Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PEMBUATAN KONTRAK KONSTRUKSI

Dikerjakan Oleh :
AL FURKAN : 18.51.020033

FAKULTAS TEKNIK DAN INFORMATIKA


PRODI TEKNIK SISPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
2020
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji rasa syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang mana telah
memberikan kenikmatan kepada kita semua, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Makalah ini.
Sholawat serta Salam senantiasa tercurahkan kepada baginda kita Nabi Besar
Muhamad SAW. Yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliah menuju
zaman Islamiah.

Bergema seiring nada mengalunkan kata hati yang senantiasa mengungkapkan


getaran jiwa, saya dengan penuh kesadaran diri bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, hal ini dengan keterbatasan
kemampuan dan kedangkalan ilmu yang saya miliki. Dalam kesempatan ini saya
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan pihak yang turut membantu
terselesainya makalah ini.
Akhirnya kepada Illahi kita berharap dan berdo’a, semoga makalah ini bermanfaat
khususnya bagi saya dan umumnya bagi pembaca. Amin….!

Palangkaraya, Sabtu 05 Desember 2020

Al Furkan

ii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL ......................................................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 1
C. Tujuan ...................................................................................... 1

BAB II LANDASAN TEORI


A. Pengertian/Batasan .................................................................. 2
B. Cara Menyusun Kontrak Konstruksi ....................................... 3
C. Beberapa Petunjuk Menyusun Kontrak ................................... 15
D. Pertimbangan-Pertimbangan Bahasa ....................................... 16

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................... 18
B. Saran ....................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHUUAN
A. PENDAHULUAN
Elemen yang paling penting dalam suatu proses kerjasama antara berbagai
pihak untuk mewujudkan suatu tujuan tertentu yang telah disepakati bersama
adalah kontrak. Dalam proyek konstruksi, kontrak merupakan dokumen yang
harus dipatuhi dan dilaksanakan bersama antara pihak yang telah sepakat
untuk saling terikat. Tahap awal yang harus dipahami lebih dahulu adalah
dasar-dasar pengertian kontrak serta konsep kontrak kostruksi.
Dengan adanya peraturan perundang-undangan yang mengatur
pelaksanaan industri jasa konstruksi ( UU No. 18/1999, PP No. 28/2000, PP
No. 29/2000, dan PP No. 30/2000 ) maka mulai saat berlakunya peraturan
perundang-undangan tersebut, penyusunan kontrak konstruksi kita harus
menggunakannya sebagai acuan/rujukan yang baku.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara menyusun kontrak konstruksi yang baik dan benar ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagaimana cara menyusun kontrak konstruksi yang
baikl dan benar.

1
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN/BATASAN
1. Kontrak Konstruksi adalah perjanjian tertulis antara pengguna jasa dan
penyedia jasa mengenai pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi.
2. Dokumen kontrak adalah kumpulan dokumen yang berkaitan dengn
pelaksanaan kontrak sekurang-kurangnya berisi ketentuan tercantum
dalam PP No. 29/2000 Pasal 22, yaitu:
a. Surat Perjanjian, yang ditanda tangani oleh pengguna jasa dan
penyedia jasa.
b. Dokumen Lelang, yaitu dokumen yang disusun oleh pengguna jasa
pengguna jasa yang merupakan dasar bagi penyedia jasa untuk
menyusun usulan atau penawaran untuk pelaksanaan tugas yang berisi
lingkup tugas dan persyaratannya ( umum dan khusus, teknis dan
administratif, kondisi kontrak ).
c. Penawaran atau usulan, yaitu dokumen yang disusun oleh penyedia
jasa berdasarkan dokumen lelang yang berisi metode, harga
penawaran, jadwal waktu, dan sumber daya.
d. Berita acara, berisi kesepakatan yang terjadi antara pengguna jasa dan
penyedia jasa selama proses evaluasi usulan atau penawaran oleh
pengguna jasa antara lain klarifikasi atas hal-hal yang menimbulkan
keagu-raguan.
e. Surat pernyataan pengguna jasa, menyatakan menerima atau
menyetujui usulan atau penawaran dari penyedia jasa.
f. Surat pernyataan penyedia jasa, menyatakan kesanggupan untuk
melaksanakan pekerjaan.
g. Yang dimaksud dengan cara menyusun kontrak disini adalah cara
menyusun Perjanjian/Kontrak yang dilengkapi dengan cara menyusun
syarat-syarat kontrak. Pola yang diambil dapat mengacu kepada
FIDIC dengan tetap berpegang pada ketentuan yang tercantum dalam
UU No. 18/1999 dan PP No. 29/2000.

2
h. Yang dimaksud dengan isi kontrak sebagaimana tercantum dalam PP
No. 29/2000 Pasal 23 adalah uraian-uraian yang sekurang-kurangnya
harus termuat dalam suatu kontrak konstruksi. Sedangkan kontrak
konstruksi minimal meliputi hal-hal seperti yang disebutkan dalam PP
No. 29/2000 Pasal 22. Jadi yang dimaksud dengan isi kontrak
bukanlah uraian yang harus terdapat dalam perjanjian/kontrak tetapi
yang harus terdapat dalam dokumen kontrak.
i. Dengan demikian akan terdapat beberapa dokumen yang akan
disusun/disiapkan, antara lain:
1) Perjanjian/Kontrak
2) Syarat-syarat ( Umum )
3) Syarat-syarat ( Khusus )
4) Spesifikasi Teknis
5) Lampiran-lampiran
6) Gambar-gambar ( Kontrak ).

B. CARA MENYUSUN KONTRAK KONSTRUKSI


1. Acuan/Landasan Hukum
a. Sebagai acuan baku dalam menyusun kontrak adalah UU No. 18/1999
tentang Jasa Konstruksi dan PP No. 29/2000 tentang Penyelenggaraan
Jasa Konstruksi.
b. Syarat-syarat Umum dan peraturan lain sejauh tidak bertentangan
dengan UU No. 18/1999 dan atau PP No. 29/2000. Hal ini mengingat
ketentuan sebagaimana disebut dalam UU No. 18/1999 Pasal 44 ayat 1
dan Pasal 45 dan PP No. 29 Pasal 63 yang berbunyi sebagai berikut:
1) UU No. 18/1999 Pasal 44 ayat 1:
“Ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur kegiatan
jasa konstruksi yang telah ada sepanjang tidak bertentangan dengan
undang-undang ini, dinyatakan tetap berlaku sampai diadakan
peraturan pelaksanaan yang baru berdasarkan undang-undang”.
2) UU No. 18/1999 Pasal 45:

3
“Pada saat berlakunya undang-undang ini, maka ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur hal yang sama dan bertentangan
dengan ketentuan undang-undang ini, dinyatakan tidak berlaku”.
3) PP No. 29 Pasal 63:
“Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, peraturan perundang-
undangan mengenai penyelenggaraan jasa konstruksi yang masih ada
sepanjang tidak bertentangan ataupun belum diganti dengan yang baru
berdasarkan Peraturan Pemerintah ini dinyatakan tetap berlaku”.

Ketentuan yang termuat dalam KUHP Per Pasal 1320 yang berbunyi:
Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan 4 syarat:
1) Sepakat mereka yang megikatkan dirinya
2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3) Suatu hal tertentu
4) Suatu sebab yang halal.

a. Yang dimaksud dengan syarat 1:


adalah para pihak yang mengikatkan diri dalam suatu perjanjian ( dalam
hal ini kontrak konstruksi ) adalah kesepakatan mereka tanpa ada tekanan
atau ancaman dari pihak lain.
b. Yang dimaksud dengan syarat 2 :
para pihak adalah orang-orang yang sudah dewasa ( bukan anak-anak ) dan
sehat akal pikirannya/waras ( bukan orang gila ).
c. Yang dimaksud dengan syarat 3 :
tentang suatu hal tertentu, ada obyek tertentu yang akan diperjanjikan.
Dalam kontrak konstruksi yang dimaksudkan adalah lingkup pekerjaan.
d. Yang dimaksudkan dengan syarat 4 :
suatu sebab yang halal adalah halal menurut hukum. Misalnya, kontrak
konstruksi untuk membangun pabrik narkoba adalah tidak halal.

4
Bagi kontrak konstruksi yang menyebutkan bahwa hukum yang berlaku
dalam kontrak tersebut adalah hukum Republik Indonesia, maka dalam salah satu
pasal kontrak/syarat-syarat kontrak harus dinyatakan bahwa pasal 1266 Kitab
Undang-undang Hukum Perdata (KUHP Per) tidak diberlakukan (
dikesampingkan ). Sebab apabila pasal ini tidak dikesampingkan, maka dalam hal
salah satu pihak ingin memutuskan/membatalkan perjanjian/kontrak maka hal
tersebut harus melalui suatu putusan pengadilan.

2. Isi Perjanjian/Kontrak
Sesuai ketentuan tersebut dalam PP No. 29/2000 Pasal 22 ayat a maka
perjanjian yang ditandatangani Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa harus
memuat antara lain:
a. Uraian Para Pihak
Harus dijelaskan nama dan alamat perusahaan yang merupakan para
pihak dalam perjanjian. Siapa yang diberi kuasa untuk bertindak untuk
dan atas nama perusahaan tersebut.
Sebutkan akta pendirian perusahaan dan tunjukkan orang yang
bertindak untuk dan atas nama perusahaan tersebut memang berhak
sesuai akta pendirian perusahaan.
b. Konsiderasi
Yang dimaksud disini adalah pertimbangan-pertimbangan yang
mendasari pembuatan perjanjian ini. Biasanya pertimbangan ini lebih
dari satu dan semuanya harus ditulis.
c. Lingkup Pekerjaan
Yang dimaksud disini adalah lingkup pekerjaan secara garis besar (
global ). Misalnya, membangun sebuah hotel mulai dari seluruh
struktur fondasi sampai seluruh superstruktur disertai pekerjaan
mekanikal, elektrikal, lingkungan serta pekerjaan penyelesaian hingga
siap beroperasi. Lingkup pekerjaan secara rinci akan dijelaskan dalam
dokumen kontrak lain seperti spesifikasi teknis dan gambar-gambar
kontrak.

5
d. Nilai Kontak
Dicantumkan besarnya nilai kontrak dalam angka dan huruf dan dalam
mata uang tertentu ( Rp/US$ ). Dapat saja nilai kontrak dalam 2 ( dua )
atau lebih mata uang. Jelaskan pula nilai kontrak tersebut apa sudah
termasuk Jasa Kontraktor dan atau pajak-pajak dan ditetapkan nilai
tukar mata uang asing terhadap rupiah.
e. Bentuk Kontrak yang Dipakai
Dijelaskan apakah Fixed Lump Sum atau Unit Price sekalian diberikan
arti/batasannya untuk menghindarkan sengketa dikemudian hari.
f. Jangka Waktu Pelaksanaan
Sebutkan dalam angka dan huruf dan arti hari ( hari kerja atau hari
kalender ) dan sebutkan waktu tersebut sejak kejadian apa ( penerbitan
Surat Perintah Kerja/penandatnganan Kontrak, penyerahan lahan,
penyampaian Jaminan Pelaksana, dan sebagainya ).
g. Prioritas Dokumen
Sebutkan dengan jelas urutan prioritas keberlakuan dokumen kontrak,
misalnya: mulai dari yang paling tinggi prioritasnya
Perjanjian/Kontrak, Syarat-syarat Khusus Kontrak, Syarat-syarat
Umum Kontrak, Spesifikasi Teknis, Gambar-gambar, Bill of Quantity,
Surat Penawaran, dan seterusnya.

3. Isi Syarat-syarat Umum Kontrak


Dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah ( PP ) No. 29/2000 Pasal
23 Syarat-syarat kontrak sekurang-kurangnya harus memuat uraian berikut
karena merupakan salah satu dokumen kontrak yang terpenting.
a. Definisi dan Interpretasi
Pasal ini memuat defenisi/penafsiran dari kata-kata/istilah yang dipakai
dalam Syarat-syarat Kontrak khususnya dan Dokumen Kontrak
umumnya. Misalnya siapa yang dimaksud dengan: Pengguna Jasa atau
Penyedia Jasa. Perkataan “hari” apa berarti hari kerja atau hari
takwim/kalender.

6
Pengertia-pengertian seperti Pekerjaan, Proyek, Lapangan, Syarat-
syarat Kontrak, Pemasok, Pengawas dan sebagainya yang akan
disebut/dipakai selanjutnya dalam Syarat-syarat Kontrak atau
Dokumen Kontrak lainnya diberikan defenisinya secara jelas.
Untuk memudahkan pencarian, arti kata-kata/istilah tersebut dapat
disusun menurut abjad, ditulis tebal, dan diberi tanda kutip untuk
membedakannya dengan arti yang dikenal sehari-hari.
b. Para Pihak
Disini harus disebutkan akta pendirian badan usaha/uasaha
perseorangan beserta tempat kedudukannya.
Nama Wakil/Kuasa badan usaha sesuai akta atau sertifikat keahlian
kerja dan sertifikat keterampilan kerja bagi usaha perseorangan harus
dicantumkan. Masing-masing pihak dapat disebut Pihak Kesatu dan
Pihak Kedua atau Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa atau nama
perusahaan masing-masing pihak.
c. Rumusan Pekerjaan
Yang dimaksud disini adalah lingkup pekerjaan pokok yang
diperjanjikan. Volume atau besaran pekerjaan tercantum dalam
Rencana Anggaran (Bill of Quantity) yang merupakan bagian
penawaran.
d. Nilai Pekerjaan/Harga Borongan
Ditulis dalam angka dan huruf dan sebaiknya ditebalkan. Dijelaskan
pula apa saja yang sudah termasuk dalam besaran tersebut (
keuntungan Pengguna Jasa, Pajak-pajak, dan sebagainya ). Sebutkan
pula sekiranya ada akibat fluktuasi harga ( akibat tindakan moneter
Pemerintah ). Kemungkinan nilai pekerjaan ditetapkan dalam lebih dari
satu mata uang misalnya Rupiah dan US Dollar/Japanese Yen.
e. Jangka Waktu Pelaksanaan dan Perpanjangannya
Disebut dalam “hari” ( angka dan huruf ). Yang penting disebut disini
terhitung sejak kapan ( penandatanganan kontrak, tanggal Surat
Perintah Kerja, tanggal penyerahan lahan, penyerahan jaminan, dan

7
sebagainya ). Apabila ada perpanjangan waktu pelaksanaan, Syarat-
syarat yang harus dipenuhi harus jelas.

f. Pertanggungan ( Asuransi )
Yang dimaksud disini adalah jenis-jenis asuransi seperti Contractor’s
All Risk ( CAR ). Third Party Liability ( TPL ), ASKES,
dan ASTEK Kegagalan Bangunan.
Harus dijelaskan siapa penerima manfaat ( Beneficiary ). Siapa
yang membayar premi dan ketentuan-ketentuan lain.
g. Jaminan
Yang dimaksud disini diantaranya adalah Jaminan Pelaksanaan,
Jaminan Uang Muka, Jaminan Pembayaran, Jaminan Masa Perawatan
atau Cacat, dan sebagainya.
h. Tenaga Ahli
Disebutkan persyaratan kualifikasi, prosedur
penerimaan/pemberhentian, dan jumlahnya.
i. Hak dan Kewajiban Para Pihak
Disini diuraikan hak dan kewajiban Penyedia Jasa serta hak dan
kewajiban Pengguna Jasa. Usahakan agar terdapat keadilan dan
kesetaraan sebagaimana diuraikan dalam UU No. 18/1999 Pasal 2 dan
Pasal 3.

4. Cara Pembayaran
Dijelaskan prosedur permintaan pembayaran, evaluasi/pemeriksaan hasil
pekerjaa, penerbitan sertifikat pembayaran. Ditetapkan pula periode/masa
untuk membayar (period of bonouring the payment certificate ). Dijelaskan
pula bila ada ganti rugi atas keterlambatan ( Liquidated Damages ).

5. Penyerahan Pekerjaan/Serah Terima Pekerjaan


Diatur tata cara/prosedur pengajuan permohonan penyerahan pekerjaan
yang dilanjutkan dengan pemeriksaan hasil pekerjaan. Bila ternyata sudah
mencapai tingkat “penyelesaian praktis” ( practical completion ) maka

8
Pengguna Jasa harus menerbitkan Berita Acara Serah Terima Pertama
Pekerjaan ( Certificate of Practical Completion ) disertai satu Daftar
Pekerjaan Cacat ( Punch List ) yang harus disempurnakan selama Masa
Perawatan atas Cacat.

6. Masa Pertanggungan atas Cacar ( Defect Liability Period )


Istilah ini dipakai sebagai pengganti Masa Pemeliharaan ( Maintenance
Period ) yang dinilai kurang tepat karena proses pemeliharaan akan
berjalan terus sepanjang fasilitas yang dibangun masih ada, sedangkan
yang sesungguhnya dimaksudkan disini adalah kewajiban Penyedia Jasa
untuk menjamin pekerjaan-pekerjaan yang cacat atau kurang sempurna
dalam kurun waktu tertentu. Oleh karena itu, dipakai istilah yang lebih
tepat: Masa Jaminan/Tanggung Jawab atas Cacat.
Dalam pasal ini diuraikan lamanya ( rentang waktu ) masa tersebut,
pekerjaan yang harus dilakukan selama masa tersebut beserta sanksi
apabila pekerjaan tersebut lalai dilaksanakan ( Pekerjaan diserahkan ke
pihak ketiga atas tanggungan Penyedia Jasa ).
Juga diuraikan langkah-langkah selanjutnya setelah masa ini
berakhir, yaitu menerbitkan Berita Acara Penyerahan Terakhir Pekerjaan.
Juga dapat disebutkan seandainya Pengguna Jasa lalai menerbitkan Berita
Acara Serah terima Terakhir Pekerjaan, berakhirnya masa Jaminan atas
Cacat cukup manjadi bukti bahwa Penyedia Jasa telah melaksanakan
seluruh kewajibannya sesuai kontrak.

7. Ganti Rugi Keterlibatan ( Liqidated Damages )


Pasal ini menguraikan tentang kewajiban Penyedia Jasa membayar ganti
rugi kepada Pengguna Jasa akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan
yang menyebabkan kerugian pada Pengguna Jasa.
Kontrak-kontrak terdahulu menggunakan istilah denda.
Perbedaannya adalah kalau denda, tidak peduli apakah keterlambatan
tersebut mengakibatkan kerugian atau tidak, tetap saja dikenakan.

9
Dalam pasal ini disebutkan besarnya ganti rugi per hari dalam
persentase dan nilai maksimum. Tentu saja pengenaan ganti rugi ini ada
syarat-syaratnya termasuk tata cara pemotongan dari pembayaran.

8. Pekerjaan Tambah/Kurang ( Perubahan Pekerjaan )


Pertama-tama harus dijelaskan dulu apa arti Pekerjaan Tambah dan
Pekerjaan Kurang. Setelah itu, tetapkan tata cara pelaksanaannya, misalnya
setelah ada perintah tertulis/pengesahan tertulis setelah ada perintah bisa
dalam waktu tertentu.
Disebutkan pula bahwa Pekerjaan Tambah memberi hak kepada
Penyedia Jasa untuk mendapatkan tambahan waktu pelaksanaan apabila
memenuhi persyaratan. Diatur pula tata cara pembayaran Pekerjaan
Tambah atau pengurangan pembayaran atas Pekerjaan Kurang.
Selain itu diatur pula ketentuan mengenai suatu Pekerjaan Tambah
yang jenisnya sama dengan yang tercantum dalam kontrak namun tidak
dapat dilaksanakan dengan cara dan kondisi yang sama, misalnya
pekerjaan tambah untuk beton dimanaConcrete Batching
Plant beserta Tower Crane sudah dibongkar sehingga harus dilakukan
remobilisasi alat-alat tersebut atau menggunakan metode lain ( Ready Mix
concrete ) yang mungkin harganya tidak sesuai lagi dengan harga yang
terdapat dalam kontrak.
Menarik untuk diperhatikan bahwa peraturan perundang-undangan
mengenai Industri Jasa konstruksi baik UU No. 18/1999 maupun PP No.
29/2000 tidak mengatur secara rinci mengenai Pekerjaan Tambah/Kurang
ini, padahal sebagaimana diketahui di dalam suatu kegiatan usaha jasa
konstruksi kedua hal ini hampir selalu terjadi dan hampir tidak mungkin
dihindari.
Ditetapkan hal-hal kondisi dimana Penyedia Jasa dapat
dikategorikan telah melakukan tindakan cedera janji seperti: tidak
menyelesaikan tugas, tidak memenuhi mutu, kuantitas, tidak menyerahkan
hasil pekerjaan, menunda pelaksanaan, tidak melaksanakan Industri
Pemberi tugas.

10
` Pengguna Jasa juga dapat dikategorikan telah melakukan tindakan
cedera janji bila tidak membayar tepat waktu dan tepat jumlah
sebagaimana diamanatkan PP No. 29/2000 Pasal 29 ayat 3, tidak
membayar karena tidak ada dana ( UU No. 18 Pasal 15 ), tidak
menyerahkan lahan sesuai ketentuan kontrak.
Disebutkan pula kompensasi yang akan diperoleh pihak yang
dirugikan akibat terjadi cedera janji.

9. Cedera Janji
Ditetapkan hal-hal kondisi dimana Penyedia Jasa dapat dikategorikan telah
melakukan tindakan cedera janji seperti: tidak menyelesaikan tugas, tidak
memenuhi mutu, kuantitas, tidak menyerahkan hasil pekerjaan, menunda
pelaksanaan, tidak melaksanakan instruksi Pemberi Tugas.
Pengguna Jasa juga dapat dikategorikan telah melakukan tindakan
cedera janji bila tidak membayar tepat waktu dan tepat jumlah
sebagaimana diamanatkan PP No. 29/2000 Pasal 29 ayat 3, tidak
membayar karena tidak ada dana ( UU No. 18 Pasal 15 ), tidak
menyerahkan lahan sesuai ketentuan kontrak.
Disebutkan pula kompensasi yang akan diperoleh pihak yang
dirugikan akibat terjadi cedera janji ini.

10. Pelimpahan Pekerjaan


Yang dimaksudkan disini adalah pelimpahan pekerjaan dari Penyedia Jasa
yang telah mendapatkan pekerjaan/memenangkan tender kepada Pihak
Ketiga. Biasanya Pengguna Jasa berkeberatan apabila keseluruhan
pekerjaan diserahkan kepada pihak ketiga, kecuali hanya sebagian saja dan
tertulis. Jadi dalam pasal ini disebut bahwa pekerjaan tidak boleh
diserahkan secara keseluruhan kepada pihak ketiga. Penyerahan sebagian
boleh dilakukan dengan izin tertulis dari Pengguna Jasa.
Hal yang perlu juga disebut disini adalah bahwa pelimpahan bagian
pekerjaan yang diserahkan kepada pihak ketiga tidak membebaskan

11
Penyedia Jasa dari tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilimpahkan
tersebut.

11. Penyedia Jasa Lain


Yang dimaksudkn disini adalah Penyedia Jasa lain yang dipekerjakan
Pengguna Jasa untuk suatu pekerjaan lain tetapi lokasinya sama atau
berdekatan dengan lokasi pekerjaan yang kita bicarakan.
Disini yang perlu diatur adalah kesediaan Penyedia Jasa untuk
bekerja sama. Bahkan biasanya Penyedia Jasalah yang diminta Pengguna
Jasa menjadi Koordinator. Disyaratkan pula bahwa Penyedia Jasa lain
tersebut tidak boleh sampai mengganggu kelancaran pekerjaan Penyedia
Jasa.

12. Pengawas, Pelaksana Pekerjaan


Dalam pasal ini diatur pula penunjukan “pengawas” sebagai kuasa dari
Pengguna Jasa. Arti Pengawas sudah didefenisikan dan penunjukan itu
diberitahukan tertulis kepada Penyedia Jasa menempatkan seorang
Pelaksana yang berkuasa penuh untuk menerima instruksi pengawas
disertai kualifikasi dan Hak Pengguna Jasa untuk mengganti Pelaksana bila
terbukti tidak cakap.

13. Gambar Kerja


Dijelaskan bahwa Gambar-gambar kerja harus dibuat Penyedia Jasa
berdasarkan gambar kontrak dan harus disetujui lebih dahulu oleh
Pengguna Jasa sebelum dilaksanakan. Biaya gambar ditanggung Penyedia
Jasa.

14. Kemudahan Memasuki Lapangan, Tempat Penyimpanan, Bengkel


Penyedia Jasa harus menjamin kemudahan Pengguna Jasa untuk setiap saat
memasuki lapangan pekerjaan, bengkel ( workshop ), tempat penyimpanan
bahan untuk Penyedia Jasa dan para Sub Penyedia Jasa.

12
15. Laporan/Dokumentasi
Ditetapkan kewajiban kepada Penyedia Jasa untuk membuat laporan
berkala mengenai kemajuan pekerjaan, bahan persediaan, peralatan, dan
jumlah tenaga kerja. Kemajuan pekerjaan direkam melalui foto
dokumentasi.

16. Bahan, Peralatan dan Tenaga Kerja


Diuraikan kewajiban Penyedia Jasa untuk menyediakan bahan, peralatan
alat bantu dan tenaga kerja yang diperlukan untuk proyek ini.

17. Pemeriksaan dan Pengujian


Diatur tata cara pemeriksaan dan pengujian hasil pekerjaan beserta
konsekuensi yang timbul serta penetapan biayanya.

18. Perlindungan Kerja


Ditetapkan persyaratan-persyaratan untuk melindungi pekerja beserta
jaminan sosial dan kesejahteraannya sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

19. Keadaan Memaksa ( Force Majeur )


Dalam pasal ini ditetapkan apa saja yang dapat disebut/digolongkan force
majeur dan risiko lain yang dapat disamakan dengan force majeur. Apa
yang menjadi hak para pihak apabila hal ini terjadi. Bagaimana tata cara
pemberitahuan serta konsekuensi terhadap kelangsungan pekerjaan.

20. Kegagalan Bangunan


Ditetapkan jangka waktu tanggung jawab atas Kegagalan Bnagunan sesuai
UU No. 18 Pasal 25 dan PP No. 29/2000 Pasal 34 s/d 39 termasuk bentuk
tanggung jawab puhak yang menyebabkan Kegagalan Bangunan tersebut.

13
21. Penghentian sementara Pekerjaan
Disini diatur ketentuan mengenai penundaan/penghentian sementara
pekerjaan baik yang dilakukan oleh Pengguna Jasa maupun Penyedia Jasa.
Harus diingat bahwa hal ini sama sekali bukan berarti pemutusan
kontrak walaupun akibatnya sama, yaitu kegiatan proyek terhenti.

22. Pemutusan perjanjian/Pembatalan Kontrak


Pertama-tama harus dikemsampingkan dulu berlakunya Pasal 1266
KUHPPer. Jika tidak, pembatalan kontrak hanya dapat dilakukan melalui
keputusan pengadilan. Hal ini sering dilupakan.
Kemudian diatur hak Pengguna Jasa atau Penyedia Jasa untuk
memutuskan kontrak secara sepihak berdasarkan hal-hal yang ditetapkan
beserta akibat dari pemutusan kontrak ini.

23. Hak Atas Kekayaan Intelektual


Diatur mengenai kepemilikan hasil perencanaan berdasarkan kesepakatan
dan pencantuman kewajiban terhadap hak cipta yang telah memiliki hak
paten sesuai undang-undang hak cipta dan hak paten.

24. Insentif
Diatur ketentuan dan persyaratan mengenai pemberian insentif dan benuk
insentif.

25. Sub Penyedia Jasa/Pemasok


Diatur tata cara pengajuan Sub Penyedia Jasa dan Pemasok beserta
peranannya. Juga diatur tanggung jawab Penyedia Jasa sehubungan
penggunaan Sub Penyedia Jasa/Pemasok dan hak intervensi Pengguna Jasa
dalam hal pembayaran dan penampilan mutu pekerjaan/bahan.

26. Bahasa Kontrak


Ditetapkan hanya satu bahasa yang berlaku sesuai ketentuan tercantum
dalam PP No. 29 ayat 5 walaupun kemungkinan kontrak menggunakan 2.

14
27. Hukum yang Berlaku
Hukum yang berlaku di Indonesia adalah hukum yang berlaku di wilayah
RI sesuai ketentuan tercantum dalam PP No. 29 ayat 6.

28. Syarat-syarat Khusus Kontrak


Disini diatur Syarat-syarat yang khusus hanya berlaku untuk pekerjaan
tertentu berdasarkan sifat, jenis, tingkat teknologi tertentu yang biasa
disebut sebagai Spesial Conditions of Contract atau Conditions of
Contract ( Particulars ).

C. BEBERAPA PETUNJUK MENYUSUN KONTRAK


1. Secara umum kontrak konstruksi harus mengacu kepada peraturan
perundang-undangan yang berlaku, antara lain:
2. Gunakan kalimat-kalimat pendek yang pengertiannya jelas dan tegas dan
tidak dapat diartikan lain.
3. istilah-istilah yang dipakai dalam kontrak kecuali artinya memang sudah
jelas, harus diberi defenisi agar artinya tidak rancu.
Kata-kata/ungkapan yang didefenisikan sebaiknya dicetak tebal dan diberi tanda
kutip.
1. Penggunaan kata-kata seperti “dan lain-lain”, “dan sebagainya”,
“beberapa” harus dihindari, karena tidak memberi arti yang pasti.
2. Bahasa kontrak dan hukum yang berlaku harus secara tegas disebut dalam
kontrak, sesuai Peraturan Pemerintah No. 29 Pasal 23 ayat 5 dan ayat 6.
3. Pilihan mengenai penyelesaian sengketa harus tegas dicantumkan dalam
kontrak sesuai ketentuan UU No. 18/1999 Pasal 36 dan 37 dan Peraturan
Pemerintah No. 29/2000 Pasal 49, 50, 51.
4. – Menunjuk suatu Pasal atau ayat lain dalam kontrak juga harus tertib.
Dimulai dengan perjanjian, kemudian Pasalnya dan baru ayat dan sub ayat
( bila ada ).
- Apabila menyebut salah satu ayat dalam pasal yang sama sebaiknya disebut :
Sesuai ketentuan ayat … Pasal ini ( tidak perlu menyebut “Perjanjian” ).

15
1. Urut-urutan kedudukan dokumen kontrak harus jelas agar tidak muncul
kerancuan, ketidakjelasan atau pertentangan antara sesama dokumen
kontrak.
2. Di samping hal-hal tersebut, berikut ini disampaikan beberapa petunjuk
yang ditulis oleh Robert D. Gilbreath dalam bukunya “Managing
Construction Contracts” mengenai “Language Consideration” pada
halaman 80-82 yang telah diterjemahkan sebagai berikut :

D. PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN BAHASA
Bahasa kontrak sangat membingungkan, membosankan, dan
mengecewakan yang apabila dianalogikan bagaikan menyeberangi rawa.
Kontrak-kontrak konstruksi dan dokumen penawaran dimaksudkan untuk
meneruskan informasi yang tepat kepada orang yang harus bertindak dan
tindakan itu mengakibatkan hasil yang nyata yang sangat sukar untuk diubah.
Bahasa kontrak dan bahasa spesifikasi harus jelas, ringkas/singkat, dan
langsung.
Pedoman-pedoman berikut diberikan sebagai pengganti risalah rinci pada
penulisan kontrak:
1. Hindari “keabsahan” kecuali bila mutlak diperlukan untuk kejernihan arti,
buang huruf seperti selanjutnya, tersebut ( seperti dalam pihak
tersebut harus … ),tersebut di muka dan dengan ini. Hindari penyusunan
kata-kata muluk seperti “pihak dari bagian pertama, pada waktu mana dan
atas pemberitahuan tersebut, mengenai hak-hak kewajiban dan tanggung
jawab dari seseorang ditugaskan usaha tersebut”.
2. Pertukaran judul-judul atau istilah-istilah harus dihindari. Walaupun
seseorang sering memandang pemilik, perusahaan, pembenli, dan wakil
perusahaan, atau kontraktor, pemasok, penjual dan leveransir untuk
digunakan sebagai pengganti masing-masing wakil Pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa, hal ini harus dihindari. Dalam seluruh dokumen, satu dan
hanya satu istilah yang harus dipakai. Sama halnya dengan istilah-
istilah Gambar-gambar Rencana, Gambar-gambar kontraktor, Gambar-
gambar kerja dan seterusnya, tidak harus dipakai untuk maksud yang

16
sama. Setiap istilah mempunyai defenisi, arti kontraktual, dan harus
digunakan sebagaimana mestinya.
3. Hindari keinginan untuk mengulangi permintaan. Sebut sekali, sebutkan
hal tersebut dimana harus disebut. Jika permintaan yang sama dinyatakan
di beberapa tempat di antara dokumen-dokumen, di samping mengganggu
pembaca, mengganti permintaan tersebut, memastikan anda menemukan
rujukannya dan masing-masing mengundang resiko dan usaha yang tidak
perlu.
4. Gunakan setiap dokumen untuk tujuan yang dimaksud. Jangan
menempatkan ketentuan-ketentuan teknis dalam Syarat-syarat Umum atau
istilah-istilah dagang dalam Spesifikasi Teknis atau dalam Gambar-
gambar.
5. Tinjau dan perbarui standar dan atau pasal-pasal rujukan dan dokumen-
dokumen secara berkala untuk mencerminkan kebutuhan perubahan,
penafsiran hukum, keperluan pemerintah, praktek industri dan pilihan
organisasi. Jangan gunakan dokumen yang telah berumur 20 tahun
walaupun “kelihatannya berjalan baik waktu yang lalu”.
6. Antisipasi permasalahan-permasalahan, salah pengertian-pengertian, dan
perubahan lingkup pekerjaan dan lengkapi hal-hal ini dalam dokumen
kontrak.
7. Masukkan ke dalam kontrak! Para Penyedia Jasa tidak dapat diharapkan
untuk membaca pikiran atau mengantisipasi dan menyediakan permintaan
khusus Pengguna Jasa. Jika anda ingin sesuatu nyatakanlah dalam
Dokumen Penawaran dan dokumen kontrak.
8. Pertimbangkan penggunaan kata “shall” untuk menyatakan tindakan yang
diminta atau dihasilkan Penyedia Jasa. Gunakan kata “will” bila
menerangkan kegiatan Pengguna Jasa atau pihak lain. Hal ini membantu
menjelaskan lingkup pekerjaan dan tanggung jawab yang ditugaskan.

17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Dilihat secara keseluruhan, dokumen kontrak yang ditinjau kali ini
telah memenuhi semua kriteria yang terdapat dalam Undang-undang No.
18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi, Bagian Ketiga Kontrak Kerja
konstruksi, Pasal 22, ayat 2. Dalam pasal tersebut terdapat 13 (tiga belas)
butir persyaratan minimum yang harus dipenuhi oleh suatu dokumen
kontrak.
2. Karena proyek yang ditinjau kali ini adalah proyek perbaikan
(rehabilitasi) yang biayanya diperoleh dari pinjaman luar negeri dan
merupakan salah satu proyek pemerintah yang telah memenuhi persyaratan
untuk mendapatkan bantuan dana dari Asian Development Bank, maka
sudah sepantasnya dokumen kontrak yang disusun hampir memenuhi
semua kriteria yang disebutkan dalam peraturan perundang- undangan.
3. Tidak semua pasal dalam dokumen kontrak dijelaskan dan dijabarkan
secara terperinci. Terdapat beberapa pasal yang hanya dimuat dan
dijabarkan secara garis besarnya saja. Dalam pasal 22, ayat 2, butir d
disebutkan salah satu syarat minimum yang harus dipenuhi oleh suatu
dokumen kontrak adalah “tenaga ahli yang memuat ketentuan tentang
jumlah, klasifikasi tenaga ahli untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi”.
Setelah diteliti, hanya klasifikasi tenaga ahli saja yang disebutkan dalam
dokumen kontrak, sementara jumlah tenaga ahli yang diperlukan dan
kualifikasinya tidak disinggung sama sekali.
4. Dampak lingkungan yang diperkirakan akan timbul, seperti
pencemaran lingkungan, juga telah tercantum dan dijelaskan cara-cara
penananganannya begitu juga dengan masalah lalu lintas dan dampaknya
terhadap kelancaran lalu lintas di sekitar lokasi proyek juga telah
dibicarakan dan dijabarkan cara penanganannya dalam dokumen kontrak,
khususnya dalam bab V spesifikasi umum.

18
5. Jika ditinjau secara umum, dokumen kontrak ini dapat dikategorikan
baik. Baik disini dalam pengertian telah mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

B. SARAN
Ada beberapa hal yang harus diperbaiki dalam susunan dokumen
kontrak yang dibahas kali ini, yaitu antara lain adalah sebagai berikut:
1. Setiap butir pada setiap bab dalam dokumen kontrak haruslah
dijelaskan secara terperinci, sehingga dapat mengurangi segala resiko
yang akan muncul di kemudian hari dan mendapatkan intrepetasi yang
sama antara semua pihak yang terlibat dalam kegiatan konstruksi.
2. Dokumen kontrak hendaknya dilengkapi dengan daftar
singkatan, sehingga tidak menimbulkan pertanyaan bagi orang yang
membacanya.
3. Pengguna jasa dan penyedia jasa hendaknya mempunyai satu
pengertian yang sama terhadap setiap pasal dalam dokumen kontrak. Hal
ini diperlukan agar tidak terjadi kesalah pahaman antara kedua belah
pihak yang dapat menimbulkan perselisihan di kemudian hari yang akan
menghambat jalannya proyek di kemudian hari.
4. Hendaknya pembahasan mengenai dokumen kontrak ini dapat
dilanjutkan pada bab-bab lain yang terkandung dalam dokumen kontrak
serta dapat membandingkan dokumen kontrak pekerjaan pemerintah dan
dokumen kontrak dari pihak swasta.

19

Anda mungkin juga menyukai