Makalah Pembuatan Kontrak Konstruksi Al Furkan
Makalah Pembuatan Kontrak Konstruksi Al Furkan
Dikerjakan Oleh :
AL FURKAN : 18.51.020033
Al Furkan
ii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL ......................................................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 1
C. Tujuan ...................................................................................... 1
iii
BAB I
PENDAHUUAN
A. PENDAHULUAN
Elemen yang paling penting dalam suatu proses kerjasama antara berbagai
pihak untuk mewujudkan suatu tujuan tertentu yang telah disepakati bersama
adalah kontrak. Dalam proyek konstruksi, kontrak merupakan dokumen yang
harus dipatuhi dan dilaksanakan bersama antara pihak yang telah sepakat
untuk saling terikat. Tahap awal yang harus dipahami lebih dahulu adalah
dasar-dasar pengertian kontrak serta konsep kontrak kostruksi.
Dengan adanya peraturan perundang-undangan yang mengatur
pelaksanaan industri jasa konstruksi ( UU No. 18/1999, PP No. 28/2000, PP
No. 29/2000, dan PP No. 30/2000 ) maka mulai saat berlakunya peraturan
perundang-undangan tersebut, penyusunan kontrak konstruksi kita harus
menggunakannya sebagai acuan/rujukan yang baku.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara menyusun kontrak konstruksi yang baik dan benar ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagaimana cara menyusun kontrak konstruksi yang
baikl dan benar.
1
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN/BATASAN
1. Kontrak Konstruksi adalah perjanjian tertulis antara pengguna jasa dan
penyedia jasa mengenai pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi.
2. Dokumen kontrak adalah kumpulan dokumen yang berkaitan dengn
pelaksanaan kontrak sekurang-kurangnya berisi ketentuan tercantum
dalam PP No. 29/2000 Pasal 22, yaitu:
a. Surat Perjanjian, yang ditanda tangani oleh pengguna jasa dan
penyedia jasa.
b. Dokumen Lelang, yaitu dokumen yang disusun oleh pengguna jasa
pengguna jasa yang merupakan dasar bagi penyedia jasa untuk
menyusun usulan atau penawaran untuk pelaksanaan tugas yang berisi
lingkup tugas dan persyaratannya ( umum dan khusus, teknis dan
administratif, kondisi kontrak ).
c. Penawaran atau usulan, yaitu dokumen yang disusun oleh penyedia
jasa berdasarkan dokumen lelang yang berisi metode, harga
penawaran, jadwal waktu, dan sumber daya.
d. Berita acara, berisi kesepakatan yang terjadi antara pengguna jasa dan
penyedia jasa selama proses evaluasi usulan atau penawaran oleh
pengguna jasa antara lain klarifikasi atas hal-hal yang menimbulkan
keagu-raguan.
e. Surat pernyataan pengguna jasa, menyatakan menerima atau
menyetujui usulan atau penawaran dari penyedia jasa.
f. Surat pernyataan penyedia jasa, menyatakan kesanggupan untuk
melaksanakan pekerjaan.
g. Yang dimaksud dengan cara menyusun kontrak disini adalah cara
menyusun Perjanjian/Kontrak yang dilengkapi dengan cara menyusun
syarat-syarat kontrak. Pola yang diambil dapat mengacu kepada
FIDIC dengan tetap berpegang pada ketentuan yang tercantum dalam
UU No. 18/1999 dan PP No. 29/2000.
2
h. Yang dimaksud dengan isi kontrak sebagaimana tercantum dalam PP
No. 29/2000 Pasal 23 adalah uraian-uraian yang sekurang-kurangnya
harus termuat dalam suatu kontrak konstruksi. Sedangkan kontrak
konstruksi minimal meliputi hal-hal seperti yang disebutkan dalam PP
No. 29/2000 Pasal 22. Jadi yang dimaksud dengan isi kontrak
bukanlah uraian yang harus terdapat dalam perjanjian/kontrak tetapi
yang harus terdapat dalam dokumen kontrak.
i. Dengan demikian akan terdapat beberapa dokumen yang akan
disusun/disiapkan, antara lain:
1) Perjanjian/Kontrak
2) Syarat-syarat ( Umum )
3) Syarat-syarat ( Khusus )
4) Spesifikasi Teknis
5) Lampiran-lampiran
6) Gambar-gambar ( Kontrak ).
3
“Pada saat berlakunya undang-undang ini, maka ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur hal yang sama dan bertentangan
dengan ketentuan undang-undang ini, dinyatakan tidak berlaku”.
3) PP No. 29 Pasal 63:
“Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, peraturan perundang-
undangan mengenai penyelenggaraan jasa konstruksi yang masih ada
sepanjang tidak bertentangan ataupun belum diganti dengan yang baru
berdasarkan Peraturan Pemerintah ini dinyatakan tetap berlaku”.
Ketentuan yang termuat dalam KUHP Per Pasal 1320 yang berbunyi:
Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan 4 syarat:
1) Sepakat mereka yang megikatkan dirinya
2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3) Suatu hal tertentu
4) Suatu sebab yang halal.
4
Bagi kontrak konstruksi yang menyebutkan bahwa hukum yang berlaku
dalam kontrak tersebut adalah hukum Republik Indonesia, maka dalam salah satu
pasal kontrak/syarat-syarat kontrak harus dinyatakan bahwa pasal 1266 Kitab
Undang-undang Hukum Perdata (KUHP Per) tidak diberlakukan (
dikesampingkan ). Sebab apabila pasal ini tidak dikesampingkan, maka dalam hal
salah satu pihak ingin memutuskan/membatalkan perjanjian/kontrak maka hal
tersebut harus melalui suatu putusan pengadilan.
2. Isi Perjanjian/Kontrak
Sesuai ketentuan tersebut dalam PP No. 29/2000 Pasal 22 ayat a maka
perjanjian yang ditandatangani Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa harus
memuat antara lain:
a. Uraian Para Pihak
Harus dijelaskan nama dan alamat perusahaan yang merupakan para
pihak dalam perjanjian. Siapa yang diberi kuasa untuk bertindak untuk
dan atas nama perusahaan tersebut.
Sebutkan akta pendirian perusahaan dan tunjukkan orang yang
bertindak untuk dan atas nama perusahaan tersebut memang berhak
sesuai akta pendirian perusahaan.
b. Konsiderasi
Yang dimaksud disini adalah pertimbangan-pertimbangan yang
mendasari pembuatan perjanjian ini. Biasanya pertimbangan ini lebih
dari satu dan semuanya harus ditulis.
c. Lingkup Pekerjaan
Yang dimaksud disini adalah lingkup pekerjaan secara garis besar (
global ). Misalnya, membangun sebuah hotel mulai dari seluruh
struktur fondasi sampai seluruh superstruktur disertai pekerjaan
mekanikal, elektrikal, lingkungan serta pekerjaan penyelesaian hingga
siap beroperasi. Lingkup pekerjaan secara rinci akan dijelaskan dalam
dokumen kontrak lain seperti spesifikasi teknis dan gambar-gambar
kontrak.
5
d. Nilai Kontak
Dicantumkan besarnya nilai kontrak dalam angka dan huruf dan dalam
mata uang tertentu ( Rp/US$ ). Dapat saja nilai kontrak dalam 2 ( dua )
atau lebih mata uang. Jelaskan pula nilai kontrak tersebut apa sudah
termasuk Jasa Kontraktor dan atau pajak-pajak dan ditetapkan nilai
tukar mata uang asing terhadap rupiah.
e. Bentuk Kontrak yang Dipakai
Dijelaskan apakah Fixed Lump Sum atau Unit Price sekalian diberikan
arti/batasannya untuk menghindarkan sengketa dikemudian hari.
f. Jangka Waktu Pelaksanaan
Sebutkan dalam angka dan huruf dan arti hari ( hari kerja atau hari
kalender ) dan sebutkan waktu tersebut sejak kejadian apa ( penerbitan
Surat Perintah Kerja/penandatnganan Kontrak, penyerahan lahan,
penyampaian Jaminan Pelaksana, dan sebagainya ).
g. Prioritas Dokumen
Sebutkan dengan jelas urutan prioritas keberlakuan dokumen kontrak,
misalnya: mulai dari yang paling tinggi prioritasnya
Perjanjian/Kontrak, Syarat-syarat Khusus Kontrak, Syarat-syarat
Umum Kontrak, Spesifikasi Teknis, Gambar-gambar, Bill of Quantity,
Surat Penawaran, dan seterusnya.
6
Pengertia-pengertian seperti Pekerjaan, Proyek, Lapangan, Syarat-
syarat Kontrak, Pemasok, Pengawas dan sebagainya yang akan
disebut/dipakai selanjutnya dalam Syarat-syarat Kontrak atau
Dokumen Kontrak lainnya diberikan defenisinya secara jelas.
Untuk memudahkan pencarian, arti kata-kata/istilah tersebut dapat
disusun menurut abjad, ditulis tebal, dan diberi tanda kutip untuk
membedakannya dengan arti yang dikenal sehari-hari.
b. Para Pihak
Disini harus disebutkan akta pendirian badan usaha/uasaha
perseorangan beserta tempat kedudukannya.
Nama Wakil/Kuasa badan usaha sesuai akta atau sertifikat keahlian
kerja dan sertifikat keterampilan kerja bagi usaha perseorangan harus
dicantumkan. Masing-masing pihak dapat disebut Pihak Kesatu dan
Pihak Kedua atau Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa atau nama
perusahaan masing-masing pihak.
c. Rumusan Pekerjaan
Yang dimaksud disini adalah lingkup pekerjaan pokok yang
diperjanjikan. Volume atau besaran pekerjaan tercantum dalam
Rencana Anggaran (Bill of Quantity) yang merupakan bagian
penawaran.
d. Nilai Pekerjaan/Harga Borongan
Ditulis dalam angka dan huruf dan sebaiknya ditebalkan. Dijelaskan
pula apa saja yang sudah termasuk dalam besaran tersebut (
keuntungan Pengguna Jasa, Pajak-pajak, dan sebagainya ). Sebutkan
pula sekiranya ada akibat fluktuasi harga ( akibat tindakan moneter
Pemerintah ). Kemungkinan nilai pekerjaan ditetapkan dalam lebih dari
satu mata uang misalnya Rupiah dan US Dollar/Japanese Yen.
e. Jangka Waktu Pelaksanaan dan Perpanjangannya
Disebut dalam “hari” ( angka dan huruf ). Yang penting disebut disini
terhitung sejak kapan ( penandatanganan kontrak, tanggal Surat
Perintah Kerja, tanggal penyerahan lahan, penyerahan jaminan, dan
7
sebagainya ). Apabila ada perpanjangan waktu pelaksanaan, Syarat-
syarat yang harus dipenuhi harus jelas.
f. Pertanggungan ( Asuransi )
Yang dimaksud disini adalah jenis-jenis asuransi seperti Contractor’s
All Risk ( CAR ). Third Party Liability ( TPL ), ASKES,
dan ASTEK Kegagalan Bangunan.
Harus dijelaskan siapa penerima manfaat ( Beneficiary ). Siapa
yang membayar premi dan ketentuan-ketentuan lain.
g. Jaminan
Yang dimaksud disini diantaranya adalah Jaminan Pelaksanaan,
Jaminan Uang Muka, Jaminan Pembayaran, Jaminan Masa Perawatan
atau Cacat, dan sebagainya.
h. Tenaga Ahli
Disebutkan persyaratan kualifikasi, prosedur
penerimaan/pemberhentian, dan jumlahnya.
i. Hak dan Kewajiban Para Pihak
Disini diuraikan hak dan kewajiban Penyedia Jasa serta hak dan
kewajiban Pengguna Jasa. Usahakan agar terdapat keadilan dan
kesetaraan sebagaimana diuraikan dalam UU No. 18/1999 Pasal 2 dan
Pasal 3.
4. Cara Pembayaran
Dijelaskan prosedur permintaan pembayaran, evaluasi/pemeriksaan hasil
pekerjaa, penerbitan sertifikat pembayaran. Ditetapkan pula periode/masa
untuk membayar (period of bonouring the payment certificate ). Dijelaskan
pula bila ada ganti rugi atas keterlambatan ( Liquidated Damages ).
8
Pengguna Jasa harus menerbitkan Berita Acara Serah Terima Pertama
Pekerjaan ( Certificate of Practical Completion ) disertai satu Daftar
Pekerjaan Cacat ( Punch List ) yang harus disempurnakan selama Masa
Perawatan atas Cacat.
9
Dalam pasal ini disebutkan besarnya ganti rugi per hari dalam
persentase dan nilai maksimum. Tentu saja pengenaan ganti rugi ini ada
syarat-syaratnya termasuk tata cara pemotongan dari pembayaran.
10
` Pengguna Jasa juga dapat dikategorikan telah melakukan tindakan
cedera janji bila tidak membayar tepat waktu dan tepat jumlah
sebagaimana diamanatkan PP No. 29/2000 Pasal 29 ayat 3, tidak
membayar karena tidak ada dana ( UU No. 18 Pasal 15 ), tidak
menyerahkan lahan sesuai ketentuan kontrak.
Disebutkan pula kompensasi yang akan diperoleh pihak yang
dirugikan akibat terjadi cedera janji.
9. Cedera Janji
Ditetapkan hal-hal kondisi dimana Penyedia Jasa dapat dikategorikan telah
melakukan tindakan cedera janji seperti: tidak menyelesaikan tugas, tidak
memenuhi mutu, kuantitas, tidak menyerahkan hasil pekerjaan, menunda
pelaksanaan, tidak melaksanakan instruksi Pemberi Tugas.
Pengguna Jasa juga dapat dikategorikan telah melakukan tindakan
cedera janji bila tidak membayar tepat waktu dan tepat jumlah
sebagaimana diamanatkan PP No. 29/2000 Pasal 29 ayat 3, tidak
membayar karena tidak ada dana ( UU No. 18 Pasal 15 ), tidak
menyerahkan lahan sesuai ketentuan kontrak.
Disebutkan pula kompensasi yang akan diperoleh pihak yang
dirugikan akibat terjadi cedera janji ini.
11
Penyedia Jasa dari tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilimpahkan
tersebut.
12
15. Laporan/Dokumentasi
Ditetapkan kewajiban kepada Penyedia Jasa untuk membuat laporan
berkala mengenai kemajuan pekerjaan, bahan persediaan, peralatan, dan
jumlah tenaga kerja. Kemajuan pekerjaan direkam melalui foto
dokumentasi.
13
21. Penghentian sementara Pekerjaan
Disini diatur ketentuan mengenai penundaan/penghentian sementara
pekerjaan baik yang dilakukan oleh Pengguna Jasa maupun Penyedia Jasa.
Harus diingat bahwa hal ini sama sekali bukan berarti pemutusan
kontrak walaupun akibatnya sama, yaitu kegiatan proyek terhenti.
24. Insentif
Diatur ketentuan dan persyaratan mengenai pemberian insentif dan benuk
insentif.
14
27. Hukum yang Berlaku
Hukum yang berlaku di Indonesia adalah hukum yang berlaku di wilayah
RI sesuai ketentuan tercantum dalam PP No. 29 ayat 6.
15
1. Urut-urutan kedudukan dokumen kontrak harus jelas agar tidak muncul
kerancuan, ketidakjelasan atau pertentangan antara sesama dokumen
kontrak.
2. Di samping hal-hal tersebut, berikut ini disampaikan beberapa petunjuk
yang ditulis oleh Robert D. Gilbreath dalam bukunya “Managing
Construction Contracts” mengenai “Language Consideration” pada
halaman 80-82 yang telah diterjemahkan sebagai berikut :
D. PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN BAHASA
Bahasa kontrak sangat membingungkan, membosankan, dan
mengecewakan yang apabila dianalogikan bagaikan menyeberangi rawa.
Kontrak-kontrak konstruksi dan dokumen penawaran dimaksudkan untuk
meneruskan informasi yang tepat kepada orang yang harus bertindak dan
tindakan itu mengakibatkan hasil yang nyata yang sangat sukar untuk diubah.
Bahasa kontrak dan bahasa spesifikasi harus jelas, ringkas/singkat, dan
langsung.
Pedoman-pedoman berikut diberikan sebagai pengganti risalah rinci pada
penulisan kontrak:
1. Hindari “keabsahan” kecuali bila mutlak diperlukan untuk kejernihan arti,
buang huruf seperti selanjutnya, tersebut ( seperti dalam pihak
tersebut harus … ),tersebut di muka dan dengan ini. Hindari penyusunan
kata-kata muluk seperti “pihak dari bagian pertama, pada waktu mana dan
atas pemberitahuan tersebut, mengenai hak-hak kewajiban dan tanggung
jawab dari seseorang ditugaskan usaha tersebut”.
2. Pertukaran judul-judul atau istilah-istilah harus dihindari. Walaupun
seseorang sering memandang pemilik, perusahaan, pembenli, dan wakil
perusahaan, atau kontraktor, pemasok, penjual dan leveransir untuk
digunakan sebagai pengganti masing-masing wakil Pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa, hal ini harus dihindari. Dalam seluruh dokumen, satu dan
hanya satu istilah yang harus dipakai. Sama halnya dengan istilah-
istilah Gambar-gambar Rencana, Gambar-gambar kontraktor, Gambar-
gambar kerja dan seterusnya, tidak harus dipakai untuk maksud yang
16
sama. Setiap istilah mempunyai defenisi, arti kontraktual, dan harus
digunakan sebagaimana mestinya.
3. Hindari keinginan untuk mengulangi permintaan. Sebut sekali, sebutkan
hal tersebut dimana harus disebut. Jika permintaan yang sama dinyatakan
di beberapa tempat di antara dokumen-dokumen, di samping mengganggu
pembaca, mengganti permintaan tersebut, memastikan anda menemukan
rujukannya dan masing-masing mengundang resiko dan usaha yang tidak
perlu.
4. Gunakan setiap dokumen untuk tujuan yang dimaksud. Jangan
menempatkan ketentuan-ketentuan teknis dalam Syarat-syarat Umum atau
istilah-istilah dagang dalam Spesifikasi Teknis atau dalam Gambar-
gambar.
5. Tinjau dan perbarui standar dan atau pasal-pasal rujukan dan dokumen-
dokumen secara berkala untuk mencerminkan kebutuhan perubahan,
penafsiran hukum, keperluan pemerintah, praktek industri dan pilihan
organisasi. Jangan gunakan dokumen yang telah berumur 20 tahun
walaupun “kelihatannya berjalan baik waktu yang lalu”.
6. Antisipasi permasalahan-permasalahan, salah pengertian-pengertian, dan
perubahan lingkup pekerjaan dan lengkapi hal-hal ini dalam dokumen
kontrak.
7. Masukkan ke dalam kontrak! Para Penyedia Jasa tidak dapat diharapkan
untuk membaca pikiran atau mengantisipasi dan menyediakan permintaan
khusus Pengguna Jasa. Jika anda ingin sesuatu nyatakanlah dalam
Dokumen Penawaran dan dokumen kontrak.
8. Pertimbangkan penggunaan kata “shall” untuk menyatakan tindakan yang
diminta atau dihasilkan Penyedia Jasa. Gunakan kata “will” bila
menerangkan kegiatan Pengguna Jasa atau pihak lain. Hal ini membantu
menjelaskan lingkup pekerjaan dan tanggung jawab yang ditugaskan.
17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Dilihat secara keseluruhan, dokumen kontrak yang ditinjau kali ini
telah memenuhi semua kriteria yang terdapat dalam Undang-undang No.
18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi, Bagian Ketiga Kontrak Kerja
konstruksi, Pasal 22, ayat 2. Dalam pasal tersebut terdapat 13 (tiga belas)
butir persyaratan minimum yang harus dipenuhi oleh suatu dokumen
kontrak.
2. Karena proyek yang ditinjau kali ini adalah proyek perbaikan
(rehabilitasi) yang biayanya diperoleh dari pinjaman luar negeri dan
merupakan salah satu proyek pemerintah yang telah memenuhi persyaratan
untuk mendapatkan bantuan dana dari Asian Development Bank, maka
sudah sepantasnya dokumen kontrak yang disusun hampir memenuhi
semua kriteria yang disebutkan dalam peraturan perundang- undangan.
3. Tidak semua pasal dalam dokumen kontrak dijelaskan dan dijabarkan
secara terperinci. Terdapat beberapa pasal yang hanya dimuat dan
dijabarkan secara garis besarnya saja. Dalam pasal 22, ayat 2, butir d
disebutkan salah satu syarat minimum yang harus dipenuhi oleh suatu
dokumen kontrak adalah “tenaga ahli yang memuat ketentuan tentang
jumlah, klasifikasi tenaga ahli untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi”.
Setelah diteliti, hanya klasifikasi tenaga ahli saja yang disebutkan dalam
dokumen kontrak, sementara jumlah tenaga ahli yang diperlukan dan
kualifikasinya tidak disinggung sama sekali.
4. Dampak lingkungan yang diperkirakan akan timbul, seperti
pencemaran lingkungan, juga telah tercantum dan dijelaskan cara-cara
penananganannya begitu juga dengan masalah lalu lintas dan dampaknya
terhadap kelancaran lalu lintas di sekitar lokasi proyek juga telah
dibicarakan dan dijabarkan cara penanganannya dalam dokumen kontrak,
khususnya dalam bab V spesifikasi umum.
18
5. Jika ditinjau secara umum, dokumen kontrak ini dapat dikategorikan
baik. Baik disini dalam pengertian telah mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
B. SARAN
Ada beberapa hal yang harus diperbaiki dalam susunan dokumen
kontrak yang dibahas kali ini, yaitu antara lain adalah sebagai berikut:
1. Setiap butir pada setiap bab dalam dokumen kontrak haruslah
dijelaskan secara terperinci, sehingga dapat mengurangi segala resiko
yang akan muncul di kemudian hari dan mendapatkan intrepetasi yang
sama antara semua pihak yang terlibat dalam kegiatan konstruksi.
2. Dokumen kontrak hendaknya dilengkapi dengan daftar
singkatan, sehingga tidak menimbulkan pertanyaan bagi orang yang
membacanya.
3. Pengguna jasa dan penyedia jasa hendaknya mempunyai satu
pengertian yang sama terhadap setiap pasal dalam dokumen kontrak. Hal
ini diperlukan agar tidak terjadi kesalah pahaman antara kedua belah
pihak yang dapat menimbulkan perselisihan di kemudian hari yang akan
menghambat jalannya proyek di kemudian hari.
4. Hendaknya pembahasan mengenai dokumen kontrak ini dapat
dilanjutkan pada bab-bab lain yang terkandung dalam dokumen kontrak
serta dapat membandingkan dokumen kontrak pekerjaan pemerintah dan
dokumen kontrak dari pihak swasta.
19