Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PEMERIKSAAN ELEKTROLIT DARAH

OLEH:

RIRIN WISAKHA DEWI


NIM.P07134115044

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-IV
MATARAM
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat serta kasih sayang dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada seluruh

ciptaan- Nya, berkat kemudahan yang diberikan saya dapat menyelesaikan makalah

yang berjudul “Pemeriksaan Elektrolit Darah”

Adapun tujuan dari Penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas

pada Praktik Kerja Lapangan (PKL). Dalam Penyusunan makalah ini, saya banyak

mengalami kesulitan dan hambatan, hal ini disebabkan oleh keterbatasan ilmu

pengetahuan yang saya miliki. saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat

bagi saya pada khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya. Saya sebagai

penyusun sangat menyadari bahwa dalam Penyusunan makalah ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya sangat

mengharapkan kritik dan saran yang ditujukan untuk membangun.

Mataram, 25 Februari 2018

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu

exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan

cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang

60% dari total berat badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat

makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang, dan

menjalankan fungsinya. Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat

dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk

mempertahankan keadaan normal disebut homeostasis. Homeostasis ini bergantung

pada kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan antara substansi-

substansi yang ada di milieu interior. Pengaturan keseimbangan cairan perlu

memperhatikan 2 (dua) parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan

osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan

mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel

dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan

keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urin sesuai

kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan

garam tersebut.

Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa

dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urin sesuai

kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa


adalah paru-paru dengan mengekskresi ion hidrogen dan CO2, dan sistem dapar

(buffer) kimia dalam cairan tubuh.

Elektrolit adalah senyawa di dalam larutan yang berdisosiasi menjadi partikel

yang bermuatan (ion) positif atau negatif. Ion bermuatan positif disebut kation dan

ion bermuatan negatif disebut anion. Keseimbangan keduanya disebut sebagai

elektronetralitas. Sebagian besar proses metabolisme memerlukan dan dipengaruhi

oleh elektrolit. Konsentrasi elektrolit yang tidak normal dapat menyebabkan banyak

gangguan.

Pemeliharaan homeostasis cairan tubuh adalah penting bagi kelangsungan

hidup semua organisme., Pemeliharaan tekanan osmotik dan distribusi beberapa

kompartemen cairan tubuh manusia adalah fungsi utama empat elektrolit mayor,

yaitu natrium (Na+), kalium (K+), klorida (Cl-), dan bikarbonat (HCO3-).

Pemeriksaan keempat elektrolit mayor tersebut dalam klinis dikenal sebagai ”profil

elektrolit. Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi

tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit didalam tubuh adalah

merupakan salah satu bagian dari fisiologi hoemostasis. Keseimbangan cairan dan

elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan

tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).

Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel partikel bermuatan listrik yang

disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk kedalam tubuh

melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi keseluruh

bagian tubuh. Konsentrasi natrium dan kalium di dalam cairan intrasel dan ekstrasel

dipertahankan oleh suatu system transporaktif Na+ K+ ATP- ase (Marks dan

Smith,2006). Sebagian besar proses yang memerlukan energi di dalam tubuh

menggunakan ikatan fosfat berenergi tinggi pada ATP untuk menyediakan energy
ini. Transpor aktif, kerja mekanis, dan reaksi biosintetik semuanya merupakan

proses yang memerlukan energi sehingga ATP diubah menjadi ADP dan P.

Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanhya distribusi yang normal dari

air tubuh total dan elektrolit kedalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan

dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya ; jika salah satu

terganggu maka akan terganggu yang lainnya.

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian elektrolit darah ?

2. Apa saja komposisi cairan tubuh?

3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan

elektrolit?

4. Apa saja keseimbangan cairan dan elektolit?

c. Tujuan

1. Untuk mengetaui apa itu elektrolit darah.

2. Untuk mengetahui komposisi cairan tubuh.

3. Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan

dan elektrolit.

4. Untuk mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian

Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut (Price, 2006).

Kemudian elektrolit itu sendiri adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-

partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Price,

Silvia, 2006). Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga

kondisi tubuh tetap sehat.Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh

adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan

cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan

tubuh. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui

makanan,minuman,dan cairan intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh bagian

tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal

dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan

cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu

terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

B. Komposisi Cairan dan Elektrolit Tubuh Manusia

Semua jenis cairan tubuh yang terlarut maupun tidak terlarut air, sebagai

berikut:

1. Air

Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-rata pria Dewasa hampir

60% dari berat badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air dari

berat badannya. Solut (terlarut) Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis

substansi terlarut (zat terlarut) elektrolit dan non-elektrolit.

a. Elektrolit : Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan akan

menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif
dan diukur dengan kapasitasnya untuk saling berikatan satu sama

lain( miliekuivalen/liter). Jumlah kation dan anion, yang diukur dalam

miliekuivalen, dalam larutan selalu sama. mol/L ) atau dengan berat molekul

dalam garam ( milimol/liter mEq/L)

 Kation : ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Kation

ekstraselular utama adalah natrium (Na˖), sedangkan kation intraselular

utama adalah kalium (K˖). Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang

memompa natrium ke luar dan kalium ke dalam.

 Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion

ekstraselular utama adalah klorida ( Clˉ ), sedangkan anion intraselular

utama adalah ion fosfat (PO4ɜ).

b. Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam

larutan dan diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl). Non-elektrolit

lainnya yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin.

1) Cairan dan Elektolit dalam Tubuh

a. Cairan dalam Tubuh Manusia

Agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya, manusia

membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di berbagai

jaringan tubuh. Hal tersebut dapat dicapai dengan serangkaian manuver fisika-kimia

yang kompleks. Air menempati proporsi yang besar dalam tubuh. Seseorang dengan

berat 70 kg bisa memiliki sekitar 50 liter air dalam tubuhnya. Air menyusun 75%

berat badan bayi, 70% berat badan pria dewasa, dan 55% tubuh pria lanjut usia.

Karena wanita memiliki simpanan lemak yang relative banyak (relative bebas-air),
kandungan air dalam tubuh wanita 10% lebih sedikit dibandingkan pria. Air

tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam tubuh, yaitu :

Cairan intraselular (CIS). CIS adalah cairan yang berada dalam sel di seluruh

tubuh. Cairan ini berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia. Jumlahnya

sekitar 2/3 dari jumlah cairan tubuh atau 40% dari berat badan. Elektrolit kation

terbanyak adalah K+, Mg+, sedikit Na+. Elektolit anion terbanyak adalah HPO42-,

protein-protein, sedikit HCO3-, SO42-, Cl-

Cairan ekstraselular (CES). CES merupakan cairan yang terdapat di luar sel

dan menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan intravascular,

cairan interstisial, dan cairan transeluler. Cairan  interstisial terdapat dalam ruang

antar-sel, plasma darah, cairan serebrospinal, limfe, serta cairan rongga serosa dan

sendi. Akan tetapi,  jumlahnya terlalu sedikit untuk berperan dalam keseimbangan

cairan. Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta

mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran dua

arah antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan adalah :  kation dan anion.

b. Elektrolit Utama Tubuh Manusia

Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan

nonelektrolit.Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan

tidak bermuatan listrik, seperti:protein,urea,glukosa,oksigen,karbon dioksida dan

asam-asam organik.Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+),kalium

(K+), Kalsium (Ca++),magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat(HCO3-), fosfat

(HPO42-), sulfat (SO42-).


Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian dengan

bagian yang lainnya,tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian

berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan

negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif.

C. Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Elektrolit Cairan Tubuh

Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara

lain:

a. Usia

Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia

berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik,

serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertumbuhan memiliki proporsi cairan

tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang

diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang

dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga dipengaruhi

oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur

dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat

pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu lansia,

ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung

atau gangguan ginjal.

b. Aktivitas

Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan

dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh.

Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan

demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, kehilangan
cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju

pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.

c. Iklim

Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu

panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan

pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari

(insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi

oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di

lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah deangan kelembapan yang rendah

akan lebih sering mengalami kehilangan cairandan elektrolit. Demikian pula pada

orang yang bekerja berat di lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka dapat

kehilangan cairan sebanyak lima litet sehaei melalui keringat. Umumnya, orang yang

biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam

saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di

lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.

d. Diet

Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan

makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan

terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan

penurunan kadar albumin.

e. Stress

Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat

stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi


glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan

natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone anti

deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.

f. Penyakit

Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan

elektrolit tubuh Misalnya : Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan

air melalui IWL,penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses

regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh

g. Tindakan Medis

Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan

cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat

menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.

h. Pengobatan

Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara

berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam

tubuh.Akibatnya, terjadi defist cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic

menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat.

Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam

tubuh

i. Pembedahan

Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami

ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama

perode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan beban
cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama pembedahan atau

sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat- obat anastesia.

D. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Cairan tubuh yang terbagi menjadi beberapa kompartemen cairan relatif konstan

pada keadaan yang normal. Antara satu kompartemen dengan yang lainnya dibatasi

oleh membran yang bersifat semipermeabel. Masing-masing kompartemen

mengandung elektrolit yang sangat berperan dalam mempertahankan

keseimbangan cairan pada masing-masing kompartemen.1 Ada beberapa

mekanisme pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit yakni:

1. Keseimbangan Donnan. Keseimbangan Donnan merupakan keseimbangan

antara caira intraseluler dengan cairan ekstraseluler yang timbul akibat adanya

peran dari sel membran. Protein yang merupakan suatu molekul besar bermuatan

negatif, bukan hanya ukuran molekulnya yang besar namun merupakan suatu

partikel aktif yang berperan mempertahankan tekanan osmotik. Protein ini tidak

dapat berpindah, tetapi akan mempengaruhi ion untuk mempertahankan netralitas

elektron (keseimbangan muatan positif dan negatif) sebanding dengan

keseimbangan tekanan osmotik di kedua sisi membran. Pergerakan muatan pada

ion akan menyebabkan perbedaan konsentrasi ion yang secara langsung

mempengaruhi pergerakan cairan melalui membran ke dalam dan keluar dari sel

tersebut.7

2. Osmolalitas dan Osmolaritas Osmolalitas dan Osmolaritas hampir sering

dikenakan jika membahas tentang cairan tubuh manusia. Osmolalitas digunakan


untuk menampilkan konsentrasi larutan osmotik berdasarkan jumlah partikel,

sehubungan dengan berat pelarut. Lebih khusus, itu adalah jumlah osmol disetiap

kilogram pelarut. Sedangkan osmolaritas merupakan metode yang digunakan untuk

menggambarkan konsentrasi larutan osmotik. Hal ini didefinisikan sebagai jumlah

osmol zat terlarut dalam satu liter larutan. Osmolaritas adalah properti koligatif, yang

berarti bahwa tergantung pada jumlah partikel terlarut dalam larutan. Selain itu

osmolaritas juga tergantung pada perubahan suhu.3

3. Tekanan Koloid Osmotik Tekanan koloid osmotik merupakan tekanan yang

dihasilkan oleh molekul koloid yang tidak dapat berdifusi, misalnya protein, yang

bersifat menarik air ke dalam kapiler dan melawan tekanan filtrasi. Koloid

merupakan molekul protein dengan BM lebih dari 20.000-30.000. Walaupun hanya

merupakan 0,5% dari osmolalitas plasma total, namun mempunyai arti yang sangat

penting. Karena, hal ini menyebabkan permeabilitas kapiler terhadap koloid sangat

kecil sehingga mempunyai efek penahan air dalam komponen plasma, serta

mempertahankan air antar kompartemen cairan di tubuh. Bila terjadi penurunan

tekanan koloid osmotik, akan menyebabkan timbulnya edema paru.2 Cairan tubuh

relatif juga sering mengalami fluktuasi. Apabila terjadi ketidakseibangan cairan

tubuh, terdapat mekanisme kendali yang akan segera bekerja supaya cairan di

tubuh selalu berada di ambang normal.2 Pengaturan keseimbangan cairan perlu

memperhatikan dua parameter penting yaitu volume cairan ekstrasel dan

osmolaritasnya. Ginjal mengatur volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan

keseimbangan garam dan cairan, dengan cara mengatur keluaran garam dan air

dalam bentuk urin sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan

abnormal dari air dan garam tersebut.4 Mekanisme pengaturannya dilakukan mlalui

dua cara yaitu kendali osmolar dan kendali non osmolar. Pada kendali osmolar
sangat dominan dan efektif dalam mengatur cairan ekstraseluler. Kendali osmolar

dibagi menjadi dua sistem yakni, sistem osmoreseptor Hipothalamus-Hipofisis-

ADH.3,4

Pada daerah hipotalamus bagian anterior, terdapat neuron khusus yang dikenal

sebagai osmoreseptor. Sel ini mengandung vesikel-vesikel besar yang mengandung

cairan.2 Vesikel ini dapat mengembang atau mengeriput sesuai dengan osmolaritas

cairan ekstraseluler. Apabila cairan ekstraseluler pekat, maka osmolaritasnya akan

meningkat dan akan menyebabkan vesikel mengeriput. Hal tersebut akan

merangsang hipofise anterior lebih banyak melepaskan ADH (anti diuretic hormone)

yang akan menurunkan produksi urin dan membuatnya lebih pekat. Sebaliknya, jika

osmolaritas cairan ekstraseluler menurun, vesikel akan mengembang dan akan

merangsang hipofise anterior untuk menurunkan produksi hormon ADH. Hal ini akan

membuat produksi urin meningkat.5 Yang kedua adalah sistem Renin-Angiotensin-

Aldosteron. Sistem ini akan bekerja apabila terjadi perubahan keseimbangan cairan

yang bersifat isotonik. Mekanismenya dimulai dari pengaturan Na terutama melalui

ekskresi Na lewat urin. Pengaturan ini dimulai dari interaksi antara aktivitas ginjal

dengan hormon korteks adrenal. Keseimbangan natrium diatur melalui proses

proses filtrasi natrium melewati glomerulus dan reabsorbsi tubulus. Dari sekian

banyak natrium yang dikeluarkan dari glomerulus, lebih dari 95% akan direabsorbsi

oleh tubulus. Korteks adrenal merupakan factor utama yang menjaga volume cairan

ekstraseluler melalui efek hormon aldosterone terhadap natrium.2,5 Pada kendali

non osmolar, terdapat beberapa mekanisme neural yang berperan dalam

pengaturan volume cairan untuk mendapatkan keseimbangan. Pertama terdapat

mekanisme refleks “Stretch Receptor”.2 Pada dinding atrium terdapat “Stretch

Receptor” yang dirangsang oleh perubahan kapasitas atrium kiri. Bila atrium kiri
mengalami distensi, reseptor ini akan merangsang hipotalamus untuk menimbulkan

impuls aferen melalui jalur simpatis dan merangsang hipofisis untuk mensekresikan

ADH. Mekanisme kendali non osmolar kedua terdapat refleks Baroreseptor.

Baroreseptor akan terangsang apabila terjadi perubahan tekanan darah, lalu akan

diteruskan pada sistem hipotalamus-hipofisis yang akan memberikan respons

melalui penahanan atau pelepasan ADH kedalam sirkulasi.2 Terdapat dua jenis

refleks baroreseptor yakni baroreseptor Karotid dan baroreseptor lengkung Aorta.

Refleks baroreseptor karotid akan terangsang jika terjadi penurunan tekanan darah

arteri, yang menyebabkan impuls pada jalur parasimpatis menurun, sehingga

membuat hambatan efek hipotalamus terhadap hipofisis. Hal ini membuat sekresi

ADH akan meningkat. Sebaliknya pada refleks baroreseptor lengkung Aorta, jika

tekanan darah arteri meningkat, impuls aferen di hipotalamus akan menginhibisi

hipofisis posterior untuk menurunkan sekresi ADH.3,4


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Cairan tubuh merupakan media semua reaksi kimia di dalam sel. Tiap sel mengandung

cairan intraseluler (cairan di dalam sel) yang komposisinya paling cocok untuk sel tersebut

dan berada di dalam cairan ekstraseluler (cairan di luar sel) yang cocok pula.

Tubuh harus mampu memelihara konsentrasi semua elektrolit yang sesuai didalam

cairan tubuh, sehingga tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit. Keseimbangan cairan

tubuh adalah keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk dan keluar.

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan

ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh,

sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga

kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan

transeluler. Cairan tubuh terdiri dari air (pelarut) dan substansi terlarut (zat terlarut).

Air menyusun ± 50 – 60% dari total berat badan. Hubungan antara berat badan total

dan total air dalam tubuh relatif konstan pada tiapindividu dan merupakan refleksi dari lemak

tubuh. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit

diantaranya adalah :

1. Usia

2. Jenis kelamin

3. Sel-sel lemak

4. Stres

5. Sakit

6. Temperatur lingkungan

7. Diet
B. Saran

          Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat

menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah ini bagi

para pembacanya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

1.Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan

Keseimbangan Cairan  & Elektrolit” . Jakarta: ECG

2. Brunner&Suddarth. (2000). Keperawatan Medical Medah.(Edisi 8). Volume 1.

Jakarta :EGC

3. Doenges. ME. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

4. Martin.T. (1998). Standar Keperawatan Pasien : Pasien Standar Care.

Jakarta : EGC

5.Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan (Edisi 3).

Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai