Anda di halaman 1dari 14

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil

PENGARUH VARIASI JARAK DAN PANJANG KOLOM STABILISASI


TANAH EKSPANSIF DI BOJONEGORO DENGAN METODE DEEP SOIL MIX
TIPE PANELS DIAMETER 2 CM TERHADAP DAYA DUKUNG TANAH

JURNAL
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik

Disusun Oleh:
ARIF LUQMAN HAKIM
NIM. 115060100111061

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
2015
Pengaruh Variasi Jarak dan Panjang Kolom Stabilisasi
Tanah Ekspansif di Bojonegoro dengan Metode Deep Soil Mix
Tipe Panels Diameter 2 cm terhadap Daya Dukung Tanah

Arif Luqman Hakim, Suroso, Yulvi Zaika


Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
E-mail: arifluqmanhakim15@gmail.com

ABSTRAK
Tanah lempung ekspansif merupakan tanah dengan daya dukung rendah dan memiliki potensi kembang-susut
yang tinggi, sehingga sering menimbulkan kerusakan pada bangunan di atasnya. Oleh karena itu, diperlukan
suatu upaya stabilisasi untuk mengurangi potensi kembang-susut dan meningkatkan daya dukungnya sehingga
dapat digunakan sebagai tanah dasar untuk kegiatan konstruksi. Deep Soil Mixing (DSM) merupakan salah satu
metode stabilisasi tanah lapisan dalam dimana bahan aditif dimasukkan dan dicampur ke dalam tanah dengan
menggunakan mesin bor atau auger. Pada penelitian ini, tanah ekspansif dari Bojonegoro akan distabilisasi
menggunakan metode DSM tipe Panels dengan diameter kolom 2 cm. Bahan aditif yang ditambahkan yaitu 15%
fly ash. Variasi jarak dan panjang kolom dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap nilai daya dukung
tanah. Berdasarkan hasil pengujian, variasi jarak dan panjang kolom berpengaruh terhadap peningkatan daya
dukung tanah. Semakin besar panjang kolom dan semakin kecil jarak antar kolom, nilai daya dukung semakin
besar. Namun, variasi jarak antar kolom memberikan pengaruh lebih besar terhadap peningkatan nilai daya
dukung. Jarak dan panjang kolom yang menghasilkan daya dukung maksimum yaitu jarak antar kolom terkecil
dengan panjang kolom terbesar. Nilai daya dukung maksimum yaitu sebesar 1040 kN/m2 yang meningkat
173,648% dari tanah sebelum distabilisasi dan nilai swelling menurun 24,326% dari tanah sebelum
distabilisasi.
Kata kunci: Lempung ekspansif, stabilisasi tanah, fly ash, deep soil mix, jarak dan panjang kolom, daya dukung

Pendahuluan menstabilisasi tanah lapisan dangkal.


Dalam suatu konstruksi baik gedung Namun, pada beberapa kasus ditemui
maupun jalan, tanah merupakan bagian yang adanya lapisan tanah ekspansif yang dalam
sangat penting karena berfungsi sebagai sehingga jika digunakan metode stabilisasi
tempat pijakan dimana konstruksi tersebut lapisan dangkal, akan membutuhkan bahan
dibangun. Bangunan akan dapat berdiri dan biaya lebih tinggi. Maka diperlukan
kokoh jika didukung oleh tanah dasar yang metode stabilisasi untuk lapisan dalam agar
baik. Namun, tidak sedikit pula bangunan hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan
berdiri di atas tanah dasar yang kurang baik, maksimal dan juga lebih efisien dalam
seperti pada tanah lempung ekspansif. Tanah bahan, biaya, dan waktu pelaksanaannya.
lempung ekspansif merupakan tanah Deep Soil Mixing (DSM) merupakan salah
dengan daya dukung rendah dan memiliki satu metode stabilisasi tanah lapisan dalam
potensi kembang-susut yang tinggi, dimana bahan aditif dimasukkan ke dalam
sehingga sering menimbulkan kerusakan tanah dengan menggunakan mesin bor atau
pada bangunan di atasnya. Upaya stabilisasi auger.
perlu dilakukan untuk memperbaiki kondisi Penelitian akan difokuskan untuk
tanah tersebut. mengetahui nilai daya dukung tanah
Salah satu upaya stabilisasi yang dapat lempung ekspansif dengan memberikan
dilakukan yaitu dengan menambahkan variasi jarak dan panjang kolom tipe Panels
bahan aditif seperti fly ash ke dalam tanah. dengan diameter 2 cm menggunakan metode
Metode ini banyak dilakukan untuk Deep Soil Mixing (DSM). Kadar fly ash

1
yang ditambahkan adalah sebesar 15%. Dalam sistem ini, tanah
Penelitian ini diharapkan mampu diklasifikasikan ke dalam dua jenis utama
meningkatkan nilai daya dukung dan yaitu:
menurunkan nilai swelling tanah lempung 1. Tanah berbutir kasar (coarse – grained
eskpansif di daerah Ngasem, Bojonegoro, soils) yang terdiri atas kerikil dan pasir
Jawa Timur. yang mana kurang dari 50% tanah
Adapun tujuan penelitian ini sebagai yang lolos saringan No. 200.
berikut: 2. Tanah berbutir halus (fine-grained
1. Untuk mengetahui pengaruh varasi soils) yang mana lebih dari 50% tanah
jarak dan panjang kolom tipe Panels lolos saringan No.200.
dengan diameter 2 cm terhadap nilai
daya dukung pada tanah lempung
ekspansif di Bojonegoro dengan
pencampuran 15% fly ash.
2. Untuk mengetahui jarak dan panjang
kolom yang optimum untuk
meningkatkan nilai daya dukung
pada tanah lempung ekspansif di
Bojonegoro dengan pencampuran
15% fly ash.
3. Untuk mengatahui pengaruh Gambar 1 Grafik Plastisitas untuk
stabilisasi tanah lempung ekspansif klasifikasi tanah USCS
di Bojonegoro dengan metode Deep
Soil Mix dengan bahan aditif 15% fly Mineral Tanah lempung Ekspansif
ash terhadap nilai pengembangan Menurut Chen (1975), mineral
(swelling) tanah. lempung terdiri dari tiga komponen penting
yaitu montmorillonite, illite, dan kaolinte.
Tinjauan Pustaka Mineral montmorillonite mempunyai luas
Pengertian Tanah Ekspansif permukaan lebih besar dan sangat mudah
Tanah lempung ekspansif memiliki menyerap air dalam jumlah banyak bila
sifat yang khas yaitu kandungan mineralnya dibandingkan dengan mineral lainnya,
memiliki kapasitas pertukaran ion yang sehingga tanah yang mempunyai kepekaan
tinggi, mengakibatkan lempung ekspansif terhadap pengaruh air ini sangat mudah
memiliki potensi kembang susut yang tinggi mengembang.
apabila terjadi perubahan kadar air. Pada
peningkatan kadar air, tanah ekspansif akan Identifikasi Tanah Lempung Ekspnasif
mengembang disertai dengan peningkatan Potensi pengembangan tanah
tekanan air pori dan timbulnya tekanan ekspansif dapat diklasifikasikan berdasarkan
kembang. Bila kadar airnya berkurang indeks plastisitasnya serta batas-batas
sampai batas susutnya, akan terjadi atterberg.
penyusutan. Sifat kembang susut yang
demikian dapat menyebabkan kerusakan Tabel 1 Hubungan Potensial Mengembang
pada bangunan di atasnya. (Hardiyatmo, Dengan Indeks Plastisitas
2006) (Chen,1975)
Potensi Mengembang Indeks Plastisitas (IP)
Rendah 0 - 15
Klasifikasi Tanah Berdasarkan Unified Soil Sedang 10 -35
Tinggi 20 - 55
Classification System (USCS) Sangat Tinggi 35<

2
Tabel 2 Kriteria Tanah Ekspansif lempung dan hasil penyelidikan seperti
Berdasarkan IP dan Sl terlihat pada Gambar 3.
(Altmeyer, 1955) Kekuatan tanah lempung yang
Batas susut Susut dipadatkan umumnya berkurang dengan
Atterberg linier Derajad
mengembang bertambahnya kadar air. Hal ini dapat
(%) (%)
<10 8< Kritis diperhatikan bahwa pada kadar air optimum,
10 -12 5-8 Sedang terjadi penurunan kekuatan tanah yang
> 12 0-8 Tidak kritis besar. Ini berarti bahwa pada dua contoh
tanah yang dipadatkan pada berat volume
Skempton (1953), mendefinisikan kering yang sama, yang satu dipadatkan
sebuah besaran yang dinamakan aktivitas pada sisi kering dan yang lainnya pada sisi
dalam rumus sebagai berikut: basah dari kadar air optimum (yang
𝑷𝑰
Activity (A) = (1) memiliki struktur terfokulasi) akan
𝑪
Dimana : mempunyai kekuatan yang lebih besar
A = Aktivitas
PI = Indeks Plastisitas
C = Prosentase lempung <0,002mm

Gambar 2 Grafik klasifikasi potensi


mengembang (Seed et al., Gambar 3 Pengaruh Pemadatan pada
1962) Struktur Tanah Lempung
(Das, 1995)
Tabel 3 Klasifikasi Tanah Ekspansif
Berdasarkan Kadar Koloid Daya Dukung Tanah
Data Indeks Properties Menurut Hardiyatmo (2011), daya
% Total
Colloid Liquid Degree of
Standart Volume dukung tanah (bearing capacity) adalah
Limit Ekspansion
(< 0,00 mm) Penetration Change
(%) kemampuan tanah untuk mendukung beban
> 28 > 35 < 11 > 30 Very High
20 - 13 25 – 41 7 – 12 20 – 30 High pondasi dari struktur yang terletak di
13 – 23 15 – 28 10 – 16 10 – 20 Medium atasnya. Kapasitas dukung ultimit (ultimit
< 15 < 28 > 15 < 10 Low
bearing capacity) (qu) didefinisikan sebagai
Sumber: Holtz dan Gibbs (1956)
beban maksimum per satuan luas dimana
Sifat Tanah Lempung yang Dipadatkan tanah masih dapat mendukung beban tanpa
Lambe (1958) mengutip dari Das mengalami keruntuhan. Bila dinyatakan
(1995) mengatakan bahwa sifat-sifat tanah dalam persamaan, maka:
lempung setelah dipadatkan akan qu = Pu (2)
bergantung pada cara atau usaha pemadatan, A
macam tanah, kadar air pada saat dengan, qu = kapasitas dukung ultimit
dipadatkan. Lambe (1958) telah menyelidiki (kN/m2)
pengaruh pemadatan terhadap struktur tanah Pu = beban ultimit (kN)
A = luas pondasi (m2)

3
perawatan 0, 7, 14, dan 28 hari. Dengan
Berdasarkan hasil uji model, menurut penambahan 15% fly ash serta semakin
Vesic (1963) sebagaimana yang dikutip lamanya waktu perawatan, nilai CBR terus
Hardiyatmo (2011), membagi mekanisme mengalami peningkatan. Dengan waktu
keruntuhan pondasi menjadi 3 macam: perawatan selama 28 hari, diperoleh nilai
1. Keruntuhan geser umum (general CBR terbesar yaitu 16,948% (meningkat
shear failure), sebesar 433,6%) dan nilai swelling terkecil
2. Keruntuhan geser lokal (local shear yaitu 0,381% (menurun hingga 1045,1%).
failure), dan Namun, waktu efektif yang dibutuhkan
3. Keruntuhan penetrasi (penetration untuk perawatan adalah 14 hari dimana nilai
failure atau punching shear failure). CBR meningkat secara signifikan.

Stabilisasi Tanah Lempung dengan Fly Ash Metode Deep Soil Mix
Fly ash merupakan material yang Deep Soil Mixing (DSM) berguna
memiliki butiran yang halus, berwarna untuk stabilisasi tanah pada lapisan dalam
keabu-abuan, dan diperoleh dari hasil dan merupakan stabilisasi in-situ dimana
pembakaran batu bara pada pembangkit pengikat basah atau kering dimasukkan ke
tenaga listrik. dalam tanah dan dicampur dengan tanah
Menurut ASTM C618, fly ash dibagi lunak dengan cara mekanik atau dengan alat
menjadi 2 kelas yaitu fly ash kelas F (CaO < pencampur berupa bor atau auger. Pengikat
10%) dan fly ash kelas C (CaO > 10%). tersebut bisa berupa bahan aditif seperti
Perbedaan utama dari kedua fly ash tersebut semen, kapur, campuran semen-kapur
adalah banyaknya unsur kalsium, silika, dan/atau bahan aditif lainnya. Limbah
aluminium, dan kadar besi dalam ash. industri termasuk slag dan ash juga dapat
Penambahan fly ash pada tanah digunakan sebagai bahan aditif untuk
ekspansif dimaksudkan agar terjadi reaksi meningkatkan sifat-sifat tanah. Mirja
pozzolanic, yaitu reaksi antara kalsium yang Kosche (2004) mengatakan bahwa metode
terdapat dalam fly ash dengan alumina dan ini berguna untuk mengurangi penurunan
silikat yang terdapat dalam tanah, sehingga dan/atau meningkatkan stabilitas tanah.
manghasilkan masa yang keras dan kaku.
Penambahan fly ash selain memperkaya
kandungan alumina dan silika tanah, juga
memperbaiki gradasi tanah. (Budi et al.,
2005:21)
Ria (2010) melakukan penelitian
dengan melakukan variasi penambahan fly
ash dengan kadar 5%, 10%, 15%, dan 20% Gambar 4 Proses Deep Soil Mixing (DSM)
pada tanah ekspansif di Lubuk Pakam, dan Hasil Kolom DSM
Sumatra Utara. Dengan adanya penambahan (Annad et al., 2008)
kadar fly ash serta variasi waktu perawatan
(curing) dapat meningkatkan nilai CBR.
Peningkatan terjadi secara signifikan pada
penambahan kadar fly ash 15% dengan
waktu perawatan 4 -7 hari. Gambar 5 Konfigurasi Kolom DSM
Benny (2014), dengan menambahkan (Mirja, 2004)
campuran 15% fly ash sabagai kadar
optimum pada tanah ekspansif di Agus (2009) telah melakukan
Bojonegoro, Jawa Timur dengan variasi penelitian mengenai perkuatan kolom-kapur

4
pada tanah lunak di daerah Bantul- qu(pondasi) = qu(pelat) B( pondasi) (4)
Yogyakarta dengan menggunakan kolom B( pelat)
kapur tunggal berdiameter 50 mm dengan
panjang 200 mm dan diletakkan di dalam Uji Kembang Susut (Swelling)
kotak baja berukuran (1,2×1,2×1) m. Hasil Swelling adalah bertambahnya volume
pengujian menyatakan bahwa seiring dengan tanah secara perlahan-lahan akibat tekanan
penambahan kadar kapur, kuat dukung tanah air pori berlebih negatif. Pengujian ini
meningkat dari 0,23 kN menjadi 5,2 kN bertujuan untuk menentukan nilai swell
setelah diperkuat dengan kolom-kapur. akibat adanya beban vertikal. Hal ini tejadi
Pemasangan kolom-kapur meningkatkan alibat air yang masuk ke pori-pori tanah dan
kekuatan tanah disekitarnya hingga menyebabkan perubahan isi pori tanah
mencapai 3×D dari pusat kolom-kapur. sehingga tekanan vertikal bekerja pada tanah
Ailin Nur et al. (2011) yang meneliti tersebut. Secara umum sifat kembang susut
tentang daya dukung tanah yang distabilisasi tanah lempung tergantung pada sifat
denga kolom kapur-semen yang plastisitasnya, semakin plastis mineral
ditambahkan Pulverized Fuel Ash (PFA) di lempung semakin potensial untuk menyusut
Malaysia dengan model laboratorium dan mengembang.
dengan tipe square column. Diperoleh hasil
bahwa setelah curing 28 hari dengan Metode Penelitian
menambahkan 40% PFA dan 15% kapur Metode penelitian yang dilakukan
dapat meningkatkan kekuatannya 2 sampai 3 dapat dilihat pada Gambar 6 berikut ini:
kali dari tanah asli. Namun, ketika kapur
diganti dengan semen, peningkatan kekuatan Mulai
tanah terjadi secara signifikan yaitu hingga 5
kali dari tanah asli. Penggunaan PFA dengan Studi Literatur
kadar lebih dari 50% dan menurunkan
kekuatan tanah. Pengambilan Sampel Tanah dan Fly Ash

Uji Beban (Load Test) Persiapan Benda Uji dan Peralatan


Das (1995) menyatakan bahwa dalam
beberapa keadaan, uji beban (load test) Pemodelan Benda Uji Tanah Asli
dilakukan untuk menetukan daya dukung
batas pondasi yang bersangkutan. Metode
Uji Pembebanan
yang baku mengenai uji beban di lapangan
diatur oleh ASTM (American Society for
Pemodelan Benda Uji Tanah Asli +
Testing anf Materials) nomor D-1194.
15% Fly Ash Kondisi OMC
Diperlukan adanya pelat dukung (bearing
plate) untuk mendukung pelaksanaan uji
Pemeraman Benda Uji Selama 4
beban pada pondasi.
Hari
Apabila digunakan hasil uji beban
Uji Pembebanan
(load test), maka daya dukung batas tanah
(qu) yang bersangkutan untuk pondasi
Pembahasan + Analisa Data
dangkal dapat dihitung dengan metode
pendekatan berikut:
Untuk tanah lempung: Kesimpulan
qu(pondasi) = qu(pelat) (3)
Untuk tanah pasir: Selesai
Gambar 6 Diagram Alir Penelitian

5
Pemodelan benda uji dilakukan di Dari hasil analisis, tanah di Desa
dalam box ukuran (50×50×30) cm dengan Ngasem, Kecamatan Ngasem, Kabupaten
kedalaman tanah dasar 20 cm. Pada Bojonegoro memiliki prosentase lolos
pemodelan benda uji yang distabilisasi saringan no.200 sebesar 91,83% dan
kolom DSM, dilakukan variasi jarak dan menurut sistem klasifikasi USCS (Unified
panjang kolom dimana masing-masing Soil Classification System) termasuk jenis
variasi tersebut dilakukan uji beban. Variasi tanah berbutir halus.
jarak antar kolom yaitu 1×D, 1,25×D, dan
1,5×D, sedangkan variasi panjang kolom Pemeriksaan Batas-batas Atterberg
adalah 1×B, 2×B, dan 3×B, dimana D (Atterberg Limit)
adalah diameter kolom (D) = 2 cm dan B Pengujian batas-batas atterberg
adalah lebar pelat beban dengan B = 5 cm. bertujuan unutk mengetahui keadaan
konsistensi tanah berbutir halus pada kadar
Hasil dan Pembahasan air yang berbeda-beda dan juga bertujuan
Pemeriksaan Specific Gravity untuk menentukan jenis tanah. Hasil dari
Dari hasil pengujian, diperoleh nilai pengujian batas-batas Atterberg ditampilkan
specific gravity (Gs) tanah asli sebesar 2,73. pada Tabel 5.
Dengan besar nilai tersebut, maka tanah di
Tabel 5 Hasil Pengujian Batas-batas
Desa Ngasem, Kecamatan Ngasem,
Atterberg
Kabupaten Bojonegoro tergolong dalam LL PL SL PI
klasifikasi tanah lempung anorganik dengan Bahan
(%) (%) (%) (%)
kandungan dominan mineral yaitu Tanah Asli 73,92 30,41 2,8 43,51
montmorillonite.
Tabel 4 Hasil Pengujian Specific Sistem Klasifikasi Tanah Unified
Gravity Tanah Asli Berdasarkan sistem klasifikasi tanah
Labu Ukur A B C unified, melihat dari hasil analisis butiran
Specifiic gravity (Gs) 2,713 2,753 2,724 dan dari batas-batas atterberg, maka tanah
Rata-rata (Gs) 2,730 sampel tegolong sebagai tanah CH (lempung
anorganik dengan plastisitas tinggi).
Klasifikasi Tanah
Analisis Mekanis Tanah
Analisis saringan dilakukan untuk
ukuran buitran tanah berdiameter lebih besar
dari 0,075 mm (tertahan saringan no.200).
Sedangkan analisis hidrometer dilakukan
untuk ukuran buitran tanah berdiameter
lebih kecil dari 0,075 mm (lolos saringan
no.200). Hasil analisis saringan dan
hidrometer dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 8 Grafik Klasifikasi Tanah
Berdasarkan Sistem Unified
Sifat Ekspansifitas
Berdasarkan rumus 1, nilai aktivitas
tanah (A) dapat dihitung. Diketahui nilai PI
sebesar 43,51% dan prosentase tanah dengan
ukuran 0,002 mm adalah 38,563%. Sehingga
Gambar 7 Grafik Hasil Analisis Saringan diperoleh nilai aktivitas tanah asli adalah
dan Hidrometer 1,128. Setelah itu, nilai aktivitas dan

6
prosentase ukuran tanah diplotkan ke dalam Tabel 6 Berat Isi kering dan Kadar Air
Gambar 2. Dari grafik tersebut dapat Optimum
diketahui bahwa tanah tergolong klasifikasi Berat Isi Kadar Air
Komposisi Kering Optimum
tanah dengan potensi pengembangan tinggi. Tanah Maksimum (%)
(gr/cm³)
Tanah Asli 1,409 27,908
Tanah Asli +
1,488 25,824
15% Fly Ash

Data pada Tabel 6 di atas akan


digunakan sebagai data acuan untuk
pemadatan benda uji tanah asli yang akan
dimodelkan di dalam box berukuran
Gambar 9 Grafik Klasifikasi Tanah (50×50×30) cm dan benda uji tanah yang
Berdasarkan Potensi distabilisasi dengan kolom Deep Soil Mix
Mengembang (DSM) dengan bahan aditif 15% fly ash.

Jika mengacu pada nilai batas-batas Kepadatan Tanah Model


atterberg, tanah dapat diklasifikasikan sifat Pemeriksaan kepadatan dilakukan
ekspansifitasnya menurut Tabel 1, Tabel 2, dengan alat density ring pada benda uji
dan Tabel 3. Sehingga dapat diketahui model yang terdiri dari 2 jenis, yaitu
bahwa tanah di Desa Ngasem, Kecamatan kepadatan untuk tanah dasar dan kepadatan
Ngasem, Kabupaten Bojonegoro tergolong untuk kolom DSM. Untuk tanah dasar,
ke dalam tanah yang memilki potensi diperoleh berat isi kering sebesar 1,28
pengembangan sangat tinggi/kritis. gr/cm3 dan nilai ini tidak mencapai berat isi
kering yang direncanakan. Sehingga untuk
Pemeriksaan Pemadatan Tanah kepadatan tanah dasar digunakan kepadatan
Kepadatan Tanah Standar (Proctor Test) relatif (Rc) sebesar 90,954%. Sedangkan
Hasil pengujian pemadatan standar untuk kepadatan kolom DSM, diperoleh
pada tanah asli dapat dilihat pada Gambar 8, berat isi kering yang besarnya masih pada
sedangkan yang telah dicampur dengan 15% kisaran 1,488 gr/cm3 dan nilai ini mencapai
fly ash didapat dari penelitian terdahulu oleh berat isi kering yang direncanakan.
Benny (2014).
Uji Beban pada Model Benda Uji
Uji beban (load test) dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui nilai daya dukung
batas (ultimite bearing capacity)(qu) pada
pondasi. Bearing plate ukuran (5×5×2) cm
diletakkan di atas 2 jenis benda uji, yaitu
benda uji tanah asli/dasar dan benda uji
tanah yang distabilisasi dengan kolom DSM
dengan bahan aditif berupa 15% fly ash
yang diberi variasi jarak (L) dan panjang
kolom (Df). Bearing plat berfungsi untuk
Gambar 10 Grafik Perbandingan Hasil mendistribusikan beban yang diterima dari
Pemadatan piston hidrolik.
Keruntuhan daya dukung yang terjadi
yaitu keruntuhan penetrasi, karena tanah
lempung ekspansif tergolong jenis tanah

7
lunak dan mudah mampat, sehingga pola distabilisasi, semakin besar pula nilai
keruntuhan pada pengujian ini tidak dapat daya dukung yang didapatkan.
terlihat dengan jelas.
b. Nilai daya Dukung Tanah pada Variasi
Hasil Uji Beban (Load Test) Panjang Kolom (Df) Terhadap Jarak
Analisis Daya Dukung Tanah Antar Kolom (L)
Pada penelitian ini, metode analisis
daya dukung yang digunakan adalah metode
eksperimen yang diperoleh langsung dari
data hasil uji pembebanan. Metode analitik
tidak dilakukan karena percobaan
laboratorium yang menghasilkan data-data
pendukung perencanaan seperti kohesi (C)
dan sudut geser (Ø) tidak dilakukan.
Analisis daya dukung dilakukan pada Gambar 12 Perbandingan Nilai Daya
masing-masing variasi jarak antar kolom Dukung terhadap Variasi
dan panjang kolom. Hal ini dilakukan Panjang Kolom
dengan tujuan untuk mengetahui variasi Dari Gambar 12, dapat dilihat bahwa
manakah yang paling berpengaruh terhadap nilai qu tanah asli adalah 380 kN/m2.
peningkatan nilai daya dukung tanah. Setelah tanah distabilisasi dengan kolom
a. Nilai daya dukung tanah terhadap DSM, nilai qu terus mengalami
prosentase tanah yang distabilisasi peningkatan seiring dengan penambahan
dengan kolom DSM panjang kolom (Df) pada jarak antar
Prosentase tanah yang distabilisasi kolom (L) yang sama. Hal ini terjadi
dengan kolom DSM dihitung pada area karena prosentase tanah yang
tanah yang menerima uji beban atau distabilisasi menjadi lebih besar dan juga
seluas bearing plate, yaitu 25 cm2 dengan kepadatan tanah di sekitar kolom
kedalaman 20 cm. Hasil pengujian dapat meningkat, sehingga nilai daya
dilihat pada Gambar 11. dukungnya menjadi lebih besar. Nilai
daya dukung maksimum terletak pada
panjang kolom terbesar (Df = 15 cm).

c. Nilai daya dukung tanah pada variasi


jarak antar kolom (L) terhadap panjang
kolom (Df)

Gambar 11 Grafik Daya Dukung


terhadap Prosentase
tanah Stabilisasi
Dari Gambar 11, dapat diketahui bahwa
hubungan nilai daya dukung dengan Gambar 13 Perbandingan Nilai Daya
prosentase stabilisasi tanah dengan Dukung terhadap Variasi
kolom DSM adalah berbanding lurus. Jarak Antar Kolom
Semakin besar prosentase tanah yang

8
Dari Gambar 13, dapat dilihat bahwa nilai Dari Gambar 14, dapat dilihat bahwa
qu mengalami penurunan seiring dengan besarnya settlement berbanding terbalik
bertambahnya jarak antar kolom pada dengan panjang kolom, dimana besarnya
panjang kolom yang sama. Semakin besar settlement akan semakin menurun
jarak antar kolom, prosentase tanah yang seiring dengan bertambahnya panjang
distabiliasi menjadi semakin kecil. kolom. Hal ini terjadi karena
Namun, peningkatan nilai daya dukung bertambahnya panjang kolom, nilai daya
sangat signifikan terjadi pada kolom dukung juga meningkat yang
dengan jarak antar kolom 2 cm (antar menyebabkan besarnya settlement akan
kolom bersinggungan). Agus (2009) menjadi berkurang. Panjang kolom
menjelaskan bahwa pemasangan kolom terbesar (Df = 15 cm) memberikan nilai
tunggal DSM dapat meningkatkan daya settlement terkecil.
dukung tanah di sekitarnya hingga jarak
3×D dari pusat kolom. Dengan demikian, b. Penurunan tanah yang distabilisasi
kolom DSM dalam bentuk kelompok kolom DSM pada variasi jarak antar
tentunya akan meningkatkan nilai daya kolom (L) terhadap panjang kolom (Df)
dukung tanah, terlebih jika jarak antar
kolomnya semakin berdekatan. Nilai daya
dukung maksimum terletak pada jarak
antar kolom terkecil (L = 2 cm).

Analisis Penurunan Tanah


Besarnya penurunan (settlement) dapat
langsung didapatkan dari grafik hubungan
daya dukung dengan penurunan dari hasil uji
beban. Untuk tanah asli, diperoleh besarnya Gambar 15 Perbandingan Penurunan
penurunan yaitu 3,75 mm dengan nilai daya terhadap Variasi Jarak
dukung 380 kN/m2. Besarnya penurunan Antar Kolom
pada masing-masing variasi jarak dan
Dari Gambar 15, dapat dilihat bahwa
panjang kolom ditinjau dari daya dukung
besarnya settlement berbanding lurus
yang sama yaitu 380 kN/m2.
dengan jarak antar kolom, dimana
a. Penurunan tanah yang distabilisasi besarnya settlement akan semakin
kolom DSM pada variasi panjang kolom meningkat seiring dengan bertambahnya
(Df) terhadap jarak antar kolom (L) jarak antar kolom. Hal ini terjadi karena
jarak antar kolom yang semakin jauh,
nilai daya dukungnya akan menurun
yang menyebabkan bertambahnya nilai
settlement.
Faktor pengaruh pelaksanaan uji
beban dan pemadatan kolom DSM
berpengaruh terhadap besar-kecilnya
settlement. Karena uji beban dilakukan
secara manual menggunakan menggunakan
Gambar 14 Perbandingan Penurunan hydraulic pump, penetrasi beban yang
terhadap Variasi Panjang diberikan mungkin tidak konstan (lebih
Kolom cepat atau lebih lambat) karena faktor
human error sehingga settlement yang

9
terjadi pun bisa lebih besar atau lebih kecil. yaitu meningkat sebesar 173,648% dari
Selain itu, sebelum uji beban dilakukan, tanah sebelum distabilisasi.
kelebihan kolom DSM akan diratakan
terlebih dahulu, sehingga hal ini lah yang b. Perbandingan BCIu pada Variasi Jarak
menyebabkan kepadatan pada permukaan Antar Kolom (L) Terhadap Panjang
kolom berkurang yang menyebabkan Kolom (Df)
settlement menjadi konstan atau bahkan
lebih besar jika dibandingkan dengan Tabel 8 Hasil Analisis BCIu pada Variasi
kolom yang yang menghasilkan nilai Jarak antar Kolom
settlement yang lebih besar. Jarak antar
kolom terkecil (L = 2 cm) memberikan nilai
settlement terkecil.

Analisis Bearing Capacity Improvement


(BCIu) Berdasarkan pada Daya Dukung
Batas
Analsisi ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar peningkatan nilai
daya dukung yang terjadi akibat adanya
stabilisasi dengan kolom DSM yang diberi Dari Tabel 8, dapat diketahui bahwa
variasi jarak antar kolom dan panjang bertambahnya jarak antar kolom (Df)
kolom. Selain itu juga, dari analisi BCIu ini akan mengakibatkan menurunnya nilai
dapat diketahui manakah variasi yang lebih daya dukung dan BCIu. Peningkatan nilai
berpengaruh terhadap peningkatan nilai daya daya dukung terjadi sangat signifikan
dukung tanah. pada jarak antar kolom 2 cm (antar kolom
a. Perbandingan BCIu pada Variasi bersinggungan), yaitu meningkat sebesar
Panjang Kolom (Df) Terhadap Jarak 173,684% (sama dengan peningkatan
Antar Kolom (L) panjang kolom 15 cm pada Tabel 7) dari
Tabel 7 Hasil Analisis BCIu pada Variasi tanah sebelum distabilisasi.
Panjang Kolom
Pengaruh Variasi Jarak Antar Kolom (L)
dan Panjang Kolom (Df) Terhadap Nilai
Daya Dukung dan Penurunan Tanah
Secara umum, stabilisasi tanah
ekspansif dengan kolom DSM 15% fly ash
terbukti dapat meningkatkan nilai daya
dukung tanah. Hal ini dapat terjadi karena
adanya pengaruh penambahan nilai
kepadatan tanah dan bahan aditif 15% fly
ash. Seperti yang telah diketahui bahwa
bahan stabilisasi berupa fly ash memiliki
Berdasarkan pada Tabel 7, dapat sifat pozzolanic yaitu sifat yang mampu
diketahui bahwa bertambahnya panjang untuk mengeras sendiri dan menambah
kolom (Df) akan meningkatkan nilai daya kekuatan apabila bereaksi dengan air. Selain
dukung dan BCIu. Pengingkatan nilai itu, rekasi antara kalsium yang terdapat
daya dukung terjadi sangat signifikan dalam fly ash dengan alumina dan silikat
pada kolom Df = 15 cm dengan L = 2 cm, yang terdapat dalam tanah dapat
menghasilkan massa yang keras dan kaku,

10
sehingga dapat meningkatkan nilai daya
dukung tanah.
Berdasarkan eksperimen yang telah
dilakukan, diketahui bahwa semakin besar
prosentase tanah yang distabilisasi, semakin
besar pula nilai daya dukung yang diperoleh.
Kemudian, semakin besar jarak antar kolom,
maka nilai daya dukung menjadi semakin
kecil. Sedangkan, semakin besar panjang
kolom, semakin besar pula nilai daya
Gambar 16 Grafik Prosentase Stabilisasi
dukung yang didapatkan. Selain itu juga,
Terhadap Nilai Swelling
variasi jarak dan panjang kolom
Sumber: Rahmawati (2015)
berpengaruh terhadap besarnya penurunan
(settlement). Nilai settlement akan semakin Dari Gambar 16, dapat diketahui
besar seiring bertambahnya jarak antar
bahwa nilai swelling mengalami penurunan
kolom, namun akan semakin kecil seiring
bertambahnya panjang kolom. seiring dengan bertambahanya prosentase
Dari hasil eksperimen, diperoleh tanah yang distabilisasi kolom DSM. Hal ini
prosentase terbesar tanah yang distabilisasi terjadi karena adanya reakasi pozzolanic
yaitu 24,565% dengan nilai daya dukung yang ditimbulkan oleh fly ash yang semakin
(qu) sebesar 1040 kN/m2 yang terletak pada memperkuat ikatan antar butiran tanah
kolom dengan jarak antar kolom terkecil (L)
sehingga penyerapan air yang terjadi
2 cm dan panjang kolom terbesar (Df) 15
cm. Variasi jarak antar kolom memberikan menjadi lebih sedikit. Tanah yang
pengaruh lebih besar terhadap meningkatnya distabilisasi kolom DSM dengan panjang 15
nilai daya dukung dan berkurangnya cm memberikan nilai swelling yang paling
settlement tanah. kecil yaitu sebesar 3,127% dan menurun
sebesar 24,326% dari tanah sebelum
Pemeriksaan Pengembangan (Swelling) distabilisasi. Dengan demikian, panjang
Uji pengembangan (swelling) ini
kolom yang paling besar memberikan
dilakukan dengan kadar air optimum (OMC)
dengan memberikan variasi jumlah kolom pengaruh paling besar terhadap penurunan
DSM dengan tujuan untuk mengetahui nilai swelling.
pengaruh prosentase tanah yang distabilisasi
terhadap nilai swelling. Nilai swelling pada Kesimpulan dan Saran
benda uji yang dimodelkan di dalam box Berdasarkan analisa dan pembahasan
dapat diketahui dengan mengeplotkan hasil penelitian, maka didapatkan
besarnya prosentase stabilisasi dalam box kesimpulan sebagai berikut:
pada grafik hasil uji swelling laboratorium 1. Variasi jarak dan panjang kolom tipe
(Gambar 16). Panels diameter 2 cm berpengaruh
terhadap peningkatan nilai daya
dukung tanah. Semakin besar jarak
antar kolom, nilai daya dukung
semakin menurun. Sedangkan,
semakin besar panjang kolom, nilai
daya dukung semakin meningkat.
Variasi jarak antar kolom memberikan
pengaruh lebih besar terhadap

11
peningkatan nilai daya dukung tanah yang dapat digunakan untuk analisis
dari pada variasi panjang kolom. daya dukung metode analitik.
2. Jarak dan panjang optimum kolom
yang dapat menghasilkan nilai daya Daftar Pustaka
dukung maksimum yaitu jarak antar Anonim. 2005. Penanganan Tanah
kolom terkecil dengan panjang kolom Ekspansif untuk Konstruksi Jalan (Pd
terbesar. T-10-2005-B). Departemen Pekerjaan
3. Stabilisasi tanah ekspansif di Umum.
Bojonegoro dengan metode Deep Soil ASTM C 618-03. 2003. Standar
Mix dengan bahan aditif 15% fly ash Specification for Coal Fly Ash and Raw
dapat menurunkan nilai or Calcined Natural Pozzolan for Use
pengembangan (swelling) tanah. in Concrete. United States: 100 Barr
Harbor Drive.
Dari analisis dan pembahasan hasil
penelitian yang telah dilakukan, maka Bowles, J.E. 1985. Sifat-sifat Fisis dan
muncul saran-saran untuk pengembangan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah)
penelitian tentang stabilisasi tanah metode Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Deep Soil Mix lebih lanjut. Saran-saran yang Braja M. Das. 1995. Mekanika Tanah
dapat diberikan antara lain: (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis)
1. Perlu dilakukan variasi lama waktu Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
pemeraman benda uji untuk Braja M. Das. 1993. Mekanika Tanah
mendapatkan waktu yang diperlukan (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis)
tanah untuk mendapatkan nilai daya Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
dukung optimum. Budi, G.S., Andy Cristanto & Eddy
2. Perlu dilakukan penambahan variasi Setiawan. 2002. Pengaruh Fly Ash
jarak dan panjang kolom untuk Terhadap Sifat Pengembangan Tanah
mengetahui jarak dan panjang yang Ekspansif. Civil Engineering
optimum dimana nilai daya dukung Dimension. Vol. 5, No. 1,20-24, Maret
tanah tidak mengalami peningkatan 2005.ISSN 1410-9550. Universitas
lagi. Kristen Petra
3. Perlu diadakan penelitian lanjutan Chen, F.H. 1975. Foundations on Expansive
dengan bahan aditif yang lebih Soils. New York: Elsevier Scientific
bervariasi untuk mengetahui besarnya Publishing Company.
nilai daya dukung tanah yang Cristian L.T., Benny. 2014. Pengaruh Lama
didapatkan. Waktu Terhadap Nilai CBR dan
4. Perlu diadakan penelitian lanjutan Swelling pada Tanah Lempung
dengan menggunakan benda uji dari Ekspansif di Bojonegoro dengan
jenis tanah yang berbeda selain tanah Campuran 15% Fly Ash. Skripsi tidak
lempung ekspansif. dipublikasikan. Malang: Universitas
5. Pemodelan benda uji sebaiknya Brawijaya.
dilakukan di dalam box yang lebih EuroSoilStab. 2002. Design Guide Soft Soil
besar dan rigid agar ketika dipadatkan Stabilization. Project No. BE 96-3177,
atau dibebani, luasan dan volume Ministry of Transport Public Works and
tanah dapat dipertahankan sesuai Management.
dengan yang direncanakan. Hardiyatmo, H.C. 2011. Analisa dan
6. Perlu dilakukan uji laboratorium sifat Perancangan Fondasi Bagian 1.
mekanis tanah untuk mendapatkan Yogyakarta: Gajah Mada University
kohesi (C) dan sudut geser (Ø) tanah Press.

12
Hardiyatmo, H.C. 1992 dan 2006. Mekanika
Tanah 1. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
J. Puppala, Anand et al. 2008. Deep Soil
Mixing Technology for Mitigation of
Pavement Roughness. Texas: The
University of Texas at Arlington.
Makusa, Gregory P. 2012. Soil Stabilization
Methods and Materials in Engineering
Practice. Lulea: Lulea University of
Technology.
Muntohar, Agus Setyo. 2009. Uji Model
Kuat Dukung dan Karakteristik Beban-
Penurunan dengan Perkuatan Kolom
Kapur di Laboratorium. Dinamika
Teknik Sipil. Akreditasi BAN DIKTI
No. 110/DIKTI/Kep/2009. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Nur, Ailin J.O., Hafez M.A. dan Norbaya S.
2011. Study of Bearing Capacity of
Lime-Cemen Columns with Pulverized
Fuel Ash for Soil Stabilization Using
Laboratory Model. Journal EJGE.
Bund. H, Vol. 16 (2011). Universitas
Teknologi MARA Malaysia.
PT Pembangkit Jawa Bali Paiton. 2002.
Material Safety Data Sheet.
Probolinggo: PT Pembangkit Jawa Bali
Unit Pembangkit Paiton.
Ria, Surta N.P. 2010. Pengaruh Pemeraman
Terhadap Nilai CBR Tanah
Mengembang yang Distabilisasi dengan
Fly Ash. Makalah dalam Seminar
Nasional Peran Teknologi di Era
Globalisasi. Institut Teknologi Medan.
Medan, 27 Februari 2010.
Seed, H.B., Woodward R.J, & Lundgren R.
1962. Prediction of Swelling Potensial
for Compacted Clays. Journal ASCE.
Soil Mechanics and Foundations
Div.,Vol.88
Soedarmono, G. Djatmiko & S.J. Edy
Purnomo. 1992. Mekanika Tanah.
Yogyakarta: Penerbit Kansius (Anggota
IKAPI).
Sosrodarsono, Suyono & K. Nakazawa.
2000. Mekanika Tanah dan Teknik
Pondasi. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

13

Anda mungkin juga menyukai