Anda di halaman 1dari 7

Laporan Pendahuluan

Trauma Kepala

A. Definisi
Trauma kepala berat adalah trauma kepala yang mengakibatkan penurunan kesadaran
dengan skor GCS 3-8, mengalami amnesia > 24 jam (Haddad, 2012).

Trauma atau cedera kepala adalah trauma yang dapat menurunkan kemampuan otak
dalam menghasilkan keseimbangan fisik,intelektual, emosional, sosial dan pekerjaan
atau dapat dikatakan sebagai bagian dari gangguan traumatik yang dapat
menimbulkan perubahan perubahan fungsiotak (Black, 2005)

B. Etiologi
Menurut mansjoer (2000) cidera kepala tersebut dibedakan menjadi ringan, sedang,
berat.

1) Cidera kepala ringan (CKR)


Tanda-tandanya adalah:
a). Skor glasgow coma scale 15 (sadar penuh, atentif, dan orientatif)
b). Tidak ada kehilangan kesadaran (misalnya konkusi)
c). Tidak adanya intoksikasi alkohol atau obat terlarang;
d). Pasien dapat mengeluh sakit dan pusing;
e). Pasien dapat menderita laserasi, abrasi, atau hematoma kulit kepala.
2) Cidera kepala sedang (CKS)
Tanda-tandanya adalah
a). Skor glasgow coma scale 9-14 (konfusi, letargi, atau stupor);
b). Konkusi;
c). Amnesia pasca trauma;
d). Muntah;
e). Kejang
3) Cidera kepala berat (CKB)
Tanda-tandanya adalah
a). Skor glasgow coma scale 3-8 (koma);
b). Penurunan derajat kesadaran secara progresif;
c). Tanda neurologis fokal;
d). Cidera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi kranium.
C. Patofisiologi
Cedera otak traumatik merupakan cedera yang terjadi karena adanya tekanan mekanik
eksternal yang mengenai kranium dan komponen intrakranial, sehingga menimbulkan
kerusakan sementara atau permanen pada otak, gangguan fungsional, atau gangguan
psikososial. Cedera diklasifikasikan menjadi dua mekanisme yaitu cedera Primer Dan
cedera Sekunder.

Cedera primer, yang terjadi pada waktu benturan, dapat berupa memar pada
permukaan otak, laserasi substansi alba, cedera robekan atau hemoragi. Cedera primer
merupakan akibat langsung trauma yang menimbulkan kerusakan primer atau
kerusakan mekanis.
Sedangkan cedera sekunder merupakan proses patologis yang dimulai pada saat
cedera dengan presentasi klinis tertunda. Cedera otak sekunder dideskripsikan sebagai
konsekuensi gangguan fisiologis, seperti iskemia, reperfusi, dan hipoksia pada area
otak yang beresiko, beberapa saat setelah terjadinya cedera awal (cedera otak primer).
Cedera otak sekunder sensitif terhadap terapi dan proses terjadinya dapat dicegah.

D. Manifestasi Klinis
Tanda gejala pada TKB adalah:
a. Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih
b. Kebingungan
c. Iritabel
d. Pucat
e. Mual dan muntah
f. Pusing kepala
g. Terdapat hematoma
h. Kecemasan
i. Sukar untuk dibangunkan
j. Bila fraktur, mungkin adanya cairan serebrospinal yang keluar dari hidung
(rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal.
E. Pemeriksaan Penunjang
a) Rontgen tengkorak
Untuk mengetahui perubahan struktur tengkorak.

b) Ct scan kepala
Untuk mengetahui perubahan struktur tengkorak, adanya Sol, hemoragik,
pergeseran jaringan otak.

c) Angiografi serebral
Untuk mengetahui hematoma serebral, kelainan sirkulasi serebral.

d) BGA ( Blood Gas Analyze)


Mendeteksi masalah pernafasan (oksigenasi) jika terjadi peningkatan tekanan
intra kranial (TIK).

e) Laboratorium
Pemeriksaan darah, Hb dan leukosit.

F. Komplikasi
Komplikasi trauma kepala berat dapat meliputi :
a. Perdarahan intra cranial
b. Kejang
c. Parese saraf cranial
d. Meningitis atau abses otak
e. Infeksi
f. Edema cerebri
g. Kebocoran cairan serobospinal
G. Penatalaksanaan
a. Resusitasi jantung paru ( circulation, airway, breathing = CAB)
Pasien dengan trauma kepala berat sering terjadi hipoksia, hipotensi dan
hiperkapnia akibat gangguan kardiopulmoner. Oleh karena itu urutan tindakan
yang benar adalah:
1) Sirkulasi (circulation)
Hipotensi menyebabkan iskemik yang dapat mengakibatkan kerusakan
sekunder. Hipotensi disebabkan oleh hipovolemia akibat perdarahan luar,
ruptur organ dalam, trauma dada disertai temponade jantung atau
pneumotoraks dan syok septic. Tindakan adalah menghentikan perdarahan,
perbaikan fungsi jantung dan mengganti darah yang hilang dengan plasma
atau darah.
2) Jalan nafas (airway)
Bebaskan jalan nafas dari lidah yang turun ke belakang dengan posisi kepala
ekstensi dengan memasang orofaryngeal airway (OPA) atau pipa
endotrakheal, bersihkan sisa muntahan, darah, lendir atau gigi palsu. Isi
lambung dikosongkan melalui pipa nasogastrik untuk menghindarkan aspirasi
muntahan.
4) Pernafasan (breathing) Gangguan pernafasan dapat disebabkan oleh kelainan
sentral dan perifer. Kelainan sentral dalah depresi pernafasan pada lesi
medulla oblongata, pernafasan cheyne stokes, ataksik dan central neurogenic
hyperventilation. Penyebab perifer adalah aspirasi, trauma dada, edema paru,
emboli paru, infeksi. Gangguan pernafasan dapat menyebabkan hipoksia dan
hiperkapnia.
Tindakan dengan pemberian O2 kemudian cari dan atasi factor penyebab dan
kalau perlu memakai ventilator.
H. Pathway
PATHWAY TRAUMA KAPITIS

Kulit Kepala Trauma Kepala Jaringan otak

Abrasi, kontusio, Tulang tengkorak Kontusio, laserasi


laserasi otak

Fraktur kubah kranial,


Terputusnya kontinuitas fraktur basisi kranial Perdarahan
jaringan intrakranial

Hematom; hemoragi dari


Perdarahan nasal, faring, atau telinga; Penurunan aliran
laserasi dura darah

Risiko Infeksi
Kontusio otak,
Hipoperfusi
edema serebral
jaringan otak

Peningkatan TIK
Hipoksia

Nyeri Akut
Komosio

Risiko Ketidkefektifan Nadi lemah & melebar,


Perfusi Jaringan Otak pernapasan dangkal

Penurunan kesadaran, Ketidakefektifan


gangguan proses berpikir, pola napas
disorientasi, pusing, peka
rangsang, letargi, kejang,
kelemahan otot

Konfusi akut
I. Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan data secara subjektif
(data yang didapatkan dari pasien/keluarga) melalui metode anamnesa dan data
objektif (data hasil pengukuran atau observasi\

a. Indentitas: Nama, usia, jenis kelamin,


b. Identitas penganggung
c. Data biologis dan fisiologis
Terkait dengan
1) keluhan utama, dan riwayat kesehatan
2) Riwayat Keluarga/ Genogram (diagram 3 generasi)
3) pola reproduksi
4) pola kegiatan sehari-hari (nutrisi, eliminasi, istirahat dan tidur, kebersihan diri,
rekreasi, ketergantungan pada obat)
5) pemeriksaan fisik
a. Kepala Kelainan atau luka kulit kepala dan bola mata,
b. telinga bagian luar dan membrana timpani, cedera jaringan lunak
periorbital
c. Leher Adanya luka tembus leher, vena leher yang mengembang
d. Neurologis Penilaian fungsi otak dengan Glasgow Coma Score (GCS) 4)
e. Dada Pemeriksaan klavikula dan semua tulang iga, suara nafas dan
f. jantung, pemantauan EKG 5) Abdomen Kaji adanya luka tembus
g. abdomen, pasang NGT dengan trauma tumpul abdomen 6) Pelvis dan
h. ekstremitas Kaji adanya fraktur, denyut nadi perifer pada daerah trauma,
memar dan cedera yang lain
i. Aktivitas/istirahat Gejala : Merasa lelah, lemah, kaku, hilang
keseimbangan. Tanda : Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese,
puandreplegia, ataksia, cara berjalan tidak tegang
j. Sirkulasi Gejala : Perubahan tekanan darah (hipertensi) bradikardi,
takikardi.
k. Integritas Ego Gejala : Perubahan tingkah laku dan kepribadian. Tanda :
Cemas, mudah tersinggung, angitasi, bingung, depresi dan impulsif.
l. Makanan/cairan Gejala : Mual, muntah dan mengalami perubahan selera.
Tanda : muntah, gangguan menelan.
m. Eliminasi Gejala : Inkontinensia, kandung kemih atau usus atau
mengalami gangguan fungsi.
n. Neurosensori Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia, vertigo,
sinkope, kehilangan pendengaran, gangguan pengecapan dan penciuman,
perubahan penglihatan seperti ketajaman. Tanda : Perubahan kesadaran
bisa sampai koma, perubahan status mental, konsentrasi, pengaruh emosi
atau tingkah laku dan memoris.
o. Nyeri/kenyamanan Gejala : Sakit kepala. Tanda : Wajah menyeringai,
respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa
istirahat, merintih.
p. Pernafasan Tanda : Perubahan pola pernafasan (apnoe yang diselingi oleh
hiperventilasi nafas berbunyi)
q. Keamanan Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan.
Tanda : Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan, gangguan rentang gerak,
tonus otot hilang, kekuatan secara umum mengalami paralisis, demam,
gangguan dalam regulasi suhu tubuh.
r. Interaksi sosial Tanda : Apasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti,
bicara berulang-ulang, disartria.

d. Data psikologis
e. Data sosial : Hub. Klien dengan individu sekitarnya
f. Data spiritual : Hub. Klien terhadap sang pencipta dan keyakinan nya

g. Diagnosa yang mungkin timbul

Anda mungkin juga menyukai