Anda di halaman 1dari 3

Pelaku Spamming dan Carding Dibekuk Bobol Kartu Kredit Rp 500 Juta

Hilda Meilisa Rinanda - detikNews

Pelaku Spamming dan Carding Dibekuk Bobol Kartu Kredit Rp 500 Juta

Polisi menunjukkan barang bukti kasus spamming dan carding. (Foto: Hilda Meilisa Rinanda/detikcom)

Surabaya - Polda Jawa Timur mengungkap kejahatan ITE yang dilakukan dengan spamming dan carding.
Pelaku mencuri data kartu kredit milik orang lain yang kemudian digunakan untuk membeli barang
melalui online dengan kartu tersebut.

"Kasus ini berkembang dari transaksi online, menggunakan kartu kredit yang sudah dimodifikasi untuk
melakukan kejahatan," ujar Wadireskrimum Polda Jatim AKBP Arman Asmara Syarifuddin di Kantor
Humas Polda Jatim, Jalan Ahmad Yani Surabaya, Selasa (20/3/2018).

Baca juga: Polisi: Ada Jejak di Internet, Jangan Lakukan Kejahatan Siber

Pelaku berinisial IIR (27) warga Danur Wenda II/E-6/1 RT 04/RW 16 Sekarpuro, Pakis, Malang dan HKD
(36), warga Dusun Medayun RT 008/RW 001, Margomulyo, Balen, Bojonegoro serta ZU (29) warga
Malang.

Pelaku Spamming dan Carding Dibekuk Bobol Kartu Kredit Rp 500 JutaFoto: Hilda Meilisa
Rinanda/detikcom

Pelaku melakukan pola kejahatan dengan menggunakan ponsel pintar. Pertama, mereka masuk dengan
akun palsu di Apple dan Paypal. Dari akun tersebut, mereka bisa mencuri data berupa nomor kartu
kredit, dan tanggal expired.

"Setelah itu, mereka menggunakan nomor kartu kredit untuk membeli barang-barang secara online,"
tambah Arman.

Barang-barang tersebut selanjutnya dijual lagi oleh pelaku. Untuk hasil penjualannya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Total yang dibobol sebesar Rp 500 juta.
Pelaku Spamming dan Carding Dibekuk Bobol Kartu Kredit Rp 500 JutaFoto: Hilda Meilisa
Rinanda/detikcom

Seluruh pelaku tergabung dalam komunitas di Facebook yang bernama Kolam Tuyul. Mereka juga
memiliki jaringan yang tersebar di beberapa kota sebagai penadahnya.

Baca juga: Duh! Rp 2.419 Triliun Digondol Hacker dari Pengguna Internet

Polisi telah mengamankan barang bukti berupa laptop, hp, cincin dan kalung berlian, buku rekening,
jam, alat kesehatan, CCTV, sepatu, Nintendo, alat pemutih gigi, pembersih jamur kaca hingga air brush
set.

Dari perbuatannya, pelaku dijerat Pasal 30 ayat (2) dan atau Pasal 32 ayat (1) UU RI No. 19 Tahun 2016
tentang perubahan atas UU RI No. 1 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dan
Pasal 46 (2) UU RI No. 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas UU RI No. 1 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (ITE) dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun dan denda paling banyak
Rp 700 juta.

https://m.detik.com/news/berita-jawa-timur/d-3927140/pelaku-spamming-dan-carding-dibekuk-bobol-
kartu-kredit-rp-500-juta
Perkembangan teknologi Internet memunculkan kejahatan yang disebut dengan cyber crime atau
kejahatan melalui jaringan Internet. Munculnya beberapa kasus cyber crime di Indonesia, merupakan
fenomena, seperti pencurian kartu kredit, hacking terhadap berbagai situs, penyadapan transmisi data
orang lain, (misalnya email), dan manipulasi data dengan cara menyiapkan perintah yang tidak
dikehendaki ke dalam programer komputer. Berbagai tindakan di atas dapat dikenakan tindak pidana,
baik delik formil maupun materiil. Delik formil karena menyangkut perbuatan seseorang mengakses
data komputer orang lain tanpa izin, sedangkan delik materil adalah perbuatan itu telah menimbulkan
akibat kerugian bagi orang lain.

Cybercrime kerap disamakan dengan computer crime. menurut The U.S. Department of Justice adalah
sebagai “…any illegal act requiring knowledge of computer technology for its perpetration, investigation,
or prosecution”. Hal senada disampaikan oleh Organization of European Community Development, yang
mendefinisikan computer crime sebagai: “Any illegal, unehtical or unauthorized behavior relating to the
automatic processing and/or the transmission of data”. Sementara menurut Andi Hamzah kejahatan
komputer mempunyai pengertian sebagai berikut: ”Kejahatan di bidang komputer [yang] secara umum
dapat diartikan sebagai penggunaan komputer secara illegal”.

Kejahatan ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan kejahatan kerah biru maupun kejahatan kerah
putih. Kejahatan kerah biru (blue collar crime) merupakan jenis kejahatan atau tindak kriminal yang
dilakukan secara konvensional seperti misalnya perampokan, pencurian, pembunuhan dan lain-lain.
Lawannya adalah kejahatan kerah putih (white collar crime). Kejahatan jenis ini terbagi dalam empat
kelompok kejahatan, yakni kejahatan korporasi, kejahatan birokrat, malpraktek, dan kejahatan individu.
Cybercrime sendiri sebagai kejahatan yang muncul sebagai akibat adanya komunitas dunia maya di
internet, memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan kedua model di atas.

https://business-law.binus.ac.id/2016/07/31/kejahatan-dengan-menggunakan-sarana-teknologi-
informasi/

Anda mungkin juga menyukai