Anda di halaman 1dari 6

Keamana Sistem Informasi

Praktikum Keamana Sistem Informasi

Studi Kasus Tiket.com dan Citilink Rugi Milyaran Rupiah Akibat Penyusup

DISUSUN OLEH :

Ramdho Syah Ammar 2007051014


Nurwansyah 2007051016

ILMU KOMPUTER
D3 MANAJEMEN INFORMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
Studi Kasus Tiket.com dan Citilink Rugi Milyaran Rupiah Akibat Penyusup

Cyber crime adalah nama lain dari kejahatan di dunia maya. Isu ini muncul ketika semua
aspek kehidupan politik, militer, ekonomi, sosial dan budaya terhubung ke dunia maya.
Ancaman cyber yang berpotensi sebagai ancaman adalah cyber terrorism, cyber crime dan cyber
war. Asia Tenggara sebagai salah satu kawasan penting di dunia dengan tingkat pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi tidak terlepas dari ancaman tersebut.
Menurut Organization of European Community Development (OECD) cybercrime adalah semua
bentuk akses ilegal terhadap suatu transmisi data. Itu artinya, semua bentuk kegiatan yang tidak
sah dalam suatu sistem komputer termasuk dalam suatu tindak kejahatan.
Secara umum, pengertian cyber crime sendiri memang biasa diartikan sebagai tindak kejahatan di
ranah dunia maya yang memanfaatkan teknologi komputer dan jaringan internet sebagai sasaran.
Seperti apa yang telah disebutkan, tindakan cyber crime ini muncul seiring dengan kian
gencarnya teknologi digital, komunikasi dan informasi yang semakin.
Biasanya, Target pelaku adalah device, hardware, software atau juga data personal dari korban.
Sifat dari cybercrime ini adalah baik pelaku maupun korbannya sama-sama invisible atau tidak
terlihat, sulit untuk membedakan keduanya karena ruang cyber yang cukup luas.
Hal ini yang membuat jenis cyber crime ini punya kompleksitas sendiri. Pelaku potensial dari
jenis cyber crime ini, dia bisa dari kelompok yang geologis ataupun kelompok yang berbisnis
secara illegal dan individu tertentu.
Kejahatan dunia maya ini sering kali menargetkan individu maupun perusahaan besar. Biasanya,
penyerang menargetkan bisnis untuk keuntungan finansial langsung atau untuk menyabotase atau
mengganggu operasi. Mereka menargetkan individu sebagai bagian dari scam skala besar, atau
untuk membahayakan perangkat mereka dan menggunakannya sebagai platform untuk aktivitas
jahat.

Teknologi telah menjadi sumber kehidupan dalam peradaban manusia. Dengan adanya teknologi
berupa internet, manusia menjadi terhubung satu sama lain, meskipun dalam keadaan jarak jauh
dan tentunya sangat membantu dalam mengerjakan/mempermudah berbagai macam aktivitas
yang ada.

Indonesia menjadi salah satu negara pengakses internet tertinggi di dunia dengan jumlah
pengguna yang mencapai 196,7 juta atau 73,7 persen dari populasi.
Pertumbuhan pengguna internet yang signifikan ini ternyata cukup mengkhawatirkan. Bukan lagi
kejahatan di dunia nyata yang terjadi, kini dunia maya menjadi tempat beraksi para penjahat
siber. Hal inilah yang kita ketahui dengan istilah cyber crime.
Berdasarkan data dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), terdapat hampir 190 juta upaya
serangan siber di Indonesia pada bulan Januari hingga Agustus 2020. Dari data tersebut terlihat
bahwa kasus kejahatan siber naik lebih dari empat kali lipat dibanding periode yang sama tahun
lalu yang hampir mencapai 39 juta serangan siber.

Kejahatan di Ruang Siber


Cyber crime adalah Tindakan kejahatan atau kriminalitas yang terjadi diruang siber, dengan
menggunakan teknologi komputer sebagai alat utamanya didukung dengan koneksi
internet. Cyber crime didefinisikan perbuatan yang melawan hukum yang memanfaatkan
teknologi komputer berbasis kecanggihan perkembangan internet.
A. Karakteristik Cyber Crime
1. Ruang lingkup kejahatan

Sesuai sifat global internet, ruang lingkup kejahatan ini juga bersifat
global. Cyber crime seringkali dilakukan secara transnasional, melintasi batas negara sehingga
sulit dipastikan yuridikasi hukum negara yang berlaku terhadap pelaku. Karakteristik internet di
mana orang melakukan aktivitas siber tanpa identitas (anonymous) memungkinkan terjadinya
berbagai aktivitas jahat yang tak tersentuh hukum.
2. Sifat kejahatan

Bersifat non-violence, atau tidak menimbulkan kekacauan yang mudah terlihat. Jika kejahatan
konvensional sering kali menimbulkan kekacauan maka kejahatan di internet bersifat sebaliknya.
3. Pelaku Kejahatan

Bersifat lebih universal, kejahatan dilakukan diruang siber dengan media komputer dan koneksi
internet. Pelaku kejahatan tersebut tidak terbatas pada usia dan stereotip tertentu, mereka yang
sempat tertangkap remaja, bahkan beberapa di antaranya masih anak-anak.

Baca Juga: Kadis Perumahan Rakyat DKI Jakarta Digugat Ketua PPPSRS Puri
Kemayoran
4. Modus Kejahatan

Keunikan kejahatan ini adalah penggunaan teknologi informasi dalam modus operandi, itulah
sebabnya mengapa modus operandi dalam dunia cyber tersebut sulit dimengerti oleh orang-orang
yang tidak menguasai pengetahuan tentang komputer, teknik pemrograman dan seluk beluk
dunia cyber.
5. Kerugian yang ditimbulkan
Kerugian yang ditimbulkan akibat kejahatan siber pun beragam, bisa berupa material maupun non
material. Seperti uang, nilai, jasa, barang, harga diri, martabat, dan kerahasiaan informasi.

B. Jenis-jenis Cyber Crime


Semakin hari, semakin banyak cyber crime yang merugikan pengguna komputer atau internet.
Ada beberapa jenis cyber crime yang perlu di waspadai, di antaranya sebagai berikut:

1. Peretasan

Peretasan adalah tindakan yang dilakukan oleh penyusup dengan mengakses sistem komputer
tanpa izin. Biasanya, peretas memiliki kemampuan atau pemahaman yang baik dengan komputer,
namun hal ini sering disalahgunakan untuk melakukan aksi kejahatan.

2. Hacking
Hacking adalah tindakan berbahaya yang sering kali dilakukan oleh para programer profesional
untuk mengincar kelemahan atau celah dari sistem keamanan. Biasanya, para hacker akan
mendapatkan keuntungan berupa materi atau kepuasan pribadi dari tindakan tersebut.
Meski begitu, hacker tidak selamanya berkonotasi buruk. Banyak sekali hacker yang diberi tugas
pihak berwenang untuk melacak keberadaan seorang buronan.
3. Carding
Carding adalah istilah yang kerap digunakan untuk menyebut penyalahgunaan informasi kartu
kredit milik orang lain. Biasanya, para pelaku carding akan menggunakan akses kartu kredit
milik orang lain untuk membeli barang belanjaan secara online. Setelah itu, barang gratisan
tersebut akan dijual kembali dengan harga murah untuk mendapatkan keuntungan yang lebih
banyak.
4. Menyebarkan Konten Ilegal

Menyebarkan konten illegal merupakan kejahatan yang melanggar undang-undang. Biasanya,


aktivitas ini biasanya melibatkan tokoh terkenal atau konten yang mampu memancing
kontroversi. Adapun beberapa contoh konten iligal di antaranya yaitu jual beli narkotika,
penjualan senjata api, menyebarkan video porno, dan konten ilegal lainnya.

5. Phishing
Phishing adalah kejahatan dunia maya dengan cara penggalian informasi rahasia seperti nomor
kartu kredit dan melihat kata sandi nama pengguna sebuah akun. Biasanya, penjahat dunia maya
ini akan menyamar sebagai perusahaan yang sah dan dilakukan dengan spoofing email.
6. Defacing
Salah satu tindak kejahatan dunia maya yang masih tergolong ringan adalah defacing. Umumnya,
jenis cyber crime satu ini menyasar website-website non-profit seperti situs sekolah, universitas,
atau pemerintahan.
7. Cyber Bullying
Penindasan dunia maya mirip dengan penguntitan dunia maya, namun rentetan pesan dapat
berbahaya, menyinggung, dan sepenuhnya menyinggung. Penindasan maya juga dapat dilakukan
dengan memposting gambar dan video online yang akan menyinggung korban. Itu juga dapat
mengecualikan orang secara online, membuat akun palsu untuk memposting konten yang
merugikan atau menyedihkan, dan lagi mengirim pesan yang kasar. Secara keseluruhan itu
adalah bullying tetapi biasanya online melalui saluran media sosial.
Cyber Crime Tiket.com dan Citilink
Pada kasus cyber crime yang saya ambil terjadi pada tahun 2017 dimana Tiket.com dan Citilink
mengalami kerugian milyaran rupiah akibat ulah tiga hacker yang dipimpin oleh remaja 19 tahun
asal Tangerang, SH. SH dkk melakukan illegal access pada sistem aplikasi Tiket yang
tersambung dengan sistem penjualan tiket Citilink. Mereka mencuri kode booking tiket
penerbangan, kemudian menjualnya melalui Facebook dengan diskon 30-40% sehingga banyak
orang membelinya.
Ironisnya lagi, butuh waktu sebulan bagi Tiket.com untuk menyadari ada penyusup dalam sistem.
Alhasil, Tiket.com boncos sekitar 4 miliar rupiah, sedangkan Citilink kehilangan 2 milyar rupiah.
SH dkk sendiri sudah meraup keuntungan sampai 1 milyar rupiah. Menariknya, Ruby Alamsyah
(ahli digital forensic) memaparkan bahwa aksi SH dkk itu sebenarnya masih ecek-ecek. Bahkan
dengan teknologi hack yang bukan tingkat tinggi, ternyata dampak hacking bisa membuat
perusahaan rugi miliaran rupiah.

Kesimpulan
Kejahatan di ruang siber masih sering terjadi di Indonesia, teknologi internet dan komputer yang
berkembang pesat ini disalahgunakan oleh para hacker untuk meraup keuntungan pribadi ataupun
untuk tujuannya sendiri.

Menurut saya pemerintah harus lebih memperhatikan kasus-kasus tersebut dengan cara
pengetatan cyber law mengingat cyber crime belum terakomodasi dalam peranturan/undang-
undang yang ada, perlu adanya peraturan khusus yang diciptakan karena cyber crime bukan
kejahatan yang konvensional.
Lembaga juga berperan penting untuk memberikan informasi tentang cyber crime, melakukan
sosialisasi dengan masyarakat, dan melakukan riset-riset cara mencegah tindak
kejahatan cyber crime. 

Anda mungkin juga menyukai