Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PSIKOLOGI SOSIAL

DOSEN PENGAMPU : RINA SURYANI S.pd.,M.pd

“ AGRESI DAN PROSOSIAL”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 11

Ade Aulia Putri [1212451002]

Citra Ningsih [1212451008]

Mesylin Qedesia Sitorus [1213351001]

Bella Ronauli Lumbantobing [12124510011]

KELAS REGULER A 2021

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

NOVEMBER 2021
KATA PENGATAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami


kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan


nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas
dari mata kuliah psikologi sosial dengan judul “agresi”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap


pihak yang telah mendukung serta membantu kami selama proses
penyelesaian makalah ini hingga rampungnya makalah ini. Penulis juga
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap
pembaca.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat


bermanfaat. Kami juga yakin bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna
dan masih membutuhkan kritik serta saran dari pembaca, untuk
menjadikan makalah ini lebih baik ke depannya.

Medan, November 202


DAFTAR ISI

KATA PENGATAR ...................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI .................................................................................................................................. 3
BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
LATAR BELAKANG MASALAH ........................................................................................... 4
RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................ 5
BAB II............................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN............................................................................................................................. 6
PENGERTIAN AGRESI ........................................................................................................... 6
JENIS JENIS AGRESI ............................................................................................................... 6
PERSPEKTIF TEORITIS TENTANG PRILAKU AGRESI ................................................ 8
BENTUK BENTUK AGRESI .................................................................................................. 9
ASPEK ASPEK AGRESI ....................................................................................................... 10
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AGRESIVITAS .................................... 11
CONTOH PRILAKU AGRESI DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI ........................ 14
PENGERTIAN PRILAKU PROSOSIAL ............................................................................. 14
SUMBER PRILAKU PROSOSIAL ...................................................................................... 15
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAH LAKU PROSOSIAL ........ 17
PERKEMBANGAN TINGKAH LAKU PROSOSIAL ........................................................ 18
BAB III ........................................................................................................................................ 20
PENUTUP................................................................................................................................... 20
KESIMPULAN ....................................................................................................................... 20
SARAN .................................................................................................................................... 20
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH

Agresi berasal dari kata ‘’aggredi’’ ‘ad grad’ bahasa Latin ‘’gradus’’ Berarti
‟langkah‟ Dan ‘ad’ berarti‟ke depan‟ Agresi dalam bahasa inggris ‘’to aggres’’
adalahkata kerja intransitif. Adapun makna kata agresif tidak dapat dipisahkan dari
agresi, yang dapat didefinisikan „‟bergerak ke depan ke arah tujuan tanpa perasaan
segan, ragu atau takut (Intan Nuraini, 2002: 42).Menurut Robert Baron (Koeswara,
1988: 5) agresi adalah tingkah laku individu yangditujukan untuk melukai atau
mencelakakan individu lain yang tidak menginginkandatangnya tingkah laku
tersebut. Sedangkan menurut Elliot dan Aronson (Koeswara,1988: 5) agresi adalah
tingkah laku yang dijalankan oleh individu lain dengan ataupuntanpa tujuan
tertentu. Adapun pengertian agresi menurut Baron dan Richardson (Baron,2005:
136) adalah siksaan yang diarahkan secara sengaja dari berbagai bentuk
kekerasanterhadap yang lain. Agresi merupakan perilaku yang dimaksudkan
menyakiti orang lain,baik secara fisik maupun psikis (Baron & Byrne, 1994; Brehm
& Kassin, 1993; Brigham,1991). Dalam hal ini, jika menyakiti orang lain karena
unsur ketidaksengajaan, makaperilaku tersebut bukan dikategorikan perilaku
agresi. Rasa sakit akibat tindakan medismisalnya, walaupun sengaja dilakukan
bukan termasuk agresi. Sebaliknya, niat menyakitiorang lain tetapi tidak berhasil,
hal ini dapat dikatakan sebagai perilaku agresi.

Perilaku prososial dapat diartikan tindakan yang menguntungkan orang lain


tetapi tidak memberikan keuntungan yang nyata bagi orang yang melakukan
tindakan tersebut. Perilaku prososial kadang-kadang dapat melibatkan risiko di
pihak orang yang memberikan bantuan. Istilah-istilah lain, seperti perilaku
menolong, amal kebajikan, dan volunterisme juga digunakan untuk menggambarkan
tentang hal-hal “baik” yang dilakukan orang untuk memberikan bantuan yang
dibutuhkan kepada orang lain. Tingkah laku prososial adalah tingkah laku sosial
positif yang menguntungkan atau membuat kondisi fisik atau psikis orang lain lebih
baik, yang di lakukan atas dasar sukarela tanpa mengharapkan rewards eksternal.
RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang dimaksud dengan pengertian, jenis jenis, perspektif teori
tentang prilaku Agresi, Bentuk Bentuk Agresi, Aspek Aspek Agresi, Faktor
Faktor dan Contoh Prilaku Agresi Dikehidupan Sehari Hari.
b. Apa yang dimaksud dengan Defenisi Prososial, Sumber Sumber Prilaku
Prososial, Faktor yang mempengaruhi tingkah laku Prososial dan
Contohnya.
BAB II

PEMBAHASAN

PENGERTIAN AGRESI

Secara umum, agresi merupakan segala bentuk perilaku yang bertujuan untuk
menyakiti orang lain baik secara fisik maupun psikis. Senada dengan pandangan
diatas, Brigham (1991) mengatakan bahwa agresivitas adalah tingkah laku yang
bertujuan untuk menyakiti orang yang tidak ingin disakiti, baik secara fisik maupun
psikologis. Hal senada juga disampaikan oleh Baron dan Byrne (1994) bahwa
perilaku agresif adalah perilaku individu yang bertujuan untuk melukai atau
mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut. Lebih lanjut Baron dan Byrne (dalam Koeswara, 1988) merumuskan
empat faktor yang mendukung definisi di atas yaitu :

a. Individu yang menjadi pelaku dan individu yang menjadi korban.


b. Tingkah laku individu pelaku.
c. Tujuan untuk melukai atau mencelakakan (termasuk membunuh
atau mematikan).
d. Ketidakinginan korban untuk menerima perilaku pelaku.

Sears dan kawan-kawan (1994) mengemukakan bahwa agresi adalah suatu


tindakan yang melukai orang lain dan memang dimaksudkan untuk itu. Berbeda
dengan beberapa pengertian di atas Moore dan Fine (dalam Koeswara, 1988)
menjelaskan agresi sebagai tingkah laku kekerasan secara fisik ataupun secara
verbal terhadap individu lain atau terhadap objek-objek.

Serupa dengan pengertian di atas, Herbert (dalam Praditya, 1999) mengatakan


bahwa agresi adalah bentuk tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial,
yang mungkin menyebabkan luka fisik atau psikis kepada orang lain, atau
merusak benda-benda. Dari dua pendapat ini terlihat bahwa perilaku agresi tidak
hanya dilakukan terhadap makhluk hidup, tetapi juga terhadap benda- benda atau
objek lainnya seperti benda mati. Dari beberapa pengertian yang dikemukakan di
atas dapat disimpulkan bahwa agresivitas adalah tingkah laku manusia yang
dilakukan dengan tujuan untuk menyakiti manusia lain ataupun terhadap objek
benda, baik itu secara fisik maupun secara non fisik.

JENIS JENIS AGRESI

Jenis-jenis agresi ada beberapa macam. Menurut Myers (dalam Sarwono,2002)


membagi agresi dalam dua jenis, yaitu agresi rasa benci atau agresi marah
(hostile aggression) dan agresi sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain
(instrumental aggression). Agresi rasa benci atau agresi marah (hostile
aggression) adalah ungkapan kemarahan dan ditandai dengan emosi yang tinggi
dimana perilaku agresi ini adalah tujuan agresi itu sendiri. Akibat dari agresi ini
tidak dipikirkan oleh pelaku dan pelaku memang tidak peduli jika akibat
perbuatannya lebih banyak menimbulkan kerugian daripada manfaat.

Agresi instrumental (instrumental aggression) pada umumnya tidak disertai


emosi, bahkan antara pelaku dan korban kadang-kadang tidak ada hubungan
pribadi. Agresi disini hanya merupakan sarana untuk mencapai tujuan lain,
misalnya: seorang preman yang memukuli pemilik toko untuk memungut uang
paksa bagi organisasinya. Menurut Atkinson (1999) ada beberapa jenis perilaku
agresi yaitu:

1. Agresi instrumental, yaitu: agresi yang ditujukan untuk


membuat penderitaan kepada korbannya dengan menggunakan alat-
alat baik benda ataupun orang atau ide yang dapat menjadi alat untuk
mewujudkan rasa agresinya, misalnya: orang melakukan
penyerangan atau melukai orang lain dengan menggunakan suatu
benda atau alat untuk melukai lawannya.

2. Agresi verbal, yaitu: agresi yang dilakukan terhadap sumber agresi


secara verbal. Agresi verbal ini dapat berupa kata-kata kotor atau
kata-kata yang dianggap mampu menyakiti atau menyakitkan,
melukai, menyinggung perasaan atau membuat orang lain menderita.

3. Agresi fisik, yaitu: agresi yang dilakukan dengan fisik


sebagai pelampiasan marah oleh individu yang mengalami agresi
tersebut, misalnya: agresi yang pada perkelahian, respon
menyerang muncul terhadap stimulus yang luas baik berupa objek
hidup maupun objek yang mati.

4. Agresi emosional, yaitu: agresi yang dilakukan semata-mata sebagai


pelampiasan marah dan agresi ini sering dialami orang yang tidak
memiliki kemampuan untuk melakukan agresi secara terbuka,
misalnya: karena keterbatasan kemampuan, kelemahan dan
ketidakberdayaan. Agresi ini dibangkitkan oleh perasaan tersinggung
atau kemarahan, tetapi agresi ini hanya sebagai keinginan-keinginan
(bersifat terpendam), misalnya: individu akan merasa terluka jika
individu lain tidak menghargai dirinya secara langsung, seperti orang
yang memegang kepala orang lain, orang yang dipegang kepalanya
akan merasa tersinggung.

5. Agresi konseptual, yaitu: agresi yang juga bersifat penyaluran agresi


yang disebabkan oleh ketidakberdayaan untuk melawan baik
verbal maupun fisik. Individu yang marah menyalurkan agresinya
secara konsep atau saran-saran yang membuat orang lain menjadi ikut
menyalurkan agresi, misalnya: bentuk hasutan, ide-ide yang
menyesatkan atau isu-isu yang membuat orang lain menjadi marah,
terpukul, kecewa ataupun menderita.

Berikut ini adalah beberapa jenis agresi yang diklasifikasikan menurut sudut
pandang biologis dan evolusi oleh Moyer:

1. Agresi Pemangsa: tindakan menyerang yang dilakukan oleh


pemangsa terhadap mangsanya.

2. Agresi Akibat Ketakutan: tindakan menyerang untuk membela


diri dan menghindari ancaman.

3. Agresi Teritorial: tindakan menyerang untuk mengusir penyusup


dari daerah teritorial.

4. Agresi Antar Jantan: pertarungan antara dua spesies jantan


untuk saling memperebutkan betina, teritorial, dan sumber makanan.
5.Agresi Maternal: tindakan menyerang untuk melindungi anaknya
dari ancaman bahaya.

6. Agresi Instrumental: suatu agresi yang tujuannya untuk


mencapai tujuan tertentu sebagai respon terhadap suatu situasi.

PERSPEKTIF TEORITIS TENTANG PRILAKU AGRESI

Perspektif teoritis tentang hakekat dan sebab perilaku agresi cukup bervariasi
dan memiliki berbagai penekanan. Perspektif teoritisyang memberikan penjelasan
tentang perilaku agresi berdasarkan sudut pandang psikologi sosial adalah teori
insting, teori frustasi agresi, teori belajar sosial, dan teori penilaian kognitif
(Krahe, 1997 dalam Hanurawan,2010:82)

a. Teori Insting

Teori paling klasik tentang perilaku agresi ini mengemukakan bahwa manusia
memiliki insting bawaan secara genetis untuk berperilaku agresi (Baron & Byrne,
2004 dalam Hanurawan, 2010:82). Tokoh psikoanalisis, Sigmund Freud,
mengemukakan bahwa perilaku agresi merupakan gambaran ekspresi yang sangat
kuat dari insting untuk mati (thanatos). Dengan melakukan tindakan agresi kepada
orang lain, maka secara mekanis individu telah berhasil mengeluarkan energi
destruktifnya. Pengeluaran energi destruktif itu dalam rangka menstabilkan
keseimbangan mental antara insting mencintai (eros) dan kematian (thanatos)
yang ada dalam dirinya.

b. Agresi sebagai Reaksi terhadap Peristiwa yang Tidak Menyenangkan


Teori hipotesis frutasi-agresi berpendapat bahwa agresi merupakan hasil dari
dorongan untuk mengakhiri keadaan frustasi seseorang. Dalam hal ini, frrustasi
adalah kendala-kendala eksternal yang menghalangi perilaku bertujuan seseorang.
Pengalaman frustasi seseorang dapat menyebabkan timbulnya keinginan untuk
bertindak agresi mengarah pada sumber-sumber eksternal yang menjadi sebab
frustasi. Keinginan itu akhirnya dapat memicu timbulnya perilaku agresi secara
nyata (Krahe,1997). Contoh gejala perilaku agresi disebabkan oleh frustasi-
agresi adalah perilaku agresi penonton sepak bola yang tim kesayangannya
mengalami kekalahan dari tim lain.

c. Agresi sebagai Perilaku Sosial yang Dipelajari

Berbeda dari teori insting, teori belajar sosial menjelaskan perilaku agresi sebagai
perilaku yang dipelajari. Para pakar teori belajar sosial, seperti Albert Bandura
menyatakan bahwa perilaku agresi merupakan hasil dari proses belajar sosial
(Strickland, 2001). Belajar sosial adalah proses belajar melalui mekanisme belajar
pengamatan dalam dunia sosial. Bertentangan dengan pendapat teori insting,
mereka mengajukan argumentasi bahwa manusia tidak dilahirkan bersama
insting-insting negatif dalam dirinya. Manusia melakukan perilaku agresi karena
mereka mempelajarinya secara sosial melalui perilaku model dalam setting
interaksi sosial seperti pada ragam perilaku yang lain.

d. Perilaku Agresi yang Dimediasi oleh Penilaian Kognitif (Cognitive


Appraisal)

Teori ini menjelaskan bahwa reaksi individu terhadap stimulus agresi sangat
bergantung pada cara stimulus itu diinterpretasi oleh individu. Sebagai contoh,
frustasi dapat cenderung menyebabkan perilaku agresi apabila frustasi itu oleh
individu diinterpretasi sebagai gangguan terhadap aktivitas yang ingin dicapai oleh
dirinya.Masih dihubungkan dengan pendapat ini, model transfer eksitasi yang
dipelopori oleh Zillmann menyatakan bahwa agresi dapat dipicu oleh rangsangan
fisiologis (physiological arousal) yang berasal dari sumber-sumber yang netral atau
sumber-sumber yang sama sekali tidak berhubungan dengan atribusi

BENTUK BENTUK AGRESI


Buss (1978) dalam Dayakisni & Hudaniah (2009) mengelompokkan agresi
manusia dalam delapan jenis, yaitu:

a. Agresi Fisik Aktif Langsung

Tindakan agresi fisik yang dilakukan individu/kelompok dengan cara berhadapan


secara langsung dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya dan terjadi
kontak fisik secara langsung, seperti memukul, mendorong, menembak dan lain-
lain.

b. Agresi Fisik Pasif Langsung


Tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara
berhadapan dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya, namun tidak
terjadi kontak fisik secara langsung, seperti demonstrasi, aksi mogok, aksi diam
dan lain-lain. itu oleh individu diinterpretasi sebagai gangguan terhadap aktivitas
yang ingin dicapai oleh dirinya.

c. Agresi Fisik Aktif Tidak Langsung: tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh
individu/kelompok lain dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan
individu/kelompok lain yang menjadi targetnya, seperti merusak harta korban,
membakar rumah, menyewa tukang pukul,dll.

d. Agresi Fisik Pasif Tidak Langsung: tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh
individu/ kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan individu/kelompok lain
yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak fisik secara langsung, seperti tidak
peduli, apatis, masa bodoh.

e. Agresi Verbal Aktif Langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh
individu/kelompok lain dengan cara berhadapan secara langsung dengan
individu/kelompok lain, seperti menghina, memaki, marah, mengumpat.

f. Agresi Verbal Pasif Langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh
individu/kelompok dengan cara berhadapan dengan individu/kelompok lain
namun tidak terjadi kontak verbal secara langsung, seperti menolak bicara,
bungkam.

g. Agresi Verbal Aktif Tidak Langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang
dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara tidak berhadapan langsung dengan
individu/kelompok lain yang menjadi targetnya, seperti menyebar fitnah, mengadu
domba.

h. Agresi Verbal Pasif Tidak Langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang
dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan
individu/kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak verbal
secara langsung, seperti tidak memberi dukungan, tidak menggunakan hak suara.

ASPEK ASPEK AGRESI

Dalam bukunya memahami pola agresivitas akan bermanfaat jika kita dapat
mengidentifikasi perbedaan pada masing-masing individu dalam preferensi-
preferensi yang dikembangkan untuk berbagai bentuk ekspresi agresi mereka
(Glynis M. Breakwell, 1998 terj. Bernadus Hidayat). Dalam buku tersebut
terdapat latihan evaluasi preferensi agresi yang dapat digunakan untuk mengkaji
gaya-gaya agresi yang lebih sering digunakan. Mengetahui hal ini jelas ada
manfaatnya karena preferensi-preferensi ini akan mempengaruhi respon individu
saat sedang agresif. Evaluasi tersebut menghasilkan empat aspek yaitu:

a.Bentuk Agresi: Fisik dan Verbal.


Pada aspek bentuk agresi mencerminkan perbedaan nyata antara ekspresi
kemarahan dalam kata-kata/verbal atau tindakan/fisik. Perlu diperhatikan bahwa
kedua bentuk agresi ini dapat digunakan oleh orang yang sama pada waktu-waktu
tertentu. Misalnya, ketika kita marah pada orang yang tidak dikenal maka kita
menggunakan ekspresi verbal untuk menunjukkan kemarahan kita. Sementara jika
kita marah kepada orang yang sudah kita kenal dekat maka kita menggunakan
agresi fisik. Akan tetapi, perlu juga untuk melihat seberapa sering kita
menggunakan kedua jenis agresi itu.

b. Arah Pelampiasan Agresi: Langsung dan Dialihkan.

Untuk aspek arah pelampiasan agresi mewakili perbedaan yang kurang mencolok
antara agresi yang diarahkan pada alasan kemarahan dan agresi yang dialihkan ke
objek-objek lain. Misalnya, saat kita marah kepada teman dekat kemudian kita
melampiaskan amarah itu dengan merusak benda kesayangannya. Level Kendali-
Diri: Mengamuk dan Tenang. Mengukur apakah individu tetap merasa tenang
sekalipun sedang bersikap agresif.

c. Level Kendali-Diri: Mengamuk dan Tenang.

Untuk aspek level kendali-diri mencerminkan level kendali-diri yang dimiliki


ketika sedang marah. Setiap individu memiliki perbedaan dalam mengekspresikan
amarah. Misalnya ada orang yang menunjukkan kemarahannya dengan berteriak-
teriak sambil melempar barang-barang dan ada juga yang tetap tenang dan
memilih diam ketika sedang marah.

d. Arah Agresi: Intrapunitif dan Ekstrapunitif.

Untuk aspek arah agresi merujuk pada arah agresi ke dalam diri kita atau keluar
diri kita. Respon-respon intrapunitif meliputi pengalihan agresi terhadap diri
sendiri. Respon-respon ekstrapunitif melibatkan eksternalisasi agresi.
Menyalahkan diri sendiri, malu dan rasa bersalah bisa menjadi bentuk-bentuk
intrapunitif. Sifat intrapunitif juga dikaitkan dengan berbagai keluhan
psikosomatis seperti asma dan sakit maag

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AGRESIVITAS

Banyak faktor yang mempengaruhi agresivitas, salah satunya adalah intensitas


komunikasi interpersonal. Pada sub bagian ini akan diungkapkan faktor- faktor
yang mempengaruhi agresivitas secara umum.

a. Sosial
Frustasi, terhambatnya atau tercegahnya upaya mencapai tujuan kerap menjadi
penyebab agresi. Ketika seorang calon legislator (caleg) gagal, ia akan merasa sedih,
marah, dan bahkan depresi. Dalam keadaan seperti itu, besar kemungkinan ia akan
menjadi frustasi dan mengambil tindakan-tindakan yang bernuansa agresi, seperti
penyerangan terhadap orang lain. Kondisi ini menjadi mungkin dengan pemikiran
bahwa agresi yang dilakukan caleg tadi dapat mengurangi emosi marah yang ia
alami. Agresi tidak selalu muncul karena frustasi. Seperti petinju dan tentara
dapat melakukan agresi karena alasan lain. Namun, frustasi dapat menimbulkan
agresi jika penyebab frustasi dianggap tidak sah atau tidak dibenarkan. Provokasi
verbal atau fisik adalah salah satu penyebab agresi. Menyepelekan dan
merendahkan sebagai ekspresi sikap arogan atau sombong adalah prediktor yang
kuat bagi munculnya agresi.Faktor sosial lainnya adalah alkohol. Kebanyakan hasil
penelitian yang terkait dengan konsumsi alkohol menunjukkan kenaikan
agresivitas.

b. Personal

Pola tingkah laku berdasar kepribadian. Orang dengan tipe tingkah laku tipe A
cenderung lebih agresif daripada orang dengan tipe B. Tipe A identik dengan
karakter terburu-buru dan kompetitif (Gifford R.,1983). Tingkah laku yang
ditunjukkan oleh orang dengan tipe B adalah bersikap sabar, kooperatif,
nonkompetisi, dan nonagresif (Feldman,2008). Orang dengan tipe A cenderung
lebih melakukan hostile aggression. Hostile aggression merupakan agresi yang
bertujuan untuk melukai atau menyakiti orang lain. Di sisi lain orang dengan tipe
kepribadian B cenderung lebih melakukan instrumental aggression. Instrumental
aggression adalah tingkah laku agresif yang dilakukan karena ada tujuan yang
utama dan tidak ditujukan untuk melukai atau menyakiti korban.

c. Kebudayaan

Ketika kita menyadari bahwa lingkungan juga berperan terhadap tingkah laku,
maka tidak heran jika muncul ide bahwa salah satu penyebab agresi adalah faktor
kebudayaan. Beberapa ahli dari berbagai ilmu pengetahuan seperti antropologi dan
psikologi, seperti Segall, Dasen, Berry dan Portinga, (1999); Kottak (2006); Groos
(1992) menengarai factor kebudayaan terhadap agresi. Lingkungan geografis,
seperti pantai/pesisir, menunjukkan karakter lebih keras daripada masyarakat
yang hidup di pedalaman. Nilai dan norma yang mendasari sikap dan tingkah laku
masyarakat juga berpengaruh terhadap agresivitas satu kelompok. Dalam
penelitian di Amerika Serikat, diketahui bahwa masyarakat di bagian selatan
Amerika mempunyai agresivitas lebih tinggi. Hal ini diketahui melalui angka
pembunuhan yang tinggi (Taylor, Peplau, dan Sears, 2009).
d. Situasional

Orang berkata, cuaca yang cerah juga membuat hati cerah.tampaknya ide itu tidak
berlebihan. Penelitian terkait cuaca dan tingkah laku menyebutkan bahwa
ketidaknyamanan akibat panas menyebabkan kerusuhan dan bentuk-bentuk agresi
lainnya. Penelitian di AS, yang memiliki empat musim, menunjukkan bahwa pada
suhu 28,33-29,44 derajat celcius memunculkan peningkatan tingkah laku
penyerangan, perampokan, kekerasan kolektif, dan pemerkosaan.

e. Sumber daya

Manusia senantiasa ingin memenuhi kebutuhannya. Salah satu pendukung utama


kehidupan manusia adalah daya dukung alam. Daya dukung alam terhadap
kebutuhan manusia tak selamanya mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya
lebih untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

f. Media Massa

Menurut Ade E. Mardiana, tayangan dari televisi berpotensi besar diimitasi oleh
pemirsanya (Kompas, 2008). Hal yang dinyatakan oleh Mardiana tampak tidak
terlalu mengherankan, mengingat hasil penelitian klasik Bandura tentang modeling
kekerasan oleh anak-anak. Khusus untuk media massa telivisi yang merupakan
media tontonan dan secara alami mempunyai kesempatan lebih lagi bagi
pemirsanya untuk mengamati apa yang disampaikan secara jelas. Beberapa
penelitian tentang televisi dan kekerasan telah banyak dilakukan, baik di luar
maupun di dalam negeri. Secara teoritis, penjelasan dari kajian ini adalah teori
belajar sosial. Banyaknya faktor yang bisa menimbulkan agresi pada akhirnya
membutuhkan kerangka pikir proses dari agresi yang berupa model.

g. Amarah

Marah merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktifitas sistem parasimpatik


yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sngat kuat yang biasanya
disebabkan adanyan kesalahan, yang mungkin nyata-nyata salah atau mungkin juga
tidak. Pada saat marah ada perasaan ingin menyerang, meninju, menghancurkan
atau melempar sesuatu dan biasanya timbul pikiran yang kejam. Bila hal-hal
tersebut disalurkan maka terjadilah perilaku agresi.
CONTOH PRILAKU AGRESI DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI

Contoh Perilaku Agresif yang Seringkali Kita Temui Di Lingkungan Sekitar:

Rasa merendahkan orang lain, mata yang terlihat tidak ekspresif, serta ketika
bicara selalu memalingkan wajahnya. Selalu menyinggung orang lain dengan
perkataannya dan mengekspresikan sebuah perasaan yang tidak peduli dengan apa
yang dirasakan oleh orang lain. Orang tersebut Terkadang lebih banyak bicara
yang berhubungan dengan dirinya sendiri saja dan hal- hal yang berkaitan dengan
kemampuannya dan kehebatannya.Terlalu sering membanggakan dirinya sendiri,
apalagi ketika dipuji oleh orang lain, bahkan Terkadang membuat seorang yang
memujinya merasa tersinggung. Sifat yang paling sering kita lihat adalah rasa
“sok tahu” dimana orang tersebut selalu memberikan sebuah opini mengenai
sudut pandangnya sendiri, selain itu sering juga membenarkan pendapatnya
sendiri. Seringkali mempertahankan haknya, bahkan tidak peduli dengan hak- hak
yang dimiliki oleh orang lain. Cara penyampaian keluhan yang meledak- ledak
dan juga tidak terkontrol. Seringkali menyerang orang lain dengan pendapat yang
dimilikinya dan juga memotong pembicaraan dengan maksud mengintimidasi.

PENGERTIAN PRILAKU PROSOSIAL

Perilaku prososial dapat diartikan tindakan yang menguntungkan orang lain


tetapi tidak memberikan keuntungan yang nyata bagi orang yang melakukan
tindakan tersebut. Perilaku prososial kadang-kadang dapat melibatkan risiko di
pihak orang yang memberikan bantuan. Istilah-istilah lain, seperti perilaku
menolong, amal kebajikan, dan volunterisme juga digunakan untuk menggambarkan
tentang hal-hal “baik” yang dilakukan orang untuk memberikan bantuan yang
dibutuhkan kepada orang lain.

Tingkah laku prososial adalah tingkah laku sosial positif yang menguntungkan atau
membuat kondisi fisik atau psikis orang lain lebih baik, yang di lakukan atas dasar
sukarela tanpa mengharapkan rewards eksternal.

Terdapat beberapa pendapat para ahli psikologi tentang prilaku prososial,


diantaranya :

a. Sears dkk (1992)

Mendefenisikan bahwa tingkah laku prososial merupakan tingkah laku yang


menguntungkan orang lain. Menurut sears, tingkah laku prososial meliputi segala
bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain,
tanpa memperhatikan motif si penolong.

b. Sri Utari Pidada (1982)


Mendefenisikan bahwa pilaku prososial adalah suatu tingkah laku yang mempunyai
suatu akibat atau konsekuensi positif bagi patner interaksi, selain itu tingkah laku
yang bisa di klasifikasikan sebagai tingkah laku sosial sangat beragam di mulai dari
bentuk yang paling sederhana hingga yang paling luar biasa.

c. Wispe (1981)
Tingkah laku prososial adalah tingkah laku yang mempunyai konsekuensi sosial
positif yaitu menambah kondisi fisik dan psikis orang lain menjadi lebih baik

Dari beberapa pendapat di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa tingkah laku
prososial adalah tingkah laku sosial positif yang menguntungkan, yang ditujukan
bagi kesejahteraan orang lain sehingga menjadikan kondisi fisik dan psikis orang
lain menjadi lebih baik, selain itu tindakan prososial dilakukan atas dasar sukarela
tanpa mengharapkan reward eksternal.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa perkembangan


perilaku prososial telah dimulai sejak masa anak-anak. Dengan bertambahnya usia
seorang anak, maka empatinya terhadap orang lain juga akan semakin berkembang.
Dalam psikologi perkembangan juga dikatakan bahwa kemampuan seorang anak
dalam berbagai hal akan meningkat sesuai dengan bertambahnya usia.

SUMBER PRILAKU PROSOSIAL

Masa akhir anak – anak merupakan suatu masa perkembangan dimana anak –
anak mengalami sejumlah perubahan – perubahan yang cepat dan menyiapkan diri
untuk memasuki masa remaja serta bergerak memasuki masa remaja serta
bergerak memasuki masa dewasa. Pada masa ini, mereka mulai sekolah dan
kebanyakan anak – anak sudah mempelajari mengenai sesuatu yang berhubungan
dengan manusia, serta mulai mempelajari berbagai keterampilan praktis. Dunia
psikososial anak menjadi semakin kompleks dan berbeda dengan masa awal anak.
Relasi dengan keluarga dan teman sebaya terus memainkan peranan penting.

Sikap sosial secara umum adalah hubungan antara manusia dengan manusia yang
lain, saling kebergantungan dengan manusia lain dalam berbagai kehidupan
bermasyarakat. Sedang pendapat lain mengatakan interaksi dikalangan manusia;
interaksi adalah komunikasi dengan manusia lain, hubungan yang menimbulkan
perasaan sosial yaitu perasaan yang mengikatkan individu dengan sesama manusia,
perasaan hidup bermasyarakat seperti saling tolong menolong, saling memberi dan
menerima, simpati dan antipati, rasa setia kawan, dan sebagainya.

Sumber tingkah laku prososial terdiri dari 2 bagian yaitu:

a) Endosentris
Sumber tingkah laku prososial berasal dari dalam diri seseorang. Sumber
endosentris merupakan keinginan untuk mengubah diri dengan menampilkan self -
image. Secara keseluruhan endosentris ini meningkatkan konsep diri (self -
concept), salah satu bentuk konsep diri adalah self-expectation (harapan diri) yang
berbentuk rasa bahagia, kebanggaan, rasa aman, evaluasi diri yang positif.

Harapan diri muncul karena seseorang hidup di lingkungan sosial, dimana dalam
lingkungan sosial terdapat norma dan nilai. Norma sosial di peroleh remaja melalui
proses sosialisi yang kemudian di internalisasikan sehingga menjadi bagian dari diri
remaja itu sendiri. Norma yang di internalisasikan kedalam harapan diri (self-
expectation) terdiri dari:

1) Norms of aiding (norma menolong), adalah norma sosial untuk menolong


orang lain yang membutuhkan.

2) Norm of social responssibility, adalah suatu norma sosial yang dimana seorang
individu menolong orang yang membutuhkan pertolongan walaupun orang yang
ditolong tidak dapat membalas sama sekali.

3) Norm of giving, adalah norma sosial dimana seseorang menolong dengan


sukarela.

4) Norm of justice, adalah suatu norma sosial dimana tingkah laku menolong
didasarioleh norma keadilan yaitu keseimbangan antar memberi dan menerima.

5) Norm of reciprocity, adalah suatu norma sosial dimana seorang individu


menolong orang lain karena merasa akan mendapat imbalan

6) Norm of equity, adalah suatu norma sosial dimana seorang individu menolong
orang lain karena pernah ditolong sebelumnya.

b) Eksosentris

Eksosentris adalah sumber untuk memperhatikan lingkungan eksternal yaitu


membuat kondisi lebih baik dan menolong orang lain dari kondisi buruk yang
dialami. Orang yang melakukan tindakan menolong karena mengetahui atau
merasakan kebutuhan, keinginan, dan penderitaan orang lain. Hal ini dijelaskan oleh
Piliavin & Piliavin bahwa tindakan menolong terjadi karena :

1) Adanya pengamatan terhadap kebutuhan atau penderitaan orang lain.

2) Adanya pengamatan terhadap penderitaan yang dirasakan oleh orang lain,


sehingga menimbulkan motivasai untuk menguranginya

Menurut Derlega & Grzelak tingkah laku prososial bisa terjadi karena adanya
penderitaan yang dialami oleh orang lain, pertolongan yang diberikan tidak
mengharapkan reward eksternal. Selain itu prilaku prososial bisa terjadi karena
adanya interpedensi situasi, misalnya seorang suami yang menolong istri di dapur.

Pada dasarnya tingkah laku prososial terjadi karena adanya saling ketergantungan
antara si penolong dengan orang yang ditolong.
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAH LAKU PROSOSIAL
Tingkah laku prososial dipandang sebagai tingkah laku yang diperlukan untuk
mempertahankan kehidupan, melalui hal ini manusia menjalankan fungsi
kehidupan sebagai penolong dan yang ditolong.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan tingkah laku prososial


antara lain :

a) Orang Tua

Hubungan antara remaja dengan orang tua menjadi faktor penentu utama dalam
keberhasilan remaja berperilaku prososial ketika berinteraksi di lingkungan sosial
yang lebih luas. Keluarga yang merupakan kelompok primer bagi remaja, memiliki
peran penting dalam pembentukan dan arahan perilaku remaja.

Hal-hal yang diperoleh dari lingkungan keluarga akan menentukan cara-cara remaja
dalam melakukan interaksi dengan lingkungan sosial di luar keluarga. Menurut
Ahmadi (1988) keluarga merupakan lingkungan sosial pertama dalam kehidupan
remaja. Remaja belajar memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar
bekerjasama, dan menyatakan dirinya sebagai makhluk sosial.

Cara bertingkah laku, dan sikap orang tua dalam keluarga akan mempengaruhi
suasana interaksi keluarga dan dapat mengakibatkan ciri-ciri tertentu pada
perkembangan kepribadian remaja, orang tua adalah pemegang peranan penting
dalam pembentukan akhlak dan budi pekerti putra putrinya. Hal tersebut karena
waktu yang dimiliki remaja 75% dihasilkan di lingkungan keluarga. Mengingat
orang tua merupakan faktor penting dalam pembentukan pribadi remaja maka cara
yang digunakan dalam mengasuh dan membimbing remaja tergantung pada sikap,
pribadi dan kemampuan yang dimiliki oleh orang tua remaja tersebut.

b) Guru

Selain orang tua, sekolah juga mempunyai pengaru yang sangat besar terhadap
perkembangan tingkah laku prososial. Di sekolah guru dapt melatih dan
mengarahkan tingkah laku prososial anak dengan menggunakan teknik yang efektif.

Misalnya guru dapat menggunakan teknik bermain peran, teknik ini melatih anak
mempelajari situasi dimana tingkah laku menolong di peroleh dan bagaimana
melaksanakan tindakan menolong tersebut.

Teknik bermain peran mengembangkan sensitivitas terhadap kebutuhan orang lain


dan menambah kemampuan role taking dan empati. Di sekolah guru mempunyai
kesempatan mengarahkan anak dengan menganalisis cerita dalam bahasan yang
berbeda.

c) Teman sebaya

Teman sebaya mempunyai pengaruh terhadap perkembangan tingkah laku


prososial khususnya pada masa remaja. Ketika usia remaja kelompok ssial menjadi
sumber utama dalam perolehan informasi, teman sebaya dapat memudahkan
perkembangan tingkah laku prososial melalui penguatan, pemodelan dan
pengarahan.

d) Televisi

Selain sebagai hiburan, televisi merupakan sebagai agen sosial yang penting. Melalui
penggunaan muatan prososial, televisi dapat mempengaruhi pemirsa. Dengan
melihat program televisi anak juga dapat mempelajari tingkah laku yang tepat
dalam situasi tertentu, televisi tidak hanya mengajarkan anak untuk
mempertimbangkan berbagai alternatif tindakan tapi juga anak juga bisa mengerti
dengan kebutuhan orang lain, membentuk tingkah laku prososial dan memudahkan
perkembangan empati.

e) Moral Dan Agama

Perkembangan tingkah laku prososial juga berkaitan erat dengan aturan agama dan
moral. Menurut Sears dkk (1992) menyatakan bahwa aturan agama dan moral
kebanyakan masyarakat menekankan kewajiban menolong.

Pentingnya lingkungan terletak pada kontinuitas dan kompleksitas stimulasi sosial


dan kognisi yang dihadapkan pada anak. Untuk tercapainya situasi yang seperti ini,
diperlukan lingkungan rumah tangga dan lingkungan sosial yang memadai dan
mampu menumbuhkan struktur kognitif individu.

Menurut Staub (1978) terdapat beberapa faktor yang mendasari seseorang untuk
bertindak prososial, yaitu:

1. Self-gain

Harapan seseorang untuk memperoleh atau menghindari kehilangan sesuatu.

2. Personal values and norms

Adanya nilai-nilai dan norma sosial yang diinternalisasi oleh individu selama
mengalami sosialisasi dan sebagian nilai-nilai serta norma tersebut berkaitan
dengan tindakan prososial.

3. Empathy

Kemampuan seseorang untuk ikut merasakan perasaan atau pengalaman orang lain.
Kemampuan untuk empati ini erat kaitanya dengan pengambilalihan peran. Jadi
prasyarat untuk mampu melakukan empati, individu harus memiliki kemampuan
untuk melakukan pengambilan peran.

PERKEMBANGAN TINGKAH LAKU PROSOSIAL

Tingkah laku prososial selalu berkembang sesuai perkembangan manusia, ada 6


tahapan perkembangan tingkah laku prososial yaitu :

a. Compliance & Concret, Defined Reinforcement


Pada tahap ini individu melakukan tingkah laku menolong karena perintah yang
disertai oleh reward. Pada tahap ini remaja mempunyai perspektif egosentris yaitu
mereka tidak menyadari bahwa orang lain mempunyai pikiran dan perasaan yang
berbeda dengan mereka, selain itu tingkah laku prososial pada tahap ini terjadi
karna adanya reward dan punishment yang konkrit.

b. Compliance

Pada tahap ini individu melakukan tindakan menolong karena patuh pada perintah
dari orang yang berkuasa. Tindakan menolong pada tahp ini dimotivasi oleh
kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan dan menghindari hukuman.

c. Internal Initiative & Concret Reward

Pada tahap ini individu menolong karena tergantung pada reward yang akan di
terima, tindakan prososial dimotivasi oleh keinginan untuk mendapatkan
keuntungan atau hadiah

d. Nominative Behavior

Pada tahap ini individu melakukan tindakan prososial untuk memenuhi tuntutan
masyarakat. Individu mengetahui berbagai tingkah lakuyang sesuai dengan norma
masyarakat. Dalam tahap ini individu mampu memahami kebutuhan orang lain dan
merasa simpati dengan penderitaan yang dialami, tindakan prososial dilakukan
karna adanya norma sosial yang meliputi : norma memberi dan norma tanggung
jawab sosial.

e. Generalized Reciprocity

Pada tahap ini seseorang melakukan tindakan menolong karna adanya kepercayaan
apabila suatu saat ia membutuhkan bantuan maka ia akan mendapatkannya,
harapan reward pada tahap ini non konkret yang susah dijelaskan.

f. Altruistic Behavior

Pada tahap ini seseorang melakukan tindakan menolong secara sukarela yang
bertujuan untuk menolong dan menguntungkan orang lain tanpa mengharapkan
imbalan, tindakan prososial dilakukan karena plihan individu sendiri yang
didasarkan pada prinsip moral.

Pada tahap ini individu sudah mulai dapat menilai kebutuhan orang lain dan tidak
mengharapkan hubungan timbal balik untuk tindakannya.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Kesimpulan Dalam hal ini, dapat di simpulkan bahwa Pencegahan perilaku


agresif merupakan sebuah upaya besar untuk membina sebuah bangsa yang besar
dan berjaya. Dengan memahami kompleksitas dan kerumitan perilaku agresif, akan
dipahami pula bagaimana menyusun sebuah strategi yang komprehensif yang
mampu menjawab permasalahan pada diri individu (pelaku), khususnya masalah
perilakunya. Kendala strategis yang yang menghambat pengembangan strategi
mencegah (atau bahkan menangani) perilaku agresif adalah sikap publik yang pada
umumnya menganggap bahwa agresi atau kekerasan merupakan salah satu fitur
yang melekat padadiri manusia dan tidak dapat dielakkan (Lore dan Schultz dalam
Krahe, 2001). Walau pada kenyataannya agresi atau menjadi agresif bukan
merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari, melainkan hanya merupakan
strategi opsional belaka. Salah satu teknik yang dewasa ini tengah ramai
diujicobakan adalah melalui ”latihan mengelola amarah”

Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tingkah laku
prososial adalah tingkah laku sosial positif yang menguntungkan, yang ditujukan
bagi kesejahteraan orang lain sehingga menjadikan kondisi fisik dan psikis orang
lain menjadi lebih baik, selain itu tindakan prososial dilakukan atas dasar sukarela
tanpa mengharapkan reward eksternal.

Sumber tingkah laku prososial terdiri dari 2 bagian yaitu: Endosentris dan
Eksosentris. Pada dasarnya tingkah laku prososial terjadi karena adanya saling
ketergantungan antara si penolong dengan orang yang ditolong.

SARAN

Sebagai calon guru BK, kita perlu mengetahui tentang pentingnya penanaman sikap
maupun perilaku Agresi dan prososial kepada siswa kita nantinya. Sehingga, ketika
kita telah menjadi guru BK kelak, kita sudah dapat memberiksan pelayanan kepada
siswa terkait dengan perilaku Agresi dan prososial ini.

Kepada orang tua, perlu mengajarkan kepada anak – anaknya tentang pentingnya
penanaman moral terkait dengan perilau Agresi dan prososial ini. Sehingga, Ia dapat
menjadi anggota masyarakat yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

http://etheses.uin-malang.ac.id/634/6/10410119%20Bab%202.pdf

https://www.psychologymania.com/2012/06/jenis-jenis-agresi.html

https://dosenpsikologi.com/contoh-perilaku-agresif

Desmita. 2007. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT Remaja


Rosdakarya.

Sjarkawi. 2008. Pembentukan kepribadian anak, peran moral, intelektual,


emosional, dan sosial sebagai wujud integritas membanguin jati diri. Jakarta:
Bumi Aksara

L, Zulkifli. 2006. Psikologi perkembangan. Bandung: Rosdakarya

Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Yahya, Azizi bin, dkk. 2004. Psikologi Sosial Alam Remaja. Johor: PTS
Professional.

Anda mungkin juga menyukai