TATA LAKSANA
JAGA GAWAT DARURAT
I. KETENTUAN UMUM
- Waktu : 07,00 - 07.00 hari berikutnya (sesuai ketentuan biro pasca).
- Nama dokter jaga : sesuai daftar dokter jaga UGD.
- Daftar jaga disusun oleh Ketua Program Studi/KPS, tidak seorangpun boleh
merubah tanpa seijinnya.
IV. CHIEF
- Sifat jaga : On Cal
- Merupakan konsultan tingkat I untuk dokter jaga II,
- Melakukan tindakan spesifik pada jaga IC atau jaga II bedah umum.
- Konsult ke senior jaga untuk hal yang sulit baik medis maupun organisator.
- Memimpin morning report singkat.
V. JAGA SENIOR
- Sudah diatur kewajiban dan hak sesuai diatas.
- Menilai dokter jaga bimbingan dengan mengisi formulir yang telah tersedia
dan menyerahkan kepada KPS melalui sekretariat.
- Formulir penilaian bersifat rahasia.
- Membaca memberi catatan, bila perlu menanyakan ke dokter jaga IC/II
yang bersangkutan, dan menanda tangani laporan jaga.
2. Op. Sedang
3. Op. Besar
- Endoscopie. 1. Urethro Cystoscopie
2. Ureteroscopie
- Vesicolithotomy
- Prostatectomy
- Ireterolithotomy/Neoinplantasi Ureter
- Pyelolithotomy
- Nephrectomy
- Urethroplasty
Lab. : DL, UL, Urine Culture dan sensitivity test.
BUN/SC.
LFT, FH
RO : Thorax
IVP/USG Ginjal (tergantung SC > 2 mg %)
EKG/Interna/Cardiologi : > 40 tahun
Obat-obatan: Anti biotika pre.op sesuai dokter
4. Op. Khusus
- Vesicolithotomy
DK. 16 F/18F : 6 hari
Drain : (Redon/Vacuum) setiap hari
Lama 7 hari (setelah DK dilepas)
Buka jahitan hari VII
TX : Sesuai dokter
Diit : Bebas
- TUR. Prostat
16F, 18F, 22F
DK : Kendorkan traksi DK 24 jam
Buka DK 2-3 hari
TX/. : sesuai dokter
Diit : Bebas
- Sirkulasi
- Hidrokel Tanpa antibiotika
- Varikokel Kecuali :
- Spermatokel - Implant
- Tarsio testis - Karier bakteri patogen
- Orhidektomi - Riwayat demam
- Orkhidopeksi rheumatic
- Vasektomi - TBC
081338920569
II. OPERASI UROLOGI KONTAMINASI
- Trauma Ginjal
- Pielolithotomi Kultur urine (-)
- Nefrolithotomi Bersih kontaminasi
- Nefrektomi Profilaksis :
- Nefrostomi Gentamisin 1,5 mg/kg/dosis/IV
- PNL Atau Ampisilin 1g/dosis/IV
- URS 1 jam pre operasi 1 x
- Ureterolithotomi Jika operasi > 3 jam →
- Vesikolithotomi Diulang 1 x
- Sistostomi
- Urethroplasti Kultur Urine (+) : Kontaminasi
- TUR, Prostat / buli-buli profilaksis sesuai hasil tes
- Sachse (Urethrotomia sensitifikasi
interna) 1 jam pre operasi 1 x
- Sistoskopi Jika operasi > 3 jam →
- Businasi / Kaliberasi Diulang 1 x
dilatasi
- Urehtroplasty/Hypospadia
III. OPERASI UROLOGI KOTOR
- Pionefrosis Pus (+) Sepsis : Kotor
- Abses perinefrik/ Terapeutik (2-5 hari afebril)
- Abses paranefrik - Sesuai kultur urin
atau - Ampisilin +
- Gentamisin
atau - Sefalosporin Gen. III
- RPLND
(Retroperitoneal Lymph Node → op. Bersih + lama → ampisilin 1 g
Desectie) 1 jam pre operasi 1 x
Jika operasi > 3 jam → diulang 1 x
Lampiran
PREOPERASI USUS PRA BEDAH
SINDROMA SEPTIS
JENIS-JENIS OPERASI
I. BATASAN
* T4 Nx, 0 – 4 ; M0
* T074 Nx, 1 – 4 ; M1
* T3 : - Tidak dapat dilakukan radiasi
- Tidak dapat dilakukan radikal
II OBAT-OBATAN
A. Monoterapi
Note :
Obat-obatan lain seperti 5 FU, MTX, Cyclophos phamide, dan lain-lain,
“remission rate”nya rendah.
B. Multiterapi/Kombinasi :
1. CISCA (Cisplatinum, Cyclophosphamide, Adriamycine) (SAMUELS) :
Cara :
1. Pemeriksaan lengkap sesuai syarat-syarat pemberian Kemoterapi.
2. Hari ke 1
- Pasang infuse saline check
- Berikan 300-600 mg Cyclophosphamide (Cytoxan, Endoxan,
Neosar 200).
- Flushing dengan saline secukupnya
- Berikan adriamycin (Epirubicin) 50 mg/m↨
- Flushing dengan saline secukupnya.
- Teruskan infuse dengan D5/saline sampaihari ke 2.
3. Hari ke-2 :
- Setelah makan pagi
- Hidrasi dengan manintol 40gr/liter sampai 5 liter dengan
kecepatan 200 ml/jam
4. Hari ke-3
- Berikan 100 mg/m25 Cisplatinum dalam 200 ml saline,
selam 2 jam-- teruskan hidrasi dengan mannitol.
5. Awasi adanya diarrhae dan atau penyulit yang lain
6. Interval pemberian 3 minggu
2. CISCA (YAGODA) :
1. Hari ke-1 :
- Pasang infuse.
- Berikan mannitol 12,5 g diurese 100-125 ml/jam
- Berikan 70 mg/m² DDP dalam 200 ml saline
- Flushing
- Berikan mannitol lagi
2. Hari ke-2 :
- Berikan Cyclophosphamide (CTX 250 mg/m² bolus
flusging dengan saline.
3. Hari ke-3:
- Berikan Adriamycin/epirubicin : 30-45 mg/² bolus flushing
dengan saline.
4. Interval : 3 minggu
3. EPIC-M : (ROBERTS et al) :
1. Hari ke-1 :
- Pasang infuse, flushing saline secukupnya
Berikan 50 mg/m² epirubicin bolus selama 15 menit
- Hidrasi hidron dengan mannitol sampai diuree 100-125
ml/jam
- Berikan DDP 70 mg/m² dalam infuse saline selama 4 jam
- Hidrasi dengan mannitol.
2. Hari ke-8 :
- Berikan MTX 40 mg/m² secara bolus i.v.
3. Hari ke-15:
- Sama dengan hari ke-8
4. Interval : 3 minggu
5. Setelah 2 siklus/kourse; tumor/M dinilai
bila : stable/satatis
a. Progressive stops
b. Remissie (+) teruskan 2-4 siklus lagi
V. KRITERIA RESPONSE/REMISSI
1. Komplete : Hilangnya T/M secara klinis, radiologik
2. Partial : T/M berkurang > 50% untuk selama > 1 bulan
3. MINOR : T/M berkurang : > 50% seama < 1 bulan
25-49% selama > 1 bulan
4. Stable : T/M berkurang 25% selama 3 bulan
5. Progresive : T/M meningkat > 25%
PROTOKOL PENANGANAN "WILMS TUMOR"
1. Mayor/Utama :
- Massa di abdomen
- Nyeri abdomen/perut
- Hematuria
2. Gejala lain yang mungkin didapat:
- Muntah-muntah.
- Febris.
- Anemia
- Hypertensi
- Akut abdomen
- Varikokei
- Kelainan bawaan (lihat 1.2.c).
3. Jarang :
- Hiperkalsemia
- Hipoglikemia
- Sindroma gushing
NOTE:
- Ct, Scan abdomen belakangan, di beberapa center menjadi
pemeriksaan mutlak (compulsory examination).
- Optimal examination ini dikerjakan atas persetujuan Staf Urologi
atau telah melalui diskusi
V. SISTEM STAGING
2. Histologik
pTo : Tidak ketemukan tumor
pT1 : Tumor berkapsul, eksisi sempurna
pT2 : Tumor melewati kapsul, eksisi sempurna
pT3 : Eksisi tidak sempurna
a. Secara mikroskopik terdapat sisa tumor
b. Secara makroskopik terdapat sisa tumor atau terjadi
“Spillage”
c. Tidak bisa di reseksi pada saat operasi
pT4 : Tumor bilateral
pNo : Tidak terdapat tumor pada Inn regional
pN1 : Terdapat invasi ke 1nn regional
- pN1.a : bisa dibersihkan semua
- pN2a : tidak bisa dibersihkan
pMo : Tidak terdapat mestatase jauh
pM1 : Terdapat metastase jauh
FAKTOR-FAKTOR PRAGNOSA
Faktor Minor
Usia : < 2 tahun
Vaskuler : Invasi
Emboli
Kapsuler : Invasi
1. Obat Utama :
- Actinomycin D, Vincrestine, Adriamycin
Obat yang sedang diselidiki:
- Cyclophosphamide.
- Cis - platinum
- Etoposide
- Phospamidc
2. Srategi pemberian obat
A. Preoperatip
- Tujuan :
mengurangi besarnya tumor
membuat tumor yang inoperabel menjadi operabel.
mengurangi resiko tumor ruptur
- Syarat :
Lekosit 4000/mm3
Trombosit 150.000/mnr
- Obat, dosis, cara pemberian, interval
a. Actinomycin D .
- 15mg/Kg BB/hari selama 3-5 hari
- Diberikan : 1 - 2 x, dengan "Free Interval" 2 minggu
- Cara * Intravena pada saluran infuse garam fisiologis
yang telah terpasang
* Hindari ekstravasasi
Toksisitas :
- Nekrose jaringan.
- Phlebitis.
- Naurea, vomiting.
- Mukositis
- Alopecia
Monitoring : darah lengkap.
LFT
b. Vincristine :
Dosis : 1,5 mg/m2 LPT/minggu
Course .3-4 pemberian.
Interval : 1 minggu.
Cara : intervena bolus dalam 10 - 20 ml PZ kemudian
"flush" PZ
Precaution : hindari ekstravasasi
Toksisitas :
- Neuropathi -> tergantung dosis
- Nekrose jaringan.
- Alopecia.
- Kontopati.
- Phlebitis.
- Nyeri obat, khususnya mandibular.
- Nausen, vomiting
- Myelosupresi.
- Mukositis.
Monitoring . darah lengkap.
Sifat obat:
- Metabolisme di lever dan ginjal
- Powder kering, dingin. tanpa eahaya, tahan 6
bulan.
- Larutan, dingin, tanpa cahaya, tahan 2 minggu.
B. Post operative/maintenance kemoterapi
- Diberikan pada semua kasus Wilms tumor.
- Mencegah terjadinya metastase
- Pemberian kombinasi lebih efektif daripada diberikan
"single".
- Diberikan setiap 6-8 minggu, sampai total 5-6 "courses"
dimulai 8 hari post operasi.
- Obat: a. Actinomycin D :
15 kg (0,015mg) Kg/haro selama 5 hari.
b. Vincritine :
1,5 mg/m2/hari, diberikan ke 1 dan ke 5.
Pada kasus yang dinilai operabel/tumor tidak terlalu besar pada
saat diagnosa ditegakkan.
1. Secepatnya dilakukan transabdoniinai radikal nefrektomi
2. Bila diagnosa betul (diagnostic erros = 5-10%) post op
diberikan kemoterapi dan diikuti dengan maintenance
chemoterapi sampai 6-15 bulan
IX. Strategi untuk WILMS TUMOR dengan Metastase (group = stage IV dan
V:
XIII. KEPUSTAKAAN :
Monfardini S (et al) : Manuaal of Adult and Paediatric.
Medical Oncology, Ch 29. p.l, p.310 - 318, 1987.
Springer - Verlag.
SEKSI UROLOGI
LAB /UPF ILMU BEDAH
FK.UNUD/RSUP DENPASAR
TUMOR WILMS
I. BATASAN :
Tumor Wilms adalah tumor ganas ginjal yang berasal dari sisa-sisa
jaringan embryonal (metanaphron)
II. SINONIM :
- Nephroblasma.
- Embryoma dari ginjal.
- Tumor campuran (mixed tumor) ginjal.
B. HISTOPATHOLOGI
Gambaran hispatologi dibagi 2, yaitu
1. Tumor Wilms yang "Favourable" = klasik.
Ditandai dengan adanya komponen metanephrose dan
mesodermal (stroma). Ratio komponen dan derajat deferensiasi
sel bervariasi. Gambaran tubulus dapat berbentuk seperti
Rossete ataupun seperti lumen pada umumnya dengan dilapisi
epitel kuboid ataupun kalumnar.
2. Tumor Wilms yang "Unfavourable"
Terdapat 3 type yaitu
A. Anaplastik
Ditandai dengan inti sel yang membesar (sampai 3x)
hiperkhromalik dan terdapat mitose atipik.
B. Rhabdoid
Ditandai dengan sel yang uniform, dengan inti yang besar
dimana nukleoli yang sangat prominen. Pada sitoplasma
terdapat inktusi eosmophilik.
C. Sarkomatos ("Clear Cell Sarkoma")
Ditandai dengan gambaran spindle cell dengan susunan
vasosentrik
Type ini lebih : - Lebih sering pada penderita laki-laki.
- Lebih sering metastase ketulang.
V. MANIFESTASI KLINIS :
VII. STAGING :
1. Operasi
- Dikerjakan secepatnya bila tumor dinilai operabel
- Incisie melalui transperitoneal, dapat melalui garis tengah,
transversal atau pun thorako-abdominal.
- Setelah peritoneum dibuka, oprabilitas dinilai lagi, juga diperiksa
ginjal kontra lateral dan organ-organ intra peritoneal yang lain.
- Bila terdapat bagian tumor yang tidak bisa direseksi harus ditandai
dengan “Clip”.
2. Kemoterapi
- Jenis obat
* Actinomycin D
* Vincristine
* Adriamycin
SITOSTATIKA PREOPERATIVE
ACTINOMYCIN D VINCRISTINE
DOSIS 15 Mg (0,015 mg)/kg BB/hari 1,5 mg/m LPT/minggu
HARI 1, 2, 3 1,7,14,21
14, 15, 16
COURSE 2x 4x
CARA Infuse i.v. dalam cairan normal Bolus i.v. dalam 10-20ml
salin normal salin, kemudian “flush”
TOKSISITAS - Nekrose jaringan (bila ekstra- Nekrose jaringan (bila
vasasi) ekstravasasi)
- Phlebitis Phlebitis
- Nausea, vomiting Nausea, vomiting
- Mukositis Alopecia
- Myelosupresi Mukositis
Myelosupresi
Konstipasi
METABOLISME Nyeri otot (mandibular)
SIFAT FISIK Hepar, ginjal
Powder (bubuk), dingin tanpa
cahaya, tahan 6 bulan
Larutan, dingin, gelap tahan 2
minggu
- Waktu pemberian
A. Pre Operative
Indikasi : Tumor dinilai in operabel
Tujuan : - Memperkecil tumor sehingga menjadi operabel
- Mengurangi resiko tumor ruptur
Syarat : - Lekosit > 4000/mm
- Trombosit > 150.000/mm
B. Post Operative
Indikasi : Semua kasus tumor Wilms
Tujuan : Mencapai kurabilitas yang tinggi dan jangka lama
Syarat : - Pre Operative
Jenis obat, dosis, cara pemberian, sifat obat dan toksitas sama
dengan pemberian pre operative.
Yang berbeda :
Total course : 5-6x
Interval : 6-8 minggu
Actinomycin D Vincristine
------------------ --------------
Hari pemberian 1, 2, 3, 4, 5 1,5.
3. Radioterapi :
Tidak secara rutin diberikan
Indikasi : - Tumor Wilms group II jenis UNFAVOUBLE
- Tumor Wilms group III
- Tumor in operabel yang dengan kemoterapi
responnya kurang baik
X. SKEMA TERAPI ;
(Lihat halaman berikutny)
Metastase dapat terjadi sebelum, selama atau sesudah diagnosa dan terapi
dari tumor primer
B. Penyulit I.ambat
- Penyebab utama adalah terapi radiasi.
- Penyulit dapat berupa
1. Gangguan pertumbuhan tulang, skoliosi
2. Gangguan fungsional dari . - Paru
- Digestive
- Ginjal.
- Jantung
3. Trauma pada gonad
4. Keganasan sekunder
5. Konsekwensi genetik
XIV. PROGNOSE DAN HASIL TERAPI
- Prognosa dari penderita Tumor Wilms menjadi sangat baik berkat
kemajuan di bidang :
- Operasi. termasuk perawatan pasca bedah
- Kemoterapi
- Radioterapi
- Sebagian penderita yang prognosanya masih belum baik, dipengaruhi oleh
taktor- faktor :
A. Faktor utama (Mayor)
Histologi dari tumor :
Jenis yang "unfavourable" prognosanya masih kurang
baik.
Metastase hematogen :
Bila belum dijumpai metastase hematogen
prognosanya amat baik Metastase hematogen pada
paru, prognosanya lebih daripada tempat lain.
Kelenjar getah bening
(kgb)
B. Faktor Minor
Umur : Makin muda penderita biasanya prognosa lebih
baik karena gambaran histolog; lebih sering
"favourable" dan tumornya sendiri belum
ekstensive
Berat tumor : Bila tumor kurang dari 250 gram jarang sekali
relapse.
Ekstensi sampai ke vase ekstra renal
Tercecernya sel tumor saat (operative spill)
Ekstensi tumor langsung ke jaringan sekitar.
XV. FOLLOW UP :
Follow up merupakan hal yang amat penting dan dikerjakan untuk jangka
waktu yang tidak terbatas Seperti pada tumor organ urogenital lainnya maka
follow up pada tumor Willms sebagai berikut :
Interval-----> tahun I setiap 3 bulan.
tahun II setiap 4 bulan.
tahun III dan seterusnya setiap 6 bulan
Yang diperiksa setiap kali datang kontrole adalah :
- Performance status
- T: N dan M berdasarkan auamnesa, pemeriksaan fisik, laboratorik, dan
lain - lain yang dianggap perlu.
XVI. HASIL :
Sekitar tahun 1940 : Dengan operasi saja, cure rate : 15-20%
Sekitar tahun 1940 – 1960 : Operasi dan radioterapi, cure rate, 25-45%
Sekitar tahun 1960 – sekarang : Operasi, radioterapi, kemoterapi, cure rate >80%
KEPUSTAKAAN
4. MONFARDINI S. dkk :
Manual of Adult an Paediatric Medical Oncology, Ch. 29 p : 310 – 318,
Springer Verlag 1987.
SELF KATETERISASI
PADA STRIKTUR URETHRA
III. T e h n i k
1. Dikerjakan selelah indwelling kateter dilepas (dalam 1 - 2 minggu).
2. Penderita diajari self kateterisasi oleh residen Urologi vang ditunjuk, di
kamar Sistoskopi.
3. Tehnik "Clean cathetensation".
4. Alat : a. Kateter nelaton Ch 16.
b. KY jelly.
5. Cara
■ Sebelum dimulai penderita mencuci kedua tangan dan ujung
kemaluan sampai bersih
■ Tangan kiri, telunjuk dan lbu jari memegang glans penis dan
diarahkan keatas (cranial).
■ Tangan kanan memegang kateter, ± 3 - 4 cm dan ujung dengan ibu
jari dan telunjuk. Ujung kateter diberi pelicin (KY jelly) dan
dimasukkan perlahan melalui meatus uretra sampai keluar urine.
Kemudian cabut pelan-pelan.
■ Kateter dicuci sampai bersih dan disimpan untuk digunakan lagi.
6. Dalam 1 - 2 hari setelah penderita dapat melakukan sendiri → boleh
pulang dan tetap mengerjakan self kateterisasi dengan dosis :
2 Minggu pertama : setiap pagi dan sore sebelum mandi (2x/hari).
2 Minggu kedua : setiap pagi atau sore saja (1x/hari)
Kontrole I ke Kamar Sistoskopi dengan
■ membawa hasil urine kultur.
■ membawa nelaton kateternya untuk demonstrasi didepan evaluator
Bila ,
a). Lancar : dosis diturunkan, kateterisasi 2x/minggu (misal Senin –
Kamis) → Selama 4 minggu → Kontrol II, bawa :
■ Kultur urine.
■ Kateter untuk demonstrasi.
b). Kateter tidak dapat masuk : Pesankan Urethrografi.
7. Bila pada kontrole ke II
■ tetap lancar → kateterisasi (2x/minggu) diteruskan 4 minggu
berikutnya → kontrole III.
■ Bila kateter tidak bisa masuk → urethrografi
8. Kontrole ke III :
■ Seperti kontrole I dan II
■ Bila lacar : dosis diteruskan 1x/minggu sampai 6 bulan post sachse is
kontrole ke IV.
■ Bila kateter tidak dapat masuk : urethrografi
9. Kontrol IV :
A. Bawa hasil urine kultur
B. Demonstrasi self kateter
■ Bila :
B. Lancar → kateterisasi tidak perlu lagi → kontrole 6 bulan
berikutnya (kontrole ke V)
■ Urine kultur
Hasil dibawa saat kontrol
■ Urehtrografi
■ Bila keteter tidak dapat masuk : urethrografi
10. Terapi antibiotika hanya diberikan pada simptomatik bakteri urine.
11. Bila hasil urethrografi → striktur recidive → lapor ke dokter Ahli Urologi
→ perlu sachse lagi?
IV. Data-data dicatat dalam LPD khususnya dan diserahkan ke dokter Ahli
Urologi
V. Analisa : Diskriptive
Akan disusun kemudian
Analitik
VI. Schema :
Terlampir
SCHEMA SELF KATETERISASI PADA STRIKTURA URETRA
■ Air yang steril harus sampai pada pasien (tidak hanya pada air/sistim).
■ Beberapa petunjuk praktis :
1. Sistim tertutup yang berisi air steril tidak boleh dipertahankan lebih dan
24 jam.
2. Penggunaan air steril pada sistim irigasi dalam waktu yang lama
berbahaya untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan kuman.
3. Bagian yang berhubungan dengan pasien, terutama bila penggunaan agak
lama sangat berbahaya terhadap pertumbuhan kuman.
1. Batasan/definisi
Tindakan medik (invasive) melalui uretra dengan alat kateter uretra
2. Indikasi
- Monitor produksi urin
- Pengambilan contoh/sample urin
- Pembedahan saluran kemih bawah
- Larutan povidon iodine 10 %
3. Kontrak Indikasi
- Uretritis akut
- Infeksi prostat akut
- Ruptur uretra
4. Anestesi lokal
- Lidocain jelly 10 ml
- Lidocain 1% 4 ml + water
5. Peralatan/instrumen
- Persiapan daerah kulit
- Gas steril
- Larutan povidon iodine 10%
- Tempat steril
- Linen (lubang) steril
- Handscoon steril
- Keteter dan perlengkapannya
- Jelly/water-soluble lubricant
- Syringe 50 ml, catheter tip
- Syringe 5 ml
6. Peralatan/instrumen
- Aquabides/sterile water for injection 10 ml
- Salin sterile 50 ml
- Foley catheter Ch 16 atau 18 (kecuali pembedahan Ch 20/22/24)
- Urobag/Ciosed urinary drainage system
- Neomyoin 0,5 % -Fluocinolone 0,025 % cream
- Adhesive tape
- Lain-iain yang mungkin diperlukan
- Lidocaine jelly
- Lidocaine 1 %
7. Prosedur tindakan
- Posisi
Laki-laki : Supinasi (terlentang)
Wanita : Supinasi (terlentang), "frog leg position"
- Persiapan
Laki-laki : Desinfeksi prepotium, miatus
uretra, gland dan batang penis
Wanita : Desinfeksi introitus vagina.
miatus uretra dan labia
- Pemasangan linen steril berlubang
- Pemakaian handscoon (sarung tangan) steril
8. Pelaksanaan (1) :
- Retraksi prepotium
- Semprotkan lidocain jelly 10 ml melalui
- miatus uretra (tunggu 5-10 menit)
- Licinkan dengan jelly steril 1/3 distal kateter
- Masukan kateter melalui miatus uretra (pada
- Laki-laki : tarik penis demikian rupa sehingga
- kateter mudah masuk) sampai 1/3 proksimal
(percabangan)
- Isi balon kateter dengan 5-10 ml "water sterile"
9. Pelaksanaan (II):
- Tarik kembali keluar kateter secara halus/dengan perasaan sampai ada
tahanan/balon kateter menempel didalam leher kandung kemih
- Hubungkan kateter dengan "urobag" (sistim tertutup)
- Berikan krem antiseptik (neomycine-fluocinolone) pada daerah miatus-kateter
- Fiksasi kateter didaerah inguinal/dibawah pelipatan paha sesuai lengkungan
uretra bulbosa dengan "adhesive tape"
Pencegahan :
- Pastikan balon berada dalam - Terapi infeksi saluran kemih
kandung kemih sebelum balon - Hindari pemasangan kateter
kateter dikembangkan pada infeksi uretra/prostat
- Hindari fiksasi adhesive tape - berikan antiseptik (Sulfa/as.
kateter terlalu tegang Pipemidat pasca kateterisasi
- Perawatan kateter selama 7 hari
• Struktura uretra
Etiologi : Pencegahan :
- Trauma kateterisasi - Pergunakan silastic/Teflon coated
- Uretritis cateter
- Perawatan kateter
• Hematuria
Etiologi : Pencegahan :
- Trauma kateterisasi - Tehnik pemasangan kateter
- Ada kelainan/ptologi yang benar
Sebelumnya - Dekompesi kandung kemih
- Dekompresi terlalu cepat pada perlahan-lahan sampai beberapa
Retensio urin kronis jam
General Surgeon Residency Program
INTRODUCTION
The impact that urinary conditions and the conditions associated with the urinary
system may cause in the patient as well as their families are a major concern in
primary care. The preventive care and the environmental and occupational factors
that may produce or predispose individuals to urinary problems are important for
Primary Care Physicians in diagnosis and management of urological these conditions
We should know our limitations arid seed consultation or referral when indicated,
managing the patient together with the specialist
GOALS
Residents gain knowledge and skills in the recognition, diagnosis, treatment and
management of common urological problems, including trauma acute and chronic
urinary tract infections, anatomical abnormalities of the urological system, urinary
tract stones, prostatism, urinary tract malignancies, urinary retention, urethral
stricture, and causes of renal failure
OBJECTIVES
Knowledge
1. Normal anatomy and physiology of the urinary system
2. Urological history — frequency, urgency, hesitancy, etc
3. Examination — indications and interpretations
a) Urinalysis
b) Imaging studies — ultrasound, CT scan
c) Intravenous Pyelogram
d) Urodynamics — flow rates, post void residuals
e) Cystoscopy
4. Initial diagnosis, management and appropriate referral (*) for common urinary
problems
Skills
Evaluations skills
a) Performance of history taking and physical exam
b) Ordering and interpretation of studies
c) Formulating a rational plan of investigation and management and need for
appropriate referral
Management skills
a) Formulating a plan of management, investigation and need for expert advise
with an awareness of the risks and costs of the investigation and the value of
the information that will be obtained
b) Understanding the role of the urologist
c) Management and recognition of the prevalent and treatable diseases listed
under KNOWLEDGE, with consultation when appropriate
Technical Skills
a) Bladder catheterization h) Hydrocelectomy
b) Rectal Exam i) Vesicolithotomy
d) Prostate Fxam j) Prostectomy
e) Cystostomy k) Vasoligation
f) Nephrostomy 1) Nephrectomy
g) Vasectomy m) Middle 1/3 Ureterolithotomy
Attitudes
The resident should demonstrate attitudes that encompass
1. Promote effective and compassionate communications with patients and families
2. A capacity to work quickly and efficiently to assess the patient according to the
urgency of the patient's problem
3. Cooperation and effective working relationship with other members of the health
care team
TEACHING METHODS
The Urology rotation is a (4 to 8-week) rotation during the (PGY-2 year) During this
time, you will see a vast array of urological conditions A minimum of one ½-day
session assisting in the urology surgery clinic is required during this rotation. It is
expected that you will become an active participant in the Urology department,
including morning reports, rounding and conferences while assigned. During this
rotation, residents are supervised and evaluated by Staff Department of Urology
EVALUATION
The resident will be evaluated by the primary faculty based on the standard six
levels of competency. The attending faculty will observe the resident’s skill and
competence directly in the patient care context and in the learning environment as the
source of information for faculty evaluation. An evaluation from in completed at the
end of the rotation by each of the supervising faculty. Residents also provide an
evaluation of the faculty of each rotation, grading the quality of the education and
supervision they receive.
RESOURCES
Required Readings
Tanagho, E., Mc.Aninch, J. (2003) Smith’s General Urology : New York: Mc Graw
Hill. Chapters 1, 3,4,6,12,16,17,23,31,42 & 47.