Anda di halaman 1dari 17

PONDOK PESANTREN “WALI SONGO” NGABAR

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:

Sejarah Pendidikan Islam

Dosen Pengampu:

Chamila Kurniawati, M.Pd.I

Disusun Oleh :

Fidella Alivia Wahyuning Arief

Fakultas/Semester:

Tarbiyah/06

INSTITUT AGAMA ISLAM RIYADLOTUL MUJAHIDIN

PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO


INDONESIA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan Islam
yang diperkenalkan di Jawa sekitar 500 tahun yang lalu. Pada zaman
Walisongo pondok pesantren memiliki peranan yang penting dalam
penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa. Kemudian sejak saat itulah
lembaga pondok pesantren mengalami banyak perubahan dan memiliki
banya peran dalam masyarakat Indonesia.
Pesantren dapat diartikan sebagai lembaga pendidikan Islam
dimana para santri dapat tinggal di asrama dengan materi pengajaran
kitab-kitab klasik dan kitab-kitab umum bertujuan menguasai ilmu Agama
Islam secara detail. Seiring berjalannya waktu pesantren mengalami
berbagai perkembangan baik bentuk bangunan hingga substansinya,
pesantren tak lagi sederhana namun sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan zaman.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Pondok Pesantren ‘Wali Songo” Ngabar Ponorogo?
2. Bagaimana Pendidikan dan Pengajaran Pondok Pesantren ‘Wali
Songo” Ngabar Ponorogo?
3. Bagaimana Perbedaan cara Mengajar dan cara Belajar di Pondok
Pesantren ‘Wali Songo” dari Tempat Lainnya?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar


Ponorogo
Riwayat mengapa dinamakan pondok pesantren? menurut riwayat,
mula-mula seorang kiyai yang mengkaji kediamannya, kemudian datang
beberapa orang santri yang ingin mengenyam (belajar) ilmu pengetahuan
dari kiyai tadi. Semakin hari semakin banyak santri yang dating, akhirnya
tak dapat lagi mereka tinggal di rumah itu. Sehingga timbul inisiatif untuk
mendirikan pondok atau kombongan atau dangau di sekitar masjid dan
sekitar rumah kiyai tadi, itulah alasan dinamakan pondok pesantren.
Jadi yang membuat pondok-pondok itu adalah santri-santri sendiri
bukan kiyai yang mendirikan. Kalau membuat pondok (bangunan) dulu,
pasang advertensi/iklan cari murid ini namanya hotel yang cari-cari
penghuni. Pondok pesantren bukan hotel, karena pondok kepunyaan
bersama. Pembayaran yang diberikan merupakan iuran bukan berarti sewa
atau upah. Dengan uang itu digunakan untuk kepentingan dalam pondok
pesantren, seperti memperbaiki pondok-pondok yang telah didirikan oleh
kakak-kakak dan santri-santri terdahulu. Itulah “self berdruping system”,
sama-sama membayar iuran, sama-sama memakai. Jadi tinggal di
pesantren, bukan di INDEKOST1.
Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar terletak di desa Ngabar,
kecamatan Siman, kabupaten Ponorogo. Secara resmi, pondok ini berdiri
pada tanggal 4 April 1961 oleh KH. Mohammad Thoyyib dan dibantu oleh
kedua putranya, yaitu KH. Ibrahim Thoyyib dan KH. Ahmad Thoyyib.
Jauh sebelum pesantren didirikan, KH. Mohammad Thoyyib telah
melakukan program pendidikan untuk masyarakat Ngabar dengan

1
Drs. H. Moh. Bisri, MA. Buku Diktat Khutbatul Iftitah 2022. (Ponorogo:Pondok Pesantren
“Wali Songo” Ngabar), hal. 9-10.

2
mendirikan Madrasah Ibtidaiyah Bustanul Ulum Al Islamiyah pada tahun
1946 yang dipimpin oleh KH. Ahmad Thoyyib. Dari madrasah ini
kemudian berkembang dengan berdirinya Tarbiyatul Athfal Al-Manaar
pada tahun 1958. Tidak lama setelah diikrarkan berdirinya pondok
Secara historis, penamaan pondok Ngabar tidak lepas dari
Sembilan santri pertama yang dibawa oleh KH. Ibrahim dari Gontor saat
bertugas menjadi penitia penerimaan santri baru di Pondok Modern
Gontor. Atas dasar itulah Pondok Ngabar diberi nama Pondok Pesantren
“Wali Songo” Ngabar. Berdasarkan musyawarah pembahasan nama-nama
Sembilan santri pertama yang dilaksanakan pada Jum’at, 14 Januari,
sembilan santri pertama adalah Ahmad (Pacitan), Kawakib (Pacitan),
Ahmad Nawawi (Banten), Mahmud Sulaiman (Riau), Sahan (Riau), Harun
Arrasyid (Kalimantan), Ainur Rafiq (Ujung Pandang), Muhasyim
(Yogyakarta), Khomsani (Banten).
Secara Ideologis, pemilihan nama Wali Songo dilandasi dengan
keinginan agar santri-santri Ngabar kelak dapat mewarisi semangat
dakwah Wali Songo yang mengislamkan tanah Jawa, dan mampu
meneladai metode dakwahnya sehingga Islam dapat membumi mampu
berdampingan dengan budaya local, humanis dan damai2.
Saat ini Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar dipimpin oleh 3
pimpinan beliau diantaranya KH. Heru Saiful Anwar, MA, KH. Drs. Moh.
Ihsan, M.Ag, KH. Moh. Tholhah, S.Ag. Pondok Pesantren “Wali Songo”
Ngabar berusaha mengembangkan diri di berbagai bidang tidak hanya
pendidikan maupun pembangunan bahkan di bidang usaha sebagai bukti
kemandirian pondok, adapun unit usaha yang berkembang di Pondok
Pesantren “Wali Songo” Ngabar yaitu: Kantin, Koperasi Pelajar, Ngabar
Business Center (NBC) Swalayan, Loundry, Penginapan (HOSTEL),
Wartel, Food Court.3

2
http://ppwalisongo.id/home/about/
3
(Wawancara dengan kepala Unit Usaha Ust. Ujang Usin Sujana, ME)

3
Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar melaksanakan,
menghayati, dan menanamkan jiwa pesantren yang lima dapat disebut
Panca Jiwa sebagai berikut:
1. Keikhlasan
Ditinjau dari makna ikhlas artinya murni, tidak bercampur oleh
apapun. Syeikh Mustofa Gholayaini memberi makna Ikhlas adalah
perbuatan yang dilakukan dengan kesungguhan dan
ketelitian/kedalaman artinya bukan sekedar berbuat. Ibadah yang
Ikhlas adalah ibadah yang dilakukan hanya bertujuan pengabdian tulus
kepada Allah SWT. Dalam kehidupan sehari-hari kata ikhlas sering
dipakai dalam pengertian ridho/rela, apabila seseorang menyatakan
ikhlas memberi sesuatu maka berarti ia melakukan itu dengan
kerelaan.
2. Kesederhanaan
Sederhana adalah kondisi pertengahan antara ujung kemewahan dan
ujung kekurangan yang keduanya merupakan hal yang keluar batas
atau melampaui batas, atau keterlaluan. Kesederhanaan dalam
kehidupan di pesantren, mulai dari makan, minum, berpakaian dan
peralatan-peralatan yang dimilikinya harus berstandar sederhana,
artinya sesuai kepentingan dan fungsinya.
3. Berdikari
Didikan inilah yang merupakan senjata hidup yang ampuh. Berdikari
bukan saja dalam arti bahwa santri selalu belajar dan berlatih
mengurus segala keperluannya sendiri, tetapi juga pondok pesantren
itu sendiri sebagai lembaga pendidikan tidak pernah menyandarkan
kehidupannya kepad bantuan dan belas kasihan orang lain. Namun
demikian tidak lantas bersikap baku sehingga menolak orang-orang
yang hendak membantu pondok pesantren.
Pada hakikatnya berdikari bukan berarti apapun keperluan masing-
masing santri harus ditangani sendiri, ada hal-hal tertentu yang tidak
mungkin dan tidak akan bisa dilakukan dan dipenuhi sendiri.

4
4. Ukhuwah Islamiyah
Kehidupan di pondok pesantren diliputi suasana persaudaraan akrab,
sehingga segala kesenangan dirasakan bersama dengan jalinan
perasaan keagamaan.
5. Kebebasan
Bebas dalam berfikir dan berbuat, bebas dalam menentukan masa
depannya, dalam memilih jalan hidup di masyarakat kelak bagi para
santri dengan berjiwa besar dan optimis dalam menghadapi kehidupan.
Jiwa inilah yang menguasai kehidupan pondok pesantren dan dibawa
oleh santri sebagai bekal pondok dalam kehidupan bermasyarakat4.

B. Pendidikan dan Pengajaran Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar


Diantara amanat/wasiat wakaf yang tercantum dalam Piagam Ikrar
Wakaf (1980) bahwa pondok pesantren “Wali Songo” Ngabar harus
mengutamakan arah pendidikan dan pengajaran kepada: Taqwa kepada
Allah SWT, beramal shaleh, berbudi luhur, berbadan sehat,
berpengetahuan luas, berpikiran bebas, berwiraswasta, dan cinta tanah air.
Dengan demikian seluruh kegiatan yang ada di dalam pondok
berupa apapun oleh siapapun yang berupa kegiatan belajar oleh seluruh
guru dengan seluruh mata pelajaran, kegiatan-kegiatan Majelis
Pembimbing Santri, para pengurus pelajar, kegiatan individu masing-
masing santri dan lain sebagainya, mengarah pada terwujudnya kedelapan
tujuan tersebut.
1. Bertaqwa kepada Allah
Seorang yang taqwa minimal memiliki 4 sifat / perilaku yaitu:
a. Berpetunjuk kepada Al Qur’an dalam penggerak jalan
kehidupannya
b. Iman kepada yang ghoib
c. Menegakkan sholat

4
Drs. H. Moh. Bisri, MA. Buku Diktat Khutbatul Iftitah 2022. (Ponorogo:Pondok Pesantren
“Wali Songo” Ngabar), hal. 12-20.

5
d. Selalu mendermakan sebagian rizkinya baik sedekah/infaq
2. Beramal Sholeh
Amal sholeh secara harfiah bermakna tindakan yang melahirkan
“maslahah” yaitu perbuatan yang membuahkan kebaikan. Santri
Ngabar yang dididik, dibina, dan diajarkan untuk menjadi muslim,
mu’min, muttaqin, dan sholeh tentu akan menjadi manusia unggul,
untung, di dunia dan akhirat.
3. Berbudi Luhur
Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar mengarahkan anak didiknya
agar mereka memiliki budi pekerti yang mulia. Segala gerak-gerik
langkahnya harus bersumber kepada dasar prinsip budi pekerti yang
luhur dan terpuji.
4. Berbadan Sehat
Kesehatan jasmani dan rohani, lahir dan batin merupakan unsur pokok
terlaksananya aktivitas kita. Apabila kesehatan terganggu maka
belajar, pekerjaan, ibadah, dan semua kegiatan kita juga akan
terganggu. Oleh sebab itu menjaga kesehatan penting karena
merupakan kunci pokok kesuksesan aktivitas kita.
5. Berpengetahuan Luas
Berpikiran luas tidak hanya pandai tetapi lebih dari itu yaitu seorang
yang mumpuni tidak bingung dalam menghadapi berbagai problem dan
permasalahan. Islam mewajibkan umatnya untuk selalu menuntut ilmu
seumur hidup (long life education) agar setiap muslim dapat memiliki
pengetahuan luas.
6. Berpikiran Bebas
Para santri di Pondok Pesantren”Wali Songo” Ngabar selalu dididik
untuk berpikiran bebas artinya tidak berpikiran picik dan sempit.
Dengan berpengetahuan luas Insyaallah seorang akan berfikiran bebas,
tidak sempit dan tidak fanatik. Tidak menganggap musuh dan
membenci orang lain yang berpendapat lain.
7. Berwiraswasta

6
Para santri Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar diarahkan untuk
berwiraswasta. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari jiwa
pesantren terutama jiwa berdikari dan jiwa bebas, juga konsekuensi
dari tujuan pendidikan berpengetahuan luas dan berpikiran bebas.
8. Cinta tanah air
Para santri dididik untuk mencintai tanah airnya ikut berpartisipasi dan
ikut mengisi pembangunan bangsa dan Negara, bahkan kalau bias ikut
mewarnai kehidupan Bangsa dan Negara5.

Tingkat pendidikan di Pondok Pesantren ‘Wali Songo” Ngabar Ponorogo,


amanat wakaf menyebutkan bahwa Pondok Pesantren “Wali Songo”
Ngabar, supaya menyelenggarakan pendidikan Taman Kanak-kanak,
Ibtidaiyah, Mu’allimin, Mu’allimat, Pendidikan Tingkat Tinggi. Dengan
demikian ada 4 tingkat pendidikan di Pondok Pesantren “Wali Songo”
Ngabar yaitu:

1. Tingkat pendidikan usia dini (PAUD), “Tarbiyatul Athfal Al Manar


Al-Islamiyah” berdiri tahun 1950
2. Tingkat dasar yang bernama “Madrasah Ibtidaiyah (MI) Mambaul
Huda Al-Islamiyah” berdiri tahun1950
3. Tingkat SLTP dan SLTA disatukan sampai kelas VI “Tarbiyatul
Mu’alimin Al-Islamiyah dan Tarbiyatul Mu’alimat Al-Islamiyah”
berdiri tahun 1980
4. Pendidikan Tinggi (S1) yang bernama Institut Agama Islam Riyadlotul
Mujahidin Al-Islamiyah yang memiliki 3 fakultas, yaitu: Fakultas
Da’wah, Syari’ah, Tarbiyah. Berdiri tahun 1988

Adapun pendidikan non formal yaitu pendidikan diluar kelas/pelajaran


yang mengembangkan skill/kemampuan santri yang disebut
ekstrakurikuler dibagi menjadi cabang olahraga, kesenian, pramuka

5
Ibid, hal. 22-37

7
misalnya: Badminton, basket, sepak bola, voli, band, nasyid, tari daerah,
qiro’, kaligrafi, drumband, PASKIBRA, panahan dan lain-lain6.

C. Perbedaan cara Mengajar dan cara Belajar di Pondok Pesantren


“Wali Songo” dari Tempat Lainnya
Diantara perbedaan yang jelas adalah dalam hal:
1. Keseimbangan antara ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan
umum
2. Intensif dalam pelajaran Bahasa Arab dan Inggris
3. Para santri tinggal dalam asrama yang disiplin

Di TMI/TMt-I sejak permulaan bahasa Arab dan Inggris diajarkan secara


aktif terus dipakai untuk bercakap-cakap dalam pergaulan sampai menjadi
bahasa pengantar dalam beberapa materi pelajaran, bukan hanya sekedar
mengerti atau pasif. Metode yang digunakan adalah metode aktif, metode
lisan dulu seperti Berlizt dan sebagainya7.

Cara hidup di Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar terdapat


jadwal/roster diantaranya:

1. Jadwal harian
2. Jadwal mingguan
3. Jadwal bulanan
4. Jadwal tahunan8

6
Ibid, hal 39
7
Ibid, hal 44.
8
Ibid, hal 64.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar terletak di desa Ngabar,
kecamatan Siman, kabupaten Ponorogo. Secara resmi, pondok ini berdiri
pada tanggal 4 April 1961 oleh KH. Mohammad Thoyyib dan dibantu oleh
kedua putranya, yaitu KH. Ibrahim Thoyyib dan KH. Ahmad Thoyyib.
2. Pendidikan dan pengajaran terdapat 2 jenis yaitu formal dan non formal,
pendidikan formal terdapat 4 jenjeng pendidikan sedangkan pendidikan
non formal disebut ekstrakurikuler.
3. Diantara perbedaan yang jelas adalah dalam hal:
a. Keseimbangan antara ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan
umum
b. Intensif dalam pelajaran Bahasa Arab dan Inggris
c. Para santri tinggal dalam asrama yang disiplin

9
DAFTAR PUSTAKA
Bisri. Buku Diktat Khutbatul Iftitah 2022. (Ponorogo:Pondok Pesantren “Wali
Songo” Ngabar
Biro Sekretariat PPWS Ngabar. http://ppwalisongo.id/home/about/
Wawancara dengan kepala Unit Usaha Ust. Ujang Usin Sujana, ME

10
DOKUMENTASI

Masjid Jami’ Sebelum Renovasi

11
Masjid Jami’ Setelah Renovasi

Asrama Putra/ Mu’alimin

12
Asrama Putri/Mu’alimat

Ngabar Laundry

13
Ngabar Food Production/Dapur

Auditorium/Hall

14
Institut Agama Islam Riyadlotul Mujahidin

NBC Swalayan

15
16

Anda mungkin juga menyukai