Disusun Oleh:
Kelompok 11
Ihsani Soleha (1212451012)
Rinita RM Gultom (1212351001)
REGULER BK A 2021
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. berkat rahmat dan karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas rutin kelompok dalam bentuk makalah yang
berjudul “ Personil Sekolah dan Pengawas BK “ dengan tepat waktu. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Bimbingan Konseling, sekaligus untuk
sarana menambah wawasan tentang personil sekolah dan pengawas BK bagi kami
sekelompok, teman-teman dan para pembaca.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Drs. Abdul Murad, M.Pd., selaku
Dosen Pengampu Mata Kuliah. Ucapan terimakasih ini juga diperuntukkan kepada semua
pihak yang telah berkontribusi sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya.
Oleh karena itu, kami mengharapkan saran serta kritik yang dapat melengkapi makalah
ini agar menjadi lebih baik lagi.
Kelompok 11
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan atau Guidance dewasa ini telah menjadi salah satu pelayanan
pendidikan yang sangat dirasakan keperluan dan urgensinya di sekolah-sekolah, bukan
saja di luar negeri tetapi juga di Indonesia. Sekolah-sekolah di Indonesia mulai tahun
1962-1963 telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memasukkan
program Bimbingan sebagai salah satu bidang penting dalam program Sekolah.
Pekerjaan pelopor dalam bidang ini dimulai di negara Amerika Serikat kira-kira 60 tahun
yang lalu.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang harus diperhatikan dalam struktur organisasi pelayanan bimbingan
dan konseling ?
2. Apa saja tugas masing-masing personil sekolah ?
3. Apa manajemen pengelola dalam bimbingan konseling ?
4. Apa pengertian pengawas counselor ?
5. Apa saja persyaratan dan kualifikasi bagi pengawasan counselor ?
6. Apa fungsi counselor ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hal yang harus diperhatikan dalam struktur organisasi
pelayanan bimbingan konseling.
2. Untuk mengetahui tugas dari masing-masing personil sekolah.
3. Untuk mengetahui manejemen pengelola dalam bimbingan konseling .
4. Untuk mengetahui pengertian dari pengawas counselor.
5. Untuk mengetahui kualifikasi dan syarat bagi pengawasan counselor.
6. Untuk mengetahui fungsi counselor.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Struktur Organisasi
Struktur organisasi pelayanan bimbingan dan konseling pada setiap satuan
pendidikan masing-masing disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan yang
bersangkutan. Struktur organisasi pada setiap satuan pendidikan hendaknya
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
3
b. Kepala Sekolah (bersama Wakil Kepala Sekolah) adalah penanggung jawab pendidikan
pada satuan pendidikan (SMP, SMA, SMK) secara keseluruhan, termasuk penenggung
jawab dalam pembuatan kebijakan pelaksanaan pelayanan Bimbingan dan Konseling.
e. Wali Kelas adalah guru yang ditugasi secara khusus untuk mengurusi pembinaan dan
administrasi (seperti nilai rapor, kenaikan kelas, kehadiran siswa) satu kelas tertentu.
g. Tata Usaha adalah pembantu Kepala Sekolah dalam penyelenggaraan administrasi dan
ketatausahaan.
h. Komite Sekolah adalah organisasi yang terdiri dari unsur sekolah, orang tua dan tokoh
masyarakat, yang berperan membantu penyelenggaraan satuan pendidikan yang
bersangkutan.
4
2) Menentukan staf yang memadai, baik segi profesinya maupun jumlahnya
menurut keperluannya.
3) Ikut serta dalam menetapkan dan menjelaskan peranan anggota-anggota
stafnya.
4) Mendelegasikan tanggung jawab kepada “guidance specialist” atau
konselor dalam hal pengembangan program bimbingan dan konseling.
5) Memperkenalkan peranan para konselor kepada guruguru, murid-murid,
orang tua murid, dan masyarakat melalui rapat guru, rapat sekolah, rapat
orang tua murid atau dalam bulletinbuletin bimbingan dan konseling.
6) Berusaha membentuk dan menjalin hubungan kerja yang kooperatif dan
saling membantu antara para konselor, guru dan pihak lain yang
berkepentingan dengan layanan bimbingan dan konseling.
7) Menyediakan fasilitas dan material yang cukup untuk pelaksanaan
bimbingan dan konseling.
8) Memberikan dorongan untuk pengembangan lingkungan yang dapat
meningkatkan hubungan antar manusia untuk menggalang proses
bimbingan dan konseling yang efektif.
9) Memberikan dorongan dan semangat dalam hal pengembangan dan
penggunaan waktu belajar untuk pengalamanpengalaman bimbingan dan
konseling, baik klasikal, kelompok maupun individual.
10) Penanggung jawab dan pemegang disiplin di sekolah dengan
memberdayakan para konselor dalam mengembangkan tingkah laku
siswa, namun bukan sebagai penegak disiplin.
b. Koordinator Bimbingan dan Konseling (bersama Guru Pembimbing/Konselor)
adalah pelaksanaa utama pelayanan Bimbingan dan Konseling.
c. Komite sekolah
Organisasi yang terdiri dari unsur sekolah, orang tua dan tokoh masyarakat, yang
berperan membantu penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan.
Wakil kepala sekolah memiliki peran selain sebagai pembantu kepala sekolah,
membantu kepala sekolah dalam melaksanakan tugas-tugas kepala sekolah. Juga
5
berperan untuk mengkoordinasikan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
kepada semua personel sekolah, dan melaksanakan kebijakan pimpinan sekolah
terutama dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.
e. Tata usaha
f. Wali kelas
Wali kelas sebagai petugas utama dan tenaga inti dalam pelayanan bimbingan dan
konseling tentunya wali kelas memiliki peranan penting bagi kemajuan muridnya
g. Guru BK/konselor
6
10) Menampilkan pribadi sebagai figur moral yang berakhlak mulia (seperti
taat beribadah, jujur; bertanggung jawab; sabar; disiplin; respek terhadap
pimpinan, kolega, dan siswa).
11) Berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan sekolah yang menunjang
peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
h. Guru mata pelajaran dan guru praktik
Guru Mata Pelajaran dan guru praktik di sekolah, memililki tugas yaitu
melaksanakan kegiatan pembelajaran siswa. Kendati demikian, bukan berarti dia sama
sekali lepas dengan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan konstribusi
guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien
pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Bahkan dalam batas-batas tertentu guru
pun dapat bertindak sebagai konselor bagi siswanya.
i. Siswa
C. Manajemen Pengelola
Menurut Sugiyo (2010) menyatakan bahwa manajemen BK yang diawali dari
perencanaan kegiatana BK, pengorganisasian aktivitas dan semua unsur pendukung BK,
melaksanakan kegiatan BK, memotivasi sumber daya agar kegiatan BK mencapai tujuan.
Manajemen BK mengupayakan agar tercapainya evektifitas dan efisien serta tercapainya
tujuan. Manajemen pengelola BK di SMA merupakan guru BK atau Konselor yang ada di
sekolah tersebut. Dalam manajemen Bimbingan Konseling pun diperlukan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan.
a. Perencanaan
7
Pada saat melaksanakan proses perencanaan BK dimulai dengan menganalisis
kebutuhan, dalam merencanakan program BK. Rencana kegiatan tahunan dan dibuat
program semester setiap kelas sesuai dengan aspek perkembangan individu.
b. Pengorganisasian
c. Actuating
Dalam organisasi sekolah adalah merangsang guru dan personal sekolah lainnya
melaksanakan tugas-tugas dengan antusiasme dan kemauan yang baik untuk
mencapai tujuan dengan penuh semangat.
d. Monitoring/Evaluasi
8
D. Pengertian Pengawas Counselor
Ada sejumlah pengertian pokok yang amat perlu mendapat perhatian dari
pengawas sekolah, yaitu tentang pengawas sekolah itu sendiri dan tugas pokok
kepengawasan dalam melaksanakan penilaian dan pembinaan terhadap guru
pembimbing melalui pemberian arahan, bimbingan , contoh, dan saran.
2. Seorang pengawas Counselor perlu pula memiliki kwalitas lainnya, yakni; ia telah
menghayati dalam hidupnya berbagai corak ragam pengalaman. Ia dapat menunjukkan
jalan dan lebih mampu menafsirkan rahasia hidup, apabila ia terlebih dahulu telah
menempuh jalan hidup yang berliku-liku, penuh dengan berbagai kesukaan dan
9
rintangan-rintangan. Ia belum siap untuk membimbing manusia yang menghadapi
berbagai masalah dan karenanya belum mampu memberikan pelayanan Bimbingan yang
tepat dan efektif, apabila ia dalam hidupnya terdahulu belum dapat merasakan kepahitan
seseorang yang menderita kekalahan dalam perjuangan hidupnya dan belum dapat
merasakan pula kekosongan jiwa seseorang yang berjuang sendirian dalam hidupnya
tanpa ada orang lain yang mau memandang dan menghargainya. Ia harus terlebih dahulu
mengalami dan menghayati bagaimana pahitnya perasaan seseorang yang mendapatkan
kemenangan dalam perjuangan hidupnya, sakitnya seseorang yang mengalami frustasi
dan kegembiraan yang dialaminya setelah impiannya menjadi kenyataan. Seseorang yang
telah mengetahui, mengalami dan menghayati semua itu, seseorang yang telah banyak
makan garam dalam hidupnya, dialah yang memenuhi salah satu kwalifikasi untuk
menjadi Pengawas Counselor
3. Salah satu persyaratan lainnya ialah bahwa seorang Pengawas Counselor itu harus
memiliki kepribadian yang seimbang dan kuat. Murid atau counselee harus melihat di
dalam diri Counselor itu sesuatu dari pada dirinya, apabila Counselor itu bermaksud
untuk menanamkan rasa bersatu ke dalam diri muridnya itu. Dengan kata lain,
persesuaian paham dan perasaan antara mereka harus diciptakan; bila tidak demikian,
makaBimbingan dan Penyuluhan tidak akan efektif.
4. Persyaratan lainnya ialah bahwa ia harus simpatik, tetapi tidak sentimentil. Counselor
yang simpatik akan tetap objektif, dan ia memiliki mata yang tidak buta karena
perasaannnya yang sentimentil, tetapi jernih dan memancarkan cahaya yang dapat
menembus jiwa seseorang.
5. Masih satu persyaratan lainnya ialah bahwa ia harus objektif pula dalam memberikan
pertimbangan dan penilaian. Tidak ada suatu ruangan bagaimanapun kecilnya dalam hati
sanubarinya yang mengandung prasangka dan pandangan buruk terhadap seseorang. Ia
selalu bertindak dengan bijaksana. Ttujuan hidupnya ialah untuk melayani dan bukan
untuk dilayani, untuk memahami dan bukan menjadi keharusan secara pribadi harus
dipahami.
10
F. Fungsi Counselor
Diantara fungsi-fungsi Pengawas Counselor, yang berikut ini merupakan fungsi-
fungsinya yang terpenting:
1. Ia harus berperilaku sebagai seorang konsultan atau penasihat bagi Kepala Sekllah dan
guru-guru serta petugas Bimbingan lainnya dalam administrasi progam Bimbingan
Pengetahuan dan perkenalannya dengan prosedur kerja serta teknik-teknik yang efektif
akan sangat bergumna bagi petugas-petugas Bimbingan tersebut. Ia harus juga
membantu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan guru-guru dalam
mengadakan wawancara, dalam mencatat dan mengolah data, dan dalam mengadakan
pertemuan antara murid dengan guru. Ia pun harus membantu menjelaskan adanya
program Bimbingan di sekolah pada masyarakat sekitar.
11
letih, gangguan-gangguan mental dan fisik, atau keadaan rumah yang kurang
menguntungkan. Pengetahuan mengenai kekurangan-kekurangan atau gangguan-
gangguan yang dialami oleh anak itu akan sangat membantu para guru dalam
mengelompokkan murid-murid bagi keperluan intruksionil dan penyuluhan.
12
9. Ia harus bertindak sebagai pengantara antara sekolah dengan orang tua. Kadang-
kadang timbul suatu suasana yang tidak diinginkan di sekolah, karena adanya salah
pengertian. Mungkin hal itu ditimbulkan oleh kesalahan dari pihak guru tertentu,
mungkin pula dari pihak murid sendiri. Bila sekolah dan rumah telah sama-sama
mengetahui kondisi-kondisi masing-masing yang dapat mempengaruhi anak, maka
sangat ideal bila mereka dapat bahu membahu menciptakan suatu suasana atau
lingkungan yang diperlukan murid. Karenanya sekolah dan rumah harus mengadakan
kerja sama untuk kepentingan anak, bukan masing-masing menempuh jalan sendiri-
sendiri. Janganlah ada suatu peristiwa yang dapat menimbulkan kritik yang negatif. Yang
harus diciptakan ialah suatu suasana di mana sekolah dan rumah saling bantu membantu
untuk keperluan kemajuan dan perkembangan anak, untuk memberikan apa yang cakap
dapat menciptakan relasi yang sehat antara sekolah dan masyarakat, dan karenanya
dapat mencegah kemungkinan timbulnya perselisihan atau pertentangan antara kedua
lingkungan pendidikan tersebut.
11. Ia harus memperkenalkan keopada Kepala Sekolah dan guru-guru bacaan yang
cukup mengenai Bimbingan dan Penyuluhan. Ia harus membantu mengadakan
perpustakaan sekolah yang memadai untuk membuat Bimbingan dan kurikukulum
menjadi vital dalam hidup anak.
13
BAB III
PENUUTUP
A. Kesimpulan
Peranan adalah suatu pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri khas semua
petugas dari suatu pekerjaan atau jabatan tertentu. Setiap jabatan atau tugas tertentu
akan menuntut pola tingkah laku tertentu pula dan tingkah laku mana yang akan
merupakan ciri khas dari tugas atau jabatan tadi.
Jadi, peranan guru adalah setiap pola tingkah laku yang merupakan ciri-ciri
jabatan guru yang harus dilakukan guru dalam tugasnya. Peranan ini meliputi berbagai
jenis pola tingkah laku, baik dalam kegiatannya didalam sekolah maupun diluar sekolah.
Guru yang dianggap baik adalah mereka yang berhasil dalam memerankan peranan
dengan sebaik-baiknya, artinya dapat menunjukkan suatu pola tingkah laku yang sesuai
dengan jabatannya dan dapat diterima oleh lingkungan dan masyaraktnya.
B. Saran
Sebagaimana yang telah dipaparkan pada materi dias, bahwa begitu banyak tugas
dan peranan seorang guru pembimbing dan personil laninnya dalam pelaksanaan
bimbingan dan konseling, maka diharapkan setiap guru untuk dapat memahami dan
melaksanakan peranannya dengan optimal sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan.
Selain itu, sebagai calon guru pembimbing masa depan yang akan mengayomi dan
mendidik serta membimbing peserta didiknya, maka calon guru pembimbing juga harus
benar-benar memahami bagaimana tugas dan peranannya, sehingga mampu
mengaplikasikan peranan-peranan yang telah ditetapkan dengan optimal.
14
DAFTAR PUSTAKA
15