Konsep Pembelajaran
Konsep Pembelajaran
A. Pengertian Pembelajaran
Istilah pembelajaran secara garis besar dapat didefinisikan sebagai suatu proses
suatu hasil belajar. Hal ini berarti bahwa pembelajaran adalah suatu proses transaksional
pendidik, peserta didik, bahan ajar, media, alat, prosedur dan proses belajar guna mencapai
Perubahan yang komprehensif tersebut berarti perubahan yang mendalam dan esensial
pada perilaku, sikap, pengetahuan dan kemampuan pemaknaan pada peserta didik yang dapat
sebuah kegiatan pembelajaran yang berkelanjutan, seluruh kebutuhan hidup peserta didik
Hamalik (1994: 69) mengemukakan bahwa “pembelajaran adalah prosedur dan metode yang
ditempuh oleh pengajar untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk melakukan
kegiatan belajar secara aktif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.” Senada dengan
pernyataan tersebut, Surya dalam Ruhiat (2012: 2) juga memberikan pengertian bahwa
“pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu
Berdasarkan pendapat dari dua pakar pendidikan di atas, dapat ditarik beberapa kata
prosedur/proses yang melibatkan interaksi antara pengajar dan peserta didik, baik secara
langsung maupun melalui penggunaan berbagai media pembelajaran, serta ditempuh guna
pembelajaran tersebut bisa dilakukan melalui berbagai pola. Morris dalam Rusman (2010:
152) mengklasifikasikan empat pola pembelajaran yang bisa digambarkan sebagai berikut:
Bagan 1
Pola-Pola Pembelajaran
Dalam bagan di atas dapat diperhatikan bahwa kedua pola pembelajaran tradisional (a
dan b) menempatkan pengajar sebagai pusat dari kegiatan pembelajaran, di mana ia menjadi
satu-satunya pihak yang mengontrol jalannya lalu lintas informasi pembelajaran yang
disampaikan kepada peserta didik. Kedua pola pembelajaran tersebut merupakan pola
Pola pembelajaran guru dan media (c) serta pola pembelajaran bermedia (d)
dalam proses pelaksanaannya. Pada kedua pola tersebut pengajar tidak lagi menjadi satu-
satunya sentral informasi dalam kegiatan pembelajaran, karena peserta didik bisa
memperoleh berbagai informasi dari media pembelajaran yang disertakan dalam kegiatan
Pada kedua pola pembelajaran tersebut pengajar harus mampu untuk berperan sebagai
pembelajaran, sesuai dengan tuntutan yang diberikan oleh Kurikulum Berbasis Kompetensi.
B. Komponen-Komponen Pembelajaran
komponen-komponennya yang saling berhubungan satu sama lain dan sama-sama memiliki
satu tujuan yang bila dicapai akan menghasilkan sebuah dampak baik pada pihak pengajar
maupun peserta didik sebagai pihak yang sama-sama menjalankan dan berada di dalam
sistem tersebut. Tujuan yang dimaksud merupakan sebuah hasil akhir dari sistem
pembelajaran dan bisa merujuk kepada beberapa jenis tujuan pembelajaran, tergantung pada
cakupan dari tujuan pembelajaran yang dimaksud, seperti Tujuan Pendidikan Nasional,
pengajar maupun peserta didik yang mengikuti sistem pembelajaran yang dilangsungkan.
Bagi pengajar, mereka akan mendapatkan hasil yang bisa diukur berupa data hasil belajar
siswa yang berbentuk angka/nilai, serta masukan bagi pengembangan kegiatan pembelajaran
selanjutnya. Bagi siswa, mereka akan mendapatkan hasil pembelajaran yang disebut sebagai
bidang lain sebagai suatu transfer belajar yang akan membantu perkembangan mereka
Guna mencapai tujuan pembelajaran dan memberikan dampak yang sesuai kepada
pengajar dan peserta didik sebagai pihak yang terlibat dalam sistem tersebut, maka
diperlukan adanya interaksi yang aktif dan saling mempengaruhi antar komponen-komponen
pembelajaran. Interaksi tersebut juga harus bersifat saling bergantung (interdependensi) dan
Fathoni & Riyana (2009: 137) mengemukakan bahwa ada lima komponen sistem
Bagan 2
Sistem Pembelajaran
Dari bagan di atas dapat dilihat bahwa pembelajaran merupakan suatu sistem yang
setiap komponennya saling berhubungan satu sama lain, dan semuanya itu sama-sama
menuju kepada suatu ketercapaian tujuan pembelajaran. Berikut akan dipaparkan penjelasan
1. Tujuan Pembelajaran
pelaksanaan suatu kegiatan pembelajaran. Komponen ini adalah titik akhir dari sinergi
evaluasi pembelajaran. Maka dari itu, komponen tujuan ini juga harus dijadikan
pembelajaran lainnya.
itu bertingkat dan setiap tingkatan akan berakumulasi untuk mencapai tingkatan
berikutnya yang lebih tinggi.” Secara hierarkis, empat tingkatan tujuan pembelajaran
Tujuan Pendidikan Nasional ini diatur dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
b. Tujuan Institusional/Lembaga
c. Tujuan Kurikuler
menggambarkan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi dari suatu
pendidikan/sekolah tersebut.
d. Tujuan Instruksional/Pembelajaran
masih umum yang ingin dicapai dalam setiap pokok bahasan dari sebuah
2. Bahan Pembelajaran
Bahan pembelajaran adalah isi dari suatu kurikulum yang berupa mata
aspek kompetensi peserta didik, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap/nilai) dan
psikomotor (keterampilan).
Supriadie dalam Fathoni & Riyana (2009: 141) merinci enam kategori bahan
a. Fakta, yaitu sesuatu yang telah terjadi atau telah dialami/dikerjakan, dan
bisa berupa obyek atau keadaan tentang suatu hal.
b. Konsep/teori, yaitu suatu ide/gagasan atau suatu pengertian umum yang
menjelaskan serangkaian fakta.
c. Prinsip, yaitu suatu aturan/kaidah untuk melakukan sesuatu, atau
kebenaran dasar sebagai titik tolak untuk berpikir.
d. Nilai, yaitu suatu pola, ukuran, norma atau suatu tipe/model yang
berkaitan dengan pengetahuan atau kebenaran yang bersifat umum.
e. Keterampilan, yaitu suatu kemampuan untuk berbuat sesuatu, baik dalam
pengertian fisik maupun mental.
memiliki kaitan yang erat dengan komponen sebelumnya, yakni tujuan pembelajaran.
Pemilihan strategi dalam suatu kegiatan pembelajaran harus selalu mengacu kepada
rumusan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan pembelajaran tersebut.
konsep worldwide web, maka strategi pembelajaran yang digunakan cukup metode
ceramah atau diskusi. Lain halnya bila tujuan yang ingin dicapai adalah memberikan
ditempatkan di jaringan worldwide web. Strategi yang digunakan tentu lebih cocok
berupa metode praktek/tutorial. Begitu pula bila tujuan pembelajaran yang ingin
yang digunakan tentunya adalah strategi pembelajaran tersendiri yang paling tepat
pembelajaran harus selalu mengacu kepada rumusan tujuan yang ingin dicapai oleh
kegiatan pembelajaran tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan
oleh J.R. David dalam Masitoh (2011: 22) yang mengemukakan bahwa strategi
pembelajaran adalah “... perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.” Selain itu, Kemp dalam Masitoh
(2011: 22) juga mengemukakan hal yang senada, bahwa strategi pembelajaran adalah
“... suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh guru dan siswa agar
meraih tujuan pembelajaran, metode pembelajaran bisa diartikan sebagai sebuah cara
Bagan 3
Pemilihan Pendekatan Pembelajaran
atau berorientasi kepada guru (teacher oriented). Penentuan strategi pembelajaran ini
Guna mencapai sebuah proses pembelajaran yang baik, maka setiap komponen
dalam sebuah sistem pembelajaran harus memiliki dan memenuhi sejumlah kriteria
tertentu. Fathoni & Riyana (2009: 150) memaparkan kriteria-kriteria tersebut sebagai
berikut:
a. Memiliki tingkat relevansi epistemologis yang tinggi, artinya proses
belajar yang dilakukan peserta didik relevan dengan hakikat ilmu yang
sedang dipelajari peserta didik;
b. Memiliki tingkat relevansi psikologis. Dalam hal ini ilmu dipandang
sebagai alat berpikir. Makin tinggi kadar berpikir siswa di dalam kegiatan
belajar, makin berkualitas proses belajar mengajar tersebut;
c. Memiliki tingkat relevansi sosiologis. Kriteria ini dilihat dari segi
kesempatan peserta didik menghayati nilai-nilai sosial. Di dalam proses
belajar mengajar yang memberi kesempatan kepada peserta didik
menghayati nilai-nilai sosial, seperti: saling menghargai pendapat,
bekerjasama dan sejenisnya, maka dilihat dari kriteria ini proses tersebut
cukup baik;
d. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi secara
optimal. Proses belajar mengajar yang terlalu didominasi oleh guru dinilai
tidak baik;
e. Memiliki tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi. Hal ini dilihat dari
tingkat pencapaian tujuan yang optimal dan komprehensif serta dengan
sumber daya yang relatif hemat.
4. Media Pembelajaran
pembelajaran yang berfungsi untuk membantu pengajar dan peserta didik dalam
Bila ditelusuri secara etimologis, kata ‘media’ adalah bentuk jamak dari
‘medius’, sebuah kata dalam bahasa latin yang berarti perantara atau pengantar.
c. Alat untuk memberikan perangsang bagi siswa supaya terjadi proses belajar
(Briggs: 1970);
d. Segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran pesan
(AECT: 1977);
f. Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat
(Miarso: 1989).
dalam sebuah definisi seperti yang dikemukakan oleh Scanlan (2012) sebagai berikut:
pembelajaran mulai dari bentuknya yang paling sederhana, seperti poster, flipboard
atau papan tulis, hingga ke media pembelajaran yang bentuknya lebih rumit/modern
unsur pembangun, yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software).
lunak berarti informasi/pesan/bahan ajar yang dibawa oleh unsur perangkat keras
(hardware) untuk disampaikan kepada peserta didik. Terkait fungsi dari kedua unsur
dalam media pembelajaran ini, Susilana & Riyana (2008: 6) mengemukakan, “Media
dibawakannya.”
pembelajaran telah dirancang dengan baik dan media yang digunakan pun merupakan
media pembelajaran yang paling efektif untuk digunakan sebagai alat bantu dalam
kegiatan pembelajaran tersebut. Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu,
Edgar Dale, seorang profesor pendidikan dari Ohio State University, Amerika Serikat,
melakukan klasifikasi pengalaman belajar dari tingkat yang paling kongkrit (nyata) ke
sebuah model yang menggabungkan beberapa teori tentang perancangan dan proses
teknologi komunikasi audiovisual. Kerucut ini juga menyatukan teori pendidikan John
Dewey dengan gagasan-gagasan psikologi yang tengah populer pada masa itu
(Sudrajat, 2008).
Berikut adalah ilustrasi dari Kerucut Pengalaman Edgar Dale (diadaptasi dari
metode dan bahan pembelajaran yang akan digunakan. Berikut adalah urutan
pengalaman belajar dimulai dari pengalaman yang paling abstrak hingga paling nyata
f. Exhibits (Pameran/museum);
h. Demonstrations (Demonstrasi/percontohan);
i. Dramatized experiences (Dramatisasi);
komunikasi, media pembelajaran yang ada pada saat ini semakin berkembang ragam
dan jenisnya, dari mulai yang paling sederhana seperti poster atau over head projector
(OHP), hingga yang paling modern seperti situs web pembelajaran elektronik (e-
Susilana & Riyana (2008: 13) melakukan klasifikasi umum terhadap media
berikut:
(2008: 22) juga mengemukakan bahwa masih terdapat dua kelompok yang tidak
termasuk media penyaji, tapi masih tetap termasuk ke dalam kelompok media
walaupun dengan cara yang berbeda. Kedua kelompok media tersebut adalah Media
pembelajaran melalui format sajian seperti halnya media pembelajaran lainnya. Yang
menjadi penyampai pesan pembelajaran dalam media obyek adalah fisik dari
medianya sendiri. Media obyek bisa berupa benda hidup seperti binatang/tumbuhan,
benda-benda alami seperti sungai, aliran air, batu, tanah dll, benda-benda buatan
manusia seperti kendaraan, komputer, gedung, peralatan bertani dll. Selain benda-
benda nyata seperti yang telah disebutkan, media obyek juga bisa berupa replika,
merupakan kelompok media penyaji adalah media interaktif. Melalui media interaktif,
peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran tidak hanya dengan mengamati atau
menerima informasi dari medianya saja, melainkan saling berkomunikasi dan saling
Susilana & Riyana (2008: 22) menuturkan, setidaknya ada tiga macam bentuk
interaksi dengan media pembelajaran interaktif. Bentuk interaksi yang pertama adalah
interaksi yang menunjukkan input yang diberikan oleh peserta didik kepada suatu
program pembelajaran, misalnya interaksi yang dilakukan saat seorang peserta didik
interaksi yang kedua adalah interaksi antara peserta didik dengan sebuah mesin/alat
interaksi yang ketiga adalah bentuk interaksi antara siswa yang terjadi secara teratur
pendidikan atau simulasi yang melibatkan peserta didik dalam suatu kegiatan atau
masalah. Dalam interaksi ini, seorang peserta didik harus mampu menyesuaikan
dirinya dengan situasi yang timbul, karena tidak adanya batasan yang kaku mengenai
jawaban yang benar. Bila berpedoman pada Kerucut Pengalaman Edgar Dale, bentuk
interaksi ketiga dalam media pembelajaran interaktif ini bisa dimasukkan dalam jenis
interaksi ini akan memberikan pengalaman belajar yang merangsang minat peserta
didik. Banyak pengajar yang menganggap jenis interaksi ini sebagai sumber terbaik
mesin/alat otomatis). Dalam pembelajaran berbasis web, selain belajar melalui pesan
pembelajaran yang disajikan oleh aplikasi pembelajaran berbasis web tersebut, peserta
didik juga melakukan aktivitas interaktif seperti menjawab soal latihan, mengisi tes
formatif, juga bersosialisasi dengan pengajar atau peserta didik lainnya melalui
tampilan antar muka web. Semua kegiatan pembelajaran itu dilakukan secara online
dan real time. Peserta didik dapat memperoleh feed back seperti nilai dari tes formatif
mereka, secara langsung begitu mereka selesai mengerjakannya. Selain itu, kegiatan
pembelajaran berbasis web akan merangsang kemandirian dan motivasi peserta didik
pembelajaran jenis ini, peserta didik dituntut untuk bisa belajar secara mandiri dan
5. Evaluasi Pembelajaran
pengukuran. Secara istilah, evaluasi adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis
terhadap manfaat, nilai dan signifikansi dari suatu hal dengan menggunakan
membutuhkannya, seperti peserta didik, orang tua peserta didik atau lembaga-lembaga
pembelajaran itu sendiri bisa dilihat dari perubahan tingkah laku peserta didik setelah
mengikuti proses pembelajaran, yang disesuaikan dengan kompetensi, tujuan, dan isi
program pembelajaran.
Bila dilihat dari sudut pandang peserta didik, evaluasi pembelajaran juga
kesulitan-kesulitan yang dialami oleh peserta didik, serta efisiensi dan efektivitas
kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru. Hal ini senada dengan tujuan khusus
dari kegiatan evaluasi pembelajaran yang dikemukakan oleh Arifin (2011: 55) sebagai
berikut:
Dalam dunia pendidikan, kegiatan evaluasi ada beberapa macam jenisnya dan
lazim dilakukan untuk beberapa keperluan. Arifin (2011: 55) mengemukakan empat
jenis evaluasi yang sering dilakukan di suatu lembaga pendidikan sebagai berikut:
ini, peserta didik yang belum mencapai kompetensi yang diharapkan atau
tambahan/remedial.
peserta didik terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan. Evaluasi ini juga
tingkatan yang lebih tinggi atau harus mengulang kembali di jenjang yang
tes SNMPTN, tes penempatan kelas IPA/IPS, tes penjurusan program studi dll.
Untuk menghasilkan suatu bentuk evaluasi yang reliabel dan hasilnya bisa
evaluasi bisa berpedoman pada prinsip-prinsip umum seperti yang dikemukakan oleh
evaluasi hendaknya melakukannya dengan melalui tahapan yang baik dan benar.
Fathoni (2011: 56) menyebutkan setidaknya ada delapan langkah umum dalam suatu
yang telah disebutkan sebelumnya. Hal tersebut dilakukan agar bentuk evaluasi yang
dihasilkan benar-benar layak dan mampu melakukan pengukuran hasil belajar pada
mengemukakan bahwa secara garis besar teknik evaluasi bisa dibedakan menjadi dua
Tes merupakan suatu alat yang disusun secara sistematis untuk mengukur
suatu sampel perilaku. Dalam tes, seorang peserta didik harus menjawab atau
skala sikap, angket, daftar cek, sosiometri dan data penilaian (Arifin, 2011: 76).
C. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu bentuk interaksi antara peserta didik
dengan lingkungan belajar guna tercapainya tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa prinsip
umum yang harus diperhatikan baik oleh pengajar maupun peserta didik agar pembelajaran
bisa terlaksana dengan efektif serta mencapai tujuan yang diharapkan. Alwasilah dalam
Arifin (2009: 5) mengemukakan beberapa prinsip umum dalam pembelajaran sebagai berikut:
1. Bahwa belajar menghasilkan perubahan perilaku peserta didik yang relatif permanen;
2. Peserta didik memiliki potensi, gandrung dan kemampuan yang merupakan benih
3. Perubahan atau pencapaian kualitas ideal itu tidak tumbuh alami liner sejalan proses
kehidupan.
pembelajaran efektif. Berikut adalah prinsip-prinsip khusus dalam pembelajaran seperti yang
Perhatian merupakan salah satu prinsip yang paling penting dalam suatu
bahwa “... tanpa adanya perhatian tidak mungkin akan terjadi suatu proses belajar
didiknya, baik itu perhatian pada pengajar itu sendiri ataupun perhatian kepada materi
yang sedang diajarkan. Perhatian berfungsi sebagai modal awal yang harus
dikembangkan secara optimal untuk memperoleh proses dan hasil pembelajaran yang
maksimal.
2. Prinsip keaktifan
Suatu kegiatan pembelajaran yang baik pada dasarnya harus terjadi atas
dorongan motivasi internal dari diri seorang peserta didik. Agar pembelajaran dapat
mencapai hasil yang optimal, seorang peserta didik harus memiliki kesadaran untuk
terjadi seperti itu, peserta didik akan mempelajari materinya secara malas-malasan
hingga timbul kesadaran pada dirinya sendiri bahwa ia memang ingin dan
Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Dewey dalam Arifin
(2011: 166) yang mengemukakan, “belajar adalah menyangkut apa yang harus
dikerjakan siswa oleh dirinya sendiri, maka inisiatif belajar harus muncul dari
dirinya.” Menyikapi pendapat Dewey tersebut, seorang pengajar di dalam kelas harus
berusaha sebisa mungkin untuk menerapkan prinsip keaktifan dalam diri peserta
didiknya. Pembelajaran diupayakan untuk selalu berpusat pada diri peserta didik
dalam suatu kegiatan pembelajaran yang kondusif. Peserta didik sebagai subyek
belajar harus diarahkan untuk memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu
tipe pembelajaran aktif dan dikemukakan sebagai tipe pembelajaran yang paling
efektif. Menurut Dale, setelah terlewat dua minggu peserta didik masih akan
mengingat 90% apa yang mereka pelajari dan katakan saat pembelajaran berlangsung.
fakta yang siap untuk diingat, melainkan sebuah proses yang benar-benar melibatkan
diri peserta didik untuk masuk dan memahami materi pembelajaran serta dapat
melibatkan siswa secara langsung akan menghasilkan pembelajaran yang lebih efektif
sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan secara lebih
optimal. Pendekatan pembelajaran seperti ini akan memberikan hasil yang lebih
4. Prinsip pengulangan
pembelajaran bisa merujuk kepada teori Psikologi Daya. Seperti dikemukakan oleh
5. Prinsip tantangan
Tujuan pembelajaran ialah target yang harus bisa dicapai oleh peserta didik di akhir
peserta didik dihadapkan pada sejumlah hambatan/tantangan untuk memahami isi dari
materi yang diajarkan. Di sini, akan timbul motif pada diri peserta didik untuk
yang dapat menimbulkan semangat belajar yang tinggi pada peserta didik. Metode-
Dasar dari prinsip balikan dan penguatan pada pembelajaran ini adalah Law of
Effect dari Thorndike. Hukum tersebut menyatakan bahwa peserta didik akan belajar
dengan lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil belajar yang baik.
Apalagi hasil yang baik merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh
baik bagi usaha belajar selanjutnya. Selain hasil yang baik, BF Skinner menyatakan
bahwa penguatan negatif/yang tidak menyenangkan pun bisa menjadi suatu dorongan
respon pembelajaran dari seorang peserta didik. Respon tersebut tidak hanya
diberikan di akhir pembelajaran berupa nilai/peringkat, tapi bisa diberikan juga segera
materi, atau berdiskusi dengan peserta didik tentang suatu materi pelajaran. Hal-hal
seperti ini akan membuat peserta didik terdorong untuk belajar dengan lebih giat dan
bersemangat.
7. Prinsip perbedaan individu
masing-masing, baik dari segi kelemahan maupun keunggulan, atau dalam segi fisik
maupun psikis. Hal ini akan berdampak pada perbedaan kemampuan tiap individu
Seorang pengajar yang baik harus dapat mengenali perbedaan di setiap individu
peserta didiknya supaya dapat memberikan perlakuan dan pelayanan pendidikan yang sesuai
dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing peserta didik. Ciri dan karakteristik yang
berbeda dari setiap individu peserta didik tersebut penting untuk dapat dikenali dan dipahami
supaya seorang pengajar bisa menyiapkan dan menyajikan pelajaran, memberikan tugas, serta
D. Inovasi Pembelajaran
Inovasi adalah suatu usaha untuk memperkenalkan ide, barang, produk, metode atau
apapun yang sifatnya baru. Inovasi juga dapat diartikan sebagai modifikasi/perbaikan dari
produk yang telah ada sebelumnya. Tetapi, hasil dari perbaikan itu tetap disebut sebagai
sesuatu yang baru. Proses berinovasi melibatkan daya kreatifitas pembuatnya. Tujuan dari
inovasi adalah untuk memecahkan persoalan yang terjadi pada produk, metode atau cara-cara
sebelumnya. Inovasi juga bertujuan untuk meningkatkan aspek efisiensi dan efektivitas.
dinamis, proses inovasi terjadi pada setiap bidang kehidupan tak terkecuali pendidikan.
Inovasi pendidikan adalah suatu usaha untuk memperkenalkan sesuatu yang baru dalam
bidang pendidikan agar tercapai efisiensi dan efektifitas guna peningkatan mutu untuk
Tidak setiap hal yang baru diperkenalkan dalam dunia pendidikan bisa disebut
sebagai sebuah inovasi. Inovasi di dalam dunia pendidikan haruslah berupa produk dari suatu
hasil olah pikir atau olah teknologi yang memiliki kadar orisinalitasnya sendiri dan dapat
memecahkan persoalan yang timbul atau memperbaiki suatu keadaan di dalam dunia
pendidikan. Wahyudin & Susilana (2009: 243) mengemukakan setidaknya empat ciri utama
dan terencana hingga ke tataran level yang paling kecil, agar tujuan dari keseluruhan sistem
inovasi itu bisa tercapai. Proses penurunan/pengimplementasian hasil dari inovasi dinamakan
dengan istilah „difusi‟. Difusi merupakan proses pengkomunikasian inovasi melalui saluran-
saluran tertentu, terhadap anggota dari sebuah sistem sosial. Proses difusi ini bisa juga
disebut sebagai suatu tipe komunikasi khusus, di mana pesan yang disampaikannya adalah
sebuah ide baru (inovasi). Tujuan utama dari dilaksanakannya proses difusi adalah
diadopsinya suatu inovasi oleh sebuah sistem sosial tertentu. Sistem sosial ini bisa berupa
individu, kelompok informal, maupun sebuah organisasi. Kegiatan difusi dilakukan melalui
saluran-saluran tertentu. Saluran ini bisa berupa saluran media massa, maupun saluran antar-
pribadi. Saluran media massa dapat menjangkau audiens yang banyak dalam waktu yang
singkat. Sedangkan saluran antar-pribadi hanya melibatkan dua individu saja dalam proses
pertukaran informasinya.
Melihat pengertian dari definisi difusi inovasi di atas, maka bisa disimpulkan
komponen-komponen utama dari sebuah kegiatan difusi inovasi seperti yang dikemukakan
pihak penyampai dan penerima inovasi dan digunakan untuk mentransmisikan pesan
inovasi;
sasarannya;
4. Social System; Sistem sosial yang menjadi tempat di mana produk inovasi
didifusikan.
Difusi inovasi dapat dilakukan baik dengan dimulai dari tingkatan yang paling tinggi
maupun yang paling rendah terlebih dahulu. Difusi inovasi yang dimulai dari tingkatan tinggi
dinamai dengan top-down model. Pada model pendifusian inovasi ini, inisiatif inovasi berasal
dari kalangan yang berada pada posisi di atas, atau dalam bidang pendidikan nasional, berarti
para pemegang kewenangan atau para pembuat keputusan di institusi pemerintah yang
Produk inovasi yang didifusikan melalui top-down model biasanya berupa produk undang-
produk inovasi awalnya berasal dari tingkatan yang lebih rendah, seperti sekolah, lembaga
pendidikan, atau para guru di sekolah. Sebuah produk inovasi awalnya hanya diterapkan pada
lingkup yang terbatas, kemudian dikenali oleh para pemegang kewenangan dan diadopsi di
lingkup yang lebih luas. Produk inovasi yang didifusikan melalui bottom-up model biasanya
adalah berupa suatu hal yang spesifik, seperti model pembelajaran khusus, sistem e-learning,
Pembelajaran berbasis web merupakan salah satu contoh produk inovasi pembelajaran
pada aspek metode/media pembelajaran. Produk ini belum ada sebelumnya dan
memberikan cara baru bagi umat manusia untuk saling berkomunikasi tanpa terhalang jarak
dan waktu. Bila diaplikasikan di dunia pendidikan, teknologi tersebut bisa memberikan cara-
cara penyampaian pengetahuan (delivery system) yang baru, yang berbeda dengan metode
yang terjadi. Model pembelajaran berbasis web ini juga diharapkan bisa menjadi solusi atas
beberapa permasalahan yang ditemui pada metode pembelajaran konvensional serta dapat