DOSEN PENGAMPU :
OLEH :
2020010108027
KENDARI
2021
SEJARAH DAN KLASIFIKASI TUMBUHAN TINGKAT RENDAH
perkembangan klasifikasi tumbuhan dapat dibedakan menjadi beberapa periode, mulai dari
periode klasifikasi yang sederhana, kemudian diikuti dengan periode sesudah munculnya teori
evolusi, dan akhir-akhir ini periode pesatnya perkembangan klasifikasi molekuler.
Pada tumbuhan, ada 3 sumber data DNA yaitu inti (nDNA), kloroplas (cpDNA), dan
mitokondria (mtDNA). Pemakaian data sekuen DNA kloroplas terbukti sangat berguna untuk
melihat hubungan kekerabatan pada takson tingkat tinggi maupun rendah. Gen kloroplas yang
sudah disekuen secara umum adalah atpB, rbcL, matK, ndhF. Data sekuen DNA inti jarang
digunakan dalam sistematika tumbuhan. Beberapa gen inti seperti alkohol dehidrogenase
(Adh) dahulu sering digunakan melalui studi enzim, dan sekarang banyak digunakan melalui
sekuennya. Satu tipe lagi sekuen DNA inti yang banyak digunakan adalah wilayah internal
transcribed spacer (ITS) yang bagus untuk melihat hubungan kekerabatan pada takson tingkat
rendah, seperti spesies yang berkerabat dekat.
Contoh paling menonjol dalam penggunaan sekuen nukleotida adalah analisa sekuen
subunit kecil ribosom RNA (rRNA) menyediakan kejadian pertama bahwa makhluk hidup
dikelompokkan dalam tiga grup besar yaitu bakteria, eukarya, dan archaea. Lebih dari 100
genom prokariot sudah disekuen secara lengkap. Hasil dari sekuen DNA mendukung lebih
lanjut adanya tiga domain dalam kehidupan dan menunjukkan bahwa archaea dan eukarya
memiliki garis evolusi sama dan terlepas dari kelompok bakteria. Contoh lain dalam
mempelajari filogeni adalah studi yang lebih menyeluruh dari filogeni tumbuhan berbiji
didasarkan pada variasi dalam sekuen nukleotida dari gen rbcL (gen kloroplas). Gen rbcL
mengkode subunit besar dari enzim Rubisco dari siklus Calvin, khususnya sesuai untuk
analisa kelompok tumbuhan yang luas. Gen ini merupakan gen kopi tunggal, berevolusi
lambat, tidak memiliki intron, dan cukup besar untuk menyimpan karakter informatif secara
filogeni.
Data molekuler sendiri mungkin tidak menyediakan hasil yang paling akurat tentang
hubungan kekerabatan. Oleh karena itu, beberapa ahli sistematika berpikir bahwa semua data
yang tersedia, baik dari molekul, morfologi, anatomi, ultrastruktur, perkembangan, dan fosil
dapat dikombinasikan sebagai bahan pertimbangan dalam menginterpretasikan filogeni antara
organisme