Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH HIPERTENSI

DISUSUN OLEH :

NAMA : SEFEN MAMARODIA


NIM : 201703070

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


HUSADA JOMBANG
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji Dan Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Atas Berkat Dan Rahmatnya, Kami Dapat
Menyelesaikan Makalah Ini Dengan Baik.
Makalah  Ini Membahas Tentang Apa Itu Hipertensi, Penyebab Terjadinya Hipertensi Dan
Faktor-Faktor Resiko Serta Pengobatannya.  
Besar Harapan Kami Makalah Ini Dapat Berguna Bagi Pembaca. Namun Kami Menyadari
Bahwa Masih Terdapat Banyak Kekurangan, Oleh Karena Itu Kritik Dan Saran Yang Bersifat
Membangun Dari Semua Pihak Sangat Diharapkan Demi Kesempurnaan Makalah Ini.
Akhirnya Penulis Megucapkan Terima Kasih Kepada Semua Pihak Yang Telah Membantu
Dalam Menyelesaikan Makalah Ini.

Lawang 05,10,2020
Kata Pengantar……………………………………………………..

Daftar Isi…………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….....1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………...1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………..2
1.3 Tujuan……………………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………....3
2.1 Definisi Hipertensi……………………………………………….…..3
2.2 Tanda Dan Gejala Hipertensi……………………………………….4
2.3 Klafikasi Hipertensi………………………………………………….4
2.4 Patofisiologi Hipertensi……………………………………………...5
2.5 Masalah Epidemiologi Hipertensi……………………………..........5
2.6 Diagnosis Hipertensi…………………………………………….......6
2.7 Komplikasi Hipertensi……………………………………………...6
2.8 Pencegahan Hipertensi……………………………………………...7
2.9 Pengobatan Hipertensi………………………………………………7

BAB III PENUTUP………………………………………………………………8


3.0 Kesimpulan………………………………………………………….8
3.1 Saran…………………………………………………………………9
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

 penyakit tidak menular menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia yang menimbulkan
kesakitan, kecacatan, dan kematian yang tinggi, serta menimbulkan beban pembiayaan
kesehatan sehingga perlu dilakukan penyelenggaraan penanggulangan, Pada tingkat global,
63% penyebab kematian di dunia adalah penyakit tidak menular yang membunuh 36 juta
jiwa per tahun, 80% kematian ini terjadi di negara berpenghasilan menengah dan rendah.
Penyakit tidak menular adalah penyakit kronis dengan durasi yang panjang dengan proses
penyembuhan atau pengendalian kondisi klinisnya yang umumnya lambat. Berikut 10 besar
penyakit penyebab kematian di dunia menurut . Menurut World Health Organization
(WHO) 2011 :

1.      Penyakit jantung koroner

2.      Stroke

3.      Infeksi saluran napas bawah

4.      Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)

5.      Diare

6.      HIV/AIDS

7.      Kanker paru

8.      Diabetes melitus

9.      Kecelakaan lalu lintas

10.  Prematuritas

Indonesia juga mengalami eskalasi penyakit tidak menular yang dramatis. Hasil Riset
Kesehatan Dasar tahun 2007 dan 2013 menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan secara
bermakna, diantaranya prevalensi penyakit stroke meningkat dari 8,3 per mil pada 2007
menjadi 12,1 per mil pada 2013. Lebih lanjut diketahui bahwa 61 persen dari total kematian
disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, kanker, diabetes dan PPOK. Tingginya prevalensi
bayi dengan BBLR (10%, tahun 2013) dan lahir pendek (20%, tahun 2013), serta tingginya
stunting pada anak balita di Indonesia (37,2%, 2013) perlu menjadi perhatian oleh karena
berpotensi pada meningkatnya prevalensi obese yang erat kaitannya dengan peningkatan
kejadian penyakit tidak menular. Dengan demikian, penanggulangan penyakit tidak menular
juga perlu mengintegrasikan dengan upaya-upaya yang mendukung 1000 hari pertama
kehidupan (1000 HPK). Berikut 10 besar penyakit tidak menular di indonesia menurut
litbangkes 2015 :

1.       penyakit pembuluhdarah otak (21%)

2.       penyakit jantung iskemik (12.9%)

3.       diabetes mellitus(6.7%)

4.       TBC (5.7%)

5.       hipertensi dengan komplikasinya(5.3%)

6.       penyakit saluran napas bawah kronik (4.9%)

7.       penyakit hati (2.7%)

8.       kecelakaantransportasi (2.6%)

9.       pneumonia (2.1%)

10.   diare (1.9%)

berikut 10 besar penyakit penyebab kematian di sulawesi tenggara menurut dinkes


prov.sultra tahun 2015

hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga dunia setiap tahunnya. Badan Kesehatan Dunia
(WHO) Angka memperkirakan, jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring
dengan jumlah penduduk yang membesar. Pada 2025 mendatang,  diproyeksikan sekitar 29
persen warga dunia terkena hipertensi. Prosentase penderita hipertensi saat ini paling banyak
terdapat di negara berkembang. Data Global Status Report on Noncommunicable Disesases
2010 dari WHO menyebutkan, 40 persen negara ekonomi berkembang memiliki
penderita hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35 persen. Kawasan Afrika memegang
posisi puncak penderita hipertensi sebanyak 46 persen. Sementara kawasan Amerika
menempati posisi buncit dengan 35 persen. Di kawasan Asia Tenggara, 36 persen orang
dewasa menderita hipertensi.

Untuk kawasan Asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya.
Hal ini menandakan satu dari tiga orang menderita tekanan darah tinggi. "Untuk pria
maupun wanita terjadi peningkatan jumlah penderita, dari 18 persen menjadi 31 persen dan
16 menjadi 29 persen, (WHO, 2013). Di Indonesia, angka penderita hipertensi mencapai
5,3%  pada tahun 2015 dan penyakit tersebut menduduki posisi ke-5 tingkat nansional
penyebab kematian pada provinsi sulawesi tenggara hipertensi menduduki posisi ke-2
penyakit penyebab kematian dengan jumlah kasus 19.743.

1.2    RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dari makalah ini adalah:

1. Apa definisi dari hipertensi?

2. Apa saja tanda dan gejala hipertensi?

3.  Apa saja klasifikasi dari hipertensi?

4. Bagaimana patofisiologi hipertensi?

5. Bagaimana masalah epidemiologi hipertensi?

6. Bagaimana diagnosis hipertensi?

7.   Apa saja komplikasi hipertensi?

8. Bagaimana cara pencegahan hipertensi?

9.    Bagaimana pengobatan hipertensi?
1.3 TUJUAN

Tujuan dari makalah ini adalah:

1.      Untuk mengetahui definisi dari hipertensi

2.      Untuk mengetahui tanda dan gejala hipertensi

3.      Untuk mengetahui klasifikasi hipertensi

4.      Untuk mengetahui patofisiologi hipertensi

5.      Untuk mengetahui masalah epidemiologi hipertensi

6.      Untuk mengetahui diagnosis hipertensi

7.      Untuk mengetahui komplikasi hipertensi

8.      Untuk mengetahui cara pencegahan hipertensi

9.      Untuk mengetahui pengobatan hipertensi


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI HIPERTENSI

Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah didalam
arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang
abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke,
aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.

Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama). Hipertensi merupakan
kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui
hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.

Penyakit darah tinggi atau Hipertensi (Hypertension) adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh
angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah
menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa
(sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan
tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai
sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat
diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.

2.2 TANDA DAN GEJALA HIPERTENSI

Secara umum, tekanan darah tinggi tidak terasa dan tidak mempunyai tanda-tanda. Boleh
jadi berlangsung selama beberapa tahun tanpa disadari oleh orang tersebut. Sering hal itu
ketahuan tiba-tiba, misalnya pada waktu mengadakan pemeriksaan kesehatan, atau pada saat
mengadakan pemeriksaan untuk asuransi jiwa. Kadang-kadang tanda-tanda tekanan darah
tinggi yang digambarkan itu adalah sakit kepala, pusing, gugup, dan palpitasi (Knight,
2006).

Pada sebagian orang, tanda pertama naiknya tekanan darahnya ialah apabila terjadi
komplikasi. Tanda yang umum ialah sesak nafas pada waktu kerja keras. Ini menunjukkan
bahwa otot jantung itu sudah turut terpengaruh sehingga tenaganya sudah berkurang yang
ditandai dengan sesak nafas. Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat,
edema pupil(edema pada diskus optikus) dan penglihatan kabur (Knight, 2006).

Hipertensi tidak memberikan tanda-tanda pada tingkat awal. Kebanyakan orang mengira
bahwa sakit kepala terutama pada pagi hari, pusing, berdebar-debar, dan berdengung
ditelinga merupakan tanda-tanda hipertensi. Tanda-tanda tersebut sesungguhnyadapat terjadi
pada tekanan darah normal, bahkan seringkali tekanan darah yang relatif tinggi tidak
memiliki tanda-tanda tersebut. Cara yang tepat untuk meyakinkan seseorang memiliki
tekanan darah tinggi adalah dengan mengukur tekanannya. Hipertensi sudah mencapai taraf
lanjut, yang berarti telah berlangsung beberapa tahun, akan menyebabkan sakit kepala,
pusing, napas pendek, pandangan mata kabur, dan mengganggu tidur (Soeharto, 2004).

2.3  KLASIFIKASI HIPERTENSI

Hipertensi dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu hipertensi sistolik, hipertensi
diastolik, dan hipertensi campuran. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension)
merupakan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik dan
umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan
pada arteri apabila jantung berkontraksi (denyut jantung). Tekanan sistolik merupakan
tekanan maksimum dalam arteri dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai
tekanan atas yang nilainya lebih besar.

Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan tekanan diastolik


tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa
muda. Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil menyempit secara tidak
normal, sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang melaluinya dan
meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri
bila jantung berada dalam keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Hipertensi campuran
merupakan peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik.

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

1). Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga
hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya
seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin,
defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor yang
meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.

2).  Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab


spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular
renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing, feokromositoma, koartasio aorta,
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain.

Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII), klasifikasi hipertensi pada
orang dewasa dapat dibagi menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat I dan
derajat II

Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII

Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah

Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal < 120 < 80

Prehipertensi 120 –139 80 –89

Hipertensi derajat I 140 –159 90–99

Hipertensi derajat II ≥ 160 ≥ 100


Tabel 2.Klasifikasi tekanan darah menurut WHO / ISH

Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah

Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Hipertensi berat ≥ 180 ≥ 110

Hipertensi sedang 160 –179 100 –109

Hipertensi ringan 140 –159 90 –99

Hipertensi perbatasan 120 –149 90 –94

Hipertensi sistolik perbatasan 120 –149 < 90

Hipertensi sistolik terisolasi > 140 < 90

Normotensi < 140 < 90

Optimal < 120 < 80

2.4 PATOFISIOLOGI HIPERTENSI

Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut
yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk mempertahankan kestabilan
tekanan darah dalam jangka panjang reflek kardiovaskular melalui sistem saraf termasuk
sistem kontrol yang bereaksi segera. Kestabilan tekanan darah jangka panjang dipertahankan
oleh sistem yang mengatur jumlah cairan tubuhyang melibatkan berbagai organ terutama
ginjal.

1)   Perubahan anatomi dan fisiologi pembuluh darah

Aterosklerosis adalah kelainan pada pembuluh darah yang ditandai dengan penebalan dan
hilangnya elastisitas arteri. Aterosklerosis merupakan proses multifaktorial. Terjadi
inflamasi pada dinding pembuluh darah dan terbentuk deposit substansi lemak, kolesterol,
produk sampah seluler, kalsium dan berbagai substansi lainnya dalam lapisan pembuluh
darah. Pertumbuhan ini disebut plak. Pertumbuhan plak di bawah lapisan tunika intima akan
memperkecil lumen pembuluh darah, obstruksi luminal, kelainan aliran darah, pengurangan
suplai oksigen pada organ atau bagian tubuh tertentu.

Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran penting dalam pengontrolan
pembuluh darah jantung dengan cara memproduksi sejumlah vasoaktif lokal yaitu molekul
oksida nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi endotelium banyak terjadi pada kasus
hipertensi primer

2)   Sistem renin-angiotensin

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari


angiotensin I oleh    angiotensin I-converting enzyme (ACE). Angiotensin II inilah yang
memiliki peranan kunci dalam         menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.

a.      Meningkatkan sekresi Anti-Diureti Hormon (ADH) dan rasa haus. Dengan


meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis),
sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan
ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler.
Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.

b.      Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Untuk mengatur volume cairan
ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali
dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.

3)      Sistem saraf simpatis

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah.
2.5  MASALAH EPIDEMIOLOGI HIPERTENSI
Masalah epidemiologi hipertensi antara lain:

1.      Orang

       Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada wanita.


Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Pada laki-laki meningkat
pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada wanita meningkat pada usia lebih dari 55
tahun. Orang yang memiliki gaya hidup tidak sehat yang dapat meningkatkan hipertensi,
antara lain minum minuman beralkohol, kurang berolahraga, dan merokok.

2.      Tempat

       Hipertensi bisa terjadi dimana saja. Bagaimanapun, biasa sering muncul pada etnik
Afrika Amerika dewasa daripada Kaukasia atau Amerika Hispanik.

3.      Waktu

       Penyakit hipertansi bisa terjadi setiap saat karena sifatnya yang tidak menular dan
penyakit ini tergolong penyakit yang terjadi akibat genetic, gaya hidup, lingkungan dan pola
makan.    

2.6 DIAGNOSIS HIPERTENSI

Diagnosis hipertensi dengan pemeriksaan fisik paling akurat Menggunakan


sphygmomanometer air raksa. Sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali pengukuran dalam
posisi duduk dengan siku lengan menekuk di atas meja dengan posisi telapak tangan
menghadap ke atas dan posisi lengan sebaiknya setinggi jantung. Pengukuran dilakukan
dalam keadaan tenang. Pasien diharapkan tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang
dapat mempengaruhi tekanan darah misalnya kopi, soda, makanan tinggi kolesterol, alkohol
dan sebagainya.

Pasien yang terdiagnosa hipertensi dapat dilakukan tindakan lebih lanjut yakni:
1.      Menentukan sejauh mana penyakit hipertansi yang diderita

Tujuan pertama program diagnosis adalah menentukan dengan tepat sejauh mana
penyakit ini telah berkembang, apakah hipertensinya ganas atau tidak, apakah arteri dan
organ-organ internal terpengaruh, dan lain-lain.

2.      Mengisolasi penyebabnya Tujuan kedua dari program diagnosis adalah mengisolasi


penyebab spesifiknya.

3.      Pencarian faktor risiko tambahan Aspek lain yang penting dalam pemeriksaan, yaitu
pencarian faktor-faktor risiko tambahan yang tidak boleh diabaikan.

4.      Pemeriksaan dasar Setelah terdiagnosis hipertensi maka akan dilakukan pemeriksaan


dasar, seperti kardiologis, radiologis, tes laboratorium, EKG (electrocardiography) dan
rontgen.

5.      Tes khusus

Tes yang dilakukan antara lain adalah :

a.      X-ray khusus (angiografi) yang mencakup penyuntikan suatu zat warna yang
digunakan untuk memvisualisasi jaringan arteri aorta, renal dan adrenal.

b.      Memeriksa saraf sensoris dan perifer dengan suatu alat electroencefalografi (EEG), alat
ini menyerupai electrocardiography (ECG atau EKG).

2.7 KOMPLIKASI HIPERTENSI

Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya sehingga
menimbulkan komplikasi. Komplikasi tersebut dapat menyerang berbagai target organ tubuh
yaitu otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri, serta ginjal. Sebagai dampak terjadinya
komplikasi hipertensi, kualitas hidup penderita menjadi rendah dan kemungkinan
terburuknya adalah terjadinya kematian pada penderita akibat komplikasi hipertensi yang
dimilikinya.

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ
tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena
efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II, stress
oksidatif, down regulation, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi
garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ
target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming
growth factor-β (TGF-β).

Umumnya, hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ yang umum ditemui pada pasien hipertensi
adalah:

1.      Jantung

a.      Hipertrofi ventrikel kiri

b.      Angina atau infark miokardium

c.       Gagal jantung

2.      Otak

a.      Stroke atau transient ischemic attack

3.      Penyakit ginjal kronis

4.      Penyakit arteri perifer

5.      Retinopati

2.8 PENCEGAHAN HIPERTENSI

Pencegahan lebih baik daripada pengobatan, demikian juga terhadap hipertensi. Pada
umumnya, orang berusaha mengenali hipertensi jika dirinya atau keluarganya sakit keras
atau meninggal dunia akibat hipertensi. Tidak semua penderita hipertensi memerlukan obat.
Apabila hipertensinya tergolong ringan maka masih dapat dikontrol melalui sikap hidup
sehari-hari.
Pengontrolan sikap hidup ini merupakan langkah pencegahan amat baik agar
penderita hipertensi tidak kambuh gejala penyakitnya. Usaha pencegahan juga bermanfaat
bagi penderita hipertensi agar penyakitnya tidak menjadi parah, tentunya harus disertai
pemakaian obat-obatan yang ditentukan oleh dokter.Agar terhindar dari komplikasi fatal
hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan yang baik (Stop High Blood Pressure), antara
lain dengan cara menghindari faktor risiko hipertensi.

1.      Pola makan

Makanan merupakan faktor penting yang menentukan tekanan darah. Mengkonsumsi


buah dan sayuran segar dan menerapkan pola makan yang rendah lemak jenuh, kolesterol,
lemak total, serta kaya akan buah, sayur, serta produk susu rendah lemak telah terbukti
secara klinis dapat menurunkan tekanan darah. Untuk menanggulangi keadaan tekanan darah
yang tinggi, secara garis besar ada empat macam diet, yaitu :

a.      Diet rendah garam

Ada tiga macam diet rendah garam (sodium) yaitu :

1)      Diet ringan, boleh mengkonsumsi 1,5-3 gram sodium perhari, senilai dengan 3,75-7,5
gram garam dapur.

2)      Diet menengah, boleh mengkonsumsi 0,5-1,5 gram sodium perhari, seniali 1,25-3,75
gram garam dapur.

3)      Diet berat, hanya boleh mengkonsumsi dari 0,5 gram sodium atau kurang dari 1,25
gram garam dapur perhari.

Tujuan diet rendah garam untuk membantu menghilangkan retensi  (penahan) air dalam
jaringan tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Walaupun rendah garam, yang
penting diperhatikan dalam melakukan diet ini adalah komposisi makanan harus tetap
mengandung cukup zat-zat gizi, baik kalori, protein, mineral maupun vitamin yang
seimbang.

2.      Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas


Diet ini bertujuan untuk menurunkan kadar kolesterol darah dan menurunkan berat badan
bagi penderita yang kegemukan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengatur diet
ini antara lain sebagai berikut :

1)   Hindari penggunaan lemak hewan, margarin dan mentega terutama goreng-gorengan


atau makanan yang digoreng dengan minyak.

2)   Batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis lainnya serta sea food (udang, kepiting),
minyak kelapa dan kelapa (santan).

3)   Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir dalam seminggu.

4)   Lebih sering mengkonsumsi tempe, tahu, dan jenis kacang.

5)   Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis manis, seperti sirup, dodol, kue, dan
lain-lain.

6)   Lebih banyak mengkonsumsi sayuran dan buah, kecuali durian dan nangka. Selain itu,
juga harus memperhatikan gabungan makanan yang dikonsumsi karena perlu disesuaikan
dengan kadar kolesterol darah.

c.       Diet tinggi serat

Diet tekanan darah tinggi dianjurkan setiap hari mengkonsumsi makanan berserat tinggi.
Beberapa contoh jenis bahan makanan yang mengandung serat tinggi yaitu :

1)   Golongan buah-buahan, seperti jambu biji, belimbing,papaya, mangga, apel, semangka


dan pisang.

2)   Golongan sayuran, seperti bawang putih, daun kacang panjang, kacang panjang, daun
singkong, tomat, wortel, touge.

3)   Golongan protein nabati seperti kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, kacang
merah, dan biji-bijian.

4)   Makanan lainnya seperti agar-agar dan rumput laut.

d.      Diet rendah kalori bagi yang kegemukan


Orang yang berat badannya lebih (kegemukan) akan beresiko tinggi terkena hipertensi.
Demikian juga orang yang berusia diatas usia 40 tahun. Penanggulangan hipertensi dapat
dilakukan dengan pembatasan asupan kalori, hal yang harus diperhatikan yaitu : 

1)         Asupan kalori dikurangi sekitar 25

2)         Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi

3)         Aktivitas olahraga dipilih yang ringan-sedang

2.      Pola istirahat

Pemulihan anggota tubuh yang lelah beraktifitas sehari penuh untuk menetralisir
tekanan darah.

3.      Pola aktivitas

Tekanan darah. Jenis latihan yang dapat mengontrol tekanan darah yaitu : bejalan
kaki, bersepeda, berenang, aerobik. Kegiatan atau pekerjaan sehari-hari yang lebih aktif baik
fisik maupun mental memerlukan energi / kalori yang lebih banyak. Orang dengan gaya
hidup yang tidak aktif akan rentan terhadap tekanan darah tinggi. Melakukan olahraga secara
teratur tidak hanya menjaga bentuk dan berat badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan
darah.

2.9 PENGOBATAN HIPERTENSI

1.Umum

Setelah diagnose hipertensi ditegakkan dan diklasifikasikan menurut golongan atau


derajatnya, maka dapat dilakukan dua strategi penatalaknaan dasar yaitu :

a.  Non farmakologik, yaitu tindakan untuk mengurangi faktor risiko yang telah diketahui
akan menyebabkan atau menimbulkan komplikasi, misalnya menghilangkan obesitas,
menghentikan kebiasaan merokok, alkohol, dan mengurangi asupan garam serta rileks.

b.   Farmakologik, yaitu memberikan obat anti hipertensi yang telah terbukti kegunaannya
dan keamanannya bagi penderita. Obat-obatan yang digunakan pada hipertensi adalah :
1)   Diuretik, contohnya furosemide, triamferena, spironolactone

2)   Beta blockers, contohnya metaprolol, atenolol, timolol

3)   ACE-inhibitor, contohnya lisinopril, captopril, quinapril

4)   Alpha-blockers, contohnya prazosin, terazosin

5)   Antagonis kalsium, contohnya diltiazem, amlodipine, nifedipine

6)   Vasodilator-direct, contohnya minixidil, mitralazine

7)   Angiotensin reseptor antagonis, contohnya losartan.

8)   False-neurotransmiter, contohnya clodine, metildopa, guanabens   Khusus

Upaya terapi khusus ditujukan untuk penderita hipertensi sekunder yang jumlahnya
kurang lebih 10 % dari total penderita hipertensi. Tanda-tanda dan penyebab hipertensi perlu
dikenali sehingga penderita dapat di rujuk lebih dini dan terapi yang tepat dapat dilakukan
dengan cepat. Perlu pemerikasaan dengan sarana yang canggih.
    KESIMPULAN

Penyakit tidak menular menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia yang


menimbulkan kesakitan, kecacatan, dan kematian yang tinggi, serta menimbulkan beban
pembiayaan kesehatan sehingga perlu dilakukan penyelenggaraan penanggulangan, Pada
tingkat global, 63% penyebab kematian di dunia adalah penyakit tidak menular yang
membunuh 36 juta jiwa per tahun, 80% kematian ini terjadi di negara berpenghasilan
menengah dan rendah.

Hipertensi merupakan salah satu penyakit penyebab kematian terbesar di dunia dan
menurut data yang di keluarkan oleh Litbang tahun 2015 pada tingkat nasional penyakit
hipertensi menduduki peringkat ke-5 penyakit penyebab kematian terbesar di indonesia
dengan persentase 5,3% dan pada provinsi sulawesi tenggara penyakit hipertensi menurut
data yang di keluarkan oleh dinas kesehatan prov. Sulawesi tenggara 2015 menduduki
peringkat-2 dengan jumlah kasus 19.743.

Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami


peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama). Hipertensi
merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk
mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.

     
SARAN

Agar terhindar dari penyakit hipertensi yang mematikan ini sebaiknya kita menerapkan
pola hidup sehat seperti mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi, mengatur pola
makan, mengatur pola aktivitas dan mengatur pola istrahat. Jika sudah terkena penyakit
hipertensi sebaiknya kita menghindari berbagai macam makanan dan minuman
seperti Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak
kelapa,gajih), Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit,
crackers, keripikdan makanan keringyangasin), Makanan dan minuman dalam kaleng
(sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink), Makanan yang
diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin,
selai kacang), Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber
protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur,
kulit ayam), Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta
bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandunggaram natrium dan Alkohol serta
makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta : Diva Press.

Dinkes Sulawesi Tenggara. 2015. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara. Dinkes Sulawesi Tenggara.
Kendari.

Http://Gustiaanggriana909.Blogspot.Co.Id/2015/12/Makalah-Hipertensi.Html Diakses Pada
Tanggal 4 April 2017

Http://Rositaerni.Blogspot.Co.Id/2015/10/Makalah-Hipertensi.Html Diakses Pada Tanggal 4 April


2017

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Penyakit


Tidak Menular Tahun 2015-2019. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Nurarif, Amin Huda Dankusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Dan Nanda Jilid 1. Jakarta : Mediaction

Riyadi, Sujono. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai