Kaum marhaen bukan hanya kaum buruh, melainkan juga petani kecil, pedagang
kecil dan pelajar kecil. Bahkan, dalam perkembangannya kaum marhaen bukan
hanya kaum kecil atau kaum melarat saja. Setelah Marhaenisme dijadikan asas
oleh Partindo, orang yang disebut marhaenis adalah tiap-tiap orang bangsa
Indonseia yang menjalankan Marhaenisme.
Ide sentral dari Marhaenisme yang mencakup aspek demokrasi politik dan
ekonomi, sama halnya dengan ide sentral yang terkandung dalam tema demokrasi,
yaitu partisipasi rakyat. Dalam demokrasi politik dituntut tersedianya ruang bagi
rakyat untuk terlibat dan berpartisipasi dalam sistem politik, sama halnya dengan
demokrasi ekonomi, Soekarno mensyaratkan dilibatkannya partisipasi rakyat
dalam sistem ekonomi. Partisipasi rakyat yang terangkan dalam demokrasi
sendiri telah
memberikan arti pada pemanfaatan secara optimal segenap potensi rakyat dalam
segi politik maupun segi ekonomi. Pengelolaan potensi ekonomi yang bertujuan
untuk menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ini dikelola
dengan sistem padat karya.
Non-kooperatif bukan hanya azas perjuangan saja melainkan juga suatu prinsip
yang hidup, yang tidak mau bekerja sama di segala lapangan politik dengan pihak
penjajah. Sedangkan konsep massa aksi ditegaskan sebagai pergerakan rakyat yang
bersifat masif –berjumlah banyak/massal-, dan harus bersifat radikal.89 Massa aksi
berbeda dengan aksi massal, yang membedakannya adalah sifat radikal
revolusioner. Soekarno juga menjelaskan bahwa non- kooperatif adalah berisi
aktifitas dan radikalisme -radikalisme pikiran, semangat, dan radikalisme dalam
segala sikap baik lahir maupun batin yang berdasarkan keyakinan dan kenyataan
bahwa pertentangan kebutuhan tidak dapat ditutupi. Soekarno dalam tulisannya
“Non-Cooperation Tidak Bisa Mendatangkan Massa- Aksi dan Matchsvorming”
mengungkapkan sebagai berikut:
“Tjukupkah sekian sahadja keterangan tentang massa-aksi? Tjukupkah
keterangan, bahwa massa-aksi ialah pergerakannya rakyat Marhaen
yang berdjuta-djuta? Keterangan sekian itu sama sekali belum tjukup!
Sebab keterangan kita itu melupakan satu hal lagi, jang sangat sekali
penting didalam soal massa-aksi. Keterangan kita itu masih lupa
menerangkan, bahwa massa-aksi haruslah bersemangat dan bersepak-
terdjan radikal, bersemangat dan bersepak-terdjang revolusioner.”
Rangkuman
Dari penjelasan singkat di atas dapat disimpulkan bahwa: pemikiran politik
Soekarno didasari dari satu central point, yaitu kebenciannya terhadap kapitalisme,
imperialisme dan kolonialisme. Dari pengalaman terjajah oleh kolonial Belanda
memacu semangat perlawanan Soekarno untuk membebaskan bangsa dan
negaranya dari penjajahan sekaligus mengobarkan semangat nasionalisme yang
revolusioner, dan dari teori-teori Marx, Soekarno mendapat langkah-langkah taktis
dan strategis yang dapat dijadikan sebagai pedoman perjuangan.
Dengan menggunakan metode dialektika Marxisme, Soekarno membuat konsep
untuk dijadikan dasar dan cara perjuangan untuk mencapai Indonesia merdeka dan
masyarakat yang adil dan makmur yaitu Marhaenisme. Marhaenisme merupakan
kajian terhadap fenomena masyarakat Indonesia yang agraris, melihat pertentangan
kelas secara garis besar. Soekarno menjelaskan keadaan masyarakat Indonesia dan
kenyataan yang terjadi bahwa di Indonesia ada penindasan dan penghisapan oleh
kapitalisme, imperialisme dan kolonialisme terhadap rakyat Indonesia. Kenyataan
tersebut menimbulkan pertentangan antara golongan rakyat Indonesia sebagai
keseluruhan dengan golongan imperialisme yaitu penjajah.
Sama halnya dengan Marxisme, Marhaenisme memiliki konsep kelas progresif.
Namun berbeda dengan Marxisme, dalam Marhaenisme kelas progresifnya terletak
pada struktur masyarakat agraris dan cenderung memilih metode revolusi atau
perubahan nasional dari pada perubahan kelas. Revolusi nasional adalah gerakan
kemerdekaan, yaitu suatu tuntutan tegas dari hak rakyat untuk memerintah sendiri.
Marhaenisme seperti yang diungkapkan oleh Soekarno dalam Deklarasi
Marhaenisme pada rapat PNI di Makasar tahun 1933, menjelaskan tentang siapa
Marhaen, Marhaenis, dan apa Marhaenisme. Marhaen adalah setiap warga atau
orang-orang yang dimelaratkan oleh kaum imperialisme Belanda. Golongan
Marhaen terdiri dari kaum proletar, kaum tani melarat dan kaum melarat Indonesia
lain seperti nelayan, pedagang, atau bahkan kaum intelek seperti dokter,
mahasiswa
dan sebagainya. Sedangkan Marhaenis adalah setiap warga negara yang
menjalankan Marhaenisme.
Dalam perjuangannya, Marhaenisme menggunakan azas atau cara perjuangan
seperti non-kooperatif, yaitu gerakan tidak bekerja sama dalam segala hal dengan
golongan imperialisme Belanda. Massa aksi, yaitu golongan Marhaen melakukan
aksi secara radikal. Hal tersebut dikarenakan imperialisme Belanda tidak mungkin
melepaskan kekuasaannya dengan sukarela. Dan machtvorving atau pembentukkan
kekuasaan merupakan cara perjuangan modern. dengan itu dibentuknya sebuah
partai politik dengan tujuan kemerdekaan Indonesia. Dalam praktiknya, menurut
penulis, Soekarno dalam menjalankan Marhaenisme tidak sampai pada tujuannya
yaitu menuju masyarakat sosial, hanya sampai pada Indonesia merdeka .
Dalam perkembangannya, nilai-nilai atau prinsip-prinsip Marhaenisme dijadikan
sebagai dasar negara yang hingga saat ini berlaku, yaitu Pancasila. Pokok-pokok
dasar Pancasila merupakan gagasan konsep Marhaenisme, yaitu sosio-nasionalisme
dan sosio-demokrasi dengan ketuhanan. Pancasila merupakan perjuangan
Marhaenisme pasca kemerdekaan yang menitik beratkan pada dasar negara.
Catatan : Isi dari tulisan ini dikumpulkan dari berbagai refenrensi, diantaranya :
1. Marhaenisme Adjaran Bung Karno.
2. Di Bawah Bendera Revolusi.
3. Indonesia Mengugat.
4. Marhaenisme; Ideologi Perjuangan Soekarno.
5. Dan jurnal, buku serta sumber lain yang tak tertulis