0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
22 tayangan4 halaman
Teks tersebut membahas manipulasi variabel pelatihan yang terdiri dari volume, intensitas, kepadatan, dan kompleksitas latihan yang penting bagi pelatih untuk memaksimalkan kinerja atlet. Variabel-variabel tersebut harus dimanipulasi dengan tepat agar atlet dapat beradaptasi dengan baik dan mencapai kinerja tertinggi, namun manipulasi yang salah dapat menyebabkan overtraining dan menurunkan kinerja.
Teks tersebut membahas manipulasi variabel pelatihan yang terdiri dari volume, intensitas, kepadatan, dan kompleksitas latihan yang penting bagi pelatih untuk memaksimalkan kinerja atlet. Variabel-variabel tersebut harus dimanipulasi dengan tepat agar atlet dapat beradaptasi dengan baik dan mencapai kinerja tertinggi, namun manipulasi yang salah dapat menyebabkan overtraining dan menurunkan kinerja.
Teks tersebut membahas manipulasi variabel pelatihan yang terdiri dari volume, intensitas, kepadatan, dan kompleksitas latihan yang penting bagi pelatih untuk memaksimalkan kinerja atlet. Variabel-variabel tersebut harus dimanipulasi dengan tepat agar atlet dapat beradaptasi dengan baik dan mencapai kinerja tertinggi, namun manipulasi yang salah dapat menyebabkan overtraining dan menurunkan kinerja.
Tujuan utama olahraga prestasi adalah melahirkan para juara. Untuk
menjadi juara, seorang atlet/tim harus mampu menunjukkan pencapaian kualitas kumulatif terbaik dari faktor pelatihan yang terdiri dari kemampuan fisik, teknik, taktik, dan mental. Kolaborasi pencapaian faktor pelatihan ini merupakan implementasi ilmu dan seni dari seorang pelatih (tim pelatih). Dalam menyusun program dan rencana pelatihan, maka manipulasi dari variabel latihan menjadi sangat penting. Pencapaian kualitas faktor pelatihan merupakan eksekusi dari manipulasi variabel pelatihan (Bompa: 2009; Bompa: 2015) yang terdiri dari volume, intensitas, kepadatan, dan kompleksitas pelatihan. Jadi, kualitas kinerja seorang atlet/tim merupakan hasil dari manipulasi variabel pelatihan ini. Oleh karena itu, memahami konsep, kemampuan memanipulasi dan mengeksekusi variabel pelatihan menjadi sangat penting bagi seorang pelatih. Perlu kita ingat kembali bahwa tugas seorang pelatih adalah menghantarkan atletnya untuk dapat melaksanakan tugasnya (atlet) sebaik mungkin. Sebaik mungkin berarti dapat memenuhi syarat dan tuntutan keperluan cabang olahraga. Hanya atlet terbaik yang akan menjadi juara dan pelatih yang handal yang dapat menghantarkan atletnya menjadi juara. Volume latihan Volume merupakan komponen utama dalam pelatihan untuk mencapai fisik, teknik, dan taktik yang tinggi. Volume dapat terdiri dari atau merupakan perpaduan dari waktu/durasi latihan, jarak yang ditempuh, beban dalam latihan resisten (set-repetisi-resisten/kg), jumlah repetisi latihan/elemen teknik yang dilakukan dalam waktu tertentu. Secara sederhana volume didefinisikan sebagai total kuantitas dari aktivitas yang dilakukan dalam pelatihan atau jumlah kerja yang dilakukan selama sesi latihan atau fase pelatihan. Penilaian akurasi volume latihan tergantung pada cabang olahraga. Misal, pada cabang olahraga daya tahan (seperti lari, sepeda, dayung kano, rowing) volume latihan dapat dilihat dari jarak yang ditempuh. Pada angkat besi atau pelatihan resisten, volume dinyatakan dalam kilogram. Jumlah/banyaknya repetisi dapat digunakan untuk menghitung volume pada aktivitas plaiometrik atau lemparan dalam baseball atau pada nomor atletik. Dalam banyak cabang olahraga volume dapat dilihat dari waktu aktivitas yang dilakukan. Ada 2 jenis dalam menentukan volume latihan, yakni volume relatif dan volume absolut. Volume relatif menunjukkan total jumlah waktu satu grup/tim yang dilakukan selama satu sesi latihan atau fase pelatihan. Volume absolut adalah jumlah kerja yang dilakukan atlet per satuan waktu. Volume latihan dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan kepadatan (frekuensi) latihan, meningkatkan volume dalam sesi latihan, atau dengan menggabungkan keduanya. Agar atlet menjadi lebih terlatih (adaptasi), diperlukan peningkatan volume latihan untuk merangsang adaptasi fisiologis yang diperlukan dalam upaya meningkatkan kinerja atlet. Volume ini penting untuk mengembangkan kemampuan aerobik, kekuatan, dan power baik secara individu maupun tim. Juga diperlukan untuk peningkatan keterampilan kinerja teknik dan taktik melalui jumlah repetisi yang dilakukan. Intensitas latihan Intensitas merupakan kualitas komponen kerja yang dilakukan oleh atlet. Komi dalam Bompa (2009) mendefinisikan intensitas sebagai energi yang dikeluarkan atau kerja yang dilakukan per satuan waktu. Intensitas merupakan fungsi dari aktivasi saraf-otot. Makin besar intensitas (misal beban luar, kecepatan melakukan/tempo/irama gerakan), maka makin besar pula memerlukan aktivasi saraf-otot, makin cepat juga mengalami kelelahan. Dalam pembahasan lebih lanjut, intensitas juga terkait erat dengan faktor psikologis latihan. Intensitas yang rendah atau tinggi berkaitan dengan kelelahan dan ini terhubung dengan konsentrasi dan beban psikologis dengan motivasi untuk mengurangi atau bahkan berhenti dalam aktivitas atau terus berjuang dengan gigih untuk menyelesaikan aktivitasnya. Latihan yang melibatkan kecepatan, intensitasnya dapat dinyatakan dalam m/detik, laju per menit. Pada latihan resisten intensitas dapat dinyatakan dalam kilogram. Sedang pada olahraga tim, intensitas dapat dilihat dari rerata denyut nadi seperti % denyut nadi maksimum. Salah satu rumus menghitung denyut nadi maksimum oleh W. Larry Kenney, dkk (2012): Physiology of sport and exercise, 5th ed yang merupakan koreksi dari rumus 220-usia adalah 208 – (0.7 x usia dalam tahun). Terdapat 2 jenis intensitas yaitu intensitas absolut yang berhubungan dengan % maksimum yang diperlukan dalam melakukan latihan dan intensitas relatif yang berhubungan dengan sesi latihan atau siklus mikro. Intensitas dan volume latihan merupakan 2 variabel latihan yang dalam manipulasinya saling terbalik. Jika volume tinggi, maka intensitas harus rendah, dan sebaliknya, jika intensitas tinggi, maka volume harus rendah. Terdapat 3 faktor yang terkait dalam manipulasi dinamika intensitas latihan, yakni, karakteristik cabang olahraga, lingkungan latihan atau kompetisi, dan tingkat kinerja atlet. Pedoman intensitas pelatihan dapat dibaca kembali pada artikel terdahulu. Kepadatan latihan Kepadatan latihan dapat didefinisikan sebagai frekuensi atau distribusi sesi latihan atau frekuensi atlet dalam melakukan satu rangkaian repetisi kerja per satuan waktu (lihat artikel terdahulu tentang struktur latihan 3+1+1 dan 5+1+1). Kepadatan latihan menunjukkan hubungan kerja dan pulih asal dalam fase pelatihan. Bila kepadatan latihannya besar, maka waktu pulih asalnya singkat. Manipulasi kepadatan dan pulih asal terkait erat dengan tingkat kelelahan yang dapat berdampak pada superkompensasi atau bahkan overtraining. Cukup rumit untuk menentukan waktu optimal yang diperlukan antara beberapa sesi latihan, (misalnya sesi latihan per hari atau siklus mikro) karena banyak faktor yang berkontribusi pada kecepatan pulih asal seorang atlet. Faktor tersebut antara lain usia kronologis atlet, usia lama latihan, nutrisi atlet, mental atlet. Umumnya ada 2 metode untuk mengoptimalkan latihan yang berbasis interval, yaitu pertama, menetapkan rasio kerja dan pulih asal dan kedua, durasi pulih asal dihitung berdasarkan % denyut nadi maksimum. Kepadatan latihan dapat ditentukan berdasarkan kepadatan absolut dan kepadatan relatif. Kepadatan relatif = volume absolut x 100 = 102 x 100 = 85% volume relatif 120 Volume absolut dinyatakan dengan total volume kerja yang dilakukan individu, sedang volume relatif dinyatakan dengan total jumlah waktu (durasi) untuk sesi latihan. Misalnya, volume absolut 102 menit dan volume relatif 120 menit Kepadatan absolut = (volume absolut – Volume interval istirahat) x 100 volume absolut Kepadatan absolut = (102 – 26) x 100 = 74.5% 102 Dalam kajian kepadatan pelatihan inilah dapat terjadi perdebatan tentang berapa hari/kali latihan per minggu, berapa kali sesi latihan per hari, dan berapa lama setiap kali waktu latihan. Kompleksitas latihan Kompleksitas menunjukkan pada tingkat kerumitan atau kesulitan secara biomekanik dari suatu keterampilan. Kinerja dengan keterampilan yang lebih kompleks dapat meningkatkan intensitas latihan. Mempelajari keterampilan yang kompleks memerlukan kerja keras (ekstra) dibanding melakukan keterampilan dasar khususnya pada cabang olahraga yang memerlukan koordinasi saraf-otot. Oleh karena itu, semakin kompleks suatu latihan atau keterampilan, lebih besar perbedaan kemampuan individu atlet dan efisiensi mekanikanya. Mempelajari teknik gerakan dengan waktu khusus (individu) akan berbeda dengan belajar teknik sekaligus diterapkan dalam taktik permainan dalam simulasi. Dalam simulasi kompleksitas dapat meningkat lebih tinggi dan dampaknya dapat meningkatkan denyut nadi latihan dan bahkan menghasilkan asam laktat. Manipulasi variabel pelatihan sebagaimana diuraikan di atas hendaknya dicermati secara hati-hati oleh pelatih. Manipulasi yang benar berdampak pada terjadinya adaptasi baik secara fisiologis maupun psikologis bagi atlet sehingga akan tercapai superkompensasi dan kinerja tertinggi akan dapat ditampilkan yang berpeluang lebih besar untuk atlet menjadi juara. Tetapi, harus diperhatikan sebaliknya, bahwa manipulasi variabel pelatihan yang tidak direncanakan dengan cermat dapat berdampak pada tidak terjadinya adaptasi dan bahkan atlet dapat mengalami overtraining yang menyebabkan menurunnya kinerja atlet. Untuk lebih memahami secara mendalam dapat dibaca kembali tulisan-tulisan terdahulu.
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional