Anda di halaman 1dari 13

TUGAS INDIVIDU

DASAR-DASAR PEMERIKSAANDIAGNOSTIK

Dosen pengampu mata kuliah :

Muhaimin Saranani,S.Kep.,Ns.,M.Sc

OLEH

Nama: Muh. Syahril


Ramadhan
NIM : P00320019023
KELAS : 2A Keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA POLITEKNIK
KESEHATANKENDARI
JURUSAN
KEPERAWATAN D-III
KEPERAWATAN
2021
Bissmillahi rahmanirrahim

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu

Puji syukur marilah kita panjatkan kepada Allah swt yang senantiasa

melimpahkan rahmat dankarunia-Nya kepada kita semua, berupa nikmat kesehatan,

keimanan dan juga ilmu pengetahuan, sehingga kita dapat melaksanakan proses

perkuliahan di kampus Poltekkes Kemenkes Kendari dengan baik, serta dapat

menyelesaikan makalah ini tepat padawaktunya.

Terimakasih kami ucapkan kepada dosen yang telah memberikan arahan

mengenai materi yang dibahas dalam makalah ini, juga kepada teman-teman yang

telah berperan aktif dalam penyusunan makalah, sehingga makalah ini bisa saya

susun dengan baik.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga

saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

terciptanya makalah atau karya tulis lain yang lebih baik dikemudian hari.
Kendari, 19 July 2021
BAB 1
Pendahuluan

A. Latar Belakang

Latar Belakang Pemeriksaan diagnostik merupakan penilaian klinis tentang respon


individu terhadap suatu masalah kesehatan.Hasil suatu pemeriksaan sangat penting dalam
membantu diagnosa. Memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa.

Pemeriksaan sistem respirasi merupakan satu dari sistem-sistem yang ada pada tubuh
manusia. Pemeriksaan dilakukan untuk mendapatkan data objektif yang dilakukan dengan
cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pemeriksaan juga dilakukan dengan
prosedur diagnostic, dengan adanya pemeriksaan prosedur diagnostik dapat membantu
dalam pengkajian klien. Penting untuk mengklarifikasi kapan pemeriksaan diagnostik
diperlukan sehingga tindakan yang dilakukan pada pasien akan lebih terarah dan tidak
merugikan karena harus mengeluarkan biaya untuk hal yang sebenarnya dapat dihindari
(Effendi & Niluh, 2002).

Pemeriksaan diagnostik adalah penilaian klinis tentang respon individu terhadap suatu
masalah kesehatan. Hasil suatu pemeriksaan sangat penting dalam membantu diagnosa,
memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa (Effendi & Niluh, 2002).
Prosedur diagnostic yang digunakan untuk mendeteksi gangguan pada system pernapasan
dibagi ke dalam 2 metode,yaitu: Metode morfologis, (diantaranya adalah teknik radiologi,
endoskopi, pemeriksaan biopsy dan sputum) dan Metode fisiologis (misalnya pengukuran
gas darah dan uji fungsi ventilasi).
BAB 1
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1. Pengertian

Pemeriksaan Diagnostik adalah suatu tindakan/prosedur tindakan/pemeriksaan khusus


mengambil bahan atau sampel dari penderita dapat berupa urin; darah; sputum atau
sampel dari hasil biopsy
Pemeriksaan Diagnostik merupakan suatu pemeriksaan penunjang untuk melengkapi
dalam menegakan suatu diagnosa.
Data dalam pemeriksaan Diagnostik merupakan data ilmiah yg tajam utk
mengidentifikasi maslaha yg dihadapi pasien
Pemeriksaan Diagnostik sesuai dengan standar PMI (Pemantapan Mutu Internal) dan
PME (Pemantapan Mutu Eksternal)

2. Tujuan dan Fungsi

 Untuk membantu dalam penegakkan diagnosa/konfirmasi pasti diagnosis


 mendeteksi penyakit
 Menentukan resiko
 Menemukan kemungkinan diagnostik yg dpt menyamarkan gejala klinis
 Membantu pemantauan pengobatan
 Menyedikan informasi prognostik/perjalanan penyakit
 Memantau perkembangan penyakit

3. Perinsip Dasar Pemeriksaan

 Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium.   


 Persiapan penderita  
 Persiapan alat yang akan dipakai  
 Cara pengambilan sampel   
 Penanganan awal sampel (termasuk pengawetan) dan transportasi. 

a) Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium. 

 Menghindari pengulangan pemeriksaan yang tidak penting


 Membantu persiapan pasien sehingga tidak merugikan pasien dan
menyakiti pasien.
 Pengisian formulir dilakukan secara lengkap meliputi identitas pasien:
nama, alamat/ruangan, umur, jenis kelamin, data klinis/diagnosa, dokter
pengirim, tanggal dan kalau diperlukan pengobatan yang sedang diberikan.
 Menghindari tertukarnya hasil
 Membantu intepretasi hasil terutama pada pasien yang mendapat
pengobatan khusus dan jangka panjang
b) Persiapan penderita

 Puasa 2 jam setelah makan akan mengakibatkan peningkatan volume plasma,


sebaliknya setelah berolahraga volume plasma akan berkurang. Perubahan
volume plasma akan mengakibatkan perubahan susunan kandungan bahan
dalam plasma dan jumlah sel darah. 

 Penggunaan Obat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi : asam folat,


Fe, vitamin B12 dll. pemberian kortikosteroid akan menurunkan jumlah
eosinofil, sedang adrenalin akan meningkatkan jumlah leukosit dan trombosit.
Pemberian transfusi darah akan mempengaruhi komposisi darah sehingga
menyulitkan pembacaan morfologi sediaan apus darah tepi maupun penilaian
hemostasis. Antikoagulan oral atau heparin mempengaruhi hasil pemeriksaan
hemostasis

 Waktu Pengambilan Sebaiknya diambil pada pagi hari terutama pada pasien
rawat inap Kadar beberapa zat terlarut dalam urin akan menjadi lebih pekat
pada pagi hari sehingga lebih mudah diperiksa bila kadarnya rendah. Kecuali
ada instruksi dan indikasi khusus atas perintah dokter.

 Posisi Pengambilan Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume


plasma 10 % demikian pula sebaliknya. Hal lain yang penting pada persiapan
penderita adalah menenangkan dan memberitahu apa yang akan dikerjakan
sebagai sopan santun atau etika sehingga membuat penderita atau keluarganya
tidak merasa asing atau menjadi obyek.

c) Persiapan alat yang akan dipakai  

 Persiapan Alat. Dalam mempersiapkan alat yang akan digunakan selalu


diperhatikan instruksi dokter sehingga tidak salah persiapan dan berkesan
profesional dalam bekerja. 
 Pengambilan Darah. Yang harus dipersiapkan antara lain, kapas alkohol 70 %,
karet pembendung (torniket), spuit sekali pakai umumnya 2.5 ml atau 5 ml,
penampung kering bertutup dan berlabel. Penampung dapat tanpa anti
koagulan atau mengandung anti koagulan tergantung pemeriksaan yang
diminta oleh dokter. Kadang-kadang diperlukan pula tabung kapiler polos atau
mengandung antikoagulan. 

d) Cara pengambilan sampel


 Yang perlu diperhatikan lakukan pendekatan dengan pasien atau
keluarganya sebagai etika dan sopan santun, beritahukan apa yang akan
dikerjakan.
 Selalu tanyakan identitas pasien sebelum bekerja sehingga tidak tertukar
pasien.
 Darah dapat diambil dari vena, arteri atau kapiler tidak ada kelainan
kulit di daerah tersebut, tidak pucat dan tidak sianosis.
 Bena yang dipilih tidak di daerah infus yang terpasang/sepihak harus
kontra lateral.
 Darah arteri dilakukan di daerah lipat paha (arteri femoralis) atau daerah
pergelangan tangan (arteri radialis).
 Untuk kapiler umumnya diambil pada ujung jari tangan yaitu telunjuk, jari
tengah atau jari manis dan anak daun telinga. Khusus pada bayi dapat
diambil pada ibu jari kaki atau sisi lateral tumit kaki. 

e) Penanganan awal sampel (termasuk pengawetan) dan transportasi


 Catat dalam buku ekspedisi dan cocokan sampel dengan label dan
formulir. Kalau sistemnya memungkinkan dapat dilihat apakah sudah
terhitung biayanya (lunas). 
 Jangan lupa melakukan homogenisasi pada bahan yang mengandung
antikoagulan 
 Segera tutup penampung yang ada sehingga tidak tumpah 
 Segera dikirim ke laboratorium karena tidak baik melakukan penundaan 
B. PENGAMBILAN SAMPEL
PEMERIKSAAN FAESES/TINJA

1. Pendahuluan

Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus
sebagai sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran pencernaan
(tractus digestifus).
Pemeriksaan feses lengkap adalah suatu pemeriksaan laboratorium untuk menilai dan
mengukur melalui beberapa parameter yang bertujuan untuk mengetahui kondisi
sistem pencernaan seseorang melalui feses.

2. Tujuan

 Mendapatkan spesimen tinja/feses yang memenuhi persyaratan


untuk  pemeriksaan feses rutin
 Untuk pemeriksaan diagnostik karena adanya gangguan fungsi eliminasi BAB
seperti kuman Salmonella, Escherichia coli, Staphylococcus, Sigela, dan lain-lain
termasuk adanya parasist atau cacing.
 Untuk mengkaji adanya perdarahan dari gastrointestinal
 Mendeteksi adanya mikoorganisme parasit
 Mendiagnosis penyakit atau masalah pencernaan
 Mengetahui adanya darah yang tak terlihat secara kasat mata
 Mengevaluasi fungsi sistem pencernaan
 Mengevaluasi pola diet
 Mendeteksi kondisi kesehatan pencernaan

3. Prisip pengambilan sampel

 Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 – 40 menit sejak
dikeluarkan. Bila pemeriksaan ditunda simpan pada almari es.
 Tinja untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari defekasi spontan.
 Jika pemeriksaan sangat diperlukan, boleh juga sampel tinja diambil dengan jari
bersarung dari rectum.
 Tinja hendaknya dibawa dalam keadaan segar, kalau dibiarkan unsur-unsur dalam
tinja itu menjadi rusak.
 Untuk mengirim tinja, wadah yang sebaiknya ialah yang terbuat dari kaca atau
dari bahan lain yang tidak dapat ditembus seperti plastic
4. Indikasi Pemeriksaan Feses
 Adanya diare dan konstipasi
 Adanya ikterus
 Adanya gangguan pencernaan                       
 Adanya lendir dalam tinja
 Kecurigaan penyakit gastrointestinal             
 Adanya darah dalam tinja

5. Macam – macam pemeriksaan feses

• Pemeriksaan makroskopis
• Pemeriksaan mikroskopis
•  Pemeriksaan darah samar
• Kultur Feses

6. Pemeriksaan Makroskopi feses


a) Warna
• Feses umumnya berwarna Kuning di karenakan Bilirubin (sel darah merah
yang mati, yang juga merupakan zat pemberi warna pada feses dan urin).
• Bilirubin adalah pigmen kuning yang dihasilkan oleh pemecahan hemoglobin
(Hb) di dalam hati (liver). Bilirubin dikeluarkan melalui empedu dan dibuang
melalui feses. Fungsinya untuk memberikan warna kuning kecoklatan pada
feses.

b) Bau
 Bau normal tinja disebabkan oleh indol, skatol dan asam butirat.
 Bau itu menjadi bau busuk jika dalam usus terjadi pembusukan isinya, yaitu
protein yang tidak dicernakan dan dirombak oleh kuman-kuman.
 Ada kemungkinan juga tinja berbau asam fermentasi zat-zat gula yang tidak
dicerna diare.
 Bau tengik disebabkan oleh perombakan zat lemak dengan pelepasan asam-
asam lemak.

c) Konsistensi
 Tinja normal agak lunak dengan mempunyai bentuk.
 Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sebaliknya pada
konstipasi didapat tinja keras.
 Fermentasi karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan
bercampur gas (C02).
d) Lendir
 Adanya lendir berarti rangsangan atau radang dinding usus.
 Kalau lendir itu hanya didapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu
mungkin usus besar.
 Kalau bercampur dengan tinja mungkin sekali usus kecil.
 Pada dysenteri, ileocolitis mungkin didapat lendir saja tanpa tinja.
 Kalau lendir berisi banyak leukosit terjadi nanah.

e) Darah
 Apakah darah itu segar (merah muda), coklat atau hitam, apakah bercampur
atau hanya di bagian luar tinja saja.
 Makin proximal terjadinya perdarahan, makin bercampur darah dengan tinja
dan makin hitam warnanya.
 Jumlah darah yang besar mungkin disebabkan oleh ulcus, varices dalam
oesophagus, carcinoma atau hemorhoid.

7. Pemeriksaan Mikroskopis

a) Pemeriksaan Leukosit pada Feses


 Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan.
 Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan
jumlah leukosit.
 Eusinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita
dengan alergi saluran pencernaan.

b) Pemeriksaan Eritrosit pada Feses


 Eritrositnya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus.
adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal.
c) Pemeriksaan Epitel pada Feses
 Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epitel yaitu yang berasal
dari dinding usus bagian distal Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau
ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.
8. Interpretasi Hasil Pemeriksaan feses
• Nilai normal feses pada pemeriksaan makroskopis
* Jumlah           : 100-300 gram per hari dan 70% air
dan 30% sisa makanan
* Warna            : kuning kehijauan
* Bau                : bau indol, asam butirat, dan scatol
* Konsistensi    : berbentuk dan agak lunak
* Lendir             : tidak ada
* Parasit makro: tidak ada
* Darah tampak: tidak ada
C. PEMERIKSAAN SPUTUM
1. PENGERTIAN :

 Sputum merupakan bahan yang digunakan sebagai salah satu sampel pemeriksaan
laboratorium untuk mendiagnosa berbagai macam penyakit tertentu.
 Pemeriksaan sputum juga dapat mendiagnosa apakah suatu pengobatan dapat berhasil
atau berjalan dengan lanacar maupun sebaliknya.

INDIKASI :
 Indikasi pemeriksaan suputum adalah untuk mengetahui adanya infeksi penyakit
tertentu seperti pneumonia, kanker paru dan TBC

2. PENGAMBILAN SEMPEL SPUTUM :

Sebelum mengeluarkan sputum, mintalah penderita untuk berkumur  terlebih dahulu. Jika
hanya sputum sewaktu saja yang dikehendaki  sputum pagilah terbaiknya. Adakalanya
diperlukan sampel kumpulan yaitu sampel 12 jam atau 24 jam.

JENIS PEMERIKSAAN SPUTUM :


a) Makroskopi
Bisa dilihat dari banyaknya, bau, warna,
konsistensi, unsur-unsur khusus (butiran keju,
uliran curschmann, tuangan bronchi, sumbat
dittrich).
b) Mikroskopi
Dilakukan dengan sedian natif dan pulasan (Pewarna
gram, Kultur Sputum, Sensitivitas, Basil tahan asam
(BTA) , Tes Kuantitatif, Sitologi)

PRINSIP PENGAMBILAN SEMPEL :


• Penderita kumur dulu sebelum mengeluarkan sputumnya.
• Pengambilan sputum juga harus dilakukan sebelum pasien menggosok gigi Jika hanya
sputum sewaktu saja  sebaiknya sputum pagi sebelum makan.
• Minta pasien untuk napas dalam lalu batuk. Diperlukan sputum sebanyak 15-30mL.
Sputum diambil dari batukkan pertama
• Lakukan perawatan mulut dengan obat expectorant atau dengan mengkonsumsi air teh
manis saat malam sebelum pengambilan sputum.
• Sputum sewaktu ditampung dalam wadah tertutup. Harus dijaga jangan sampai wadah
itu dicemari bagian luarnya;
PENYIMPANAN
• Penyimpanan < 24 jam pada suhu ruang
• Penyimpanan pada pot steril berpenutup
PENGIRIMAN
• Pengiriman < 2 jam pada suhu ruang
• Bila tidak memungkinkan, simpan dalam media transport (Amies medium, Stuart’s
medium)
D. PENGAMBILAN SPESIMEN URINE :
1. PENGERTIAN :
 Suatu tindakan mengambil sejumlah urine sebagai sampel untuk pmemeriksaan
labolatorium.
 Suatu tindakan untuk memberikan informasi tentang faal ginjal; saluran; hati, saluran
empedu, pancreas, dsb.

TUJUAN :
1. Mengambil sempel urine yang tidak terkontaminasi untuk menganalisa urine rutin
atau diagnostik yang meliputi test kultur dan sensivitas.
2. Mengetahui adanya mikrooganisme dalam urine.
3. Untuk mengetahui unsur-unsur yang ada dalam urine secara lengkap sehingga dapat
membantu menegaskan diagnose dokter pemeriksa.

JENIS PENGAMBILAN SEMPEL :


 Urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan setiap saat dan tidak ditentukan
secara khusus.
 Urine pagi adalah Pengumpulan sampel pada pagi hari setelah bangun tidur,
dilakukan sebelum makan atau menelan cairan apapun. Urine pagi baik untuk
pemeriksaan sedimen dan pemeriksaan rutin serta tes kehamilan berdasarkan
adanya HCG (human chorionic gonadothropin) dalam urine.
 Urine tampung 24 jam adalah urine yang dikeluarkan selama 24 jam terus-
menerus dan dikumpulkan dalam satu wadah. Urine jenis ini biasanya digunakan
untuk analisa kuantitatif suatu zat dalam urine, misalnya ureum, kreatinin,
natrium, dsb. Urine dikumpulkan dalam suatu botol besar bervolume 1.5 liter dan
biasanya dibubuhi bahan pengawet, misalnya toluene.

Anda mungkin juga menyukai