Anda di halaman 1dari 36

PROGRAM STUDI

LAB./UPF. ILMU BEDAH


FK. UNUD/RSUP DENPASAR,

TATA LAKSANA
JAGA GAWAT DARURAT

I. KETENTUAN UMUM
- Waktu : 07,00 - 07.00 hari berikutnya (sesuai ketentuan biro pasca).
- Nama dokter jaga : sesuai daftar dokter jaga UGD.
- Daftar jaga disusun oleh Ketua Program Studi/KPS, tidak seorangpun boleh
merubah tanpa seijinnya.

II. JAGA KAMAR TINDAKAN I.R.D.


Jaga 1 dari bedah dasar.
- Bila diagnosa ternyata penyakit bedah atau non bedah : lapor jaga IC/jaga II.
- Yang dilaporkan resume penderita, yang meliputi:
Identitas penderita.
Keluhan utama.
Pemeriksaan fisik lab.
Dasar diagnosa klinik.
Dan usulan pemeriksaan selanjutnya/tindakan.

III. JAGA IC (BIMBINGAN) II.


A. Jaga IC/II Urologi
- Menerima laporan, memeriksa penderita, memutuskan diagnosa, dan
rencana tindakan.
- Wajib mengisi formulir laporan jaga dan menyerahkan pada senior
jaga.

Jaga IC, (jaga bimbingan).


- Segera melaporkan ke jaga senior.
- Jaga senior memutuskan pemeriksaan/tindakan lebih lanjut untuk
penderita dan kasus-kasus yang perlu operasi dan yang akan dibimbing.
* Trokar Cystostomy.
* Cystostomy Suprapubic.
* Explorasi Trauma Ginjal.
* Open Neprostomy.
* Torsio Testis.
(misalnya untuk seksi urologi)
- Sebelum bimbingan operasi, menyerahkan formulir evaluasi operasi
bimbingan kepada Senior pembimbing.
- Untuk tindakan spesifik, Senior berhak menugaskan Chief untuk
melaksanakan termasuk:
* Konsultasi durante operasi dari spesialis lain (diluar bedah).
B. Jaga II (Mandiri)
- Berhak menangani/melakukan semua operasi gawat darurat.
- Bila terdapat keraguan dalam diagnosa/tindakan atau belum pernah
mengerjakan tindakan yang direncanakan, konsult ke Chief.

IV. CHIEF
- Sifat jaga : On Cal
- Merupakan konsultan tingkat I untuk dokter jaga II,
- Melakukan tindakan spesifik pada jaga IC atau jaga II bedah umum.
- Konsult ke senior jaga untuk hal yang sulit baik medis maupun organisator.
- Memimpin morning report singkat.

V. JAGA SENIOR
- Sudah diatur kewajiban dan hak sesuai diatas.
- Menilai dokter jaga bimbingan dengan mengisi formulir yang telah tersedia
dan menyerahkan kepada KPS melalui sekretariat.
- Formulir penilaian bersifat rahasia.
- Membaca memberi catatan, bila perlu menanyakan ke dokter jaga IC/II
yang bersangkutan, dan menanda tangani laporan jaga.

VI. LAPORAN JAGA


Dikumpulkan dalam file khusus dan secara berkala disampaikan ke KPS/ Ka.
Lab (setiap hari Jumat pagi)

VII. SEMUA TINDAKAN


di luar ketentuan diatas mendapat sangsi yang ditentukan oleh rapat Staf.
PENANGANAN PENDERITA UROLOGI
DI BAGIAN . ILMU BEDAH FK. UNUD/RSUP DENPASAR

I. PRE OPERATIF/PRA. BEDAH


1. Op. Kecil
- Circumsisi
- Vasektomi
Lab. : (kecuali pada anamnesa mengarah penyakit kelainan
pembekuan darah).
RO : -
Anestesi : lokal//General
Obat-obatan : -

2. Op. Sedang

- Varicocelle / Vasoligasi Tinggi


- Hydrocelle / Hydrocelectomy
Lab. DL, UL, (BUN/SC, LFT, FH : tergantung dokter)
RO. : -
Obat-obatan : -
EKG/Interna/Cardiologi : Umur > 40 tahun

3. Op. Besar
- Endoscopie. 1. Urethro Cystoscopie
2. Ureteroscopie
- Vesicolithotomy
- Prostatectomy
- Ireterolithotomy/Neoinplantasi Ureter
- Pyelolithotomy
- Nephrectomy
- Urethroplasty
Lab. : DL, UL, Urine Culture dan sensitivity test.
BUN/SC.
LFT, FH
RO : Thorax
IVP/USG Ginjal (tergantung SC > 2 mg %)
EKG/Interna/Cardiologi : > 40 tahun
Obat-obatan: Anti biotika pre.op sesuai dokter

4. Op. Khusus

- Sachse (Urethrotomia Interna)


- TUR. Prostat/Buli-buli
- URS/PNL
- Lithotripsi
- Lab
- RO
- EKG sda
- Obat-obatan

II. POST OPERATIF/PASCA BEDAH


1) Batu buli-buli
- Lithotripsi
DK. 16F/18F : 1 hari
TX. : sesuai dokter
Diit : bebas
Infus : paling lama 1 hari (bila dengan bius umum/SAB)

- Vesicolithotomy
DK. 16 F/18F : 6 hari
Drain : (Redon/Vacuum) setiap hari
Lama 7 hari (setelah DK dilepas)
Buka jahitan hari VII
TX : Sesuai dokter
Diit : Bebas

- TUR. Prostat
16F, 18F, 22F
DK : Kendorkan traksi DK 24 jam
Buka DK 2-3 hari
TX/. : sesuai dokter
Diit : Bebas

- Sachse (Uretherotomia Interna)


Dk : 16F/18F : paling cepat 1 hari
Lama : -
Tx : Sesuai dokter
Diit : Bebas

- Batu Pyelum/Batu Ureter


Dk : 16F/18F : paling lama 1 hari
Drain : Redon/Vaccum setiap hari
Lama : 2/3 hari (tergantung dokter)
Tx : Sesuai dokter
Diit : Apabila tidak ada ketentuan lain boleh bebas
PROGRAM STUDI ILMU BEDAH UMUM PROTOKOL : 001/U/1992
SEKSI BEDAH UROLOGI LAB./ILMU BEDAH
FK. UNUD/RSUP DENPASAR

PEDOMAN PEMBERIAN ANTIBIOTIKA


PADA OPERASI UROLOGI

I. OPERASI UROLOGI BERSIH

- Sirkulasi
- Hidrokel Tanpa antibiotika
- Varikokel Kecuali :
- Spermatokel - Implant
- Tarsio testis - Karier bakteri patogen
- Orhidektomi - Riwayat demam
- Orkhidopeksi rheumatic
- Vasektomi - TBC

081338920569
II. OPERASI UROLOGI KONTAMINASI

- Trauma Ginjal
- Pielolithotomi Kultur urine (-)
- Nefrolithotomi Bersih kontaminasi
- Nefrektomi Profilaksis :
- Nefrostomi Gentamisin 1,5 mg/kg/dosis/IV
- PNL Atau Ampisilin 1g/dosis/IV
- URS 1 jam pre operasi 1 x
- Ureterolithotomi Jika operasi > 3 jam →
- Vesikolithotomi Diulang 1 x
- Sistostomi
- Urethroplasti Kultur Urine (+) : Kontaminasi
- TUR, Prostat / buli-buli profilaksis sesuai hasil tes
- Sachse (Urethrotomia sensitifikasi
interna) 1 jam pre operasi 1 x
- Sistoskopi Jika operasi > 3 jam →
- Businasi / Kaliberasi Diulang 1 x
dilatasi
- Urehtroplasty/Hypospadia
III. OPERASI UROLOGI KOTOR
- Pionefrosis Pus (+) Sepsis : Kotor
- Abses perinefrik/ Terapeutik (2-5 hari afebril)
- Abses paranefrik - Sesuai kultur urin
atau - Ampisilin +
- Gentamisin
atau - Sefalosporin Gen. III

- Sistektomi - Sefalosporin Gen.III +


metronida/ole
- Preparasi usus pra bedah
(terlampir)
(Kock, s dan diversi yang lain)

- RPLND
(Retroperitoneal Lymph Node → op. Bersih + lama → ampisilin 1 g
Desectie) 1 jam pre operasi 1 x
Jika operasi > 3 jam → diulang 1 x

- Lampiran Pedoman pemberian antibiotika pada


operasi Urologi

Lampiran
PREOPERASI USUS PRA BEDAH

- Hari ke 5, 4, 3 pra : diit rendah sisa


bedah : Makan bubur
- Hari ke 2 Kanamisin / Neomisin 3 x 1 g.p.o
Urus-urus castor oil 20 cc atau
Garam Inggris 30 gram

: Antibiotika sefalosporin Gen. III +


- Hari ke 1 pra bedah Metronidazole

SINDROMA SEPTIS

- Suhu > 39°C


- Tekanan darah < 90 / 60
- Nadi > 100 / menit
- Kesadaran. GCS < 10
- Laboratorium : Lekosit darah > 10.000.

JENIS-JENIS OPERASI

- Operasi bersih Op. Elektif yang tidak melalui


- Saluran Pernafasan
- Saluran pencernaan
- Saluran kencing

- Operasi kontaminasi Op. Elektif, darurat yang melauli :


- Saluran pernafasan
- Saluran pencernaan
- Saluran kencing

- Operasi kotor Op. Elektif / darurat


- Kontaminasi
- Kotor, benda asing
- Kultur Urine (+)
Urosepsis
SEKSI BEDAH UROLOGI
LAB./SMF BEDAH FK. UNUD. RSUP
DENPASAR

KEMOTERAPI untuk KARSINOMA BULI “advanced”

I. BATASAN
* T4 Nx, 0 – 4 ; M0
* T074 Nx, 1 – 4 ; M1
* T3 : - Tidak dapat dilakukan radiasi
- Tidak dapat dilakukan radikal

II OBAT-OBATAN
A. Monoterapi

Dosis Cara Interval


1. CISPLATINUM 60-80 mg/m² * Infuse dalam 200 ml 3 minggu
saline selama 2 jam

* Lakukan hidrasi pre


dan post dengan larutan
rutan manintol 40g/lt
kecepatan 200 ml/jam
sampai 5 liter

2. ADRIAMYCIN 40-70 mg/m² * i.v. bolus dalam saline 3 minggu

Note :
Obat-obatan lain seperti 5 FU, MTX, Cyclophos phamide, dan lain-lain,
“remission rate”nya rendah.

B. Multiterapi/Kombinasi :
1. CISCA (Cisplatinum, Cyclophosphamide, Adriamycine) (SAMUELS) :
Cara :
1. Pemeriksaan lengkap sesuai syarat-syarat pemberian Kemoterapi.
2. Hari ke 1
- Pasang infuse saline  check
- Berikan 300-600 mg Cyclophosphamide (Cytoxan, Endoxan,
Neosar 200).
- Flushing dengan saline secukupnya
- Berikan adriamycin (Epirubicin) 50 mg/m↨
- Flushing dengan saline secukupnya.
- Teruskan infuse dengan D5/saline sampaihari ke 2.
3. Hari ke-2 :
- Setelah makan pagi
- Hidrasi dengan manintol 40gr/liter sampai 5 liter dengan
kecepatan 200 ml/jam
4. Hari ke-3
- Berikan 100 mg/m25 Cisplatinum dalam 200 ml saline,
selam 2 jam-- teruskan hidrasi dengan mannitol.
5. Awasi adanya diarrhae dan atau penyulit yang lain
6. Interval pemberian 3 minggu

2. CISCA (YAGODA) :
1. Hari ke-1 :
- Pasang infuse.
- Berikan mannitol 12,5 g  diurese 100-125 ml/jam
- Berikan 70 mg/m² DDP dalam 200 ml saline
- Flushing
- Berikan mannitol lagi
2. Hari ke-2 :
- Berikan Cyclophosphamide (CTX 250 mg/m² bolus 
flusging dengan saline.
3. Hari ke-3:
- Berikan Adriamycin/epirubicin : 30-45 mg/² bolus flushing
dengan saline.
4. Interval : 3 minggu
3. EPIC-M : (ROBERTS et al) :
1. Hari ke-1 :
- Pasang infuse, flushing saline secukupnya
Berikan 50 mg/m² epirubicin bolus selama 15 menit
- Hidrasi hidron dengan mannitol sampai diuree 100-125
ml/jam
- Berikan DDP 70 mg/m² dalam infuse saline selama 4 jam
- Hidrasi dengan mannitol.
2. Hari ke-8 :
- Berikan MTX 40 mg/m² secara bolus i.v.
3. Hari ke-15:
- Sama dengan hari ke-8
4. Interval : 3 minggu
5. Setelah 2 siklus/kourse; tumor/M dinilai
bila : stable/satatis
a. Progressive  stops
b. Remissie (+)  teruskan 2-4 siklus lagi

III. SYARAT PENDERITA


1. Memenuhi batasa
2. Obat tersedia (bantuan/penderita sendiri)
3. Bersedia diberikan obat (informed consent)
4. Lesi (T/M) dapat diukur secara klinis dan radiologis
5. Laboratorium :
* Fungsi ginjal N : (screat N, Kreatinne clearance > 50 ml/menit)
* Hb : > 10 g%
*WBC : > 3,5 x 109/1
* thrombo : > 120-109/1
*LFT
6. E K G
- Decompensation kordis (-)
- Arrythinia (-)
- Block (-)

IV. EFEK SAMPING :


1. Gastro Intestinal :
1. Mucositis oral
2. Diarrhae
3. Nausea – vomiting
2. Hematologik
* Myelosuppusi
3. Renal
* Elevasi transien kreatinine
4. Kardio vaskuler
1. Angima
2. Epivenous eritema
5. Lain-lain
1. Pigmentasi
2. Alopesia
3. Perubahan kuku

V. KRITERIA RESPONSE/REMISSI
1. Komplete : Hilangnya T/M secara klinis, radiologik
2. Partial : T/M berkurang > 50% untuk selama > 1 bulan
3. MINOR : T/M berkurang : > 50% seama < 1 bulan
25-49% selama > 1 bulan
4. Stable : T/M berkurang 25% selama 3 bulan
5. Progresive : T/M meningkat > 25%
PROTOKOL PENANGANAN "WILMS TUMOR"

I. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI

1. Insiden : 8 - 10% dari semua tumor solid


2. Faktor host:
a. Sex : laki dan wanita insidennya sama
b. Usia : puncak insiden di bawah 4 tahun
c. Predisposisi genetik :
Kelainan bawaan dijumpai pada 12 - 15% kasus
* Aniridia.
* Gigantisme lokal.
* Syndroma Wiedemann - Beckwith
* Neurofibromatous
* Ginjal tapak kuda
* Kriptorkisme.
* Ambiguitas sexual.
* Haemangioma
3. Faktor lingkungan : belum ada informasi.

II. KLASIFIKASI PATHOLOGI

1. Gambaran PA yang umum dari Willms Tumor adalah


Terdiri dari 3 jenis sel (FH) Favorable Histologic.
- Blastema (berasal dari metanephros)
- Epitelial.
- Stroma.
2. Gambaran PA lain yang tidak “favorable” (12-15%): (UH) unfavoble
Histologic
a. Anaplastik :
- Pembesaran inti sel, mencapai 3x (kali).
- Hiperpoliploidi
- Atipik mitosis
b. Sarkomatos:
- Rhabdomiosarkomatos
- "Clear - cell"

III. GAMBARAN KLINIS :

1. Mayor/Utama :
- Massa di abdomen
- Nyeri abdomen/perut
- Hematuria
2. Gejala lain yang mungkin didapat:
- Muntah-muntah.
- Febris.
- Anemia
- Hypertensi
- Akut abdomen
- Varikokei
- Kelainan bawaan (lihat 1.2.c).
3. Jarang :
- Hiperkalsemia
- Hipoglikemia
- Sindroma gushing

IV. PROSEDUR STAGING

1. Pemeriksaan yang mutlak dikerjakan :


- Ultrasonografi
- BOF dan I.V P
- Pemeriksaan darah lengkap, dan urin lengkap.
- Fungsi ginjal dan hepar.
- Foto-thorax.
- Venacavograft
- Arteriograft - untuk kasus dengan tumor bilateral.
- untuk kasus yang diagnosanya masih meragukan.
- Bone Scan (Isotop) bila jenis PA clear - cell.
- Brain Ct. Scan : bila jenis PA : - rhabdomyo.
- sarcomatoid

NOTE:
- Ct, Scan abdomen belakangan, di beberapa center menjadi
pemeriksaan mutlak (compulsory examination).
- Optimal examination ini dikerjakan atas persetujuan Staf Urologi
atau telah melalui diskusi

V. SISTEM STAGING

Mengikuti sistem dan NTWS (Amerika) dan TNM


A. NTWS :
Group I : Tumor terbatas pada ginjal dan dapat di eksisi
sempurna.
II : Tumor telah meluas keluar ginjal
* Penetrasi ke perirenal fat.
* Penetrasi ke Inn paraaorta
* Penetrasi ke vasa renalis, tetapi dapat dieksisi
sempurna.
III : Terdapat sisa sel tumor di dalam abdomen, yang tidak
berasal dari hematogen, misalnya :
- Biopsi.
- Ruptur sebelum atau pada saat
- Pembesaran limphonoduli di luar !nn periaorta.
- Infiltrasi ke dalam organ vital.
IV : Terdapat metastase hematogen (insiden: 20% pada
saat diagnosa)
- Paru (80%)
- Hepar.
- Tulang
- Otak
V : Tumor bilateral (5 - 10%) :
Tumor ginjal kontralateral yang diketemukan
belakangan, juga dimasukkan dalam group V ini.
B. SISTEM TNM
1. Klinis
Tumor : T
T.1. : - Uniteral
- Pada IVP : luas tumor < 80 cm²
T.2. : - Unilateral, luas tumor > 80 cm ²
T.3. : - Unilateral, ruptur sebelum terapi
T.4. : - Bilateral
Limphonoduli : N
N.0. : Tidak terdapat pembesaran dari Inn regional
N.1. : Terdapat pembesaran dar Inn regional
Metastase : M
N.0. : Tidak terdapat metastase jauh
N.1. : Terdapat metastase jauh

2. Histologik
pTo : Tidak ketemukan tumor
pT1 : Tumor berkapsul, eksisi sempurna
pT2 : Tumor melewati kapsul, eksisi sempurna
pT3 : Eksisi tidak sempurna
a. Secara mikroskopik terdapat sisa tumor
b. Secara makroskopik terdapat sisa tumor atau terjadi
“Spillage”
c. Tidak bisa di reseksi pada saat operasi
pT4 : Tumor bilateral
pNo : Tidak terdapat tumor pada Inn regional
pN1 : Terdapat invasi ke 1nn regional
- pN1.a : bisa dibersihkan semua
- pN2a : tidak bisa dibersihkan
pMo : Tidak terdapat mestatase jauh
pM1 : Terdapat metastase jauh
FAKTOR-FAKTOR PRAGNOSA

Faktor Mayor Kriteria Positif


Stage I dan II
Operasi Tidak Ruptur
Ukuran dan beratnya tumor < 80 cm²
< 250 gram
Histologi Tidak terdapat anaplasi dan
komponen sarkoma
Lnn Regional (-)
Metastase Paru lebih baik
Kambuh > 12 bulan, lebih baik

Faktor Minor
Usia : < 2 tahun
Vaskuler : Invasi
Emboli
Kapsuler : Invasi

VII. KEMOTERAPI PADA WILMS TUMOR :

1. Obat Utama :
- Actinomycin D, Vincrestine, Adriamycin
Obat yang sedang diselidiki:
- Cyclophosphamide.
- Cis - platinum
- Etoposide
- Phospamidc
2. Srategi pemberian obat
A. Preoperatip
- Tujuan :
mengurangi besarnya tumor
membuat tumor yang inoperabel menjadi operabel.
mengurangi resiko tumor ruptur
- Syarat :
Lekosit 4000/mm3
Trombosit 150.000/mnr
- Obat, dosis, cara pemberian, interval
a. Actinomycin D .
- 15mg/Kg BB/hari selama 3-5 hari
- Diberikan : 1 - 2 x, dengan "Free Interval" 2 minggu
- Cara * Intravena pada saluran infuse garam fisiologis
yang telah terpasang
* Hindari ekstravasasi

Toksisitas :
- Nekrose jaringan.
- Phlebitis.
- Naurea, vomiting.
- Mukositis
- Alopecia
Monitoring : darah lengkap.
LFT
b. Vincristine :
Dosis : 1,5 mg/m2 LPT/minggu
Course .3-4 pemberian.
Interval : 1 minggu.
Cara : intervena bolus dalam 10 - 20 ml PZ kemudian
"flush" PZ
Precaution : hindari ekstravasasi
Toksisitas :
- Neuropathi -> tergantung dosis
- Nekrose jaringan.
- Alopecia.
- Kontopati.
- Phlebitis.
- Nyeri obat, khususnya mandibular.
- Nausen, vomiting
- Myelosupresi.
- Mukositis.
Monitoring . darah lengkap.
Sifat obat:
- Metabolisme di lever dan ginjal
- Powder kering, dingin. tanpa eahaya, tahan 6
bulan.
- Larutan, dingin, tanpa cahaya, tahan 2 minggu.
B. Post operative/maintenance kemoterapi
- Diberikan pada semua kasus Wilms tumor.
- Mencegah terjadinya metastase
- Pemberian kombinasi lebih efektif daripada diberikan
"single".
- Diberikan setiap 6-8 minggu, sampai total 5-6 "courses"
dimulai 8 hari post operasi.
- Obat: a. Actinomycin D :
15 kg (0,015mg) Kg/haro selama 5 hari.
b. Vincritine :
1,5 mg/m2/hari, diberikan ke 1 dan ke 5.
Pada kasus yang dinilai operabel/tumor tidak terlalu besar pada
saat diagnosa ditegakkan.
1. Secepatnya dilakukan transabdoniinai radikal nefrektomi
2. Bila diagnosa betul (diagnostic erros = 5-10%) post op
diberikan kemoterapi dan diikuti dengan maintenance
chemoterapi sampai 6-15 bulan
IX. Strategi untuk WILMS TUMOR dengan Metastase (group = stage IV dan
V:

Metastase dapat terjadi/diketemukan sebelum, selama dan atau sesudah


diagnosa dan tera pi primer :
I. Metastase pada Paru :
1. Diberikan kemoterapi seperti pada tumor primernya.
2. Setelah 6-12 minggu, bila tidak terjadi regresi sempurna, dan M
Single -> excisi : - wedge.
- segmental.
- lebar.
3. Bila : M : Multiple.
Regresi dan excisie tidak sempurna.
-> XRT pada kedua paru.
4. Perlu diberikan "maintenance chemoterapy" 5 courses.
II. Metastase pada Hepar :
1. Metastase single.
a. Kemoterapi primer.
b. Reseksi hepar bila regresi tidak sempurna
2. Metastase multiple.
HepaR radiotherapi dan kemoterapi

X. Bilateral WILMS TUMOR :


1. Pre operatip kemoterapi.
2. Operasi dikerjakan bila telah terjadi reduksi maximal dan tumor,
kadang-kadang setelah 2-3 bulan.
3. Post operatip kemoterapi.
4. Dipertimbangkan radioterapi.

XI. Penyulit dan Terapi WILMS TUMOR :


I. Penyulit Dini :
1. Gangguan Degestif:
- Vomiting
- Diarrhae biasanya terjadi saat di radiasi
- Perlu dipertimbangkan "N.S. Drip Voeding".
2. Gangguan hematologik :
- Leukopeni.
- Thrombositopeni :
Biasanya terjadi 8-10 hari setelah selesai "Course"
kadang-kadang lebih cepat.
PENTING
Jangan mulai dengan "Full Dosage Chemoterapy"
jika:
- Lekosit 4.000/mm3
- Thrombosit 150.000/mm3
Hentikan pemberian, bila:
- Thrombosit 75.000/mm".
3. Gangguan Hepatologik
- Biasanya feriadi pada radiasi tumor bed sebelah kanan.
- Dalam hal ini pemberian kemoterapi juga harus
dihentikan.
4. Pneumonitis :
Radiasi Paru dapat menginduksi terjadinya pneumonitis,
kemoterapi dapat menyebabkan potensiasi dari pneumonitis.
II. Penyulit lambat:
-> Penyebab utama ialah terapi radiasi.
Penyulit berupa :
1. Gangguan pertumbuhan tulang, scoliosis.
2. Gangguan fungsional dari :
* Paru.
* Degestif.
* Lever.
* Ginjal.
* Jantung.
3. Trauma pada gonad.
4. Keganasan sekunder.
5. Konsekuensi genetik.

XII. Hasil dari Terapi WILM'S TUMOR :


Overall 2 years survival rate saat ini :
M negatip : 80%.
M positip : 50%.
Kemajuan pengobatan :
1940 : operasi saja : 15 - 20% cure rate.
1940 - 1960 : operasi + XRT : 25 - 45% cure rate
1957 - 1985 : operasi + XRT + kemoterapi: 80% cure rate.

XIII. KEPUSTAKAAN :
Monfardini S (et al) : Manuaal of Adult and Paediatric.
Medical Oncology, Ch 29. p.l, p.310 - 318, 1987.
Springer - Verlag.
SEKSI UROLOGI
LAB /UPF ILMU BEDAH
FK.UNUD/RSUP DENPASAR

TUMOR WILMS

I. BATASAN :
Tumor Wilms adalah tumor ganas ginjal yang berasal dari sisa-sisa
jaringan embryonal (metanaphron)

II. SINONIM :
- Nephroblasma.
- Embryoma dari ginjal.
- Tumor campuran (mixed tumor) ginjal.

III. INSIDEN : Di Amerika


- Insiden dapat dikatakan tetap (konstan).
- 7,8 per 1.000.000 populasi yang berumur 1 sampai 14 tahun.
- Tiap tahun diketemukan lebih kurang 500 kasus baru.
- Merupakan 6 - 10% dari semua tumor ganas pada anak-anak
- 77% mengenai anak yang berumur 5 tahun kebawah dan 90%
mengenai anak yang berumur 7 tahun kebawah.
- Penderita laki-laki dan wanita insidennya hampir sama.
Data dari Seksi Urologi RSUD.Dr.Soetomo/FK.UNAIR Surabaya :
Selama 5 tahun, sejak 1986 sampai dengan 1990, telah dirawat
sebanyak 19 penderita Tumor Wilms. Penderita termuda berumur 5
bulan dan yang tertua berumur 14 tahun, 16 penderita berumur kurang
dari 5 tahun. Penderita laki-laki sebanyak 9 orang dan penderita
wanita : 10 orang.

Dapat disertai dengan kelainan kongenital (12 - 15%) seperti :


- Anvidia.
- Gigantisme fokal (Hemi Hiperrrophi)
- Sindroma WIEDEMANN - BECKWITH.
- NEUROFIBROMATOSIS
- Ginjal tapak kuda
- Kriptorkisme.
- Ambiguitas seksual
- Hemangioma.

IV. KLASIFIKASI PATHOLOG1 :


A. GROOS : - Tumor dapat terjadi disetiap bagian dari ginjal
- Tumor dengan demarkasi yang jelas dari jaringan sekitar dan
berkapsul.
- Seringkali terlihat daerah hemorrhagis, yang bila luas
menyebabkan nekrose dan timbul bentukan seperti kista. Ini
sering terlihat pada kasus yang mendapat sitostatika
sebelumnya.
- Sistem pyelokalices (PCS) seringkali mengalami distorsi.
- Pada vena dapat terjadi kivasi tumor (20%),
- Invasi ke PCS dapa! menimbulkan hematuria

B. HISTOPATHOLOGI
Gambaran hispatologi dibagi 2, yaitu
1. Tumor Wilms yang "Favourable" = klasik.
Ditandai dengan adanya komponen metanephrose dan
mesodermal (stroma). Ratio komponen dan derajat deferensiasi
sel bervariasi. Gambaran tubulus dapat berbentuk seperti
Rossete ataupun seperti lumen pada umumnya dengan dilapisi
epitel kuboid ataupun kalumnar.
2. Tumor Wilms yang "Unfavourable"
Terdapat 3 type yaitu
A. Anaplastik
Ditandai dengan inti sel yang membesar (sampai 3x)
hiperkhromalik dan terdapat mitose atipik.
B. Rhabdoid
Ditandai dengan sel yang uniform, dengan inti yang besar
dimana nukleoli yang sangat prominen. Pada sitoplasma
terdapat inktusi eosmophilik.
C. Sarkomatos ("Clear Cell Sarkoma")
Ditandai dengan gambaran spindle cell dengan susunan
vasosentrik
Type ini lebih : - Lebih sering pada penderita laki-laki.
- Lebih sering metastase ketulang.

V. MANIFESTASI KLINIS :

1. Gejala utama (mayor) :


- Massa di abdomen.
- Nyeri abdomen.
- Hematuria.
2. Gejala lain-lain ;
- Muntah-muntah.
- Febris.
- Hipertensi.
- Akut abdomen.
- Varikokel.
- Kelainan bawaan.
- Hiperkalsemia
- Hipoglikemia. jarang
- Sindroma cushing.
VI. PEMERIKSAAN LABORATORIS DAN RADIOLOG1S:
1. Pemeriksaan yang mutlak dikerjakan (obligatory)
- Darah lengkap dan urin lengkap
- Fungsi ginjal dan hepar
- Foto thorax
- Pyelografi intravena (I.V.P)
- Ultrasonografi abdomen
2. Pemeriksaan optional :
- Ct Scan abdomen (pada beberapa senter ini merupakan
“abligatory”)
- Tomografi thorax
- venacavografi
- Arteriografi renal.
- untuk Tumor Wilms bilateral.
- bila diagnose dari IVP dan Ultrasonografi masih
meragukan.
- Bone scan : bila jenis sarkomatos.
- Brain scan : bila jenis Rhabdoid dan Sarkomatos.

VII. STAGING :

A. Sistem nationale Wilms Tumor Study (NWTS. Amerika) :


Dasar utama adalah apa yang didapatkan pada saat operasi
Dibagi dalam 5 group, yaitu :
* Group I : Tumor terbatas pada ginjal dan dapat di eksisi
sempurna
* Group II : Tumor telah meluas keluar ginjal
- Penetrasi ke perilrenal
- Penetrasi ke Inn paraaorta
- Penetrasi ke vasa renalis, tetapi dapat dieksisi
sempurna
* Group III : Terdapat sisa sel tumor di dalam abdomen, yang
tidak berasal hematogen, misalnya :
- Biopsi.
- Kuptur sebelum atau pada saat operasi.
- Pembesaran limphonoduli diluar 1 nn
periaorta.
- Infiltrasi kedalam organ vital
* Group IV : Terdapat metastase hematogen (insiden : 20%
pada saat diagnosa)
- Paru (80%)
- Hepar
- Tulang
- Otak
* Group V : Tumor Bilateral (5 - 10%)
Tumor diginjal kontralateral yang diketemukan
belakangan juga dimasukkan dalam group V ini
B. Sistem TNM
I. KLINIS
Tumor = T
T.I : - Unilateral
- Pada IVP : iuas tumor < 80 cm
T.2. : Unilateral, luas tumor > 80 cm.
T.3. : Unilateral, ruptur sebelum terapi
T.4. : Bilateral.
Limphonoduli = N
N.0. : Tidak terdapat pembesaran dari Inn regional.
N.1. : Terdapat pembesaran dari Inn regional.
Metastase = M
M0. : Tidak terdapat metastase jauh.
M.1. : Terdapat metastase jauh
II. Histopatologi :
pT0 : Tidak diketemukan tumor
pT1 : Tumor berkapsul eksisi sempurna.
pT2 : Tumor melewati kapsul, eksisi sempurna.
pT3 : Eksisi tidak sempurna.
a. Secara mikroskopik terdapat sisa tumor.
b. Secara makroskopik terdapat sisa tumor atau
terjadi "Spillage"
c. Tidak bisa di reseksi pada saat operasi.
pT4 : Tumor bilateral
pN0 : Tidak terdapat tumor pada Inn regional.
pN1 : Terdapat invasi ke Inn regional
* pN1.a. : bisa dibersihkan semua.
* pN1.b. : tidak bisa dibersihkan.
pM0 : Tidak terdapat metastase jauh
pM1 : Terdapat metastase jauh

VIII. DIAGNOSA MFFERENSIAL :

* Kesalahan diagnosa terjadi pada 5-9 kasus


* Diagnosa ditTerensial Tumor Wilms adalah :
- Neuroblastoma.
- Teratoma.
- Hidronepfrosis.
- Penyakit kista ginjal.
- Spleenomegali.
- Lymphoma..
- Kista mesenterial
IX. TERAPI

Terapi terdiri dari :


1. Operasi
2. Kemoterapi
3. Radioterapi

1. Operasi
- Dikerjakan secepatnya bila tumor dinilai operabel
- Incisie melalui transperitoneal, dapat melalui garis tengah,
transversal atau pun thorako-abdominal.
- Setelah peritoneum dibuka, oprabilitas dinilai lagi, juga diperiksa
ginjal kontra lateral dan organ-organ intra peritoneal yang lain.
- Bila terdapat bagian tumor yang tidak bisa direseksi harus ditandai
dengan “Clip”.

2. Kemoterapi
- Jenis obat
* Actinomycin D
* Vincristine
* Adriamycin

SITOSTATIKA PREOPERATIVE

ACTINOMYCIN D VINCRISTINE
DOSIS 15 Mg (0,015 mg)/kg BB/hari 1,5 mg/m LPT/minggu
HARI 1, 2, 3 1,7,14,21
14, 15, 16
COURSE 2x 4x
CARA Infuse i.v. dalam cairan normal Bolus i.v. dalam 10-20ml
salin normal salin, kemudian “flush”
TOKSISITAS - Nekrose jaringan (bila ekstra- Nekrose jaringan (bila
vasasi) ekstravasasi)
- Phlebitis Phlebitis
- Nausea, vomiting Nausea, vomiting
- Mukositis Alopecia
- Myelosupresi Mukositis
Myelosupresi
Konstipasi
METABOLISME Nyeri otot (mandibular)
SIFAT FISIK Hepar, ginjal
Powder (bubuk), dingin tanpa
cahaya, tahan 6 bulan
Larutan, dingin, gelap tahan 2
minggu
- Waktu pemberian
A. Pre Operative
Indikasi : Tumor dinilai in operabel
Tujuan : - Memperkecil tumor sehingga menjadi operabel
- Mengurangi resiko tumor ruptur
Syarat : - Lekosit > 4000/mm
- Trombosit > 150.000/mm
B. Post Operative
Indikasi : Semua kasus tumor Wilms
Tujuan : Mencapai kurabilitas yang tinggi dan jangka lama
Syarat : - Pre Operative
Jenis obat, dosis, cara pemberian, sifat obat dan toksitas sama
dengan pemberian pre operative.
Yang berbeda :
Total course : 5-6x
Interval : 6-8 minggu

Actinomycin D Vincristine
------------------ --------------
Hari pemberian 1, 2, 3, 4, 5 1,5.

3. Radioterapi :
Tidak secara rutin diberikan
Indikasi : - Tumor Wilms group II jenis UNFAVOUBLE
- Tumor Wilms group III
- Tumor in operabel yang dengan kemoterapi
responnya kurang baik

X. SKEMA TERAPI ;
(Lihat halaman berikutny)

XI. TERAPI TUMOR WILMS GROUP IV DAN V (M (+) )

Metastase dapat terjadi sebelum, selama atau sesudah diagnosa dan terapi
dari tumor primer

A. Metastase pada paru :


1. Diberi kemoterapi seperti pada tumor primer
2. Dinilai ulang setelah 6-12 minggu, bila regasi tidak sempurna
- Metastase single : excisie  * Wedge
* Segmental
* Lobar
- Metastase multiple : tehnik operasi tidak memungkinkan
excisie  radioterapi
B. Metastase pada hepar
1. Kemoterapi seperti pAda tumor primer:
2. Dinilai ulang setelah 6-12 minggu, bila regesi tidak sempurna —>
reseksi Bila tehnik operasi tidak memungkinkan  Radiasi

XII. TERAPI TIMOR WILMS BILATERAL :


1. Selalu diberikan pre operative dan post operative kemoterapi
2. Operasi dikerjakan setelah reduksi maximal (kadang-kadang setelah 2-
3 bulan).
3. Sedapat mungkin dipertahankan parenklim ginjal yang normal tumor
yang kecil cukup enukleasi.
4. Dipertimbangkan radioterapi.

XIII. PENYULIT TERAPI :


A. Penyulit dini
1. Gangguan Digestive
- Nausea, Vomiting
- Diarrhae
Biasanya terjadi pada saat diberikan radiasi atau sitostotika
Perlu dipertimbangkan pemberian makanan lewat sonde hidung.
2. Gangguan Hematologi
- Berupa lekopeni dan trombositopeni
- Biasanya terjadi 8-10 hari setelah selesai pemberian satu seri
sitostatika
- Hentikan pemberian sitostatika bila trombosit 7S 000/mm.
3. Gangguan Mepatologik :
Biasanya terjadi pada radiasi tumor bed sebelah kanan.
Bedakan gangguan hepatologik karena metastase tumor
dihepar.
4. Pereumanitis
Dapat terinduksi oleh pemberian radiasi maupun sitostatika

B. Penyulit I.ambat
- Penyebab utama adalah terapi radiasi.
- Penyulit dapat berupa
1. Gangguan pertumbuhan tulang, skoliosi
2. Gangguan fungsional dari . - Paru
- Digestive
- Ginjal.
- Jantung
3. Trauma pada gonad
4. Keganasan sekunder
5. Konsekwensi genetik
XIV. PROGNOSE DAN HASIL TERAPI
- Prognosa dari penderita Tumor Wilms menjadi sangat baik berkat
kemajuan di bidang :
- Operasi. termasuk perawatan pasca bedah
- Kemoterapi
- Radioterapi
- Sebagian penderita yang prognosanya masih belum baik, dipengaruhi oleh
taktor- faktor :
A. Faktor utama (Mayor)
Histologi dari tumor :
Jenis yang "unfavourable" prognosanya masih kurang
baik.
Metastase hematogen :
Bila belum dijumpai metastase hematogen
prognosanya amat baik Metastase hematogen pada
paru, prognosanya lebih daripada tempat lain.
Kelenjar getah bening
(kgb)

B. Faktor Minor
Umur : Makin muda penderita biasanya prognosa lebih
baik karena gambaran histolog; lebih sering
"favourable" dan tumornya sendiri belum
ekstensive
Berat tumor : Bila tumor kurang dari 250 gram jarang sekali
relapse.
Ekstensi sampai ke vase ekstra renal
Tercecernya sel tumor saat (operative spill)
Ekstensi tumor langsung ke jaringan sekitar.

XV. FOLLOW UP :

Follow up merupakan hal yang amat penting dan dikerjakan untuk jangka
waktu yang tidak terbatas Seperti pada tumor organ urogenital lainnya maka
follow up pada tumor Willms sebagai berikut :
Interval-----> tahun I setiap 3 bulan.
tahun II setiap 4 bulan.
tahun III dan seterusnya setiap 6 bulan
Yang diperiksa setiap kali datang kontrole adalah :
- Performance status
- T: N dan M berdasarkan auamnesa, pemeriksaan fisik, laboratorik, dan
lain - lain yang dianggap perlu.
XVI. HASIL :
Sekitar tahun 1940 : Dengan operasi saja, cure rate : 15-20%
Sekitar tahun 1940 – 1960 : Operasi dan radioterapi, cure rate, 25-45%
Sekitar tahun 1960 – sekarang : Operasi, radioterapi, kemoterapi, cure rate >80%

KEPUSTAKAAN

1. D. ANGIO G.J. dkk :


Tumor, upper urinary tract
Dalam : Clinical Pediatric Urology, Vol. 2. 2nd Ed. Chapter 33 p : 1157-
1188: W.B. saunders 1985.

2. KOYLE MA. & RM. EHRLICH :


Wilms tumor in neonates and young infants current consideration and
controversies
Dalam : Urology Surgery in neonetes and young infants Ch 23, p : 249;
W.B. Sounders 1988.

3. Mc. C. SYNDER H. dkk :


Wilms tumor and othor renal tumors of childhood
Dalam : Champbell’s Urology Vol. 2, Ch. 27 p : 2244 – 2263
W.B. Saunders 1986

4. MONFARDINI S. dkk :
Manual of Adult an Paediatric Medical Oncology, Ch. 29 p : 310 – 318,
Springer Verlag 1987.
SELF KATETERISASI
PADA STRIKTUR URETHRA

I. Latar Belakang dan Tujuan


■ Masih sering kambuh, khususnya yang komplikated
■ Self kateterisasi ternyata cukup aman (Lapides, 197)
■ Tujuan : menekan kekambuhan.

II. Seleksi Penderita


■ Semua penderita striktura uretra yang dirawat di Urologi yang telah
dikerjakan Urethrotomi interna dan memenuhi syarat
■ Syarat-syarat
1. Penderita dewasa sampai umur 50 tahun.
2. Striktura yang recidive.
3. Striktura yang komplikated :
a. multiple
b. panjang striktura > 1 cm
4. Penderita setuju setelah diberi penjelasan latar belakang dan tujuan.

III. T e h n i k
1. Dikerjakan selelah indwelling kateter dilepas (dalam 1 - 2 minggu).
2. Penderita diajari self kateterisasi oleh residen Urologi vang ditunjuk, di
kamar Sistoskopi.
3. Tehnik "Clean cathetensation".
4. Alat : a. Kateter nelaton Ch 16.
b. KY jelly.
5. Cara
■ Sebelum dimulai penderita mencuci kedua tangan dan ujung
kemaluan sampai bersih
■ Tangan kiri, telunjuk dan lbu jari memegang glans penis dan
diarahkan keatas (cranial).
■ Tangan kanan memegang kateter, ± 3 - 4 cm dan ujung dengan ibu
jari dan telunjuk. Ujung kateter diberi pelicin (KY jelly) dan
dimasukkan perlahan melalui meatus uretra sampai keluar urine.
Kemudian cabut pelan-pelan.
■ Kateter dicuci sampai bersih dan disimpan untuk digunakan lagi.
6. Dalam 1 - 2 hari setelah penderita dapat melakukan sendiri → boleh
pulang dan tetap mengerjakan self kateterisasi dengan dosis :
2 Minggu pertama : setiap pagi dan sore sebelum mandi (2x/hari).
2 Minggu kedua : setiap pagi atau sore saja (1x/hari)
Kontrole I ke Kamar Sistoskopi dengan
■ membawa hasil urine kultur.
■ membawa nelaton kateternya untuk demonstrasi didepan evaluator
Bila ,
a). Lancar : dosis diturunkan, kateterisasi 2x/minggu (misal Senin –
Kamis) → Selama 4 minggu → Kontrol II, bawa :
■ Kultur urine.
■ Kateter untuk demonstrasi.
b). Kateter tidak dapat masuk : Pesankan Urethrografi.
7. Bila pada kontrole ke II
■ tetap lancar → kateterisasi (2x/minggu) diteruskan 4 minggu
berikutnya → kontrole III.
■ Bila kateter tidak bisa masuk → urethrografi
8. Kontrole ke III :
■ Seperti kontrole I dan II
■ Bila lacar : dosis diteruskan 1x/minggu sampai 6 bulan post sachse is
kontrole ke IV.
■ Bila kateter tidak dapat masuk : urethrografi
9. Kontrol IV :
A. Bawa hasil urine kultur
B. Demonstrasi self kateter
■ Bila :
B. Lancar → kateterisasi tidak perlu lagi → kontrole 6 bulan
berikutnya (kontrole ke V)
■ Urine kultur
Hasil dibawa saat kontrol
■ Urehtrografi
■ Bila keteter tidak dapat masuk : urethrografi
10. Terapi antibiotika hanya diberikan pada simptomatik bakteri urine.
11. Bila hasil urethrografi → striktur recidive → lapor ke dokter Ahli Urologi
→ perlu sachse lagi?

IV. Data-data dicatat dalam LPD khususnya dan diserahkan ke dokter Ahli
Urologi

V. Analisa : Diskriptive
Akan disusun kemudian
Analitik

VI. Schema :
Terlampir
SCHEMA SELF KATETERISASI PADA STRIKTURA URETRA

Sachse Self- Keteterisasi KONTROL I KONTROL II KONTROL III KONTROL IV


Kateter 1 x /hari
2x/hari Keteterisasi Keteterisasi Keteterisasi Keteterisasi
2 x /minggu 2 x /minggu 1 x /minggu 8 bulan stop

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIV Bulan VI

Kontrol V ANALISA DATA

Bulan VII Bulan XIII Bulan XIV


TINDAKAN-TINDAKAN ENDOVESIKAL DENGAN
MENGGUNAKAN AIR STERIL

■ Air yang steril harus sampai pada pasien (tidak hanya pada air/sistim).
■ Beberapa petunjuk praktis :
1. Sistim tertutup yang berisi air steril tidak boleh dipertahankan lebih dan
24 jam.
2. Penggunaan air steril pada sistim irigasi dalam waktu yang lama
berbahaya untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan kuman.
3. Bagian yang berhubungan dengan pasien, terutama bila penggunaan agak
lama sangat berbahaya terhadap pertumbuhan kuman.

BEBERAPA KELEMAHAN/KERAWANAN PADA SISTIM ALAT INI :


1. Spesial filter → tidak bisa bertahan terlalu lama
2. Filter tidak boleh terisi udara, karena itu harus sering mengisi air/jangan
sampai kosong.
3. Bagian/unit yang ke penderita harus diganti setiap pasien dan sudah
dilengkapi ventil untuk menghindari arus balik dan pasien.
Pada setiap pergantian pasien harus ditutup dengan penutup yang diberi
formalin tablet.

PENTING UNTUK DIPERHATIKAN :


1. Air steril dalam irigator tidak boleh disimpan terlalu lama, jangan lebih
dari 24 jam.
2. Hanya untuk filtrasi air dan hanya selama digunakan 3 Air sisa harus
dibuang dari dalam filter
4. Filter - saluran irigator harus disteril minimal setiap 3 hari
- sterilisasi dengan autoklaf atau gas stenlisator
Daya tahan 36 hari.
5. Setiap pagi alat yang dipergunakan untuk pasien harus diganti.
6. Bila pekerjaan dihentikan/pergantian pasien sebaiknva kran ditutup dan
sistim ditutup kantong yang diberi tablet formalin
PROSEDUR TETAP TINDAKAN MEDIK “UROLOGI”
RSU SANGLAH DENPASAR

KATETERISASI URETRA SEMENTARA DAN MENETAP

1. Batasan/definisi
Tindakan medik (invasive) melalui uretra dengan alat kateter uretra

2. Indikasi
- Monitor produksi urin
- Pengambilan contoh/sample urin
- Pembedahan saluran kemih bawah
- Larutan povidon iodine 10 %

3. Kontrak Indikasi
- Uretritis akut
- Infeksi prostat akut
- Ruptur uretra

4. Anestesi lokal
- Lidocain jelly 10 ml
- Lidocain 1% 4 ml + water

5. Peralatan/instrumen
- Persiapan daerah kulit
- Gas steril
- Larutan povidon iodine 10%
- Tempat steril
- Linen (lubang) steril
- Handscoon steril
- Keteter dan perlengkapannya
- Jelly/water-soluble lubricant
- Syringe 50 ml, catheter tip
- Syringe 5 ml

6. Peralatan/instrumen
- Aquabides/sterile water for injection 10 ml
- Salin sterile 50 ml
- Foley catheter Ch 16 atau 18 (kecuali pembedahan Ch 20/22/24)
- Urobag/Ciosed urinary drainage system
- Neomyoin 0,5 % -Fluocinolone 0,025 % cream
- Adhesive tape
- Lain-iain yang mungkin diperlukan
- Lidocaine jelly
- Lidocaine 1 %
7. Prosedur tindakan
- Posisi
Laki-laki : Supinasi (terlentang)
Wanita : Supinasi (terlentang), "frog leg position"
- Persiapan
Laki-laki : Desinfeksi prepotium, miatus
uretra, gland dan batang penis
Wanita : Desinfeksi introitus vagina.
miatus uretra dan labia
- Pemasangan linen steril berlubang
- Pemakaian handscoon (sarung tangan) steril

8. Pelaksanaan (1) :
- Retraksi prepotium
- Semprotkan lidocain jelly 10 ml melalui
- miatus uretra (tunggu 5-10 menit)
- Licinkan dengan jelly steril 1/3 distal kateter
- Masukan kateter melalui miatus uretra (pada
- Laki-laki : tarik penis demikian rupa sehingga
- kateter mudah masuk) sampai 1/3 proksimal
(percabangan)
- Isi balon kateter dengan 5-10 ml "water sterile"

9. Pelaksanaan (II):
- Tarik kembali keluar kateter secara halus/dengan perasaan sampai ada
tahanan/balon kateter menempel didalam leher kandung kemih
- Hubungkan kateter dengan "urobag" (sistim tertutup)
- Berikan krem antiseptik (neomycine-fluocinolone) pada daerah miatus-kateter
- Fiksasi kateter didaerah inguinal/dibawah pelipatan paha sesuai lengkungan
uretra bulbosa dengan "adhesive tape"

10. Perawatan kateter


- Cuci miatus uretra 3 kali/hari dengan air dan sabun
- Berikan antiseptik pada miatus-kateter
-Hindari sistim terbuka (melepas kateter dari urobag)

11. Komplikasi dan penanganannya


• Falseroot
Etiologi: Pencegahan :
- Kateter terlalu kecil dan kaku - Pilih kateter dengan ukuran dan
- Dipaksakan kelenturan yang paling sesuai
- Striktura uretra - Keterampilan tehnik pemasangan
Kateter uretra
• Sepsis
Setiologi :
- Balon kateter dikembangkan
Pada uretra prostatika - Sistim tertutup kateter
- Palseroot terkontaminasi
- Kontaminasi saat peasangan - Ada infeksi daerah uretra
kateter sebelumnya

Pencegahan :
- Pastikan balon berada dalam - Terapi infeksi saluran kemih
kandung kemih sebelum balon - Hindari pemasangan kateter
kateter dikembangkan pada infeksi uretra/prostat
- Hindari fiksasi adhesive tape - berikan antiseptik (Sulfa/as.
kateter terlalu tegang Pipemidat pasca kateterisasi
- Perawatan kateter selama 7 hari

• Struktura uretra
Etiologi : Pencegahan :
- Trauma kateterisasi - Pergunakan silastic/Teflon coated
- Uretritis cateter
- Perawatan kateter

• Hematuria
Etiologi : Pencegahan :
- Trauma kateterisasi - Tehnik pemasangan kateter
- Ada kelainan/ptologi yang benar
Sebelumnya - Dekompesi kandung kemih
- Dekompresi terlalu cepat pada perlahan-lahan sampai beberapa
Retensio urin kronis jam
General Surgeon Residency Program

SURGERY DEPARTMENT FACULTY OF MEDICINE UDAYANA


UNIVERSITY - SANGLAH HOSPITAL DENPASAR BALI UROLOGY
DEVISIOM
General Surgeon Residency Program

INTRODUCTION
The impact that urinary conditions and the conditions associated with the urinary
system may cause in the patient as well as their families are a major concern in
primary care. The preventive care and the environmental and occupational factors
that may produce or predispose individuals to urinary problems are important for
Primary Care Physicians in diagnosis and management of urological these conditions
We should know our limitations arid seed consultation or referral when indicated,
managing the patient together with the specialist

GOALS
Residents gain knowledge and skills in the recognition, diagnosis, treatment and
management of common urological problems, including trauma acute and chronic
urinary tract infections, anatomical abnormalities of the urological system, urinary
tract stones, prostatism, urinary tract malignancies, urinary retention, urethral
stricture, and causes of renal failure

OBJECTIVES
Knowledge
1. Normal anatomy and physiology of the urinary system
2. Urological history — frequency, urgency, hesitancy, etc
3. Examination — indications and interpretations
a) Urinalysis
b) Imaging studies — ultrasound, CT scan
c) Intravenous Pyelogram
d) Urodynamics — flow rates, post void residuals
e) Cystoscopy
4. Initial diagnosis, management and appropriate referral (*) for common urinary
problems

a) Urologic Trauma (Specific treatment *)


b) Erectile dysfunction (Specific treatment*)
c) benign prostatic hypertrophy (Specific treatment*)
d) Hydrocele/varicocele
e) Urolithiasis (Complicated*)
f) Urinary Tract Infection (Complicated*)
g) Cystitis — acute, chronic, recurrent
h) Pyelonephritis acute, chronic renal abscess
i) Hematuria/proteimunia (specific treatment*)
j) Epididymitis
k) Prostatis
l) Orchitis
m) Urethritis
n) Incontinence — stress vs urge vs overflow
o) Neurogenic bladder
p) Neoplasms (*)
* Wilm’s tumor (renal nephroblastoma)
* Renal adenocarcinoma
* Bladder carcinoma
* Prostate carcinoma
* Testicular carcinoma
* Penile carcinoma
q) Urinary tract obstructions (specific treatment)
r) testicular torsion

Skills
Evaluations skills
a) Performance of history taking and physical exam
b) Ordering and interpretation of studies
c) Formulating a rational plan of investigation and management and need for
appropriate referral

Management skills
a) Formulating a plan of management, investigation and need for expert advise
with an awareness of the risks and costs of the investigation and the value of
the information that will be obtained
b) Understanding the role of the urologist
c) Management and recognition of the prevalent and treatable diseases listed
under KNOWLEDGE, with consultation when appropriate

Technical Skills
a) Bladder catheterization h) Hydrocelectomy
b) Rectal Exam i) Vesicolithotomy
d) Prostate Fxam j) Prostectomy
e) Cystostomy k) Vasoligation
f) Nephrostomy 1) Nephrectomy
g) Vasectomy m) Middle 1/3 Ureterolithotomy

Attitudes
The resident should demonstrate attitudes that encompass
1. Promote effective and compassionate communications with patients and families
2. A capacity to work quickly and efficiently to assess the patient according to the
urgency of the patient's problem
3. Cooperation and effective working relationship with other members of the health
care team
TEACHING METHODS
The Urology rotation is a (4 to 8-week) rotation during the (PGY-2 year) During this
time, you will see a vast array of urological conditions A minimum of one ½-day
session assisting in the urology surgery clinic is required during this rotation. It is
expected that you will become an active participant in the Urology department,
including morning reports, rounding and conferences while assigned. During this
rotation, residents are supervised and evaluated by Staff Department of Urology

EVALUATION
The resident will be evaluated by the primary faculty based on the standard six
levels of competency. The attending faculty will observe the resident’s skill and
competence directly in the patient care context and in the learning environment as the
source of information for faculty evaluation. An evaluation from in completed at the
end of the rotation by each of the supervising faculty. Residents also provide an
evaluation of the faculty of each rotation, grading the quality of the education and
supervision they receive.

RESOURCES
Required Readings
Tanagho, E., Mc.Aninch, J. (2003) Smith’s General Urology : New York: Mc Graw
Hill. Chapters 1, 3,4,6,12,16,17,23,31,42 & 47.

Anda mungkin juga menyukai