Anda di halaman 1dari 43

A.

PENDAHULUAN
Proses islamisasi di Indonesia merupakan salah satu faktor yang
melatar belakangi berdirinya pesantren. Pesantren telah mampu
memberikan andil besar dalam pembentukan budaya bangsa, utamanya
nilai moral yang menjadi spirit dalam pengembangan prata kehidupan
social. Hal tersebut terbukti pada masa pra belanda, pesantren telah
mampu mengambil peran sebagai pusat perubahan masyarakat
disekelilingnya. Pesantren menjadi roda pembawa misi nilai dan budaya
kedepan bagi masyarakat1. Para ulama’ yang menyebarkan agama islam
biasanya memiliki Lembaga Pendidikan yang disebut oleh masyarakat
jawa dengan istilah pesantren, sedangkan di daerah lainnya seperti di
Sumatera Barat disebut surau, di Aceh disebut menasah, rangkang, dan
dayah. Walaupun memiliki nama yang berbeda-beda, namun hakikatnya
tetap sama, yakni sebagai tempat mengkaji dan mendalami ajaran-ajaran
keislaman2.
Pondok Pesantren adalah sebuah sekolah Islam tradisional yang
berkembang di Indonesia. Berdiri sejak abad ke-15, Pondok Pesantren
telah memberikan sumbangan besar terhadap perkembangan dan
pemahaman Islam di Indonesia.
Pondok pesantren memiliki filosofi pembelajaran yang
menekankan pada ajaran-ajaran Islam dan memperkenalkan santri pada
budaya dan tradisi lokal. Ini membantu santri untuk memahami bagaimana
ajaran Islam diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana
mereka dapat mengaplikasikan hal tersebut dalam lingkungan mereka.
Pondok Pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan islam
tradisional yang berkembang di Indonesia. Pondok Pesantren memiliki
sejarah yang panjang dan memainkan peran penting dalam pembentukan
budaya dan pengembangan pendidikan Islam di Indonesia. Banyak tokoh-
1
Dr. H. Ridwan, M. (2019). Dinamika Kelembagaan Pondok Pesantren. Yogyakarta: Pustaka
Ilmu. Hal. 1
2
Haidar Putra Daulay, M. (2019). Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana. Hal.70

46
47

tokoh penting dalam sejarah Indonesia yang berasal dari Pondok


Pesantren. Meskipun begitu, pemahaman tentang Pondok Pesantren masih
terbatas dan banyak aspek yang belum diketahui. Oleh karena itu, penting
untuk melakukan penelitian dan mengkaji tentang Pondok Pesantren untuk
memahami perannya dalam pembentukan budaya dan sejarah Indonesia.
B. Pengertian Pondok Pesantren
Pesantren di Indonesia lebih popular dengan sebutan Pondok
Pesantren. lain halnya dengan pesantren yang dikemukakan oleh Menurut
Hasbullah 1996.3 bahwa pondok berasal dari kata Bahasa Arab yang
artinya Hotel, asrama, rumah, dan tempat tinggal sederhana.
Arti pondok menurut pendapat Sugarda poerbawakatja dalam
bukunya yang berjudul “Ensiklopedia Pendidikan”, adalah suatu tempat
pemondokan bagi pemuda pemudi yang mengikuti pelajaran agama islam.
inti dan realitas pondok tersebut adalah kesederhanaan dan tempat tinggal
sementara bagi para penuntut ilmu4.
Sedangkan istilah pesantren, berasal dari kata santri. Ada yang
mengatakan bahwa sumber kata santri tersebut berasalh dari Bahasa Tamil
atau india yaitu shastri, yang berarti guru mengaji atau orang yang
memahami (sarjana) buku-buku dalam agama hindu 5. Adapula yang
mengatakan bahwa pesantren itu berasal dari turunan kata shastra yang
berarti buku-buku suci, buku-buku agama, atau buku-buku tentang ilmu
pengetahuan6.

3
Kompri, M. (2018). Manajemen Dan Kepemimpinan Pondok Pesantren. Jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP. Hal.1
4
Dr. Kholis Tohir, M. (2020). Model Pendidikan Pesantren Salafi. Surabaya: SCOPINDO
MEDIA PUSTAKA. Hal. 16
5
Kholis Tohir, M. (2020). Model Pendidikan Pesantren Salafi----------, Hal. 17
6
Dhofier, Z. (1995). Tradisi Pesantren. Jakarta: LP3S. Hal.18
48

1. Profil Pondok Pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad

a. Identitas Pondok Pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad

Nama Madrasah : Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad

Alamat : Jl. Trans Kalimantan Gg. Parit Masegi

No.Telepon : 081346285337

Kecamatan : Sungai Ambawang

Kota : Pontianak

Status : Terakreditasi

Tahun Berdiri : 1999

Akta Pendiri : 150/LBG/2013/PN.MPW

Jarak dari kota : 45 Km

Akreditasi :C

b. Visi dan Misi

Adapun visi pondok pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al

Haddad adalah sebagai berikut:

1) Menjadi lembaga pendidikan Islam/pondok pesantren sebagai

pusat pemantapan akidah, pengembangan ilmu, amal dan akhlaq

yang mulia dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat.


49

2) Menjadi lembaga pendidikan Islam/pondok pesantren yang

dibangun atas dasar komitmen yang kokoh dalam upaya

mengembangkan kehidupan yang disinari oleh ajaran Islam dengan

faham Ahlussunnah Waljamaah.

3) Menjadi lembaga pendidikan Islam/pondok pesantren alternatif

dalam pembinaan generasi muda dan ummat Islam dengan system

pendidikan terpadu.

Sedangkan misi pondok pesantren Al Habib Sholeh Bin

Alwi Al Haddad adalah sebagai berikut:

1) Membina dan mengantarkan generasi muda Islam (santri) memiliki

keimanan yang kuat/tangguh, berilmu tingggi (faqih fiddin) serta

berkepribadian yang baik dan mulia (berakhlaqul karimah)

2) Memberikan keteladanan dalam kehidupan atas dasar nilai Islam

dan budaya luhur bangsa Indonesia.

3) Membekali santri dengan berbagai disiplin ilmu

pengetahuan/teknologi, dan keterampilan sehingga mampu

menghadapi/mengatasi perkembangan global.

4) Mengantarkan santri/generasi muda Islam menjadi kader-kader

da’wah yang mampu menyelesaikan problematika ummat dan

dapat membawa masyarakat sekitarnya ke arah yang lebih baik

dan maju.
50

5) Mempersiapkan generasi muda Islam (santri) menjadi generasi

penerus estafet kepemimpinan ummat dan bangsa yang

berwawasan luas, kritis dan menjadi SDM yang berkualitas

c. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al Habib Sholeh Bin

Alwi Al Haddad

Struktur organisasi atau struktur kepengurusan dipondok

pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad adalah sebagai

berikut:

Tujuan Berdirinya Pondok Pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al

Haddad

a) ”Terbinanya umat Islam yang beriman, bertaqwa, berilmu dan

beramal shalih dalam rangka mengabdi kepada Allah Swt untuk

mencapai keridhaan-Nya”.

b) Membangun sebuah cikal bakal sarana pendidikan pondok pesantren

yang dilengkapi berbagai sarana pendidikan umum, agama dan

pelatihan keterampilan yang memadai serta didukung sarana ibadah,

asrama dan pusat kegiaa tan usaha.

c) Untuk syi’ar dan menegakkan “Li I’ laa-I kalimatillah”.

Mewujudkan dan menstimulus lahirnya kader-kader Islam dari kalangan


51

masyarakat yang berwawasan kedepan.

Hal ini sebagaimana didapatkan dari hasil wawancara dengan salah

satu keluarga dari pengasuh sekaligus pengurus ponpes Al Habib Sholeh

Bin Alwi Al Haddad adalah sebagai berikut:

Tidak lain tidak bukan untuk menyebar luaskan ilmu dan


mencerdaskan genarasi muda sebagai penerus bangsa dan Negara
(Wawancara, Syarif abdul mutholib 27 Mei 2021)

2. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al Habib Sholeh bin Alwi

Al Haddad

a. Latar Belakang Pondok Pesantren Al Habib Sholehj Bin Alwi

Al Haddad

Adapun hasil wawancara dengan salah satu pengurus pondok

pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Ahddad adalah

sebagai berikut:

Pondok Pesantren Al Habib Sholeh bin Alwi Al Haddad didirikan


pada tahun 1999 oleh Al Habib Musthofa bin Sholeh Al Haddad.
Pondok Pesantren Al Habib Sholeh bin Alwi Al Haddad ini
bertempat di Parit Masegi Jln. Trans Kalimantan Desa Kuala
Ambawang Kecamatan sungai Ambawang (wawancara, ustadz
Yusuf 29 Mei 2021).
52

Tetapi pada tahun 1999 belum didaftarkan ke pemerintah,

barulah pada tahun 2010 diajukan ke KEMENAG (kementrian agama)

kota Pontianak untuk mendapatkan izin operasional pondok, maka

KEMENAG mengeluarkan Piagam izin operasional Pondok Pesantren

nomor:Kd.13.25/6/PP.00.7/13/SK/2010 tanggal 1 November 2010

tentang izin operasional Pondok Pesantren Al Habib Sholeh bin Alwi

Al Haddad.

Tidak begitu sulit untuk menuju Desa Kuala Ambawang, hal

tersebut dikarenakan jarak akses antara jalan raya ke Desa Kuala

Ambawang bahanya kurang lebih seratus meter, untuk sampai ke

wilayah ini dapat dijangkau menggunakan sarana transportasi roda

empat atau roda dua.Adanya kemudahan akses transportasi ke Desa

Kuala Ambawang itu secara tidak langsung berpengaruh/berdampak


53

besar terhadap kedatangan parapelajar (santri/murid), baik dari dalam

maupun dari luar daerah untuk melakukan proses belajar mengajar di

Pondok Pesantren Al Habib Sholeh bin Alwi Al Haddad.

Sangat banyak pengorbanan dan perjuangan untuk terlaksana

berdirinya pondok pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad,

dengan faktor keadaan salahsatunya akses jalan yang kurang

memungkinkan. Sosok tokoh Al Habib Musthofa Bin Alwi Al Haddad

berupaya semaksimal mungkin untuk meneruskan niat baiknya dengan

membangun pondok pesantren tersebut, dengan kesabaran beliau Allah

beri jalan kemudahan sehingga berdirilah suatu yayasan pendidikan

islam yang berlokasi di Parit Masegi Desa Kuala Ambawang

Kec.Ambawang Kab. Kubu Raya.

Awalnya hanya sedikit masyarakat yang merasa tergerak

hatinya untuk mengaji di rumah Habib Musthofa bin Sholeh Al

Haddad , hal ini disebabkan pada waktu itu hanya sedikit santri

pendatang, kebanyakan masih keluarga dan tetangga terdekat, kegiatan

yang dilakukanpun masih terbatas, yakni mengaji Al- Qur’an dan

pembacaan kitab kuning. Kemudian karena santri mulai banyak yang

datang dibangunlah sebuah langgar atau musolla kecil di dekat rumah

Habib Musthofa bin Sholeh Al Haddad sebagai tempat

belajarmengajar, sehingga ada beberapa santri yang menetap dan tidur

di langgar tersebut.
54

Jumlah santri yang menetap pada awal berdirinya pondok

yakni tahun 1999, hanya ada tujuh orang dari berbagai daerah sekitar

Desa Kuala Ambawang. Dengan berjalannya waktu, perkembangan

pondok pesantren Al Habib Sholeh bin Alwi Al Haddad semakin

berkembang hingga banyak santri yang datang dari luar Kecamatan

Sungai Ambawang, sehingga jumlah santri mosengan pada saat itu

bertambah menjadi 20 orang. Presentase antara santri putra dan santri

putripada waktu itu lebih didominasi oleh santri putri/perempuan dari

pada jumlah santri putra/laki-laki, karena pada waktu itu para

pemuda/laki-laki Desa Kuala Ambawang beranggapan bahwa mengaji

adalah suatu hal yang tidak penting dilakukan dan masih minim sekali

pengetahuannya tentang agama Islam.

Pondok pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad pada

dasarnya merupakan salah satu sarana pendidikan agama yang sudah

cukup dikenal dikalangan masyarakat luas. Bahkan sampai sampai

saat ini pesantren yang dipimpin oleh Abuya al habib musthofa sampai

sekarang dipimpin oleh al habib hasan al haddad terus berupaya

melebarkan sayapnya dengan membuka di berbagai tempat dimana

tujuan pengembangan tersebut adalah untuk memelihara syi’ar Islam.

Pondok pesantren Al Habib Sholeh bin Alwi Al Haddad saat ini

mempunyai hampir 1800 santriwan dan santriwati. Adapun

penerimaan di pondok pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad

diperuntukkan bagi santri laki-laki dan perempuan.


55

Berikut ini adalah hasil wawancara dengan salah satu

pengurus pondok pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad

pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad pada tahun 1999


Abuya Al habib Musthofa Al Haddad, pada awalnya pondok tersebut
bernama Raudhatul Jannah, setelah beberapa waktu berjalan maka ada
perubahan nama pondok pesantren. Al Habib Musthofa mendirikan
pondok tersebut tepatnya di Jln Trans Kalimantan Parit Masegi Kec.
Sungai Ambawang Kab.Kubu Raya (Wawancara, Ustad Yusuf 29 Mei
2021).

Hal hal tersebut segera peroleh perhatian dan dukungan dari

sejumlah murid Habib Sholeh. Mereka telah turut membantu dalam

tegaknya lembaga pondok pesantren. Namun, selama rentang tahun

ponpes tersebut mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan

adanya serangkaian konflik etnis di Kalimantan barat. Masalah itu di

nilai dapat mengancam keselamatan santri, sehingga mereka dapat

dikembalikan ke orang tuanya. Selama rentang tahun itu ponpes

ditiadakan , bahkan hingga tahun 2003 M.

Sehingga tahun 2003 M aktivitas pesantren mulai tampak

menggeliat. Sejumlah santri mulai berdatangan ke Parit Masegi hal ini

segera diikuti kepulangan atau selesainya dari pondok pesantren yaitu

putra beliau Habib Hasan Bin Musthofa Al Haddad ke Pontianak.

Sebelumnya beliau belajar di ponpes Darul Lughah Wad Dakwah

Bangil Jawa Timur. Beliau lalu melanjutkan belajar ke Hadramaut,

hingga mulai saat itu ponpes Raudhatul Jannah mulai terus dibenahi

dan dikekola secara lebih serius. Sejumlah sarjana atau alumni


56

pesantren di Jawa dan Hadramaut mulai dilibatkan di ponpes

Raudhatul Jannah.

X XI XII JUMLAH KESELURAHAN

L P L P L P

84 123 82 95 47 75

207 177 122 506

Tabel 4.1 Jumlah Santri MA Ponpes Al Ahbib Sholeh Bin Alwi Al Haddad

Tabel 4.2 Jumlah Santri MTs Ponpes Al Ahbib Sholeh Bin Alwi Al Haddad

VII VIII IX JUMLAH KESELURAHAN

L P L P L P

210 390 194 141 142 108

600 335 322 1257

Pada tanggal 11 September 2007 M Raudhatul Jannah memperoleh

pengakuan hukum sebagai lembaga pondok pesantren berdasarkan akte

Notaris Kab. Pontianak No.8. Selang dua tahun kemudian, Raudhatul jannah

mengalami pergantian nama menjadi Ponpes Al Habib Sholeh Bin Alwi Al

Haddad. Perubahan nama ponpes tersebut menandai kemunculan sebuah

paradigma baru sebuah ketegasan diri sebagai penerus cita-cita Habib Sholeh

dalam dakwah islam di bumi Kalimantan Barat.

Pengajian atau majlis ta’lim yang telah di buka kian terus

berkembang hingga pada tahun 2001 Abuya telah mampu membuka cabang-
57

cabangnya di berbagai tempat, baik itu di musholla-musholla ataupun di

masjid-masjid yang mendapat dukungan dari kalangan masyarakat luas,

ulama, dan umara’. Namun, yang namanya perjuangan tidak lepas dari

tantangan dan cobaan, karena majlis ta’lim yang beliau bina tersebut

mengalami pasang surut. Dan itu memang telah sunnatullah. Ada pepatah

mengatakan “kalau tidak lemah bukan manusia, kalau tidak retak bukan

gading”.

Dilihat dari tinjauan sejarah bahwa pondok pesantren Al Habib

Sholeh Bin Alwi Al Haddad oleh Al habib Musthofa. Pada mulanya

Pondok Pesantren ini berupa musholla kecil yang didirikan oleh Al habib

Musthofa Al Haddad yang pada saat itu hanya terkenal sebagai tempat

mengaji AlQur’an . Pada tahun 1999 yang mana pada saat itu masih di pimpin

oleh Habib Musthofa setalah dialihkan kepada putranya yakni habib Hasan bin

Musthofa Al Haddad setelah pulangnya dari Pondok Pesantren beliau

menimba ilmu, itulah beliau diikuti oleh seorang santri-santri atau orang yang

hendak belajar ilmu agama.

Habib Musthofa sengaja mengambil tempat di daerah Parit Masegi Desa


Kuala Ambawang mengingat di daerah ini masih kurang sekali lembaga
pendidikan Islam apalagi pondok pesantren, sedangkan lembaga pendidikan
Islam khususnya pondok pesantren sangat dibutuhkan sekali oleh kaum
muslimin untuk memberantas kebodohan dan mempersiapkan generasi Islam
yang memahami serta menggali hukum-hukum Islam dari kitab-kitab kuning
(Wawancara Syarif Abdul Mutholib 27 Mei 2021) .

Pada pertengahan tahun di mulai peletakan batu pertama yang di

saksikan oleh ribuan umat muslim yang terdiri dari para ulama, habaib, dan

para pejabat pemerintahan setempat. Akhir tahun 2009 masuk tahun 2010
58

telah selesai bangunan lima local dan satu asrama. dan pejabat pemerintah

setempat serta dinyatakan kedudukan pondok pesantren Al Habib Sholeh bin

alwi al haddad Parit Masegi Desa Kuala Ambawang. Pada tahun 2011/2012

mulai menerima murid baru untuk tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs),

Madrasah Aliyah (MA), dan mukim (untuk para santri yang mukim).

Tahun demi tahun pondok pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad
semakin berkembang, Perkembangan pondok pesantren Al Habib Sholeh Bin
Alwi Al Haddad pun semakin pesat dari tahun ke tahun hingga saat ini tercatat
lebih dari 1800 santriwan dan santriwati yang menimba ilmu (Wawancara,
Syarif abdul mutholib 27 Mei 2021)

Pondok pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad Asal-usul

santri pondok pesantren berasal dari berbagai wilayah antara lain dari dalam

kota sehingga luar kota misalnya: Ketapang, Sintang, dan lain sebagainya.

Bahkan untuk sekarang ini ada santri yang berasal dari luar negeri seperti

Malaysia.

b. Tokoh Yang Berperan Dalam Berdirinya Pondok Pesantren Al Habib

Sholeh Bin Alwi Al Haddad

Tokoh-tokoh perintis yang berperan dalam mendirikan Pondok

Pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad adalah orang yang

memiliki pengaruh dari masyarakat di sekitarnya dan banyak memberikan

kontribusi/sumbangsih baik berupa pemikiran, tenaga, moril, material dan

harapan bagi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Adapun

tokoh-tokoh perintis berdirinya Pondok Pesantren Al Habib Sholeh Bin

Alwi Al Haddad.

Salah satunya Bapak Haji Sutoyo beliau termasuk yang menginfaqkan


tanahnya untuk pondok pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad,
59

dan saudara-saudara beliau yang mereka sangat punya jasa yang amat
besar dengan berdirinya pondok pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al
Haddad (Wawancara, Syarif Abdul Mutholib 27 Mei 2021).

Keterlibatan tersebut tidak cukup dengan mereka-mereka saja

melainkan yang ikut berkontribusi juga adalah guru besar Al Habib Hasan

bin Ahmad Baharun beliau adalah pengasuh pondok pesantren Darul

Lughoh Waddakwah

3. Perkembangan Pondok Pesantren Al Habib Sholeh bin Alwi Al

Haddad

Membicarakan pesantren atau pondok pesantren sebagai

lembaga pendidikan Islam sangat penting dan menarik. Pondok

pesantren memerankan hal yang sangat berarti dimasyarakat. Dalam hal

ini peranan seorang kyai memang sangat berarti dan sangat dibutuhkan

karena maju dan mundurnya atau berkembangnya suatu pondok

pesantren itu tergantung dari sosok kyai, karena biasanya visi dan misi

pesantren diserahkan pada proses improvisasi yang dipilih sendiri oleh

seorang kyai bersama para pembantunya.

Keberadaan pondok pesantren di tengah-tengah masyarakat

tidak hanya sebagai lembaga penyiaran Islam tetapi juga sebagai

lembaga pendidikan. Pembinaan yang dilakukan pesantren biasanya

tidak hanya fokus pada santri di lingkungan pesantren, tetapi juga

masyarakat sekitar melalui dakwah atau pengajian yang dilakukan oleh

para kyai. Pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan yang

tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat sekaligus


60

memperpadukan tiga unsur pendidikan yang amat penting, yaitu ibadah

untuk menanamkan iman, tabligh untuk menyebarkan ilmu, dan amal

untuk mewujudkan kegiatan kemasyarakatan dalam kehidupan sehari-

hari.

Untuk menjadi suatu pondok pesantren yang besar dan maju,

tidak bisa begitu saja menjadi pesantren yang besar dan terkenal,

melainkan tumbuh sedikit demi sedikit melalui kurun waktu yang

lama. Berkembangnya suatu pondok pesantren tidak selamanya

berjalan dengan lancar dan maju dengan pesat melainkan mengalami

pasang surut. Dalam hal ini sosok kyai sangat berperan atas pasang

surutnya perkembangan dan kemajuan yang ada pada pondok

pesantren.

Pada masa lalu, pengajaran kitab-kitab Islam klasik, terutama

karangan-karangan ulama yang menganut faham syafi‟iyah, merupakan

satu-satunya pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan

pesantren. Tujuan utama pengajaran ini adalah untuk mendidik calon-

calon ulama.Namun sekarang atau saat ini, telah banyak pesantren yang

yang memasukkan pengajaran pengetahuan umum sebagai bagian

penting dalam pendidikan pesantren, namun pengajaran kitab-kitab

Islam klasik tetap diberikan sebagai upaya untuk meneruskan tujuan

utama pesantren dalam mendidik calon calonulama, yang masih ingin

belajar pada faham Islam tradisional. Sudah merupakan suatu keharusan

bahwa lembaga pesantren dituntut tidak hanya mencerdaskan bangsa di


61

sektor keagamaan, tetapi juga mencerdaskan kehidupan secara

keseluruhan. Dengan kata lain, lembaga pesantren dibutuhkan pula

untuk menyiapkan kader-kader ulama‟ yang intelektual dan

proporsional.

Dengan pikiran yang demikian itu setelah di lanjutkan oleh putranya

yakni Al Habib Hasan bin Musthofa Al Haddad selaku pengasuh

Pondok Pesantren Al Habib Sholeh bin Alwi Al Haddad berupaya

keras, sehingga dari upaya tersebut didirikanlah pendidikan-pendidikan

formal.Pendidikan yang diselenggarakan Pondok Pesantren Al Habib

Sholeh bin Alwi Al Haddad adalah mengacu pada kurikulum

Departemen Agama (DEPAG) dandepartemen pendidikan nasional

(DEPDIKNAS). Pendidikan sekolah sedikitsudah mencapai perubahan

yang berarti dengan banyaknya kurikulum yang tidakhanya kurikulum

agama tetapi ditunjang dengan kurikulum umum yang semakin

berkembang, hal itu dimaksudkan agar para santri dalam menghadapi

tantangan perubahan zaman tidak minder karena sudah ada bekal dan

tanpa meninggalkan pengetahuan agama.

Seiring perkembangan zaman, pondok pesantren yang dulunya hanya

melaksanakan pendidikan agama tradisional sekarang banyak pondok

pesantren yang menaungi lembaga-lembaga formal, tidak lain Pondok

Pesantren Al Habib Sholeh bin Alwi Al Haddad. Untuk dapat

mengetahui perkembangan suatu pondok pesantren,tentunya kita harus

dapat memahami perubahan-perubahan di dalam pondok pesantren, dan


62

seharusnya juga diketahui terlebih dahulu sebab-sebab yang mendorong

terjadinya perubahan itu sendiri Perubahan itu dapat kita lihat pada

pondok, masjid, santri, pengajarankitab-kitab klasik dan kiai yang

merupakan elemen dasar dari tradisi pesantren.Hal ini berarti bahwa

suatu lembaga yang telah berkembang akan mengubah statusnya

menjadi pesantren.Dengan melihat dari perubahan-perubahan itumaka

penulis dapat mengetahui perkembangan dari pondok pesantren

khususnya perkembangan Pondok Pesantren Al Habib Sholeh bin Alwi

Al Haddad.

Adapun beberapa komponen perkembangan dari pondok pesantren

Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad adalah sebagai berikut:

a. Bidang kelembagaan Pondok Pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi

Al Haddad

Berdasarkan Lembaga pendidikan pesantren di Indonesia

memiliki sejarah yang panjang sama halnya dengan pendidikan

nasional. Keduanya memiliki ciri khas sistem pendidikan dan metode

pengajaran sendiri-sendiri. Pendidikan pesantren memulainya dengan

metode sorogan, namun dalam perkembangan selanjutnya tampaklah

pendidikan pesantren mulai mengikuti perkembangan zaman, yaitu

dengan melakukan perubahan dalam sistem dan metode pendidikan di

pesantren, sehingga berdirilah lembaga pendidikan madrasah di

lingkungan pondok pesantren, yang menyatukan ilmu-ilmu agama

dengan ilmu-ilmu umum.


63

Adapun awal pertama kali berdirinya pondok pesantren


inikelembagaan belum cukup memungkinkan untuk diterapkan
dengan berjalannya waktu sampai sekarang pondok ada
perkembangan kelembagaan sudah mulai normal dan aktif sehingga
tertata dengan baik (wawancara, Syarif Abdul Mutholib 27 Mei
2021).

Dengan pempelajaran yang kurang tertib yaitu awalnya seperti

halaqah karna faktor tenaga pengajar atau tempat yang kurang

mendukung. Akan tetapi dengan berjalannya waktu dan dukungan

masyarakat setempat beserta pengurus pondok pesantren Al Habib Holeh

Bin Alwi Al Haddad ada perubahan perkembangan yang lebih baik dari

sebelumnya.

Gambar 1. kegiatan belajar mengajar salafiyah santri putra

Pondok pesantren Al Habib Bsholeh Bin Alwi Al Haddad sebagai

sebuah lembaga pendidikan Islam, dalam kiprahnya tidak hanya

menyelenggarakan pendidikan agama saja tetapi juga menyelenggarakan

pendidikan dalam bidang umum dan agama dalam menghadapi masa


64

depan. Dengan pendirian pondok pesantren itu sendiri, secara tidak

langsung pondok pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad telah

memainkan peran dalam upayanya

Dalam bidang pendidikan dan lambat laun telah berkembang

menjadi pesantren yang terorganisasi dengan didirikannya sekolah

(madrasah) di lingkungan pesantren, beserta majlis ta’lim. Namun, yang

namanya perjuangan tidak lepas dari tantangan dan cobaan, karena majlis

ta’lim yang beliau bina tersebut mengalami pasang surut. Ada pepatah

mengatakan “kalau tidak lemah bukan manusia, kalau tidak retak bukan

gading”.

Pondok pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad ada dua

jenis pendidikan berupa pendidikan pesantren dan pendidikan formal.

Pendidikan pesantren meliputi kegiatan pesantren (pengajian kitab kuning,

kader da’i / muhadhoroh dan halaqoh), sedangkan pendidikan formal

meliputi Madarasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah dan perguruan

tinggi . Adapun untuk saat ini perguruan tinggi yang terlaksana di pondok

pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad hanya berlaku untuk

santriwati.

b. Kurikulum Pondok Pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad

1) Pengembangan Kurikulum Pesantren

Untuk memenuhi tuntutan kebutuhan santri dan masyarakat,

perlu dilakukan pembaharuan kurikulum pada tiga aspek penting,


65

yaitu : perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Perencanaan

kurikulum pesantren harus di dahului dengan kegiatan kajian

kebutuhan (need assessment) secara akurat agar pendidikan pesantren

bersifat fungsional. Kajian tuntutan tersebut perlu dikaitkan dengan

tuntutan era global, utamanya pendidikan yang berbasis kecakapan

hidup ( life skills) yang akrab dengan lingkungan santri. Pelaksanaan

kurikulumnya menggunakan pendekatan kecerdasan majemuk

(multiple intelligence) dan pembelajaran kontekstual. Sedangkan

evaluasinya hendaklah menerapkan penilaian menyeluruh terhadap

kompetensi santri.

2) Proses Pengembangan Kurikulum.

Sesunggguhnya ada dua proses yang lazim ditempuh dalam

pengembangan kurikulum pendidikan, termasuk di dalamnya

pesantren , yakni : pengembangan pedoman kurikulum dan

pengembangan intruksional. Untuk memenuhi dua proses ini,

pesantren salafi termasuk pondok pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi

Al Haddad nampaknya mengalami kesulitan, mengingat perencanaan

kurikulum di dalamnya tidak disiapkan secara sistematis, bahkan

kurikulumnya cenderung berdasar kiai atau pengasuh. Darimana

seorang kiai belajar, maka dari situ pula kurikulum diterapkan,

kalaupun ada inovasi bukan kurikulum intinya. Akhir-akhir ini

pemerintah telah memberikan kepercayaan kepada pesantren salafy

untuk menyelenggarakan sistem persekolahan melalui SLTP terbuka


66

dan Program Wajib Belajar 9 tahun. Ini mengindikasikan bahwa

pesantren dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran harus

terencana dan sistematis.

Hal ini sebagaimana didapatkan dari hasil wawancara dengan

salah satu pengurus pondok pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al

Haddad sebagai berikut:

Berbiacara pengembangan kurikulum pondok pesantren Al Habib


Sholeh Bin Alwi Al Haddad disini bertahap adanya karna awal
berdirinys pondok ini belum ada kurikulum yang resmi, tapi dengan
berjalan waktu barulah ada kurikulumnya yang sesuai dengan
ketentuan oleh kemenag intinya yang sesuai dengan pembelajaran
santri (Wawancara, Syarif Abdul Mutholib 27 Mei 2021)

3) Langkah Pengembangan Kurikulum

Dalam garis besarnya kurikulum pesantren dapat

dikembangkan melalui tahap-tahap berikut :

a) Melakukan kajian kebutuhan

b) Menentukan mata pelajaran yang akan diajarkan

c) Merumuskan tujuan pembelajaran

d) Menentukan hasil belajar yang diharapkan

e) Menentukan bahan yang harus dibaca siswa

f) Menentukan topic-topik tiap pelajaran

g) Menentukan strategi mengajar

h) Menyediakan alat atau media

i) Menentukan alat evaluasi

j) Membuat rancangan penilaian kurikulum

4) Pengembangan Pendekatan Kurikulum


67

a) Pendekatan bidang studi atau disiplin ilmu

b) Pendekatan interdisipliner

c) Pendekatan rekonstruksionisme

d) Pendekatan humanistic

e) Pendekatan pembangunan nasional

Hal senada juga diampaikan oleh salah satu alumni ponpes Al Habib

Sholeh Bin Alwi Al Haddad yakni:

Adapaun kurikulum pembelajaran salafi tidak sesempurna sekolah formalnya


yang sekarang sudah memakai K13 artinya masing-masing keduanya tetap ada
perbedaannya namun tetap satu tujuan untuk kemajuan lembaga pondok
pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad (Wawancara, Ustadz Yusuf
29 Mei 2021)

Sesungguhnya banyak kelemahan di pesantren Al Habib Sholeh bin

Alwi Al haddad terkait dengan penggunaan kurikulum, dimana kurikulum

yang diterapkan sesuai dengan kemenag kepada lembaga pondok pesantren

dalam artian sesuai dengan peraturan dari kementrian pendidikan yang sudah

ada.

c. Tenaga Pengajar dan Jumlah Santri Pondok Pesantren Al Habib Sholeh

Bin Alwi Al Haddad

Penyelenggaraan pendidikan dipesantren harus didukung oleh

tersedianya pengajar yang propesional dan proporsional. Pentingnya

terhadap dua hal ini, diharapkan para pengasuh atau pimpinan pesantren

terus berupaya meningkatkan kualitas pengajar dengan cara-cara yang

sesuai dengan tipikal dan tujuan pesantren. Beberapa pendekatan untuk

meningkatkan kualitas pengajar (ustadz/ustadzah) diantaranya melalui


68

restrukturisasi pengajar, peningkatan pengetahuan dan keterampilan

mengajar serta manajemen pelatihan guru. Dan ini sudah dilakukan di

pesantren Al Habib Sholeh bin Alwi Al Haddad dengan mengirim para

tenaga pengajar mengikuti pelatihan dan pembinaan guru baik yang

diselenggarakan oleh Kementerian Agama Kab. Serang, maupun oleh

intansi lain. Berdasarkan hasil restrukturisasi guru di atas, akan dapat

diidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan peningkatan mutu guru secara

tepat.

Misalnya, guru bidang apa yang dinilai paling kurang dan perlu

ditingkatkan kemampuannya.Upaya ini dimaksudkan agar semua tugas

yang diberikan kepada mereka berhasil dengan baik. Upaya ini juga

menjadi penting mengingat rekrutmen pengajar di pesantren tidak

didasarkan kepada program pre-service Perencanaan yang berkaitan

dengan para ustadz/ustadzah diharapkan secara selektif yang memiliki

kualifikasi yang memadai. Persyaratan ustadz/ustadzah adalah minimal

berkuaifikasi S-1 Pendidikan Agama untuk semua jurusan atau

menguasai ilmu agama yang tinggi. Persyaratan bagi ustadz yang bukan

S-1 dari perguruan tinggi adalah jika lulusan pesantren telah menguasai

ilmu al-Quran, memiliki kemampuan dalam memahami dan menguasai

berbagai kitab kuning. Hal ini diperlukan karena pesantren Al Habib

Sholeh bin Alwi Al Haddad adalah pondok salafiyah yang banyak

mengajarkan kitab-kitab kuning dan dakwah bagaimana harus menjadi

penda’i yang bermanfaat dan berguna bagi orang lain.


69

Kalau dulu sangat sedikit sekali yang mengajar artinya bsangat kiurang
tenaga pengajar,sekarang sangat berkembang sekali tenaga pengajarnya
sudah lebih dari cukup (Wawancara, Ustadz Yusuf 29 Mei 2021)

Hal serupa juga disampaikan oleh salah satu tokoh pengurus

ponpes Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad yakni:

Jumlah pengajar kalau zaman dulu mungkin tidak banyak untuk mengajar
santri, adapun kalau sekarang insha allah sudah banyak yang mengajar
sekitar 20 ustadz yang mengajar apalagi ustadz-ustdaz yang mengajar
kebanyakan alumni dari pondok bangil pasuruan (Wawancara, syarif
abdul mutholib 27 Mei 2021)

Adapun bagi pengajar dalam pembelajaran salaf tidak harus mereka

bersertifikasi S-1 bagi mereka yang sudah mempunyai landasan keilmuan

sudah bisa menjadi syarat untuk bias mengajar di pondok pesantren Al

Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad. Akan tetapi kebanyakan tenaga

pengajar yang membantu dalam mengajar pembelajaran salaf atau pondok

mereka yang sudah selesai belajar atau alumni dari pondok pesantren Darul

Lughoh Waddakwah an pondok Hadramaut Yaman.

Tabel 4.3 Tenaga Pengajar Ponpes Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad

NO NAMA ALUMNI JABATAN TAHUN


70

1 Ust. Hasan Al -Yaman Pimpinan 2004


- Pon-Pes Dalwa Pondok
Haddad
Jawa Timur Pesantren

2 Ust. Faisal Al - Pon-Pes Wakil Ketua 2004


Dalwa
Muthahar
Jawa Timur
3 Ust. Luqman As - Pon-Pes Dalwa Pengajar 2004
Jawa Timur
Seqaf

4 Ust. Muhammad Al- -- Yaman Pengajar 2004


- Pon-Pes Dalwa
Qadrie
Jawa Timur
5 Ust. Muhammad - Pon-Pes Dalwa Pengajar 2005
Jawa Timur
Jufri
6 Ust. Hasyim Al - Pon-Pes Dalwa Pengajar 2005
Jawa Timur
Qadrie
7 Ust. Taufiq At -- Yaman Pengajar 2004
- Pon-Pes Dalwa
Tamimi
Jawa Timur
8 Ust. Sulaiman Amin -- Yaman Pengajar 2004
- Pon-Pes Dalwa
Jawa Timur
9 Ust. Hasan Al Qadrie - Pon-Pes Dalwa Pengajar 2005
Jawa Timur
10 Ust. Muhyiddin - Pon-Pes Dalwa Pengajar 2005
Jawa Timur
11 Ust. Iskandar Al - Pon-Pes Dalwa Pengajar 2004
Jawa Timur
Qadrie

12 Ust. Farhan Al Idrus - Pon-Pes Dalwa Pengajar 2004


Jawa Timur
13 Ust. Fu’ad Bin - Pon-Pes Dalwa Pengajar 2005
Jawa Timur
Shahab

14 Ust. Fahmi Al - Pon-Pes Dalwa Pengajar 2006


Jawa Timur
Muthahar

15 Ust. Ismail Al - Pon-Pes Dalwa Pengajar 2004


71

Muthahar Jawa Timur

16 Ust. Hasan Munayan - Pon-Pes Dalwa Pengajar 2004


Jawa Timur
17 Ust. Iskandar - Pon-Pes Dalwa Pengajar 2006
Jawa Timur
Hamidin

18 Ust. Badrun - Pon-Pes Dalwa Pengajar 2006


Jawa Timur
19 Ust. Hadi - Pon-Pes Dalwa Pengajar 2006
Jawa Timur
20 Ust. Ridwan - Pon-Pes Dalwa Pengajar 2004
Jawa Timur
21 Ust. Hadi - Pon-Pes Dalwa Pengajar 2006
Jawa Timur

d. Metode Pembelajaran Pondok Pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al

Haddad

Dalam proses pembelajaran para pengajar di pesantren Al Habib

Sholeh Bin Alwi Al Haddad menggunakan metode dan pendekatan yang

bervariasi. Antara lain : 1) Wetonan: waktu pengajian dilaksanakan setiap

selesai shalat fardlu, yaitu Kyai membacakan, menerjemahkan dan

menerangkan kitab dan santri memperhatikan dan mencatat keterangan

dari Kyai. 2) Sorogan: pengajian dengan ustadz membaca dan

menerangkan dan santri membaca ulang di depan ustadz; 3) Bandongan:

pengajian dengan ustadz membaca kitab sementara santri memberi tanda

(maknani) di masing-masing kitabnya berdasarkan bacaan sang ustadz. 4)

pembelajaran dengan sistem mudzaakarah sesuai dengan tingkatan santri.

Variasi metode pembelajaran di Pesantren al habib sholeh bin alwi al

haddad setidaknya ada 6 metode yang diterapkan dalam membentuk


72

perilaku santri, yakni: (1) Metode Keteladanan (Uswah Hasanah); (2)

Latihan dan Pembiasaan (Tadrib) ; 3) Mengambil Pelajaran (Ibrah); 4)

Nasehat (Mauidzah); 5) Kedisiplinan; 6) Pujian dan Hukuman (Targhib

wa Tahzib).

Metode pembelajaran yang paling kontinu yang diterapkan di

pondok pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad sampai sekarang

seperti muthola’ah, uqubah dan muhadarah. Kegiatan mutholaah adalah

rutinitas yang sampai sekarang diterapkan samapai sekarang di pondok

pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad dengan tujuan agar santri

bisa mengulangi pelajaran yang sudah dipelajari. Metode uqubah adalah

sebuah hukuman atau ta’zir yang diterapkan kepada santri bagi mereka

yang sering lalai melakukan kewajiban sholat berjama’ah dan berbicara

Bahasa Arab. Adapun muhadarah adalah rutinitas seminggu sekali yakni

malam senin dengan tujuan melatih keberanian santri dalam berdakwah

mensyiarkan agama islam .

Hal ini sebagaimana hasil wawancara dengan salah satu alumni

ponpes Al Habib Saholeh Bin Alwi Al Haddad sebagai berikut:

Pembelajaran dipondok sini kalau dulu itu kebanyakan kerjanya daripada


belajar karna factor pengajar yang tidak ada yang mengajar Alhamdulillah
kalau sekarang sangat berkembang dengan baik jadi pembelajarn santri
kalau pagi pembelajaran salaf adapun siang hari pelajaran umum atau
muadalah (Wawancara, Ustadz Yusuf 29 Mei 2021)

1) Metode Keteladanan

Secara psikologis, manusia sangat memerlukan keteladanan

untuk mengembangkan sifat-sifat dan potensinya. Pendidikan perilaku


73

lewat keteladanan adalah pendidikan dengan cara memberikan contoh-

contoh kongkrit bagi para santri. Dalam pesantren, pemberian contoh

keteladanan sangat ditekankan. Pimpinan dan ustadz harus senantiasa

memberikan uswah yang baik bagi para santri, dalam ibadah-ibadah

ritual, kehidupan sehari-hari maupun yang lain, karena nilai mereka

ditentukan dari aktualisasinya terhadap apa yang disampaikan.

Semakin konsekuen seorang pimpinan atau ustadz menjaga tingkah

lakunya, semakin didengar ajarannya. Hal ini sering dikumandangkan

dalam syair marhabanan. Dalam suatu syair Arab disebutkan "Lisanul

hal afshahu min lisanil maqal" yang artinya "Keteladanan itu lebih

kuat (pengaruhnya) daripada ucapan (kata-kata)."Karena itulah, para

pengajar di Pesantren al habib sholeh bin alwi al haddad lebih memilih

mendidik umat melalui keteladanan disamping melalui ceramah.

2) Metode Latihan dan Pembiasaan

Mendidik perilaku dengan latihan dan pembiaasaan adalah

mendidik dengan cara memberikan latihan-latihan terhadap norma-

norma kemudian membiasakan santri untuk melakukannya. Dalam

pendidikan di pesantren metode ini biasanya akan diterapkan pada

ibadah-ibadah amaliyah, seperti shalat berjamaah, kesopanan pada

pimpinan dan ustadz. Pergaulan dengan sesama santri dan sejenisnya.

Sedemikian, sehingga tidak asing di pesantren dijumpai, bagaimana

santri sangat hormat pada ustadz dan seniornya dan begitu santun pada

santri pemula, mereka memang dilatih dan dibiasakan untuk bertindak


74

demikian. Latihan dan pembiasaan ini pada akhirnya akan menjadi

akhlak yang terpatri dalam diri dan menjadi yang tidak terpisahkan.

Al-Ghazali menyatakan :"Sesungguhnya perilaku manusia menjadi

kuat dengan seringnnya dilakukan perbuatan yang sesuai dengannya,

disertai ketaatan dan keyakinan bahwa apa yang dilakukannya adalah

baik dan diridhai".

Bagi santri hukuman yang biasa di terapkan bagi pengajar

atau ustadz adalah memberikan konsekuensi berupa pukulan atau di

jemur itu bagi mereka yang sering terlambat sholat berjama’ah dan

tidak berbicara bahasa arab. Bagian itu semua sudah menjadi metode

bagi pengurus pondok pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad

untuk melatih keterampilan dan membiasakan bagi mereka untuk

mengamalkan ilmu yang sudah mereka pelajari.

Adapun metode pembelajaran di pondok pesantren Al Habib Sholeh


Bin Alwi Al Haddad sendiri karna disini memakai metode dari pondok
bangil maka pembelajaran salaf itu belajar di pagi hari, adapun
pembebelajaran formalnya itu belajar disiang hari dan itu sampai
sekarang. Adapun hukuman bagi santri biasanya bagi yang terlambat
sholat berjama’ah, tidak berbicara bahasa arab mereka akan dijemur
atau dipukul dengan rotan (Wawancara, Syarif Abdul Mutholib 27 Mei
2021)
e. Evaluasi Hasil Belajar Pondok Pesantren Al Habib Sholeh Bin

Alwi Al Haddad

Proses pembelajaran termasuk di dalamnya pesantren tentu

suatu aktivitas ilmu yang memiliki tujuan. Artinya proses

pembelajaran tersebut dilakukan untuk mencapai suatu tujuan

sesuai dengan yang dirumuskan sebelumnya. Agar para pengajar


75

di pesantren (ustadz/ustadzah) dapat mengetahui seberapa besar

tujuan tercapai, maka perlu dilakukan evaluasi atau penilaian.

Termasuk juga untuk menentukan apakah santri bisa melanjutkan

pelajaran ke materi yang lebih tinggi.

Alhamdulillah kalau evalusi perkembamngan di pondok pesantren


al habib sholeh bin alwi al haddad ialah berupa adanya bahtsul
masail, tamrinan muhadaroh, yang dimana didalam
mengikutserkan santri ke dalam perlombaan pidato dan debat
(Wawancara, Syarif Abdul Mutholib 27 Mei 2021)

Penguasaan terhadap keterampilan evaluasi pembelajaran

sebuah keniscayaan bagi para ustadz/ustadzah ketika pesantren

dikaitkan dengan Wajib Belajar Pendidikan Dasar (Wajar dikdas)

9 tahun atau menyelenggarakan program paket. Demikian pula

ketika dihubungkan dengan SK Menteri Pendidikan Nasional

No.011/2002 atau SKB Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri

Agama RI No: 1/U/KB/2000. Terkait penyetaraan yang dilakukan

di lingkungan pesantren, sesungguhnya mendorong para

ustadz/ustadzah bersikap professional dalam pengajaran dan

evaluasi.

Selama ini penggambaran hasil belajar pada umumnya

cenderung ke kemampuan yang bersifat kognitif dan hafalan

semata ( terutama pada sekolah umum) pada aspek afektif dan

psikomotorik belum banyak tersentuh. Di pesantren Al Habib

Sholeh bin Alwi Al Haddad sistem penilaian atau evaluasi tidak

begitu sistematis, pengajar (ustadz/ustadzah) tidak mempunyai


76

instrument penilaian atau soal yang bisa dijadikan ukuran. Lebih

bersifat subyektif dengan budaya yang sudah cukup lama

berkembang yaitu dimana santri bisa melanjutkan

pelajaran/materi yang lebih tinggi jika sudah dites secara langsung

(membaca al-qur’an, membaca kitab dasar atau menghafal).

Hal senada juga dikatakan oleh salah satu alumni ponpes Al

Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad yakni:

kalau menurut setau saya ustadaz evalusi adalah perkembamngan


di pondok pesantren al habib sholeh bin alwi al haddad ialah
berupa adanya bahtsul masail, tamrinan muhadaroh, sama ustadz
yang dimana didalam mengikutserkan santri ke dalam perlombaan
pidato dan debat (Wawancara, Ustadz Yusuf 29 Mei 2021)

Pengevaluasian ada juga yang diterapkan di pondok

pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad dengan beberapa

kegiatan atau rutinitas yang sudah terlaksana samapai sekarang.

Kegiatan tersebut dengan tujuan tidask lain tidak bukan dengan

segala apa yang mereka pelajari di pondok pesantren bisa

diketahui dengan cara tersebut. Salah satunya kegiatan atau

rutinitas tersebut antara lain: lomba Pidato, Bahstul Masail,

latihan muhadaroh.

f. Faktor Penghambat atau Kendala di Pondok Pesantren Al

Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad

Tidak sedikit faktor yang menjadi penghambat

pendidikan pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad

antara lain: sarana prasarana danm konsumsi bagi santri


77

1) Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Al Habib Sholeh

Bin Alwi Al Haddad

Faktor penghambat lainnya adalah sarana belajar

masih kurang dan kondisinya banyak yang rusak. Sarana

belajar itu seperti meja baca, kondisi asrama, dan fasilitas

alat tulis dan alat administrasi. Asrama santri baik putra

maupun putri masih minim. Adapun kendala bagi mengatur

santri itu semua bisa diatasin oleh pihak pengurus karna

jumlah pengurus di pondok pesantren Al Habib Sholeh Bin

Alwi Al Haddad sudah lumayan banyak.

Kendala yang paling utama adalah perluasan bangunan dan


fasilitas untuk pondok pesantren, apalagi sekarang pondok
lagi banyak tahap untuk membangun asrama, masjid putrid
an lain sebagainya (Wawancara,Syarif Abdul Mutholib 27
Mei 2021).

Pembangunan yang masih berlanjut sampai

sekarang adalah pembuatan musholla bagi santri putri,

toilet santri, kantor formal dan masih banyak lain yang

masih membutuhkan dana untuk pembangunan tersebut.

Karna kalau kendala di dalam sebuah lembaga apalagi

lembaga yang sudah besar bahkan sudah bisa dikatagorikan

maju pasti sedikit banyak ada yang namanya kendala, tapi

dengan dukungan wali santri dan segenap donatur yang ada

pengasuh dan pengurus pondok pesantren Al Habib Sholeh


78

Bin Alwi Al Haddad tetap berupaya semaksimal mungkin

untuk kemajuan dan perkembangan pondok pesantren.

2) Konsumsi santri

Adapun konsumsi bagi santri Al Habib Sholeh Bin

Alwi Al Haddad untuk sekarang sudah lumayan tertata

dengan sangat baik dan terlayani. Hal ini sebagaimana hasil

wawancara dari salah satu satu pengurus pondok pesantren

Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad yakni:

Kalau dulu karna santri masih sedikit ya kadang makan nasi


putih itu sudah sangat senang, karna untuk memakan nasi
putih saja dulu sangat susah mungkin,dibandingkan dengan
sekarang sudah Alhamdulillah santri dansantriwati sudah
teratur makannya dan menunya sudah bervariasi,beda
dengan dulu kita sangat kesusahan untuk makan menu yang
enak tapi dibalik itu tidak pernah ada rasa lemah untuk
menuntut ilmu dulu (Wawancara, Ustadz Yusuf 29 Mei
2021)

A. Pembahasan

Setelah data dipaparkan maka kegiatan selanjutnya mengkaji

hakikat dan makna hasil penelitian, masing-masing hasil paparan akan

dibahas dengan mengacu pada teori dan dari nara sumber peneliti

dalam Sejarah pondok pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al

Haddad layak dijadikan pembahasan:

1. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al Habib Sholeh bin Alwi Al

Haddad

Sejarah merupakan suatu penggambaran ataupun

rekonstruksi peristiwa, kisah, maupun cerita yang benar-benar


79

telah terjadi pada masa lalu. Pada umumnya, para ahli sepakat

untuk membagi peranan dan kedudukan sejarah yang terbagi atas

tiga hal, yakni sejarah sebagai peristiwa, sejarah sebagai ilmu,

sejarah sebagai cerita (Ismaun,1993:277). Perkataan sejarah mula-

mula berasal dari bahasa Arab “ ‫جرة‬MMM‫” ش‬, artinya terjadi,

“syajaratun” (baca: syajarah) artinya pohon kayu. Pohon

menggambarkan pertumbuhan terus-menerus dari bumi ke udara

dengan mempunyai cabang, dahan dan daun, kembang atau bunga

serta buahnya. Memang di dalam kata sejarah itu tersimpan

makna atau kejadian.

Penamaan dengan Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad

dengan awal nama Raudhatul Jannah bukan hal yang singkat dan

gampang untuk dilakukan oleh pengurus pondok pesantren Al

Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad akan butuh ijtihad yang tinggi.

Pergantian nama tersebut tidak lain tidak bukan hanya ingin

mengaharap keberkahan dari abah habib Musthofa yaitu habib

Sholeh Al Haddad yang pada saat itu masih menjadi pengasuh

atau pimpinan pondok pesantren, hal ini sebagaimana peneliti

mendapatkan wawancara dari salah satu pengurus sekaligus

perintis pondok pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad

yaitu:

Penamaan pondok ini pada asal usulnya bukan Al Habib Sholeh


Bin Alwi Al Haddad akan tetapi namanya raudatul jannah, alasan
dengan nama Al Habib Sholeh Binlwi Al Haddad karna kita
mengharap barokah dari al marhum abah kita punya guru yakni Al
80

Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad (Wawancara, Syarif Abdul


Mutholib 27 Mei 2021).

Dari hasil komunikasi saya selaku peneliti dengan

Dr.erwin bahwasanya penamaan pondok pesantren tidak harus

mengambil dari lokasi atau daerah dan organisasi atau yang

lainnya. Karena bisa jadi pemberian nama pondok pesantren itu

diambil dari nama pengasuhnya dengan tujuan mendapatkan

keberkahan. Begitu pula dengan pondok pesantren Al Habib

Sholeh Bin alwi Al Haddad yang awalnya namanya raudhatul

jannah diganti dengan Al Habib Sholeh Bin alwi Al Haddad

dengan niat dan tujuan hanya ingin mendapatkan keberkahan dari

ilmu yang dimiliki oleh ayah dari Habib Musthofa Al Haddad.

Memberikan nama lembaga pondok pesantren dengan

menggunakan nama pengasuh atau orang yang ikut berpartisipasi

dalam perintisan bukan lagi hal yang tabu, akan tetapi realitanya

sudah ada di daerah Kalbar. Hal ini bukan hanya didapati di

pondok pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad, akan

tetapi juga ada pondok pesantren di daerah Sambas yang kita

kenal dengan pondok pesantren M. Basiuni Imran yang juga

menggunakan dengan istilah penamaan dengan nama. Dengan

fakta yang ada terbukti penamaan sebuah lembaga pondok

pesantren tidak hanya disebabkan oleh daerah, organisasi atau

yang lainnya, akan tetapi bisa jadi dengan nama pendirinya atau
81

tokoh yang mempunyai jasa dengan tujuan hanya ingin

mengharapkan keberkahan.

Adapun yang pertama kali yang mendirikan pondok adalah

abahnya habib Hasan yakni Al Habib Musthofa Al Haddad,

Bapak H. Sutoyo dan saudaranya yang juga terlibat dalam proses

berdirinya pondok pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al

Haddad dan sekaligus pada saat itu yang melakukan peletakan

batu pertama adalah gurunya habib hasan yakni Al Habib Hasan

bin Ahmad Baharun hal ini sebagaimana hasil wawancara dengan

Syarif Abdul mutholib sebagai alah satu pengurus pondok

pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad. Oleh karna itu

dapat disimpulkan bahwa pendiri pondok pesantren Al Habib

Sholeh Bin Alwi Al Haddad pertama kalinya ialah habib

Musthofa.dan seterusnya dilanjutkan oleh putranya yakni habib

Hasan bin Musthofa Al Haddad.

Untuk sekarang ini beberapa pondok pesantren salafiyah

memang masih memegang tradisi system pembelajaran non

klasikal, seperti system Sorogan, Weton Dan Bandongan, namun

pada pondok pesantren modern, tradisi tersebut sudah mulai

diganti dengan system klasikal (Zamakhsyari Dhofier, 1982:28)

Adapun cikal bakal pondok pesantren Al Habib Sholeh Bin

Alwi Al Hadddad sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan

informan adalah awal terbentuknya ponpes Al Habib Sholeh Bin


82

Alwi Al Haddad tidak dengan pembelajaran yang aktif melainkan

diawali dengan halaqah-halaqah atau belajar dengan membuat

lingkaran yang mana nanti ada satu orang mengajar di depannya.

Pembelajaran dengan bentuk halaqah tersebut berjalan

beberapa waktu lamanya dengan faktor pada saat itu sedikitnya

santri yang belajar dan juga faktor tenaga pengajar atau ustadz.

Dengan berjalannya waktu pembelajaran yang awalnya halaqah

dengan jumlah santri yang semakin banyak maka dibentuknya

perkelas dengan jenjang yang berbeda dan system tersebut sampai

sekarang.

Tokoh yang terlibat dalam berdirinya disebuah pondok

lembaga pondok pesantren itu pasti ada, begitu halnya dengan

berdirinya pondok pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al

Haddad. Berikut salah satu yang berjasa dan dan terlibat dengan

kokohnya pondok pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad

a. H. Sutoyo

Beliau adalah salah satu warga asli Parit Masegi Desa Kuala

Ambawang Kec. Sungai Ambawang, beliau termasuk salah

satu tokoh yang terpandang dan disegani oleh masyarakat

setempat. Adapun profesi beliau sehari-hari hanya

mendekatkan diri ke pada allah dalam hal sering sholat

berjama’ah ke masjid,majlis ta’lim dan lai-lain itu semua karna

factor beliau yang sudah lanjut usia yang tidak lagi bisa bekerja
83

keras seperti anak muda biasanya. Pada masa itu beliau

menjadi orang yang disegani karna dengan harta yang

dimilikinya dengan membbagikan separuh dari hartanya

dengan orang yang tidak mampu atau yang membutuhkan.

Kedermawanan yang dilakukan beliau kepada orang lain

hingga beliau terpandang oleh masyarakat setempat dengan

orang baik dan dermawan, sehingga beliau mewaqafkan

sebagian tanah yang dimilinya untuk dijadikan sebuah lembaga

pendidikan islam , lembaga itulah yang sekarang dinamakan

pondok pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad

b. Habib Hasan Bin Ahmad Baharun

Beliau adalah satu pengasuh pondok pesantren Darul Lughoh

Wadda’wah Bangil Pasuruan, sekaligus guru dari Habib Hasan

Al Haddad waktu beliau belajar di Bangil Pasuruan. Habib

hasan bin ahmad baharun pernah menimba ilmu di kota Mekah

dan diteruskan ke kota Hadramaut untuk lebih mendalami ilmu

agama. Pada saat pembangunan pondok pesantren Al Habib

Sholeh Bin Alwi Al Haddad Habib Hasan Bin Ahmad Baharun

juga terlibat bahkan yang melakukan peletakan batu pertama

yaitu Habib Hasan Bin Ahmad Baharun..

2. Perkembangan Pondok Pesantren Al Habib Sholeh bin Alwi Al

Haddad pada tahun 1999 sampai sekarang.


84

Membicarakan pesantren atau pondok pesantren sebagai

lembaga pendidikan Islam sangat penting dan menarik. Pondok

pesantren memerankan hal yang sangat berarti dimasyarakat.

Dalam hal ini peranan seorang kyai memang sangat berarti dan

sangat dibutuhkan karena maju dan mundurnya atau

berkembangnya suatu pondok pesantren itu tergantung dari sosok

kyai, karena biasanya visi dan misi pesantren diserahkan pada

proses improvisasi yang dipilih sendiri oleh seorang kyai bersama

para pembantunya.

Dari hasil wawancara bahwa perkembangan pondok

pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad kalau dulunya

sangat memprihatinkan terkait kelembagaannya dan lain

sebagainya. Adapun sekarang sudah mulai ada kemajuan dalam

artian sedikit banyak sudah berjalan dengan semestinya.

Keinginan yang sangat tinggi oleh pengasuh dan para pengurus

pondok pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad untuk

perkembangan lembaga, akan tetapi dengan perjuangan yang

tinggi justru tidak akan meraih yang namanya kesempurnaan.

Akan tetapi tidak sedikitpun mengurangi semangat pengasuh dan

para pengajar untuk selalu melakukan hal yang paling terbaik

untuk kemajuan lembaga pondok pesantren Al Habib Sholeh Bin

Alwi Al Haddad.
85

a. Kelembagaan Pondok Pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi A

Haddad

Menurut Veblen, kelembagaan adalah sekumpulan

norma dan kondisi-kondisi ideal (sebagai subyek dari

perubahan dramatis) yang direproduksi secara kurang

sempurna melalui kebiasaan pada masing-masing generasi

individu berikutnya (Yustika: 2013: 43). Dengan demikian

kelembagaan berperan sebagai stimulus dan petunjuk terhadap

perilaku individu. Dalam hal ini, keinginan individu

(individual preferences) bukanlah faktor penyebab

fundamental dalam pengambilan keputusan, sehingga pada

posisi ini tidak ada tempat untuk memulai suatu teori.

Kelembagaan berasal dari kata lembaga, yang

berarti aturan dalam organisasi atau kelompok masyarakat

untuk membantu anggotanya agar dapat berinteraksi satu

dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan

(Ruttan dan Hayami: 1984 dalam repository UMY). Menurut

pandangan ahli kelembagaan rentang alternatif manusia

ditentukan melalui struktur kelembagaan. Kelembagaan hadir

di masyarakat karena kondisi masyarakat dipenuhi oleh

berbagai aturan, untuk mengatur perilaku manusia maka

kelembagaan sebagai media atau wadah dalam membentuk

pola-pola yang telah mempunyai kekuatan yang tetap dan


86

aktivitas guna memenuhi kebutuhan harus dijalankan melalui

pola yang ada di kelembagaan. Melalui kelembagaan yang

dibuat untuk mengatur terhadap pola perilaku dan pemenuhan

kebutuhan manusia, maka keberadaan kelembagaan akan

memberikan kontribusi bagi kehidupan masyarakat.

Dari hasil wawancara kepada salah satu pengurus

pondok pesantren al habib sholeh bin alwi al haddad terkait

kelembagaan pondok pesantren dulunya sangat

memprihantinkan pembelajaran santri yang kurang tertata

dengan baik. Pembelajaran yang dimaksud adalah seperti

belajar langsung dengan pengasuh pondok pesantren tanpa

jenjang kelas yang di sudah ditentukan.

Dengan berjalannya waktu pondok pesantren Al

Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad menjadi sebuah sorotan

lembaga pendidikanm islam pada saat itu khsususnya daerah

Parit Masegi Desa Kuala Ambawang. Setelah pergantian

pengasuh yaitu habib hasan al haddad pondok pesantren

semakin banyak kemajuan dan perkambangan. Karna dengan

adanya perkembangan para pengajar dan pengurus sudah

lumayan banyak, maka hingga saat ini kelembagaan pondok

pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad sudah tertata

dengan sangat baik pembelajaranya ataupun aturan yang

sudsah diberlakukan.
87

b. Kurikulum Pondok Pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi

Al Haddad

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

tentang sistem pendidikan nasional dan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan di sana dijelaskan, bahwa

kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedomanSecara singkat menurut

Nasution kurikulum adalah suatu rencana yang disusun

untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah

bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga

pendidikan beserta staf pengajarnya ( Nasution, 1989: 5).

Dari hasil wawancara bersama Salah satu alumni

pondok pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad

bahwa penerapan kurikulum itu tidak terjadi pada waktu

habib Musthofa Al Haddad akan tetapi berlakunya

kurikulum dimasa habib Hasan Al Haddad selaku

pengganti sebagai pengasuh atau pimpinan pondok

pesantren. Adapun kurikulum pondok pesantren Al Habib

Sholeh Bin Alwi Al Haddad sekarang sudah mengikuti

sesuai dengan kemanag pendidikan karna pembelajaran


88

formal sangat butuh akan hal tersebut dengan tujuan

kebaikan pembelajaran santri.

Hal tersebut didapatkan dari wawancara yang

disampaikan oleh salah satu alumni pondok pesantren Al

Habob Sholeh Bin Alwi Al Haddad yakni:

Adapaun kurikulum pembelajaran salafiyah tidak


sesempurna sekolah formal yang sudah mengikuti dari
aturan kemenag pendidikan, artinya masing-masing
keduanya tetap ada perbedaannya namun tetap satu tujuan
untuk kemajuan lembaga pondok pesantren Al Habib
Sholeh Bin Alwi Al Haddad (Wawancara, Ustadz Yusuf
29 Mei 2021)

Sangat penting sekali untuk memperhatikan

kurikulum disebuah lembaga pendidikan islam contohnya

pondok pesantren dengan tujuan lebih diakuinya

pembelajaran khususnya pendidikan formalnya. Karna

yang sama-sama kita ketahui untuk zaman sekarang

pendidikan formal sudah menjadi hal yang penting selain

juga harus belajar ilmu agama juga penting mempelajari

ilmu umum untuk menambah wawasan. Begitu halnya

pondok pesantren Al Habib Sholeh Bin Alwi Al Haddad

yang hanya pendidikan formalnya saja yang diberlakukan

kurikulum adapun pendidikan salafiyahnya tidak ada.

Anda mungkin juga menyukai