cm pada panjang kolom (Df) 2B = 10 cm, 3B
= 15 cm dan 4B = 20 cm besarnya
Dari ketiga hasil analisis menunjukkan
penurunan (settlement) berbanding lurus
bahwa semakin panjang kolom DSM (Df)
dengan jarak antar kolom, hal ini sesuai
akan memberikan pengaruh yang lebih
hipotesa bahwa besarnya settlement akan
besar terhadap daya dukung tanah
semakin meningkat seiring dengan
dibanding panjang kolom DSM yang lebih
bertambahnya jarak antar kolom.
pendek. Pada analisis variasi panjang, daya
25
dukung terbesar terjadi pada panjang
kolom DSM 4B dengan jarak DSM 2
1D 20
21.5
20 19.75
Penurunan (mm)

yaitu sebesar 19,76 kg/cm dengan 16 15.75 Jarak (L)= 1D


15 Jarak (L)= 1,25D
penurunan 9,25mm. Pengaruh panjang 15
14
Jarak (L)= 1,5D

DSM terhadap daya dukung tanah dapat 10


9.75
9.25

disebabkan karena kepadatan tanah DSM


lebih padat dibanding tanah asli di sekitar 5
5 10 15 20 25

DSM karena pada panjang kolom DSM Variasi Panjang Kolom (cm)

yang lebih panjang memiliki volume DSM Gambar 17 Hubungan Penurunan pada
dan kepadatan yang lebih besar dari tanah saat qu terhadap Variasi Panjang Kolom
asli.
Dari Gambar 17 dapat dilihat bahwa
9. Analisis Penurunan Tanah pada jarak antar kolom (L) 1D = 3cm,
Berdasarkan dari hasil pengujian 1,25D = 3,75cm dan 1,5D = 4,5cm
pembebanan yang telah dilakukan pada besarnya nilai penurunan (settlement)
benda uji model akan diperoleh nilai berbanding lurus dengan panjang kolom.
pembacaan hubungan tegangan dan Hal tersebut sesuai dengan hipotesa dimana
penurunan(settlement). Sehingga besarnya besarnya settlement akan semakin menurun
penurunan dapat langsung didapatkan dari seiring dengan bertambahnya panjang
grafik. kolom.
10. Analisis Bearing Capacity 350

Improvement (BCI) Berdasarkan Daya


Dukung Ultimit 300
281
Tabel 9 Nilai BCI untuk Variasi Jarak 270 263

BCI (%)
258 260
DSM (L) 250
241
248 L= 1D
L= 1,25D
237
227 L= 1,5D

200

150
5 10 15 20 25
Variasi Panjang DSM (cm)

Gambar 19 Perbandingan Penigkatan BCI


Sumber : Hasil Pengujian dan Perhitungan
pada Variasi Jarak DSM (L)

350 Dari Gambar 19 terlihat bahwa terjadi


peningkatan nilai BCI pada tanah ketika
300
281 DSM semakin panjang. Hasil BCI terbesar
270 263 260 terjadi pada variasi panjang 4B, yaitu
BCI (%)

258 248 Df= 2B


250
237
241
Df= 3B
Df= 4B terjadi peningkatan sebesar 281%.
227
200 Sehingga dapat disimpulkan bahwa,
semakin panjang kolom DSM dapat
150
2.5 3 3.5 4 4.5 5
meningkatkan nilai BCI lebih besar
Variasi Jarak DSM (cm)
dibanding dengan panjang kolom DSM
Gambar 18 Perbandingan Penigkatan BCI yang lebih pendek.
pada Variasi Jarak DSM (L)
11. Analisis Pengembangan (Swelling)
Dari Gambar 18 terlihat bahwa terjadi Dari hasil penelitian yang dilakukan
penurunan daya dukung pada tanah ketika oleh (Firdaus, 2016) mengenai pengaruh
DSM terletak semakin jauh. Hasil BCI pengembangan terhadap persentase tanah
maksimum terjadi pada variasi jarak 1D, yang distabilisasi dengan metode deep soil
yaitu sebesar 281%. Sehingga dapat mixing(DSM), dimana penelitian tersebut
disimpulkan bahwa, jarak DSM yang mengidentifikasi jumlah kolom DSM yang
semakin dekat dapat meningkatkan nilai berarti berhubungan dengan persentase
BCI dibanding dengan jarak DSM yang tanah stabilisasi yang digunakan akan
terletak berjauhan. mempengaruhi nilai pengembangan tanah
lempung ekspansif Bojonegoro. Hasil
Tabel 10 Nilai BCI untuk Variasi Panjang
penelitian tersebut disajikan pada Gambar
DSM (Df)
20.

Sumber : Hasil Pengujian dan Perhitungan

Gambar 20 Perbandingan Hasil Swelling


terhadap Rasio Volume DSM dan Volume
Total Tanah
Dari Gambar 20 dapat dapat dilihat pengembangan (Swelling). Hal tersebut
bahwa semakin besar rasio volume DSM dapat terjadi karena kepadatan pada tanah
dalam tanah mengurangi potensi yang memiliki volume DSM lebih besar
memiliki kepadatan yang tinggi dan Kesimpulan dan Saran
volume kadar kapur juga lebih tinggi Berdasarkan hasil penelitian berupa
sehingga dapat mengurangi potensi pengaruh variasi jarak dan panjang deep
pengembangan. Perbandingan persentase soil mixing (DSM) 10% kapur diameter
tanah yang distabilisasi disajikan pada 3cm berpola triangular terhadap daya
dukung tanah ekspansif di Bojonegoro
Tabel 11.
dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa
Tabel 11 Persentase Pengembangan semakin dekat jarak antar kolom DSM dan
semakin panjang kolom DSM dapat
terhadap Persentase Kolom Tanah
meningkatkan daya dukung tanah. Selain
Stabilisasi itu, jarak dan panjang kolom maksimum
DSM dengan daya dukung maksimum
terjadi pada DSM jarak terdekat L = 1D
(3cm) dan panjang kolom Df = 4B (20cm)
dengan nilai BCI sebesar 281%. Semakin
besar volume DSM dalam tanah dapat
mengurangi potensi pengembangan
Sumber : Hasil Pengujian dan Perhitungan
(Swelling).
Menurut Madhyannapu dan Puppala Beberapa saran yang direkomendasikan
(2014), toleransi besar pengembangan untuk penelitian serupa yang akan datang :
tanah yang diizinkan adalah 12 mm(0,5 1. Perlu dilakukan analisis lebih detail
inch) untuk struktur flexible pavement dan mengenai usaha pemadatan dalam box
18 mm (0,7 inch) untuk struktur rigid sehingga berat isi kering maksimum
pavement. Rata-rata tanah lempung dalam box dapat memenuhi kriteria
berat isi kering maksimum berdasarkan
ekspansif di lokasi penelitian memiliki
uji proktor standar.
kedalaman 1,5 meter yang berarti bahwa 2. Operator pembebanan vertikal harus
persentase mengembang maksimum yang selalu membawa stopwatch, agar
diizinkan untuk flexible pavement adalah penurunan yang dihasilkan dari
sebesar 0,8%. Dari analisa uji pembacaan beban dapat berjalan
pengembangan terhadap pemodelan di konstan, karena dalam penelitian ini
laboratorium yang dilakukan, dapat pembebanan masih dilakukan secara
manual.
disimpulkan bahwa konfigurasi model
3. Karena tanah yang diuji merupakan
DSM yang memenuhi batas maksimum jenis tanah ekspansif, perlu dilakukan
persentase mengembang adalah penelitian lanjutan untuk mengetahui
konfigurasi panjang kolom (Df) = 4B dan pengaruh DSM terhadap kembang
jarak antar kolom (L) = 1D dengan nilai susut-tanah dalam box.
swelling 0,78% dan didapat penurunan 4. Memperbanyak variasi jarak dan
swelling dari tanah asli sebesar 3,36 %. panjang untuk mengetahui jarak dan
panjang paling optimum pada DSM
diameter 3cm pola triangular. Dalam
penelitian ini pengaruh jarak dan
panjang masih belum terlihat signifikan
sehingga diperlukan tambahan variasi
jarak dan panjang untuk mengetahui
batas pengaruh jarak dan panjang DSM
terhadap nilai daya dukung tanah
ekspansif.
DAFTAR PUSTAKA
Bruce, Donald A. 2000. Introduction to the
Bowles, J. E. 1986. Sifat-Sifat Fisis Tanah Deep Soil Mixing Methods as Used in
dan Geoteknis Tanah. Jakarta: Geothecnichal Aplication. Report
Erlangga. Document No. FHWA-RD-99-138.
Virginia: U.S. Departement of Madhyannapu, R. S. & Puppala, A. J.
commerce. 2014. Design and Construction
Guidelines for Deep Soil Mixing to
Casagrande, A. 1948. Clasification and
Stabilize Expansive Soils. Journal
Identification of Soils. Jurnal ASCE.
ASCE. hlm. 3.
Vol. 113.
Muntohar, Agus Setyo. 2010. Uji Model
Chen, F. H. 1975. Foundation on
Kuat dan Karakteristik Beban-
Expansive Soil. Amterdam: Elsevier
Penurunan Tanah Lunak dengan
Scientific.
Perkuatan Kolom Kapur di
Chen, F. H. 1988. Foundation on Laboratorium. Jurnal Dinamika
Expansive Soil 2nd ed. Amterdam: Teknik Sipil Vol. 10/No. 3.
Elsevier Scientific. Universitas Muhamadiyah
Yogyakarta.
Das, Braja M. 1995. Mekanika Tanah
(Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis).
Seed, H.B., Woodward R.J, & Lundgren R.
Jakarta: Erlangga.
1962. Prediction of Swelling Potential
Hardiyatmo, Hary C. 1999. Mekanika for Compacted Clays. Journal ASCE.
Tanah 1. Jakarta: PT. Gramedia Soil Mechanics and Foundations Div.,
Pustaka Umum. Vol.88.
Kosche, Mirja. 2004. A Laboratory Model Skempton, A. W. 1953. The Collodial
Study on the Transition Zone and the Activity of Clays. Journal Vol. 1, 57-
Boundary Layer Around Lime-Cement 61. London: 3rd International
Columns in Kaolin Clay. Msc Thesis Conference of Soil Mecanics and
Division of Soil and Rock Foundation Engineering.
Mechanics.Royal Institute of
SK SNI S-01-1994-03. 1996. Spesifikasi
Technology (KTH) Stockholm.
Kapur Untuk Stabilisasi Tanah.
Kurniawan, Ichvan Danny. 2015. Departemen PU.
Pengaruh Variasi Jarak dan Panjang
Terzaghi, K. 1943. Theoritical Soil
Deep Soil Mix (DSM) 15% Fly Ash
Mechanics. New York: John Wiley
Diameter 3cm Berpola Panels
dan Sons.
terhadap Daya Dukung Tanah
Ekspansif di Bojonegoro. Skripsi. Warsiti. 2009. Meningkatkan CBR dan
Malang: Universitas Brawijaya. Memperkecil Swelling Tanah Sub
Grade dengan Metode Stabilisasi
Tanah dan Kapur. Jurnal Volume 14
Nomor 1. Teknik Sipil Politeknik
Negeri Semarang.
Wesley, L.D. 1977. Mekanika Tanah.
Jakarta: Badan Penerbit Pekerjaan
Umum

Anda mungkin juga menyukai