DISUSUN OLEH :
Puji Dan Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Atas Berkat Dan Rahmatnya, Kami Dapat
Menyelesaikan Makalah Ini Dengan Baik.
Makalah Ini Membahas Tentang Apa Itu Hipertensi, Penyebab Terjadinya Hipertensi Dan
Faktor-Faktor Resiko Serta Pengobatannya.
Besar Harapan Kami Makalah Ini Dapat Berguna Bagi Pembaca. Namun Kami Menyadari
Bahwa Masih Terdapat Banyak Kekurangan, Oleh Karena Itu Kritik Dan Saran Yang Bersifat
Membangun Dari Semua Pihak Sangat Diharapkan Demi Kesempurnaan Makalah Ini.
Akhirnya Penulis Megucapkan Terima Kasih Kepada Semua Pihak Yang Telah Membantu
Dalam Menyelesaikan Makalah Ini.
Lawang 05,10,2020
Kata Pengantar……………………………………………………..
Daftar Isi…………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….....1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………...1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………..2
1.3 Tujuan……………………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………....3
2.1 Definisi Hipertensi……………………………………………….…..3
2.2 Tanda Dan Gejala Hipertensi……………………………………….4
2.3 Klafikasi Hipertensi………………………………………………….4
2.4 Patofisiologi Hipertensi……………………………………………...5
2.5 Masalah Epidemiologi Hipertensi……………………………..........5
2.6 Diagnosis Hipertensi…………………………………………….......6
2.7 Komplikasi Hipertensi……………………………………………...6
2.8 Pencegahan Hipertensi……………………………………………...7
2.9 Pengobatan Hipertensi………………………………………………7
penyakit tidak menular menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia yang menimbulkan
kesakitan, kecacatan, dan kematian yang tinggi, serta menimbulkan beban pembiayaan
kesehatan sehingga perlu dilakukan penyelenggaraan penanggulangan, Pada tingkat global,
63% penyebab kematian di dunia adalah penyakit tidak menular yang membunuh 36 juta
jiwa per tahun, 80% kematian ini terjadi di negara berpenghasilan menengah dan rendah.
Penyakit tidak menular adalah penyakit kronis dengan durasi yang panjang dengan proses
penyembuhan atau pengendalian kondisi klinisnya yang umumnya lambat. Berikut 10 besar
penyakit penyebab kematian di dunia menurut . Menurut World Health Organization
(WHO) 2011 :
2. Stroke
5. Diare
6. HIV/AIDS
7. Kanker paru
8. Diabetes melitus
10. Prematuritas
Indonesia juga mengalami eskalasi penyakit tidak menular yang dramatis. Hasil Riset
Kesehatan Dasar tahun 2007 dan 2013 menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan secara
bermakna, diantaranya prevalensi penyakit stroke meningkat dari 8,3 per mil pada 2007
menjadi 12,1 per mil pada 2013. Lebih lanjut diketahui bahwa 61 persen dari total kematian
disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, kanker, diabetes dan PPOK. Tingginya prevalensi
bayi dengan BBLR (10%, tahun 2013) dan lahir pendek (20%, tahun 2013), serta tingginya
stunting pada anak balita di Indonesia (37,2%, 2013) perlu menjadi perhatian oleh karena
berpotensi pada meningkatnya prevalensi obese yang erat kaitannya dengan peningkatan
kejadian penyakit tidak menular. Dengan demikian, penanggulangan penyakit tidak menular
juga perlu mengintegrasikan dengan upaya-upaya yang mendukung 1000 hari pertama
kehidupan (1000 HPK). Berikut 10 besar penyakit tidak menular di indonesia menurut
litbangkes 2015 :
3. diabetes mellitus(6.7%)
4. TBC (5.7%)
8. kecelakaantransportasi (2.6%)
9. pneumonia (2.1%)
10. diare (1.9%)
hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga dunia setiap tahunnya. Badan Kesehatan Dunia
(WHO) Angka memperkirakan, jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring
dengan jumlah penduduk yang membesar. Pada 2025 mendatang, diproyeksikan sekitar 29
persen warga dunia terkena hipertensi. Prosentase penderita hipertensi saat ini paling banyak
terdapat di negara berkembang. Data Global Status Report on Noncommunicable Disesases
2010 dari WHO menyebutkan, 40 persen negara ekonomi berkembang memiliki
penderita hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35 persen. Kawasan Afrika memegang
posisi puncak penderita hipertensi sebanyak 46 persen. Sementara kawasan Amerika
menempati posisi buncit dengan 35 persen. Di kawasan Asia Tenggara, 36 persen orang
dewasa menderita hipertensi.
Untuk kawasan Asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya.
Hal ini menandakan satu dari tiga orang menderita tekanan darah tinggi. "Untuk pria
maupun wanita terjadi peningkatan jumlah penderita, dari 18 persen menjadi 31 persen dan
16 menjadi 29 persen, (WHO, 2013). Di Indonesia, angka penderita hipertensi mencapai
5,3% pada tahun 2015 dan penyakit tersebut menduduki posisi ke-5 tingkat nansional
penyebab kematian pada provinsi sulawesi tenggara hipertensi menduduki posisi ke-2
penyakit penyebab kematian dengan jumlah kasus 19.743.
1.2 RUMUSAN MASALAH
4. Bagaimana patofisiologi hipertensi?
9. Bagaimana pengobatan hipertensi?
1.3 TUJUAN
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI HIPERTENSI
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah didalam
arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang
abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke,
aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama). Hipertensi merupakan
kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui
hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.
Penyakit darah tinggi atau Hipertensi (Hypertension) adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh
angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah
menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa
(sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan
tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai
sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat
diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.
Secara umum, tekanan darah tinggi tidak terasa dan tidak mempunyai tanda-tanda. Boleh
jadi berlangsung selama beberapa tahun tanpa disadari oleh orang tersebut. Sering hal itu
ketahuan tiba-tiba, misalnya pada waktu mengadakan pemeriksaan kesehatan, atau pada saat
mengadakan pemeriksaan untuk asuransi jiwa. Kadang-kadang tanda-tanda tekanan darah
tinggi yang digambarkan itu adalah sakit kepala, pusing, gugup, dan palpitasi (Knight,
2006).
Pada sebagian orang, tanda pertama naiknya tekanan darahnya ialah apabila terjadi
komplikasi. Tanda yang umum ialah sesak nafas pada waktu kerja keras. Ini menunjukkan
bahwa otot jantung itu sudah turut terpengaruh sehingga tenaganya sudah berkurang yang
ditandai dengan sesak nafas. Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat,
edema pupil(edema pada diskus optikus) dan penglihatan kabur (Knight, 2006).
Hipertensi tidak memberikan tanda-tanda pada tingkat awal. Kebanyakan orang mengira
bahwa sakit kepala terutama pada pagi hari, pusing, berdebar-debar, dan berdengung
ditelinga merupakan tanda-tanda hipertensi. Tanda-tanda tersebut sesungguhnyadapat terjadi
pada tekanan darah normal, bahkan seringkali tekanan darah yang relatif tinggi tidak
memiliki tanda-tanda tersebut. Cara yang tepat untuk meyakinkan seseorang memiliki
tekanan darah tinggi adalah dengan mengukur tekanannya. Hipertensi sudah mencapai taraf
lanjut, yang berarti telah berlangsung beberapa tahun, akan menyebabkan sakit kepala,
pusing, napas pendek, pandangan mata kabur, dan mengganggu tidur (Soeharto, 2004).
Hipertensi dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu hipertensi sistolik, hipertensi
diastolik, dan hipertensi campuran. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension)
merupakan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik dan
umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan
pada arteri apabila jantung berkontraksi (denyut jantung). Tekanan sistolik merupakan
tekanan maksimum dalam arteri dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai
tekanan atas yang nilainya lebih besar.
1). Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga
hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya
seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin,
defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor yang
meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII), klasifikasi hipertensi pada
orang dewasa dapat dibagi menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat I dan
derajat II
Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut
yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk mempertahankan kestabilan
tekanan darah dalam jangka panjang reflek kardiovaskular melalui sistem saraf termasuk
sistem kontrol yang bereaksi segera. Kestabilan tekanan darah jangka panjang dipertahankan
oleh sistem yang mengatur jumlah cairan tubuhyang melibatkan berbagai organ terutama
ginjal.
Aterosklerosis adalah kelainan pada pembuluh darah yang ditandai dengan penebalan dan
hilangnya elastisitas arteri. Aterosklerosis merupakan proses multifaktorial. Terjadi
inflamasi pada dinding pembuluh darah dan terbentuk deposit substansi lemak, kolesterol,
produk sampah seluler, kalsium dan berbagai substansi lainnya dalam lapisan pembuluh
darah. Pertumbuhan ini disebut plak. Pertumbuhan plak di bawah lapisan tunika intima akan
memperkecil lumen pembuluh darah, obstruksi luminal, kelainan aliran darah, pengurangan
suplai oksigen pada organ atau bagian tubuh tertentu.
Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran penting dalam pengontrolan
pembuluh darah jantung dengan cara memproduksi sejumlah vasoaktif lokal yaitu molekul
oksida nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi endotelium banyak terjadi pada kasus
hipertensi primer
2) Sistem renin-angiotensin
b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Untuk mengatur volume cairan
ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali
dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah.
2.5 MASALAH EPIDEMIOLOGI HIPERTENSI
Masalah epidemiologi hipertensi antara lain:
1. Orang
2. Tempat
Hipertensi bisa terjadi dimana saja. Bagaimanapun, biasa sering muncul pada etnik
Afrika Amerika dewasa daripada Kaukasia atau Amerika Hispanik.
3. Waktu
Penyakit hipertansi bisa terjadi setiap saat karena sifatnya yang tidak menular dan
penyakit ini tergolong penyakit yang terjadi akibat genetic, gaya hidup, lingkungan dan pola
makan.
Pasien yang terdiagnosa hipertensi dapat dilakukan tindakan lebih lanjut yakni:
1. Menentukan sejauh mana penyakit hipertansi yang diderita
Tujuan pertama program diagnosis adalah menentukan dengan tepat sejauh mana
penyakit ini telah berkembang, apakah hipertensinya ganas atau tidak, apakah arteri dan
organ-organ internal terpengaruh, dan lain-lain.
3. Pencarian faktor risiko tambahan Aspek lain yang penting dalam pemeriksaan, yaitu
pencarian faktor-faktor risiko tambahan yang tidak boleh diabaikan.
5. Tes khusus
a. X-ray khusus (angiografi) yang mencakup penyuntikan suatu zat warna yang
digunakan untuk memvisualisasi jaringan arteri aorta, renal dan adrenal.
b. Memeriksa saraf sensoris dan perifer dengan suatu alat electroencefalografi (EEG), alat
ini menyerupai electrocardiography (ECG atau EKG).
Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya sehingga
menimbulkan komplikasi. Komplikasi tersebut dapat menyerang berbagai target organ tubuh
yaitu otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri, serta ginjal. Sebagai dampak terjadinya
komplikasi hipertensi, kualitas hidup penderita menjadi rendah dan kemungkinan
terburuknya adalah terjadinya kematian pada penderita akibat komplikasi hipertensi yang
dimilikinya.
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ
tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena
efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II, stress
oksidatif, down regulation, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi
garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ
target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming
growth factor-β (TGF-β).
Umumnya, hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ yang umum ditemui pada pasien hipertensi
adalah:
1. Jantung
c. Gagal jantung
2. Otak
5. Retinopati
Pencegahan lebih baik daripada pengobatan, demikian juga terhadap hipertensi. Pada
umumnya, orang berusaha mengenali hipertensi jika dirinya atau keluarganya sakit keras
atau meninggal dunia akibat hipertensi. Tidak semua penderita hipertensi memerlukan obat.
Apabila hipertensinya tergolong ringan maka masih dapat dikontrol melalui sikap hidup
sehari-hari.
Pengontrolan sikap hidup ini merupakan langkah pencegahan amat baik agar
penderita hipertensi tidak kambuh gejala penyakitnya. Usaha pencegahan juga bermanfaat
bagi penderita hipertensi agar penyakitnya tidak menjadi parah, tentunya harus disertai
pemakaian obat-obatan yang ditentukan oleh dokter.Agar terhindar dari komplikasi fatal
hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan yang baik (Stop High Blood Pressure), antara
lain dengan cara menghindari faktor risiko hipertensi.
1. Pola makan
1) Diet ringan, boleh mengkonsumsi 1,5-3 gram sodium perhari, senilai dengan 3,75-7,5
gram garam dapur.
2) Diet menengah, boleh mengkonsumsi 0,5-1,5 gram sodium perhari, seniali 1,25-3,75
gram garam dapur.
3) Diet berat, hanya boleh mengkonsumsi dari 0,5 gram sodium atau kurang dari 1,25
gram garam dapur perhari.
Tujuan diet rendah garam untuk membantu menghilangkan retensi (penahan) air dalam
jaringan tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Walaupun rendah garam, yang
penting diperhatikan dalam melakukan diet ini adalah komposisi makanan harus tetap
mengandung cukup zat-zat gizi, baik kalori, protein, mineral maupun vitamin yang
seimbang.
2) Batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis lainnya serta sea food (udang, kepiting),
minyak kelapa dan kelapa (santan).
3) Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir dalam seminggu.
5) Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis manis, seperti sirup, dodol, kue, dan
lain-lain.
6) Lebih banyak mengkonsumsi sayuran dan buah, kecuali durian dan nangka. Selain itu,
juga harus memperhatikan gabungan makanan yang dikonsumsi karena perlu disesuaikan
dengan kadar kolesterol darah.
Diet tekanan darah tinggi dianjurkan setiap hari mengkonsumsi makanan berserat tinggi.
Beberapa contoh jenis bahan makanan yang mengandung serat tinggi yaitu :
2) Golongan sayuran, seperti bawang putih, daun kacang panjang, kacang panjang, daun
singkong, tomat, wortel, touge.
3) Golongan protein nabati seperti kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, kacang
merah, dan biji-bijian.
2. Pola istirahat
Pemulihan anggota tubuh yang lelah beraktifitas sehari penuh untuk menetralisir
tekanan darah.
3. Pola aktivitas
Tekanan darah. Jenis latihan yang dapat mengontrol tekanan darah yaitu : bejalan
kaki, bersepeda, berenang, aerobik. Kegiatan atau pekerjaan sehari-hari yang lebih aktif baik
fisik maupun mental memerlukan energi / kalori yang lebih banyak. Orang dengan gaya
hidup yang tidak aktif akan rentan terhadap tekanan darah tinggi. Melakukan olahraga secara
teratur tidak hanya menjaga bentuk dan berat badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan
darah.
1.Umum
a. Non farmakologik, yaitu tindakan untuk mengurangi faktor risiko yang telah diketahui
akan menyebabkan atau menimbulkan komplikasi, misalnya menghilangkan obesitas,
menghentikan kebiasaan merokok, alkohol, dan mengurangi asupan garam serta rileks.
b. Farmakologik, yaitu memberikan obat anti hipertensi yang telah terbukti kegunaannya
dan keamanannya bagi penderita. Obat-obatan yang digunakan pada hipertensi adalah :
1) Diuretik, contohnya furosemide, triamferena, spironolactone
Upaya terapi khusus ditujukan untuk penderita hipertensi sekunder yang jumlahnya
kurang lebih 10 % dari total penderita hipertensi. Tanda-tanda dan penyebab hipertensi perlu
dikenali sehingga penderita dapat di rujuk lebih dini dan terapi yang tepat dapat dilakukan
dengan cepat. Perlu pemerikasaan dengan sarana yang canggih.
KESIMPULAN
Hipertensi merupakan salah satu penyakit penyebab kematian terbesar di dunia dan
menurut data yang di keluarkan oleh Litbang tahun 2015 pada tingkat nasional penyakit
hipertensi menduduki peringkat ke-5 penyakit penyebab kematian terbesar di indonesia
dengan persentase 5,3% dan pada provinsi sulawesi tenggara penyakit hipertensi menurut
data yang di keluarkan oleh dinas kesehatan prov. Sulawesi tenggara 2015 menduduki
peringkat-2 dengan jumlah kasus 19.743.
SARAN
Agar terhindar dari penyakit hipertensi yang mematikan ini sebaiknya kita menerapkan
pola hidup sehat seperti mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi, mengatur pola
makan, mengatur pola aktivitas dan mengatur pola istrahat. Jika sudah terkena penyakit
hipertensi sebaiknya kita menghindari berbagai macam makanan dan minuman
seperti Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak
kelapa,gajih), Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit,
crackers, keripikdan makanan keringyangasin), Makanan dan minuman dalam kaleng
(sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink), Makanan yang
diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin,
selai kacang), Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber
protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur,
kulit ayam), Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta
bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandunggaram natrium dan Alkohol serta
makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta : Diva Press.
Dinkes Sulawesi Tenggara. 2015. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara. Dinkes Sulawesi Tenggara.
Kendari.
Http://Gustiaanggriana909.Blogspot.Co.Id/2015/12/Makalah-Hipertensi.Html Diakses Pada
Tanggal 4 April 2017
Nurarif, Amin Huda Dankusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Dan Nanda Jilid 1. Jakarta : Mediaction