Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Latihan merupakan suatu proses yang sistematik untuk meningkatkan

kualitas fisik dan bertujuan untuk meningkatkan penampilan olahraga. Strength

atau kekuatan, yaitu suatu kemampuan kondisi fisik manusia yang diperlukan

dalam peningkatan prestasi belajar gerak. Kekuatan merupakan salah satu unsur

kondisi fisik yang sangat penting dalam berolahraga karena dapat membantu

meningkatkan komponen-komponen seperti kecepatan, kelincahan dan ketepatan.

Dalam melakukan sebuah rancangan latihan kekuatan, banyak para

seseorang atau para atlet yang tidak mengetahui cara dan efek dari melakukan

latihan tersebut. Dengan mempelajari fisiologi olahraga dapat membantu

seseorang atau atlit mengetahui berbagai bentuk latian kekuatan yang cocok untuk

struktur tubuh masing-masing.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan landasan fisiologi latihan kekuatan?

2. Apa itu latihan kekuatan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui landasan fisiologi latihan kekuatan

2. Untuk mengetahui latihan kekuatan

3. Untuk memenui tugas paper mata kuliah fisiologi olahraga

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Latihan Kekuatan

Strength atau kekuatan, yaitu suatu kemampuan kondisi fisik manusia

yang diperlukan dalam peningkatan prestasi belajar gerak. Kekuatan merupakan

salah satu unsur kondisi fisik yang sangat penting dalam berolahraga karena dapat

membantu meningkatkan komponen-komponen seperti kecepatan, kelincahan dan

ketepatan.

Pate (1989) menyatakan bahwa kekuatan diartikan sebagai tenaga yang

dipakai untuk mengubah keadaan gerak atau bentuk suatu benda. Harsono (1988)

mengartikan kekuatan sebagai energy untuk melawan suatu tahanan atau

kemampuan untuk membangkitkan tegangan atau tension. Dengan demikian

kekuatan adalah kemampuan yang sangat erat hubungannya dengan adanya

proses kontraksi otot

Kekuatan berarti kemampuan untuk mengeluarkan tenaga secara

maksimal dalam satu usaha, kemampuan kekuatan berarti terjadinya kontraksi

otot pada manusia, menurut Thomas (2003) menyatakan bahwa kontraksi otot

manusia terdapat tiga jenis kontraksinya yaitu; statis, konsentris dan eksentris

Latihan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan secara sistematis dan

terencana dalam meningkatkan fungsional tubuh. Dalam kegiatan olahraga,

latihan berguna untuk meningkatkan keterampilan. Harsono menyatakan bahwa

2
latihan adalah suatu proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara

berulang-ulang, dengan lama kelamaan bertambah jumlah bebannya. Sedangkan

Bompa mengatakan bahwa latihan adalah untuk mencapai tujuan perbaikan

sistem organisma dan fungsinya untuk mengoptimalkan prestasi atau penampilan

olahraga. Latihan-latihan kekuatan cepat yang khusus dapat juga diberikan paralel

atau bersamaan dengan latihan-latihan untuk meningkatkan kekuatan maksimal.

Semua pengendalian latihan kekuatan selain menuntut latihan kekuatan yang

khusus juga membutuhkan latihan pelengkap di bagian.

Menurut Bafirman BH dan Asep Sujana (2018) ada empat bentuk latihan

untuk pmbentukan fisik yaitu:

1. peningkatkan potensi kemampuan seseorang dan mengembangkan

kemampuan biomotor ke standar paling tinggi

2. kemampuan fisik sangat labil berubah menurun, dipengaruhi oleh banyak

variabel lain yang menyebabkan turunnya kemampuan fisik yang telah

diperoleh dari hasil latihan sebelumnya

3. latihan harus dilakukan dengan teratur, ajeg, terus-menerus tanpa berselang

dengan beban yang tepat sesuai dengan rencana latihan

4. seluruh kegiatan latihan harus direncanakan dan disusun dalam suatu program

latihan, baik jangka pendek, menengah dan jangka panjang.

Dalam suatu program latihan persiapan fisik untuk mencapai kebugaran

dan apalagi prestasi yang penting diketahui adalah:

3
1. Mempersiapkan Fisik pada Umumnya (General Physical Preparation = GPP)

Pada umumnya persiapan fisik memerlukan waktu yang lama bila

dibandingkan dengan tahap penyempurnaan biomotorik. Lebih tinggi

kapasitas kerja seseorang atau atlet, lebih mudah pula ia menyesuaikan pada

peningkatan latihan yang diselenggarakan secara terus-menerus. Selanjutnya

untuk lebih dapat memahami tuntutan cabang olahraga yang bersangkutan

maka perlu dilakukan persiapan fisik khusus.

2. Persiapan Fisik Khusus (Specific Physical Preparation = SPP)

Persiapan fisik khusus disadari oleh persiapan fisik umum. Terutama bagi

atlet dituntut untuk mencapai prestasi yang tinggi sehingga dituntut untuk

mengembangkan otot-otot secara keseluruhan, maupun energi yang khusus

untuk berolahraga tersebut. Dalam setiap program latihan seharusnya harus

ditentukan dulu sistem energi predominannya (predominant energy system).

Di samping itu, untuk dapat mengerti mengenai “predominant energy system”

maka perlu diketahui bagaimana sebenarnya penyediaan energi di dalam

tubuh atau dikenal dengan istilah konsep energi berlangsung (Energy

Continum Concept).

3. Penyempurnaan Kemampuan Biomotor Khusus (Perfection of Specific

Biomotor Ability)

Tujuan latihan fisik di sini ialah untuk meningkatkan dan menyempurnakan

gerakan-gerakan yang khusus serta potensi seseorang atau atlet untuk

memenuhi tuntutan dari olahraga yang dipilihnya. Nossek (1982) berpendapat

4
bahwa akhirnya “sport techniquet” adalah sangat penting untuk dapat

mencapai prestasi.

B. Latihan Kekutan

Kekuatan merupakan komponen yang sangat penting dari kondisi fisik

secara keseluruhan, karena merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik.

Amos (1987) mengemukakan, bahwa latihan kekuatan yang baik akan:

1. Memungkinkan melompat lebih jauh.

2. Memungkinkan untuk berlari cepat.

3. Memungkinkan untuk berlari jarak jauh (meningkatkan daya tahan).

4. Memungkinkan meningkatkan jarak penggerahan (range of moment).

5. Mempertinggi kecepatan.

Dalam melakukan latihan kekuatan terdapat beberapa unsur/variabel latihan

kekuatan yaitu:

1. Intensitas

Intensitas adalah ukuran yang menunjukkan kualitas stimulus latihan.

Pendapat yang mirip dinyatakan oleh Sukadiyanto dan Muluk (2010),

intensitas adalah ukuran yang menunjukkan kualitas (mutu) suatu rangsang

atau pembebanan. Khusus pelatihan kekuatan, intensitas diukur dengan berat

beban yang diangkat. Bompa & Haff (2009) memberikan panduan untuk

menentukan besarnya ukuran intensitas dengan metode 1 RM (repetition

maximum), yaitu kemampuan sekelompok otot untuk mengangkat maksimal

5
dalam usaha tunggal. Teori intensitas pelatihan kekuatan ditetapkan atas dasar

prinsip progressive overload. Berkenaan dengan itu pedoman untuk

menetapkan intensitas selalu terjadi updating, yaitu menggunakan record

prestasi yang telah dicapai pada mikro terakhir dari program latihan kekuatan.

2. Volume

Volume adalah ukuran yang menunjukkan jumlah (kuantitas) stimulus atau

pembebanan. Chandler and Brown (2008) menyatakan bahwa volume

pelatihan kekuatan adalah = set (jumlah) X repetisi (jumlah) X resistance

(berat).

Dalam pelatihan kekuatan peningkatan volume latihan menggunakan

parameter makro dan mikro. Makro artinya ukuran/jumlah beban yang

diselesaikan dalam satu tahap latihan. Contoh: atlet gulat telah menyelesaikan

angkatan seberat 100.000, 75.000, dan 50.000 kg berturut-turut selama tahap

persiapan umum, tahap persiapan khusus, dan tahap prakompetisi. Mikro

artinya jumlah beban yang diselesaikan atlet selama satu minggu. Dari volume

makro setiap periode dibagi menjadi beberapa mikro, jika volume 1 makro

tahap persiapan umum (100.000 kg) dibagi menjadi 4 mikro, maka volume 1

mikro adalah 25.000 kg (dengan catatan program latihan linier).

3. Frekuensi

Frekuensi adalah banyaknya pelatihan dalam satu minggu, misalnya 3 kali per

minggu, 4 kali per minggu dan 5 kali per minggu. Frekuensi latihan

tergantung pada volume, intensitas, seleksi pelatihan, tingkat keterlatihan,

6
kapasitas recovery, nutrisi yang dikonsumsi, dan tujuan latihan (Chandler,

T.J., and Brown, L.E. (2008). Sesi pelatihan berat, kontraksi eksentrik

intensif, dan melibatkan kelompok otot besar atau multisendi, membutuhkan

waktu recovery lebih lama daripada pelatihan sesi ringan. Sebagai contoh:

frekuensi latihan wanita tidak terlatih cukup 2 hari per minggu, beban 50% x

10 RM, 75% x 10 RM, 10 RM, dan 4-5 jenis latihan. Beban 10 RM adalah

berat maksimal yang hanya mampu diangkat maksimal 10 ulangan.

4. Repetisi

Repetisi adalah banyaknya ulangan persen. Repetisi juga sangat ditentukan

oleh intensitas, kecepatan eksekusi pelatihan dan tujuan yang diinginkan.

Secara logika intensitas berbanding terbalik dengan jumlah repetisi. Semakin

tinggi intensitas, eksekusi relatif lambat dan repetisi semakin rendah.

5. Recovery

Istirahat (recovery/interval) antar set dan antar latihan memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap respons dan adaptasi pelatihan kekuatan. Respons

terhadap istirahat singkat adalah meningginya denyut jantung dan rasa lelah

subjektif, meningkatnya laktat dan konsentrasi hormone pertumbuhan, dan

menurnkan kinerja pada set berikutnya (Chandler, T.J., and Brown, L.E,.

2008). Program latihan beban selama4 minggu, istirahat berselang singkat(30-

40 detik) antar set, hasilnya lebih jelek dalam meningkatkan kekuatan

dibandingkan dengan istirahat 2 sampai 3 menit (Kraemer, dkk., 1995).

7
Untuk meningkatkan kekuatan dapat dilakukan dengan latihan kontraksi

isotonik, kontraksi isometrik dan isokinetik (Bowers, 1992).

1. Latihan Isotonik

Kontraksi isotonik adalah suatu bentuk kontraksi otot yang mengakibatkan

terjadinya perubahan jarak (pemendekan) otot. Nossek (1982) mengatakan,

bahwa kontraksi isotonik adalah aktif dan dilakukan dengan suatu

pemendekan atau mengubah jarak otot. Dalam melakukan latihan beban

isotonik, harus ditentukan lebih dulu berat beban awal yang digunakan dalam

latihan.

Delorme (1971) dan Golberg (1975) mengatakan bahwa untuk

mengembangkan kekuatan dengan latihan isotonik menggunakan repetisi

maksimal (RM). Repetisi Maksimal adalah beban maksimal yang dapat

diangkat oleh sekelompok otot sebelum mengalami kelelahan.

2. Latihan Isometrik

Latihan isometrik adalah suatu bentuk latihan di mana pada waktu otot

berkontraksi menahan beban, otot tidak mengalami perubahan panjang. Di

dalam melakukan latihan isometrik harus dilakukan dengan kontraksi

maksimal. Menurut Lamb (1978) kontraksi pada latihan isometrik harus

dilakukan dengan kontraksi maksimal, walaupun beberapa penelitian

memperlihatkan bahwa kekuatan maksimal dapat diperoleh dengan kontraksi

kira-kira 50% dari maksimal. Setiap kontraksi maksimal harus ditahan selama

8
2-5 detik, dilakukan dengan 5 ulangan setiap latihan, serta 3-4 kali seminggu

(Bowers, 1992)

3. Latihan Isokenetik

Latihan isokinetik merupakan bentuk latihan beban, pada dasar

pengembangan antara latihan isometrik dan isokinetik, yaitu dengan konsep

dasar otot melawan tahanan secara maksimal pada seluruh lintasan gerak.

Untuk dapat melakukan latihan isokinetik diperlukan adanya perlengkapan

khusus yang dirancang sesuai dengan kebutuhan setiap cabang olahraganya.

Beberapa para ahli mengemukakan pendapatnya, apabila otot dilatih

secara benar dan teratur sesuai dengan prinsip-prinsip latihan beban, maka

menimbulkan perubahan-perubahan baik secara fisiologis maupun perubahan

biokimia dan hipertrofi otot. Sehubungan dengan terjadinya hipertrofi otot karena

latihan beban tersebut, maka terjadinya perubahan susunan biokimia otot.

Ahlboorg (1972) mengemukakan:

1. Konsentrasi kreatin otot meningkat 39%, PC 22%, ATP 18% dan glikogen

meningkat 66%.

2. Aktivitas enzim glikolitik (LDH, Phospolirase dan creatin phospokinase)

meningkat.

3. Aktivitas enzim pembentuk kembali ATP (myokinase dan creatin

phospokinase) dapat meningkat kecil dan tidak dapat ditentukan (Cerretelli,

1992).

4. Aktivitas enzim daur krebs (MDH, SDH) mengalami sedikit peningkatan.

9
Menurut Fox (1988), hipertrofi yang terjadi pada otot ditandai dengan

adanya satu atau beberapa perubahan antara lain adalah:

1. Meningkatkan jumlah atau ukuran myofibril dalam setiap serabut otot.

2. Meningkatkan jumlah total protein kontraktil, terutama filamen myosin.

3. Meningkatkan pedapatan pada setiap serabut otot.

4. Bertambah besar dan kuatnya jaringan ikat, tendon dan ligament.

5. Derajat hipertrofi otot pada laki-laki pada dasarnya lebih besar dari otot

wanita.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Latihan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan secara sistematis dan

terencana dalam meningkatkan fungsional tubuh. Dalam kegiatan olahraga,

latihan berguna untuk meningkatkan keterampilan.

Strength atau kekuatan, yaitu suatu kemampuan kondisi fisik manusia

yang diperlukan dalam peningkatan prestasi belajar gerak. Kekuatan merupakan

salah satu unsur kondisi fisik yang sangat penting dalam berolahraga karena dapat

membantu meningkatkan komponen-komponen seperti kecepatan, kelincahan dan

ketepatan.

11
B. Daftar Pustaka

Amos, Joseph G, Noela C, 1987. Burlengame High School Girl’s Basketball in


Season Strength Program NSCA, J. Vol. 9.

Bafirman dan Asep Sujana, (2018). Pembentukan Kondisi Fisik, Ed. 1, Cet. 1.
Depok: Rajawali Pers, Depok

Harsono, (1989). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching, Jakarta:


P2LPTK Ditjen Dikti Depdikbud, hal. 101

Pate RR, Clengham B, Rotlla R, 1984. Scientific Foundation Of Coaching.


Philadelphia: Saunders College Publishing.

Chan, Faizal. (2012). Jurnal Cerdas Sifa, “Strength Training (Latihan Kekuatan)”.
Edisi No. 1, PORKES FKIP Universitas Jambi, Jambi

Thomas R. Baechle, dan Barney R. Groves, (2003) Latihan Beban, (Jakarta: PT


Rajagrafindo Persada, hal. XVII
.

12

Anda mungkin juga menyukai