Anda di halaman 1dari 271

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2

[Konten]

Prolog : Monologue Siswa White Room

Bab 1 : Perubahan Dalam Kehidupan Sekolah

Bab 2 : Waktu yang Mengalir

Bab 3 : Musim Panas yang Semakin Dekat, Firasat akan


Pertempuran Sengit

Bab 4 : Pertempuran Kelas Satu dan Kelas Tiga

Bab 5 : Undangan

Epilog : Ketenangan Sebelum Badai


PROLOG : MONOLOGUE SISWA WHITE ROOM

SMA Koudo Ikusei. Dalam ruangan kelas satu di gedung sekolah itu.

Di sana sekarang, kegiatan belajar mengajar tingkat rendah sedang berlangsung.

Meskipun kami siswa yang berusia sama, aku berusaha keras menahan rasa kantuk
melihat soal-soal yang sederhana ini.

Aku merasakan ilusi dimana aku adalah orang dewasa yang berada diantara anak-
anak TK.

Belajar di tempat ini adalah hal yang sia-sia, tidak sedikit waktu pelajaran yang
kuhabiskan untuk meratapi itu.

Karenanya saat itu, seseorang muncul dibenakku.

Perasaan yang di sebut [kebencian] meluap keluar dari dalam lubuk hatiku, itu
mengingatkan alasan aku berada di tempat ini. Tanpa sengaja, aku menggunakan
kekuatan yang berlebih di tangan kananku yang sedang memegang pena tablet.

Ayanokouji Kiyotaka.

Entah sejak kapan aku mengetahui nama itu.

Sekalipun aku mencoba untuk mengingatnya, sulit untuk mengetahui kapan hari
pastinya.

Tapi, dapat dipastikan bahwa nama itu telah terukir jelas dalam ingatanku semenjak
aku mulai bisa mengingat.

Tidak ada satupun orang di White Room yang tidak tahu dengan namanya.

Kenapa bisa begitu?

Alasannya sederhana. Karena dia lebih baik daripada anak-anak yang lain, baik dari
kelas maupun usia.

Tidak ada yang bisa melampaui Ayanokouji Kiyotaka generasi keempat.

Hasilnya, Ayanokouji Kiyotaka dijadikan sebagai mahakarya.


Dia hanyalah seorang anak-anak, tapi dia memberikan dampak yang besar pada
White Room.

Kami anak-anak yang berasal dari generasi kelima, setahun di bawahnya, sangat
terpengaruh dengan keberadaannya. Orang itu, tidak peduli seberapa sulit
pelajarannya, dia selalu bisa menyelesaikannya dengan sempurna.

Namun, itu juga berlaku untukku. Aku selalu meraih hasil yang luar biasa diantara
generasi kelima.

Aku terus berusaha untuk membuktikan bahwa aku lebih jenius daripada siapapun.

Tapi... jenius sepertiku, tidak pernah menerima pujian sekalipun.

Alasannya tidak perlu kujelaskan lagi.

Kata-kata dingin yang selalu diucapkan oleh para instruktur.

[Setahun yang lalu, Ayanokouji Kiyotaka jauh lebih menakjubkan]

Tidak peduli seberapa keras aku berusaha, tidak peduli seberapa bagus nilaiku, aku
masih tidak diakui.

Malahan yang kuterima hanyalah perintah untuk mengejar ketinggalan dengan


makhluk yang tidak terjangkau seperti dewa.

Bahkan beberapa diantara mereka yang belajar di tempat yang sama denganku,
mulai menjadikan Ayanokouji Kiyotaka sebagai [Dewa].

Itu sangat menyedihkan.

Mereka harusnya menerima pendidikan untuk menjadi nomor satu, tapi mereka
malah menyerah setelah mengetahui keberadaan Ayanokouji Kiyotaka.

Orang-orang seperti itu, tidak akan bisa bertahan di White Room sampai akhir.

Hasilnya, para siswa di generasiku mulai tersingkirkan satu persatu.

Namun, aku tidak berkecil hati. Meskipun aku tidak mendewakannya, aku curiga
bahwa sosok yang dikenal sebagai Ayanokouji Kiyotaka itu sebenarnya tidak ada,
malahan aku berpikir dia adalah karakter fiksi yang dibuat untuk memotivasi kami.

Para Instruktur samar-samar menyadari pemikiranku itu.

Suatu hari, kami menerima perintah dari Instruktur dan dibawa ke ruang tamu yang
digunakan oleh orang luar.
Itu hanya melalui lapisan kelas, tapi di sana, untuk pertama kalinya, aku dapat
mengkonfirmasi langsung keberadaan Ayanokouji Kiyotaka dengan mataku sendiri.

Dia tidak mungkin tahu bahwa aku sedang memperhatikannya, tapi aku terkejut
melihatnya mendapatkan nilai yang luar biasa dengan mudah.

Sampai sekarang aku masih mengingat sosoknya, dan tanpa kusadari aku dibuat
menggigil olehnya.

Namun, jika ada yang bertanya apa aku sedang melihat dewa, maka aku akan
menyangkalnya.

Aku tidak melihatnya seperti itu. Bagiku keberadaannya sama seperti musuh.

Tidak baik bagiku untuk "mengagumi". "Kebencian"... Hanya itulah perasaan yang
bisa membuatku berkembang.

Ya, perasaan itulah yang meningkatkan adrenalinku. Berkat kebencian itulah aku bisa
bertahan di White Room sampai akhir.

Tapi pada akhirnya, penghormatan, kebencian, atau semacamnya... hanyalah


perasaan dan pemikiran pribadi seseorang.

Bagi orang-orang di organisasi, apa yang dipikirkan oleh anak-anak tidaklah penting.

Tujuan akhir White Room bukanlah untuk menghasilkan orang-orang yang bisa
menjadi nomor satu.

Melainkan, untuk membangun penelitian yang bisa menghasilkan orang-orang luar


biasa dalam jumlah banyak.

Itulah alasan sebenarnya keberadaan White Room.

Tidak peduli apakah itu aku atau Ayanokouji Kiyotaka. Selama itu adalah contoh yang
sempurna.

Dan itulah mengapa kegagalan tidak ada nilainya.

Dengan kata lain, jika Ayanokouji Kiyotaka dikatakan sebagai mahakarya, apa arti
dari keberadaanku? Yang telah melalui semua pembelajaran ini?

Aku hanya akan dianggap sebagai salah satu kegagalan, hidupku akan berakhir
menjadi orang yang tidak berharga.

Kehidupan yang tragis.

Aku akan berakhir seperti siswa yang disingkirkan.


Bagaimana mungkin aku bisa menerima itu?

Aku harus membuktikan bahwa [Ayanokouji Kiyotaka] tidak diperlukan sama sekali.

Aku akan membuat organisasi itu mengakuiku sebagai mahakarya sejati.

Dan kemudian kesempatan sekali seumur hidup datang dengan sendirinya kepadaku.

Ayanokouji Kiyotaka tidak menuruti perintah, dia menolak untuk kembali ke White
Room yang baru saja akan dimulai kembali.

Berkat ini, aku mendapatkan kesempatan untuk melakukan kontak dengan


Ayanokouji Kiyotaka.

Ya―benar sekali.

Akhirnya tiba kesempatan yang langka bagiku untuk menguburnya.

Dan untuk itu, lebih baik aku membuang akal sehat yang palsu ini.

Bagaimanapun, membunuhnya... juga merupakan salah satu cara untuk


menyelesaikan masalah ini.

BAB 1 : PERUBAHAN DALAM KEHIDUPAN SEKOLAH

Pada hari itu, Kelas 2-D menghadapi situasi aneh yang belum pernah terjadi
sebelumnya.

Teruhiko Yukimura berkali-kali menghentakkan kakinya, sambil melihat ke arah pintu


masuk kelas.

"Bisakah kamu tenang sedikit? Ini bahkan belum sampai 5 menit sejak Kiyopon pergi.
Dia dipanggil oleh sensei, kan? Berarti dia tidak akan kembali dalam waktu dekat."

Hasebe Haruka, teman sekelas sekaligus teman terdekat, berkata begitu kepada
Yukimura.

Sakura Airi dan Miyake Akito duduk di sebelahnya.

"Aku sudah tenang... tidak perlu khawatir," jawab Yukimura.


Meskipun dia berhenti menghentakkan kaki, tidak lama setelah itu dia kembali
tegang. Diam-diam dia mulai menghentakkan kakinya ke atas dan ke bawah, hingga
menggesek celananya.

Yukimura berencana untuk bicara dengan Ayanokouji sepulang sekolah, tapi dia
menundanya karena kehadiran Horikita. Kemudian dia mendengar dari gadis itu
bahwa Chabashira memanggilnya, setelah itu Ayanokouji pergi ke suatu tempat, dia
terpaksa harus menunggu di ruang kelas hingga Ayanokouji kembali. Hasebe
menghela nafas, dan mengarahkan pandangannya ke luar jendela.

Gadis ini tahu bahwa Yukimura tidak biasanya seperti ini, dia pun sadar tidak ada
gunanya lagi menenangkan Yukimura. Suasana di Kelas 2-D terasa berat.

Langit biru yang cerah di musim semi pada bulan Mei ini, tampak begitu indah, pikir
Hasebe dalam benaknya.

Kemudian, dia memikirkannya lagi, kenapa situasinya berakhir jadi seperti ini?

Pada ujian khusus di bulan April, siswa kelas satu berpasangan dengan siswa kelas
dua untuk menyelesaikan ujian.

Ujian khusus itu merangkup 5 mata pelajaran, teman mereka Ayanokouji Kiyotaka..
mendapatkan nilai sempurna di mata pelajaran matematika.

Jika itu ujian biasa, tidak terlalu mengejutkan melihat siswa mendapatkan nilai
sempurna.

Dengan kemampuan akademik yang tinggi, Yukimura adalah siswa yang telah
beberapa kali mendapatkan nilai sempurna. Tentu saja, ada juga siswa yang sesekali
mendapatkan nilai sempurna. Itu karena mereka belajar dengan giat sebelum ujian,
atau mendapatkan keberuntungan ketika ujian.

Tapi, ujian kali ini sangat berbeda dari ujian-ujian sebelumnya.

Meskipun tidak sepintar Yukimura, Hasebe menyadarinya samar-samar.

Dalam ujian khusus ini, terlepas dari subjekmya, Ayanokouji Kiyotaka adalah satu-
satunya siswa di kelas yang mendapatkan nilai sempurna.

Tidak bisa dijelaskan apakah ini sudah disiapkan sebelumnya atau hanya sebuah
kebetulan.

"Sudah 6 menit, ya... Kurasa dia tidak akan segera kembali."

Sebagai teman, dia tidak bisa meninggalkan Yukimura yang sedang gelisah. Hasebe
berencana untuk membahas topik yang berbeda, tapi pada akhirnya, dia
memutuskan untuk tetap diam dan menyerahkan topik pembicaraan pada Yukimura.
Meskipun alasan utamanya ingin melakukan itu demi mengalihkan pikiran Yukimura,
Hasebe sendiri juga ingin tahu fakta mengenai Ayanokouji yang mendapatkan nilai
sempurna dalam mata pelajaran matematika.

"Apakah soalnya sangat sulit?"

Mendengar pertanyaan itu, Yukimura mengangguk tanpa ragu.

"Masalahnya bukan soalnya yang sulit atau tidak. Aku bahkan tidak mengerti soal-
soal ujian itu."

Apa yang dimaksud Yukimura bukan karena dia tidak bisa menjawab soal, melainkan
dia tidak bisa memahami soal-soal tersebut.

"Setelah ujian selesai, aku mencoba menganalisis soal yang kuingat, dan aku
menyadari bahwa soal-soal itu di luar jangkauan siswa SMA. Dengan kata lain, itu
adalah soal yang seharusnya tidak bisa kita selesaikan."

"Apa-apaan itu? Apakah sekolah memiliki masalah dengan kita? Pertanyaan ujian
bahkan sudah berada diluar jangkauan kita."

"Ini benar-benar tidak masuk akal. Itu sebabnya poin yang kau dapatkan dalam
setiap mata pelajaran turun drastis. Tapi ada juga pertanyaan yang mudah, tidak
seperti yang dikatakan Chabashira-sensei."

Selain pertanyaan sulit yang tak terduga, ada juga beberapa pertanyaan tingkat
rendah yang termasuk di dalam ujian.

"Jadi mereka menebusnya dengan menaikkan nilai rata-rata kita?"

"Lagipula, hasil ujian terkait langsung dengan pengusiran. Itu sangat membantu
kelas."

Itu merupakan sesuatu yang membahagiakan, tapi bagi Yukimura, itu hanyalah
sesuatu yang sepele.

"Ayanokouji mendapatkan nilai sempurna, yang seharusnya tidak bisa didapatkan.


Aku... seperti sedang menyaksikan trik sulap."

Fakta bahwa Yukimura sengaja memanggil nama belakangnya, jelas menunjukkan


kebencian Yukimura.

"Ja-Jadi dia berhasil menjawab pertanyaan seperti itu, Kiyotaka-kun sungguh


menakjubkan!"

Sakura mengatakan ini dengan senyum cerah di wajahnya, dia mencoba untuk
mengubah suasana yang suram ini.
Namun itu malah berefek sebaliknya, wajah Yukimura semakin menegang.

"Aku berusaha untuk memahami kemampuan akademik 'kalian semua' selama kelas
satu, setidaknya aku sudah tahu sampai tingkat tertentu. Itu sebabnya aku sangat
terkejut dengan ini, aku menilai tidak ada dari kalian yang bisa menjawab
pertanyaan tersebut.

(Tl note : ' anggota grup Ayanokouji)

"Ceritakan lebih banyak."

Mendengar percakapan grup Ayanokouji, Shinohara ikut bergabung.

Sebelum Yukimura menyadarinya, sudah banyak teman sekelasnya yang


mendengarkan pembicaraannya.

"Kalian semua sudah memeriksanya di tablet, kan? Apa ada siswa di kelas kita yang
mendapat nilai sempurna? Tidak, coba kalian lihat juga kelas-kelas lain, kalian akan
mengerti nanti. Lilhatlah hasil keseluruhan kelas dua. Tidak ada satupun siswa yang
mendapat nilai sempurna, bahkan Ichinose ataupun Sakayanagi."

Fakta lebih kejam daripada kata-kata. Yukimura menunjukkan kenyataannya dan


meletakkan tablet di atas meja.

Di sana, terlihat hasil ujian siswa selain Kelas 2-D.

"Aku bahkan tidak tahu ini. Kau bisa melihat hasil ujian siswa di kelas lain. Bagaimana
caranya?"

Shinohara yang terkejut mengambil tablet yang diberikan padanya, dia mengusap
layar tablet itu seolah-olah tidak percaya akan hal itu.

"Entahlah. Mungkin karena pengenalan OAA, atau mungkin karena alasan lain.
Apapun alasannya, kita harus menunggu sampai pengumuman detail ujian
berikutnya untuk mengetahui jawabannya."

"Waaah, aku tidak suka ini! Bukankah ini berarti banyak yang akan mengetahui
nilaiku? Ini sangat buruk!"

Karuizawa Kei, pemimpin para gadis di kelas berkata begitu dengan kesal

Kemudian dia melanjutkan―

"Mungkin Ayanokouji-kun hanya jenius di bidang matematika saja! Kalian tahu kan,
terkadang dalam drama di TV, ada seorang protagonis yang menggunakan
pengetahuan matematika atau semacamnya untuk menyelesaikan kasus
pembunuhan? Kurasa dia sama seperti itu."
Meskipun kata-kata itu sedikit melenceng dari topik saat ini dan bisa saja dianggap
sebagai angin lalu, Yukimura menyangkalnya dengan wajah tercengang setelah
mendengar kata-kata Karuizawa.

"Kalau begitu katakan padaku, mengapa dia tidak mendapatkan nilai sempurna pada
ujian matematika sebelumnya? Jika dia bisa menjawab pertanyaan sesulit ini, tidak
masuk akal baginya tidak mendapatkan nilai sempurna atau mendekatinya sebelum
ini."

Yukimura menekankan hal itu, seolah-olah merasa kalau siswa lain telah melupakan
topik utama.

"Apa gunanya menanyakan itu padaku? Yah, mungkin dia belajar sangat keras
selama liburan musim semi, atau semacamnya?"

Jawaban yang tidak tepat dari Karuizawa membuat Yukimura semakin kesal.

"Ini bukan sesuatu yang bisa dilakukan dalam waktu singkat. Bahkan jika dia telah
mempelajari tingkat yang lebih tinggi dari perkiraanku, itu tidak menjelaskan dia bisa
menyelesaikan soal di luar pengetahuan siswa SMA! Kalau kau tidak dapat
memahami itu, lebih baik tutup mulutmu."

Respons blak-blakan Yukimura terdengar agak mengganggu bagi Karuizawa, dan


membuatnya hampir emosi.

"Aku tidak tahu apa-apa mengenai itu. Jadi bisakah kamu berhenti marah-marah
begitu? Kamu membuatku kesal."

"Ya, ya! Bukankah tidak masuk akal kalau kamu melampiaskan amarahmu pada
Karuizawa-san?"

Maezono juga membalas perkataan Yukimura, dan membantu Karuizawa.

Karuizawa yang telah mendapatkan sekutu, segera berbalik dan mulai menggali
perkataan Yukimura.

"Kamu bermulut besar, tapi tidak mungkin kamu tidak memahami pertanyaannya,
kan? Mungkin kamu hanya tidak mampu menjawabnya, sedangkan pertanyaan itu
sendiri sebenarnya tidak begitu sulit, benar kan?"

Jauh di lubuk hatinya, Karuizawa sadar bahwa kata-katanya ini cukup keterlaluan.

Tapi dia tidak mengubah sikapnya, dia merasa harus pura-pura bodoh di sini.

Namun, ketika suasana semakin memanas, keraguan para siswa pada Ayanokouji
semakin dalam.
"Apa kau sudah lupa? Pertanyaan itu bahkan membuat Sakayanagi dan Ichinose
tidak bisa mendapatkan nilai sempurna."

"Bisa saja dia hanya kebetulan mengerti pertanyaan itu, kan?"

"Barusan sudah kukata―"

Yukimura telah melampaui batas amarahnya dan hampir kehabisan kata-kata.

Kemudian, setelah menenangkan dirinya, dia mulai menjelaskan.

"Aku... yah, pada dasarnya, pria itu... kemungkinan mahir dalam bidang matematika
di tingkat, kurasa."

"Jadi apa masalahnya? Seperti yang kukatakan, dia adalah seorang genius
matematika, benar kan?"

"Bukan itu masalahnya. Kalau hanya itu, maka dia―"

"Ah, maaf mengganggu. Sejak tadi aku sudah kepikiran..."

Ketika percakapan mulai beralih ke arah yang tak terduga, Minami Setsuya juga ikut
bergabung.

"Memang agak membingungkan bahwa Aynokouji mendapatkan nilai sempurna, dan


kurasa tidak ada yang aneh dengan perkataan Yukimura. Hanya saja, bukankah ini
terlalu tiba-tiba? Lagipula, dia sebelumnya tidak pernah mendapatkan nilai yang
tinggi."

Kali ini pernyataan itu seolah-olah memperkuat kata-kata Yukimura, namun di saat
yang sama juga menimbulkan kecurigaan dari arah yang berbeda.

"Itulah sebabnya aku penasaran, apa Ayanokouji ini melakukan sesuatu?"

Gagasan yang muncul di benak Yukimura dan siswa lainnya adalah "Ayanokouji
genius di bidang matematika". Namun, muncul pendapat lain yang menyangkal
pemikiran itu.

"Bagaimana kalau itu bukan hasil dari kemampuannya sendiri?"

"Bisa jadi begitu. Seperti melihat lembar soal sebelum ujian atau semacamnya. Kita
pernah melakukannya ketika kelas satu, apa kalian ingat? Ulangan yang berisi
pertanyaan sama persis seperti tahun-tahun sebelumnya!"

Setelah mengingat hal ini, Ike Kanji mengatakannya dengan keras.


Pada musim semi tahun lalu, mereka sekelas mendapatkan soal masa lalu dari siswa
kelas tiga. Ulangan itu bisa dikatakan sangat sulit, tapi jika mengingat jawabannya,
siapapun bisa mendapatkan nilai yang tinggi.

"Tapi kalau soalnya sama persis dengan soal masa lalu, bukankah tidak masuk akal
kalau dia tidak memberitahu kita? Terlebih lagi, tidak ada seorangpun di kelas lain
yang menyadari hal itu."

Mendengar pernyataan Ike, Miyamoto dengan tenang menunjukkan bagian-bagian


yang tidak bisa dia terima.

"Lalu... Bagaimana kalau dia menggunakan cara yang tidak boleh disebutkan?
Mengetahui jawaban sebelum menjawab soal... seperti... berbuat curang."

"Berbuat curang? Bagaimana caranya?"

Shinohara yang berdiri disampingnya, meminta penjelasan atas pernyataannya


tersebut.

"Meretas komputer sekolah atau mencuri jawaban! Banyak kemungkinannya!"

"Itu sama bodohnya dengan perkataan Karuizawa..."

Yukimura jadi pusing, melihat kekacauan kelas yang sudah tidak terkendali.

Tapi entah kenapa, waktu terasa mengalir dengan cepat karena topik spekulatif ini.

Diskusi yang semakin memanas mulai fokus pada kemungkinan Ayanokouji tidak
menyelesaikan soal dengan kemampuannya sendiri, melainkan dengan cara lain.

Mengingat dia tidak pernah mendapatkan nilai tinggi sebelumnya, bisa dikatakan
arah diskusi ini cukup masuk akal.

Tapi Sudou Ken, yang telah diam mendengarkan sampai saat ini, membantah
spekulasi tersebut.

Dia berdiri dari kursinya, dengan tubuh yang tingginya mencapai 186 cm, dia
langsung menarik perhatian seluruh siswa di kelas.

"Kelihatannya kalian terlalu antusias, tapi kalian tidak punya bukti kalau Ayanokouji
melakukan kecurangan, kan? Jangan langsung mengambil kesimpulan saat orangnya
tidak ada di sini."

Kata-kata itu cukup masuk akal, tapi mereka semua terkejut mendengar kata-kata itu
keluar dari mulut Sudou.

Terutama Ike, yang sudah lama berteman baik dengan Sudou, dia menunjukkan
ketidakpuasannya.
"Apa maksudmu, Ken? Apa jangan-jangan kau memihak Ayanokouji?"

"Bukan begitu. Tapi, mustahil dia bisa melihat lembar soal dengan mudah, kan? Aku
hanya berpikir kemungkinannya lebih tinggi bahwa dia mendapatkan nilai sempurna
dengan kemampuannya sendiri."

Bagian kedua dari apa yang dia katakan tidak begitu jelas, tapi dia tetap menyatakan
pendapatnya.

"Jika bicara tentang kemampuan, nilai akademksnya di OAA bulan lalu lebih rendah
dariku, kan? Jadi tidak mungkin kalau dia tidak berbuat curang."

Miyamoto yang telah melihat OAA yang baru saja diperbarui, berkata begitu seolah-
olah yakin bahwa Ayanokouji telah melakukan kecurangan.

"Itu berarti dia sudah berbeda dari tahun lalu. Siapa saja bisa berkembang menjadi
lebih baik."

"Bukankah yang dikatakan Sudou-kun itu benar? Bahkan, kemampuan akademik


Sudou-kun telah melampaui Miyamoto-kun."

Kritik tajam Karuizawa membuat Miyamoto malu sesaat.

Setahun yang lalu, tidak berlebihan jika menyebut Sudou sebagai yang terburuk. Tapi
saat ini, setelah pembaruan OAA, kemampuan akademiknya meningkat dengan
pesat hingga 54 poin. Memang benar itu hanya berselisih satu poin dengan
Miyamoto yang mendapatkan nilai 53 poin, tapi itu masih lebih tinggi.

"Y-Yah, itu karena Sudou berusaha keras untuk belajar, aku mengakui
perkembangannya, tapi kalau Ayanokouji... perkembangannya terlalu pesat, dan
juga terlalu cepat!"

"Itu sebabnya, ada kemungkinan dia menahan diri seperti Kouenji!"

Sekarang, topik yang dikatakan Karuizawa sebelumnya mengenai genius matematika


dimulai lagi.

Sepertinya inti percakapan sudah ditetapkan, dan menuju ke arah yang buruk.

"Kalau begitu, bukankah itu lebih buruk? Itu berarti dia tidak berkontribusi pada
kelas, kan?"

Dia bisa saja menaikkan poin kelas, tapi dia sengaja tidak melakukannya.

Jika dia benar-benar menyembunyikan kemampuannya, maka tidak ada yang salah
dengan perkataan Ike barusan.
Sudou dan siswa lain, yang selalu berhubungan baik dengan teman mereka, akan
segera terjerumus ke dalam perselisihan internal.

Menyadari bahwa ini tidak bisa dibiarkan berlangsung terlalu lama, salah satu siswa
bertindak sebagai penengah.

"Semuanya, tolong tenang sedikit. Kita tidak akan bisa menyelesaikan masalah
dengan emosi, bukan?"

Ketika suasana kelas semakin memburuk, Hirata Yousuke melangkah masuk dan
meminta jeda. Biasanya, Hirata memimpin diskusi untuk menyatukan kelas, dia tetap
diam sebelumnya hingga akhirnya dia mulai bicara. Dia memutuskan untuk
menunggu sampai yakin dengan pertimbangan dan pemikiran siswa di kelas,
sebelum bertindak untuk memberi solusi.

Pertama, Hirata berbicara pada Sudou dengan ramah.

"Sudou-kun, bukankah sudah hampir waktunya untuk melakukan aktifitas klub?"

"Eh? Ahhhh, aku baru ingat setelah kau mengatakannya..."

Perkataan Hirata yang tiba-tiba itu membawa Sudou kembali ke dalam kenyataan.

"Aku tahu kau kepikiran dengan topik ini, tapi sekarang masih banyak hal yang
belum pasti. Kurasa tidak baik untuk membiarkan aktifitas klubmu terlantar hanya
karena spekulasi belaka. Kau tahu kan, kalau sekarang alasan "terlambat sekali saja"
tidak akan berhasil?"

Saat ini, tujuan utama Hirata adalah mengurangi jumlah siswa dalam kelas.

Dia menenangkan Sudou dan siswa lain, yang semakin memanas hingga lupa dengan
aktifitas klub mereka. Pengenalan OAA menyebabkan bertambahnya jumlah siswa
yang khawatir dengan nilai mereka, termasuk Sudou.

Sudou mengambil tasnya dengan tenang, setelah melirik sekilas Horikita Suzune
yang tidak mengatakan apapun terhadap keributan ini, dia meninggalkan ruang kelas.
Diikuti oleh siswa lain yang juga memiliki aktifitas klub.

"Aku juga harus pergi. Maaf, aku akan menyerahkan Keisei pada kalian."

"Ya. Sampai jumpa, Miyacchi."

Miyake, salah satu anggota grup Ayanokouji, mengemasi barang-barangnya dan


meninggalkan kelas yang sedang dalam suasana bergejolak. Sakura dan Hasebe
mengantar kepergiannya.
Meskipun ada beberapa siswa yang pergi, lebih dari setengahnya masih menetap di
ruang kelas.

Kami Kelas 2-D baru saja menyelesaikan ujian khusus pertama kami sebagai siswa
kelas dua.

Tangan kiriku terluka setelah konflik dengan Housen, tapi aku berhasil
menghilangkan resiko pengusiran. Mungkin butuh waktu lama agar luka ini sembuh,
tapi mau bagaimana lagi, ini adalah harga yang harus kubayar.

Tsukishiro mengamatiku ketika aku meninggalkan ruangan, begitu pintu tertutup,


aku menghela nafas ringan.

Sekarang, kehidupanku kembali seperti biasa...

Namun, situasi saat ini tidak akan membiarkan itu terjadi.

Pendapat orang-orang terhadapku kini telah berubah.

Bagi kebanyakan siswa, dipanggil oleh Wali Kelas dan menghadap Direktur bukanlah
hal yang biasa. Setelah memikirkan itu, nampaknya aku harus menerima kenyataan
ini.

Palingan aku hanya akan mengatakan : Aku melarikan diri ke sekolah ini, tapi
sekarang ada pengekang yang mengikutiku. Dan satu-satunya cara untuk bebas
darinya adalah dengan mengeluarkannya atau aku dikeluarkan.

"Sepertinya pembicaraan kalian sudah selesai?"

"Begitulah."

Tampaknya Chabashira menungguku di tempat yang agak jauh dari ruangan tadi, dia
mendekatiku dengan santai.

Aku sedikit kecewa ketika melihat sosok Chabashira, tapi aku tidak menunjukkannya
di wajahku.

Sejauh ini, Tsukishiro belum mengetahui bahwa aku bekerja sama dengan
Chabashira Wali Kelas 2-D, dan Mashima-sensei Wali Kelas 2-A.
Chabashira menungguku di sini ketika aku berbicara dengan Tsukishiro. Dilihat dari
manapun, itu bukanlah hal yang wajar.

Tidak masalah jika Chabashira menganggap itu adalah tugasnya sebagai Wali Kelas.
Tapi orang yang kuhadapi saat ini adalah Tsukishiro, aku tidak bisa mengabaikan
bahwa ini mungkin saja salah satu jebakannya. Karena itulah, kuharap dia segera
pergi dari sini dan tidak mengikutiku.

Kalau itu guru dan siswa yang normal, seorang guru tidak akan menunggu muridnya.

Jika Chabashira berpikir dengan tenang, mungkin dia akan sampai pada kesimpulan
itu.

Dia pasti begini karena aku sudah terang-terangan menunjukkan kemampuanku dan
mendapatkan nilai sempurna dalam ujian. Bukannya aku tidak memahami
perasaannya itu, tapi dia terlalu ceroboh.

Meskipun dia berada di pihakku, pendapatku dan pendapatnya tentang pria itu
sangat berbeda.

Bagi Chabashira, yang paling penting adalah dia dapat terhubung dengan ayah dari
salah satu muridnya.

Tapi itu tidaklah masalah, karena dia tidak tahu apa-apa mengenai White Room.

Jadi wajar jika tingkat kewaspadaan kami terhadap pria itu berbeda.

Dan begitulah, aku tidak akan mengatakan apapun padanya tentang hal itu...

Satu-satunya hal yang bisa kulakukan sekarang adalah meninggalkan tempat ini
secepat mungkin. Aku terus berjalan ke depan tanpa memperlambat langkah kakiku.

"Sekarang kau sudah terkenal."

Aku penasaran dengan apa yang ingin dia katakan, tapi ternyata dia hanya
mengatakan itu.

"Aku tidak senang sedikit pun mendengarnya, tapi aku memang perlu bertindak
begitu. Aku hanya dapat berasumsi bahwa ini masih dalam batas wajar."

"Walaupun kau mengabaikan siswa dari kelas lain, bagaimana kau akan
menjelaskannya kepada teman-teman sekelasmu? Selama ini kau berusaha untuk
tidak menonjol dan terlihat biasa-biasa saja, tapi kau tiba-tiba mendapatkan nilai
sempurna dalam ujian matematika dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Tentu saja
kau akan menarik perhatian mereka sekarang. Apa kau sudah mempersiapkan diri
untuk itu?"
Aku mengabaikan kata-katanya dan fokus pada apa yang akan kulakukan nanti.

Bagaimanapun aku harus kembali ke kelas, karena aku meninggalkan tasku di sana.

"Tidak ada gunanya lagi berpura-pura di depan mereka. Aku akan memulainya dari
tahap ini."

Jika sebelumnya aku memberitahu teman-teman sekelas bahwa aku akan mendapat
nilai sempurna dalam ujian khusus di bidang matematika, mereka pasti akan bingung
dan keheranan.

"Ini akan jadi situasi yang sulit bagimu. Persiapkan dirimu untuk dihujani
pertanyaan."

"Aku tahu itu."

Jika kau sudah mengerti situasinya, bisakah kau meninggalkanku sekarang?

"Cukup sampai di sini. Jika sekarang aku terlihat berjalan dengan seorang guru, itu
akan menarik perhatian banyak orang."

Baiklah, baiklah, gumam Chabashira, lalu dia pergi menuju ruangan guru.

Dia berusaha untuk menyembunyikan rasa senangnya, tapi aku bisa menebaknya
dengan mudah.

Mungkin dia kesulitan menekan perasaannya, karena penyesalannya saat masih


menjadi siswa. Jika dibandingkan dengan guru wali kelas lain, dia terlihat seperti
menjaga jarak dari murid-muridnya, tapi menurutku, dialah yang paling dekat
dengan murid-muridnya.

Poker facenya mungkin bekerja untuk sebagian besar siswa... tapi dihadapanku, itu
adalah sesuatu yang menggelikan. Mudah untuk dimanipulasi memang
menguntungkan, tapi sekarang itu hanya akan menghalangi.

Tidak ada gunanya membuang tenaga memikirkan Chabashira, lebih baik aku
menenangkan diri sejenak dan fokus berpikir untuk menghadapai teman-teman
sekelasku nanti.

Setelah beberapa saat, aku menelepon Horikita, tapi dia tidak mengangkatnya meski
panggilan ini terhubung.

Aku mengirimnya pesan singkat, tapi dia tidak membacanya.

"Tidak ada harapan, ya."


Saat ini, Horikita adalah orang yang paling bisa kuandalkan untuk menyelesaikan
masalah ini, karena tahun lalu, aku bertaruh dengannya untuk berduel dalam ujian,
dan juga ada hal-hal yang berkaitan dengan OSIS.

Jika dia menjelaskan situasinya, itu akan meringankan sedikit bebanku. Kalau bisa,
aku ingin memiliki persiapan terlebih dahulu, tapi sepertinya aku harus
menghadapinya tanpa persiapan.

Ruang kelas sudah mulai terlihat.

Aku penasaran bagaimana keadaan kelas setelah melihat nilai matematika ku yang
sempurna dalam ujian.

Akan lebih bagus jika semua siswa sudah kembali ke asrama.

Setelah aku memasuki ruang kelas, aku menyadari pemandangan di depanku jauh
berbeda dari yang kuharapkan.

Kira-kira sudah 30 menit berlalu sejak aku dipanggil oleh Tsukishiro.

Biasanya, sebagian besar siswa sudah meninggalkan sekolah.

Namun, masih banyak siswa yang menetap di kelas, mereka semua adalah siswa
yang tidak memiliki aktifitas klub.

Tanpa perlu dikatakan, aku sudah tahu tujuan mereka. Itu pasti aku.

Di lihat dari suasana kelas dan cara mereka menatapku, tujuan mereka tampak jelas
bagaikan langit biru di siang hari.

Horikita yang tidak menjawab panggilanku sebelumnya, juga masih ada di sini.

Sepertinya Horikita menilai situasi lebih baik dari yang kuperkirakan.

Aku tidak sempat mengucapkan terima kasih padanya, karena begitu memasuki
ruang kelas, aku di kelilingi oleh segerombolan siswa.

Orang yang memimpin gerombolan itu adalah anggota grup Ayanokouji, yaitu Keisei.
Berbeda dengan Chabashira yang sangat gembira, Keisei tampak sangat kesal.

"Maaf aku tidak bisa berbicara denganmu tadi ketika kau memanggilku."

Sepulang sekolah.. Keisei ingin berbicara denganku, tapi Horikita mendahuluinya,


karena itu aku meminta maaf terlebih dahulu.

"Tidak apa-apa. Sekarang kau ada waktu untuk bicara, kan? Aku ingin menanyakan
beberapa hal padamu."
Anggota grup Ayanokouji yang lain juga berdiri di sebelahnya, yaitu Haruka dan Airi.

Hanya Akito yang tidak ada di sini, mungkin dia sedang melakukan aktifitas klub.

Dan sebagian besar siswa yang lain, juga berkumpul di dekatku dan menyaksikan
pembicaraan ini.

"Kau... Bagaimana bisa kau mendapat nilai 100 poin di bidang matematika? Aku
sudah memeriksa nilai semua siswa kelas dua di OAA, tidak ada satupun yang
mendapatkan nilai sempurna, bahkan Ichinose dan juga Sakayanagi. Hanya kau satu-
satunya yang mendapatkan nilai sempurna."

Biasanya, jika ada siswa yang mendapatkan nilai sempurna dalam ujian, situasinya
tidak akan seheboh ini.

Tapi, ujian kali ini sangat jauh berbeda.

Jika mempertimbangkannya secara khusus, semakin tinggi kemampuan akademik


seorang siswa, mereka akan semakin menyadari betapa anehnya orang yang
mendapatkan nilai sempurna dalam ujian khusus sebelumnya.

Bahkan siswa yang memiliki kemampuan akademik rendah juga dapat menyadari
kelainan itu, setelah diberitahu oleh para siswa di sekitar mereka.

"Mengenai itu―"

Mataku mengarah pada Horikita yang duduk di kursi barisan depan, tentu saja itu
untuk meminta bantuan.

"Aku yang akan menjelaskannya."

Biasanya pada saat ini, Horikita sudah kembali ke asrama, dia pasti telah
memperkirakan situasi ini dan memutuskan untuk menetap di kelas dengan siswa
yang tersisa. Itu adalah penilaian yang tepat. Karena dia telah memperhatikanku
selama ini, aku tidak perlu mengkonfirmasi padanya untuk menetap di kelas dan
membantuku menyelesaikan masalah ini.

Untuk menarik perhatian para siswa, dia berjalan mendekatiku dan berdiri di
sebelahku.

"Aku... bertanya pada Kiyotaka."

Rasa kesal Keisei pada Horikita tampak jelas di wajahnya, dia seperti menganggap
Horikita sebagai orang luar yang tidak perlu ikut campur.

"Ya, aku tahu. Tapi Yukimura-kun, aku punya jawaban yang ingin kamu ketahui."

"... Apa maksudmu?"


Horikita sengaja membuatnya bingung, dia berhasil menarik perhatian Keisei dan
siswa lain dengan satu kalimat.

"Aku dan Yukimura-kun―tidak, seluruh siswa kelas dua tidak bisa mendapatkan nilai
sempurna, tapi kenapa Ayanokouji-kun bisa mendapatkannya? Kalian semua pasti
tidak pernah membayangkan ini, kan?"

Horikita mengarahkan pertanyaan itu khusus pada Keisei, tapi semua siswa yang ada
di sini pasti juga berpikir begitu.

"Kau benar... Sejujurnya, saat ini kepalaku sangat pusing. Aku sudah mengatakan ini
sebelumnya, soal-soal di bagian terakhir tidak mungkin bisa diselesaikan. Tapi
Kiyotaka berhasil menyelesaikan semuanya, aku tidak tahu sama sekali alasannya."

Saat ujian berakhir, aku ingat betapa hebohnya siswa di kelas mengenai soal ujian.
Dimulai dari Keisei dan Yousuke, siswa berprestasi mendiskusikan beberapa soal
yang sangat sulit. Topik itu bahkan sampai ke dalam grup Ayanokouji, dan aku ingat..
aku hanya memberi jawaban samar-samar, karena aku ingin menghindari
pertanyaan mereka.

"Kiyotaka seharusnya sudah tahu tidak ada seorangpun siswa di kelas ini yang bisa
menyelesaikan soal-soal itu. Kami bahkan tidak pernah mendengar bagaimana cara
dia menyelesaikannya. Bukankah itu sangat aneh? Seolah-olah ada sesuatu yang
tidak bisa dia ungkapkan... atau kemungkinan, dia melakukan sesuatu yang buruk
dan sudah mengetahui semua jawaban sebelum ujian dimulai."

"Berbuat curang... Tidak heran jika kamu berpikir begitu."

Horikita memperhalus kata-kata Keisei yang blak-blakan.

Keisei memalingkan wajahnya karena malu, tapi Horikita terus melanjutkan topik itu.

"Dalam situasi sekarang ini, wajar jika kalian semua mencurigainya. Jika aku tidak
tahu apa-apa seperti kalian, aku pasti akan berpikiran sama, dan percaya bahwa
Ayanokouji-kun diam-diam melakukan kecurangan. Namun, kebenarannya bukan
seperti itu."

Horikita menghela nafas, lalu dia menatap para siswa yang melihatnya.

"Aku berencana menjelaskan hal yang sama pada siswa yang tidak ada di sini
sekarang. Untuk mengetahui alasan nilai sempurna Aynokouji-kun, aku akan
menceritakan kembali kejadian di musim semi tahun lalu."

Musim semi tahun lalu. Dengan kata lain, awal masuk sekolah.
"Kami berdua memang duduk berjauhan sekarang, tapi kalian masih ingat kalau
sebelumnya kami duduk bersebelahan, kan? Waktu itu, saat aku berbicara dengan
Ayanokouji-kun, kebetulan aku mengetahui bahwa kemampuan akademiknya sangat
tinggi... Bahkan lebih baik dariku."

"Lebih baik darimu? Tunggu dulu. Seingatku Kiyotaka selalu mendapatkan nilai rata-
rata sejak awal sekolah. Maaf, tapi kurasa ceritamu itu tidak patut untuk
dipertimbangkan. Selain itu, bukankah nilai rata-rata keseluruhannya di OAA adalah
C?"

Meskipun Horikita mendapat pertanyaan yang tajam dari Keisei, dia tidak merasa
terganggu sedikitpun.

"Tentu saja, itu karena strategiku sudah berjalan sebelum ujian pertama selesai."

Setelah mengatakan itu, Horikita menjauh dariku dan berdiri di podium. Dia
bermaksud untuk menarik perhatian para siswa. Dia pasti melakukan ini demi
mengalihkan perhatian siswa dariku.

Aku memang sudah menduga dia akan membantu, tapi tak kusangka dia akan
melakukannya sejauh ini.

"Sejak awal, dia bisa mendapatkan nilai sempurna karena dia memiliki pengetahuan
yang tinggi di bidang matematika. Karena aku sudah mengetahuinya sebelum yang
lain, aku mempersiapkan strategi sederhana."

"... Strategi sederhana?"

Bagi orang seperti Keisei, dia tidak akan menanyakan satu atau dua pertanyaan saja.

Dia pasti penasaran bagaimana aku mendapatkan pengetahuan itu.

Tapi untuk sekarang, Horikita melanjutkan ceritanya dan menghindari itu.

Dia tidak membahas tentang kemampuanku, melainkan tentang alasanku


menyembunyikannya.

Horikita sengaja menyebut 'itu' dan menjadikannya sebagai titik fokus untuk lanjut
pada topik selanjutnya.

"Pada bulan April tahun lalu, kita Kelas D sangat senang menerima banyak uang.
Sebenarnya aku malu mengatakan bahwa aku juga salah satunya. Tapi aku merasa
ada hal tak terduga yang akan terjadi setelah itu. Dan saat itu juga, aku meminta
Ayanokouji-kun yang duduk di sebelahku, untuk menahan diri dalam ujian. Kalian
bisa menyebut ini sebagai rencana cadangan atau kartu andalan. Tentu saja aku
memintanya melakukan itu sampai di tingkat yang tidak merugikan kelas. Itulah
sebabnya kemampuan akademik Ayanokouji-kun diberi penilaian C oleh pihak
sekolah."

Horikita menyatakan bahwa kemampuan akademikku yang telah kusembunyikan


sampai sekarang adalah bagian dari rencananya. Tentu saja, jika mereka mengingat
baik-baik situasi setahun yang lalu, mereka pasti akan merasakan beberapa
keanehan. Fakta mengenai Horikita yang saat itu tidak mau bergaul dengan siapapun,
kapan tepatnya Horikita mengetahui kemampuan akademikku, dan lain-lain. Ada
banyak celahnya.

Namun, bagi kebanyakan orang, kenangan itu hanyalah masa lalu yang sudah
terlewati. Kenangan itu tidak meninggalkan kesan yang mendalam, atau bahkan
sudah terlupakan. Tapi berbeda dengan 'peristiwa intens', itu akan terukir di dalam
ingatan.

(Tl note : ' contohnya perkelahian Sudou melawan Ishizaki dan teman-temannya
yang menjadi gempar di sekolah. Sudou langsung terkenal di angkatannya:v)

Hanya sedikit orang yang mengingat kenangan di masa lalu seolah-olah itu baru
terjadi kemarin.

Kebanyakan orang pasti akan melupakannya. Mereka hanya akan berkata, "Oh,
begitu ya", lalu otak mereka secara otomatis mengisi celah di ingatan mereka.

Tentu saja, itu tidak berlaku untuk orang seperti Keisei yang memiliki kecurigaan
kuat.

Dia tidak menerima perkataan Horikita, dan mulai mencari bagian-bagian yang sulit
dijelaskan.

"... Kata-katamu tidak begitu meyakinkan. Kalau dari awal kau memang sudah curiga
dengan aturan sekolah, kau seharusnya membiarkan dia mencetak nilai yang tinggi
agar menguntungkan kelas. Dia pasti akan menerima penilaian A atau A+ dalam
kemampuan akademik, sebab dia bisa mendapatkan nilai sempurna dalam ujian
khusus ini. Kau bisa mengatakan itu hanya nilai satu orang, tapi meskipun hanya satu
orang, itu akan meningkatkan jumlah poin kelas kita."

Keisei menyatakan bahwa dia tidak mengerti sama sekali manfaat dari rencana
cadangan ini.

"Itu memang benar, jika kita hanya fokus pada poin kelas saja. Tapi jika Ayanokouji-
kun menunjukkan kemampuannya sejak awal―menurutmu apa yang akan terjadi
padanya sekarang? Tidak, lebih tepatnya lagi, menurutmu apa yang akan terjadi
padanya di masa depan?"

Horikita berimprovisasi dan langsung menghadapi keraguan Keisei.


Dia dengan lancar memberi jawaban seakan telah dipersiapkan sebelumnya.

"Apa yang akan terjadi padanya... di masa depan...?"

Ketika Keisei mengulangi pertanyaannya, Horikita mulai menjelaskan rinciannya.

"Seandainya kita bertindak sesuai perkataan Yukimura-kun, dimana Ayanokouji-kun


benar-benar serius sejak April tahun lalu, maka Sakayanagi-san, Ichinose-san dan
Ryuuen-kun akan memperhatikan keberadaannya. Jika mereka mengabaikan siswa
terbaik dalam bidang matematika di angkatan mereka, cepat atau lambat siswa itu
akan menjadi penghalang bagi mereka. Tidak mengejutkan jika seseorang mencoba
untuk mengeluarkannya dari sekolah."

"Jadi maksudmu para siswa dari kelas lain akan mengincarnya?"

"Benar. Apapun bisa terjadi di sekolah ini. Bahkan ada ujian yang mengusir siswa
secara paksa melalui pemungutan suara. Dan pada saat itu, Ayanokouji-kun hampir
dikeluarkan dari sekolah karena strategi Sakayanagi-san. Meskipun nilainya saat itu
masih rata-rata dan ditargetkan secara acak, ada kemungkinan dia benar-benar
ditargetkan."

Maksud perkataan Horikita adalah, saat itu aku bisa saja dikeluarkan menggantikan
Yamauchi.

"Tidak, itu salah. Jika Kiyotaka serius sejak awal, dia bisa bertahan. Meskipun
Yamauchi menjalankan rencana itu dan menempatkan Kiyotaka di ujung tanduk,
hasilnya akan jelas seperti siang hari."

"Aku tidak yakin dengan itu. Untuk menghindari drop out, Yamauchi-kun akan
bergerak lebih hati-hati, dan Sakayanagi-san akan membuat rencana yang lebih
kompleks sehingga sulit untuk diketahui. Selain itu, Yamauchi-kun memiliki lebih
banyak orang yang dekat dengannya dibanding Ayanokouji-kun. Karena hal-hal yang
diletakan pada keduanya memiliki skala yang berbeda, pendapat akan mengikuti
perubahan itu."

Kalau terus begini, mereka akan berakhir memperdebatkan argumen masing-masing.


Dan jika itu terjadi, Keisei tidak akan dapat menyelidiki hal ini secara mendalam.

Bahkan jika dia membahas ujian lain, hasilnya akan tetap sama.

"... Kalau begitu, kenapa baru sekarang kau mengungkapkannya? Hasilnya tetap
sama kapanpun waktunya. Dan sekarang dia telah menarik perhatian karena kau
tiba-tiba mengungkapkan kemampuannya secara tiba-tiba, sebentar lagi dia akan
diincar oleh banyak orang."
Menurut Keisei, tidak ada bedanya resiko yang kuterima jika aku menunjukkan
kemampuan sejak awal atau pun sekarang.

Tapi Horikita tidak terlihat panik sedikitpun, dia sepertinya mengharapkan Keisei
berkata begitu.

"Itu tidak benar, ada perbedaan besar dalam mengungkapkan kemampuannya


sekarang dan setahun yang lalu. Pada tahun lalu, kita berusaha mengembangkan
rasa persatuan dalam Kelas D serta kemampuan kita masing-masing. Dan kita yang
sekarang, sudah bisa membuat keputusan dengan tepat."

Jika dia mengingat kembali dirinya setahun yang lalu, aku yakin Keisei akan
berpikiran sama.

"Bukan hanya Ayanokouji-kun saja. Mari kita lihat... orangnya tidak ada di sini, tapi
kalian mungkin akan lebih mudah mengerti jika menjadikan Sudou-kun sebagai
contoh. Setahun yang lalu, tidak diragukan lagi dia adalah beban untuk kelas kita.
Tapi bagaimana dengan sekarang? Meskipun dia masih sedikit liar, dia telah
meningkat dengan drastis. Dalam kemampuan akademik, dia menunjukkan
pertumbuhan yang menakjubkan. Dan jika digabungkan dengan kemampuan fisiknya
yang dari awal sudah unggul, nilai keseluruhannnya di OAA bahkan lebih tinggi
darimu, Yukimura-kun."

Pada bulan April Keisei masih berada di atasnya, tapi setelah ujian ini, Sudou
membalikkan posisi di antara mereka berdua.

Horikita menekan Keisei dengan fakta mengenai evaluasi OAA yang tidak bisa
dibantah.

"Ketika baru masuk sekolah, apa ada salah satu dari kita yang mau melindungi
Sudou-kun?"

Bagi para siswa yang pernah membahas untuk mengabaikan Sudou dan tidak
memikirkan cara untuk menyelamatkannya, apakah mereka benar-benar akan serius
melindungi teman sekelas? Itulah yang dimaksud Horikita. Namun, jika Sudou dalam
kesulitan sekarang, Keisei dan teman sekelas lainnya pasti akan memikirkan cara
untuk melindunginya.

"Tapi sekarang, kalau ada yang mengincar Ayanokouji-kun, kita bisa bekerja sama
untuk melindunginya. Begitulah menurut penilaianku. Dan itu juga alasanku
meminta Ayanokouji-kun menunjukkan kemampuannya sekarang. Kita akan mulai
meningkatkan kekuatan keseluruhan Kelas 2-D."

Beberapa siswa sudah mulai menerima perkataan Horikita.

Namun, lebih dari setengah siswa yang ada di sini masih merasa ragu.
Lagipula, Horikita tidak memiliki materi yang cukup untuk meyakinkan mereka
semua.

Hal itu tidak bisa dihindari, karena seluruh cerita itu diisi dengan kebohongan.

Tentu saja 'kami' tidak mau mundur setelah sampai sejauh ini.

(Tl note : ' merujuk pada Kiyo dan Suzune.. sekedar mengingatkan, mana tau ada
yang salah paham)

Namun, situasinya akan berbeda jika kami memiliki seorang pendukung yang kuat.

Setelah mengkonfirmasi perhatian mereka semua mengarah pada Horikita, aku


menatap Yousuke.

Siswa laki-laki yang sangat dipercaya oleh teman-teman sekelasku.

Meskipun Yousuke memperhatikan Horikita, sesekali dia melihat ke sekeliling sambil


mengamatiku. Kemudian, setelah memastikan tidak ada yang memperhatikan, dia
melihat ke arahku.

Ada banyak hal yang tidak kukatakan pada Yousuke. Jika itu siswa lain, mereka akan
merasa curiga atau meragukanku seperti Keisei sekarang ini, malahan mereka juga
akan mendesakku dengan mengajukan banyak pertanyaan, tapi aku tidak perlu
khawatir jika itu Yousuke.

Dia akan memprioritaskan yang terbaik untuk teman-teman sekelas.

Dalam situasi sekarang, bahkan tanpa perlu kuberitahu, dia bisa memahami dengan
jelas perannya.

"Aku sudah mengerti sedikit rencana cadanganmu ini, Horikita. Berdasarkan itu, aku
punya pertanyaan lain. Apa Ayanokouji hanya pandai di bidang matematika saja?"

"Aku tidak bisa mengatakannya pada tahap ini."

Horikita menanggapi pertanyaan Keisei dengan tenang.

"Siswa bernama Ayanokouji Kiyotaka, apa dia sudah menunjukkan semua


kemampuannya? Atau dia masih menahan diri? Tidak peduli seperti apa
[Kebenarannya], kita akan menyembunyikannya untuk memastikan Ayanokouji-kun
tetap menjadi duri bagi kelas-kelas lain."

"Itu-"

"Jadi begitu. Aku sudah mengerti apa yang ingin disampaikan oleh Horikita-san"
Tepat ketika Keisei ingin mendesak Horikita, Yousuke yang telah mengamati situasi
dari tadi, ikut bergabung dalam pembicaraan.

Kemudian, Yousuke berjalan mendekat kemari dan berdiri di sebelah Horikita.

"Awalnya aku sama sekali tidak mengerti, tapi setelah mendengarkan cerita Horikita-
san, akhirnya aku paham. Memang benar, musuh yang tidak diketahui
kemampuannya, akan menjadi ancaman terbesar. Dengan begitu, kelas lain akan
mencari tahu dan mengumpulkan informasi. Tapi jika teman sekelasnya sendiri tidak
mengetahui kebenarannya, maka tidak ada gunanya mereka mencari informasi."

Yousuke membantu kami dengan mengisi celah dalam argumen Horikita dan
menyampaikannya dengan jelas kepada semua orang yang ada di sini.

Setelah yakin Yousuke berada di pihaknya, Horikita menambahkan.

"Ya, itu benar. Ayanokouji-kun pasti akan menarik perhatian di masa yang akan
datang, jadi.. mari kita manfaatkan hal itu sepenuhnya. Lebih baik kita membiarkan
lawan melihatnya sebagai faktor yang tidak diketahui. Bahkan saat ini mungkin ada
siswa di luar yang sedang mendengarkan pembicaraan kita. Ini adalah sekolah
semacam itu."

Semua orang melihat ke arah koridor.

Apakah siswa bernama Ayanokouji Kiyotaka hanya unggul di bidang matematika?


Atau dia unggul di semua mata pelajaran?

Kami akan menyesatkan kelas lain dan membuat mereka penasaran seberapa besar
ancaman yang harus dipertimbangkan.

Cerita Horikita jadi semakin meyakinkan, setelah ditambah dengan kata-kata


Yousuke.

"Horikita-san benar-benar baik, ya? Aku sedikit terharu."

Saat itu, Kei mengatakan sesuatu yang sederhana.

"Bukankah begitu, Shinohara-san?"

Kemudian dia meminta persetujuan dari temannya, Shinohara.

Sepertinya dia mencoba mengalihkan perhatian siswa lain dari hal tentang
kemampuanku, sekaligus memuji Horikita. Meskipun aku tidak memberi instruksi
atau sinyal seperti yang kulakukan pada Yousuke, Kei langsung mengerti bagaimana
dia harus bertindak.
"Itu benar! Dari dulu aku penasaran melihat Ayanokouji-kun dan Horikita-san bicara
diam-diam, ternyata itu demi kelas!"

Ketika awal masuk sekolah, Horikita tidak berbicara dengan siapapun selain aku.

Hal itu ternyata menjadi bermanfaat.

Dan sekarang, itu membuat kami mendapat kepercayaan teman sekelas.

Tindakan brilian Yousuke dan Kei secara diam-diam, menimbulkan efek yang luar
biasa bagi kami. Pemikiran sekelompok siswa, "Jika Hirata berpikir begitu, berarti
memang begitu" juga bekerja dengan efektif.

"Strategi menyembunyikan kekuatan... Benar, kelas lain sekarang pasti sangat


terkejut."

Bahkan tak terkecuali untuk Keisei yang sebelumnya sangat mencurigai kami.

"Meskipun aku tidak memahami dengan baik situasi sekolah ini, ada baiknya kita
memiliki rencana cadangan. Aku tidak tahu apa ini keberuntungan atau tidak, tapi
Ayanokouji-kun kurang pandai berkomunikasi, dan dia tidak suka menonjol. Karena
hal itu juga, aku memintanya menyembunyikan kemampuan."

Mungkin Horikita menyatakan strategi itu karena rencana kami berdua kebetulan
sejalan.

Kemudian dia berpaling dari Keisei dan berbicara pada semua siswa di kelas.

"Itulah rahasia Ayanokouji-kun bisa mendapatkan nilai sempurna dalam ujian khusus
di bidang matematika. Maaf sudah membuat kalian semua terkejut."

Horikita hanya memiliki satu kesempatan, tapi dia berhasil selamat dan meraih
kemenangan. Tapi kalau membiarkan mereka terlalu lama di sini, mungkin akan
muncul lagi pertanyaan lain.

"Kupikir lebih baik kita membiarkannya sekarang. Seperti kata Horikita-san, dinding
memiliki telinga."

(Tl note : kata istilah.. menguping pembicaraan orang lain)

Yousuke menyelesaikan topik ini dengan baik, serta menjelaskan alasan negatif
membicarakan ini terlalu lama. Jika siswa yang pintar, mereka akan memiliki banyak
keraguan, tapi di saat yang sama, mereka akan menyadari bahwa pembicaraan ini
tidak seharusnya dilakukan di sini. Buktinya adalah Keisei yang sebelumnya tak
berhenti mengajukan pertanyaan, sekarang dia telah diam.
Di satu sisi, bisa dikatakan pertemuan ini menghilangkan keraguan mereka sampai
batas tertentu.

Aku berterima kasih atas tindakan Horikita yang melampui harapanku. Dengan
begini, akan lebih mudah bagiku untuk bertindak di masa depan.

Bahkan jika aku menunjukkan kemampuanku di luar matematika, itu bisa


dipertimbangkan dengan fakta aku menyembunyikan kemampuan. Persiapan yang
dilakukan oleh Horikita ini sangatlah penting.

Aku benar-benar berterima kasih padanya telah menyelesaikan masalah ini, bahkan
tanpa melakukan persiapan denganku sebelumnnya.

Setelah pembicaraan berakhir.

Para siswa meninggalkan ruang kelas, kami akan segera menyambut golden week.

Aku akan berterima kasih pada Horikita dan Yousuke di lain waktu. Mereka segera
meninggalkan ruang kelas, sepertinya mereka memahami niatku. Horikita adalah
orang pertama yang pergi, sementara Yousuke pergi bersama para gadis, dengan Kei
sebagai pusat mereka. Sedangkan aku berbaur dalam kerumunan di koridor, setelah
mengambil tasku.

Hari ini, dimana aku dinilai tinggi oleh teman sekelasku telah selesai... tapi situasinya
sekarang tidak sesederhana itu.

Meskipun pernyataan itu cukup untuk membuat mereka memahami masalah


utamanya, masalah pribadi agak sedikit berbeda.

Beberapa orang bergegas mengejarku. Aku tahu siapa orangnya tanpa perlu
menoleh ke belakang, mereka adalah anggota grup Ayanokouji. Di antara mereka,
langkah kaki orang yang paling depan terdengar intens. Aku tidak perlu berpikir
keras untuk mengetahui seberapa besar rasa frustasi Keisei.

Aku pura-pura tidak menyadari mereka dan terus berjalan. Setelah beberapa saat,
dia memanggil namaku.

"Kiyotaka!"

Aku memperlambat jalanku dan menoleh ke belakang.


Saat aku melihat mereka, mereka bertiga menunjukkan wajah yang kaku.

"Kamu pulang tanpa menyapa kami terlebih dulu, bukankah itu agak kejam?"

Haruka berkata begitu padaku. Dia adalah anggota yang paling blak-blakan dalam
grup Ayanokouji.

Dia mengungkapkan apa yang ingin dikatakan oleh Keisei yang frustasi, dan Airi yang
khawatir.

Keisei yang sebelumnya hampir melampiaskan amarahnya, sekarang dia sudah


sedikit tenang, tampaknya cerita Horikita tadi berefek padanya.

Setelah menarik nafas, dia mengulangi pertanyaan yang sama dengan tadi.

"Mengapa kau tidak memberitahu kami sebelumnya...? Kalau kau memang


menyembunyikan informasi seperti kata Horikita, apakah itu berarti kau tidak
percaya pada kami?"

Meskipun dia mengakui pernyataan Horikita, dia terlihat masih kurang puas.

Mungkin ini juga berkaitan dengan belajar kelompok kami.

Keisei selalu serius mengajariku dengan ramah, aku seolah-olah menghancurkan


perasaannya.

Haruka dan Airi juga sependapat dengannya, karena mereka juga mengetahui
dengan jelas inti permasalahannya.

Cara termudah untuk menyelesaikan situasi ini adalah... menyalahkan Horikita.

Tapi aku tidak ingin berbuat seperti itu padanya, karena dia baru saja membantuku
dari situasi krisis.

Tidak, ini adalah perasaan yang tidak diperlukan. Aku harus memikirkan masa depan.

Keisei adalah siswa yang pintar, dia bisa menilai situasi dengan cepat dan akurat.
Tapi jika aku tidak memberinya jawaban yang positif, dia akan mengalami beban
mental yang berat. Dan jika dia tidak bisa berfungsi dengan baik, dia akan merugikan
kelas. Hal itu juga akan berdampak buruk pada Horikita yang saat ini sedang
mengontrol kekuatan Kelas 2-D.

"Aku percaya pada kalian. Tapi menurutku, lebih baik aku tidak mengungkapkannya
pada siapapun demi kelas di masa depan. Aku berusaha menahan keinginanku untuk
memberitahu kalian dan tetap diam, sebab kalian adalah teman terdekatku."

Daripada menyalahkan orang lain, aku mengatakan pendapat pribadiku pada Keisei.
Meskipun dia mendekatiku dengan agresif, dia tampak ragu untuk mengatakan apa
yang ingin dia katakan karena Haruka telah mengatakannya, dia tidak punya pilihan
selain mengesampingkan emosinya.

"Aku tahu kau marah atas kejadian ini. Bagaimanapun, ini terkait dengan anggota
grup dan teman dekatmu, bahkan orang yang telah kau ajari. Aku benar-benar minta
maaf."

Siapapun pasti akan merasa kesal jika orang yang dia ajari ternyata lebih hebat
darinya.

Kurasa Haruka dan Airi juga berpikiran sama dengannya.

Setelah mendengar permintaan maafku, Haruka tidak mengatakan apapun.

Dia tetap diam, mungkin dia ingin membiarkan Keisei yang mengambil keputusan.

"Sejujurnya, aku masih merasa marah. Kau seharusnya memberitahuku sejak awal
bahwa kau tidak perlu di ajari, harusnya kau bilang padaku bahwa kau bisa lulus
ujian dengan mudah."

"Kau benar."

Bagi Keisei, latar belakangku tidaklah penting.

Wajar jika dia ingin aku memberitahunya lebih awal tentang kemampuanku.

"Berdasarkan kata-kata Horikita, setelah ini kau akan terus menahan diri, kan? Kalau
kau tidak mau memberitahu bidang apa yang kau kuasai dan tidak kau kuasai, aku
tidak akan bisa mempercayaimu sepenuhnya."

Sepertinya mulai sekarang, Keisei akan terus meragukanku. Dia akan bertanya-tanya..
"Apa yang dikuasai orang ini, apa yang tidak dikuasai orang ini?"

Sebagai orang yang mengajari orang lain, dia akan berpikiran buruk terhadap orang
seperti itu, yang berada di dekatnya.

"Aku ingin keluar dari grup―bohong jika aku bilang aku tidak berpikiran begitu."

"Apa kamu serius, Yukimuu?"

Haruka yang tetap diam sejauh ini, mulai bicara.

Lagipula, tidak mungkin dia akan terus diam setelah mendengar kata-kata Keisei
tersebut.

"Ya, aku serius. Sebelum mendengar penjelasan Horikita, aku berniat keluar dari
grup. Aku berpikir Kiyotaka sama sekali tidak bisa dipercaya. Tapi ... aku menyadari
beberapa hal setelah berada di grup ini dalam waktu yang lama. Aku tahu Kiyotaka
bukanlah orang yang jahat. Dia menyembunyikan kemampuannya demi kelas, aku
tahu dia tidak ingin memberi tahu siapapun. Kiyotaka bisa mengatakan padaku
bahwa dia tidak perlu bimbingan belajar, itu benar, tapi dia buruk dalam
berkomunikasi, karena itulah dia tidak memberitahukannya. Aku mengerti itu."

Keisei mengepalkan tangannya dan bicara tanpa menyembunyikan apapun.

"Hanya saja... hanya saja... aku perlu waktu untuk merenungkannya."

Setelah mengatakan itu, Keisei menghela nafas berat.

"Terlalu memikirkan hal ini tidak ada gunanya... Pada akhirnya yang ingin kukatakan
adalah... bagiku tidak masalah jika kau menyembunyikan kemampuanmu di bidang
lain. Kau tidak menghambat kelas seperti Kouenji, jadi aku tidak berhak mengeluh
padamu. Jika aku terus mendesakmu, keadaan akan jadi lebih buruk."

Keisei yang merasa paling tidak puas dan sangat meragukanku, memilih untuk
menekan perasaannya itu demi grup Ayanokouji dan teman-teman sekelas.

"Dari sisi rasional aku sangat memahaminya, tapi dari sisi emosional aku tidak bisa
menerimanya, itu sebabnya aku perlu waktu untuk merenungkannya. Kemudian, aku
akan mencoba untuk menerima hal ini. Adapun hal lainnya, aku akan terus
mengajarimu dan berasumsi kau berada di tingkat rata-rata. Apa itu tidak masalah
bagimu?"

Dalam situasi dimana pertemanan kami bisa berakhir, ini jelas tawaran yang sangat
berharga.

Tidak ada alasan bagiku untuk menolak. Aku langsung menganggukkan kepalaku dan
menyetujuinya.

"Terima kasih, Keisei."

Aku memilih untuk mengucapkan terima kasih.

Airi yang telah diam sejauh ini, akhirnya mendapatkan keberanian untuk berbicara.

"B-Bagaimana kalau kalian berdua... saling berjabat tangan? Sebagai tanda telah
berbaikan."

"Berjabat tangan!? Ide yang bagus!"

Mendengar saran Airi, Haruka menyatakan persetujuannya.

Merasakan suasana yang suram mulai berangsur menghilang, Keisei segera


menggelengkan kepalanya.

"Itu memalukan, aku tidak mau melakukannya."


Haruka dengan cepat meraih tangan Keisei yang menolak, dan pada saat yang sama,
dia juga meraih tanganku.

"Ok, berdamai!"

Dia mengatakan itu sambil menyatukan tangan kami, dan memaksa kami berjabat
tangan.

Tangan kami berdua hanya saling bersentuhan, karena kami belum bersiap untuk
berjabat tangan.

"Kalau kalian tidak mau berjabat tangan, aku tidak akan melepaskannya, mengerti?"

"Aku mengerti, aku mengerti...!"

Pada akhirnya Keisei menyerah, mungkin dia merasa bahwa ini memalukan karena
dia belum bersiap untuk jabat tangan.

Dengan begitu, kami berdua saling berjabat tangan, menandakan kami telah
berbaikan.

"Aku sudah tidak apa-apa dengan hal ini, tapi bagaimana dengan Akito? Dia masih
belum mengetahuinya."

"Kalau Miyacchi, mungkin tidak akan begitu mempermasalahkannya. Dia akan


menerima Kiyopon seperti biasa, ya kan?"

"... Ya, itu benar."

Keisei berpikir sejenak. Dia segera sampai pada kesimpulan yang sama setelah
memikirkan kepribadian Akito.

"Yah, semuanya kembali seperti biasa. Rasanya beban berat yang ada di pundak kita
telah menghilang, ya?"

"Benar~"

Haruka dan Airi saling menatap satu sama lain dan setuju akan hal itu.

"Bagaimanapun, dalam waktu singkat kamu menjadi terkenal, Kiyopon... Itu..."

Haruka menatapku dengan wajah serius, dia terlihat sedang memikirkan sesuatu.

Kami bertiga menunggunya untuk bicara, tapi sepertinya dia tidak akan mengatakan
apa-apa.

"Ada apa, Haruka-chan?"

Airi merasa khawatir dan bertanya pada Haruka yang berhenti berjalan.
"Oh, ahh. Mm, tidak ada apa-apa. Ngomong-ngomong, kamu akan kesulitan
sekarang karena kamu sudah jadi terkenal!"

Pada saat itu, dia kembali bicara seperti biasa, seolah-olah sebuah sihir telah
dibatalkan.

"Bukankah mendapatkan nilai sempurna itu agak berlebihan? Bahkan Sakayanagi


yang berada di urutan kedua di angkatan kita, mendapat nilai 91 poin."

Setelah mengakuiku, kekhawatiran Keisei berpaling ke hal lain.

"Mengenai Sakayanagi-san, dia mendapat nilai yang sama di semua mata pelajaran,
kan?"

Airi berkata begitu.

Sakayanagi mendapat nilai 91 poin dalam mata pelajaran matematika, dan yang
anehnya lagi, dia mendapat nilai yang sama di mata pelajaran lainnya. Jika
mempertimbangkan kesulitan ujian itu, tidak diragukan lagi dia adalah siswa yang
berbakat di bidang akademik. Di angkatan kami, dia jelas yang kedua setelahku. Yang
paling mengesankan adalah dia tidak belajar di lingkungan yang luar biasa seperti
White Room. Dalam hal itu, tidak berlebihan jika dia menyebut dirinya sendiri jenius.

"Dari awal aku tahu dia memang pintar, tapi sejak OAA dikenalkan, kemampuannya
terlihat semakin jelas."

Meskipun Keisei sedikit keberatan mengatakan itu, dia mengakui dengan jujur
kemampuan Sakayanagi.

Nilai Sakayanagi di masa lalu tidak perlu diragukan lagi, tapi nilainya yang sekarang
telah mencapai tingkat yang berbeda.

Apa dia menahan diri sebelumnya? Atau dia mulai belajar di luar waktu sekolah?

Apapun penyebabnya, dia pasti akan menjadi lawan yang lebih berbahaya dari
sebelumnya, dan terlebih lagi.. banyak lawan lain yang harus kami kalahkan.

"Bagaimana kalau kita bertemu di Keyaki Mall setelah aktifitas klub Miyacchi selesai?
Sebagai tanda kita telah berbaikan."

Tidak ada satu pun dari kami yang menolak saran Haruka.

3
Pada sore harinya.

Aku datang lebih awal dan menunggu teman-temanku di depan Keyaki Mall.

Sebagai orang yang telah menyebabkan kekacauan, lebih baik aku tidak membuat
mereka menunggu, terutama hari ini.

"Sepertinya aku datang terlalu cepat..."

Waktu sekarang menunjukkan pukul 6.30 sore.

Meski begitu, aku tidak keberatan untuk menunggu. Sebaliknya, bisa dikatakan ini
adalah salah satu keahlianku.

Aku cukup senang memiliki waktu untuk menenangkan pikiran.

Namun, meskipun itu bukan harga yang murah, banyak hal yang berubah menjadi
merepotkan.

Intinya, diriku yang sekarang telah menarik perhatian banyak orang.


Mengesampingkan kelas tiga, nilai ujianku bisa dilihat oleh semua siswa, perhatian
para siswa di angkatanku akan tertuju padaku. Aku juga khawatir dengan tatapan
para senpai dan kouhai yang ingin mengetahui tentang diriku.

Saat ini, aku tidak melakukan apapun dan hanya berdiri di sini. Tiba-tiba ponselku
bergetar, kemudian aku mengeluarkannya ... tampaknya ada sebuah pesan masuk
dari grup Ayanokouji. Itu adalah pesan dari Airi, isinya adalah dia akan segera
berangkat dari asrama, keempat anggota lainnya termasuk aku, sudah membaca
pesan tersebut.

Aku belum memberitahu mereka bahwa aku sudah tiba di sini, aku hanya memeriksa
status mereka masing-masing.

"Ayanokouji-kun, apa kamu sedang menunggu seseorang?"

Aku segera mengangkat wajahku, orang yang memanggilku adalah Ichinose Honami.
Aku tidak menyadari kedatangannya karena aku fokus melihat layar ponsel.

Dia bersama teman sekelasnya, Kanzaki. Meskipun sekolah ini memiliki area yang
luas dan fasilitas yang banyak, tempat yang dikunjungi oleh para siswa cukup
terbatas. Jika menunggu di dekat pintu masuk Keyaki Mall, tak heran jika aku
bertemu dengan orang yang kukenal, karena tempat ini sering dikunjungi oleh siswa.

"Aku menunggu teman-temanku, kami berencana akan makan di sini. Bagaimana


dengan kalian?"

Aku menjawab dengan jujur, tanpa menyembunyikan apapun.


Ichinose dan Kanzaki langsung memberi jawaban, bahkan tanpa bertukar pandang
terlebih dahulu.

"Kami juga sama, ya kan?"

"Ya."

Kanzaki memberi jawaban singkat. Tapi, pandangannya lebih fokus kearahku


daripada Ichinose.

Kami juga sama, ya... Meskipun melakukan sesuatu yang sama, setidaknya akan ada
yang berbeda.

"Aku sudah melihat hasil ujianmu. Kamu mendapatkan nilai sempurna di bidang
matematika, itu sangat luar biasa!"

"Jika melihat nilaimu tahun lalu di OAA, kau seharusnya tidak bisa mendapatkan nilai
sempurna."

Ichinose tidak bertanya tentang kemampuan yang kusembunyikan. Di sisi lain,


Kanzaki, bertentangan dengan Ichinose, dia tidak menyembunyikan sedikit pun
ketidaksenangannya dalam kata-katanya.

"Ada banyak alasan untuk itu. Hanya saja, setelah berdiskusi dengan teman-temanku,
aku menyembunyikan fakta bahwa aku cukup berbakat di bidang matematika."

Aku menjelaskannya seperti itu. Jika itu Ichinose dan Kanzaki, mereka akan
memahami situasinya sampai batas tertentu.

Mereka akan menggunakan imajinasi mereka untuk melengkapi bagian yang kurang
dari perkataanku.

Biasanya, penjelasan seperti itu sudah cukup. Tapi kali ini, tatapan tajam dari Kanzaki
belum menghilang.

"Jadi selama ini kau menyembunyikan kemampuanmu. Sepertinya kau adalah


gangguan yang lebih besar dari perkiraanku."

"Kanzaki-kun, jangan bicara seperti itu. Apapun kelasnya, mereka punya ide dan
strategi masing-masing."

Kanzaki mendapat kritikan yang masuk akal dari Ichinose.

"Benar juga. Dia tidak menggunakan trik kotor seperti Ryuuen. Tapi, ada beberapa
hal yang tidak kusukai darinya. Ichinose, kau seharusnya tahu bahwa ujian itu
sangatlah sulit dan mustahil untuk mendapatkan nilai sempurna. Dia bilang dia
mengikuti instruksi temannya, tapi―"
Ketika Kanzaki akan melanjutkan kata-katanya, Ichinose memotongnya dengan nada
bicara yang sangat jarang terdengar.

"Ayanokouji-kun bukan musuh kita!"

Ichinose merasa tidak puas dengan sikap permusuhan Kanzaki terhadap diriku.
Memang benar dia jarang bersikap seperti itu pada Kanzaki, tapi jika aku harus
memilih mana yang benar, aku akan memilih Kanzaki yang waspada terhadap diriku.

"Aliansi kita dengan mereka telah dibubarkan. Tidak diragukan lagi bahwa Kelas 2-D
adalah musuh kita."

"Itu... meski begitu, kita tidak perlu berselisih hanya karena sesuatu yang tidak
penting!"

"Ini bukan perselisihan. Aku hanya ingin mengetahui kekuatan musuh yang
sebenarnya."

"Ayanokouji-kun memang menyembunyikan kemampuannya di bidang matematika,


kita hanya tidak mengetahuinya saja."

Kanzaki melangkah maju. Jarak antara kami lebih dekat dari jarak antara dia dan
Ichinose.

"Jadi, apa ada lagi? Atau hanya matematika? Tidak, tidak mungkin kalau hanya itu
saja. Apa ada lagi kemampuan yang kau sembunyikan? Apa kau juga
menyembunyikan kemampuan berlarimu yang sangat cepat di festival olahraga
tahun lalu karena instruksi temanmu? Bagi Kelas B... tidak, bagi Kelas C, bagian yang
terburuk adalah kau masih menyembunyikan kemampuanmu yang lain."

"Namun, ada batas untuk nilai ujian. Tidak peduli seberapa hebat siswa di bidang
akademik, nilai maksimal yang bisa di dapatkan dalam setiap mata pelajaran adalah
100 poin, dan evaluasi tertinggi adalah A+. Bahkan jika dia mendapat nilai sempurna
di semua mata pelajaran, nilainya tidak begitu jauh berbeda dengan Sakayanagi-san,
yang berada di posisi kedua di angkatan kita."

Faktanya, nilaiku dan Sakayanagi hanya berbeda 9 poin.

Bahkan jika nilai kami memiliki perbedaan yang sama di setiap mata pelajaran,
perbedaannya hanya 45 poin. Menurut Ichinose, itu bukanlah sebuah ancaman.

"Nilai keseluruhan kita Kelas C jauh lebih tinggi dari itu. Perbedaan poin dengan
Ayanokouji-kun yang telah menunjukkan kemampuan sejatinya, kita hanya perlu
menebusnya dengan seluruh kekuatan siswa di kelas kita."

"Mungkin itu benar kalau hanya ujian tertulis... tapi―"


"Cukup sampai di situ, Kanzaki-kun. Kamu harusnya tahu bahwa ini bukanlah hal
yang patut untuk diperdebatkan di sini, kan?"

Ichinose yang suka perdamaian, merasa khawatir melihat kami terus berdebat di
depan Keyaki Mall, karena ini merupakan tempat yang ramai, cepat atau lambat ini
bisa menjadi keributan.

"Sepertinya aku sudah kehilangan ketenanganku."

Mungkin Kanzaki berpikir.. melanjutkan perdebatan di sini tidak akan menyelesaikan


masalah, dia menutup mulutnya dan mengalihkan pandangannya.

"Kalau begitu, aku duluan."

Setelah mengatakan itu, Kanzaki meninggalkan Ichinose di sini, dan segera


menghilang ke dalam Keyaki Mall.

Kami berdua dengan tenang melihat dia pergi.

"Maaf, karena situasi kami saat ini, Kanzaki-kun menjadi terlalu waspada."

Kelas 2-B yang selalu mempertahankan posisinya, kini telah jatuh ke Kelas 2-C.

Mengingat kegagalan strategi bertarung yang telah berhasil sejauh ini, mereka tidak
punya pilihan selain mengubahnya. Dalam situasi itu, bisa dimaklumi kalau dia
bersikap seperti itu.

Atau lebih tepatnya, berbeda dengan Ichinose yang masih bersikap ramah padaku.

Kanzaki mulai berpikir untuk menghilangkan sifat naif mereka untuk ke depannya,
menurutku itu pilihan yang benar.

"Apakah aku salah...?"

Ichinose tidak menyadari pemikiran Kanzaki.

Tapi, meskipun dia menyadarinya, dia akan tetap memutuskan bersikap seperti biasa.

Ada dunia yang berbeda diantara mereka, dirinya yang tidak tahu apa-apa, tidak
punya pilihan selain berpegang teguh pada jalannya sendiri.

"Apa kau ingat perkataanku sebelumnya?"

"Ya, kamu menyuruhku untuk percaya pada teman-temanku dan melangkah maju
bersama mereka, begitu kan?"

"Mungkin dari sekarang ada siswa yang ingin mengubah cara bertarungnya, seperti
Kanzaki. Atau mungkin ada beberapa siswa yang tidak puas denganmu dan ingin
menghentikan caramu. Bahkan ada kemungkinan beberapa siswa akan mengkhianati
kelas. Tak heran jika ada siswa yang melakukan beberapa hal itu demi membuat
perubahan kelas mereka. Kelas 1-B, kelas yang selalu kau lindungi, itu, sekarang
sudah tidak ada lagi."

Dari semua siswa di Kelas 2-C, kata-kataku itu akan sangat berdampak pada Ichinose.

"Apapun yang terjadi dari sekarang, aku harap kau mempercayai teman-teman
sekelasmu, mengutamakan keselamatan mereka dan melanjutkan pertempuran
bersama mereka."

"Tenang saja. Aku pasti akan melindungi mereka. Jika tiba waktunya seseorang dari
kelasku harus keluar, kupikir aku akan menjadi yang pertama."

Ichinose tidak akan membiarkan temannya diusir, dia pasti akan menggantikannya.

Dia akan bertanggung jawab atas kemerosotan kelas dan memilih untuk
meninggalkan sekolah lebih dulu dari pada teman-temannya.

"Aku lega mendengarnya, tapi ada satu hal yang membuatku tidak puas."

"Tidak puas...?"

Dia tidak memahami maksud kata-kataku itu dan sedikit memiringkan kepalanya.

"Aku tidak akan membiarkanmu dikeluarkan dari sekolah."

Perlu baginya untuk mengingat hal yang sangat penting.

Pada tahun ini, sangat penting baginya untuk terus maju tanpa berhenti sedikitpun.

Aku menatap langsung matanya, dan kemudian menyalakan api yang membara di
kedalaman matanya.

Apa yang dia terima bukanlah kegelapan.

Itu adalah cahaya yang tidak akan pernah pudar.

Jika ada kemungkinan cahaya itu beralih ke jalan yang salah, aku sendiri yang akan
menanggungnya.

"I-Itu... y-yah... aku pasti... akan... tetap di sini."

Dia menatapku dan bergumam sambil malu-malu.

"K-Kamu... benar-benar luar biasa, Ayanokouji-kun. Aku tidak menyangka kamu


berhasil mendapatkan nilai sempurna di ujian yang sulit itu."
Dia mengatakan itu sambil mengalihkan pandangannya dariku, seolah-olah ingin
mengubah topik pembicaraan.

"Kurasa hanya itu satu-satunya kelebihanku."

"Meski begitu, kamu tetap luar biasa. Kamu memiliki senjata yang tidak akan kalah
dari orang lain."

"Kau juga sama kan. Kau sendiri pasti memiliki senjata seperti itu."

"Aku akan senang mendengarnya, tapi..."

Tapi ada kekurangan untuk menggunakannya dengan mahir, yaitu orang-orang


disekitarnya.

Bukan berarti dia tidak diberkati teman sekelas yang baik.

Hanya saja, itu karena kontra senjata ini.

Kemampuan Ichinose untuk memberi masukan pada orang-orang cukup kuat


sehingga bisa melenyapkan kepribadian teman sekelasnya sendiri.

Mereka akan jadi bergantung pada orang lain. Dengan demikian, lingkaran setan
akan membuat mereka semakin kehilangan 'rasa individualisme mereka'.

(Tl note : ' atau sikap mandiri)

"... Aku harus segera pergi. Kita sudah terlalu lama berdiri di sini, aku merasa tidak
enak membuat Kanzaki-kun menungguku."

Aku mengangguk sedikit dan melihatnya pergi, aku memperhatikan sosoknya dari
belakang.

Mengingat sudah hampir waktunya untuk bertemu dengan teman-temanku, aku


mengeluarkan ponselku sekali lagi untuk mengkonfirmasi.

"Apa yang kamu bicarakan dengan Ichinose-san?"

Tiba-tiba, suara Haruka terdengar dari kejauhan.

Aku mengangkat wajahku, setelah itu aku melihat Akito, Keisei dan Airi yang sedang
menatapku, mereka semua sudah tiba di sini.

Sepertinya mereka telah datang ketika aku berbicara dengan Ichinose.

"Nilaiku yang sempurna dalam ujian matematika."

"Yah, itu masuk akal. Lagipula, semakin baik kau dalam bidang akademik, kau akan
semakin menarik perhatian."
Setelah aku menyebutkan alasan yang logis, Keisei segera memahaminya.

Tapi ada sesuatu yang aneh dengan Haruka.

Dia tidak bertanya lebih lanjut, dan wajahnya segera kembali seperti biasa.

Mulai besok, 2 Mei, kami akan menyambut kedatangan golden week.

Semua siswa di kelasku telah lulus ujian khusus tanpa masalah, karena itu aku yakin
kami akan menikmati liburan ini dengan santai.

Golden Week berakhir dengan cepat, aku pun kembali menjalani kehidupan sekolah
seperti biasa.

Pemandangan yang kulihat masih sama seperti sebelumnya, tapi keseharianku


secara perlahan mulai berubah.

"...Yo."

Di pagi hari tepat setelah istirahat, Sudou adalah orang pertama yang kutemui di
dekat loker sepatu sekolah.

Itu hanya pertemuan biasa dengan teman sekelas, tapi itu juga bagian dari
perubahan kehidupan sekolahku.

"Kau pasti kesulitan belakangan ini. Apa kau baik-baik saja sekarang?"

"Aku baik-baik saja. Sama seperti sebelumnya, aku berhasil melewati Golden Week
tanpa masalah."

"Aku mengerti. Kau tahu, liburan ini rasanya berlalu dengan cepat."

Aku jalan bersama Sudou menuju kelas, dia menyesuaikan kecepatan berjalannya
denganku.

Pada waktu itu, Sudou meninggalkan ruang kelas karena aktifitas klub, tapi aku yakin
dia sudah mendengar detailnya dari Hondou dan Ike.

Dia seharusnya sudah tahu ceritanya, jadi aku tidak perlu lagi memberitahunya
kejadian di kelas pada saat itu.
"Jadi kau menyembunyikan kemampuanmu di bidang akademik karena strategi
Suzune, ya?"

Aku mengangguk setuju, lalu entah kenapa wajah Sudou menjadi sedikit masam. Dia
memalingkan wajahnya dariku dan melihat lurus ke depan.

"Yah, kalian berdua sudah dekat sejak awal sekolah. Memang agak terlambat jika
aku mengatakannya sekarang, tapi aku mengerti itu."

"Kami tidak dekat. Malahan, pada awalnya kami ingin menjauhi satu sama lain."

"Begitukah? Tapi bagiku tidak terlihat seperti itu."

Mungkin itu karena Sudou menyukai Horikita.

"Aku sudah mendengarnya dari Yousuke. Kau mengucapkan kata-kata yang bagus
untukku."

"Aku mengatakan itu bukan untuk melindungimu. Aku hanya mengatakan faktanya
saja."

"Kau menyebut itu fakta, tapi saat itu kau sendiri juga tidak tahu kebenarannya."

"Aku tahu!"

Sudou mengatakan itu dengan sedikit emosi, dan wajahnya semakin masam.

"Fakta bahwa kau pintar di bidang matematika itu memang dirahasiakan, tapi.. apa
keahlian bertarungmu itu juga kau rahasiakan?"

Bagi Sudou, hal ini lebih penting daripada matematika.

"Aku tidak mengerti apa maksudmu."

Aku pura-pura tidak tahu.

Namun, Sudou bukan tipe orang yang akan mundur setelah mendengar jawaban
seperti itu.

"Jangan pura-pura bodoh. Aku sudah pernah melawan Housen, jadi aku tahu. Dia
benar-benar kuat dan cepat dari lawan yang telah kuhadapi selama ini. Jujur saja, dia
itu monster."

Sudou berkata begitu setelah berhadapan langsung dengannya.

"Itu pertama kalinya aku merasa takut ketika berkelahi. Bahkan sampai sekarang,
wajahnya yang tersenyum itu masih terukir jelas di benakku."

Dia menekan pipinya dua tiga kali dengan jari telunjuknya.


"Kau ketakutan, ya. Meski begitu, kau bertarung dengan berani demi Horikita."

"Yah, aku tidak punya pilihan lain. Orang itu agak sinting."

Aku tidak bisa menyangkal itu. Dari apa yang kulihat, Housen sangat terobsesi
dengan kekerasan.

"Tapi kau juga punya kesempatan untuk menang, kan?"

Beberapa hari sebelumnya, Sudou kalah melawan Housen hanya karena terpancing
umpan.

Dalam situasi yang mengharuskan seseorang menjaga pandangannya terhadap


lawan, Housen menggunakan Horikita sebagai umpan untuk membuat Sudou lengah.

Hal itu berakibat fatal bagi Sudou, dan perkelahian itu diakhiri dengan kekalahannya.

"Entahlah... Jika bertarung dengan serius, kurasa aku tidak akan bisa menang
melawannya."

Sudah jelas bahwa Sudou tidak lemah. Kalau Sudou dengan kemampuan fisik yang
tinggi sampai berkata begitu, itu berarti Housen bukan orang yang bisa dianggap
remeh.

Bahkan orang-orang terlatih seperti Horikita Manabu yang telah mempelajari seni
bela diri, atau Albert yang lahir dengan tubuh luar biasa, belum tentu bisa
mengalahkan Housen dalam perkelahian.

"Hei―bukan itu yang ingin kubicarakan! Masalahku tidak penting!"

Di saat itu juga, Sudou menatap mataku.

"Kau... kekuatanmu melampaui Housen si monster itu, dan kau juga berhasil
menghentikannya. Benar, kan?"

Jika aku mengatakan.. "Aku secara reflek menggunakan kekuatanku lebih banyak
dari biasanya", itu tidak akan mempan lagi pada Sudou.

Wajar jika dia mengaitkannya dengan.. "Orang ini juga mendapatkan nilai sempurna
dalam ujian khusus matematika, jadi itu bukanlah hal yang mengejutkan."

Dan ada beberapa hal yang bisa di ketahuinya karena rasa sukanya pada Horikita.

"Apa kau yakin itu bukan kesalahpahamanmu, Sudou?"

"Ya, aku yakin."

Sudou memegang lenganku dengan kedua tangannya.


Dia ingin memastikan seberapa kuat otot-ototku, Sudou beberapa kali
mencengkramnya dengan pelan dan berkata...

"Aku sudah memperhatikannya sejak tahun lalu, tepatnya ketika di kolam renang.
Kau tidak berpartisipasi dalam kegiatan klub mana pun, tapi kau memiliki tubuh yang
berotot. Sulit untuk melihatnya ketika kau berpakaian, tapi tubuh yang kekar itu...
tidak akan bisa didapatkan tanpa pelatihan yang keras."

Sudou fokus melatih tubuhnya secara rutin. Tidak ada gunanya lagi aku mencoba
untuk membodohinya.

Dia tidak hanya sekedar melihat-lihat saja. Ketika dia menyentuh lenganku, Sudou
akan segera mengetahui kebenarannya.

"Ngomong-ngomong, kekuatan cengkramanmu pada saat kita melakukan


pemeriksaan sebelum festival olahraga sekitar 60 kg, kan?"

Sudou mengingat kembali kejadian tahun lalu secara bertahap.

"Waktu itu, aku sudah berpikiran bahwa kau luar biasa... tapi saat itu kau menahan
diri kan. Berapa kuat cengkramanmu yang sebenarnya?"

"Entahlah. Sejujurnya aku tidak tahu."

"Kau tidak tahu?"

"Aku tidak ingat pernah mengukur kekuatan cengkramanku."

"Bagaimana mungkin? Kita melakukan tes pemeriksaan fisik saat SD dan SMP!"

Sejujurnya aku benar-benar tidak ingat.

Tentu saja di White Room ada pemeriksaan fisik yang dilakukan secara berkala.
Mereka mengumpulkan data tes fisik siswa lebih banyak dibanding sekolah biasa
lainnya.

Namun, hanya instruktur yang tahu mengenai hal itu.

Dan juga, instruktur tidak akan repot-repot memberitahu pada siswa detail penilaian
setiap orang.

Dan kemudian, para siswa menjadi tidak tertarik dengan perubahan angka yang
terjadi setiap hari.

Karena itulah, mereka hanya melihat angka itu sebagai angka yang naik atau turun.
Namun, meski aku sudah berlatih setiap hari untuk menjaga tubuhku, sekarang
kemampuan fisikku perlahan menurun dibanding saat aku masih berada di White
Room.

"Kau benar-benar tidak tahu?"

Sudou menatap langsung mataku, dia seharusnya tahu bahwa aku tidak berbohong.

"Saat itu, aku dengar darimu bahwa kekuatan cengkraman 60 kg adalah rata-rata
untuk siswa kelas satu SMA, aku menyesuaikan kekuatanku dengan angka itu.
Karena aku tidak ingin menonjol."

Setelah itu, aku mengetahui bahwa angka itu lebih tinggi dari rata-rata, aku ingat
saat itu aku sedikit terkejut mengetahuinya.

"Seberapa kuat dirimu yang sebenarnya?"

Hatinya dipenuhi oleh kecemburuan dan rasa iri.

"Seberapa kuat, kah ..."

Tergantung pada titik rujukannya, jawaban dan persepsi akan berbeda seiring
dengan hal itu.

Saat aku sedang memikirkannya―

"Lupakan saja. Kau tidak perlu menjawabnya."

Sudou menarik pertanyaannya seolah menolak jawabanku.

Bahkan jika aku menceritakan situasiku yang sekarang, tidak ada seorang pun yang
akan mengerti.

Hal itu bukan sesuatu yang bisa diungkapkan hanya dengan beberapa kata-kata saja.

"Kuat atau lemah, tidak ada gunanya jika aku tidak melihatnya secara langsung."

Dia melepaskan lenganku yang dia genggam dari tadi.

Sama seperti Keisei, Sudou sudah mulai menyimpulkannya sendiri.

"Tapi sekarang aku mengerti bahwa kau adalah orang yang sangat luar biasa. Kau
benar-benar kuat, Ayanokouji."

"Apa kau tidak marah karena aku menyembunyikan kekuatanku selama ini?"

"Yah, pada awalnya aku berpikir 'Apa-apaan itu?', dan aku sedikit mengerti
bagaimana perasaan Yukimura saat itu. Jika aku sudah merasa yang paling kuat,
tentu saja aku akan merasa tidak senang mengetahui orang terdekatku
menyembunyikan kekuatannya dan terlebih lagi dia lebih kuat dariku. Tapi bukan
berarti aku tidak mengerti apa yang kau pikirkan, kau bilang kau tidak ingin menonjol,
kan? Entah kenapa, aku sedikit memahami itu."

Sudou mengatakan sesuatu yang tak terduga.

"Bohong jika aku bilang aku tidak peduli, tapi aku akan berusaha menerimanya. Aku
akan berkembang dengan caraku sendiri. Aku tidak peduli bagaimana pemikiran
orang lain terhadapku, kira-kira begitulah."

Demi diri sendiri, bukan demi orang lain.

Dia mengatakan itu seolah ingin memotivasi diri agar menjadi yang terbaik demi
dirinya sendiri.

"Selain itu, tidak peduli seberapa hebatnya kau, aku pasti lebih baik darimu dalam
permainan basket."

Untuk pertama kalinya, Sudou tertawa dengan berani.

Dia menyatakan itu dengan percaya diri, bahkan tanpa konfirmasi lebih dulu.

Tentu saja, itu adalah hal yang tak terbantahkan.

Meskipun aku bermain satu atau dua kali, hasilnya sudah jelas. Aku tidak punya
peluang untuk menang.

"Kalau bola basket, kita bisa bertanding kapan saja!"

"Aku tidak ingin menjadi samsakmu."

"Hahaha! Sepertinya kau mengerti!"

Selama seseorang memiliki suatu kepandaian yang lebih baik dari orang lain, suasana
hatinya akan jadi nyaman.

"Aku tidak akan membicarakan tentang Housen kepada siapapun. Aku merasa ini
sangat bundaran, tapi itulah yang ingin kukatakan padamu hari ini."

"Ya."

Aku menghargainya atas pertimbangannya itu terhadapku.

"Oh iya, aku tidak akan membicarakan tentang Housen lagi, tapi bisakah aku
bertanya satu hal lagi?"

"Asalkan itu bisa kujawab."


"Apa kau tidak berpikir aku akan memberitahu orang lain mengenai pertarunganmu
melawan Housen?"

Sebuah pertanyaan mendadak, tapi aku sudah menduga dia akan menanyakan ini
selama percakapan.

Jika Sudou menjadi saksi, ada kemungkinan aku harus memaksanya untuk tutup
mulut.

Untuk berjaga-jaga, tentu saja aku akan meminta Horikita untuk membuatnya diam
tentang kejadian itu, tapi setelah malam itu, dan setelah dia melihatku mendapat
nilai sempurna dalam matematika, aku bisa menebak apa yang sedang dipikirkan
Sudou dari matanya.

"Jika dirimu yang dulu, mungkin aku akan mengakalinya. Bahkan aku akan
melangkah lebih jauh dengan meminta Horikita untuk membuatmu tutup mulut."

"Aku yang dulu?"

"Dilihat dari penilaian OAA, siswa yang paling banyak berkembang di Kelas D adalah
kau, Sudou. Kau yang sekarang berbeda dengan kau yang dulunya dikuasai amarah,
sekarang kau sudah bisa menilai situasi dengan tenang. Itu sebabnya aku tidak
mengambil tindakan apapun."

Keputusanku ini ku ambil berdasarkan analisisku terhadap siswa yang bernama


Sudou Ken.

Tapi jika itu siswa lain seperti Ike atau Hondou, situasinya mungkin akan sedikit
berbeda.

"Aku merasa... sedang dipuji."

Sudou menunjukkan ekspresi terkejut sekaligus terharu, dia menghela nafas.

"Aku jadi lebih percaya diri sekarang. Aku senang mengetahui kau menilai tinggi
diriku."

Setelah mengatakan itu, Sudou mendekatkan wajahnya kepadaku.

"Ada satu lagi yang ingin kutanyakan. Kau dan Suzune..."

"Kami tidak berpacaran."

Sambil menjauhkan wajahku dari wajahnya yang terlalu dekat, aku memberi
jawaban dengan menunjukkan ekspresi bahwa memang itu kebenarannya.

"Oh..."
Jawaban cepat dariku itu membuat Sudou sedikit terpana.

"Itu, yah, bukan berarti aku melarangmu berpacaran dengannya. Suzune bebas
berpacaran dengan siapapun yang dia suka, entah itu aku, kau, ataupun orang lain.
Tapi jika kau sengaja menyembunyikannya, aku tidak akan memaafkanmu."

"Baiklah, baiklah... Misalnya, dari sejuta kemungkinan itu kebetulan terjadi, kau
orang pertama yang akan kuberitahu, oke?"

"Oke. Eh, tunggu dulu, bukan itu―!... tapi, yah, tidak apa lah."

Setelah menanyakan semua yang ingin dia ketahui, Sudou menghela nafas lega.

"Mungkin ini kata-kata yang dingin dari teman Haruki, tapi aku senang kau tidak
dikeluarkan saat ujian pemungutan suara. Tidak diragukan lagi kau adalah orang
yang kami butuhkan untuk naik ke Kelas A. Sampai jumpa, Ayanokouji."

Setelah mengatakan itu, Sudou mempercepat langkahnya dan menuju ruang kelas.

Apakah dia bermaksud untuk menyembunyikan percakapan kami dari orang-orang?

"Orang yang dibutuhkan untuk naik ke Kelas A... ya."

Aku tidak pernah berpikir akan mendapat penilaian seperti itu dari Sudou.

Namun, saat ini aku bukanlah orang yang dibutuhkan bagi kelas.

Tidak diragukan lagi bahwa Sudou sendiri sangat diperlukan untuk kelas.

BAB 2 : WAKTU YANG MENGALIR

April, dimana semua hal yang menengangkan terjadi, telah berakhir dan sekarang,
sudah hampir dua minggu sejak awal bulan Mei.

Siswa yang dikirim dari White Room masih belum menunjukkan pergerakan. Kalau
tidak salah.. dia berada di luar kendali Tsukishiro, sebenarnya apa yang dia pikirkan?
Tapi aku tidak akan mengeluhkan hal itu selama aku bisa menjalani kehidupan yang
damai.

Tentu saja ada pula siswa lain yang ingin mengeluarkanku karena alasan pribadi, tapi
untuk sementara waktu ini situasiku bisa di bilang masih aman.
OAA, aplikasi yang memperlihatkan dan memperbarui nilai siswa setiap bulan, dan di
aplikasi itu juga, aku bisa melihat pembaruan untuk kelas dua.

Aku mendapatkan nilai sempurna pada ujian khusus di bidang matematika, total
nilaiku dari lima mata pelajaran adalah 386 poin. Hasilnya, penilaian akademikku
menjadi A-. Nilai kemampuan keseluruhanku tampaknya jadi lebih tinggi dari yang
kuharapkan. Sedangkan nilaiku di bidang lain tidak mengalami banyak perubahan
dari tahun lalu.

2-D Ayanokouji Kiyotaka

Hasil evaluasi kelas dua :

Akademik : A- (81)
Fisik : B (61)
Adaptasi : D+ (40)
Kontribusi Sosial : B (68)
Kemampuan Keseluruhan : B- (62)

Siswa yang mendapat penilaian A di bidang akademik tahun lalu, seperti Horikita dan
Mii-chan, mempertahankan keunggulan mereka. Kemungkinan siswa yang mencetak
nilai lebih dari 400 poin pada ujian khusus sebelumnya, mendapat penilaian A atau
lebih tinggi di bidang akademik.

Aplikasi OAA menampilkan peningkatan semua siswa, tapi seperti yang kukatakan
sebelumnya, siswa yang meningkat paling drastis adalah Sudou.

2-D Sudou Ken

Hasil evaluasi kelas dua :

Akademik : C (54)
Fisik : A+ (96)
Adaptasi : C- (42)
Kontribusi Sosial : C+ (60)
Kemampuan Keseluruhan : B- (63)
Mengingat dirinya tahun lalu, nilai keseluruhannya adalah C dengan 47 poin, bisa
dikatakan ini adalah perkembangan yang luar biasa.

Kemampuan fisiknya yang sudah tinggi dari awal juga meningkatkan evaluasinya.

Memang benar itu hanya nilai di OAA, tapi kemampuan keseluruhannya melebihi
Akito dan Keisei.

Jika di masa depan dia bisa meningkatkan akademik dan kontribusi sosialnya, ada
kemungkinan dia bisa sebanding dengan Yousuke dan Kushida. Ini hal yang bagus
jika dia menjadi salah satu siswa berprestasi.

Namun, terkait dengan kemampuan beradaptasi dan kontribusi sosial tahun ini... aku
berasumsi pihak sekolah menggunakan data tahun lalu untuk memutuskan nilai di
bidang tersebut. Lagipula, hubungan pertemanan dan keterampilan komunikasi tidak
akan berubah secara instan karena kami baru saja naik kelas. Itu sebabnya, jika
Sudou serius menjalani kehidupan sekolah selama enam bulan ke depan, nilai
kontribusi sosialnya pasti akan meningkat, meskipun hanya sedikit.

Selain Sudou, kemampuan keseluruhan siswa yang lain juga meningkat dari tahun
lalu. Sebagian besar mereka adalah siswa yang menerima penilaian rendah di bidang
kontribusi sosial ataupun kemampuan beradaptasi, atau bahkan keduanya. Dengan
kata lain, mereka telah mengalami peningkatan di bidang tersebut.

"Maaf membuatmu menunggu."

Horikita datang dari lantai atas sedikit lebih awal dari waktu yang dijanjikan.

"Aku tidak menunggu terlalu lama."

Kami tidak berbicara di lobi dan langsung berjalan menuju sekolah.

Lebih mudah bagi kami melakukan percakapan di luar ruangan.

"Aku berterima kasih padamu. Berkatmu, aku tidak perlu menerima perhatian yang
berlebihan dari teman sekelas. Itu juga meninggalkan kesan yang serupa pada kelas-
kelas lain."

Hampir tidak ada efek langsung pada kelas lain, selain membuat mereka lebih
waspada.

Sakayanagi dari Kelas A sudah mengetahui tentang diriku sebelumnya, dan Ryuuen
pernah kuhajar habis-habisan, dia pasti tahu kalau keahlianku bukan hanya di bidang
matematika saja. Dari kata-kata Ichinose, dia merasa aku bukan orang yang biasa.

"Tidak perlu berterima kasih. Aku hanya berpikir itu lebih baik untuk kelas kita di
masa depan. Jika aku mengatakan kamu menahan diri atas keinginanmu sendiri,
mereka akan membencimu, kan? Ngomong-ngomong, apa yang akan kamu lakukan
jika aku tidak ada di sana saat itu?"

"Entahlah."

Aku pura-pura tidak tahu, tapi hasilnya akan tetap sama.

Aku akan mengatakan itu adalah salah satu strategi Horikita, kemudian aku akan
menunggu hari lain untuk membicarakan topik itu lagi. Horikita pasti bisa menyadari
niatku, tanpa harus menjelaskannya secara detail.

"Aku sekedar memberi bantuan padamu."

"Kalau begitu, aku akan menerimanya dengan senang hati."

Horikita melirik tangan kiriku.

"Apa tangan kirimu sudah sembuh?"

"Proses penyembuhannya agak lambat. Ini akan memakan waktu cukup lama, tapi
aku tidak begitu masalah dengan ini, karena bukan tangan dominanku."

"Baguslah... Ngomong-ngomong, apa kamu melakukan kontak dengan Housen-kun


sesudah itu?"

"Tidak ada. Aku pernah berselisih jalan satu kali dengan Housen dan Nanase, tapi
mereka tidak mengatakan apa-apa."

Meskipun mata mereka bertemu dengan mataku, tidak ada satupun dari mereka
yang menyapaku.

"Mereka tidak datang mengucapkan permintaan maaf, tapi setidaknya mereka sadar
telah melakukan sesuatu yang buruk."

"Menurutku mereka tidak merasa seperti itu."

"Keduanya?"

"Ya."

Mereka menjalankan rencana itu tanpa ragu sedikitpun. Siswa baru tahun ini bisa
dibilang sangat berani.

"Itu... jika seseorang berhasil mengeluarkanmu, apa benar mereka akan


mendapatkan 20 juta poin?"

"Saat ini aku tidak punya bukti apapun mengenai hal itu. Tapi, kalau hadiahnya tidak
ada, kurasa tidak akan ada yang mau melakukan hal itu."
"Benar juga..."

Aku tidak dapat membayangkan ada orang yang mau terluka dan menerima resiko
dikeluarkan hanya untuk melakukan sesuatu yang tidak berguna.

Palingan yang mau melakukannya adalah siswa dari White Room.

"Sebentar lagi akan jelas apakah itu benar atau tidak."

"Tapi―itu bukan perkembangan yang baik. Meskipun ujian itu tidak masuk akal, jika
itu ujian khusus, keempat kelas di kelas satu pasti mengetahuinya, kan?"

"Nanase juga berkata begitu, untuk membuat kita waspada terhadap kelas satu
lainnya."

Kalau perkataannya memang benar, setidaknya ada beberapa orang dari tiga kelas
yang tersisa (Kelas 1-A, Kelas 1-B, Kelas 1-C) mengetahui ujian tersebut.

"Amasawa-san, Kelas 1-A... kita berhutang budi padanya atas kerja samanya dengan
Sudou-kun, tapi dia bersekongkol dengan Housen-kun, kan?"

Aku mengangguk sedikit. Amasawa Ichika Kelas 1-A hampir dipastikan sebagai orang
yang tahu mengenai ujian khusus 20 juta poin. Sisanya siswa Kelas 1-B dan siswa
Kelas 1-C, aku tidak tahu siapa di antara mereka yang mengetahui ujian khusus itu.

"Jadi sampai sekarang, sudah ada tiga orang yang bertindak untuk
mengeluarkanmu?"

"Ya, setahuku begitu."

"Ada yang sedikit aneh... Bahkan jika banyak siswa yang takut padanya, Housen-kun
seharusnya tidak bisa memnopoli itu dari siswa kelas satu lainnya. Apa mereka
benar-benar mengabaikannya sementara dia merebut poin itu untuk dirinya
sendiri?"

Aku selalu memikirkan bagian itu. Namun, sangat sulit untuk mempersempit
kemungkinannya.

Apakah mereka berpikir Housen dan Nanase tidak cukup untuk membuatku
dikeluarkan dari sekolah?

Atau sejak awal mereka tidak berencana mengikuti ujian khusus tersebut?

Horikita yang berjalan di sebelahku, juga tidak mengetahui jawabannya.

Aku mengubah topik pembicaraan.


"Menurutmu.. kenapa mereka tidak membagikan informasi itu pada siswa kelas satu
lainnya?"

Aku meminta pendapat Horikita, karena topik ini nantinya akan tetap dibahas.

"Itu... jika seluruh siswa kelas satu diberitahu tentang ujian khusus untuk
mengeluarkanmu, dalam waktu dekat ada kemungkinan siswa kelas dua dan siswa
kelas tiga juga akan mengetahuinya. Mendengar ujian khusus yang tak masuk akal,
kelas kita pasti akan melakukan segala upaya untuk menghadapinya. Mereka sengaja
menggunakan bertindak begitu agar teman-teman sekelas kita tidak mengetahuinya,
benar kan?"

Tidak perlu diragukan bahwa jawaban Horikita itu benar. Tapi ada satu hal yang
harus diperhatikan.

"Apa sekolah benar-benar menyetujui ujian khusus yang tidak masuk akal ini...?"

"Aku diam-diam sudah mengkonfirmasinya pada Chabashira, tapi dia sepertinya


tidak mengetahui hal itu."

Meskipun aku tidak mengkonfirmasi secara langsung, aku yakin bahwa Chabashira
tidak mengetahuinya.

"Menurut pemikiranku, ada dua kemungkinan. Salah satunya adalah Housen dan
Nanase menipu kita, dan ujian khusus untuk mengeluarkanku itu sebenarnya tidak
ada. Namun, seperti yang kukatakan sebelumnya, mereka tidak mungkin mau
melakukan hal itu tanpa menerima hadiah. Berdasarkan itu, kita bisa membuang
kemungkinan ini."

"Mm."

"Kemungkinan lainnya itu bukanlah ujian khusus. Dengan kata lain, seseorang
menawarkan 20 juta poin untuk mengeluarkanku, dan menghasut siswa kelas satu."

"Aku mengerti. Lebih masuk akal jika ada orang yang menawarkan hadiah untuk
mengeluarkanmu."

Msekipun masih berupa kemungkinan, itu tidak melanggar aturan sekolah. Ketika
memikirkan berbagai kemungkinan, Horikita perlahan mendekati kebenaran.

"Dengan kata lain, seseorang di angkatan yang sama atau di atas kita sudah
menyiapkan poin sebanyak itu?"

Horikita tidak mengetahui tentang Tsukishiro, wajar jika perkiraannya sebatas itu.

"Meskipun kita menyimpulkan bahwa ini adalah permainan yang dibentuk oleh siswa
kelas satu, aku tidak berpikir mereka memiliki modal dan kepercayaan diri untuk
mencapai kesepakatan, karena mereka baru saja masuk sekolah, jadi
kemungkinannya cukup rendah."

"Seseorang yang dapat membayar 20 juta poin... dan bisa dipercaya oleh siswa kelas
satu..."

Setelah memikirkan berbagai kemungkinan yang ada, seseorang terlintas di benak


Horikita.

"―Ketua OSIS."

Gumam Horikita sambil terkejut.

"Apa mungkin Ketua OSIS Nagumo terlibat dalam hal ini?"

"Memang benar dia tidak menyukaiku, tapi rasanya tidak mungkin dia mau
mengeluarkan 20 juta poin hanya untuk mengeluarkanku. Aku sedikit ragu dengan
itu. Terlebih lagi, rasanya agak aneh jika Nagumo menggunakan siswa kelas satu
yang belum diketahui kemampuannya."

Jika dia memang ingin mengeluarkanku lewat tangan orang lain, lebih masuk akal
jika dia menggunakan siswa kelas tiga yang berada di bawah kendalinya.

"Tapi, masih ada kemungkinan dia berkaitan dengan hadiah itu."

Tidak ada bukti yang bisa menyangkal itu.

Dengan menyandang gelar Ketua OSIS, siswa kelas satu tidak akan meragukannya
sedikitpun.

"Mungkin tanpa kamu sadari, kamu membuat Ketua OSIS Nagumo cemburu sosial
padamu. Ketua OSIS Nagumo selalu mengagumi kakakku yang sangat tertarik
padamu. Tidak mengherankan jika dia memiliki perasaan yang rumit sepertiku."

Ada kemungkinan itulah alasannya.

"Meskipun ini agak telat, aku akan membahas topik utama kita. Sepulang sekolah
nanti, aku akan menemui Ketua OSIS Nagumo dan mengajukan permintaan untuk
bergabung dengan OSIS."

"Begitu ya."

Setelah melalui beberapa tikungan dan belokan, ini adalah jalan yang bagus untuk
membereskan tindakan Nagumo yang selalu dikhawatirkan oleh Manabu.

"Tapi, jika Ketua OSIS Nagumo tidak mengizinkanku untuk bergabung, aku tidak mau
tau."
"Seperti yang kukatakan sebelumnya, Ketua OSIS tidak akan menolak siapapun yang
datang padanya."

"... Kamu memang pernah bilang begitu."

Pada saat kelulusan Manabu, Horikita merasa sangat sedih, tapi dia masih mengingat
perkataanku. Nagumo pernah berkata akan menyambut siapapun untuk bergabung
dengan OSIS, tapi kurasa bukan hanya itu saja. Adik perempuan dari Horikita
Manabu yang dikaguminya. Dia tidak akan mengabaikan keberadaan yang penting
itu.

"Kamu ingin aku bergabung dengan OSIS untuk memata-matai Ketua OSIS Nagumo ...
tapi sebenarnya, bukan itu saja, kan?"

Horikita bertanya padaku bagaimana dia harus bertindakan setelah bergabung


dengan OSIS.

"Aku yakin kau sudah menyadarinya sedikit. Pemikiran kakakmu sangat berbeda
dengan Nagumo. Kakakmu tidak menyetujui reformasi yang dilakukan Nagumo
karena menghargai tradisi lama. Tepat sebelum pergi, dia bilang padaku ... kelas
adalah sebuah komunitas dimana siswa berbagi nasib yang sama. Dia tidak ingin
sistem itu diubah."

"Apa yang sedang dilakukan OSIS sekarang, sangat berkebalikan dengan sistem
tersebut."

"Tapi aku tidak akan menilai siapa yang benar dan siapa yang salah di sini. Sekarang,
aku hanya ingin melihat reformasi yang dilakukan Nagumo."

"Jadi kamu tidak akan memberiku instruksi khusus?"

"Mm."

"Kalau kamu hanya ingin melihat reformasi, kenapa kamu memintaku untuk
bergabung dengan OSIS? Aku harusnya tidak perlu memata-matai OSIS."

"Jika Nagumo mengambil jalan yang salah, bagaimanapun caranya aku harus
menghentikannya."

Seharusnya bukan aku yang menghentikannya, tapi adik perempuan Horikita


Manabu, yaitu Horikita Suzune.

Demi membuatnya mau melakukan tugas yang tidak masuk akal itu, aku
mengusulkan syarat itu jika aku menang taruhan dengannya.

"Masih ada beberapa hal yang membuatku tidak puas, tapi aku akan melakukannya."
Itu pasti berkaitan dengan 'hadiah' yang Horikita sebutkan tadi.

(Tl note : ' 20 juta poin untuk mengeluarkan Kiyo)

Dengan memasuki OSIS, kemungkinan untuk mendapatkan informasi itu akan


meningkat.

"Kupikir tidak baik jika aku meminta sesuatu setelah aku kalah taruhan denganmu,
tapi, apa kamu mau ikut denganku?"

"Ikut denganmu?"

"Ya, aku ingin menunjukkan padamu bukti bahwa aku menemui Ketua OSIS
Nagumo."

Dia ingin menunjukkan padaku bahwa dia tidak berbohong seandainya Nagumo
menolaknya bergabung dengan OSIS.

"Jika Ketua OSIS Nagumo berkaitan dengan hadiah itu, kita mungkin bisa melihat
semacam reaksi darinya."

Memang benar, kami mungkin akan mendapat petunjuk tentang hadiah 20 juta poin
tersebut.

"Aku mengerti. Bagaimana kalau setelah pulang sekolah?"

Setelah membuat janji dengan Horikita, kami memulai kehidupan sekolah hari ini
seperti biasa.

Sepulang sekolah, kami berdua berjalan menuju ruang OSIS.

"Apa kau sudah membuat janji sebelumnya dengan Ketua OSIS?"

Jika berkunjung tiba-tiba, tidak ada jaminan Nagumo berada di ruang OSIS.

"Tentu saja, beberapa waktu sebelumnya aku sudah meminta Chabashira-sensei


untuk mengatur pertemukanku dengan Ketua OSIS Nagumo. Namun mereka
menundanya sampai hari ini. Tapi itu mungkin ada baiknya juga, karena saat ini aku
lebih termotivasi untuk bergabung dengan OSIS."

"Apa karena masalah hadiah itu?"


"Ya. OSIS seharusnya menjadi pihak netral di sekolah ini, jika mereka terlibat dalam
ujian khusus untuk mengeluarkanmu, itu berarti mereka tidak adil pada kita Kelas 2-
D ... Aku tidak bisa terima begitu saja."

Aku menatap Horikita yang berjalan di sebelahku, wajahnya dipenuhi dengan tekad
yang kuat.

"Memiliki motivasi itu memang bagus, tapi jangan terlalu bersemangat. Belum ada
bukti kalau Nagumo berkaitan dengan hadiah itu. Bahkan jika dia memang terlibat,
dia bukan lawan yang bisa kau hadapi seorang diri."

Nagumo tidak akan membatalkan ujian itu hanya karena permintaan dari kami.

"Tentu saja aku tidak akan melakukan apa pun sampai aku merasa yakin."

Aku lega mendengarnya, dia terlihat antusias dari biasanya, tapi dia masih bisa
mengendalikan diri.

Tidak butuh waktu lama bagi kami berdua tiba di ruang OSIS, lalu kami membuka
pintu.

"Permisi."

Kami melangkah masuk ke dalam, kemudian terlihat Nagumo sedang duduk di kursi
ketua OSIS.

Dia merentangkan kakinya dan menyapa Horikita, seolah-olah merasa seperti raja.

Melihat sikapnya itu, aku tidak merasa terganggu sedikitpun. Malahan aku merasa
itu sangat cocok untuk dirinya yang suka menunjukkan kekuasaan.

Dia terlihat lebih tenang dari biasanya. Mungkin karena tidak adanya Horikita
Manabu, yang memiliki pengaruh besar baginya.

Lalu, Wakil Ketua OSIS Kiriyama berdiri di sampingnya.

Setelah melihatku sebentar, Kiriyama segera mengalihkan pandangannya ke arah


Horikita.

"Apa ada yang ingin kalian bicarakan?"

"Ya, terima kasih atas waktunya."

Kiriyama mempersilahkan kami berdua untuk duduk, kami pun menurutinya dan
duduk di kursi.

"Tidak perlu khawatir, aku punya waktu luang sekarang."


Meskipun aku berdiri di hadapannya, sikap Nagumo tetap sama seperti biasa.

Jika dia memang berkaitan dengan ujian khusus untuk mengeluarkanku, tidak aneh
jika dia menunjukkan sedikit reaksi, tapi...

"Jadi, apa yang ingin kalian bicarakan? Kalian datang kemari bukan hanya untuk
menyapaku saja, kan?"

Meskipun Nagumo terlihat menyambut kedatangan kami, dia meminta Horikita


untuk mengatakan tujuan kami.

"Aku tahu waktumu sangat berharga, Ketua OSIS, jadi aku akan langsung ke intinya.
Aku ingin bergabung dengan OSIS."

Suara Horikita bergema di dalam ruang OSIS.

Mendengar itu, dua anggota OSIS yang ada di depan kami menunjukkan reaksi yang
sama.

Bukan ekspresi untuk menerima atau menolak, melainkan terkejut.

"Kau ingin bergabung dengan OSIS?"

Nagumo yang awalnya terkejut, kini menjadi bersemangat.

"Aku ingin tahu, apa yang terjadi padamu? Sejujurnya, aku tidak ingin menjawab
iya."

"Itu berarti kamu tidak akan menerimaku?"

"Bukan begitu. Aku termasuk tipe orang yang tidak bisa menolak. Selama masih ada
kursi yang kosong, aku akan menerima siapapun. Aku juga tidak tertarik dengan
motif mereka. Apakah itu demi OAA, prospek di masa depan, atau rasa keadilan, itu
semua terserah mereka..."

Tidak seperti Manabu, Nagumo bersedia menerima siapapun untuk bergabung


dengan OSIS.

"Tapi kau berbeda, Horikita Suzune. Aku harus mengajukan satu syarat padamu."

"Apa syaratnya?"

"Mengapa kau memilih untuk bergabung dengan OSIS saat ini juga? Beritahu aku
alasannya."

Apa dia merasa terancam karena aku menemani Horikita?

Tidak, Nagumo bukan tipe orang yang peduli dengan hal-hal kecil seperti itu.
Dia hanya ingin tahu alasan adik perempuan Manabu bergabung dengan OSIS.

Tentu saja Horikita tidak akan mengatakan alasannya ingin memasuki OSIS karena
kalah taruhan denganku.

Meskipun masih ada peluang, mungkin ini adalah akhirnya.

Horikita tidak akan mendapat kepercayaan Nagumo.

"Di masa lalu aku berselisih dengan kakakku, jadi aku memutuskan untuk mendaftar
ke sekolah ini agar dapat menyelesaikan perselisihan itu. Tapi, hubungan kami tidak
berubah sedikitpun bahkan setelah aku memasuki sekolah ini."

Meskipun Horikita menceritakannya dengan perlahan, Nagumo mendengarkan


dengan cermat setiap perkataannya.

"Kakakku tidak mau mengakui diriku yang tidak berkembang sedikitpun. Akibatnya,
aku tidak bisa berkomunikasi secara baik-baik dengannya, setidaknya sampai dia
lulus."

Horikita memilih secara selektif masa lalu yang dia ungkapkan.

"Lalu? Apa kalian sudah berbaikan?"

"Ya. Kami sudah berbaikan pada saat-saat terakhirnya di sekolah ini. Dan sekarang,
aku menjadi tertarik dengan OSIS, tempat dimana Kakakku mengabdikan dirinya
untuk sekolah ini. Meskipun aku telah mengambil jalan memutar selama ini,
sekarang aku ingin berjalan di jalan yang sama dengan Kakakku."

Sejak awal, Horikita tidak mau bergabung dengan OSIS.

Jika aku bertanya padanya apakah kata-kata itu berasal dari hatinya, dia akan
menjawab [hanya setengah].

Tapi untuk mengelabui Nagumo yang mampu membedakan antara kebenaran dan
kebohongan, dia menutupinya dengan menggunakan beberapa fakta.

"Mengambil jalan yang sama dengan Kakakmu ya, cerita yang sangat menyentuh."

Nagumo menjadi lebih waspada setelah mendengar cerita Horikita.

"Dengan kata lain, aku boleh berasumsi bahwa kau memiliki keinginan untuk
menjadi Ketua OSIS?"

Tidak peduli apapun jawaban yang dia berikan sekarang, Nagumo tidak akan bisa
diyakinkan dengan mudah.

Dalam hal ini, kebohongan yang sederhana akan berakibat fatal.


"Itu benar. Sama seperti Kakakku, aku juga ingin menjadi Ketua OSIS."

Horikita memilih untuk menghadapi dinding besar yang ada di depannya.

Dan juga, tidak tersirat sedikit pun kebohongan di dalam kata-katanya.

Setelah memilih untuk bergabung dengan OSIS, dia seolah-olah termotivasi untuk
mengejar sosok Manabu.

"Aku mengerti. Tapi Honami telah bekerja keras sebagai anggota OSIS selama
setahun ini. Kau sudah tertinggal satu tahun dengannya untuk bersaing menjadi
ketua OSIS. Kau mengerti itu, kan?"

"Menurutku itu bukan jarak yang tidak bisa kukejar."

Horikita menjawab dengan tekad yang lebih kuat dari sebelumnya.

"Dia memang tidak mirip dengannya, tapi sekarang dia benar-benar terlihat seperti
adik Horikita-senpai."

Wakil ketua OSIS Kiriyama yang sejauh ini tetap diam, mulai bicara pada Nagumo.

"Aku merasa agak aneh memanggilmu Horikita. Memang benar, sebelumnya aku
memanggilmu dengan margamu, tapi mulai sekarang aku akan memanggilmu
Suzune, apa kau tidak keberatan?"

"Aku tidak keberatan."

"Kami juga punya sedikit masalah karena anggota OSIS dari kelas dua hanya Honami
seorang."

Melalui pertanyaan langsung, Nagumo sedikit memahami pemikiran Horikita, dan


mengizinkannya untuk bergabung dengan OSIS.

Kemudian Nagumo berdiri dari kursinya dan berjalan ke arah Horikita yang juga ikut
berdiri, lalu dia mengulurkan tangan kirinya.

Horikita langsung menjabat tangan Nagumo.

"Selamat datang di OSIS. Mulai hari dan seterusnya, aku ingin kau bekerja keras
untukku sebagai anggota OSIS, Suzune."

"Tentu saja."

"Sebagi ucapan selamat telah bergabung dengan OSIS, aku akan memberitahumu
sesuatu yang menarik. Ketua OSIS di masa lalu selalu lulus sebagai siswa Kelas A.
Ingat itu dan berusahalah untuk meraih tujuan yang lebih tinggi."
Nagumo mengatakan itu seolah ingin memotivasi Horikita yang saat ini masih berada
di Kelas D.

"Tidak perlu khawatir. Aku tidak berencana lulus di luar Kelas A."

"Kalau begitu, tunjukkan padaku kalau itu bukan sekedar kata-kata saja."

Jabat tangan yang berlangsung cukup lama di akhiri bersamaan dengan selesainya
percakapan mereka.

"Aku Kiriyama, Wakil Ketua OSIS."

"Senang bertemu denganmu."

Setelah berjabat tangan dengan Kiriyama, Horikita resmi menjadi anggota OSIS.

Mulai hari ini, Horikita akan mengamati langsung tindakan Nagumo dari dekat.

Sistem meritokratis, sistem yang memberikan semua orang kesempatan untuk


mendapatkan posisi mereka berdasarkan kemampuan masing-masing.

Ini sistem yang sangat menyimpang dari apa yang telah dipertahankan oleh Manabu,
bagaimana Horikita akan menghadapi hal itu?

Kurasa tidak ada lagi tempat bagiku untuk masuk ke dalam pembicaraan. Aku juga
tidak mendapatkan info tentang hadiah 20 juta poin itu, jadi aku mencari
kesempatan untuk meninggalkan tempat ini.

Ketika aku akan pergi dari sini...

"Ngomong-ngomong, apa kau juga mau bergabung dengan OSIS, Ayanokouji?"

"Apa yang kau pikirkan, Nagumo? Bahkan sampai mengundangnya ke OSIS."

Kiriyama terkejut mendengar usulan langka Nagumo.

"Itu bukan hal yang aneh. Dia berhasil menarik perhatian Horikita-senpai. Jika dia
ingin bergabung, aku tidak punya alasan untuk menolak. Lagipula, pada ujian khusus
sebelumnya.. dia adalah satu-satunya yang mendapat nilai sempurna di
angkatannya."

Dari cara Nagumo mengatakan itu, rasanya dia seolah baru menyadari keberadaanku.

Sepertinya dia sudah tahu semua informasi kelas satu dan kelas dua yang
dipublikasikan.

"Aku menolak. Aku tidak cocok menjadi OSIS."

"Aku tahu kau akan berkata begitu."


Dia langsung menerima jawabanku seolah tawarannya itu hanya sekedar basa basi
saja.

Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan, tapi dia mengarahkan pandangannya kepadaku
lagi.

"Ayanokouji."

Setelah memanggil namaku, kami saling menatap satu sama lain dalam keheningan.

"Ternyata pekerjaan OSIS lebih banyak dari yang kupikirkan, tapi sekarang aku sudah
mulai sedikit santai, ketika musim panas nanti, aku akan menghabiskan waktu
dengan para juniorku."

Apa maksudnya?

Ketika aku akan bertanya begitu, dia kembali bicara.

"Aku akan bermain denganmu, nantikanlah."

Itu tidak mencapai tingkat deklarasi perang.

Itu seperti perintah dari yang kuat ke yang lemah.

"Sakayanagi, Ichinose, Ryuuen. Orang-orang itu mungkin akan menangis dalam


kegembiraan."

Setelah mengatakan itu, Nagumo mengabaikanku sepenuhnya.

"Ngomong-ngomong, Kiriyama. Mengapa kau datang hari ini? Ini sangat langka."

"... Apa maksudmu?"

"Biasanya ketika ada siswa kelas satu dan kelas dua yang ingin bergabung dengan
OSIS, kau tidak pernah hadir. Tapi ketika mendengar Horikita Suzune ingin bertemu
denganku, kau datang. Bukankah itu aneh?"

Nagumo mengatakan itu setelah percakapan berakhir. Aku merasa perkataannya itu
juga tertuju padaku.

Perkataan Nagumo yang tiba-tiba itu terdengar agak aneh. Tentu saja aku juga tidak
mengerti alasan Kiriyama berada di sini, tapi dia terlihat sedikit terguncang
mendengar perkataan Nagumo.

"Aku sedikit tertarik dengannya, karena dia adalah adik Horikita-senpai. Apa ada
yang salah dengan itu?"
Meskipun Kiriyama berusaha untuk tetap tenang, nada suaranya sedikit lebih tinggi
dari biasanya.

Nagumo tertawa dengan keras.

"Tidak ada. Lupakan saja perkataanku tadi."

Nagumo merasa puas setelah melihat reaksi Kiriyama, dia tidak melanjutkan topik
itu lebih jauh.

"Suzune, kau tetap di sini. Aku akan memperkenalkanmu dengan anggota OSIS yang
lain."

"Aku mengerti."

Tidak ada alasan bagiku tetap berada di sini setelah menolak tawaran Nagumo.

Aku meninggalkan Horikita dan pergi dari ruang OSIS.

Aku meninggalkan ruangan OSIS dan berjalan menuju gerbang sekolah.

Kiriyama, orang yang ingin menggulingkan kekuasaan Nagumo. Dia mendukung


Manabu dan telah mencari berbagai cara untuk membuat rencananya berhasil, dia
bahkan sampai melakukan kontak denganku saat aku masih kelas satu. Dia mungkin
terlihat sudah menyerah, namun ketika mendengar adik Manabu akan bergabung
dengan OSIS, ada kemungkinan dia akan mengambil tindakan.

Tapi, jika melihat Kiriyama hari ini, tampaknya pertarungan antara Kiriyama dan
Nagumo sudah berakhir.

Aku bisa merasakan celah yang terbentuk di antara mereka berdua.

Yah... jika Kiriyama belum menyerah, cepat atau lambat dia akan bertindak.

"Baiklah, ini sudah cukup."

Aku tidak ingin lagi berpikir untuk hari ini.

Aku akan langsung pulang dan menghabiskan hari ini dengan bersantai.

Aku mengeluarkan ponsel dan memeriksa waktu.

[Hei, jika kamu tidak ada keperluan hari ini... Bolehkah aku datang ke kamarmu?]
Sepertinya aku terlalu fokus memperhatikan pembicaraan di ruang OSIS, sehingga
tidak menyadari pesan dari Kei.

Meskipun sudah 30 menit berlalu, Kei tidak menarik kembali pesannya, mungkin dia
masih menunggu balasan dariku.

Meskipun ini sudah telat, aku memutuskan untuk membalas pesan Kei, lagipula aku
juga tidak ada keperluan setelah ini.

Meski kami berpacaran, kami belum mengumumkannya ke publik.

Jika kami ingin menghabiskan waktu bersama tanpa diketahui orang lain, tempat
yang bisa kami kunjungi cukup terbatas.

Bahkan di asrama tidak bisa dibilang aman. Jika ada yang melihat kami berduaan, itu
akan berakibat fatal.

Tapi jika itu terjadi, kami akan mencari solusinya bersama.

[Apa kau ingin datang ke kamarku?]

Aku membalas pesannya, dalam waktu satu detik, pesan itu langsung terbaca.

Apa dia kebetulan sedang memainkan ponselnya? Atau sudah menunggu dari tadi?

[Aku akan datang!]

Balasan singkat dari Kei.

[Bolehkah aku datang sekarang!?]

Kei mengirim pesan satu demi satu. Aku membalas pesannya dan mengatakan kalau
saat ini aku dalam perjalanan kembali ke asrama, aku juga mengatakan bahwa dia
bisa datang kapan saja setelah 20 menit kemudian, tentu saja dengan menggunakan
cara yang sama seperti biasa.

Seandainya ada siswa lain di lantai kamarku, Kei pasti bisa menanganinya.

Aku tiba di asrama dalam waktu 10 menit. Aku membiarkan pintu kamarku tidak
terkunci dan membersihkan kamarku sebentar. Tidak lama kemudian aku
mendengar ketukan pintu sebanyak tiga kali.

Aku dan Kei telah menetapkan beberapa kode untuk pertemuan rahasia. Meskipun
kebanyakan menggunakan bunyi bel pintu, aku meminta Kei mengetuk pintu tiga kali
dalam situasi mendesak. Kadang-kadang aku tidak bisa membuka dan menutup
pintu dengan santai, karena ada banyak siswa yang lewat di asrama.

Aku juga mengizinkannya masuk tanpa sinyal jika dia berada dalam situasi darurat.
"Aku masuk!"

Kata Kei dan buru-buru masuk ke dalam kamarku.

Kemudian dia mendorong pintu hingga tertutup dan mengatur nafas untuk
menenangkan dirimya.

"Aku sangat panik ketika melihat lift berhenti di lantai 4~"

Kei meletakkan tangannya di dada, mungkin karena jantungnya berdetak lebih cepat
dari biasanya.

Melewati koridor asrama secara diam-diam memanglah sulit, wajar jika Kei merasa
panik.

"Kita tidak mungkin bisa menyembunyikan hubungan kita selamanya, kan?"

"Aku tahu itu..."

Aku menaruh sepatu Kei di rak sepatu.

Untuk berjaga-jaga, aku mengunci pintu dan memasang rantai berbentuk huruf U.

Dengan begini, bahkan jika ada yang datang, aku bisa memintanya pergi tanpa
membiarkan mereka masuk ke dalam.

Namun, menggunakan kunci U di dekat pintu terlihat tidak wajar.

Awalnya aku tidak pernah berencana untuk melakukan ini, tapi aku berubah pikiran
sejak kejadian dengan Amasawa.

Ini lebih baik daripada membiarkan orang lain masuk dan melihatku berduaan
dengan Kei di dalam kamar.

Bahkan jika terjadi situasi mendesak dimana aku harus pergi, selama aku sudah siap
untuk keluar, semuanya akan baik-baik saja.

Aku akan mengatakan kalau kamarku berantakan, dan meminta mereka menunggu
di luar sebentar, lalu aku akan keluar.

Kemudian, setelah aku pergi, Kei bisa pergi diam-diam dari kamarku.

"Haah... Aku merasa lega."

Kei duduk di kasur dan mengelus dadanya.

"Baguslah kalau begitu."

Pada malam hari, asrama akan dipenuhi oleh siswa yang pulang sekolah.
Mengundang seorang gadis ke kamar sangatlah beresiko. Meski tidak banyak siswa
yang akan keluar dari kamar, akan jadi masalah jika ada yang tahu seorang gadis
berada di dalam kamarku malam-malam.

Itu sebabnya, lebih baik kami bertemu siang hari ketika libur, atau sore hari sepulang
sekolah, agar kami dapat membuat alasan.

Bahkan jika hubungan kami terungkap, setidaknya kami tidak akan dianggap
melakukan hal yang aneh.

"Apa kau ingin minum sesuatu?"

Aku menanyakan itu pada Kei setelah dia menenangkan dirinya. Kei terdiam sejenak,
lalu dia berjalan menuju dapur.

"Biar aku yang melakukannya."

"Ini mengejutkan, ada apa denganmu? Biasanya kau tidak akan mau melakukannya."

"Kamu pasti kesulitan membuat minuman dengan tangan terluka, kan? Lihat saja
aku, bahkan aku juga tahu cara merebus air!"

Sepertinya dia khawatir dengan tangan kiriku yang sedang terluka.

"Kalau begitu aku akan menyerahkannya padamu..."

"Baiklah. Aku mau minum teh hitam. Kiyotaka, kamu mau minum apa?"

"Aku... samakan saja denganmu, Kei."

Aku ingin meringankan beban Kei, tapi itu malah jadi sebaliknya. Wajah Kei menjadi
tidak senang.

"Kamu tidak percaya padaku, kan?"

"Bukan begitu ... yah, kalau begitu aku mau kopi."

"Serahkan padaku! Kopinya di tempat biasa, kan?"

Setelah mengatakan itu, Kei membuka lemari dapur.

Kemudian dia menyuruhku menunggu di ruang tamu, sepertinya dia sadar kalau aku
terus menatapnya.

Akan sangat merepotkan jika membuat Kei sampai marah, aku menurutinya dan
menunggu sambil menonton TV.

"Ngomong-ngomong, ada yang ingin kukatakan padamu, Kiyotaka, kamu memiliki


tanggung jawab yang besar sekarang."
Sesaat ketika aku mengambil remote TV, kata-kata itu terdengar dari dapur.

"Kenapa kau tiba-tiba membahas itu?"

"Akan sulit bagi kita untuk mengungkapkan hubungan kita, karena kamu mendapat
nilai sempurna dalam ujian khusus di bidang matematika."

Awalnya aku sedikit penasaran, tapi rupanya ini yang ingin dia katakan.

Memang benar, kalau Kei mengungkapkan hubungan kami sekarang, itu akan
menyebabkan masalah...

"Entah apa yang akan terjadi jika kita memberitahu hubungan kita kepada orang-
orang..."

"Jadi, kita akan tetap seperti ini untuk sementara waktu?"

"Mau bagaimana lagi... itu menyebalkan, aku seolah-olah berpacaran denganmu


karena status."

"Apakah berpacaran dengan seseorang karena status adalah hal yang buruk?"

"Tidak juga, aku tidak mengatakan itu buruk..."

"Berpacaran dengan gadis imut juga termasuk status bagi anak laki-laki, kan?
Bukankah terlalu berlebihan jika melarang seseorang melakukan itu?"

Tentu saja prefensi setiap orang berbeda-beda, dan tidak ada yang mutlak.

Meski begitu, aku menyadari ada standar tertentu untuk setiap orang.

Aku membantah pendapatnya tentang pacaran karena status, tapi aku tidak
mendengar balasan apapun darinya. Aku sempat berpikir dia sedang memikirkan
cara untuk melawan, tapi nyatanya dia bergerak secara perlahan sehingga wajahnya
terlihat dari dapur.

"A-Apa aku imut?"

Sepertinya dia tidak berpikir untuk melawan kata-kataku.

Dia hanya fokus pada perkataanku di bagian [pacaran dengan gadis imut].

"Apa menurutmu aku akan berpacaran dengan gadis yang tidak imut?"

Sudut bibir Kei sedikit terangkat, setelah itu dia mencoba untuk melarikan diri dan
tidak ingin melihat wajahku secara langsung, dia seolah berusaha untuk lepas dari
pandanganku.

Ketel mulai mengeluarkan suara yang menandakan air mendidih.


Sesuatu yang membuat seseorang berpikir bahwa orang lain itu imut bukan hanya
sebatas penampilan saja. Kepribadian dan bentuk tubuh, suara dan sikap, latar
belakang dan pendidikan. Berbagai jenis faktor itu akan tumpang tindih dan
membuat seseorang merasa bahwa orang lain terlihat imut.

"Ahhh... aku, aku juga berpikir kamu sangat keren, Kiyotaka."

Kei mengatakan itu meski aku tidak menanyakannya, lalu dia kembali ke dapur.

Setelah air di ketel mendidih, aku bisa mendengar suara air dituangkan ke dalam
cangkir, ketika aku berulang kali mengganti siaran TV.

Tidak butuh waktu lama bagi Kei untuk menyelesaikannya, dia kembali dan
menempatkan cangkir kopi di atas meja dengan bangga. Meskipun Kei mengatakan
ingin minum teh hitam, entah bagaimana minumannya berubah menjadi cafe au lait.

"Terima kasih."

"Sama-sama."

Kami meletakkan buku pelajaran kelas satu di atas meja.

Lalu kami menyiapkan notebook dan pulpen, agar kami terlihat seperti sedang
belajar.

Dengan begitu, bahkan jika terjadi sesuatu yang tak terduga, kami bisa mengelak
dengan alasan kami sedang belajar.

Jika memungkinkan, aku tidak ingin situasi seperti itu terjadi.

Dari saat Kei memasuki ruangan, hingga sekarang, semuanya merupakan strategi
pertahanan untuk mencegah kejadian dengan Amasawa terulang kembali.

Setelah itu, kami menghabiskan waktu dengan membicarakan hal-hal yang tidak
penting.

Mulai dari yang kualami di sekolah hari ini, dan beberapa hari yang lalu.

Siapa yang kami temui saat Golden Week, dan acara TV apa saja yang kami tonton.

Kami menghabiskan waktu dengan melihat-lihat foto yang di ambil oleh Kei.

Kami membahas segala macam topik, dari yang pendek sampai yang panjang,
terkadang kami mengganti topik pembicaraan secara tiba-tiba.

Kami berdua menghabiskan banyak waktu untuk membicarakan hal-hal yang tidak
penting. Tapi, aku merasa ini tidaklah buruk.
Tanpa kusadari, sedikit demi sedikit aku mulai mengerti arti dari kasih sayang.

Berkencan dengan Kei di dalam kamar, kadang dia tertawa, kadang dia marah, Kei
menunjukkan berbagai ekspresi kepadaku.

Saat kami membahas beberapa topik, percakapan di antara kami mulai berkurang
sedikit demi sedikit. Obrolan santai pun mulai menghilang dan kami beralih ke dalam
keheningan yang panjang. Suasana di kamar terasa berbeda dari yang sebelumnya.

Terhadap satu sama lain, kami mulai merasakan sesuatu.

Kami mulai menyadari sesuatu.

Tidak, ini bukan sesuatu lagi.

Aku sudah tahu apa itu.

Keinginan untuk menyentuh satu sama lain, dan mengharapkan respons dari masing-
masing pihak, perasaan itu secara bertahap semakin berkembang.

Tapi, ini adalah sesuatu yang tidak perlu diucapkan.

Hanya dengan melihat mata satu sama lain, kami bisa memahami keinginan masing-
masing.

Tapi, tidak mudah untuk mengambil langkah itu.

Tidak peduli seberapa baik aku mengenalnya, aku masih harus mempertimbangkan
resiko yang berbandingkan 1 : 10.000.

Meskipun kami berdua menginginkan hal yang sama, aku perlu mempertimbangkan
kemungkinan pihak lain menolak.

Dan jika penolakan itu terjadi, perasaan negatif akan memancar keluar seperti
geyser.

Meski begitu―

Aku tetap menatap Kei yang mencoba mengalihkan pandangannya dariku.

Apakah ini tidak apa-apa? Tapi ... perasaan yang berlawanan itu saling bertabrakan
satu sama lain.

Kemudian, seakan sudah menyerah, Kei mengarahkan pandangannya kepadaku.

Waktu terasa membeku, aku semakin ingin merasakannya dengan tubuhku.

Jarak antara tubuh kami berdua, dan juga wajah kami, perlahan-lahan semakin
berkurang.
Kami akhirnya mencapai jarak dimana kami bisa bernafas di dekat kulit satu sama
lain, dan sedikit lagi kami akan bersentuhan.

Dari mulut Kei tercium aroma kopi bercampur susu yang diminumnya tadi.

Dalam 2 detik ... 1 detik ... bibir kami akan saling bersentuhan...

―Ding Dong

Moment kami dihancurkan dengan kejam oleh bunyi bel pintu.

Hanya ada sedikit jarak yang memisahkan bibir kami yang tidak jadi bersentuhan.

Kesadaranku yang tadinya melayang, kembali menuju kenyataan secara tiba-tiba.

"Ah, eh, pintunya...?"

Kei mundur dengan panik, pipinya menjadi kemerahan, tapi aku tidak punya waktu
untuk memperhatikan wajahnya dari dekat. Begitulah, karena bunyi bel itu bukan
berasal dari aula, melainkan dari pintu masuk kamarku.

Interkom menunjukkan dengan jelas bahwa ini memang notifikasi panggilan dari
pintu kamarku. Berbeda dengan di aula, di koridor ini tidak ada satupun kamera
pengawas yang terpasang, mustahil bagiku untuk mengetahui siapa yang datang.
Aku bisa saja berpura-pura sedang tidak di rumah, tapi situasinya akan jadi buruk jika
pengunjung tersebut telah melihat Kei masuk ke dalam kamarku.

Lebih baik aku memeriksanya dan mencari tahu tujuannya.

"Tunggu sebentar."

"Uh, mm."

Kei mengangguk sedikit dan terlihat gugup. Karena kejadian dengan Amasawa
sebelumnya, aku sudah meletakkan sepatu Kei di dalam rak sepatu untuk antisipasi.
Jika ada yang datang, mereka akan mengira aku sendiri di dalam kamar.

Tapi rencana ini tidak bisa dibilang sempurna.

Solusi yang tepat adalah.. aku harus berdiri dan berbicara di koridor dengan orang
yang berkunjung ke kamarku ini.

Tapi jika dia ingin masuk ke kamarku, itu pasti akan menimbulkan kecurigaan.
Membawa seorang gadis ke dalam kamar, bahkan sampai menyembunyikan
sepatunya. Hal semacam itu pasti akan tersebar.

Sepertinya, memasang kunci U di pintu adalah pilihan yang tepat.


Pengunjung itu tidak akan dapat melihat sepatu Kei dari celah pintu, dan
hubunganku dengan Kei juga tidak akan terungkap.

Aku sudah menyiapkan alasanku mengunci pintu ketika nanti akan berbicara dengan
pengunjung tersebut.

Selain itu, aku juga bisa menunda percakapan, setelah itu aku akan pergi dari kamar.

Tapi aku ingin tahu, siapa orangnya?

Apakah Horikita? Atau siswa laki-laki? Sambil memikirkan hal ini, aku
mengkonfirmasi pengunjung itu melalui 'peephole'.

(Tl note : ' artinya lubang untuk mengintip tamu yang datang, biasanya terpasang di
pintu kamar hotel atau asrama, tapi ada juga di rumah pribadi..)

Hal pertama yang kulihat adalah rambut berwarna merah.

"Senpai~"

Diikuti dengan suara imut yang dibuat-buat.

Dia seolah tahu bahwa aku mengawasinya dari lubang pintu.

"Ini aku~"

Dari suaranya, dia sepertinya yakin kalau aku ada di dalam kamar.

Gadis dengan pakaian kasual itu tersenyum.

Kedua tangannya bebas, dia sepertinya tidak membawa apapun.

Aku perlahan melepaskan kunci dan membuka pintu.

Semenjak akhir April lalu, aku belum melakukan kontak dengan Amasawa Ichika
Kelas 1-A.

Kemunculannya ini membuatku sedikit terkejut.

Demi membantu rencana Housen, dia mengambil pisau yang digunakan Housen
pada kejadian sebelumnya dari dapurku, dia harusnya sadar bahwa aku sudah
mengetahui kerja sama nya dengan Housen, lebih masuk akal jika Amasawa menjaga
jarak dariku.

Namun, Amasawa yang muncul di depanku sekarang ini, tidak terlihat seperti orang
yang merasa bersalah.

Apa dia pikir aku tidak tahu keterlibatannya dengan Housen?


Tidak, ketika Housen menjalankan rencananya, aku sudah tahu kalau Amasawa
terlibat dalam hal itu.

"Bagaimana kau bisa masuk ke asrama kelas dua?"

"Aku mengikuti seorang senpai kelas dua yang kembali ke asrama. Aku ingin
memberimu kejutan, Ayanokouji-senpai."

Jika dia menggunakan telepon di lobi, aku akan mengetahui kedatangannya.

Dia menggunakan siswa lain untuk menghindari situasi itu.

"Jadi, apa yang kau inginkan?"

"Apa tanganmu sudah sembuh? Aku datang menemuimu karena aku khawatir
padamu."

Amasawa tidak mencoba menutupi fakta bahwa dia terlibat dalam masalah itu.

Sebaliknya, dia sengaja menunjukkannya.

Dia kemudian menyentuh kunci U dengan jari telunjuk tangan kanannya.

"Bisakah kamu membuka kunci ini ... Senpai?"

Sambil mempertahankan senyumannya, Amasawa mengarahkan matanya ke arah


rak sepatu, tempat aku menyembunyikan sepatu Kei.

Apakah dia menyadari ada orang lain di dalam kamarku karena aku memasang kunci
U? Atau jangan-jangan ...

"Ini sudah larut malam, bisakah kita bicara besok? Aku akan mendapat masalah
kalau aku ketahuan membawa kouhai perempuan ke dalam kamar malam-malam."

Kalau kedatangannya memang untuk melihat keadaan tanganku, dia akan pergi
setelah mendengar kata-kata ku barusan.

Tapi sepertinya, Amasawa tidak berniat untuk pergi.

Dia meletakkan tangan kirinya di bibirnya, tindakannya itu seolah mencerminkan


bahwa dia sedang berpikir.

"Senpai, kamu kelihatannya sedang nganggur, buatkan aku makanan dong."

Amasawa tiba-tiba mengganti topik pembicaraan, dia sepertinya akan menggunakan


berbagai cara untuk bisa masuk ke kamarku.

"Itu benar, kan? Selain itu, kamu tidak lupa kalau aku sudah bekerja sama dengan
Sudou-senpai, kan?"
Jika dia memaksa ingin masuk ke dalam, dia pasti akan menggunakan kata-kata itu,
seperti yang kuperkirakan.

Aku terpaksa mengikuti keinginannya.

"Maaf, aku kehabisan bahan makanan. Tidak ada satu pun yang tersisa di kulkas."

"Eh―Benarkah―? Senpai seharusnya menyiapkan bahan cadangan."

Amasawa mengeluh padaku, tapi wajahnya terlihat puas.

"Kalau memang harus sekarang, aku akan bersiap-siap dulu. Setelah itu kita akan
pergi membelinya bersama. Bagaimana?"

Meskipun kencanku dengan Kei akan berakhir, setidaknya aku dapat menghindari
masalah yang tidak perlu.

Amasawa sudah pernah bertemu dengan Kei satu kali, tapi aku tidak ingin Amasawa
tahu kalau Kei sering datang ke kamarku.

"Jadi begitu, senpai kehabisan bahan makanan ya ~ sayang sekali ~"

Entah kenapa wajah Amasawa terlihat senang.

"Tolong jangan di tutup pintunya, ya?"

Setelah mengatakan itu, Amasawa menghilang dari pandanganku selama beberapa


detik.
Setelah itu, dia menggunakan tangan kirinya untuk mengangkat kantong plastik yang
dia letakkan di lantai koridor, aku bisa melihat apa yang dia pegang melalui celah
pintu. Sebelumnya aku sudah memastikan dari lubang pintu kalau dia tidak
membawa apapun, tapi sepertinya memang sulit untuk melihat sesuatu yang dia
letakkan di dekat kakinya dari lubang intip.

Sepertinya dia sengaja meletakkan bahan makanan itu di luar bidang penglihatanku.

Rencanaku telah gagal.

Alasanku menolak Amasawa masuk karena tidak ada bahan makanan, sudah tidak
bisa kugunakan lagi.

Aku tahu Amasawa memiliki pemikiran yang tajam, tapi ini melebihi perkiraanku.

Kalau sudah begini, apa aku harus mengakui kalau aku berbohong? Dan mencari
solusi lain?

Semenjak kejadian dengan Amasawa sebelumnya, aku sudah membuat banyak


rencana, tapi pada akhirnya, Amasawa berhasil menghancurkannya.

Namun, aku tidak tahu apakah Amasawa akan menerima alasanku atau tidak.

Aku percaya diri jika menghadapi siswa lain, tapi aku sedikit ragu kalau menghadapi
Amasawa yang sudah mengetahui hubunganku dengan Kei.

"Apa senpai berbohong padaku karena tidak ingin aku masuk ke dalam kamarmu?"

Tidak butuh waktu lama bagi Amasawa untuk menyudutkanku.

Tampaknya kedatangan Amasawa ini bukan sebuah kebetulan.

"Senpai tidak sendirian, kan?"

"Apa yang membuatmu berpikir begitu?"

Seperti yang kuduga, dia bertindak begini setelah memastikan Kei masuk ke kamarku.

Dia pasti mengawasi Kei dari suatu tempat.

"Karena ~ aku melihatnya. Aku sudah mengawasi Karuizawa-senpai sejak dia pulang
sekolah."

Seolah ingin membuktikan dugaanku, Amasawa langsung mengatakan kebenarannya.


Setelah diam-diam mengkonfirmasi Kei masuk ke dalam kamarku, dia pergi membeli
bahan makanan. Lalu dia melewati kunci otomatis dengan mengikuti seorang siswa
kelas dua lainnya tanpa mempedulikan resiko terkunci dari luar, dia menjalankan
rencana itu dengan berani.
"Melihatmu menyembunyikan sepatu pacarmu, apa kalian berdua melakukan
sesuatu yang mesum?"

"Itu hanya tindakan pencegahan karena kami belum memberitahu hubungan kami
kepada orang lain."

"Ah, jadi akhirnya senpai mengakuinya, ya? Aku tidak tahu alasan kalian
menyembunyikannya, tapi aku sudah mengetahui hubungan kalian, jadi tidak perlu
berbohong padaku, oke?"

Amasawa menunjukkan wajah kurang puas, dia tidak senang kalau aku berbohong
padanya.

"Aku menjaga rahasia kalian karena kebaikan hatiku... Tapi aku penasaran, apa yang
akan terjadi jika aku membeberkannya?"

Bahkan fakta kami tidak berpacaran di depan umum telah diselidiki oleh Amasawa.

Kalau tidak, dia tidak akan menggunakannya sebagai bahan negosiasi denganku.

Dengan kata lain, percakapan kami sekarang ini hanyalah formalitas.

Jika aku menolak permintaannya sekarang, ada kemungkinan Amasawa akan


memberitahu orang-orang tentang hubunganku dengan Kei.

Jika Amasawa mengungkapkannya, itu akan menimbulkan masalah ke depannya


untuk Kei.

Pada akhirnya, aku terpaksa membiarkan Amasawa masuk ke kamarku.

Aku akan menyerahkan nasibku pada takdir. Aku mengakui kekalahanku dalam
kondisi pertahanan yang tidak menguntungkan.

"Tunggu sebentar, aku akan membuka kuncinya."

"Oke ~"

Amasawa menjawab dengan wajah senang. Kemudian aku menutup pintu dan
memberi sinyal pada Kei bahwa tidak ada masalah. Amasawa telah melangkah
sejauh ini. Kami harus menghadapinya secara langsung. Aku melepaskan kunci U dan
membiarkan Amasawa masuk ke dalam kamarku.

Setelah pandangannya bertemu dengan Kei, Amasawa tersenyum lebar.

Di sisi lain, Kei berdiri dan memasang wajah masam, seolah baru menelan sesuatu
yang pahit.
"Itu tidak baik lho~ pasangan muda berduaan malam-malam di kamar dengan pintu
terkunci ~"

Amasawa mengatakan itu dengan penuh semangat sambil melepaskan sepatunya.

"Memangnya kenapa? Pasangan lain juga banyak yang melakukannya."

"Ya ~ itu memang benar. Tapi ketika melihat kalian berdua, aku merasa kalian telah
melakukan sesuatu yang mesum."

Aku ingin menyangkal tuduhan Amasawa, tapi aku tidak bisa melakukannya, karena
aku teringat kembali dengan kejadian tadi, dimana aku dan Kei hampir berciuman.

Begitu Amasawa tiba di ruang tamu, dia langsung melihat ke tempat tidur.

"Pakaian kalian tidak berantakan, tempat tidur juga masih rapi, sepertinya kalian
memang tidak melakukan hal yang aneh-aneh."

"Tentu saja! Ngomong-ngomong, kenapa kamu datang ke sini!?"

Melihat kehadiran Amasawa, Kei yang sebelumnya bersikap feminim, sekarang


menjadi sangat marah.

Rasa marah bercampur dengan rasa cemas.

Kei mungkin sadar kalau dia membuat Amasawa tidak senang, Amasawa akan
memberitahu ke publik tentang hubungan kami.

"Kupikir kalian melakukan hubungan yang terlarang, maksudku ... berhubungan


seks."

Meskipun ini adalah topik yang tidak senonoh, Amasawa dengan berani
membicarakannya.

Dia tidak menujukan kata-kata itu padaku, melainkan kepada Kei.

Kei tidak memberi balasan, malahan wajahnya menjadi kemerahan, bahkan lebih
merah dari sebelumnya.

Dengan wajah kemerahan, Kei bicara.. "A-Apa yang dikatakan anak ini!?"

Sepertinya Amasawa mencoba untuk mengorek informasi mengenai hubunganku


dengan Kei, dan setiap kali dia mengatakan sesuatu, dia akan mengarahkan
pandangannya kepada Kei untuk melihat reaksi Kei.

Setelah menyadari bahwa dia tidak bisa mendapatkan informasi yang berguna dariku,
Amasawa beralih kepada Kei.
Aku memotong pembicaraan, karena aku tidak ingin Kei terbebani lebih dari ini.

"Seks dilarang dalam peraturan sekolah."

Aku menjawab Amasawa dengan tenang, sekaligus mencoba untuk menenangkan


Kei yang panik.

Bahkan setelah mendengar perkataanku, Amasawa tidak menunjukkan tanda-tanda


akan mundur.

"Bukankah peraturan itu hanya sekedar formalitas? Ada banyak pasangan kekasih
yang bermesraan di depan umum. Bahkan toserba juga menyediakan alat kontrepsi.
Ketika aku membelinya, karyawan toko pura-pura tidak menyadarinya. Yah, jika seks
memang dilarang dan ada pasangan muda yang melakukannya diam-diam... itu akan
jadi masalah kalau perempuannya hamil, kan?"

Setelah mengatakan itu, Amasawa mengeluarkan alat kontrepsi dari kantong


belanjaannya dan meletakkan alat itu di atas meja.

Dia sepertinya ingin membuktikan kalau dia benar-benar membeli alat tersebut.

Memang benar, tanpa menggunakan alat ini, hubungan intim sepasang kekasih akan
menghasilkan kehamilan.

Apa yang dilarang sekolah sebenarnya bukanlah hubungan seks tersebut, melainkan
jika kami ingin melakukannya, kami harus menggunakan alat kontrepsi dan jangan
sampai ketahuan.

Kei kehilangan kata-kata, matanya melihat aku, Amasawa, dan alat kontrepsi secara
bergantian.

"Anggap saja ini hadiah dariku... Tidak, maksudku.. permintaan maaf."

"Aku tidak ingat kau melakukan sesuatu sampai harus meminta maaf padaku."

"Jangan pura-pura bodoh. Senpai sudah tahu kalau aku salah satu penyebab luka di
tangan kirimu, kan? Senpai juga sudah tahu kalau aku bekerja sama dengan Housen-
kun."

Amasawa mengatakan kebenarannya tanpa malu sedikitpun.

Aku bahkan tidak perlu memaksanya untuk mengakui hal itu, malahan dia sendiri
yang mengakuinya.

"Apa itu benar...?"

Kei terkejut setelah mendengar perkataan Amasawa.


Aku harap Kei tidak akan membicarakan hal yang tidak perlu, itu juga demi dirinya
sendiri.

Reaksi Kei itu sama saja seperti memberikan informasi pada pihak ketiga.

Dari situ Amasawa bisa tahu seberapa banyak yang diketahui oleh Kei, dan juga
kelayakan Kei untuk diajak bicara.

"Ayanokouji-senpai, kupikir kamu sedikit salah paham?"

"Salah paham?"

"Aku bukan musuhmu, Ayanokouji-senpai."

"Kau mungkin sudah menyadarinya, tapi biarkan aku memperjelasnya. Aku tidak
percaya padamu."

"Begitukah? Apa karena aku membantu Housen-kun?"

Seandainya Amasawa tidak melakukan kontak denganku, kejadiannya akan sangat


berbeda.

Luka Housen tidak akan menjadi tanggung jawabku, dan rencananya mungkin akan
berakhir menjadi penghancuran diri sendiri.

Tidak, jika itu Housen, dia pasti akan memikirkan cara lain untuk mengeluarkanku.
Tapi karena intervensi (campur tangan) Amasawa, keberhasilan rencana Housen
semakin meningkat.

"Biar aku tebak apa yang senpai pikirkan sekarang. Keterlibatanku meningkatkan
persentase keberhasilan rencana Housen-kun untuk mengeluarkanmu dari sekolah.
Itulah kenapa senpai berpikir bahwa kata-kataku barusan itu sangatlah konyol.
Apakah itu benar? Sepertinya senpai meremehkanku."

"Aku tidak meremehkanmu. Aku hanya sedang menilai dirimu saat ini."

"Benarkah? Sepertinya tidak begitu."

Kei yang sebelumnya terdiam, akhirnya mulai bicara setelah mendengar kata-kata
Amasawa.

"Tu-Tunggu dulu. Kamu bilang kamu berencana untuk mengeluarkan Kiyotaka... Apa
maksdunya itu?"

Meskipun aku sudah memberitahu Kei tentang luka di tangan kiriku, aku tidak
menceritakan secara detail penyebabnya.

"Hee ~"
Melihat reaksi Kei yang sangat panik, Amasawa menunjukkan senyuman aneh.

"Ayanokouji-senpai. Apa kamu belum memberitahu kejadian itu pada pacarmu? Lalu
bagaimana dengan hadiah 20 juta poin itu, apa kamu juga belum menceritakannya?"

"A-Apa!? Du-Dua puluh juta poin?"

Amasawa sengaja membahas topik ini, tidak salah lagi, dia menggunakannya sebagai
kesempatan untuk mengetahui lebih jauh hubunganku dengan Kei.

"Lebih baik kamu menanyakannya pada pacarmu, benar kan, senpai?"

Setelah Amasawa berkata begitu, mau tidak mau aku harus menceritakan kejadian
itu pada Kei.

"Aku dan Housen-kun mencoba mengeluarkan senpai dari sekolah dengan


menggunakan pisau yang kami beli di toko―Dan senpai sudah menyadari
kejanggalan saat kita pergi belanja bersama, kan?"

Setelah mendengar perkataan Amasawa itu, aku mulai mengubah pendapatku


tentangnya.

"Harusnya waktu itu adalah pertama kalinya aku mengunjungi toko yang menjual
peralatan dapur di sekolah, tapi aku tidak ragu sedikitpun ketika memilih pisau.
Kemudian, senpai memeriksanya pada karyawan toko dan mendapat informasi
bahwa ada seseorang yang ingin membeli piasu yang sama dengan kita. Karena
itulah senpai bisa memutuskan tindakan pencegahan terhadap rencana Housen-kun,
dimana dia akan melukai dirinya sendiri... benar, kan?"

Memang benar, alasanku mengetahui tindakan yang akan dilakukan Housen karena
petunjuk yang ditinggalkan oleh Amasawa.

Amasawa sengaja meninggalkan petunjuk yang berguna untukku.

Karena aku sudah tahu apa yang harus kulakukan, aku bisa bertahan menghadapi
rencana Housen.

Seandainya Amasawa menjalankan perannya dengan sempurna, situasinya akan


berbeda.

"Kau sangat baik."

"Senpai adalah target yang dihadiahi 20 juta poin, kurasa sangat disayangkan jika
senpai dikeluarkan tanpa mengetahui penyebabnya."

Apa siswa SMA bisa berpikir sejauh ini? Aku ragu akan hal itu.

Amasawa Ichika.
Dari cara berpikirnya, wajar jika aku mengira kalau dia adalah siswa yang dikirim dari
White Room.

Tapi kalau itu memang benar, ini sama saja seperti mengungkapkan identitasnya.

Apa untungnya bagi Amasawa mengungkapkannya sekarang?

Atau mungkin dia sama dengan Sakayanagi, mengasah kemampuannya sendiri di


luar White Room.

Bagaimanapun, aku harus meningkatkan kewaspadaanku terhadap Amasawa.

"Ahh.. tenggorokanku kering ~ Aku mau minum kopi atau semacamnya."

Tiba-tiba Amasawa berkata begitu, dia seperti seekor kucing yang meminta makanan.

Melihat sikap dan cara bicara Amasawa, Kei menunjukkan wajah tidak senang.

"Kei, tolong buatkan secangkir kopi untuk Amasawa."

"Eh? Aku!?"

"Kalau kau tidak mau, aku yang akan membuatnya, dan kau temani Amasawa di
sini."

"... Aku saja yang membuatnya."

Membuatkan kopi atau menemani Amasawa, Kei tampaknya sudah


mempertimbangkannya dan memilih keputusan terbaik menurutnya.

Kemudian Kei berdiri dan berjalan menuju dapur, sementara Amasawa yang ada di
belakangnya, menambahkan pesanannya.

"Jangan lupa gula dan juga susunya~"

"Argh! Baiklah, baiklah!"

Kei jadi semakin kesal.

"Jangan sampai memasukkan sampah atau air kotor ke dalam kopiku hanya karena
senpai tidak menyukaiku, ya~"

"Aku tidak akan melakukan hal semacam itu!"

Amasawa tidak ragu sedikit pun mengatakan sesuatu yang bisa menyakiti hati orang
lain, malahan dia tertawa bahagia melihat reaksi Kei.

Tidak diragukan lagi, dia adalah iblis kecil... Tidak, bahkan lebih dari itu.
Setelah Kei menghilang dari pandanganku, aku dan Amasawa tinggal berdua di ruang
tamu.

Amasawa melihat buku yang terletak di atas meja.

"Buku-buku ini terlihat agak aneh."

"Tentu saja kau akan berkata begitu karena kau sudah tahu hubungan kami"

Tidak ada gunanya lagi bepura-pura, karena dia telah mencurigai kami dari awal.

"Mari kita lihat, hmmm? Apa undang-undang yang dibuat pada konferensi umum
organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan PBB di tahun 1972?"

Setelah membaca pertanyaan itu, Amasawa memegang pensil mekanik dengan


tangan kirinya, lalu dia menulis jawaban "Undang-undang tentang warisan dunia"
dalam buku catatan yang kosong dengan tulisan yang rapi.

"Benar, benar~"

Amasawa memuji dirinya sendiri setelah mengisi jawaban dari pertanyaan tersebut.

"Hei! Jangan menulis di buku catatanku tanpa izin!"

Kei yang menyadari tindakan Amasawa, menampakkan wajahnya dari dapur dan
memperingatkan Amasawa.

"Tidak masalah, kan? Cuma sedikit doang."

"Tidak boleh!"

Setelah menunjukkan amarahnya, Kei kembali ke dapur.

"Pacarmu ... kelihatannya sangat pemarah, Senpai."

Amasawa membisikkan hal itu ke telingaku. Ini akan jadi masalah besar jika Kei
melihat kami sekarang.

Untung saja Kei tidak melihatnya. Kei kembali kesini membawa secangkir kopi sambil
menunjukkan wajah tidak senang kepada Amasawa.

"Ini kopimu!"

"Terima kasih, Karuizawa-senpai~"

Amasawa tersenyum.

Namun, setelah itu dia segera berdiri dan tidak meminum kopinya.
"Yah, aku sudah memberikan sesuatu sebagai permintaan maaf untuk senpai, jadi
sudah waktunya aku pulang. Silahkan gunakan bahan-bahan makanan itu untuk
memasak makanan yang kamu suka, Senpai~"

Setelah selesai mengatakan apa yang ingin dia katakan, Amasawa berbalik dan
bersiap-siap untuk pergi.

"Hah? Apa maksudnya ini? Kamu memintaku untuk membuatkan mu kopi? Tapi
kamu tidak meminumnya?"

"Aku tidak keberatan bersantai di sini. Tapi bagaimana denganmu? Apa tidak
masalah?"

"Itu ... baiklah kalau begitu ... pulanglah."

"Benar kan~ Kalau begitu aku permisi~"

Sepertinya Amasawa sengaja meminta Kei membuatkannya kopi karena dia ingin
mempermainkan Kei.

Apakah ini yang dimaksud ketika seseorang tidak mengetahui arti dari teror yang
sebenarnya?

Amasawa berdiri dalam satu gerakan, dan pergi bagaikan angin.

Setelah Amasawa pergi, kamarku kembali tenang seperti sebelumnya.

Namun, berbeda dengan suasana yang romantis tadi, suasana saat ini terasa sedikit
suram.

"Kiyotaka! Apa-apaan anak itu!?"

"Aku juga ingin tahu."

"... Dia sangat menyebalkan!"

Meski merasa kesal, Kei sadar tidak ada gunanya kami membicarakan tentang
Amasawa.

Dia mengubah topik pembicaraan.

"Beritahu aku. Apa hadiah 20 juta poin itu ada kaitannya dengan luka di tangan
kirimu?"

Aku tidak menceritakannya pada Kei bukan karena ingin merahasiakan itu darinya.

Aku hanya tidak ingin membuat Kei khawatir.


Tapi karena sekarang situasinya sudah seperti ini, aku tidak punya pilihan selain
menceritakannya kepada Kei.

Aku memutuskan untuk memberitahu Kei tentang kejadian tersebut.

BAB 3 : MUSIM PANAS YANG SEMAKIN DEKAT, FIRASAT AKAN


PERTEMPURAN SENGIT

Pertengahan Juni semakin dekat.

Setelah ujian khusus di bulan April lalu, kehidupan sekolahku berlangsung seperti
biasa tanpa adanya ujian khusus baru. Aku belum melihat pergerakan siswa White
Room yang mengincarku.

Sejauh ini, tidak ada bahaya di sekitar yang bisa membuatku keluar dari sekolah,
satu-satunya hal merepotkan yang terjadi adalah kunjungan Amasawa sebelumnya.

Pada saat itu aku gagal berciuman dengan Kei karena kedatangannya yang tiba-tiba.

Meskipun hubunganku dengan Kei sudah semakin dekat, masih ada dinding tak
terlihat yang memisahkan kami berdua. Aku ingin menghapus dinding itu untuk
membuat kemajuan, tapi aku tidak perlu buru-buru. Seiring berjalannya waktu, Kei
dengan sendirinya akan merobohkan dinding itu, lalu hubungan kami akan bergerak
ke tahap yang selanjutnya secara alami. Bisa dikatakan, cara ini lebih efektif bagi Kei
demi perkembangan hatinya.

Sementara aku menjalani keseharianku layaknya siswa SMA, musim semi mulai
berganti ke musim panas.

Suhu di luar perlahan semakin meningkat, hampir sama seperti tahun sebelumnya.
Ketika sedang cerah, suhunya bahkan bisa mencapai 30 derajat. Itu tidak
mengherankan, mengingat musim telah berganti.

Setelah menjalani kehidupan sekolah dalam waktu yang cukup lama, ada beberapa
topik yang sering kudengar.

Apa musim favoritmu?


Itu memang topik yang sederhana, tapi menurutku.. topik itu cukup menarik dan
memiliki arti yang dalam. Bahkan orang yang lahir dan tumbuh di daerah yang sama,
memiliki jawaban yang berbeda-beda mengenai musim favorit mereka.

Setelah merasakan keempat musim selama berada di skeolah ini, aku menantikan
datangnya musim panas. Ketika memikirkan hal itu, aku menyadari kalau aku sangat
menyukai musim panas.

Mungkin aku menyukainya karena langit biru bersinar paling terang di musim panas.

"Selamat pagi, Ayanokouji-senpai."

Ketika aku sedang berjalan sambil menatap langit, aku mendengar suara seseorang
memanggilku dari arah depan.

Orang itu adalah Nanase Tsubasa, siswa Kelas 1-D.

Aku tidak melihat teman-teman Nanase di dekatnya, tampaknya Nanase pergi ke


sekolah sendiri.

"Ah, pagi."

Mempertimbangkan dirinya yang datang dari arah depan, apa dia kebetulan
menemukanku ketika dia sedang melihat ke belakang?

Atau mungkin dia sudah menungguku?

"Apa ada yang aneh di langit?"

Aku tidak menyadari keberadaan Nanase karena terlalu fokus memandang langit,
tapi sepertinya dia sudah mengamatiku dari tadi sebelum menyapaku.

"Tidak ada, aku hanya sedang melihat langit biru."

"Langit biru...?"

Nanase yang berdiri di sebelahku, juga ikut memandang langit.

Hari ini, langit sangat cerah tak berawan.

"Cuacanya bagus, ya."

"Ya. Ngomong-ngomong, kita sudah lama tidak bertemu."

Meskipun kami pernah berpapasan sebelumnya, kami belum melakukan percakapan


seperti ini sejak kejadian tersebut.

"Ya, kita tidak melakukan kontak selama satu setengah bulan."


Nanase dan Housen pernah bekerja sama untuk mengeluarkanku dari sekolah. Wajar
jika mereka kesulitan untuk mendekatiku. tidak seperti Amasawa.

"Maaf atas perbuatanku waktu itu, Ayanokouji-senpai."

Nanase berkata demikian sambil melihat ke arah langit.

Tampaknya dia memikirkan hal itu lebih dari yang kuperkirakan.

"Apa kamu dendam padaku?"

"Aku tidak punya alasan untuk dendam padamu. Nanase melakukan itu karena ujian
khusus, kan? Selain itu, Nanase juga mencoba untuk melindungiku."

Meski bekerjasama dengan Housen, pada saat-saat terakhir Nanase berdiri di


depanku tanpa memikirkan bahaya yang dihadapinya.

Aku juga ingat dia dengan berani menghadapi Housen.

"Apakah ujian khusus itu sudah berakhir? Aku tidak mendengar apapun tentang
batas waktunya."

"Belum, ujiannya masih berlanjut. Batas waktunya sampai semester kedua dimulai."

Dengan kata lain, ujian khusus itu masih akan terus berlangsung dalam waktu yang
cukup lama. Tapi kalau itu benar, sikap tenang Nanase dan Housen selama satu
setengah bulan ini terasa mencurigakan.

"Apa kamu khawatir karena sampai saat ini aku tidak melakukan kontak denganmu?"

"Aku tidak bisa menyangkalnya. Aku khawatir kalian merencanakan sesuatu


dibelakangku."

"Jika dilihat dari kejadian sebelumnya, aku yakin tidak mudah untuk
mengeluarkanmu dari sekolah. Lagipula Ayanokouji-senpai sudah tahu tujuan kami,
akan sulit bagi kami untuk menyudutkanmu sekarang."

"Lalu kau akan menunggu siswa dari kelas lain ikut berpartisipasi dalam ujian khusus
ini? Tapi menurutmu bagaimana dengan mereka?"

"Aku yakin mereka sudah tahu tentang tindakan Housen-kun."

"Jadi mereka tidak mau sembarangan bertindak karena rencana Housen telah gagal?
Sepertinya aku harus berterima kasih pada luka ku ini."

"Aku tidak tahu apakah itu sepadan dengan luka di tangan kirimu."
Diantara siswa kelas satu, Housen Kazuomi adalah salah satu siswa yang menarik
perhatian banyak orang.

Mungkin aku harus bersyukur bahwa Housen adalah orang pertama yang mengambil
tindakan terhadapku.

Yang jadi pertanyaan sekarang, siapa yang berada dibalik ujian khusus ini?

Sangat mudah bagiku untuk mengetahuinya dari Nanase, tapi...

Setiap kali aku menatapnya, dia langsung mengalihkan pandangannya dariku. Untuk
saat ini aku tidak punya pilihan selain menyerah. Bahkan jika aku bertanya padanya
sekarang, Nanase tidak akan menjawabnya. Tiga kelas yang tersisa masih
menyembunyikan keberadaan mereka, sehingga aku tidak dapat mengidentifikasi
mereka. Nanase tidak mungkin mengkhianati kelasnya hanya demi keadilan. Nanase
memberitahuku tentang ujian khusus itu hanya untuk mencegah Kelas 1-D menjadi
satu-satunya yang dirugikan.

"Terima kasih telah mendengarkan kata-kataku sebelumnya."

Karena aku terus diam dari tadi, Nanase mulai bicara. Dari perkataannya, dia seolah-
olah mengetahui isi pikiranku. Aku memutuskan untuk mengubah topik pembicaraan
karena sepertinya aku akan pergi ke sekolah bersamanya.

"Kau kelihatannya sudah terbiasa dengan sekolah ini."

Cara bicara dan sikapnya jauh berbeda dari dirinya yang sebelumnya baru masuk
sekolah, dia seolah sudah berbaur sepenuhnya ke dalam sekolah.

"Ya. Kurasa teman-teman sekelasku, termasuk aku, sudah mulai menerima situasi ini.
Mungkin senpai tidak menyadarinya, siswa kelas satu baru saja menyelesaikan ujiian
khusus yang kedua pada akhir Mei lalu."

Sama seperti siswa kelas dua yang saling bertarung satu sama lain, siswa kelas satu
juga memiliki pertempuran mereka sendiri.

"Aku memang tidak bertanya secara langsung, tapi aku telah mendengar rumornya.
Sepertinya ada siswa kelas satu yang dikeluarkan dari sekolah."

Rumor tentang siswa tersebut telah sampai ke kelas dua.

"Seperti yang diharapkan, kamu sudah mengetahuinya. Itu benar, seorang siswa laki-
laki dari Kelas 1-C telah dikeluarkan dari sekolah."

Aku mengetahuinya karena nama siswa itu menghilang dari daftar OAA.
Siswa itu memiliki kemampuan akademik A, mungkin dia telah melanggar aturan dan
menerima hukuman.

"Jika ada siswa yang dikeluarkan dari sekolah, siswa tersebut akan dijadikan bahan
pembicaraan oleh siswa-siswa lain."

"Di sekolah ini, teman-teman yang tertawa bersama kita.. bisa saja pergi keesokan
harinya. Hal itu membuatku sadar bahwa aku harus menjalani kehidupan sekolah ku
tanpa meninggalkan penyesalan."

Saat ini mereka masih belum merasakannya, aku tidak tahu kapan hal itu akan
terjadi pada Kelas 1-D.

Penting bagiku untuk meningkatkan kewaspadaan seperti Nanase.

Meski begitu, aku tidak tahu apa-apa mengenai poin kelas di tahun pertama.

Aku tidak memiliki informasi tentang kemenangan dan kekalahan di kelas satu.

"Bagaimana posisi Kelas 1-D setelah ujian khusus berakhir?"

"Sayangnya.. hasilnya tidak begitu bagus. Pada ujian khusus yang pertama, Kelas 1-D
berada di posisi yang terakhir. Lalu pada ujian khusus kali ini, kami berada di posisi
ketiga. Tapi, perbedaan poin di antara kelas sekarang tidak terlalu jauh, karena
pertarungan sengit antara Kelas 1-A dan Kelas 1-B."

Tampaknya Kelas 1-A dan Kelas 1-B memiliki persaingan yang ketat.

Di sisi lain, Kelas 1-C berada di posisi terakhir mungkin karena salah satu siswanya
dikeluarkan dari sekolah.

"Sepertinya Housen sudah bersikap lebih dewasa daripada sebelumnya...?"

"Aku tidak akan menyangkalnya. Hanya saja, Housen-kun tidak terlalu peduli dengan
pengusiran siswa tersebut. Dia sepertinya terobsesi padamu, Ayanokouji-senpai."

Nanase, yang dari tadi hanya menatap langit, sekarang menoleh kepadaku dengan
tersenyum pahit.

"Ini mungkin hanya perkiraanku saja, tapi kurasa Housen-kun menjadi lebih dewasa
berkat Ayanokouji-senpai. Saat baru masuk sekolah, dia hanya menunjukkan rasa
permusuhan pada kelas satu, tapi sekarang dia mulai menunjukkannya juga pada
kelas dua. Bahkan baru-baru ini dia pernah berkata.. [Biarkan aku melawan kelas
dua!]. Kurasa ini perkembangan yang bagus untuknya."
Memang benar―itu hal yang patut disyukuri bagi siswa kelas satu. Terkadang saat
berpapasan dengan Housen, dan saat mata kami bertemu, dia seolah berkata.. [Mari
kita bertarung!].

"Mungkin akan tiba waktunya bagi kami untuk bertarung dengan kelas satu."

Sampai sekarang, kelas satu dan kelas dua baru satu kali melakukan ujian khusus
bersama dalam bentuk hubungan kerja sama.

Seandainya kebijakan Nagumo disetujui oleh pihak sekolah, hari dimana kami saling
berkompetisi tidak lama lagi akan terjadi.

"Aku tidak berencana meninggalkan penyesalan selama bersekolah di sini."

"Itu bagus."

Seperti yang dikatakan Nanase tadi, teman-teman yang tertawa bersama kita, bisa
saja pergi keesokan harinya.

Hal itu sering terjadi di sekolah ini.

Itu sebabnya, kita harus menghargai setiap momen yang kita habiskan di sekolah.
Hari-hari yang telah berlalu, akan menjadi masa lalu yang tidak akan pernah kembali.

"Ayanokouji-senpai, jangan sampai meninggalkan penyesalan dalam kehidupan


sekolahmu."

Kata-kata Nanase seolah menyiratkan bahwa kehidupan sekolahku tidak akan


berlangsung lama.

Aku bisa melihat tekad yang kuat dari matanya.

"Tentu saja, aku tidak akan meninggalkan penyesalan."

Setelah mendengar jawabanku, Nanase mengangguk puas.

"Kalau begitu, aku permisi dulu."

Melihat gedung sekolah yang hampir dekat, Nanase menundukkan sedikit kepalanya
padaku, kemudian dia meninggalkanku.

1
Mengingat siswa kelas satu baru saja menyelesaikan ujian khusus pada akhir bulan
Mei lalu, tidak aneh jika ujian khusus untuk siswa kelas dua akan segera diumumkan.
Kami harus mempersiapkan diri untuk hal itu.

Seolah untuk menguji persiapan kami, kelas pagi ini dimulai dengan suasana yang
berbeda.

"Tampaknya kalian semua sudah hadir di kelas."

Setelah memastikan kehadiran semua siswa, Chabashira mulai mengoperasikan


tablet dan menghubungkannya ke monitor.

Beberapa saat kemudian, layar monitor berubah menjadi putih, setelah itu
Chabashira mengalihkan pandangannya ke arah kami.

"Aku sudah cukup lama mengenal kalian. Aku yakin kalian semua bisa menebaknya."

Sebuah ujian khusus akan dimulai.

Semua orang di kelas memikirkan hal yang sama ketika mendengar kata-kata itu,
tapi mereka masih menunggu penjelasan dari Chabashira.

Setelah mengumpulkan perhatian semua siswa, Chabashira tertawa kecil.

"Memang benar kita akan membicarakan tentang ujian khusus. Tapi, kita akan
membahasnya nanti agar kesenangan ini berlangsung lebih lama. Pertama-tama,
mari kita bicarakan tentang liburan musim panas."

Setelah mengatakan itu, Chabashira kembali mengoperasikan tablet. Tidak lama


kemudian, layar monitor menampilkan sebuah gambar.

Gambar pertama yang ditampilkan adalah sebuah kapal pesiar mewah.

Kami Kelas D, cukup akrab dengan pemandangan itu.

"Aku akan menjelaskan tentang kegiatan kalian di liburan musim panas."

Untuk sesaat, para siswa saling memandang satu sama lain, mereka menunjukkan
wajah gembira setelah mendengar kata-kata manis Chabashira.

Namun, kombinasi antara kapal pesiar dan liburan mengingatkanku akan sesuatu
yang berbeda.

Sekolah ini, tidak akan membiarkan siswanya bersantai begitu saja. Sementara aku
sedang mengingat hal itu, gambar di monitor beralih ke bagian luar dan bagian
dalam kapal, lalu jadwal kami.
"Selama 8 hari 7 malam, yaitu dari tanggal 4 sampai 11 Agustus, kalian bebas
menikmati liburan musim panas di kapal pesiar. Kalian bisa menonton pertunjukan
atau memuaskan selera makan kalian. Dan sekolah tidak akan memberikan ujian
khusus apapun selama kalian berada di atas kapal."

Dengan kata lain, kami dijanjikan liburan satu minggu penuh.

Para siswa yang tadinya merasa curiga, sekarang mulai sedikit tenang.

Namun, ketenangan itu segera menghilang bersamaan dengan bergantinya gambar


di monitor.

Seolah-olah gambar itu beracun bagi mata kami.

"Tapi untuk menikmati pelayaran ini, kalian harus menyelesaikan ujian khusus
berikutnya."

Setelah para siswa berfantasi untuk waktu singkat, mereka segera terseret kembali
menuju kenyataan.

Menaikkan tingkat kegembiraan kami.. kemudian menjatuhkannya, biasanya metode


ini akan membuat siswa kecewa.

Namun kali ini, para siswa langsung mengubah pola pikir mereka, dan bersiap untuk
menerima pertempuran yang akan datang.

"Sepertinya kalian telah banyak belajar."

Dengan merasa kagum, Chabashira tersenyum melihat kami.

Tujuan Chabashira lebih dulu membahas topik liburan, bukan karena ingin bersikap
kejam.

Dia ingin kami membuktikan bahwa Kelas D yang sekarang berbeda dengan tahun
lalu, meski saat ini kami masih berada di Kelas D.

Setelah melalui berbagai ujian yang sulit, kami sudah belajar untuk 'memperkuat diri'.

(Tl note : ' mencakup mental dan pikiran, fisik dan kemampuan.. intinya
perkembangan diri)

"Sensei, kapan ujian khusus ini dimulai?"

Horikita yang duduk di kursi tengah barisan depan, mengajukan sebuah pertanyaan.

"Biasanya, ujian khusus akan dimulai pada hari yang sama dengan hari
pengumumannya atau keesokan harinya. Tapi sayangnya, kali ini agak sedikit lama.
Ujian khusus berikutnya akan diadakan saat liburan musim panas."
Setelah semester pertama baru saja berakhir, sekolah akan mengadakan ujian
khusus pada saat liburan musim panas. Yang membuatku penasaran adalah..
bukankah terlalu awal untuk menjelaskannya sekarang? Mereka telah
mengumumkannya walaupun masih ada waktu satu bulan lagi. Apa ada maksud
tertentu?

Bagaimanapun, setelah melihatnya sejauh ini, ada satu ujian khusus yang muncul
dibenak para siswa. Tepat saat kami membayangkannya, kata-kata Chabashira
berikutnya mengubah hal itu menjadi kenyataan.

"Kalian akan berpartisipasi dan bersaing dalam ujian khusus [bertahan hidup di pulau
tak berpenghuni]"

Ujian khusus, bertahan hidup di pulau terpencil.

Pertempuran antara kelas yang terjadi saat liburan musim panas tahun lalu, masih
terukir jelas dalam ingatan kami. Setiap kelas bersaing dengan poin kelas yang
terbatas, ada juga aturan tambahan seperti menebak pemimpin kelas lain, dan
menempati spot untuk memperoleh poin.

"Kita akan melakukannya lagi tahun ini, ya..."

Keisei yang biasanya mendengarkan penjelasan ujian khusus dengan tenang,


bergumam sambil mengingat kejadian itu.

Pada saat itu, siswa laki-laki dan siswa perempuan di Kelas D mengalami berbagai
kesulitan dan perselisihan internal.

"Kalian semua pasti ingat ujian di pulau tak berpenghuni tahun lalu, tapi ujian tahun
ini sangat berbeda dari itu. Ujian ini mungkin akan lebih sulit daripada ujian-ujian
khusus sebelumnya. Tentu saja, poin kelas dan poin pribadi yang dapat kalian
peroleh juga lebih banyak."

Pada saat ujian di pulau tak berpenghuni tahun lalu, siswa bebas memilih cara
bertarung mereka. Jika ingin menang, siswa harus berhemat dalam menggunakan
poin, tapi jika ingin merelakan kemenangan, siswa diizinkan untuk menghabiskan
waktu dengan santai. Selain itu, siswa tidak akan menerima hukuman dropout
asalkan tidak melanggar peraturan yang fatal.

Meski Chabashira berkata bahwa ujian kali ini lebih sulit, sebenarnya apa
perbedaannya dengan ujian tahun lalu? Mungkin sebentar lagi Chabashira akan
menjelaskannya.

"Pertama-tama, aku akan mulai dengan menjelaskan jadwalnya secara detail. Kalian
tidak perlu mencatatnya, karena nanti kalian bisa mengunduhnya dan memeriksanya
di ponsel atau tablet kalian."
Setelah memberikan instruksi itu, Chabashira menampilkan jadwal ujian khusus di
layar monitor.

19 Juli : Berkumpul di lapangan, kemudian menaiki bus menuju pelabuhan, setelah


itu naik ke atas kapal.

20 Juli : Ujian khusus dimulai, penjelasan rinci mengenai ujian akan diberikan, serta
persediaan untuk bertahan hidup di pulau tak berpenghuni.

3 Agustus : Ujian berakhir, peringkat akan diumumkan di atas kapal, dan hadiah akan
diberikan sesuai dengan hasilnya.

*Poin pribadi untuk bulan Agustus akan diberikan setelah ujian khusus di pulau tak
berpenghuni selesai.

4 Agustus : liburan satu minggu penuh di atas kapal pesiar.

11 Agustus : Kapal tiba di pelabuhan, dan kembali ke sekolah.

Upacara penutupan semester pertama akan diadakan pada hari Jum'at tanggal 16.
Ujian khusus akan dimulai tiga hari sesudahnya.

Selain itu, dapat dilihat bahwa periode ujian khusus kali ini dua kali lebih lama dari
yang sebelumnya, yaitu dua minggu.

"Sensei, berdasarkan jadwal ini, bukankah liburan musim panas kami menjadi lebih
singkat?"

Nishimura mengajukan pertanyaan bagaikan panah yang terbang dari busurnya.


Liburan musim panas biasanya sekitar 40 hari, bahkan jika kami menghitung
pelayaran di atas kapal sebagai liburan musim panas, kami hanya akan mendapat
waktu liburan sekitar 24 hari. Tidak mengherankan jika siswa mengajukan keluhan.
"Sayangnya, itu adalah keputusan akhir. Sekolah sudah memutuskan untuk
mempersingkat liburan musim panas kalian."

Panah yang ditembakkan oleh siswa, diterima langsung oleh pihak sekolah.

Tentu saja, pertentangan tidak bisa dihindari.

Bagi kebanyakan siswa, hari libur lebih berharga daripada hari yang dihabiskan di
sekolah.

"Namun, sebagai kompensasi, kalian akan menikmati pelayaran di atas kapal pesiar
selama satu minggu penuh. Satu minggu ini seharusnya lebih bernilai dari waktu dua
minggu yang hilang. Seperti yang kukatakan sebelumnya, pelayaran di atas kapal
dapat kalian nikmati sebagai liburan."

Chabashira terlihat seperti sedang membujuk kami dengan kata-kata itu.

Tahun lalu kami juga menaiki kapal pesiar mewah, tapi pada waktu itu kami hanya
memiliki sedikit waktu untuk menikmati pelayaran. Aku ingat saat itu kami langsung
mengerjakan ujian zodiak setelah menyelesaikan ujian bertahan hidup di pulau
terpencil.

Bagi kami yang tinggal di lingkungan sekolah, dunia luar terasa sangat baru dan
menyenangkan. Dapat dikatakan bahwa ini adalah liburan musim panas terbaik
karena kami bisa menjalani kehidupan yang berbeda dari biasanya, meskipun hanya
berada di atas kapal. Bahkan siswa yang kurang puas sudah mulai menerimanya. Jika
mereka tidak dapat menerima hal itu, mereka tidak akan bisa bergerak maju.

Tidak seperti tahun lalu, tahun ini para siswa memiliki poin pribadi dalam jumlah
tertentu, jadi tidak akan ada siswa yang merasa tidak nyaman di atas kapal. Itu juga
menjadi faktor penting untuk mengurangi stress siswa.

"Baiklah, sekarang mari kita beralih ke topik utama. Perbedaan besar antara ujian
tahun lalu dengan ujian kali ini adalah [Skala]. Selain waktu ujian yang berlangsung
dua minggu, luas pulau tak berpenghuni untuk ujian ini jauh lebih besar dari yang
sebelumnya."

Sebuah pulau tak berpenghuni yang mengambang di atas laut diproyeksikan oleh
sebuah drone.

"Dan juga, kalian tidak hanya bersaing dengan siswa di angkatan yang sama, tapi
juga dengan siswa di angkatan yang berbeda."

Dengan kata lain, ujian ini akan dilakukan dalam skala yang melebihi waktu
sebelumnya dalam berbagai aspek.
"Tentunya jumlah orang yang akan kalian hadapi juga lebih banyak daripada ujian
sebelumnya."

Meskipun ini adalah perkembangan yang tak terduga, ujian bertahan hidup ini akan
melibatkan siswa di semua angkatan.

Selain itu, bagian yang paling mengejutkan adalah.. kami tidak hanya bersaing
dengan siswa seangkatan saja.

"Itu... bukankah akan sangat merugikan untuk siswa kelas satu, dan menguntungkan
untuk siswa kelas tiga?"

Pertanyaan itu datang dari Yousuke, yang membenci ketidakadilan. Jika ujian khusus
ini melibatkan siswa di semua angkatan, mereka harus menerima perlakuan yang
adil. Tapi sekarang bukan itu masalahnya. Berdasarkan perbedaan usia, fisik dan
pengalaman, ada kesenjangan yang besar.

"Aku tahu apa yang kau maksud, tapi dari awal aku sudah mengatakan bahwa tidak
ada ujian yang 100% adil. Bahkan jika kita mengambil contoh dari kelas dua, masih
ada perbedaan sekitar satu tahun antara siswa yang lahir terlambat dan lahir lebih
awal, tapi kalian masih bersaing di panggung yang sama, kan?"

Dengan kata lain, meskipun ada perbedaan satu tahun dalam angkatan yang sama,
jika dilihat dari usia, mungkin ada kerugian sekitar dua tahun yang harus diterima
oleh siswa yang lahir terlambat.

"Jika siswa kelas satu meminta nasehat, sebagai senpai, kalian wajib menjawabnya,
tapi.. seberapa banyak yang ingin dikatakan itu terserah kalian. Ini sama seperti
kalian meminta nasehat kepada siswa kelas tiga."

Tampaknya kami bisa memberi nasihat sebanyak yang diinginkan, tapi itu sama saja
seperti membantu musuh.

"Ada beberapa kesenjangan di antara semua angkatan, tapi pada dasarnya semua
orang akan bertarung dipanggung yang sama. Oleh karena itu, untuk mengisi
kesenjangan tersebut, siswa yang lebih muda akan menerima hadiah yang lebih
banyak, dan hukuman untuk mereka akan diringankan."

Jadi, semakin tinggi kelasmu, semakin kecil hadiah yang akan kau dapatkan, dan
semakin berat hukuman yang akan kau terima? Sistem ini hampir sama seperti ujian
khusus berpasangan di bulan April lalu. Saat itu, meski kami melakukan ujian
bersama, siswa kelas dua akan mendapatkan hukuman pengusiran jika tidak lulus
ujian, sedangkan siswa kelas satu tidak akan menerima poin pribadi selama 3 bulan.
Ada perbedaan besar antara dua hukuman itu.
"Mari kita lanjutkan. Sekarang aku akan menjelaskan secara garis besar [bagian] dari
aturan ujian bertahan hidup di pulau tak berpenghuni."

Siswa saling memandang satu sama lain mendengar kata [bagian].

"Dengan kata lain, semua aturan tidak akan diumumkan hari ini."

Chabashira meminta kami untuk mendengarkannya dengan tenang, kemudian dia


mengganti gambar di layar monitor.

Saat aku melihat layar monitor, muncul kata [kelompok] yang menonjol.

"Agar kalian dapat memahami aturan ujian khusus ini, kalian harus lebih dulu
memahami tentang kelompok."

Penjelasan ujian khusus kali ini mungkin akan lebih lama dari ujian-ujian sebelumnya.

Ini seperti menyiratkan betapa sulitnya ujian yang akan kami hadapi.

"Pada ujian khusus berikutnya, dengan kata lain dalam bertahan hidup di pulau tak
berpenghuni, kalian harus membentuk kelompok besar dengan anggota 6 orang,
sekolah menetapkan aturan itu untuk membuat kalian saling bekerja sama. Dan hal
pertama yang perlu kalian ingat adalah.. kalian dapat membentuk kelompok besar
dengan siswa seangkatan, terlepas dari kelas manapun."

"Itu berarti... siswa kelas dua bisa dianggap sebagai sekutu...?"

Gumam Horikita, yang dulunya menganggap siswa di kelas lain sebagai musuh,
suaranya bergema di dalam ruang kelas.

Chabashira mendengarnya, tapi dia terus melanjutkan penjelasan tanpa membalas


perkataan Horikita.

"Dari hari ini sampai hari Jum'at, 16 Juli, sekitar dua minggu lagi, kalian diberikan hak
untuk memilih dua orang siswa kelas dua yang kalian inginkan untuk membentuk
kelompok kecil maksimal 3 orang. Kelompok kecil merupakan dasar dari kelompok
besar. Namun, meski aku mengatakan kalian bebas memilih siapapun, masih ada
aturan untuk itu. Pertama, seperti yang kukatakan, kalian hanya dapat membentuk
kelompok kecil dengan siswa dari angkatan yang sama. Kalian tidak dapat
membentuk kelompok kecil dengan siswa kelas satu ataupun siswa kelas tiga."

(Tl note : dalam ujian khusus ini ada dua macam kelompok yaitu kelompok kecil dan
kelompok besar. Kelompok kecil dapat dibentuk dengan siswa seangkatan
[anggotanya bisa 3 orang, 2 orang ataupun solo...)

Itu berarti kami dapat membentuk kelompok kecil dengan Kelas 2-A atau Kelas 2-C.
Tampaknya siswa kelas satu dapat membentuk kelompok kecil maksimal 4 orang,
dan kelas tiga maksimal 3 orang, sama dengan kelas dua. Ini mungkin salah satu
aturan yang telah disiapkan untuk setiap tahun ajaran. Aturan ini ditampilkan
dengan jelas di layar monitor.

Situasi dimana siswa antar kelas bekerja sama dan membentuk kelompok terkuat
untuk berkompetisi bisa saja terjadi.

Jika kami dapat membentuk kelompok yang ideal dengan bebas, kami memiliki
peluang yang tinggi untuk menang.

Sebaliknya, jika kelas-kelas lain membentuk kelompok dengan memilih orang-orang


terbaik, kami harus bekerja sama untuk bersaing menghadapi mereka.

"Kemudian, untuk rasio siswa laki-laki dan siswa perempuan dalam membentuk
kelompok kecil campuran di ujian ini adalah, jumlah siswa perempuan setidaknya
harus 2/3 atau lebih."

Itu berarti kombinasi 2 siswa laki-laki dan 1 siswa perempuan, atau 1 siswa laki-laki
dan 1 siswa perempuan tidak diperbolehkan.

Kombinasi untuk kelompok kecil di tampilkan pada layar monitor.

[1 laki-laki] [2 laki-laki] [3 laki-laki]

[1 perempuan] [2 perempuan] [3 perempuan]

[1 laki-laki dan 2 perempuan]

Totalnya ada 7 kombinasi. Sebaliknya, [2 laki-laki dan 1 perempuan] serta [1 laki-laki


dan 1 perempuan] akan di tolak dan tidak diizinkan untuk membentuk kelompok.

"Apa yang akan terjadi jika kami tidak membentuk kelompok... atau tidak bisa
membentuk kelompok?"

"Seperti yang kalian lihat di layar monitor, 1 orang dapat membentuk kelompok kecil.
Meskipun manfaatnya akan berkurang, tidak ada masalah serius yang akan muncul.
Ujian khusus ini dapat dilakukan terlepas dari jumlah orang di dalam kelompok.
Siswa di izinkan menantang ujian ini solo, baik itu laki-laki maupun perempuan."

Lebih banyak orang lebih baik, tapi satu orang masih tetap bisa mengikuti ujian
khusus.

"Beberapa siswa mungkin berpikir akan lebih mudah bergerak solo, tapi.. lebih baik
memiliki anggota sebanyak mungkin. Selain keuntungan memiliki banyak orang, hak
istimewa akan diberikan kepada kelompok yang memiliki banyak anggota. Oleh
sebab itu, aku sarankan jangan memilih untuk bertarung solo kecuali kalian tidak
punya pilihan lagi."

Jika dapat menangani ujian ini dengan mudah, bertarung solo bukanlah pilihan yang
buruk, tapi siswa yang tidak dapat membentuk kelompok terpaksa harus menjalani
ujian dalam keadaan yang kurang menguntungkan. Dalam hal ini, membentuk
kelompok kecil dengan tiga orang adalah syarat minimum bagi siswa biasa.

"Tidak ada hal penting yang perlu kukatakan selain keuntungan membentuk
kelompok dengan banyak orang, tapi ada satu hal yang harus kalian perhatikan.
Begitu kelompok kalian telah dikonfirmasi, kalian tidak bisa pindah ke kelompok lain
apapun alasannya."

Sepertinya siswa harus tetap bersama anggota kelompoknya sebagai sekutu sampai
ujian khusus berakhir.

"Kami tidak bisa pindah ke kelompok lain, tapi kami diperbolehkan membentuk
kelompok besar dengan anggota 6 orang pada hari ujian khusus, bukan? Namun saat
ini, kami hanya dapat membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 3 orang. Apa
maksudnya itu?"

Yousuke mengajukan pertanyaan itu pada Chabashira.

"Kau benar, itulah poin pentingnya. Setelah ujian khusus dimulai, kelompok-
kelompok kecil yang telah terbentuk akan berkumpul (atau bergabung) menjadi
kelompok besar. Kalian dapat membentuk kelompok besar dengan menggabungkan
2 kelompok yang terdiri dari 3 orang tiap kelompok atau 3 kelompok yang terdiri dari
2 orang tiap kelompok, atau bahkan 6 kelompok solo. Tapi, masih ada syarat agar
sebuah kelompok besar disetujui. Ketika berada dalam kelompok besar yang terdiri
dari 4 orang, proporsi siswa perempuan setidaknya harus lebih dari 50%."

Sepertinya aturan tentang 2/3 siswa perempuan harus ada dalam kelompok, akan
berubah menjadi 1/2 saat membentuk kelompok besar. Kalau memang seperti itu,
membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 1 atau 2 orang sejak awal bisa dijadikan
sebuah strategi.
"Setelah mendengarkan penjelasanku sampai sekarang, mungkin beberapa dari
kalian berpikir bahwa kalian bisa membentuk kelompok besar begitu ujian dimulai,
tapi itu tidaklah mudah. Meskipun kalian bebas memilih anggota, kesulitan
membentuk kelompok besar yang ideal dalam ujian ini sangatlah tinggi. Kalian
mungkin tidak akan dapat membuat kelompok besar hingga 6 orang. Situasi seperti
itu bisa saja terjadi."

Tampaknya memiliki kelompok dengan anggota yang sedikit tidak begitu efektif, jika
mempertimbangkan resiko bertahan hidup sendirian di pulau tak berpenghuni dari
awal sampai akhir, membentuk kelompok tiga orang sebelum ujian dimulai adalah
cara yang lebih aman.

Jika tidak menghitung siswa yang sudah putus sekolah, setiap kelas memiliki 40 siswa.
Di setiap angkatan terdapat 4 kelas, itu berarti ada 160 siswa di setiap angkatan.
Dalam peraturan telah dinyatakan bahwa kami bisa membentuk kelompok besar
maksimal 6 orang, jadi setidaknya akan ada 81 kelompok begitu ujian dimulai. Tapi
tidak ada jaminan kalau setiap kelompok bisa mendapatkan 6 anggota, jumlah
kelompok besar yang akan berkompetisi satu sama lain mungkin bisa mencapai
ratusan.

"Aku tahu kalian pasti bingung saat aku mengatakan kalian bebas memilih anggota
kelompok. Bagaimanapun juga, kalian masih belum mengerti tentang ujiannya dan
kemampuan seperti apa yang akan dibutuhkan nantinya."

Seolah mengetahui apa yang kami pikiran, Chabashira melanjutkan.

"Saat ini aku belum bisa memberitahu kalian tentang isi ujian khusus berikutnya.
Tapi aku akan memberikan sedikit bocoran tentang kemampuan apa saja yang kalian
butuhkan di sana."

Setelah mengatakan itu, Chabashira melihat ke arah para siswa, yang menunjukkan
eskpresi tegang.

"Pada ujian tahun lalu, banyak siswa yang merasa khawatir dan gugup, sehingga
tidak bisa menunjukkan potensi mereka yang sebenarnya. Namun, perlu diingat
bahwa ujian tahun ini akan membutuhkan [semua kemampuan]. Kemampuan
akademik, fisik, mental dan berkomunikasi. Selain yang kusebutkan, kalian juga
mendapat kesempatan untuk menunjukkan kemampuan lain yang kalian kuasai."

Menguasai bidang akademik dan olahraga saja tidaklah cukup.

Bisa dikatakan, siswa yang memiliki banyak kemampuan akan memperoleh


keuntungan.
Mengaitkan [pulau tak berpenghuni] dengan [bidang akademik] memang terdengar
tidak masuk akal, tapi ada beberapa cara untuk menghubungkan keduanya dalam
ujian ini.

Misalnya, membuat peraturan dimana kau tidak akan mendapatkan makanan


kecuali kau menjawab pertanyaan dengan benar.

Jika itu terjadi, aku bisa membayangkan kelompok yang dibentuk hanya dengan
anggota yang berkemampuan fisik tinggi, akan gagal melewati ujian.

"Membentuk kelompok dengan siswa yang akrab dengan kalian memang penting,
tapi kemampuan keseluruhan setiap anggota kelompok akan menentukan hasil ujian
khusus. Oleh sebab itu, aku menyarankan kalian memilih anggota yang tepat."

Bekerja sama dengan siswa yang kemampuan keseluruhannya tinggi akan lebih
menguntungkan.

Namun, seperti yang dikatakan Chabashira tadi, memilih teman terdekat juga tidak
bisa diabaikan.

Lagipula kami belum tahu apa-apa tentang ujian ini, ada kemungkinan kerjasama
yang bagus akan mempengaruhi penilaian.

"Aku tadi mengatakan kalau semakin banyak orang, maka akan semakin
menguntungkan, tapi alasannya bukan karena keuntungan jumlah. Melainkan
karena berkaitan dengan aturan putus sekolah dalam ujian ini. Mari kita bayangkan
situasinya. Pertama, Hirata menantang ujian ini solo sampai akhir. Kedua, Hirata,
Sudou, dan Hondou membentuk kelompok untuk menantang ujian. Kita akan coba
membandingkan kedua situasi ini."

Setelah Chabashira selesai mengetik sesuatu di tablet, gambar di layar monitor


beralih menampilkan kelompok 1 orang yang hanya terdiri dari Hirata, dan juga
kelompok 3 orang yang berisikan tiga nama siswa, termasuk Hirata. Bagian dalam
bingkai setiap nama diberi warna biru.

"Kita asumsikan saja, selama ujian khusus berlangsung, Hirata mengalami kecelakaan
yang membuatnya tidak bisa melanjutkan ujian. Jika dia menantang ujian khusus
solo, maka kelompoknya akan didiskualifikasi dan menerima hukuman pada saat itu
juga."

Nama Hirata dalam kelompoknya berubah menjadi merah, itu menandakan bahwa
dia sudah didiskualifikasi.

"Di sisi lain, seandainya Hirata berada dalam kelompok 3 orang, kira-kira apa yang
akan terjadi...?"
Nama Hirata tetap berubah menjadi warna merah, tapi nama kedua anggotanya
yang lain masih berwarna biru.

"Hirata yang telah didiskualifikasi, akan dikirimkan kembali ke kapal, tapi dua
anggota yang lain masih dapat melanjutkan ujian khusus tanpa masalah. Dan
seandainya kelompok mereka bertahan sampai akhir dan menempati peringkat
pertama, Hirata akan dianggap sebagai salah satu pemenang, karena dia juga bagian
dari kelompok."

Itu berarti, meskipun ada anggota yang keluar, tidak akan jadi masalah selama masih
ada anggota kelompok yang bertahan sampai akhir.

Intinya, semakin sedikit anggota kelompok, semakin besar kerugian yang akan
ditanggung.

"Tidak peduli seberapa banyak anggota yang keluar di tengah-tengah ujian, selama
kelompok masih memiliki anggota yang tersisa, mereka berhak untuk melanjutkan
ujian. Dengan kata lain, semakin banyak orang di dalam kelompok, semakin besar
kesempatan untuk bertahan sampai akhir."

Jadi begitu. Memilih anggota kelompok yang tepat sangatlah penting.

Tidak peduli seberapa hebatnya seorang siswa, mereka tidak akan bisa berbuat apa-
apa jika terjadi kecelakaan dan menderita luka parah.

Dengan mempertimbangkan resiko tersebut, membentuk kelompok 6 orang adalah


salah satu strategi yang tepat untuk meraih kemenangan.

"Sekarang, aku akan menjelaskan tentang hadiahnya, karena kalian sudah mengerti
betapa pentingnya menentukan anggota kelompok."

Untuk pertama kalinya, kami akan mengetahui pengaruh ujian ini terhadap kelas jika
kami berhasil melewatinya.

Pembagian Hadiah:

○Peringkat pertama: 300 poin kelas, 1 juta poin pribadi, 1 poin perlindungan.

○Peringkat kedua: 200 poin kelas, 500.000 poin pribadi.


○Peringkat ketiga: 100 poin kelas, 250.000 poin pribadi.

●Kelompok yang berada dalam 50% teratas (termasuk peringkat pertama sampai
ketiga): 50,000 poin pribadi.

●Kelompok yang berada dalam 70% teratas (termasuk peringkat pertama sampai
ketiga): 10,000 poin pribadi.

*Poin kelas yang didapatkan oleh tiga kelompok teratas akan dibayarkan oleh tiga
kelompok terbawah.

*Poin kelas yang didapat akan dibagi sama rata sesuai dengan jumlah kelas yang
berada dalam kelompok, bukan berdasarkan jumlah anggota.

Hadiah berupa poin kelas dan poin pribadi yang ditampilkan pada layar monitor
sangatlah banyak. Jika kami berhasil menempati tiga peringkat teratas, hal itu
tentunya akan mempengaruhi peringkat kelas, namun ada yang aneh dengan itu...

"Ini adalah daftar hadiah untuk ujian khusus kali ini. Perlu diingat bahwa kalian tidak
bisa membentuk kelompok kecil diluar angkatan. Dan kali ini persaingan dengan
angkatan yang berbeda tidak bisa dihindari. Namun, hadiah dan hukuman yang bisa
kalian dapatkan juga dipengaruhi oleh [jumlah kelas dalam kelompok]. Misalnya, jika
kelompok yang terbentuk dari Kelas D berhasil menempati peringkat pertama, maka
semua hadiah untuk peringkat pertama akan diberikan kepada Kelas D. Sebaliknya,
jika kelompok yang terbentuk dari 4 kelas berbeda berhasil menempati peringkat
pertama, hadiahnya akan dibagi sama rata untuk 4 kelas. Memang benar jika siswa
terbaik dari masing-masing kelas membentuk satu kelompok, kesempatan untuk
menang akan meningkat, tapi selisih poin antar kelas tidak akan berubah sama
sekali."

Jumlah siswa dari setiap kelas tidak akan berpengaruh dalam sebuah kelompok,
sekolah hanya akan membagikan 300 poin kelas secara merata untuk masing-masing
kelas. Jika itu terjadi, selisih poin dengan kelas lain tidak akan berkurang sama sekali
meskipun kami menempati peringkat pertama. Tidak, pada tahap ini, kami hanya
dapat membentuk kelompok kecil maksimal 3 orang, jadi akan ada satu kelas yang
tertinggal. Mustahil untuk mengadakan diskusi (bernegosiasi) yang ideal.
"Kemudian―total hadiah 600 poin kelas untuk tiga peringkat teratas akan
dibayarkan oleh kelompok yang berada di tiga peringkat terbawah. Misalnya
peringkat pertama dimenangkan oleh kelompok kelas dua, sementara peringkat
terakhir ditempati oleh kelompok kelas satu, maka hadiah [poin kelas] akan
dikumpulkan dari setiap anggota di kelompok kelas satu tersebut. Kelompok yang
menempati peringkat kedua juga akan menerima hadiah dari kelompok yang berada
di peringkat kedua terbawah, begitu pula untuk peringkat ketiga."

Dengan kata lain, situasinya mungkin akan berkembang menjadi kompetisi mencuri
poin kelas dari angkatan yang berbeda.

"Selanjutnya, aku akan menjelaskan apa yang terjadi seandainya kedua kelompok
yang berada di peringkat atas dan peringkat bawah berasal dari angkatan yang sama.
Dalam hal itu, kelompok yang menempati peringkat terakhir akan kehilangan 100
poin kelas, kelompok yang berada di peringkat kedua terakhir akan kehilangan 66
poin kelas, dan yang berada di peringkat ketiga terakhir akan kehilangan 33 poin
kelas, lalu semua poin itu akan diberikan kepada tiga kelompok teratas. Seandainya
semua anggota kelompok di peringkat pertama berasal dari kelas yang sama, maka
kelas mereka akan menerima 300 poin kelas, tapi jika ada siswa dari kelas mereka
yang menempati peringkat terakhir, 100 poin kelas akan dikurangi dan mereka
hanya akan menerima 200 poin kelas."

Jika kelompok yang anggotanya terdiri dari keempat kelas menempati peringkat
pertama, poin kelas yang akan diterima oleh masing-masing kelas adalah 75 poin.
Bahkan jika kelompok dari kelas kami menang, kami masih akan menderita kerugian
seandainya ada siswa dari kelas kami yang menempati tiga peringkat terbawah.

"Seandainya poin kelas yang dikumpulkan kurang dari jumlah hadiah, sekolah akan
menanggung sisanya. Aturan ini juga berlaku jika menerima hadiah dari angkatan
yang berbeda."

Jika ada kelas yang tidak punya cukup poin untuk membayar, sekolah akan
menjamin hadiahnya.

"Sebagai tambahan, seandainya kelompok yang terdiri dari 4 kelas (campuran)


menempati posisi terakhir, jumlah poin yang diambil dari masing-masing kelas akan
dikurangi. Peringkat terakhir akan kehilangan 75 poin kelas, peringkat dua terakhir
akan kehilangan 50 poin kelas dan peringkat tiga terakhir akan kehilangan 25 poin
kelas. Hukuman akan ditanggung sama rata."

Karena tahu betapa sulitnya keempat kelas untuk bekerja sama, sekolah
memberikan sedikit keringanan.
"Memang benar, kelompok yang berada di peringkat tiga terbawah akan menerima
hukuman. Mereka akan kehilangan poin kelas, tapi bukan hanya itu saja. Semua
anggota kelompok yang berada di peringkat lima terbawah akan dikeluarkan dari
sekolah."

Para siswa terkejut mendengarnya.

Jika semua kelompok itu beranggotakan 6 orang, maka 30 orang akan dikeluarkan
dari sekolah.

"Mi-Misalkan hanya siswa Kelas 2-D yang berada di peringkat terbawah..."

"Kemungkinan terburuknya, kelas kita akan kehilangan 9 orang. Tapi, kalian tidak
perlu khawatir. Seandainya kalian menerima hukuman itu, kelompok kalian bisa
membayar 6 juta poin pribadi agar terhindar dari hukuman. Pembagian ini
berdasarkan jumlah anggota di dalam satu kelompok. Untuk kelompok yang memiliki
anggota 6 orang, setiap anggota hanya perlu membayar 1 juta poin pribadi agar bisa
selamat."

Bahkan jika kami menerima hukuman, tampaknya masih ada cara untuk
menghindarinya.

"Begitu ujian dimulai, kalian tidak dapat meminjam poin pribadi dari siswa lain,
karena itu, penting bagi kalian untuk menyediakan banyak poin pribadi sebelum
menaiki kapal."

Sepertinya saat ujian berlangsung, opsi untuk saling membantu satu sama lain tidak
diizinkan oleh sekolah, kami harus mengumpulkan poin yang cukup sebelum ujian
dimulai.

"Apa yang akan terjadi jika ada anggota kelompok yang tidak mampu membayar?"

"Tidak perlu khawatir. Bahkan jika 5 anggota lainnya tidak mampu membayar, kau
masih bisa selamat asalkan membayar 1 juta poin pribadi."

Tampaknya kami tidak perlu khawatir dengan risiko dropout, selama kami memiliki
poin yang cukup.

"Aku ingin menanyakan sesuatu."

Horikita yang duduk tepat di hadapan Chabashira, mengangkat tangannya.

"Dalam aturan, jika kami membentuk kelompok dengan siswa kelas lain, hadiahnya
akan dibagi sama rata. Bukankah ini sama saja seperti menyuruh kami untuk
membuat kelompok dengan teman sekelas?"
Menurut Horikita, bahkan jika kami bekerja sama dengan kelas lain dan meraih
kemenangan, tidak ada gunanya jika hadiah akan dibagi sama rata.

"Kalau kalian tidak mau membentuk kelompok dengan kelas lain, kalian hanya perlu
memilih anggota dari kelas kalian sendiri. Itu saja."

Chabashira menyerahkan pembentukan kelompok pada kami.

Sebenarnya, tidak ada solusi yang tepat untuk masalah ini. Namun, satu hal yang
pasti, jika kami membentuk beberapa kelompok dari kelas kami sendiri untuk
memonopoli semua hadiah, maka siswa yang tertinggal akan mengalami kesulitan
dalam ujian nanti dan mereka bisa saja dikeluarkan dari sekolah.

Di sisi lain, walaupun membentuk kelompok dengan kelas lain akan membuat hadiah
yang kami terima berkurang, itu akan membuat kami lebih mudah untuk
membentuk kelompok dan mengurangi risiko terkait adanya siswa yang dikeluarkan.
Tentu saja, masalahnya bukan hanya itu saja.

Kami harus membentuk kelompok yang dapat bertahan sampai akhir di pulau tak
berpenghuni.

Berikut ini ringkasan informasi yang telah disampaikan Chabashira sejauh ini:

○ Siswa akan bertahan hidup selama dua minggu di pulau tak berpenghuni.

○ Ujian ini akan menilai seluruh kemampuan siswa, sehingga kelompok yang
kemampuan keseluruhannya paling tinggi, memiliki peluang lebih besar untuk
menang. Tapi kerja sama anggota dalam kelompok juga perlu diperhatikan.

○ Kelompok yang berhasil menduduki peringkat teratas akan menerima poin kelas,
poin pribadi, poin perlindungan dan hadiah khusus lainnya (Poin kelas akan dibagi
sama rata tergantung jumlah kelas dalam kelompok).

○ Kelompok dapat dibentuk dengan anggota minimal 1 orang dan maksimal 6 orang,
semakin banyak anggota maka akan semakin bagus (Peringkat kelompok akan
ditentukan berdasarkan anggota kelompok yang dapat bertahan sampai akhir atau
tidak).

○ Kelompok yang menduduki peringkat terbawah akan menerima hukuman yaitu


dikeluarkan dari sekolah.

○ Kelompok kecil yang dibentuk sebelum ujian dimulai harus terdiri dari siswa di
angkatan yang sama (maksimal 3 orang).

○ Membentuk kelompok besar ketika ujian berlangsung tidaklah mudah.

Kira-kira begitulah, namun itu belum mencakup keseluruhan ujian khusus ini.
"Sejauh ini, aku sudah menjelaskan bagian rumitnya, tapi masih ada lagi yang harus
kujelaskan."

Setelah menghela nafas dalam-dalam, Chabashira beralih ke penjelasan berikutnya.

"Lihatlah ini."

Gambar di monitor beralih menampilkan tabel yang memuat delapan kategori.

Daftar Kartu Dasar:

1. Head Start: Pada saat ujian dimulai, jumlah poin yang dimiliki siswa akan dikalikan
1,5 (satu setengah).

2. Bonus: Hadiah poin pribadi untuk pemilik kartu ini akan digandakan.

3. Half Off: Pemilik kartu ini hanya perlu membayar setengah dari poin pribadi saat
menerima penalti. Kartu ini hanya berlaku bagi pemiliknya.

4. Stowaway: Digunakan untuk menunjuk satu kelompok begitu ujian dimulai. Siswa
yang memiliki kartu ini akan menerima setengah dari poin pribadi yang dimenangkan
oleh kelompok yang ditunjuk. Namun jika pemilik kartu ini bergabung dengan
kelompok yang ditunjuknya, efek kartu ini tidak akan aktif.

5. Insurance: Seandainya pemilik kartu ini jatuh sakit saat ujian berlangsung, sekolah
akan memberikan waktu istirahat selama satu hari. Kartu ini tidak berlaku untuk
siswa yang didiskualifikasi karena berbuat curang.

Daftar Kartu Spesial :

1. More People: Pemilik kartu ini bisa membentuk kelompok yang terdiri dari 7 orang.
Kartu ini bisa diaktifkan begitu ujian dimulai. Syarat mengenai rasio antara laki-laki
dan perempuan dalam sebuah kelompok tidak akan berlaku.
2. Nullify: Jika pemilik kartu ini terancam dikeluarkan, maka poin pribadi yang harus
dibayar akan dikurangi hingga nol. Hanya bisa digunakan oleh siswa yang memiliki
kartu ini.

3. Trial: Pemilik kartu ini berhak mendapatkan poin kelas 1.5 kali lebih banyak dalam
ujian ini. Namun, jika gagal menduduki posisi 30% teratas, maka kelompok yang
anggotanya memiliki kartu ini akan menerima hukuman. Bonus poin kelas itu akan
diberikan oleh pihak sekolah.

"A-Apa ini?"

"Kartu ini akan berpengaruh dalam ujian khusus di pulau tak berpenghuni, dan
semua siswa akan menerima salah satunya. [Efek Kartu] dapat kalian pahami dengan
melihat penjelasannya."

Terdapat 8 jenis kartu yang terlihat di monitor, ada kartu yang khusus untuk
melindungi diri sendiri, dan ada pula kartu yang khusus untuk memberikan
keuntungan selama ujian berlangsung. Kartu terakhir yaitu [Kartu Trial] adalah satu-
satunya yang memiliki efek samping yang merugikan.

Jika dapat memanfaatkannya dengan baik, kartu itu memiliki potensi yang lebih
tinggi daripada yang lain. Tapi tidak mudah untuk meraih 30% teratas.

"Setiap siswa akan menerima salah satu dari 8 kartu ini secara acak. Kartu-kartu ini
akan dibagikan besok pagi, dan kartu yang kalian dapatkan bisa ditukarkan atau
diperjualbelikan dengan siswa di angkatan yang sama hingga ujian khusus dimulai.
Kalian bisa melihat kartu yang dimiliki oleh masing-masing siswa dalam OAA. Kalian
bisa menjual kartu yang kalian miliki pada siswa yang ingin membelinya, atau kalian
juga bisa mengumpulkan banyak kartu dengan membelinya dari siswa lain. Namun
jika kalian mempunyai kartu yang sama, efeknya tidak akan digandakan, jadi tidak
ada gunanya mengumpulkan kartu yang sama."

Peraturan Terkait Kartu :

1. Kartu Dasar dan Kartu Spesial dapat ditukarkan dengan siswa seangkatan.
2. Kartu tidak bisa ditukarkan dengan teman sekelas. Setelah ditukarkan sekali, kartu
itu tidak bisa ditukarkan lagi.

3. Siswa tidak bisa menggunakan fungsi dari kartu yang sama lebih dari sekali, tidak
peduli seberapa banyak kartu yang dimiliki.

Dengan kata lain, setiap siswa hanya bisa menggunakan maksimal 7 kartu.

Namun, karena hal positif dan negatif bisa saja terjadi, tidak mungkin untuk
menggunakan semua kartu dalam ujian. Pada akhirnya, kau hanya membutuhkan
kartu yang sudah dimiliki sejak awal agar kartu-kartu tersebut dapat digunakan
secara efektif.

"Setiap angkatan hanya menerima tiga kartu spesial dan dibagikan secara acak. Oleh
karena itu, ada kemungkinan hanya satu kelas yang memegang 3 kartu spesial. Itu
saja penjelasannya untuk sekarang."

Penjelasan panjang mengenai hadiah dan hukuman dalam ujian bertahan hidup di
pulau terpencil akhirnya selesai.

Dan kami juga sudah mendengar informasi tambahan terkait pembagian kartu.

"Beberapa dari kalian mungkin tidak mengerti dengan semua penjelasan ini. Tapi
kalian tidak perlu khawatir, manual ujian khusus ini akan dikirimkan secara otomatis
ke tablet masing-masing sebelum jam istirahat makan siang. Kalian dapat
memeriksanya nanti di sana."

Setelah Chabashira memberi semua penjelasan itu, bel berbunyi.. yang menandakan
berakhirnya jam pertama.

"Masih ada banyak waktu sebelum ujian dimulai. Pikirkan baik-baik strategi seperti
apa yang akan kalian gunakan nantinya."

Setelah memberi nasihat itu, Chabashira meninggalkan ruang kelas. Kemudian para
siswa berkumpul bersama.

Sementara itu, Kouenji, yang duduk di sebelah kiriku dengan satu kursi kosong di
antara kami, langsung berdiri setelah Chabashira pergi dan berjalan menuju koridor.
Ini hanyalah tindakan egois yang dilakukan Kouenji sehari-hari, tapi ini lebih cepat
dari biasanya.

Aku merasa ada yang aneh dengan perilaku Kouenji hari ini, aku memutuskan untuk
mengikutinya.
Aku menghilangkan suara langkah kakiku agar dia tidak menyadari keberadaanku.
Namun, tempat ini cukup terbatas karena bukan di pulau tak berpenghuni yang
memiliki banyak pohon untuk bersembunyi.

Tapi, orang normal biasanya tidak akan menjalani kehidupan mereka dengan tingkat
kewaspadaan yang tinggi. Bahkan jika seorang amatiran diikuti oleh amatiran yang
lain, dia tidak akan menyadari keberadaan orang yang mengikutinya.

Tak lama kemudian, aku bisa mendengar suara Chabashira dan Kouenji dari sudut
koridor.

Aku menahan nafasku sedikit dan mendengarkan pembicaraan mereka dari balik
tembok.

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan Kouenji?"

"Kurasa, aku belum menerima penjelasan yang penting dari Teacher."

Chabashira, yang saling berhadapan dengan Kouenji, bertanya padanya.

"Penjelasan penting?"

"Seandainya siswa yang menantang ujian khusus solo jatuh sakit saat ujian sedang
berlangsung, apa yang akan terjadi?"

"Kukira kau ingin bertanya apa, ternyata hanya sesuatu yang membosankan."

Meskipun aku tidak bisa melihat wajahnya, aku bisa mendengar Chabashira tertawa
kecil.

"Pada tahun lalu, kau mengundurkan diri di tengah-tengah ujian karena alasan sakit.
Sayangnya itu tidak akan berhasil untuk tahun ini. Kau hanya akan menerima
hukuman tanpa perlakuan khusus apapun. Dengan kata lain, kau harus membayar 6
juta poin pribadi agar tidak dikeluarkan. Tapi dilihat dari kondisimu sekarang, kau
tidak akan sanggup membayarnya."

"Fufu, memang benar. Aku dalam masalah karena sekarang aku tidak punya poin
yang banyak."

Tampaknya Kouenji masih berencana untuk mundur, bahkan dalam ujian kali ini.

Tapi, tidak mungkin bagi orang yang membentuk tim solo, mundur di tengah ujian.

"Jadi, apa yang akan kau lakukan? Tetap mempertahankan kebebasanmu, dan
dikeluarkan dari sekolah?"

"Entahlah, aku juga penasaran apa yang harus kulakukan. Teacher boleh pergi
sekarang."
Kouenji sepertinya sudah puas dengan jawaban Chabashira, dia memintanya untuk
pergi. Tidak lama setelah itu, suara langkah kaki Chabashira terdengar semakin
menjauh.

Kouenji sepertinya juga akan segera pergi. Tidak ada gunanya lagi aku berlama-lama
di sini.

Aku memutuskan untuk meninggalkan tempat ini tanpa membuat kebisingan.

Tapi―

"Ngomong-ngomong, orang yang bersembunyi disana dan telah mengikutiku dari


tadi, siapa itu?"

Kouenji menyadari keberadaanku yang bersembunyi di balik tembok. Suaranya


bergema di koridor.

"Apakah kau mau menunjukkan dirimu atau tidak, itu terserah padamu."

Padahal aku sudah menghilangkan suara langkah kakiku, tapi dia masih bisa
menyadari keberadaanku.

Rasanya dia seperti memiliki insting binatang buas...

Aku bisa saja kembali ke ruang kelas tanpa menunjukkan wajahku, tapi aku
memutuskan untuk keluar dari tempat persembunyian.

"Rupanya Ayanokouji-boy. Apa kau ada perlu denganku?"

Kouenji tidak terkejut melihatku, malahan dia menerima keberadaanku di sini.

Tapi itu bukan berarti dia sudah menduga kalau orang yang mengikutinya adalah aku,
melainkan dia tidak peduli sama sekali.

"Horikita memintaku untuk mengawasimu. Dia mengatakan kalau sikapmu itu tidak
bisa diprediksi."

"Hm?"

Kouenji menatapku seolah sedang menilai ekspresiku, dia secara perlahan berjalan
mendekatiku.

"Kau sepertinya pintar dalam menyimpan rahasia. Tapi, baik itu kebenaran maupun
kebohongan, aku tidak bisa membedakannya darimu, Ayanokouji-boy. Aku tidak
dapat mempercayai kata-kata orang seperti itu."

"Menurutku kau bukan tipe orang yang mempercayai orang lain."


"Fufufu, memang benar. Aku tidak percaya pada siapapun kecuali diriku sendiri.
Lebih tepatnya, aku tidak tertarik dengan orang lain."

Kouenji menghentikan langkah kakinya tepat di sampingku.

"Termasuk kau, Ayanokouji-boy."

Aku ingat ketika aku mendapat nilai sempurna dalam matematika, Kouenji
meninggalkan ruang kelas tanpa bereaksi sedikitpun.

Setelah itu, dia juga tidak bertanya pada siapapun tentang detail kemampuan yang
kusembunyikan.

Aku tidak merasakan kebohongan dalam perkataan Kouenji barusan.

"Apa yang akan kau lakukan di ujian ini?"

"Yah... mengenai itu, bisakah kau memasukkanku ke dalam kelompokmu?"

Aku penasaran dengan jawabannya, tapi ternyata malah ini yang dia katakan.

Jika Kouenji bergabung ke dalam sebuah kelompok, dia dapat mengundurkan diri
begitu ujian dimulai.

"Maaf, aku menolak. Aku tidak berniat untuk menerima seseorang yang akan
mundur tepat setelah ujian dimulai."

"Fufu, begitu ya, apa boleh buat."

"Tapi, apa kau akan baik-baik saja? Bahkan jika kau dapat membentuk kelompok,
pada akhirnya kau harus mempercayakan nasibmu pada anggota kelompokmu agar
tidak dikeluarkan."

"Jika aku mundur tanpa melakukan apa-apa, mungkin aku akan dikeluarkan dari
sekolah."

Kouenji kembali melanjutkan langkah kakinya yang tadi terhenti, dan melewatiku.

"Aku hanya perlu memikirkannya sebelum ujian khusus dimulai."

Setelah mengatakan itu, Kouenji kembali ke ruang kelas.

2
"Ujian khusus di pulau tak berpenghuni dua tahun berturut-turut. Bukan berarti aku
tidak pernah memikirkannya..."

"Akhirnya tiba juga waktunya, begitulah yang kupikirkan."

Ketika aku kembali ke kelas, pembicaraan rutin dalam menghadapi ujian khusus
telah dimulai.

Beberapa siswa, termasuk Yousuke, berkumpul di kursi barisan depan tempat


Horikita duduk. Sepertinya mereka sedang memikirkan solusi untuk situasi saat ini.

Kouenji juga sudah kembali ke tempat duduknya, dia sibuk melihat dirinya sendiri di
cermin tangan yang biasa dia gunakan.

"Meskipun ada kondisi tertentu, bagian terpenting dalam ujian kali ini adalah kita
dapat memilih anggota kelompok dari siswa seangkatan."

Itu adalah aturan baru yang tidak pernah ada sebelumnya dalam ujian khusus.

Namun, kemunculan aturan semacam ini berada di luar harapan siswa.

"Tapi, bagaimana dengan poin kelas yang kita terima saat memenangkan ujian? Aku
mengerti alasanmu, tapi membentuk kelompok dengan kelas lain itu rasanya seperti
bermain-main dalam ujian."

Benar sekali. Perkataan Sudou itu cukup masuk akal. Dalam ujian khusus ini, kita
tidak hanya bertarung dengan angkatan yang berbeda saja, tapi juga bersaing
dengan tahun ajaran yang sama. Satu-satunya cara yang efisien untuk
menyelesaikan ujian ini adalah membentuk kelompok dengan teman sekelas.

Meski begitu, sekolah telah menyiapkan aturan yang menarik.

Kami akan lebih mudah masuk ke dalam peringkat teratas dengan memilih anggota
kelompok dari siswa kelas lain yang memiliki kemampuan keseluruhan yang tinggi.
Resiko menerima hukuman akan berkurang, tapi hadiah yang diterima juga akan
berkurang.

Di sisi lain, membentuk kelompok dengan teman sekelas akan beresiko tinggi
menerima hukuman, tapi peluang untuk mendapatkan hadiah menjadi lebih tinggi.

Situasi yang ideal adalah membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 2 atau 3 orang
dengan teman sekelas, setelah itu bergabung dengan kelas lain menjadi kelompok
besar.

Namun, tidak mudah untuk membentuk kelompok besar begitu ujian dimulai. Jika
kau tidak memiliki jaminan untuk bebas membentuk kelompok besar sebelumnya,
kau akan menerima kerugian yang besar. Namun terlepas dari hal itu, ujian khusus
berikutnya memliki pengaruh yang sangat besar. Jika satu kelas menempati tiga
peringkat teratas, kelas tersebut akan menerima 600 poin kelas. Seandainya Kelas 2-
D berhasil meraihnya, itu akan menjadi tiket kilat untuk naik tingkat menjadi Kelas 2-
B.

"Tapi menurutku, kita tidak akan bisa membuat kelompok yang seimbang jika
memlih anggota dari teman sekelas saja. Bahkan jika kita melakukannya...
bagaimana kalau kelas lain bekerja sama? Kemungkinan terburuk, hanya Kelas 2-D
saja yang tertinggal."

Memenangkan ujian hanya dengan Kelas 2-D, tidak lebih dari sebuah pemikiran yang
ideal.

Jika satu kelas memilih untuk bertarung sendiri, ada kemungkinan mereka akan
ditargetkan oleh tiga kelas lain yang telah beraliansi. Dan jika mereka kalah, tidak
ada harapan untuk mendapatkan hadiah yang banyak.

"Bahkan jika kita tidak bisa memenangkan ujian, menyerah terlalu awal akan
membuat kita beresiko dikeluarkan. Dengan kata lain, jika kita percaya diri... tidak,
jika ada alasan untuk menang, baru kita akan membentuk kelompok besar dengan
kelas lain."

Ujian khusus, yang membuat semua siswa menganggap kelas-kelas lain sebagai
sekutu dan musuh, mungkin belum pernah ada sebelumnya.

Jika mempertimbangkan hal itu, membentuk kelompok dengan siswa dari kelas lain
sejak awal juga termasuk bagian yang penting dari strategi.

Namun, tidak mudah untuk sejalan dengan kelas lain.

Bagaimanapun, tidak banyak keuntungan membentuk kelompok dengan teman


sekelas, tapi karena poin kelas bisa berubah drastis dalam ujian ini, wajar jika ingin
mengungguli kelas lain. Terlebih lagi untuk kelas-kelas bawah.

Oleh karena itu, jika kami ingin mulai membentuk kelompok, kami harus
memustuskan strateginya terlebih dulu.

"Kira-kira, bagaimana Sakayanagi-san, Ryuuen-kun, dan Ichinose-san akan


bertindak?"

Untuk memutuskan hal itu, Horikita menggunakan kata-kata Yousuke sebagai dasar
untuk memulai pembicaraan dengan seluruh siswa di kelas.

"Kelas A yang berada di posisi teratas, mungkin tidak keberatan untuk membentuk
kelompok campuran dengan kelas lain. Tidak peduli kelompok mana yang menang,
mereka tidak akan mempermasalahkannya selama jarak poin kelas tidak berkurang.
Sebaliknya, tiga kelas yang berada di bawah mereka, termasuk kita, ingin menutup
jarak tersebut."

"Lalu, bagaimana kalau kita membuat aliansi antara tiga kelas? Demi mengurangi
jarak dengan Kelas A, menurutku itu bukan ide yang buruk."

Sudou yang telah diam mendengarkan, mengajukan sebuah ide yang cukup bagus.

Gagasan menggabungkan kekuatan dengan kelas lain untuk menyerang Kelas A, dan
menjadikannya sebagai musuh bersama.

"Musuh dari musuh kita adalah sekutu, itu maksudmu kan. Bukan ide yang buruk
untuk mengisolasi Kelas A. Ichinose-san mungkin akan menerima rencana ini."

"Tapi kalau kita mengusulkan rencana untuk mengisolasi Kelas A, kita harus bersiap
menerima permusuhan dari Kelas A. Mengingat kepribadian Sakayanagi-san, meski
Kelas D kelas terbawah, dia tetap akan menggunakan cara apapun untuk menyerang
kita habis-habisan."

Biasanya, Kelas A akan fokus pada Kelas B yang berusaha mengejar ketinggalan.

Tapi, seperti yang dikatakan Yousuke, Sakayanagi cenderung tidak melepaskan


mangsanya.

"Sebisa mungkin, kita akan mengurangi jarak poin kelas secara diam-diam."

"Bahkan jika ketiga kelas bertarung bersama, lebih baik bukan kita yang
mengusulkan rencananya."

Rencananya adalah membuat kelas lain menerima permusuhan dari Kelas A yang
dipimpin oleh Sakayanagi.

Mudah untuk diucapkan, tapi sulit untuk dilakukan.

Hal yang paling merepotkan dalam ujian khusus ini, berdiskusi dengan teman sekelas
saja tidak akan menyelesaikan permasalahannya.

Tidak peduli seberapa lama kami berdiskusi di sini, tidak akan ada kemajuan. Jika
kami tidak mengetahui apa yang dipikirkan Kelas B dan Kelas C, maka itu hanya akan
berakhir sebagai rencana yang tidak lebih dari sekedar teori, dan tidak bisa
diterapkan.

Tidak mudah untuk membuat tiga kelas saling berdiskusi satu sama lain.

Selain Ichinose, aku tidak berpikir Ryuuen mau bekerja sama.

Selain itu, jika Sakayanagi mendapatkan informasi ini, dia pasti akan langsung
bertindak.
"Sepertinya akan sulit membuat keputusan..."

Walaupun masih ada waktu satu bulan lagi, tidak mungkin kami bisa tenang ketika
kelompok terbentuk satu persatu di sekitar kami.

"Kita akan sangat terbantu jika ada ide serupa dari kelas lain..."

Para siswa Kelas D berpikir keras mencari solusi untuk hal itu.

"Hanya untuk membentuk kelompok saja sudah membuatku sakit kepala."

Masih ada hal penting yang harus dilakukan, selain membentuk kelompok.

Yaitu keberadaan kartu yang memiliki bermacam-macam fungsi. Besok pagi, setiap
siswa akan menerima kartu yang tidak dapat ditukarkan dengan teman sekelas.
Selain itu, ketika kartu sudah ditukarkan sekali, kartu itu tidak akan bisa kembali lagi
ke pemilik aslinya. Dengan kata lain, tidak ada pilihan selain menjual kartu yang tidak
berguna untukmu kepada siswa kelas lain, atau membeli kartu yang berguna
untukmu dari siswa kelas lain.

"Kemungkinan, sebagian besar siswa akan mulai bertindak besok."

"Ya. Mengumpulkan kartu yang berguna untuk kelompok juga penting."

Hari dimana kami akan membentuk kelompok untuk ujian khusus akhirnya dimulai.

Secara alami, perubahan signifikan akan terjadi pada kelas, termasuk Kelas D.

Sepulang sekolah, ponsel siswa yang berbakat dalam bidang akademik dan olahraga,
berdering sekaligus. Horikita mendekatiku sambil memperhatikan situasi itu.

"Sepertinya semua orang sudah mulai bergerak. Yah, wajar memilih siswa-siswa
berbakat untuk menjadi anggota kelompok."

Tidak peduli strategi macam apa yang dibuat oleh masing-masing kelas, ada baiknya
bagi siswa untuk mengambil inisiatif terlebih dahulu.

Apa kau tidak menerima pesan apapun, Horikita?"

"Tidak ada."
"Yah.. itu wajar sih, karena tidak banyak orang yang mengetahui informasi
kontakmu."

"Kamu sudah tahu itu, tapi kamu sengaja menyebutkannya, kamu memiliki
kepribadian yang buruk ya. Jadi, apa ada yang mengirim pesan padamu, Ayanokouji-
kun, satu-satunya siswa yang mendapat nilai sempurna dalam ujian matematika?"

Aku memutuskan untuk melihat ponselku yang tidak berdering, untuk menghindari
kemarahannya.

"Sayangnya, baterai ponselku habis. Aku belum mengisinya 'beberapa hari ini."

(Tl note : ' 2, 3 hari)

"Wajar kalau kamu jarang mengisi baterai ponselmu, karena kamu tidak sering
menggunakannya."

Itu tidak benar.. aku ingin menyangkal seperti itu, tapi apa yang dikatakan Horikita
memang benar.

Jika seseorang tidak menggunakan ponselnya dalam waktu lama, dia akan lupa
mengisi baterainya.

"Bukankah kau seharusnya lebih memperhatikan teman sekelas kita? Jika mereka
sembarangan memilih kelompok, kaulah yang akan kesulitan nantinya."

"Itu tidak perlu, aku sudah memberi instruksi pada mereka. Aku mengirimnya dalam
bentuk pesan kepada semua orang. Mungkin kamu belum mengetahuinya karena
ponselmu sedang mati."

Dengan mengatakan itu, Horikita memperlihatkan layar ponselnya padaku.

○ Jangan membentuk kelompok sebelum Kelas D mencapai kesepakatan.

○ Jika ada yang ingin membentuk kelompok secepatnya, hubungi dulu Horikita.

Tampaknya Horikita telah menetapkan sedikit aturan untuk mengantisipasi hal ini.

"Aku tidak bisa memaksakan aturan ini pada mereka. Hasilnya tergantung keputusan
mereka masing-masing."
Memang benar, itu adalah hak mereka untuk memutuskan anggota kelompok.
Mereka tidak dapat membentuk kelompok bersama orang yang kepribadiannya
tidak sesuai dengan mereka, karena itu bisa saja menyebabkan mereka dikeluarkan
dari sekolah. Sekalipun keempat kelas bekerja sama untuk menyelesaikan ujian,
tidak akan ada situasi ideal dimana tidak ada seorangpun menerima hukuman.

Oleh karena itu, satu-satunya yang bisa kami lakukan adalah memberi saran.

Kemudian, aku berdiri dari kursiku dan mengisi baterai ponsel dengan charger yang
selalu kubawa.

Karena mungkin saja ada siswa yang menguping pembicaraan kami.

"Apakah Ichinose sudah menghubungimu? Aku tidak akan terkejut jika dia
mengusulkan rencana kerja sama antara kelas dua."

"Sejauh ini belum ada yang menghubungiku. Bahkan Kelas A maupun Kelas B juga
tidak mengajukan proposal. Jika semua kelas dua ingin bekerja sama, mereka
harusnya sudah menghubungi kita sekarang."

Seandainya siswa membentuk kelompok atas keinginannya sendiri, kerja sama akan
semakin sulit terbentuk. Jika tidak melakukan diskusi dari awal, pada akhirnya semua
kelas dua akan saling bertarung satu sama lain. Horikita harusnya sudah bertindak
sekarang, jika dia memang ingin bekerja sama.

Horikita tidak menunjukkan ketidakpuasannya melihatku pergi ke koridor.


Sebaliknya, dia mengikutiku.

Sepertinya masih ada yang ingin dia katakan, setelah memastikan tidak ada orang di
sekitar kami, Horikita mulai bicara padaku.

"Ujian khusus di pulau tak berpenghuni berikutnya... bisakah kamu mendapatkan


peringkat pertama seorang diri?"

"Jangan bercanda. Saat ini kita hanya mengetahui kalau ujian akan diadakan di pulau
tak berpenghuni."

"Kupikir kamu yang mendapatkan nilai sempurna dalam ujian matematika, tidak
membutuhkan kelompok."

Alasan macam apa itu? Dia mengungkapkan pemikirannya dengan menekankan


kata-kata itu.

"Jika kita berada di peringkat pertama, Kelas D pasti akan mendapatkan poin kelas
yang banyak. Kamu akan mengambil peringkat pertama, lalu kelas tiga dan kelas satu
akan menempati peringkat kedua dan ketiga. Itu lebih baik daripada membiarkan
kelas dua lainnya."

Lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.

"Kalau untuk itu, kita dapat beralasan membentuk kelompok karena tidak ingin
menerima hukuman. Dengan begitu, akan lebih mudah untuk membentuk
kelompok."

Kalau kami beralih untuk membentuk kelompok yang kuat demi kemenangan,
kelompok yang lemah pasti akan terbentuk.

"Tidak semua orang mampu membayar satu juta poin pribadi untuk menghindari
hukuman."

"Ya. Aku ingin mengumpulkan poin pribadi sebanyak mungkin untuk siswa yang
mengkhawatirkan, tapi jika siswa yang meminjamkan poin menerima hukuman
pengusiran, aku tidak akan bisa berbuat apa-apa."

Tidak ada yang lebih sia-sia daripada membantu orang lain sementara dirinya sendiri
gagal.

"Kalau kau tidak ingin itu terjadi, kau hanya perlu meminjamnya pada siswa yang
memiliki poin berlebih."

Itu mungkin akan berhasil, tapi siswa yang memiliki poin pribadi dalam jumlah
banyak sangatlah terbatas.

"Sebenarnya masih ada cara untuk menghindari hukuman, tapi aku tidak yakin
mereka mau melakukannya."

"Mundur dengan sengaja di awal ujian?"

Sepertinya Horikita sudah melihat sedikit celah dalam ujian ini. Menurut aturan,
hanya 5 kelompok peringkat terakhir yang akan dikeluarkan dari sekolah. Dalam hal
itu, jika kami menyiapkan 5 kelompok tumbal dan membiarkan mereka mundur
dengan sengaja, siswa-siswa yang lain tidak perlu khawatir akan menerima hukuman.
Namun, untuk melakukannya, kami harus mempersiapkan 30 juta poin pribadi
sebelum itu, terlebih lagi poin kelas akan diambil oleh tiga kelompok teratas. Bahkan
jika kelompok tumbal dan kelompok teratas berasal dari kelas yang sama, kami tidak
akan dapat memulihkan kerugian. Alasan pihak sekolah mengkaitkan tiga kelompok
teratas dengan tiga kelompok terbawah, dapat dianggap sebagai tindakan untuk
mencegah kecurangan.

"Sepertinya kita hanya bisa mengandalkan kekuatan masing-masing."


"Itu benar. Bisakah aku berkonsultasi lagi denganmu nanti?"

Horikita berhenti berjalan dan berkata begitu.

"Asalkan bisa kujawab."

"Itu sudah cukup, terima kasih."

Sepertinya masih ada yang ingin dibicarakan Horikita denganku nanti.

Setelah melihat Horikita pergi, aku juga memutuskan pergi menuju tangga

Saat aku melangkahkan kaki di koridor dalam perjalanan menuju pintu masuk.

"Yo."

Seseorang menyapaku ketika aku melihat layar hitam pada ponselku sebelum
kuhidupkan. Orang itu adalah Ishizaki Daichi, siswa Kelas 2-B. Dia tersenyum lebar.
Apa ada hal baik yang terjadi padanya hari ini?

"Aku menghubungimu lewat ponsel, tapi tidak ada jawaban. Karena itu aku
menemuimu secara langsung."

"Maaf, baterai ponselku tadi habis."

"Tidak apa-apa. Mari kita bicara sebentar, bisa kan?"

"Apa kau bermaksud mengintimidasiku?"

"Haha, lelucon yang menarik. Apa ada disekolah ini yang mampu
mengintimidasimu?"

Ishizaki menanggapi leluconku dengan lelucon.

"Apa kau ada urusan setelah ini?"

"Tidak, aku baru saja akan kembali."

"Kalau begitu tidak ada masalah. Ikutlah denganku."

Ishizaki mengisyaratkan itu dengan tersenyum, dia langsung berjalan tanpa


memberiku kesempatan untuk bicara.

Jika aku terus berdiam diri di sini, aku akan kehilangan jejaknya dalam waktu singkat.
Tapi kalau dia membuat masalah dan bicara keras-keras di sini, kami akan menarik
perhatian.

Aku punya waktu luang setelah ini, jadi aku memutuskan untuk mengikuti Ishizaki.

Namun, ketika kami tiba di tikungan, tembok besar yang seharusnya tidak ada di
sana, tiba-tiba muncul di hadapanku.

Tidak, itu bukan sebuah tembok. Itu adalah teman sekelas Ishizaki, Yamada Albert.

Dengan mengenakan kacamata hitam, auranya terasa mengintimidasi, dia lalu


meletakkan tangannya di bahuku.

"Hai."

"...Hai."

Aku tidak begitu mengerti situasinya, jadi aku merespons dengan kata-kata yang
sama.

Intimidasi yang awalnya kuanggap candaan, lama kelamaan mulai terasa nyata.

"Selamat siang, Ayanokouji-kun."

Di sebelah tubuh Albert yang bisa dianggap sebagai tembok besar, muncul sosok
Hiyori.

"Ini kombinasi yang langka."

"Mungkin begitu."

Aku berpikir Ryuuen juga akan muncul di sini, tapi sepertinya tidak begitu.

"Kita tidak bisa membicarakannya disini, ayo kita pindah tempat."

"Pindah tempat? Kemana?"


"Kemana ya... aku belum memikirkannya."

Ishizaki tertawa sambil merasa sedikit malu, dia menggosok hidungnya dengan jari
telunjuk tangan kirinya.

"Aku punya firasat buruk, bisakah aku pergi sekarang?"

Untuk beberapa alasan, aku merasa ini akan menjadi perkembangan yang tak
berguna, jadi aku meminta untuk pergi.

"Bukankah tadi kau bilang kau tidak sibuk? Aku tidak akan membiarkanmu pergi."

"Tidak akan membiarkanku pergi―Apa!?"

Albert, yang berdiri di belakangku, menahan bahu kananku dengan kekuatan yang
luar biasa (erat). Kemudian, Hiyori merangkul tangan kiriku ke dadanya. Mereka
berdua menahanku bersama-sama.

"Maaf, Ayanokouji-kun. Aku tidak akan membiarkanmu kabur."

"Hah...?"

Intimidasi yang kurasakan, akhirnya menjadi kenyataan.

... Jadi, sampai kapan lelucon ini akan berlanjut?

Ngomong-ngomong, mereka bertiga kelihatannya akan membawaku pergi dari sini.

"Kita akan menarik perhatian kalau di sini. Mari kita pindah ke tempat lain, Ishizaki-
kun."

"Itu benar. Tapi, ke mana kita akan pergi?"

"Hmm... bagaimana kalau ke kamarmu, Ishizaki-kun?"

Hiyori mengusulkannya dengan santai.

"Eh? Ka-Kamarku? Ti-Tidak, itu...! Aku tidak mau."

Mendengar kamarnya akan digunakan, Ishizaki menolak dengan panik.

"Kenapa? Apa ada yang salah?"

"I-Itu karena... ada banyak alasannya. Lagipula ini terlalu tiba-tiba..."

"Kami tidak keberatan kalau kamarmu berantakan, iya kan?"

Albert, yang dimintai persetujuan oleh Hiyori, mengangguk dengan perlahan.

... Kau mengerti bahasa Jepang, kan?


Aku yakin dia menggunakannya dalam ujian dan pelajaran. Aku sangat ingin
mendengarnya berbicara bahasa Jepang, walaupun hanya sekali.

"I-Itu benar, kamarku sangat berantakan! Tidak ada tempat untuk duduk! Yaaah,
sayang sekali ya!"

"Jangan khawatir. Kalau perlu, aku akan membantumu membersihkannya."

"Tidak, tidak, tidak! Tisu dan semacamnya, aku tidak bisa membiarkan seorang gadis
membersihkannya!"

(Tl : tisu? habis ngapain nih si kampret..? wkwkwk)

Ishizaki tanpa sengaja mengatakan sesuatu yang tak perlu.

Dia mengatakan kamarnya berantakan, tapi dia tidak ingin menerima bantuan untuk
membersihkan kamarnya.

"Tisu... ya? Itu untuk ngelap hidungmu, kan?"

Hiyori yang merasa penasaran, memiringkan kepalanya.

"Pokoknya, kamarku...! Ah, Be-Benar juga. Mari kita gunakan kamar Albert!"

Ishizaki mengalihkan pembicaraan dengan panik.

"Kamar Albert sangat menarik! Kami boleh menggunakannya, kan? Boleh, kan!?"

Ishizaki mengusulkan itu, seolah ingin menyembunyikan sesuatu.

"OKE."

Ternyata dia memang mengerti bahasa Jepang. Albert memberi jawaban singkat.

Setelah itu, Albert mulai bergerak sambil menggendongku.

(Imo : mungkin albert gendong kiyo di bahunya, gak mungkin pula kiyo digendong
ala putri)

"Meski begitu... Apa aku akan dibawa seperti ini?"

"Tenang saja. Yamada-kun sangat kuat."

Tidak, bukan itu masalahnya.

Malahan aku merasa kita akan menarik perhatian kalau seperti ini.

"Tidak masalah. Di satu sisi, bisa dikatakan ini semacam pemberitahuan."


Hiyori mengatakan itu dengan tersenyum lembut seperti biasa, lalu dia mulai
melangkahkan kakinya dan berjalan paling depan seolah memimpin perjalanan kami.

"Ooh, jadi begitu, seperti yang diharapkan dari Shiina! Ide bagus!"

Sebenarnya apa tujuan kalian membawaku?

Sambil bertanya-tanya, aku dibawa pergi ke asrama.

Ini adalah pertama kalinya aku mengunjungi kamar Albert.

Dia memiliki tubuh yang lebih besar dari kebanyakan siswa, tapi tata letak dan
ukuran ruangannya sama persis dengan kami.

Satu-satunya perbedaan adalah dekorasi ruangan, bisa dibilang terlihat sedikit unik.

Bendera AS dan bendera Jepang dipajang di ruang tengah. Bukan hanya itu saja,
bendera-bendera nasional yang tak terhitung jumlahnya seperti Cina, Italia dan
Afrika dipajang di seluruh bagian kamar, walaupun dengan ukuran yang kecil. Tapi
bendera bendera itu tidak dibuat dari kertas, melainkan murni dari kain, aku dapat
merasakan sensasinya.

"Albert adalah seorang maniak bendera. Mengejutkan, bukan?"

Ishizaki menjelaskannya dengan santai, sepertinya dia sering datang ke sini.

"Kelihatannya begitu."

Setelah membebaskanku, Albert memintaku untuk duduk.

Setelah mengkonfirmasi kami berempat sudah duduk, aku memutuskan untuk


menanyakan tujuan mereka.

"Jadi... Apa yang kalian rencanakan?"

Mereka bertiga saling memandang satu sama lain.

Entah kenapa, mereka bertiga menunjukkan wajah yang gembira dan bahagia.

Kemudian Ishizaki menjelaskannya padaku sebagai perwakilan.

"Sebenarnya, ini adalah ideku... Aku ingin membentuk kelompok denganmu untuk
ujian khusus berikutnya!"
Sebelumnya aku sudah menduganya, ternyata memang tentang ujian khusus.

"Membentuk kelompok denganku... Apa alasannya? Jelaskan lebih detail."

"Detail apanya lagi.., yang kukatakan itu sudah semuanya."

"Tidak, itu belum semuanya. Aku bahkan tidak tahu dengan siapa aku akan
berkelompok."

Di tempat ini hanya ada 4 orang. Satu orang akan ditinggalkan. Atau lebih tepatnya,
Hiyori yang merupakan seorang gadis, tidak akan dapat bergabung. Kemungkinan
besar yang akan membentuk kelompok adalah aku, Ishizaki dan Albert, tapi masih
ada yang tidak kumengerti karena mereka belum memberi penjelasan lebih lanjut.

"Tidak masalah dengan siapapun, kan? Baik itu denganku, Albert, ataupun Shiina.
Kau dapat bekerja sama dengan siswa Kelas B."

Itu adalah jawaban yang jujur dan berani. Dalam arti tertentu, bisa dibilang ide ini
hanya dapat diusulkan oleh orang seperti Ishizaki.

"Dengan kata lain, aku akan bekerja sama dengan Kelas B?"

"Ya. Begitu ujian dimulai, kita akan bergabung dengan 3 siswa Kelas B lainnya untuk
membentuk kelompok besar 6 orang, itu akan menjadi tembok yang sempurna
untuk menghalangi Kanzaki. Dengan 5 siswa Kelas B.. ditambah Ayanokouji, kita
berenam akan mengincar peringkat pertama."

Aku sedikit kewalahan dengan saran yang mengagumkan ini, tapi aku harus tetap
mempertahankan ketenanganku.

"Hiyori... Apa kau sudah menjelaskan aturan ujian khusus ini dengan baik pada
Ishizaki?"

"Belum."

Aku menerima jawaban yang tidak kuharapkan.

"Ketika Ishizaki-kun mengutarakan idenya ini, aku merasa bahwa aku harus
mengoreksinya dalam 5 detik. Tapi kupikir... akan menyenangkan jika
membiarkannya saja."

Ini bukan untuk bersenang-senang.

Aku memang tidak mengerti bagian 5 detik itu, tapi...

"Banyak yang ingin kutanyakan, tapi untuk saat ini.. aku akan fokus untuk dua hal
saja... tidak, tiga. Pertama, tidak ada jaminan kau bisa dengan mudah membentuk
kelompok besar begitu ujian khusus dimulai. Apa kau sudah tahu itu?"
Itu adalah kebenaran, wali kelas sendiri yang mengatakan bahwa itu bukan hal
mudah.

Jika kami dapat melakukannya hanya dengan berkata.. [Ayo berkumpul] & [Ayo
lakukan].. tidak ada gunanya kami membentuk kelompok kecil beranggotakan 3
orang pada tahap ini. Malahan, itu hanya akan merugikan.

Karena sulit membentuk kelompok besar ketika ujian berlangsung, kami bebas
menentukan pilihan sekarang ini.

"Apa itu benar?"

Ishizaki yang tidak mengetahuinya, memiringkan kepalanya sedikit dan meminta


konfirmasi pada Hiyori.

"Jika memilah penjelasannya, itu memang benar. Apa kamu merasa idemu itu sudah
cukup untuk bekerja sama dengan kelompok lain yang bahkan tidak kepikiran akan
hal itu?"

"Kenapa? Aku tidak mengerti sama sekali."

"Selama ujian khusus berlangsung, ada beberapa syarat untuk membentuk


kelompok besar."

"Apa itu?"

Jika mengetahuinya, kami tidak perlu khawatir sekarang.

"Detailnya belum diketahui. Tapi setelah mendengar penjelasan dari sekolah,


menurutku itu tidaklah mudah."

"Tapi... meski ada syarat tertentu, kita boleh bekerja sama dengan siapapun, kan?"

"Yah, apa yang kau katakan itu juga tidak salah."

"Kalau begitu tidak ada masalah, kan? Kita akan menghadapi ujian khusus dengan
menjalankan ide yang kusarankan tadi."

Sejauh ini, hanya bagian sederhana itu yang bisa dimengerti olehnya.

Sepertinya Hiyori benar, ide Ishizaki cukup menarik.

"Kita tidak perlu khawatir meski kita tidak memahaminya dengan baik."

Apa ini juga bisa disebut sebagai kelebihan Ishizaki?

"Yah, benar juga... Kalau begitu, aku akan lanjut ke yang kedua."

Kurasa sulit baginya untuk memahami hal ini sekarang, jadi aku melanjutkannya.
"Selain aku, siapa yang saja akan kau undang? Lebih tepatnya, siapa yang ingin kau
undang?"

"Aku tidak akan mengundang orang lain, aku juga tidak berniat untuk mengundang
orang lain."

Keduanya mengangguk setuju dengan Ishizaki.

"Itu berarti hanya aku saja? Apa alasannya?"

"Karena itu adalah keputuskanku. Kau orang yang luar biasa seperti Ryuuen-san ...
Tidak, kurasa kau lebih baik daripada Ryuuen-san. Kau sangat kuat dalam bertarung,
dan kecepatanmu terbukti dalam lomba estafet, kau juga bisa memikirkan rencana
yang hebat. Selain itu, kau mendapatkan nilai sempurna dalam bidang matematika
pada ujian sebelumnya. Bersama Ayanokouji, kami pasti bisa memenangkan ujian
khusus ini. Itu alasan kami mengundangmu."

"Kamu sangat dipuji ya, Ayanokouji-Kun. Tapi aku juga berpendapat sama."

Tanpa ragu, Albert juga mengangguk.

Meskipun aku mengatakan hanya tiga hal, tapi aku juga ingin menanyakan hal yang
keempat, aku ingin bertanya seberapa jauh Albert mengerti bahasa Jepang. Aku
belum pernah melihatnya ketika di kelas, tapi aku yakin dia mempelajari bahasa
Jepang...

Aku tidak bermaksud untuk menyangkal undangan mereka...

"Kalau begitu kita lanjut ke yang ketiga... Apa keuntungan yang akan kudapatkan?
Dengan berasumsi bahwa kalian Kelas B meraih peringkat teratas. "

Bahkan jika poin kelas sama, ada kesenjangan besar antara poin pribadi yang
didapatkan.

"Oh, aku lupa mengatakannya. Ketika kami naik ke kelas A, kami akan memberimu
20 juta poin dan menyambutmu ke kelas kami. Bagaimana, Ayanokouji?"

Ishizaki memberi jawaban itu dengan percaya diri, kemudian dia melanjutkan.

"Dengan kata lain, kau bisa menjadi siswa Kelas A dengan masuk ke kelas kami. Kau
memiliki peluang 50% untuk berhasil lulus sebagai siswa kelas A."

Ishizaki menyarankan hal itu dengan tersenyum lebar.

Memang benar, keempat kelas memiliki kemungkinan untuk menjadi Kelas A,


probabilitasnya adalah 2/4 atau 50%, tapi bukan itu masalahnya. Ada perbedaan
kekuatan dalam masing-masing kelas, sehingga sulit untuk menghitungnya dengan
akurat.

Tentu saja, tidak ada keraguan bahwa meningkatkan jumlah kelas yang dapat
dipindahkan akan menguntungkan.

"Apakah Hiyori dan Albert juga berpendapat sama?"

"Ya. Kami akan menyambutmu."

"YES."

Keduanya menjawabku dalam waktu singkat, tampaknya mereka menyetujui ide


Ishizaki dengan senang hati.

Untuk saat ini, aku tidak dapat menerima ide ini begitu saja, karena aku tidak bisa
tenang jika tidak menyentuh bagian-bagian yang penting.

Aku akan lanjut ke yang keempat.

"Apakah Ryuuen yang memutuskan untuk mengundangku? Atau ini adalah


keinginanmu sendiri?"

Ishizaki, yang sebelumnya merespons dengan cepat, untuk pertama kalinya


menunjukkan wajah kaku.

"Ini adalah keputusanku. Ryuuen-san tidak tahu apa-apa mengenai hal ini."

Sepertinya Ishizaki yang memikirkan ide ini dan memutuskannya sendiri.

Itulah yang kupikirkan, tapi aku telah melakukan sesuatu yang bodoh dengan
bertanya.

Seandainya dia bersama Ibuki, aku bisa menebak rencana dan tindakannya.

Tapi orang yang bersamanya saat ini adalah Albert dan Hiyori.

"Apa kau sudah memikirkan apa yang akan terjadi jika ini diketahui oleh Ryuuen?"

"Aku tidak memikirkannya! Malahan aku tidak perlu memikirkannya... karena aku
sudah bertekad."

Meskipun nada bicaranya agak tinggi, Ishizaki berusaha untuk bersikap tenang.

"Menurut aturan, tidak masalah untuk bekerja sama dengan siswa dari kelas lain.
Bukan hal yang aneh bagiku untuk mengundangmu, karena aku membutuhkan
Ayanokouji."
Benar, tidak aneh jika dia mengundangku. Kecuali ada kebijakan bahwa kami hanya
dapat membentuk kelompok dengan teman sekelas, sejak awal Ryuuen tidak berhak
untuk mengeluh pada Ishizaki.

"Hal terpenting dalam ujian khusus ini adalah mencegah angkatan lain mengambil
poin kelas yang dimiliki oleh siswa kelas dua. Tentu saja, untuk melakukan hal itu kita
harus menempati peringkat teratas. Demi mencapainya, partisipasi Ayanokouji-kun
sangatlah dibutuhkan."

"Begitulah."

"Untuk saat ini, masih ada beberapa hal yang harus dipikirkan... Aku mengerti apa
yang kalian maksud."

"Kalau begitu, bisakah kita bekerja sama?"

"Terima kasih sudah mengundangku, tapi aku tidak bisa mengatakan yes untuk
sekarang."

"Ke-Kenapa?"

"Ayanokouji-kun juga memiliki keadaannya sendiri dengan kelasnya, kan?"

Hiyori memang mendukung rencana Ishizaki, tapi dia dapat memahami dengan baik
situasiku tanpa menanyakan alasanku menolak.

"Selain itu, aku juga berpikir bahwa kondisi yang ditawarkan untuk Ayanokouji-kun
masih lemah."

"Lemah... Bukankah 20 juta poin sudah cukup?"

"Bukan itu masalahnya. Kalau mengenai jumlahnya, poin itu memang sudah cukup.
Tapi pada dasarnya, kamu hanya memberi Ayanokouji-kun hak untuk pindah ke kelas
kita saja, kan?"

"O-Oh, tidak mungkin aku memberinya 20 juta poin untuk pindah ke kelas
Sakayanagi."

Seandainya aku bersedia menerima uang yang diberikan oleh Ishizaki, tentu saja aku
akan berakhir di kelas A tertentu. Ishizaki dan yang lainnya tidak dapat memperkuat
tawaran mereka dengan menyambutku di sepanjang jalan.

"Selain itu, Ishizaki-kun juga mengatakan bahwa Ayanokouji-kun dapat bekerja sama
dengan siapa pun dari Kelas B, tapi nyatanya tidak semudah itu. Bertahan hidup di
pulau tak berpenghuni bukanlah ujian individu. Jika kamu benar-benar mengincar
peringkat teratas, kamu harus memilih anggota yang tepat untuk meningkatkan
persentase kemenangan."
Hiyori yang sebelumnya hanya mendengarkan saja, kini mulai menyebutkan satu
persatu bagian yang penting dalam ujian ini. Setelah mendengarnya, Ishizaki mulai
panik dan berkeringat.

"Ka-Kalau begitu, siapa saja yang akan kau pilih?"

"Jika aku harus memilih anggota kelompok... Ryuuen-kun, Kaneda-kun, dan


Ayanokouji-kun, aku akan memilih ketiga orang ini. Kaneda-kun tidak masalah jika
diganti dengan Yamada-kun, tapi keberadaan Ryuuen-kun masih tetap diperlukan.”

Bahkan di tahun ajaran kami, Ryuuen termasuk salah satu pemimpin teratas, dia
orang yang berani menjalankan rencana ekstrim meski akan melanggar aturan. Saat
ujian khusus di pulau tak berpenghuni tahun lalu, Ryuuen tetap berada di pulau, dia
memiliki tekad dan mental untuk terus bersembunyi tanpa diketahui siapapun, hal
itu jelas tidak bisa diabaikan. Sedangkan Kaneda, dia adalah yang terbaik di kelasnya
dalam bidang akademik, lalu Albert, dia memiliki kekuatan fisik yang tinggi.

Jika kau ingin meningkatkan persentase kemenangan, tentu saja kau harus memilih
dua dari tiga orang tersebut.

"Jangan mengada-ngada! Apa kau pikir Ryuuen-san akan setuju dengan strategiku? "

"Aku tidak berpikir mereka berdua akan setuju."

"Tuh, kan!"

"Bukan hanya Ryuuen-kun saja, Kaneda-kun juga akan mengabaikannya, mereka


tidak akan berpartisipasi dalam strategi yang ceroboh."

"Kalau begitu, apa sebaiknya yang harus kulakukan?"

"Kamu tidak bisa melakukan apapun, setidaknya untuk saat ini."

"Ugh ... itu membuatku frustrasi..."

Ishizaki berusaha untuk memikirkan strategi yang bijaksana, tapi tidak ada ide yang
muncul di kepalanya.

"Untuk sekarang ini, harusnya kita sudah puas karena Ishizaki-kun telah
menyampaikan pemikiran kita."

Sepertinya, tujuan Hiyori datang ke tempat ini sudah tercapai.

Aku memutuskan bahwa penting bagiku menunjukkan niat membentuk kelompok,


karena dari awal aku tahu bahwa aku tidak dapat membentuk kelompok dengan
mudah.
Mungkin Albert tahu bahwa strategi ini mustahil, dia meletakkan tangannya di
pundak Ishizaki.

"... Aku mengerti kok. Untuk sekarang, itu tidak bisa dihindari."

Meski enggan, Ishizaki mau menerima hal itu, setelah mendengarkan saran dari
kedua temannya.

"Aku tidak tahu apakah aku bisa memenuhi harapanmu, tapi aku akan
mempertimbangkannya."

Pada tahap ini, lebih baik aku memberi jawaban seperti itu.

Tetapi saat ini, aku tidak memiliki niat untuk membentuk kelompok dengan siapa
pun.

Itu disebabkan karena Tsukishiro dan siswa White Room yang kemungkinan
bersembunyi di kelas satu.

Semester pertama sudah hampir berakhir.

Oleh karena itu, sudah tidak mungkin bagiku untuk melanjutkan kehidupan sekolah
dengan damai.

Mungkin ujian khusus berikutnya akan menjadi pertempuran terakhir antara aku dan
Tsukishiro.

Dengan kata lain, ada kemungkinan dia akan melancarkan serangan dengan cara
apapun.

Jika aku membentuk kelompok, anggota kelompokku beresiko terlibat dengan hal itu.

Misalkan aku dalam keadaan darurat, bisa dikatakan itu adalah standar minimum
untuk membuatku keluar dari sekolah.

Aku menegaskan kembali hal itu pada diriku sendiri.

Pagi hari selanjutnya.

Setelah aku menyelesaikan persiapanku untuk pergi ke sekolah, aku menyalakan


ponselku.
Aku menerima pemberitahuan dari sekolah melalui email.

Di situ tertulis bahwa aku telah di beri [Kartu Trial].

"Tak kusangka aku akan mendapatkan kartu spesial..."

Tepat ketika rumor tentang nilai matematika ku yang sempurna berakhir, aku malah
mendapatkan kartu spesial. Meski begitu, kartu ini bisa dikatakan sebagai pedang
bermata dua, ada kemungkinan aku akan menarik perhatian lagi karena efek kartu
Trial cukup kuat. Aku bisa saja menjualnya kepada siswa yang membutuhkan, tapi
karena efek kartu ini, aku tidak bisa sembarangan menukarkannya dengan orang lain.
Seandainya kelompok siswa yang memegang kartuku menempati peringkat pertama,
itu akan jadi tanggung jawabku.

Ada kemungkinan Tsukishiro memberiku kartu ini untuk meningkatkan peluang


mengeluarkanku dari sekolah, tapi mengingat bahwa kartu ujian bisa ditransfer,
rencana ini terlalu lemah untuk menekanku. Lebih masuk akal untuk menafsirkannya
sebagai kebetulan. Tampaknya dua kartu spesial yang tersisa [More People] dan
[Nullifily], masing-masing diterima oleh Asakura Mako dari Kelas C dan Koharu Yano
dari Kelas A. Mungkin ini adalah keberuntungan karena pembagiannya terpisah
seperti ini, setidaknya sampai batas tertentu.

Aku meninggalkan asrama sedikit lebih awal dari biasanya, sambil memikirkan apa
yang harus kulakukan selanjutnya.

Lalu, aku bertemu Shinohara di dalam lift.

"Selamat pagi."

"Pagi."

Dia adalah teman sekelasku, tapi aku tidak begitu dekat dengannya, jadi tidak ada
lagi percakapan lebih lanjut. Kami hanya bertukar salam sederhana. Tidak butuh
waktu lama sampai lift tiba di lantai pertama, aku menekan tombol pintu lift dan
membiarkan Shinohara keluar lebih dulu.

Ike yang biasanya datang terlambat ke sekolah, terlihat sedang menunggu seseorang
di lobi. Dia menjadi gelisah ketika melihat Shinohara keluar dari lift.

Kupikir dia sedang menunggu Sudou, tapi sepertinya tidak begitu.

Ike menyapa Shinohara dan melihatnya pergi meninggalkan gedung asrama, tapi
beberapa saat kemudian, dia segera mengikutinya.

Aku memutuskan untuk memperlambat jalanku, dan menjaga jarak yang cukup agar
tidak mengganggu mereka.
"Hei, Shinohara."

"Apa?"

Ketika aku tiba di luar, aku bisa mendengar percakapan mereka dari belakang,
meskipun samar-samar.

"Umm, tentang hal itu. Kelompok untuk ujian khusus di pulau tak berpenghuni... apa
kau sudah memdiskusikannya dengan seseorang?"

"Belum sama sekali ... memangnya kenapa?"

"Tidak ada. Aku hanya bertanya saja."

"Oh begitu... Kamu sendiri bagaimana? Yah, palingan kamu akan bersama Sudou-kun
dan Hondou-kun, benar kan?"

"Apa salahnya? Kupikir akan menyenangkan jika bersama kedua orang itu."

"Begitulah~"

Shinohara tertawa seolah-olah mengejeknya, tapi Ike sepertinya tidak peduli dengan
itu.

Tampaknya ada sesuatu yang ingin Ike katakan, dia berusaha mengungkapkannya.

"Meski begitu, mereka berdua bisa bertahan sendiri... apalagi Ken, dia sangat kuat,
dia akan sangat membantu dalam kelompok."

"Mungkin begitu."

Meskipun Shinohara menunjukkan reaksi yang cuek, dia sepertinya tidak benci
berbicara dengan Ike.

"Bagaimana aku mengatakannya, ya. Kurasa aku bisa membantumu kalau memang
dibutuhkan... jadi kalau kau dalam kesulitan, aku... itu, aku bersedia membentuk
kelompok denganmu."

"Apa-apaan itu? Kenapa kamu malah jadi sombong?"

"Kau melihatnya tahun lalu, kan? Aku sudah terbiasa berkemah, jadi kupikir aku bisa
diandalkan dalam ujian seperti ini."

Ike berusaha membujuk Shinohara dengan keterampilannya bertahan hidup di pulau


tak berpenghuni.

Intinya, dia menggunakan itu untuk membentuk kelompok dengan Shinohara.


"Yah, aku akan mempertimbangkannya... apa kamu yakin ingin berada dalam
kelompok yang sama denganku?"

"Eh, ah, jangan salah paham. Kau salah satu siswa yang beresiko putus sekolah, kan?
Karena itulah aku yang baik hati ini akan berkorban untuk melindungimu."

Ike tidak mengatakan yang sejujurnya, dia mengucapkan kata-kata yang akan
membuatnya dibenci.

"Hah!? Pengorbanan apanya? Aku bahkan tidak meminta bantuanmu!"

Setelah mendengar kata-kata Ike, tidak mungkin Shinohara mau membentuk


kelompok dengannya.

Suasana di antara mereka berdua mulai berubah.

"Ah, selamat pagi, Ike-kun. Apa kamu punya waktu luang sekarang? Ada yang ingin
kubicarakan denganmu."

Tepat ketika suasana menjadi berat, Kushida muncul dari belakang dan memanggil
Ike.

Pada saat itu juga, Ike memalingkan wajahnya dari Shinohara, dan melambaikan
tangan pada Kushida dengan penuh semangat.

"Apa itu? Aku punya waktu luang sekarang."

Dengan berkata begitu, Ike meninggalkan Shinohara dan berlari ke arah Kushida.

Shinohara melihatnya dengan tatapan dingin.

"Sebenarnya, Kobashi-san dari Kelas C ingin mengundangmu ke dalam kelompoknya.


Dia sepertinya sudah tiba di sekolah. Maukah kamu menemuinya nanti?"

"Benarkah!? Aku akan menemuinya sekarang juga!"

Setelah mengetahui seorang gadis mengundangnya, Ike menjadi sangat


bersemangat.

"Ah, tapi sepertinya kamu sedang berbicara dengan Shinohara-san... apakah tidak
apa-apa?"

Kushida melihat Shinohara untuk memastikannya.

"Tidak apa-apa. Malahan aku merasa terganggu karena keberadaannya. Bawa saja
dia pergi."

"Akulah yang merasa terganggu!"


Mereka saling memaki satu sama lain. Ike yang jelas-jelas bersalah di sini, pergi
bersama Kushida.

Shinohara berhenti berjalan, dia terlihat sedih ketika melihat kedua orang itu pergi.

Tidak lama kemudain, aku menyusul Shinohara dan melewatinya.

Bagaimanapun, Ike adalah tipe orang yang mudah terbawa suasana.

Dia sangat bersemangat menerima undangan dari seorang gadis.., sehingga


melupakan sesuatu yang penting.

"Satsuki."

Tiba-tiba, suara orang yang memanggil nama Shinohara terdengar dari arah
belakang. Aku reflek melihat ke belakang.

"Ah, Komiya-kun... selamat pagi."

Kukira siapa, ternyata orang itu adalah Komiya Kyougo, siswa Kelas 2-B.

"Ada apa? Apa kau siap nangis?"

"Eh? Ke-Kenapa kamu bertanya begitu?"

"Yah, karena matamu terlihat merah."

"Ah, begitu ya? Barusan ada debu yang masuk ke mataku... aduh-duh."

Itu adalah akting, Shinohara ingin menyembunyikan perasaannya yang


sesungguhnya.

"Ngomong-ngomong, aku dengar dari Sudou-kun kalau kamu akan menjadi pemain
inti di tim basket?"

"Benar. Akhirnya tiba juga waktunya."

"Kamu selalu berlatih sampai larut malam. Bohong jika aku bilang kamu tidak pantas
mendapatkannya."

Jarak antara aku dan Shinohara, yang berhenti berjalan dan berbicara dengan
Komiya, perlahan-lahan semakin jauh, hingga akhirnya aku tidak bisa lagi mendengar
percakapan mereka.

7
"Nasibmu tidak begitu baik ya. Setelah kejadian sebelumnya, kamu malah
mendapatkan kartu spesial. Aku yakin kamu akan menarik perhatian lagi."

Horikita yang baru saja memasuki kelas, mendekatiku dan berkata seperti itu padaku.

"Aku juga berpikir begitu tadi pagi."

"Andaikan saja kita bebas menukarkan kartu dengan teman sekelas, pasti akan
menyenangkan. Siswa yang tidak percaya diri untuk memenangkan ujian tidak akan
menginginkannya, tapi kita juga tidak bisa memberikannya begitu saja pada siswa
yang percaya diri untuk menang."

Kartu yang diterima Horikita adalah [Half Off]. Kartu itu akan berguna ketika
menerima hukuman, tapi kartu itu tidak berguna bagi siswa yang mengincar
peringkat teratas.

"Kamu tidak punya pilihan selain berusaha mendapatkan peringkat 30% teratas, atau
meraih peringkat pertama."

"Kau berkata begitu seolah-olah ini tidak ada hubungannya denganmu. Sebagai
teman sekelas, bisakah kau sedikit mengkhawatirkanku?"

"Jika kamu benar-benar ingin bergantung padaku, aku pasti akan membantumu."

Lama kelamaan sikap Horikita semakin berani, atau lebih tepatnya dia semakin sulit
untuk ditangani.

(Apa yang kamu inginkan?) tatapan matanya yang seolah berkata begitu membuatku
tidak ingin bergantung padanya.

"Maaf, jika aku menemukan orang yang ingin membeli kartuku, mungkin aku akan
langsung menyerahkan kartuku padanya."

"Terserah apa yang ingin kamu lakukan, itu adalah hakmu. Mudah-mudahan kamu
dapat menemukan pembelinya. Namun, kartu Trial yang kamu miliki itu tidak hanya
mempengaruhi pemiliknya, tapi juga seluruh anggota kelompok. Tindakanmu bisa
saja menimbulkan bahaya."

Dia menjelaskan hal itu dengan sopan, tapi aku merasakan ada ketidakpuasan dalam
kata-katanya.

"Perlu kamu ingat, aku sedang menyindirmu."

"Begitulah."

"Ini adalah balasan atas kejahilanmu padaku selama ini."

"Aku tidak ingat aku pernah menjahilimu..."


Kartu Trial ini sungguh merepotkan, tapi bisa saja itu akan berfungsi sebagai jimat
pelindung. Aku berpikir kebanyakan siswa tidak akan mau membentuk kelompok
denganku. Kemungkinan terburuknya, aku harus melaksanakan ujian ini solo dengan
kartu Trial.

"Kalau itu kamu, bisakah aku berasumsi bahwa kamu dapat mengatasinya sendiri?"

Aku bisa saja mengandalkan Horikita, tapi dia adalah pemimpin kelas, pasti banyak
siswa lain yang membutuhkan bantuannya. Lebih baik aku meringankan sedikit
bebannya.

"Yah, aku akan berusaha."

Setelah aku berkata demikian, aku kembali duduk di kursiku. Kemudian, ketika aku
sedang memeriksa kartu apa saja yang diterima oleh siswa, aku mendengar teriakan
Ike yang terlambat datang ke kelas.

"Hah? Kau... akan membentuk kelompok dengan seseorang!?"

"Begitulah. Apa ada yang salah?"

Sepertinya Shinohara sudah memutuskan untuk membentuk kelompok saat


ditinggalkan Ike tadi.

Anggota kelompoknya mungkin―

"Beberapa saat yang lalu aku baru saja mengundangmu, kan! Selain itu, dilarang
membentuk kelompok tanpa izin Horikita!"

"Aku tidak melanggar kesepakatan itu karena aku belum mengkonfirmasinya secara
resmi. Tapi, yah, aku bermaksud untuk mengkonfirmasinya hari ini."

"Apa..."

"Dan apa maksudmu mengatakan bahwa kamu telah mengundangku. Apa kamu
tidak ingat, siapa yang menjadi bersemangat setelah menerima undangan dari
seorang gadis dan meninggalkanku sendiri?"

"Ah, itu tidak benar! Kau tahu, aku bahkan menolak undangannya demi dirimu!"

"Kamu menolaknya? Ah, kamu membuatku kesal. Kamu benar-benar yang terburuk."

"Dengan siapa... kau membentuk kelompok?"

"Itu tidak ada hubungannya denganmu, kan?"

"Memang, aku hanya ingin tahu."


"Komiya-kun dari Kelas 2-B. Dia sudah mengundangku kemarin tepat setelah ujian
khusus diumumkan."

Ternyata memang Komiya. Mungkin salah satu dari mereka memutuskan untuk
membentuk kelompok ketika mereka berangkat ke sekolah bersama pagi ini.

"Ah? Komiya? Orang aneh yang masuk tim basket, ya? Baguslah untukmu!"

Jauh di dalam hatinya, Ike berharap bisa membentuk kelompok dengan Shinohara.

"Dia bukan orang aneh. Dan kami juga sudah janjian untuk bertemu di kafe sepulang
sekolah nanti."

Setelah mengatakan itu, Shinohara berbalik dan menjauh dari Ike. Bagi siswa di kelas
yang mendengarkan pembicaraan kedua orang itu, mereka akan beranggapan
bahwa itu tidak lebih dari pertengkaran seperti biasa.

Kemudian ...

Sepulang sekolah, Shinohara meninggalkan kelas lebih awal seperti yang dia katakan
sebelumnya.

Ike hanya diam melihat Shinohara pergi, tapi beberapa saat kemudian.. dia segera
meninggalkan kelas dengan mata yang penuh tekad, seolah-olah telah memutuskan
sesuatu.

"Apa aku bisa bicara denganmu sebentar?"

Yousuke yang telah menyaksikan situasi sebelumnya, mendekatiku setelah Ike pergi.

Yousuke mengajakku bicara di koridor agar tidak terdengar oleh siswa lain, dan aku
menuruti keinginannya.

"Ini mengenai Ike-kun, kurasa tidak baik meninggalkannnya sendirian saat ini."

"Ya. Meskipun Ike sedikit sombong, tapi pengetahuan dan pengalamannya sangat
berguna dalam ujian khusus di pulau tak berpenghuni. Ada kemungkinan masalah
dengan Shinohara akan membuat Ike tidak bisa menunjukkan potensi penuhnya."

"Kau benar. Melihat kejadian tadi pagi, aku khawatir apa yang akan terjadi jika dia
melihat Shinohara-san bertemu dengan Komiya-kun."

Aku bisa mengerti kekhawatiran Yousuke.

Saat ini bukan ide yang bagus untuk berselisih dengan Kelas B.

"Aku ingin melihat keadaannya. Kalau kau tidak keberatan, maukah kau
menemaniku? Kupikir Ike-kun tidak begitu menyukaiku."
Kalau bicara tentang hal itu, Ike juga tidak begitu menyukaiku.

Namun, tak heran jika Yousuke merasa khawatir.

"Shinohara-san mengatakan kalau dia akan bertemu dengan Komiya-kun di kafe,


kan?"

"Ya. Untuk berjaga-jaga, bagaimana kalau kita pergi melihatnya?"

"Tentu."

Aku memutuskan pergi menuju kafe Keyaki Mal bersama Yousuke.

Dalam perjalanan, kami juga bicara sedikit tentang pembentukan kelompok kecil
pada tahap ini

"Aku ingin menyarankan sebuah rencana dimana kelas dua bekerja sama untuk
menghadapi kelas satu dan kelas tiga, tapi kelas lain tidak menunjukkan niat untuk
menyatukan kekuatan. Masing-masing kelas hanya berusaha membentuk kelompok
yang ideal. Bukan hal yang mustahil bagi kita untuk bersatu agar tidak ada satupun
siswa kelas dua dikeluarkan dari sekolah, tapi sepertinya itu tidak akan mudah."

Kemarin aku juga membahas tentang ini dengan Horikita, dia berencana
menggunakan strategi mundur dari awal untuk mencegah teman sekelas yang lain
dikeluarkan dari sekolah. Tapi strategi itu menimbulkan kerugian yang besar. Jujur
saja, mustahil untuk mengharapkan kelas lain bersedia menanggung beban yang
sama.

Itulah sebabnya, bahkan setelah satu hari berlalu, tidak ada satupun kelas yang
mengajukan 'saran tersebut'.

(Tl note : ' saran ideal seperti yang disebutkan Hirata tadi)

"Sepertinya kita tidak punya pilihan selain membentuk kelompok tanpa


meninggalkan penyesalan."

"Kau benar..."

"Yousuke, kau pasti sudah di undang oleh beberapa orang kan?"

Rasanya tidak mungkin Yousuke yang sangat populer dan berbakat dalam beberapa
hal, belum menerima undang dari siapapun.

"Aku hanya ingin membentuk kelompok dengan siswa Kelas 2-D. Daripada
mengincar peringkat teratas, aku lebih memilih berusaha mencegah teman sekelas
kita dikeluarkan dari sekolah."
Dia ingin melindungi teman sekelas, bukan siswa dari kelas lain. Pemikirannya itu
cukup masuk akal. Bagi siswa yang berbakat dan populer, mereka tidak akan
kesulitan membentuk kelompok, tapi bagi siswa yang kemampuannya di bawah
standar, mereka akan kesulitan mendapatkan kerja sama dari siswa lain.

"Apakah Sakura-san baik-baik saja?"

Yousuke mengkhawatirkan Airi, teman grupku sekaligus siswa yang berkemampuan


rendah.

"Sekarang ini, dia sedang dalam proses membentuk kelompok dengan Akito dan
Haruka."

"Kurasa itu adalah kelompok yang seimbang, Miyake-kun memiliki keterampilan


motorik yang baik."

Keisei memang tidak ikut serta, tapi berkat kemampuan akademiknya yang tinggi,
beberapa siswa dari kelas lain datang merekrutnya. Kelompoknya akan menjadi
tangguh jika dia bisa memilih anggota yang bisa menutupi kekurangannya dalam
kemampuan fisik.

Namun, saat kami mengikuti Ike, masalah baru muncul.

Yaitu keberadaan orang yang mengikuti kami. Orang itu telah berusaha sebaik
mungkin untuk menghapus keberadaannya, tapi sekarang dia sepertinya sudah siap
untuk ditemui.

Ike langsung berjalan menuju Keyaki Mal. Kemudian aku dan Yousuke mengikutinya,
begitu juga dengan orang yang mengikuti kami. Situasi menguntit ganda ini terus
berlanjut. Aku bisa saja mengabaikan orang itu, tapi kalau ini terus dibiarkan, akan
merepotkan nantinya.

Saat kami hampir tiba di Keyaki Mal, aku berhenti berjalan.

"Maaf, Yousuke. Bisakah kau pergi duluan?"

"Ada apa?"

"Aku baru ingat ada sesuatu yang harus kulakukan. Aku akan menyusulmu sekitar 10
menit lagi."

"Baiklah. Aku akan menghubungimu jika terjadi sesuatu."

Tanpa menanyakan detailnya, Yousuke masuk ke dalam Keyaki Mal.

Beberapa saat kemudian, orang yang mengikuti kami berjalan mendekatiku.

Dia adalah teman sekelasku, Matsushita Chiaki.


"Kamu sepertinya tidak terkejut melihatku. Apa kamu sudah menyadarinya dari
awal?"

"Aku hanya tidak menunjukkan wajahku yang terkejut."

Apakah ini pertama kalinya aku bicara berdua dengan Matsushita semenjak liburan
musim semi lalu?

Tidak, bahkan jika tidak berduaan, ini adalah pertama kalinya kami melakukan
kontak sejak saat itu.

"Apa yang kamu bicarakan dengan Hirata-kun? Tentang Ike-kun? Atau mengenai
ujian khusus di pulau yang akan datang?"

Matsushita yang berdiri di sebelahku, mengangkat wajahnya sambil menganalisis


situasi.

"Apakah itu ada hubungannya dengan Matsushita?"

"Daripada berhubungan denganku, lebih tepatnya berhubungan dengan kelas kita.


Ayanokouji-kun adalah keberadaan yang penting untuk naik ke Kelas A."

Dia sepertinya menilai diriku terlalu tinggi, sebenarnya apa tujuannya?


Bagi siswa pintar seperti Matsushita, harusnya dia sudah tahu, kata-kata seperti itu
tidak akan berpengaruh padaku.

Tapi aku rasa mustahil dia mendekatiku tanpa alasan.

"Tidak perlu waspada. Aku mendekatimu karena ada sesuatu yang ingin kukatakan
padamu."

"Sesuatu yang ingin kau katakan padaku?"

"Kartu Trial sangat berpengaruh dalam ujian. Tapi sulit untuk menggunakannya.
Seandainya kamu memiliki masalah dengan itu, aku akan membantumu Ayanokouji-
kun. Bagaimana?"

Terlepas dari apa yang kupikirkan, Matsushita menyatakan bahwa dia bersedia
membantuku dan menjadi sekutu.

Di saat aku tidak memberi jawaban apapun, dia jadi sedikit malu.

"Apa kamu tidak akan menjawab kecuali aku menanyakannya secara langsung?"

Bukan berarti aku mencoba bersikap kejam padanya, tapi aku tidak ingin
membicarakan hal itu di depan keramaian. Sekarang masih waktunya siswa pulang
sekolah, banyak yang berkeliaran di sekitar kami. Matsushita seharusnya juga
menyadari itu.

Dia mulai bicara tanpa menunggu jawabanku,.

"Untuk masuk ke peringkat teratas dan menghindari hukuman, kamu pasti kesulitan
menemukan siswa yang mau membentuk kelompok denganmu, kan? Jadi, aku ingin
kamu mengandalkanku ketika kamu dalam kesulitan."

Setelah mengatakan itu, seolah-olah lupa memberitahuku sesuatu yang penting,


Matsushita menambahkan...

"Tentu saja selama ujiian berlangsung, aku akan menuruti semua instruksi
Ayanokouji-kun."

Tampaknya itulah yang ingin dia katakan padaku setelah mengikutiku sejauh ini.

"Sejujurnya, aku senang mengetahui kau mau membantuku, tapi jika kita tidak bisa
meraih peringkat 30% teratas, kita akan menerima hukuman. Kau mengerti
maksudku kan, Matsushita?"

"Aku mengerti kok. Karena itulah aku ingin membantu dan bekerja sama denganmu,
Ayanokouji-kun."
Aku tidak berpikir kalau Matsushita memiliki niat buruk terhadapku. Tapi tersirat
maksud lain dalam kata-katanya itu.

Sambil menekan keinginanku untuk segera menyusul Yousuke, aku melirik


Matsushita yang berjalan di sampingku.

"Apa kau berpikir kalau membentuk kelompok denganku akan meningkatkan


peluangmu untuk bertahan dalam ujian ini?"

Normalnya, kelompok yang memiliki kartu Trial beresiko lebih tinggi dikeluarkan dari
sekolah. Meski begitu, Matsushita tetap menawarkan diri untuk bekerja sama
denganku tanpa mempedulikan resiko tersebut. Itu tidak bisa di artikan sebagai niat
baik.

"... Ketahuan ya?"

Matsushita menyipitkan matanya dan tertawa, dia langsung mengibarkan bendera


putih (menyerah).

"Jika membentuk kelompok dengan Ayanokouji-kun, kupikir tidak sulit untuk masuk
ke peringkat teratas. Bahkan jika kita tidak bisa meraih tiga peringkat teratas,
setidaknya kita bisa menempati 30% teratas. Akan lebih berbahaya jika aku
mengutamakan teman-teman dan masuk ke dalam kelompok setengah jadi."

Inilah tujuan Matsushita yang sebenarnya. Setelah memikirkan pilihan antara aku
dan siswa lain, dia memutuskan untuk berkelompok denganku.

"Aku merasa kamu bisa menemukan anggota kelompok dengan mudah, Ayanokouji-
kun."

Jadi karena itu dia mendekatiku secepat mungkin. Tapi berkat itu aku jadi lebih
mudah menebak niatnya.

Meskipun ini adalah sesuatu yang patut di syukuri, sejak awal aku tidak berniat
mencapai kesimpulan di sini.

Bukan berarti aku tidak mau bekerja sama dengan Matsushita, tapi siapapun
rekanku, hasilnya akan tetap sama.

"Setidaknya untuk saat ini, aku tidak berniat membentuk kelompok dengan
siapapun."

"Jadi kamu hanya akan duduk manis dan memperhatikan situasinya begitu saja?"

"Aku ingin melihat bagaimana kelas-kelas lain akan bertindak."

Aku memberitahunya faktor yang penting.


Tapi bagian yang aku pedulikan, berbeda dari apa yang dipedulikan oleh siswa biasa.

Aku butuh banyak persiapan untuk menghadapi ujian khusus yang akan datang.

Aku ragu kalau Tsukishiro tidak terlibat dalam hal ini.

Satu setengah bulan telah berlalu semenjak ujian khusus yang lalu, tapi sampai saat
ini aku masih belum melihat pergerakannya.

Hari demi hari.. kami semakin jauh dari bulan April, pada saat itu, dia berniat
mengeluarkanku dari sekolah.

Mungkin rencananya menjadi berantakan karena siswa White Room berada di luar
kendalinya.

Ada kemungkinan Tsukishiro telah melakukan sesuatu dalam pembentukan


kelompok saat ini, itu pun juga bisa disebut sebagai awal pertempuran kami.

Matsushita tidak tahu asal usul bahaya yang sedang kuhadapi. Kalau dia ikut terlibat,
dia tidak akan bisa selamat dengan mudah.

"Kelihatannya saat ini aku tidak akan menerima jawaban yang memuaskan. Kalau
begitu, silahkan kamu pikirkan dulu."

Mungkin dia tidak ingin memaksaku. Dia melambaikan tangannya dan mengucapkan
salam perpisahan.

"Oh, iya. Ini kontak pribadiku."

Ini jelas sudah dipersiapkan sebelumnya, dia menyerahkan sebuah kertas yang
bertuliskan nomor ponselnya kepadaku.

"Aku sudah mengatakan apa yang ingin kukatakan padamu, selamat tinggal."

Setelah berkata begitu, Matsushita berbalik dan berjalan menuju gedung asrama.

"Yah, bukan hal yang buruk mendapatkan kontak seorang gadis."

Saat ini masih belum diketahui apakah aku dapat memenuhi harapan Matsushita di
masa depan.

Setelah itu, aku menemui Yousuke di Keyaki Mal.

"Bagaimana situasinya?"

"Tidak seburuk yang aku pikirkan, tapi..."

Mengikuti arah pandangan Yousuke, aku dapat melihat Shinohara dan Komiya
sedang asyik mengobrol di kafe.
Lalu.. aku menemukan Ike agak jauh dari sana, dia berada di depan kami. Dengan
merasa tertekan, dia memperhatikan Shinohara dan Komiya secara diam-diam.

"Apa yang harus kita lakukan?"

"Untuk saat ini, jika Ike tidak berniat mencari masalah, kita hanya perlu menunggu
dan melihat perkembangan situasinya. Mendekati Ike dengan sembarangan
bukanlah solusi yang tepat."

Yousuke mengangguk setuju.

"Pertama, kita harus mengetahui tentang Komiya. Apa alasannya mengajak


Shinohara membentuk kelompok? Jika kita tidak mengetahui itu, kita tidak akan bisa
mengambil tindakan apa pun."

"Aku akan mencari siswa yang cocok untuk berkelompok dengan Ike-kun jika dia
tidak dapat membentuk kelompok dengan Shinohara-san."

"Kuserahkan padamu."

Kami sepakat untuk mengumpulkan informasi secara terpisah dan saling


membagikannya satu sama lain.

Setelah berpisah dengan Yousuke, aku menelepon Ishizaki yang sekelas dengan
Komiya.

Dia mengatakan bahwa dia masih berada di sekolah, aku pun pergi menemuinya.

"Yo! Apa kau sudah memutuskan untuk bergabung denganku!?"

Begitu kami bertemu, dia langsung berkata begitu dengan tersenyum lebar.

"Maaf, aku masih mempertimbangkannya. Aku menemuimu hari ini untuk urusan
lain."

Ishizaki terlihat kecewa setelah mendengar perkataanku, tapi dia segera pulih
dengan cepat.

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan denganku?"

Aku ingin segera membahasnya, tapi aku mengalihkan pandanganku pada seorang
gadis yang mendekati Ishizaki. Dia adalah siswa Kelas 2-B, Nishino Takeko.
"Kau bilang ada hal penting, apa itu bertemu dengan Ayanokouji-kun?"

"O-Oi, Nishino, bukankah aku sudah bilang untuk tidak mengikutiku? Maaf atas hal
ini, Ayanokouji."

Setelah meminta maaf padaku, Ishizaki mendesak Nishino untuk pergi duluan ke
Keyaki Mall.

Namun, Nishino malah mendekatiku tanpa menghiraukan perkataan Ishizaki.

"Kamu sepertinya cukup dekat dengan Ishizaki. Ini mengejutkan."

Tanpa menggunakan kata penghormatan terhadap Ishizaki, Nishino mengarahkan


tatapannya ke arahku seolah mencoba untuk mengamatiku.

(Tl note : gak pakai kata -kun)

"Hei, kau tidak mendengarkanku sama sekali! Inilah kenapa kau selalu dikucilkan."

"Dikucilkan?"

"Ah, bukan apa-apa, hanya saja, gadis ini sedang diisolasi di kelas kami. Hanya
masalah kecil."

"Isolasi? Aku tidak terlalu memikirkan itu."

Bicara tentang isolasi, Ibuki juga merupakan seorang penyendiri, kelihatannya


Nishino tidak jauh berbeda dengannya.

"Pokoknya, bisakah kau pergi sekarang?"

"Tidak mau."

"T-Tidak mau katamu? Kau ini... Maaf Ayanokouji, tunggulah sebentar. Aku akan
mengusirnya sekarang juga."

"Aku ingin tahu kenapa Ishizaki melakukan pertemuan rahasia dengan Ayanokouji-
kun?'

Meskipun aku belum pernah berbicara dengan Nishino, tapi sepertinya dia tipe
orang yang mengungkapkan isi pikirannya secara blak-blakan.

Biasanya orang seperti dia cukup mudah untuk dimusuhi orang lain. Tapi, wajar jika
dia curiga melihat Ishizaki bertemu denganku secara diam-diam. Mengusirnya tanpa
memberi penjelasan hanya akan menjadi bumerang bagi kami. Aku memutuskan
untuk memberitahu Nishino detail masalah yang akan kubahas dengan Ishizaki.
"Kami mulai berteman ketika kamp pelatihan campuran tahun lalu, saat itu kami
berada dalam kelompok yang sama."

Pertama-tama, aku menjelaskan dasar hubunganku dengan Ishizaki, kemudian aku


lanjut ke topik utama.

"Aku menghubungi Ishizaki karena ingin menanyakan beberapa hal tentang Komiya
dari Kelas B. Aku memintanya untuk bertemu di sini karena aku tidak ingin
pembicaraan kami didengar orang lain."

"Tentang Komiya-kun? Memangnya apa yang terjadi?"

Dia memakai kata penghormatan terhadap Komiya. Aku menjelaskan alasannya


sambil memperhatikan kesannya terhadap hal itu.

"Kudengar dia dan Shinohara dari kelasku akan membentuk kelompok. Apa kau
mengetahuinya?"

"Tidak, ini pertama kalinya aku mendengarnya. Tapi itu bukan hal yang aneh, kan?"

Membentuk kelompok dengan siswa dari kelas lain memang tidak aneh.

Tidak mengherankan jika Ishizaki sedikit bingung dengan pertanyaanku ini.

"Memangnya kenapa dengan itu?"

"Itu karena Shinohara bukan tipe orang yang berperan aktif dalam ujian di pulau tak
berpenghuni. Teman sekelasku sedikit khawatir dengannya, apakah keputusan yang
tepat untuk membiarkannya berkelompok dengan Komiya. Karena itulah kami ingin
tahu dulu orang seperti apa Komiya ini."

"Bisa dikatakan dia adalah orang yang baik. Dia memiliki keterampilan motorik yang
bagus, selain itu, kemampuan fisiknya juga tinggi karena dia termasuk anggota klub
basket."

Benar kan? Ishizaki meminta konfirmasi dari Nishino. Gadis itu mengangguk setuju.

"Sepertinya salah satu dari mereka menyarankan untuk membentuk kelompok,


apakah mereka berpacaran?"

"Eh? A-Aku tidak tahu mengenai itu..."

"Tidak ada gunanya kamu menanyakan hal itu pada Ishizaki, dia tidak akan mengerti
sama sekali. Dia tidak tahu apa-apa tentang romansa, benar kan Ishizaki?"

"Berisik! Memangnya kau tahu?"


"Setidaknya lebih baik darimu. Walaupun mereka tidak berpacaran, Komiya-kun
menyukai Shinohara-san, itu benar kan?"

"Eh? Komiya menyukai Shinohara, benarkah? Ah, tapi dia pernah bilang kalau dia
menyukai gadis dari kelas lain... aku tidak begitu mengingatnya..."

Ishizaki berkata begitu sambil berusaha mengingat kembali kenangan di masa lalu.

Jika siswa ingin membentuk kelompok, wajar jika mereka mencari sesuatu dari siswa
lain. Seperti kemampuan, persahabatan, bahkan percintaan. Seperti yang dikatakan
Nishino, jika Komiya menyukai Shinohara, bisa jadi itulah alasannya ingin
membentuk kelompok.

"Tapi kenapa kamu begitu peduli dengan hal itu?"

"Tadi pagi aku melihat mereka berdua bersama. Mereka terlihat akrab, Komiya
bahkan memanggil nama depan Shinohara. Mungkin itu alasannya."

"Hee... Eh? Apa!? Ayanokouji, jangan-jangan kau.. menyukai Shinohara?"

"Tidak."

Meskipun aku langsung menyangkalnya, Ishizaki menyeringai dan terlihat senang.

"Jadi kau menyukai tipe gadis seperti itu. Begitu ya."

"Sudah kukatakan tidak."

"Kau tidak perlu menyembunyikannya dariku. Kita teman dekat, kan?"

Tidak, menurutku kita tidak dekat sama sekali bahkan saat camp pelatihan
campuran...

Tapi memang benar, baru-baru ini aku mengenal lebih baik kepribadiannya
dibanding teman sekelas yang tidak begitu akrab denganku.

"Tapi kalau itu kau, aku yakin kau bisa mendapatkan gadis yang lebih imut darinya."

Jika kesalahpahaman ini terus berlanjut, ada kemungkinan rumor palsu akan
tersebar.

Jika itu terjadi, hubungan antara Ike dan Shinohara akan semakin renggang.

"Ike, teman sekelasku. Orang yang menyukai Shinohara adalah Ike."

"Cihh, jadi bukan kau ya, Ayanokouji."

"Aku hanya mencoba untuk memahami situasi mereka."


"Aku sudah mengerti situasinya sekarang, tapi kita tidak bisa mengganggu hubungan
asmara orang lain."

"Aku setuju. Itu melanggar privasi."

"Kalau dalam keadaan normal, itu memang benar. Tapi bagi kelas kami, ini bukanlah
situasi yang bisa diabaikan. Peran Ike dalam ujian ini sangatlah penting bagi Kelas 2-
D."

Semakin rumit hubungan mereka, semakin besar kemungkinan Ike mengambil jalan
yang salah.

Sementara ujian di pulau tak berpenghuni dimana Ike bisa menunjukkan


kemampuannya semakin dekat, perkembangan situasi saat ini tidak menguntungkan.
Bisa dikatakan, memberi kami bantuan dalam situasi ini tidak ada gunanya bagi Kelas
B. Sebaliknya, itu hanya akan menguntungkan musuh. Tidak mungkin mereka akan
membantu kami.

Begitulah pikirku―

"Baiklah, aku akan membantumu. Apa yang harus aku lakukan?"

Ishizaki tidak keberatan dengan itu, dia menawarkan bantuan padaku.

"Tunggu, Ishizaki, apa kamu serius? Komiya adalah sahabatmu, kan?"

"Apa karena itu aku harus mengabaikan Ayanokouji yang saat ini sedang kesulitan?"

"Tidak, kamu memang harus mengabaikannya. Aku tahu kalian cukup akrab, tapi dia
adalah musuh dari kelas lain."

"Bukankah ada pepatah yang mengatakan, musuh kemarin akan menjadi teman
keesokan harinya?"

Yang benar adalah [Teman hari ini], tapi itu bukan masalah, jadi aku
mengabaikannya.

"Terima kasih atas bantuanmu, tapi aku akan sedikit kerepotan jika kau meminta
sesuatu sebagai balasan."

"Balasan? Aku tidak akan meminta apapun. Wajar untuk membantu teman yang
sedang kesulitan, kan?"

Ishizaki tidak begitu pandai berbohong. Aku bersyukur dia mau membantuku secara
sukarela, tapi aku tidak bisa membuat permintaan yang berlebihan, mengingat dia
adalah teman Komiya.
Jika aku mencoba untuk memisahkan Komiya dan Shinohara, Nishino mungkin akan
berpikiran buruk padaku.

"Hmm ... kalau begitu, bisakah kau memastikan perasaan Komiya?"

"Jadi kau ingin tahu apakah dia benar-benar menyukai Shinohara?"

"Ya. Tolong kau rahasiakan bahwa seseorang memintamu menanyakan ini padanya."

"Tentu saja, tapi bagaimana caraku untuk memastikannya? Apa kau punya ide?"

Nishino memberi bantuan pada Ishizaki, yang kesulitan menemukan motif untuk
bertanya pada Komiya.

"Ayanokouji-kun, kamu melihat mereka berdua tampak bersenang-senang, kan?


Kalau begitu bilang saja kalau kamu yang melihatnya, Ishizaki, dan gunakan itu
sebagai kesempatan untuk memastikan mereka berpacaran atau tidak. Ishizaki
hanya perlu berperan sebagai seorang pria yang tidak populer dikalangan para gadis,
dengan begitu dia hanya akan terlihat seperti orang yang peduli pada temannya
yang sudah mendapatkan pacar sebelum dia, bagaimana?"

Ishizaki menerima saran Nishino, karena dia tidak dapat menemukan ide sama sekali.

"I-Itu terasa agak hampa untuk dijadikan sebagai motif, tapi kurasa itu akan
berhasil... Yo-Yosh, aku akan mencobanya. Tunggu sebentar. Komiya harusnya belum
memulai kegiatan klubnya―"

Ishizaki menelepon Komiya setelah berkata begitu, menurutnya strategi ini akan
berhasil.

"... Ah, Komiya? Maaf aku meneleponmu tepat sebelum kau memulai aktifitas
klubmu. Ah, bukan begitu, ada sesuatu yang ingin kutanyakan padamu. Apa tadi pagi
kau berbicara dengan Shinohara dari Kelas D? ... Sudah kuduga. Tidak, hanya saja,
kita sudah berjanji untuk tidak berpacaran sebelum memberitahukannya lebih dulu
kan, kupikir kau lupa dengan janji kita."

Ishizaki dengan lancar menanyakan tentang hubungan Shinohara dan Komiya, ini
lebih baik dari yang kuharapkan.

"Kalian tidak berpacaran? Itu benar kan!? Kau akan mendapat masalah jika
berbohong padaku."

Setelah memastikan Komiya dan Shinohara tidak berpacaran, Ishizaki menunjukkan


isyarat OK dengan tangan kanannya.

(Tl note : bayangin aja isyarat OK Ishizaki seperti ini > )


Namun setelah itu, ekspresinya sedikit berubah.

"Eh... Serius? Ooh, ooh, jadi begitu, hee..."

Ishizaki mengajukan pertanyaan dengan cara yang mudah untuk kupahami, tapi
jumlah informasi yang kudapatkan darinya tiba-tiba mulai berkurang.

Dia mendengarkan dengan cermat kata-kata yang diucapkan oleh Komiya melalui
telepon.

"... Ooh, jadi begitu. Aku mengerti. Akhirnya tiba juga waktunya bagimu untuk
menjadi seorang pria sejati. Tentu saja aku akan mendukungmu. Jangan lupa beri
tahu aku bagaimana hasilnya."

Dari arah percakapan, aku bisa mengetahui apa yang dikatakan Komiya pada Ishizaki.

Setelah panggilan berakhir, Ishizaki melihatku dengan canggung.

"Komiya itu, dia akan mengakui perasaannya pada Shinohara di pulau tak
berpenghuni."

"Jadi begitu―"

Jika mereka membentuk kelompok, mereka akan terus bersama sepanjang hari.
Nanti akan muncul dengan sendirinya waktu yang tepat bagi Komiya untuk mengakui
perasaannya.

"Apa yang harus kita lakukan? Kita tidak mungkin bisa menghentikannya."

Itu benar. Komiya punya hak untuk mengakui perasaannya.

Meskipun Ike dan Shinohara saling menyukai, tidak ada satupun dari mereka yang
mau mengambil langkah maju. Jadi.. jika seseorang masuk di antara mereka (ntr :v),
itu bisa dikatakan sebagai takdir. Atau mungkin saja Ike bisa memenangkan
Shinohara sebelum Komiya menyatakan perasaannya.

"Pokoknya, terima kasih atas bantuan kalian. Aku akan membicarakan hal ini dengan
Horikita. Jika Nishino memiliki kesulitan dalam membentuk kelompok, kau bisa
membicarakannya denganku. Mungkin saja aku bisa membantu."

"Sudah kubilang, aku tidak butuh imbalan apapun."

"Kalau begitu, aku akan membantumu ketika kau dalam kesulitan. Tentu saja aku
akan membantu semampuku."

"Terima kasih, meski kau punya banyak masalah, lakukanlah yang terbaik."
Setelah mendengarkan kata penyemangat dari Ishizaki, aku memutuskan untuk
memberitahu Horikita tentang hal ini.

Pada sore harinya, aku mengundang Horikita ke kafe.

Kafe memang dipenuhi pengunjung setiap harinya, tapi.. jika ada yang mencoba
mendengarkan pembicaraan kami, mereka akan kesulitan untuk memahaminya.

Aku memberitahu Horikita tentang Ike, Shinohara dan Komiya.

Ike menyukai Shinohara, tapi dia tidak mau membuat kemajuan. Sedangkan Komiya,
dia sudah mempersiapkan diri untuk menyatakan perasaannya.

Itu bisa saja berpengaruh pada ujian khusus berikutnya.

Reaksi Horikita setelah mendengarnya...

"Bukankah tidak apa-apa membiarkan mereka begitu?"

Seperti yang kuduga, dia merespons dengan ekspresi yang dingin.

"Kupikir ada masalah serius yang ingin kamu bicarakan denganku... ternyata itu
adalah urusan pribadi orang lain. Aku juga sudah mengevaluasi kemampuan Ike-kun.
Menurutku, akan lebih baik mengatur kelompok untuknya tanpa melibatkan
perasaan."

"Aku kurang yakin dengan itu. Ike terlihat sangat peduli pada Shinohara. Tergantung
situasinya, dia mungkin tidak akan begitu aktif seperti tahun lalu. Kalau hanya itu
mungkin masih bisa diterima, tapi bagaimana kalau pikirannya yang terfokus pada
Shinohara akan menghalangi kelompoknya."

"Jadi dia beresiko putus sekolah karena masalah cinta?"

"Aku tidak bisa mengatakan tidak."

"... Kalau memang itu masalahnya, maka akan sangat merepotkan."

Horikita memegangi kepalanya dan menghela nafas berat.

(Tl note : lebih tepatnya, Horikita menempelkan tangannya di dahi)


"Tampaknya Komiya dan Shinohara sudah berjanji untuk membentuk kelompok, tapi
mereka masih belum membuatnya karena instruksimu, Horikita. Begitu mereka
mendapatkan izin darimu, '9 dari 10' mereka akan berkelompok. Kau sekarang
adalah pemimpin Kelas D. Shinohara tidak akan mengeluh jika kau mengatakan
padanya bahwa bekerja sama dengan Komiya tidak akan menguntungkan secara
strategis."

(Tl note : ' anggap saja persentasenya.. seperti 90/100%. Intinya.. peluang Shinohara
untuk berkelompok dengan Komiya sangatlah tinggi)

"Aku akan mencegah hal itu terjadi. Tapi, meskipun kita mencegah mereka
berkelompok, Komiya-kun bisa saja mengubah waktu pengakuannya, kan?
Tergantung situasinya, dia mungkin akan menyatakan perasaannya di hari itu juga."

"Kita tidak bisa menghapus kemungkinan itu."

"Ini jauh lebih merepotkan daripada yang kubayangkan. Tidak mungkin kita hanya
akan melihat saja sampai mereka berpacaran."

"Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan?"

"Bagaimana kalau kita buat Ike-kun mengakui perasaannya? Jika Shinohara-san


menerimanya, Ike-kun akan berusaha sebaik mungkin untuk menghindari hukuman,
tidak peduli di kelompok mana dia berada, kan? Sebaliknya, jika dia ditolak, dia bisa
melupakan gadis itu dan fokus (berkonsentrasi) menghadapi ujian."

Kupikir yang pertama itu benar, tapi untuk yang terakhir, aku tidak tahu apa yang
akan terjadi jika Ike ditolak.

Dia beresiko menghancurkan dirinya sendiri dan berhenti mengikuti ujian.

Bagaimanapun, ini bukan sesuatu yang bisa diselesaikan hanya dengan berbicara.

Mungkin membuat Ike mengakui perasaannya adalah jalan keluar tercepat.

"Meskipun kamu sangat ahli dalam berbagai hal, sepertinya masalah percintaan
bukan keahlianmu."

"Aku sedang mempelajarinya sekarang."

"Haaah... Baiklah, aku akan melakukan sesuatu tentang itu. Pokoknya untuk
sekarang, aku harus membuat Ike-kun dan Shinohara-san bekerja sama, kan?"

Meskipun sedang makan, Horikita mengeluarkan ponselnya dan menjalankan


aplikasi OAA.

Namun, fakta yang tak terduga muncul di sini.


"Sayang sekali, sepertinya kita sudah terlambat."

Horikita menggeser ponsel di atas meja dan menunjukkannya padaku. Di OAA, siswa
dapat melihat kelompok-kelompok yang sudah terbentuk, dan di sana tertulis bahwa
Shinohara dan Komiya telah membentuk kelompok. Anggota ketiga dari kelompok
tersebut adalah siswa Kelas B, Kinoshita Minori.

"Kalau sudah begini, kita harus mengambil tindakan untuk mencegah Ike-kun
kehilangan motivasinya."

"Mari kita bicarakan dengan Yousuke. Saat ini dia juga sedang mencari kelompok
terbaik untuk Ike."

Pembentukan kelompok untuk ujian khusus di pulau tak berpenghuni menjadi lebih
sulit dari sebelumnya.

10

Saat malamnya tiba, aku berkencan dengan Kei di dalam kamarku.

Topik hari ini dimulai dari pertengkaran Ike dan Shinohara, kemudian berlanjut ke
kelompok untuk ujian khusus yang akan datang.

"Umm... Kiyotaka, rencananya dengan siapa kamu akan berkelompok dalam ujian di
pulau tak berpenghuni?"

Kei melihatku dan mengajukan pertanyaan itu dengan sedikit malu-malu.

"Untuk saat ini, aku tidak niat bekerja sama dengan siapapun."

"Eh? Ke-Kenapa?"

Kei berharap bisa membentuk kelompok denganku, tapi kurasa itu tidak ada
untungnya bagi kami. Bukan berarti karena kurangnya kemampuan Kei, tapi dia tidak
cocok untuk berkelompok denganku, mengingat aku akan menghadapi Tsukishiro.

"Memang benar, banyak keuntungan yang bisa didapat dengan membentuk


kelompok. Tapi, bukan berarti siswa solo tidak bisa menang. Sebaliknya, dia dapat
bergerak dengan bebas tanpa terpengaruh oleh orang lain. Selain itu, tergantung
bagaimana situasinya, siswa solo dapat membantu kelompok lain. Jika ada kelompok
yang hampir dikeluarkan dari sekolah, dia bisa bergabung dengan kelompok itu dan
menutupi kekurangan."
"Itu berarti akan lebih mudah bergerak jika melaksanakan ujian ini sendirian..."

Siswa di izinkan menghadapi ujian ini sendirian, baik laki-laki maupun perempuan.
Dengan kata lain, bagi siswa yang percaya diri dengan kemampuannya, ini bisa jadi
kesempatan untuk menunjukkan keunggulan mereka.

"Seandainya siswa solo menempati peringkat pertama, kelasnya akan menerima 300
poin kelas."

"Apakah Kiyotaka bisa menempati peringkat pertama seorang diri?"

"Bagaimana menurutmu?"

Mataku bertemu dengan Kei saat aku membalas pertanyaannya dengan pertanyaan,
Kei berpikir sejenak selagi mata kami masih saling memandang.

"Memiliki wajah yang tampan dan juga menempati peringkat pertama... Kurasa aku
akan menerimanya. Eh, tunggu dulu. Jika itu terjadi, bukankah akan jadi lebih sulit
mengungkapkan hubungan kita!?"

Kei mulai panik membayangkan masa depan.

"Jika Kiyotaka berhasil menempati peringkat pertama seorang diri, aku akan sangat
senang dan berpikir bahwa kamu sangatlah keren. Tapi, tapi, ah―aku tidak tahu
lagi!"

"Kau terlalu bersemangat. Jangan khawatir, mendapatkan peringkat pertama


bukanlah hal yang mudah."

"Jadi, Kiyotaka juga berpikir tidak bisa menang?"

"Bisa kukatakan, ada peluang 50 persen."

"Menjawab begitu saja menurutku sudah cukup mengagumkan ..."

"Ngomong-ngomong, bagian yang perlu kau khawatirkan bukanlah dengan siapa kau
akan berkelompok, Kei."

"Eh? Bukan itu bagian pentingnya? Mungkin kalau aku mengacau, aku akan
dikeluarkan dari sekolah."

"Ya, ujian khusus ini melibatkan pengusiran. Jika kelompokmu berada di peringkat 5
terbawah, mau tidak mau kau akan menerima hukuman. Tapi, kau tidak dapat
memilih dengan bebas anggota kelompok."

"Ya. Karena itulah aku ingin berkelompok denganmu, Kiyotaka... Aku berharap kamu
akan melindungiku."
Kei yang telah memutar pembicaraan sejauh ini, akhirnya mengungkapkan
keinginannya.

"Meski aku tidak melindungimu, masih ada cara untuk menyelamatkanmu, kan?
Menyimpan poin pribadi yang cukup untuk membatalkan pengusiran."

"Itu memang benar, tapi..."

Meskipun jumlah poin pribadi yang diperlukan cukup besar, selama kau memilikinya,
kau tidak akan dikeluarkan dari sekolah.

"Itu memang benar, tapi.. meskipun aku membentuk kelompok beranggotakan 6


orang, aku masih tetap harus membayar 1 juta poin pribadi untuk menghindari
putus sekolah, kan? Aku tidak punya poin sebanyak itu."

"Tinggal berapa poin pribadimu sekarang?"

"Umm... 240.000 poin. B-Belakangan ini aku sudah cukup banyak menabung loh!"

Bukan berarti aku akan mengomentarinya.

Aku juga berada dalam situasi yang sama, jadi aku tidak bisa menyalahkannya.

"Berarti masih kurang 760.000 poin lagi ya?"

Saat ini aku memegang 250.000 poin. Bahkan jika aku memberikan semuanya pada
Kei, jumlahnya masih kurang dari yang dibutuhkan.

"Kei, kartu yang kau miliki adalah Free Ride, kan?"

"Ya. Kira-kira berapa harga kartu ini ya?"

"Sejujurnya, aku tidak bisa mengatakan kalau itu adalah kartu yang bagus. Baik atau
buruk, kartu itu tidak begitu efektif dibanding kartu-kartu yang lain. Kartu itu tidak
memberikan efek atas usahamu (hasil), dan juga tidak membantu saat kau dalam
kesulitan."

Kartu itu hanya dapat digunakan untuk bertaruh pada kelompok yang punya peluang
tinggi untuk memenangkan ujian. Bisa dikatakan, ini adalah kartu yang terendah dan
tidak begitu bernilai.

"... Begitu ya."

Setelah mengetahui hal itu, Kei mendesah kecewa.

"Kiyotaka, kalau tidak salah kartumu adalah Trial, kan? Kartu itu akan memberikan
efek yang bagus di saat kamu menang, tapi akan menjadi bencana jika kamu kalah...
Ah, tentu saja aku tahu itu bukanlah masalah bagi Kiyotaka. Ahh, aku menginginkan
kartu Half off atau Nullify."

Bagi siswa seperti Kei, tidak heran jika kartu bantuan di anggap lebih berharga
daripada kartu lain seperti kartu Trial.

"Bukan berarti kartu Free Ride ini tidak ada harapan. Banyak juga siswa yang
beranggapan bahwa kartu Half off dan Nullifiy tidak berharga. Bagi siswa seperti itu,
Free Ride memiliki nilai tertentu."

Berbeda dengan kartu Head Start dan kartu bonus, kartu ini tidak berguna bagi siswa
yang percaya diri dengan kemampuan mereka, sebaliknya, kartu ini akan berguna
bagi siswa yang tidak yakin bisa menang (atau siswa yang memiliki kemampuan rata-
rata). Selain itu, siswa yang kemampuannya rata-rata memiliki jumlah terbesar di
setiap kelas, jadi tidak akan sulit menemukan pembelinya. Akan tetapi, kartu seperti
Half off justru menjadi incaran sebagian siswa rata-rata dan siswa di bawah rata-rata.
Tergantung pemiliknya, kartu yang tidak berharga sekalipun, bisa terlihat seperti
emas.

"Aku akan menyiapkan poinnya."

"Eh? Menyiapkan poin... Bagaimana caranya?"

"Ada beberapa cara, salah satunya adalah menjual kartu Trial."

"Tapi, kalau kamu menjual kartu Trial pada siswa lain ... itu akan jadi masalah,
bukan?"

"Mencegahmu putus sekolah lebih penting dari itu."

"Y-Ya... M-Makasih."

Kei tersipu malu, wajahnya mulai memerah.

Setelah itu, percakapan kami beralih ke liburan musim panas yang akan datang, dan
suasana ruangan pun menjadi lebih hidup daripada sebelumnya, tapi, tidak ada
perkembangan lebih lanjut dalam hubungan kami.

11

Sebuah sistem yang memungkinkan siswa membentuk kelompok beranggotakan tiga


orang sebelum ujian khusus musim panas dimulai.
Namun, tidak hanya itu saja, ada pula yang mengadakan percakapan saat ini dengan
memperhatikan masa depan.

"Kamu benar-benar datang ya, Ichinose-san."

"Maaf membuatmu menunggu, Sakayanagi-san."

Jum'at, akhir pekan pertama sejak diumumkannya pembentukan kelompok.

Sakayanagi menghubungi Ichinose dan memintanya untuk datang ke kafe.

"Apa aku tidak menganggu waktumu? Itu adalah permintaan yang tiba-tiba, aku
sudah siap kalau kamu menolak undanganku."

"Tidak apa-apa, hanya saja aku sedikit tekejut, aku tidak menyangka Sakayanagi-san
akan menghubungiku."

Pada hari itu, satu jam sebelum mereka bertemu di kafe, Sakayanagi memanggil
Ichinose secara tiba-tiba.

Jika Ichinose memiliki jadwal yang padat, tak heran jika dia menolaknya.

"Bagaimanapun, aku ingin menemuimu hari ini juga dan berbicara denganmu,
Ichinose-san."

Sakayanagi berbohong.

Mengundang secara mendadak itu adalah salah satu strateginya untuk tidak
memberikan Ichinose waktu untuk berpikir.

Jika dia membuat janji beberapa hari sebelumnya, Ichinose pasti akan memikirkan
tentang pertemuan ini.

Tergantung situasinya, Ichinose mungkin akan meminta bantuan pada teman


sekelasnya seperti Kanzaki.

Karena itulah Sakayanagi mengambil tindakan seperti ini, dia ingin mencegah hal itu
terjadi.

"Ngomong-ngomong, kenapa kamu menerima undangan yang tiba-tiba ini?"

"Karena aku tidak punya jadwal apapun hari ini."

"Bukan itu maksudku. Sebelumnya aku telah melakukan hal yang buruk padamu.
Wajar kalau kamu membenciku, Ichinose-san."

Untuk memberi tekanan pada Ichinose, Sakayanagi menanyakan masa lalu Ichinose,
yang sudah jatuh ke perangkapnya.
Kemudian dia membeberkan masa lalu Ichinose yang tidak ingin diketahui orang lain,
hal itu menimbulkan rasa sakit yang mendalam bagi Ichinose.

Jika kau dikhianati oleh orang yang kau percayai, wajar jika kau membenci orang itu.
Bahkan jika kau tidak membencinya, kau tidak akan mempercayainya lagi dan
menjaga jarak darinya.

Namun Ichinose tidak begitu, dia menerima undangan yang tiba-tiba ini, dan tidak
menunjukkan kebencian pada Sakayanagi.

"Hmm―kurasa Sakayanagi-san tidak melakukan sesuatu yang berlebihan. Memang


benar, aku harus merenungkan tindakanku di SMP, aku juga berpikir kalau itu adalah
tindakan yang memalukan. Namun, aku tidak memintamu untuk merahasiakannya,
jadi itu bukan salahmu."

Ichinose mengatakan bahwa itu karena kesalahannya sendiri.

"Kamu memang orang yang baik, Ichinose-san."

"Entahlah. Aku sendiri tidak yakin dengan itu."

Ichinose menjadi sedikit malu dan menggaruk pipinya dengan ringan, dia
mengalihkan pandangannya seolah tidak mampu melihat ke arah Sakayanagi yang
tersenyum kepadanya.

"Jadi... Apa yang ingin kamu bicarakan denganku?"

Mungkin karena merasa tidak nyaman jika topik ini berlanjut, Ichinose mendesak
Sakayanagi untuk langsung ke intinya.

"Kalau begitu seperti yang kamu inginkan, aku akan langsung ke intinya, tapi ini
mungkin juga akan membuatmu merasa tidak nyaman, Ichinose-san."

Dengan peringatan itu, Ichinose bergumam pada dirinya sendiri, "Tolong jangan
berlebihan."

"Jujur saja, jika situasi ini terus berlanjut, tidak lama lagi Kelas A akan merasakan
bahaya dari Kelas B yang hampir mendekat. Kalau kamu tidak keberatan, maukah
kamu memberitahu pendapatmu tentang hal itu kepadaku?"

Tanpa segan sedikitpun, Sakayanagi menunjukkan situasi saat ini pada Ichinose, yang
kelasnya tertinggal di belakang.

"Ahaha... kamu benar-benar tidak segan sedikit pun."

Meskipun dalam sesaat pikirannya menjadi putih (kosong), Ichinose menanggapinya


dengan tertawa canggung.
Sakayanagi menunggu jawabannya dengan tersenyum.

"Memang benar, saat ini kami berada di situasi yang buruk."

Pada tanggal 1 Mei, perbedaan poin kelas antara kelas Ichinose dan kelas B yang
dipimpin oleh Ryuuen hanya 26 poin. Ichinose mengira bisa mengejar ketinggalan itu
tanpa ujian khusus, dengan bergantung pada kehidupan sehari-hari. Faktanya,
selama satu tahun terakhir, poin kelas bisa dikumpulkan dari tindakan sehari-hari
siswa yang memiliki pengaruh besar.

Namun, setelah Ryuuen naik ke Kelas B, mereka tidak menunjukkan sikap dan
perilaku yang bisa menurunkan poin kelas. Sampai bulan Juni, selisihnya hanya
berkurang 2 poin. Dari situ bisa diketahui keinginan kuat Ryuuen dan kelasnya yang
tidak ingin dilampaui oleh kelas Ichinose.

Tidak perlu dikatakan lagi, Sakayanagi yang sedang dikejar oleh kelas Ryuuen, juga
menyadarinya.

"Aku juga tahu kalau dia adalah lawan yang tangguh."

"Meskipun kamu mengetahuinya, ada sesuatu yang tidak dapat kamu lakukan,
bukan? Akhir-akhir ini, mereka tidak menimbulkan masalah seperti strategi Ryuuen-
kun yang sebelumnya. Jika tidak bisa mengejar ketinggalan dengan kehidupan
sehari-hari, maka satu-satunya harapan adalah ujian khusus."

Ichinose mengangguk sedikit. Di sisi lain, Sakayanagi tidak merespon dengan kata-
kata yang lembut.

"Dia bukan orang biasa. Bagi Ichinose-san yang bertarung secara terang-terangan,
bisa dikatakan kalau dia adalah lawan terburukmu."

Ichinose yang berhadapan langsung dengan Ryuuen di ujian akhir tahun lalu, sangat
memahami hal ini.

Ryuuen yang agresif dan tidak biasa, bersedia melakukan kecurangan.

Jika memungkinkan, Ichinose tidak ingin bertarung melawan musuh seperti itu.

"Tapi demi meraih tempat yang lebih tinggi, hal itu tidak bisa dihindari. Selain itu,
memang benar Ryuuen-kun adalah lawan yang tangguh, tapi kupikir kamu bukanlah
orang yang bisa dikalahkan dengan mudah, Sakayanagi-san."

Meskipun Sakayanagi pernah berselisih dengan Katsuragi, poin kelas yang dimiliki
Kelas A dua kali lipat dari Kelas B Ryuuen, dan tidak perlu ditanyakan lagi kalau
kelasnya adalah yang nomor satu. Bahkan jika Kelas A mengalami kekalahan satu
atau dua kali, mereka akan tetap berada di posisi pertama.
"Meskipun perbedaan poin kelasmu dengan Kelas D lebih dari 200 poin, mereka saat
ini mendapatkan momentum untuk mengejar, kan? Apa kamu yakin mereka tidak
akan menyalip kelasmu?"

"Horikita-san dan teman sekelasnya sedang berusaha mengumpulkan kekuatan


mereka. Dalam hal kemampuan individu, beberapa dari mereka tidak akan kalah dari
siswa kelas manapun ... Mengetahui ini, sepertinya aku benar-benar tidak punya
waktu untuk bersantai."

"Memang benar, ada beberapa siswa yang menarik di Kelas D. Mulai dari Hirata-kun
dan Kushida-san yang memiliki keterampilan komunikasi yang sangat baik serta
kemampuan akademik dan fisik yang cukup bagus. Lalu Sudou-kun, satu-satunya
siswa yang memiliki kemampuan fisik A+ di kelas dua. Sementara itu, kartu truf
tersembunyi mereka, Ayanokouji-kun yang mendapat nilai sempurna pada ujian
matematika yang sangat sulit. Kemudan, Kouenji-kun yang batas kemampuannya
masih belum diketahui, dia juga musuh yang berbahaya."

Sakayanagi sengaja mengatakan itu, untuk membuat Ichinose merasakan ancaman


Kelas 2-D.

"Kemudian, pemimpin yang menyatukan mereka, Horikita-san. Dia memiliki


kemampuan akademik dan fisik yang tinggi, dan baru-baru ini dia bergabung dengan
OSIS."

Sakayanagi menegaskan kembali situasi Ichinose saat ini, yang tertinggal dari kelas
lain.

"Maaf jika aku melanjutkannya dengan kata-kata yang sulit, tapi kupikir hanya
masalah waktu sebelum kelas Ichinose-san jatuh ke Kelas D."

"Penilaianmu itu mungkin benar, tapi―"

"Tapi apa? Apakah kamu akan mengatakan tentang kerja keras dan nilai
persahabatan, konsep abstrak semacam itu?"

Sakayanagi menyebutkan kata-kata yang akan keluar dari mulut Ichinose dengan
tepat, Ichinose hanya bisa menelan kembali kata-kata yang akan dia ucapkan.

"Mustahil kamu bisa menang dengan cara seperti itu, tidak peduli seberapa keras
kamu berusaha. Sementara kelas lain telah meningkatkan kekuatan selama setahun
terakhir, aku belum melihat perkembangan yang signifikan di kelasmu, Ichinose-
san."

"Itu... tidak benar. Kami juga sudah berkembang.


"Aku tidak pernah bilang kalau kelasmu itu tidak berkembang. Aku hanya
mengatakan perkembangannya tidak begitu banyak."

"Sakayanagi-san mungkin tidak mengerti, tapi menurutku kami tidak akan kalah."

Dengan tersenyum tipis, Sakayanagi menggelengkan kepalanya secara perlahan.

"Semuanya terlihat jelas di OAA. Jika membandingkan perkembangan kemampuan


keseluruhan dari kelas satu sampai kelas dua, kelas Ichinose-san adalah yang
terendah diantara empat kelas. Kupikir Ichinose-san sudah menganalisis hal ini juga,
tapi... Apa mungkin kamu sudah mengetahuinya tapi kamu berpura-pura tidak
menyadarinya? Atau kamu tidak berani memeriksanya karena takut menghadapi
kenyataan...?"

Ichinose teringat kembali saat dia berduaan dengan Sakayanagi sebelumnya.

Mereka terlihat seperti orang dewasa dan anak kecil.

Wajar jika perkataannya akan dibantah, saat ini dia terlihat seperti sedang
disudutkan.

Sakayanagi yang menyerang tepat di titik kelemahannya, akan memblokir semua


kata-katanya.

"Kamu adalah siswa yang pintar. Jika kita bersaing secara adil dan jujur, kamu pasti
tidak akan kalah dariku. Namun, ketika berada dalam situasi yang tidak
menguntungkan, kamu tidak dapat menunjukkan kemampuanmu. Baik itu yang
sebelumnya maupun yang sekarang, kamu hanya bisa berdiam diri ketika musuh
memanfaatkan kelemahanmu. Tapi, aku dan Ryuuen-kun berbeda, kami akan
menunjukkan taring kami meskipun berada dalam situasi yang tidak
menguntungkan."

"Ya... itu benar juga."

Tidak peduli bagaimanapun situasinya, kedua orang itu tidak akan ragu menunjukkan
kekuatan mereka.

"Aku bisa mengatakan, Ichinose-san yang sekarang tidak memiliki peluang untuk
menang."

"Apa kamu memanggilku hanya untuk mengatakan itu?"

"Kalau hanya untuk itu, aku bisa melakukannya kapan saja, aku pun juga tidak mau
menyia-nyiakan waktu liburanku yang berharga."

Di saat itu juga, Sakayanagi memutuskan untuk memberitahu alasan sebenarnya


memanggil Ichinose.
"Kenapa tidak bergabung saja denganku? Ichinose-san."

"Eh...?"

Ichinose tidak dapat merespon, dia tidak menyangka Sakayanagi akan mengajukan
saran itu.

"Itulah satu-satunya cara agar kamu bisa mengejar kami, Kelas A."

"Tapi itu―"

"Bekerja sama dengan kelas lain bukanlah hal yang buruk. Faktanya, Ichinose-san
memiliki hubungan yang serupa dengan Horikita-san dari Kelas D ketika masih kelas
satu, bukan?"

Tidak mengherankan Sakayanagi mengetahui hubungan kerja sama Ichinose dengan


Horikita.

"Ini mungkin hanya spekulasiku saja, tapi kupikir kerja samamu dengan Horikita-san
telah berakhir. Meskipun kelasnya berada di posisi terakhir, dia telah mengumpulkan
poin kelas lebih banyak daripada kelas lain selama satu tahun ini, dan sekarang dia
mengejar dengan momentum yang luar biasa. Di sisi lain, kamu dan teman-temanmu
mundur satu langkah dan jatuh ke Kelas C. Bagi Horikita-san dan kelasnya, tidak ada
untungnya mempertahankan kerja sama denganmu, Ichinose-san."

Sakayanagi menebaknya dengan tepat, dia seolah-olah menyaksikan percakapan


Horikita dan Ichinose.

Ichinose tidak dapat menyangkalnya, jawabannya hampir seperti mengakui hal itu.

"Benar... hubungan kerja sama tidak akan bisa bertahan selamanya."

"Ya. Untuk mempertahankan hubungan kerja sama, dibutuhkan [syarat tertentu].


Kelas Ichinose-san dan Horikita-san memenuhi syarat itu tahun lalu, karena itulah
kalian bisa membangun hubungan baik tanpa adanya konflik."

Ichinose mengangguk setuju.

"Syaratnya itu adalah... perbedaan poin kelas."

Kenyataannya, kelas Ichinose dan Horikita menghentikan permusuhan mereka


karena ada perbedaan poin kelas yang cukup jauh.

"Meskipun kebetulan, saat ini perbedaan poin kelas kita cukup jauh. Dengan kata
lain, tidak mustahil bagi kita untuk bekerja sama."
"Aku merasa sedikit sedih dengan ide kerja sama yang menyenangkan ini. Itu seperti
menyiratkan bahwa kelas kami tidak layak untuk diwaspadai dan jadi keberadaan
yang tidak penting bagimu, Sakayanagi-san."

"Aku tidak perlu lagi menahan diri, kata-katamu itu memang benar."

Ichinose mendengar kenyataan yang kejam dari Sakayanagi.

Namun, Ichinose tetap tersenyum. Tidak sulit baginya untuk mengesampingkan


emosinya, tapi dia tidak bisa mengabaikan fakta bahwa kelasnya dalam kesulitan.

"Kurasa tidak ada untungnya bagimu bekerja sama dengan kami, Sakayanagi-san."

"Tidak, itu salah. Memang benar, jika kita bicara tentang kemampuan, kelasmu
memiliki banyak kekurangan. Namun, kamu memiliki senjata khusus yang tidak
dimiliki oleh kelas lain."

Sakayanagi tersenyum dan melanjutkan kata-katanya.

"Itu adalah―[kepercayaan]. Aku bisa mengatakannya dengan percaya diri, selama


kita bekerja sama, Ichinose-san tidak akan mengkhianatiku apa pun yang terjadi. Itu
juga merupakan faktor yang penting untuk dipertimbangkan ketika membuat
aliansi."

Seorang rekan yang dapat dipercaya. Sakayanagi mengatakan bahwa ini adalah
faktor yang sangat penting.

"Aku senang mendengar penilaianmu itu, tapi kita berada dalam situasi dimana kita
tidak peduli satu sama lain, bukan?"

"Meski begitu, aku tidak berpikir Ichinose-san akan melepaskan senjata yang disebut
sebagai kepercayaan yang telah dibangun selama ini. Seandainya ada pengkhianatan,
itu adalah tanggung jawabku karena telah salah menilaimu."

Meskipun ini adalah jebakan Sakayanagi, Ichinose tidak menganggap bahwa


memercayai kata-kata itu bukanlah hal yang buruk.

Namun, Ichinose merasa bahwa dia tidak boleh lengah terhadap Sakayanagi, yang
tidak mudah untuk dihadapi.

"Bisakah kamu menjelaskannya lebih detail?"

"Apa ini berarti kamu positif akan bekerja sama denganku?"

"... Ya."

"Kalau begitu, mari kita membicarakannya."


Sakayanagi mulai menjelaskan stratrgi, dia berencana untuk memberikan instruksi
pada Kelas 2-C yang dipimpin oleh Ichinose.

"Ada aturan yang sedikit mengganggu di ujian khusus ini. Siswa hanya boleh
membentuk kelompok dengan siswa dari angkatan yang sama, dan hadiahnya akan
dibagi sama rata (untuk semua kelas yang ada dalam kelompok itu). Dengan kata lain,
meskipun kita memilih anggota terbaik dari setiap kelas untuk membentuk sebuah
kelompok, perbedaan poin kelas tidak akan berubah."

"Ya. Karena itulah, kita harus membentuk kelompok yang bisa memenangkan ujian
ini dari kelas kita masing-masing."

"Tapi kalau begitu, kita tidak akan dapat membentuk kelompok yang ideal. Ada
beberapa hal yang tidak bisa diraih hanya dengan kelas kita saja ... Jadi, bagaimana
kalau kelas kita bekerja sama membentuk kelompok? Kita bisa memilih anggota
dengan bebas dari kedua kelas yang berisikan siswa sebanyak 79 orang."
"Kelasku dan kelas Sakayanagi-san bekerja sama ..."

"Meskipun jarak diantara kelas kita tidak berkurang, kamu bisa mengejar ketinggalan
dari kelas Ryuuen-kun, dan memperlebar jarak dengan Kelas D."

"Tapi―kami akan kehilangan kesempatan untuk menyusul kelasmu, Sakayanagi-


san."

"Untuk menghadapi semester kedua dan ketiga, bukankah kembali ke posisi awal
adalah prioritas utamamu? Kalau kamu menolak tawaranku sekarang, kamu belum
tentu bisa menang. Apa aku salah?"

"Itu..."

"Sebaliknya, jika kamu kalah sekali lagi, kamu akan jatuh ke Kelas D, Ichinose-san.
Kelasmu akan kehilangan banyak poin dan masuk ke dalam situasi yang sulit. Jika itu
terjadi, tujuanmu untuk membidik Kelas A akan jadi semakin mustahil."

Ichinose terdiam, dia tidak bisa membalas kata-kata Sakayanagi.

"Aku merasa bahwa kamu masih mencurigaiku. Namun, kupikir tidak banyak
kesempatan untuk bisa bekerja sama dengan kelas lain. Baik itu Kelas D maupun
Kelas B, demi menyusul Kelas A, mereka tidak akan mau bekerja sama denganku. Jika
mereka ingin membentuk aliansi, hanya ada pilihan dimana ketiga kelas bergabung
untuk menantang Kelas A. Dengan begitu, kelompok yang kuat baru bisa dibentuk."

Tidak peduli seberapa kuat Kelas A, jika Kelas B, C dan D bekerja sama, mereka akan
kesulitan meraih kemenangan.

"Bohong jika aku bilang aku tidak pernah memikirkan hal itu sebelumnya."

"Itu benar. Namun, strategi membentuk aliansi antara tiga kelas itu tidaklah realistik.
Beberapa hari sudah berlalu semenjak pembentukan kelompok di izinkan, Ichinose-
san, apa ada kelas lain yang mengajukan ide itu padamu?"

Ichinose memejamkan matanya dan perlahan menggelengkan kepalanya.

"Jika ketiga kelas membentuk sebuah kelompok, hadiah poin kelas akan dibagi sama
rata. Bahkan jika kamu berusaha mengamankan peringkat pertama, selisih poin kelas
yang akan berkurang hanya 100 poin. Jika menempati peringkat kedua, selisihnya
berkurang 67 poin. Jika peringkat ketiga, hanya 33 poin."

Bahkan jika kelompok dari kelas B, C dan D menempati podium, perbedaan poin
kelas hanya berkurang 200 poin.

Memang benar itu bukan jumlah yang sedikit, tapi dalam ujian khusus ini, sulit untuk
memonopoli podium.
"Wajar jika ingin memenangkan ujian ini untuk mengurangi jarak sebesar 300 atau
400 poin kelas."

"Tapi, jika aku dan Sakayanagi-san membuat aliansi, Horikita-san dan Ryuuen-kun
mungkin juga akan bekerja sama... Selain itu, termasuk kelasku, ada beberapa
kelompok yang sudah terbentuk, kan?"

"Ya. Malahan aku sudah menunggu dimulainya pembentukan kelompok. Aku


menyarankan agar kita memilih kekuatan utama hanya dari kelas kita untuk
membentuk kelompok, mengingat tidak ada tawaran kerja sama dari kelas lain."

"Apa maksudmu dengan [kekuatan utama]?"

"Seperti tahun lalu, aku tidak bisa bergerak bebas di pulau tak berpenghuni karena
kakiku ini. Namun pada ujian khusus kali ini, aku di izinkan berpartisipasi. Meskipun
di posisi yang sedikit istimewa."

"Istimewa?"

"Siswa yang tidak dapat berpartisipasi karena kesehatannya memburuk akan di


eliminasi dari awal, kan? Tapi, aku akan berpartisipasi sebagai siswa [semi-
eliminasi]."

"Semi-Eliminasi?"

"Aku tidak bisa berjalan dengan bebas di pulau tak berpenghuni karena kakiku yang
lumpuh, tapi aku boleh mengikuti ujian ini dan bertarung dalam aturan yang sama
dengan siswa lain. Dengan kata lain, jika kamu meminta nasehat dariku, aku dapat
membantumu, dan jika ada masalah yang sulit, kita dapat menyelesaikannya
bersama. Namun, ketika aku menjadi satu-satunya anggota kelompok yang tersisa,
maka pada saat itu juga kelompok tersebut akan tereliminasi."

"Sakayanagi-san bisa berpartisipasi dalam ujian ini dengan kondisi seperti itu, ya."

Ichinose segera menyadari bahwa Sakayanagi berguna sebagai otak kelompok, meski
membutuhkan sarana untuk berkomunikasi dengannya.

"Kamu bebas memilih 4 siswa dari kelasku.. Hashimoto-kun, Kitou-kun, Masumi-san


dan juga aku. Tidak diragukan lagi kalau kami berempat adalah kekuatan utama
Kelas A. Sedangkan di Kelas C.. Ichinose-san, Kanzaki-kun dan Shibata-kun.. benar,
kan?"

Semua siswa yang baru saja disebutkan itu, saat ini belum membentuk kelompok
dengan siapapun dan masih mengamati situasi.

Pada tahap ini, tidak akan ada ketidaknyamanan bagi kedua belah pihak.
"Benar. Mengingat kekuatan fisik diperlukan di ujian pulau tak berpenghuni, kupikir
itu memang benar. Tapi, tidak ada jaminan kita bisa membentuk kelompok besar
setelah ujian khusus dimulai, kan?"

"Memang akan sulit, tapi itu bukan hal yang mustahil."

Sakayanagi tersenyum. Itu menandakan bahwa dia akan membentuk kelompok


besar tidak peduli apapun kesulitan yang dia hadapi.

"Sakayanagi-san, bolehkah aku mengatakan pemikiranku yang sebenarnya?"

"Tentu saja."

"Sakayanagi-san, kamu tidak ingin ketiga kelas bekerja sama, lebih dari yang aku
perkirakan. Atau lebih tepatnya, kamu takut itu terjadi, bukan?"

"Apa maksudmu?"

"Kamu bilang kita dapat saling mempercayai, aku merasa kamu bersungguh-sungguh
mengatakan itu. Namun, hal penting lainnya yang ingin kamu hindari adalah Kelas B,
Kelas C, dan Kelas D bekerja sama melawan Kelas A. Memang benar, jumlah poin
kelas yang bisa kami dapatkan di podium akan berkurang, tapi belum tentu ketiga
kelas tidak bekerja sama."

Ichinose yang sebelumnya terdesak oleh kata-kata Sakayanagi, mulai melancarkan


serangan balik.

"Aliansi ketiga kelas untuk menjatuhkan Kelas A. Jika berhasil, mau tak mau kamu
harus mengikuti persaingan yang sengit dengan kami di masa depan. Bukankah
begitu... Sakayanagi-san?"

Sakayanagi sedikit terkejut dengan serangan balik dari Ichinose, yang sebelumnya
tetap bertahan.

(Tl : kena counter si loli wkwkwk)

"Sepertinya aku telah meremehkanmu, Ichinose-san."

Bagi Sakayanagi, tidak masalah jika ada kelas di bawahnya mendapatkan 300 poin
kelas dalam ujian khusus ini. Sebagai Kelas A yang berada di posisi teratas,
Sakayanagi ingin menghindari ketiga kelas dibawahnya membentuk aliansi dalam
ujian ini. Setelah memperkirakan bahwa ujian semacam ini akan banyak diadakan di
masa depan, dia mengambil tindakan ini sebagai antisipasi. Jika ada siswa yang dapat
menyatukan ketiga kelas, kemungkinan besar itu adalah Ichinose Honami. Itulah
mengapa Sakayanagi mencoba menarik Ichinose ke sisinya.
"Aku akan mengajukan proposal kerja sama padamu. Apakah kamu akan
menerimanya? Atau menolaknya?"

Setelah mengakui niatnya, Sakayanagi meminta konfirmasi Ichinose untuk bekerja


sama.

"Jika kamu bekerja sama denganku, aku akan memberikan deposit untuk tiga orang.
Aku akan meminjamkan 3 juta poin pribadi untuk teman sekelasmu yang beresiko
putus sekolah. Misalkan teman sekelasmu menerima hukuman, kamu dapat
menggunakan poin ini untuk menebus hukuman mereka. Bagi Ichinose-san yang
tidak ingin teman sekelasmu dikeluarkan dari sekolah, ini adalah proposal yang
cukup membantu, bukan?"

Sakayanagi menawarkan bantuan pada Ichinose agar proposalnya tidak ditolak.

"Bisakah kamu memberikan deposit untuk lima orang? Dengan begitu, aku akan
merasa lebih yakin."

"Kamu cukup serakah. Dalam waktu dekat kami berencana untuk mengeluarkan
jumlah segitu, tapi aku akan meminjamkannya khusus untukmu."

Selama satu tahun lebih, Kelas A telah menerima poin pribadi lebih banyak
dibanding kelas lain. Oleh karena itu, jumlah poin yang di simpan oleh setiap siswa
Kelas A tidak sama dengan siswa kelas lain.

"Dengan ini, kontrak telah resmi dibuat. Tapi, meskipun kamu tidak menawarkan
poin, aku akan tetap bekerja sama denganmu, Sakayanagi-san. Tentu saja tujuan
utama kami adalah menjadi Kelas A. Tapi seperti yang kamu katakan, kami telah
jatuh ke Kelas C, kami tidak boleh terjatuh lagi. Jika saat ini kami jatuh ke Kelas D,
aku yakin motivasi teman sekelasku akan berkurang. Sebisa mungkin, aku ingin
menghindari hal itu."

Ichinose berjabat tangan dengan Sakayanagi.

"Aliansi antara Kelas 2-C dan Kelas 2-D―diterima."

Dengan menjabat tangan satu sama lain, aliansi kedua kelas telah terbentuk.

"Dengan begini, aku bisa bertarung dengan percaya diri. Ini mungkin mendadak, tapi
aku punya permintaan."

"Untuk meningkatkan peluang kemenangan, sebaiknya kita mulai dengan


memberikan kartu [More People] pada kekuatan utama Kelas A... bagaimana
menurutmu?"

Ichinose mulai mengajukan strategi untuk bertarung sebagai aliansi.


Dengan menggunakan kartu [More People], yang hanya dimiliki satu orang di tahun
ajaran, siswa dapat membentuk kelompok beranggotakan 7 orang.

Ini juga salah satu alasan Sakayanagi memutuskan untuk bertarung bersama Ichinose.

"Kamu memahaminya dengan cepat, ini sangat membantu."

"Namun, Horikita-san dan Ryuuen-kun adalah lawan yang tangguh."

Sakayanagi juga tidak meremehkan kedua orang itu.

Mengingat keberadaan Ayanokouji yang berada di belakang Horikita, ini bukanlah


pertempuran yang mudah.

Meski begitu, Sakayanagi memilih bertarung bersama Ichinose karena dia yakin
mereka pasti bisa menang.

"Peringkat pertama akan menjadi milik kita. Aku tidak akan menyia-nyiakan upaya
yang diperlukan untuk meraih itu."

Dengan kekuatan utama yang telah diperkuat, mereka akan menantang kelas
Ryuuen dan kelas Horikita, serta kelas satu dan kelas tiga.

BAB 4 : PERTEMPURAN KELAS SATU DAN KELAS TIGA

Tiga bulan telah berlalu semenjak siswa kelas satu memasuki sekolah ini, mereka
sekarang sudah mulai memahami sedikit mekanisme SMA Kodou Ikusei.

Saat ini, mereka tengah membentuk kelompok untuk menghadapi ujian khusus yang
akan datang.

Namun, setelah izin membentuk kelompok diberikan, terjadi sesuatu di luar


perkiraan.

Pemimpin Kelas 1-D, Housen Kazuomi.

Dia menolak aliansi dan strategi bertukar kartu dengan kelas lain.

Housen menuntut poin pribadi kepada tiga kelas lainnya, jika mereka ingin
mendapatkan kerja sama darinya.
Hal ini membuat situasi menjadi rumit, mereka pun tidak dapat membentuk
kelompok dengan bebas.

Perwakilan dari setiap kelas berharap Housen akan berubah pikiran sebelum akhir
Juni, tapi, bahkan setelah memasuki Juli, situasinya sama sekali tidak berubah.

Sebagian besar siswa kelas satu memutuskan untuk mengabaikan Kelas D, tapi
Yagami Takuya dari Kelas B tidak setuju akan hal itu. Meskipun mudah bagi mereka
untuk membentuk kelompok dari 3 kelas, mereka tidak boleh mengabaikan Kelas D,
karena mereka akan bertarung melawan siswa dari angkatan yang berbeda.

Dengan pemikiran tersebut, mereka perlu memilih siswa terbaik dari 4 kelas agar
dapat membentuk kelompok tangguh yang mampu bersaing dengan kelas 2 dan
kelas 3.

"Demi mendapatkan hasil yang memuaskan dalam ujian ini, kita harus memilih siswa
terbaik dari setiap kelas."

Setelah Yagami mengatakan itu, siswa yang berpikiran sama dengannya,


memberikan dukungan mereka kepada Yagami. Ketiga kelas sepakat untuk
menunggu dan mengamati situasi hingga Juli mendatang.

Namun, tidak ada kemajuan sedikit pun karena Housen mengabaikan mereka.

Dan hari ini, batas waktunya sudah tiba, perwakilan setiap kelas akan mengadakan
pertemuan untuk mencapai keputusan akhir.

Diskusi ini tidak bersifat rahasia, jadi mereka memutuskan untuk bertemu sepulang
sekolah di koridor kelas satu. Mereka sepakat bahwa orang yang akan tiba di
pertemuan itu adalah pemimpin atau perwakilan setiap kelas, tapi sampai sekarang
Kelas D masih belum memberikan jawaban.

Yagami dari Kelas 1-B datang lebih awal di tempat pertemuan. Sebagai orang yang
mengajukan aliansi, dia merasa harus tiba lebih dulu dari perwakilan kelas lain.

Tak lama kemudian, Utomiya dari Kelas 1-C juga tiba di tempat pertemuan.

"Sepertinya yang baru datang hanya kau, Yagami."

"Utomiya-kun. Kupikir kau yang akan datang terakhir di pertemuan ini."

"Aku bukanlah pemimpin kelas, tapi teman sekelasku tidak ada yang mau datang
kemari. Meskipun aku bersedia mengutarakan pendapatku, aku benci dengan
masalah yang merepotkan seperti ini."
"Kurasa teman-teman sekelasmu memintamu datang ke sini karena mereka percaya
bahwa kau adalah orang yang bisa diandalkan. Aku sudah melihat pembaruan OAA
bulan ini, kontribusi sosialmu telah naik menjadi B."

Yagami mengatakan itu dengan senyum cerah di wajahnya.

Meskipun menerima pujian, Utomiya mengerutkan dahinya.

Kemampuan fisik Yagami memang C, tapi dia mendapat penilaian A di bidang


akademik. Selain itu, setelah berulang kali berkontribusi pada kelasnya, kemampuan
beradaptasi dan kontribusi sosialnya telah meningkat jadi A. Dalam hal kemampuan
keseluruhan, dia merupakan salah satu siswa terbaik.

Sedangkan di Kelas 1-C, tidak ada satupun yang memiliki bakat seperti itu.

"Kami baru saja kehilangan seorang rekan. Jujur saja, itu adalah kerugian yang cukup
besar."

"Aku juga tidak menyangka Hatano-kun akan dikeluarkan dari sekolah. Itu sangat
disayangkan."

"...Ya."

Hatano adalah siswa laki-laki dari Kelas 1-C, siswa berbakat yang memiliki
kemampuan akademik A.

Tapi dia dikeluarkan dari sekolah karena melanggar peraturan, itu menimbulkan
kerusakan yang fatal bagi Kelas 1-C.

Karena hal itu juga, para siswa kelas satu yang menjalani kehidupan sekolah dengan
santai, menjadi sadar betapa kerasnya sekolah ini.

Kurang lebih satu bulan telah berlalu sejak Hatano meninggalkan sekolah.

Utomiya, yang merupakan teman sekelasnya, bahkan tidak sempat meratapi


kepergiannya.

Sekarang Kelas 1-C telah kehilangan salah satu siswa berbakat, mereka harus
mendapatkan hasil yang solid di ujian khusus berikutnya.

"Sepertinya kau sangat akrab dengan Hatano."

"Kami telah berjanji untuk bergabung dengan OSIS dan membuat sekolah ini menjadi
lebih menyenangkan, tapi..."

Utomiya mengangguk ringan, dan mengalihkan pandangannya ke ruang Kelas 1-D.

"Apakah menurutmu Housen akan datang?"


Utomiya menanyakan hal itu pada Yagami.

"Kurasa, 50 : 50."

"50 : 50? Sepertinya kau percaya pada Housen. Aku yakin dia tidak akan datang."

"Jika dia tidak datang, kita akan putuskan untuk membentuk kelompok dengan tiga
kelas saja. Dan kalau itu terjadi, Kelas D yang mencoba memeras kita akan tertinggal
di belakang. Dan peluang kemenangan mereka akan hilang."

"Jika dia pikir dia bisa mendapatkan poin pribadi dari kita secara paksa, itu salah
besar. Hal yang paling penting sekarang adalah membentuk kelompok tangguh.
Karena musuh kita kali ini adalah kelas dua dan kelas tiga. Tapi, Housen menolak
bekerja sama dengan kita."

Meskipun sesama kelas satu, mereka membuang-buang waktu dan energi untuk
melakukan pertempuran yang sebenarnya tidak perlu dilakukan.

"Mungkin di permukaan Housen terlihat seperti itu. Tapi menurutku, itu bukan
tujuannya yang sebenarnya."

"Aku tahu kalau ini adalah strateginya. Tapi, itu tidak akan meningkatkan peluangnya
untuk menang."

"Kalau memang itu strateginya, malahan itu akan menguntungkan kami. Teman
sekelasku sama sekali tidak menganggap Housen-kun sebagai ancaman."

"...Ya."

Yagami mencoba untuk menebak strategi Housen yang sebenarnya sambil


mengutarakannya pada Utomiya.

Ketika mereka berdua tengah membahas hal itu, tiba-tiba orang ketiga muncul―

"Oh! Riku, Takuya. Jadi memang kalian yang datang, ya."

Orang itu adalah Takahashi Osamu dari Kelas 1-A, dia melambaikan tangannya dan
mendekati mereka berdua dengan energik.

Dia adalah siswa biasa yang memiliki kemampuan akademik C+, tapi dia tipe orang
yang mudah bergaul, karena sifatnya ini, dia sering diundang ke berbagai pertemuan.
Dalam waktu singkat, dia telah berteman dengan banyak siswa dari kelas lain.

"Osamu-kun, apa kau dipaksa lagi untuk datang?"

"Pemimpin kelasku tidak suka dengan hal-hal merepotkan. Itulah sebabnya aku yang
datang ke sini."
"Yah, diskusi ini akan jadi lebih lancar jika Osamu yang datang."

Seperti halnya Utomiya, tidak masalah jika siswa yang datang ke pertemuan ini
bukan pemimpin kelas.

Malahan, kedatangan siswa yang pandai berkomunikasi akan disambut oleh kelas
lain.

"Sekarang yang tersisa adalah Kazuomi ya."

Masih ada waktu sekitar tiga menit sebelum pertemuan dimulai. Jika Housen tidak
datang, mereka bertiga akan memulai diskusi tanpa kehadirannya.

“Bukankah lebih baik kalau kita saja yang bekerja sama? ... Aku benar-benar ingin
mengisolasi dan menghancurkan Kelas D secepat mungkin."

"Kita sudah diberitahu bahwa kemampuan selain akademik juga diperlukan dalam
ujian khusus di pulau tak berpenghuni. Jika menilai dari kemampuan akademik,
mungkin Kelas D adalah yang terendah di kelas satu, tapi dari segi kemampuan fisik,
mereka berada di urutan kedua. Mereka memiliki peran yang penting dalam
pembentukan kelompok."

"Aku mengerti apa yang ingin Riku katakan, kelasku juga merasa sedikit resah
dengan tindakan mereka. Tapi, bukankah terlalu cepat untuk mengabaikannya? Di
masa depan nanti, tidak ada jaminan kita tidak akan bekerja sama dengan kelas lain
dalam ujian khusus, bukan?"

Sementara Utomiya mengusulkan untuk menghancurkan Kelas D, Yagami ingin


bekerja sama dengan Kelas D. Sedangkan Takahashi menjadi penengah.

"Kalau kerja sama memang dibutuhkan, tiga kelas saja sudah cukup. Memang benar,
Kelas D bisa menjadi aset yang berharga, tapi tidak mungkin bagi kita untuk
menuruti kehendak Housen. Sudah hampir waktunya. Kuharap hanya kelas kita saja
yang berpartisipasi dalam diskusi ini."

"Sepertinya itu tidak akan terjadi, Riku."

Orang yang sedang dibicarakan muncul dengan santai, seolah-olah ingin


mengantisipasi percakapan itu berlanjut.

"Kau benar-benar datang ya, Housen-kun."

Setelah disambut oleh Yagami dengan senyuman, Housen mendekati mereka bertiga
dengan menunjukkan gigi putih yang terlihat menakutkan seperti biasanya. Setelah
melihat Housen sekilas, Utomiya mengalihkan pandangannya ke arah jendela.

"Kau datang tepat waktu, Kazuomi."


Takahashi berbicara dengan ramah pada Housen, tanpa rasa takut sedikitpun.

Keinginannya adalah berteman baik dengan semua orang.

"Jangan memanggil nama depanku seolah-olah kita berteman, atau aku akan
membunuhmu."

Setelah selesai mengintimidasi Takahashi, Housen kembali menatap Yagami dan


Utomiya.

"Jadi, apa kalian sudah memutuskan untuk membayar?"

"Itu lelucon yang sangat lucu. Aku tidak akan memberimu sepersen pun."

"Stop, stop, tenangkan diri kalian. Kita tidak akan bisa berdiskusi kalau kalian sudah
bertengkar dari awal."

"Nah, karena semuanya sudah datang, mari kita mulai diskusinya. Kelompok—"

"Jangan memutuskan seenaknya."

Housen tiba-tiba mendorong bahu Takahashi, Takahashi pun terjatuh dan terduduk
di lantai.

Utomiya, yang tidak senang melihatnya, menatap tajam ke arah Housen.

"Housen, jangan gunakan kekerasan di sini."

"Hah? Apa kau ingin menghalangiku?"

"Aku akan melakukannya jika memang perlu."

"Menarik. Kalau begitu, majulah."

Ketika Housen mengangkat lengan kirinya, Takahashi yang terduduk di lantai,


berteriak dengan panik.

"Tunggu, tunggu sebentar. Aku jatuh karena terpeleset, tenangkan dirimu, Riku."

"Memang begitu, kan?"

"Sayangnya aku tidak sebaik Takahashi, aku tidak akan memaafkanmu."

"Kalau begitu, mari kita lihat seberapa kuat dirimu."

Utomiya meraih lengan Housen, sebelum Housen mengepalkan tinjunya.

"Hoo..."

Housen tersenyum lebar saat merasakan kekuatan cengkeraman lawannya.


Dari matanya terlihat bahwa Utomiya bukan sekedar menggertak, dia sudah
bertekad akan bertarung di sini jika itu memang dibutuhkan.

Housen berpikir akan menyenangkan untuk bertarung di sini, tapi dia kembali
mempertimbangkannya.

Meskipun pendekatannya sedikit berbeda, Housen adalah siswa yang paling


bersemangat untuk melawan kelas lain.

"Sepertinya akan menyenangkan bermain denganmu. Aku akan menikmatinya di lain


waktu."

"Apa kau menganggap kekerasan sebagai permainan?"

"Ya, itu adalah permainan."

"Sangat konyol. Tapi kalau itu maumu, kau tidak perlu menunggu. Aku dengan
senang hati akan menghiburmu di sini. Namun ada syaratnya, kau harus berjanji
untuk tidak menyentuh teman sekelasku lagi."
Suasana menjadi tegang, keduanya saling menatap dengan tatapan yang tajam.

"Oi, oi, apa maksudmu?"

"Aku tahu kaulah orang yang membuat Hatano dikeluarkan dari sekolah. Dia
bukanlah tipe orang yang akan melanggar peraturan."

"Keroco seperti dia dikeluarkan dari sekolah karena salahnya sendiri."

"Aku masih ingat raut wajahnya ketika dia dikeluarkan. Dia terlihat seperti orang
yang telah dijebak."

"Dan kau berpikir aku pelakunya?"

"Memangnya siapa lagi selain kau?"

Meski Utomiya sudah mulai tenang, dia kembali memanas karena perkataan Housen.

"Kalian berdua, tenanglah. Riku, jika kau memulai perkelahian di sini, kau akan
bertindak sesuai keinginan Kazuomi."

"Takahashi-kun benar. Yang paling penting sekarang adalah, fokus terhadap ujian di
pulau tak berpenghuni."

"Ah, benar juga, ujian khusus berikutnya kita akan membentuk kelompok dengan
kelas lain ya."

Housen berkata begitu seolah-olah belum mengetahui itu sampai sekarang.

"Kenapa kau berpikir begitu? Kau telah menolak kerja sama dengan kelas lain, jadi ini
tidak ada hubungannya denganmu."

"Nah, karena kalian telah meminta bantuanku, aku akan bekerja sama dengan
kalian."

"Jangan bercanda. Meskipun hanya kau siswa yang tersisa, aku tidak akan mau
berkelompok denganmu."

"Kau sangat dingin."

Utomiya perlahan melepaskan lengan Housen.

Yagami yang telah diam menyaksikan situasi, merasa bahwa ini waktu yang tepat
untuk berbicara.

"Waktu kita sudah banyak terbuang, bisakah kita mulai sekarang?"

"Siapa bilang aku akan bergabung dengan diskusi kalian? Jangan seenaknya saja
memulainya."
"Kalau begitu, apa alasanmu datang ke sini? Sekedar menghabiskan waktu?"

"Bagaimana kalau aku bilang iya?"

"Aku tidak percaya itu. Kau tidaklah sebodoh itu."

Meskipun berhadapan dengan Housen, Yagami tetap tersenyum dan memberi


jawaban dengan ramah.

"Ujian bertahan hidup di pulau tak berpenghuni memang bukan hal yang biasa, tapi
siswa kelas dua dan siswa kelas tiga sudah pernah melakukannya. Kita siswa kelas
satu akan menghadapi ujian ini dengan situasi yang kurang menguntungkan."

"Tapi, bukankah kita memiliki kelebihan?"

Berhadapan dengan Takahashi yang optimis, Yagami melanjutkan kata-katanya


dengan sikap ramah.

"Itu tidak mengubah fakta siswa kelas dua dan kelas tiga lebih unggul daripada kita
di bidang akademik dan fisik. Jika kita tidak bekerja sama, kita mungkin hanya akan
menjadi makanan untuk para senior."

Itulah sebabnya Yagami menekankan bahwa kerja sama keempat kelas sangatlah
penting.

"Sikapmu yang rendah hati itu membuatku muak, Yagami. Baik itu kelas dua,
maupun kelas tiga, aku akan menghancurkan mereka semua."

"Memang benar, beberapa siswa yang berbakat bisa mengungguli mereka secara
individu. Tapi, tidak bisa dipungkiri bahwa total kekuatan siswa kelas satu lebih
rendah dari siswa senior. Tidak semua orang sehebat dirimu, Housen-kun."

Yagami mempertahankan sikap ramahnya dan memuji Housen agar percakapan bisa
terus berlanjut.

"Kurasa―kita setidaknya harus membentuk satu kelompok kuat yang terdiri dari 4
orang. Seperti yang dikatakan Housen-kun, mari kita buat kelompok dengan siswa
berbakat yang tidak akan kalah dari kelas dua dan kelas tiga."

"Itu berarti, kita tidak akan bersaing untuk memperebutkan poin kelas dalam ujian
ini?"

"Kelas dua dan kelas tiga tidak memiliki banyak waktu yang tersisa, mereka tidak
akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk mendapatkan poin kelas. Sebaliknya, kita
kelas satu masih memiliki waktu lebih dari dua tahun. Karena itulah, kali ini kita akan
mengabaikan perbedaan poin kelas."
Perbedaan poin kelas Kelas A dan Kelas D masih sekitar 300 poin. Meskipun Yagami
berkata tidak ada alasan untuk panik, Utomiya mengerutkan dahinya, sepertinya dia
memiliki pemikiran lain.

"Manfaat bekerja sama dengan kelas lain terlalu kecil. Tidak baik jika kita
mengabaikan perbedaan poin kelas."

"Tidak ada gunanya kita bersaing untuk memperlebar atau memperkecil jarak poin
kelas jika pada akhirnya kita jadi makanan para senior."

"Tapi, jika kita menggunakan strategi itu, tidak akan ada perubahan yang terjadi di
kelas satu."

Utomiya menekankan, tidak ada pilihan selain bertempur satu sama lain.

"Ah, tunggu dulu. Ada yang membuatku bingung dengan kata-kata Takuya, kenapa
hanya membuat satu kelompok saja? Tiga kelompok teratas akan menerima poin
kelas, bukan? Mengingat kita bisa menggabungkan kelompok saat ujian berlangsung,
bukankah kita bisa membentuk kelompok kuat lebih dari satu?"

Yagami segera menjawab pertanyaan Takahashi.

"Itu memang benar. Tapi, jika ingin membuat beberapa kelompok kuat, kita harus
memikirkan keseimbangan setiap kelompok. Lawan kita adalah siswa senior, mereka
tidak mudah untuk dikalahkan. Karena itulah, kita harus memprioritaskan satu
kelompok beranggotakan 4 orang yang mampu menempati peringkat pertama.
Selama ujian berlangsung, membentuk kelompok besar akan sulit untuk dilakukan,
meskipun siswa senior bekerja sama, mereka hanya dapat memilih 3 orang dari 3
kelas untuk membentuk kelompok."

Setelah mendengar penjelasan Yagami, Takahashi akhirnya menyadari tujuan Yagami.

"Itu berarti, asalkan kita menempati peringkat pertama, kita bisa menghilangkan
kemungkinan terburuk."

"Kita memang bisa membentuk kelompok yang kuat jika mengabaikan Housen-kun
dan melakukan kerja sama di antara tiga kelas saja. 'Tapi kalau kita melakukan itu,
keadaan kita tidak akan berbeda dari para senior'. Itu sebabnya aku berharap
keempat kelas mau bekerja sama. Menurutku persatuan di angkatan kita sangatlah
penting dalam ujian ini. Bukan hanya sekedar memilih kekuatan dari setiap kelas.
[Kelas satu dapat membentuk kelompok kecil beranggotakan 4 orang]. Kita harus
memanfaatkan keuntungan ini. Akan disayangkan jika kita membuangnya."

(Tl note : ' kelas dua dan kelas tiga hanya bisa membentuk kelompok kecil maksimal
3 orang, kalau kelas satu melakukan kerja sama dari tiga kelas saja, keuntungan
membentuk kelompok 4 orang dari 4 kelas di angkatan mereka akan menghilang dan
keadaan mereka akan berakhir sama seperti kelas dua dan kelas tiga yang hanya bisa
melakukan kerja sama dari 3 kelas)

Jika mengucilkan Kelas-D, peluang untuk mendapatkan peringkat pertama akan


berkurang.

Seandainya itu terjadi, mereka hanya akan saling menyabotase saat ujian
berlangsung.

Pemikiran ideal Yagami adalah kerja sama antar empat kelas.

Kemudian, Yagami kembali menghadapi Housen.

"Kaulah yang paling mengerti bagaimana para senior bertempur, kuharap kau mau
bekerja sama dengan kami."

Yagami menegaskan bahwa kerja sama keempat kelas sangatlah diperlukan, tapi
Utomiya melihat Housen dengan tatapan curiga.

Utomiya berpikir bahwa Housen tidak akan menyetujuinya, karena pria ini telah
menolak semua negosiasi selama lebih dari dua minggu.

"Baiklah, aku akan bekerja sama dengan kalian."

Namun, Housen menerima proposal Yagami.

"... Apa yang kau rencanakan, Housen?"

"Apa yang kurencanakan? Bukankah aku hanya menerima permohonannya untuk


bekerja sama denganku?"

"Kalau begitu, aku ingin mendengar persyaratannya."

Yagami tidak ingin membuang-buang waktu dan mendesak Housen untuk


mengatakan syarat yang dibutuhkan, sebelum Housen berubah pikiran.

"Dua slot kosong di kelompok terkuat harus disediakan untuk Kelas D. Inilah
persyaratannya."

"Apa?"

Utomiya tidak senang mendengar syarat Housen yang hanya menguntungkan Kelas
D.

"Tapi bagaimana kalau kita tidak bisa membentuk kelompok besar sesuka hati kita?"

"Sudah kubilang, kan!? Syaratku adalah 2 siswa Kelas D harus ada dalam sebuah
kelompok."
"Jadi begitu. Jika kita tidak berkelompok dengan dua siswa Kelas D, kita harus
menyelesaikan ujian ini dengan tiga kelas saja."

"Kalian tidak peduli dengan kemenangan, bukan? Kalau begitu siapkanlah kelompok
empat orang terkuat untuk kelasku."

"Jangan bercanda, Housen."

"Aku tidak bercanda. Jika kau tidak menyukainya, enyahlah."

"Kau bajingan..."

Utomiya menjadi kesal dan mendekati Housen yang mengajukan syarat yang tidak
masuk akal.

Tapi, di saat itu juga, Yagami berdiri di depan Utomiya, seolah-olah sedang
memotong antrian.

"Tenangkan dirimu, Utomiya-kun. Aku tidak keberatan dengan syaratnya itu."

"Kau akan membiarkan Kelas D mendapat keuntungan?"

"Prioritas utama kita sekarang adalah mempersatukan semua kelas satu. Kita tidak
boleh kalah dari angkatan lain."

"Jika kita membiarkan dia memanfaatkan kita sekarang, dia pasti akan semakin
semena-mena."

"Lalu, jika sekarang kita mengabaikan Housen-kun dan Kelas D, apa ada yang akan
berubah?"

"Itu..."

"Hal terpenting dalam ujian ini adalah mendapatkan peringkat pertama. Tidak ada
hal lain yang lebih penting daripada itu."

"Aku juga setuju, Riku. Aku mengerti bagaimana perasaanmu, tapi pertama-tama,
kita kelas satu harus bisa bekerja sama."

Utomiya yang menyuarakan ketidakpuasannya, berhenti setelah dibujuk oleh Yagami


dan Takahashi.

"Tidak ada lagi syarat lain. Kau mengerti, Housen?"

Housen berbalik setelah mendengar kata-kata Utomiya tersebut.

Seolah menandai berakhirnya percakapan mereka.


"Terakhir, ada satu hal yang perlu kita lakukan. Untuk menghindari perselisihan
mengenai hadiah, kita akan mendistribusikan kembali kartu item yang dimiliki setiap
siswa kelas satu agar dapat memanfaatkannya semaksimal mungkin. Kita akan
memberikan kartu Half-Off kepada siswa berkemampuan menengah ke bawah yang
beresiko dikeluarkan. Kau tidak keberatan kan, Housen-kun?"

"Lakukan sesukamu."

Housen tidak terlihat keberatan, dan segera pergi dari tempat itu.

Di saat ketiganya melihat Housen pergi, Takahashi berbicara pada Yagami.

"Ngomong-ngomong, Takuya, siapa yang akan kau pilih dari Kelas B?"

"Setidaknya aku berpikir, semua orang yang berpartisipasi di sini bisa membentuk
kelompok tangguh, tentu saja termasuk Housen-kun. Apa aku salah?"

Yagami menatap Takahashi dan Utomiya, serta Housen yang meninggalkan tempat
ini dengan tatapan lembut tapi juga tajam.

"Meski kau mengakui kemampuan Housen, salah jika kau menganggapnya sebagai
rekan. Dia―"

"Sudahlah, kita akan berhati-hati mengambil keputusan selanjutnya. Dalam diskusi


ini, kita bisa menyatukan semua kelas satu, bukankah itu sudah cukup?"

"...Aku mengerti."

"Jika kita bekerja sama, kita pasti bisa menempati peringkat pertama. Mari jadikan
itu sebagai tujuan utama kita."

Meski sedikit enggan menerima kata-kata Yagami, Utomiya menyetujuinya dan


kemudian, pertemuan ini pun dibubarkan.

Keesokan harinya, sepulang sekolah, di kafe Keyaki Mall.

"Suara detik jam yang terus berbunyi itu sangat menyebalkan. Aku benci jam tangan
seperti itu."

Amasawa mengungkapkan kekesalannya sambil melihat arloji di tangan kiri Housen,


yang duduk di depannya.
"Berisik. Apa kau tahu nilai dari jam tangan ini?"

"Nilai? Apakah jam tangan itu berharga? Aku tidak punya waktu untuk mencari tahu
sesuatu yang kubenci."

"Hahh.. Inilah kenapa wanita sangat membosankan."

Housen tertawa dan mengelus jam tangannya.

"Kamu ini... Yah, sudahlah. Jadi, apa yang kamu inginkan dariku?"

"Aku memanggilmu untuk ujian khusus di pulau tak berpenghuni yang akan datang.
Amasawa, bergabunglah denganku."

"Kamu ingin bekerja sama denganku lagi, ya. Selain itu di pulau tak berpenghuni, apa
kamu akan melakukan sesuatu yang cabul padaku?"

"Hah?"

Housen mengerutkan dahinya dan memberikan tatapan yang tajam, namun


Amasawa membalasnya tanpa takut dengan senyuman yang terlihat seperti iblis
kecil.

Kemudian Amasawa menurunkan kakinya yang sedang bersilang, dan perlahan


membuka lebar bagian tengah di antara kedua kakinya.

"Apa kamu ingin melihat celana dalamku? Kamu bisa kok mengintipnya dari bawah
meja."

Jika mengambil posisi merangkak, bagian tengah di antara kedua kaki Amasawa akan
terlihat.

Menanggapi godaan tersebut, Housen meletakkan siku kanannya di atas meja, dan
mencondongkan tubuhnya ke depan.

"Apa kau pikir aku tidak akan menggunakan kekerasan pada wanita?"

"Aku tidak pernah memikirkan hal itu sama sekali. Tapi menurutku, kamu tipe orang
yang akan memukul orang lain tanpa pikir panjang."

"Kalau kau sudah tahu, berhentilah mengatakan sesuatu yang konyol. Itu buang-
buang waktu."

"Buang-buang waktu ya? Kalau begitu, aku ingin mendengar rencanamu. Mengapa
kamu mengundangku?"

"Itu karena kau memiliki keberanian untuk mengeluarkan Ayanokouji dari sekolah."
"Yah, itu memang benar. Ada beberapa orang yang mengetahui tentang [Hadiah]
tersebut, tapi tidak melakukan apa-apa, ada pula yang mengincar hadiah itu tapi
hanya bertindak setengah hati. Untuk mendapatkan 20 juta poin pribadi, kurasa
wajar jika kita harus mengerahkan semua kemampuan."

Amasawa menjawab seperti itu, tanpa menunjukkan ekspresi yang bermasalah.

"Jadi, apa keuntungan yang kudapat jika bekerja sama denganmu? Begini-begini, aku
tidaklah murahan."

Saat Amasawa menanyakan imbalannya, sebuah suara yang tegas terdengar dari
arah belakang.

"Kita akan membaginya sama rata. Kamu berkata begitu saat kita bekerja sama
sebelumnya, bukan?"

Nanase yang datang agak telat, bergabung dalam percakapan mereka.

"Sama rata? Meskipun memiliki wajah yang cantik, kamu orang yang blak-blakan,
Nanase-chan. Housen-kun, apa kamu tidak akan menanggapi pernyataan yang
mengejutkan ini?"

Mereka bertiga berkumpul di meja untuk tiga orang.

"Jadi begitu. Kelompok yang Housen-kun katakan adalah kita bertiga, ya. Satu lagi
siapa?'

"Kita tidak membutuhkannya. Yang akan memenangkan ujian di pulau tak


berpenghuni bukanlah kelas dua ataupun kelas tiga, melainkan kita bertiga."

"Kamu cukup percaya diri. Meskipun banyak siswa yang tangguh di antara para
senior, mereka sangat berbeda dari siswa kelas satu loh?"

"Tidak masalah, aku akan menghancurkan mereka semua."

"Yah, bahkan jika kemampuan Housen-kun adalah yang nomor satu... kita kelas satu
sudah sepakat untuk bekerja sama menghadapi ujian ini, bukan? Berbicara tentang
siswa terbaik dari Kelas D, kurasa itu adalah kalian berdua."

"Yang boleh memberikan penilaian itu terhadap Kelas D adalah aku. Mengerti?"

"Jadi kamu akan mengirim kroco sebagai perwakilan dari kelasmu, ya. Itu berarti kita
akan mendapat perlawanan dari segala arah?"

"Itu tergantung pada kekuatan utama mereka. Meskipun kami mengirim siswa
berkemampuan akademik atau fisik yang tinggi, itu tidak akan menjadi ancaman.
Sebaliknya, kita akan mendapat masalah jika Housen-kun yang bergabung dengan
mereka."

"Yah, asalkan tidak menghadapi mereka secara langsung, seharusnya tidak ada
masalah. Kita juga belum memulai kerja sama sih. Nah, kembali ke topik utamanya,
berapa banyak poin yang akan kudapatkan?"

"Kami tidak akan menentukan jumlah poin untukmu. Seperti yang kukatakan
sebelumnya, kita memiliki hubungan yang setara. Tentu saja, semua hadiah poin
pribadi yang didapatkan oleh Kelas D akan kami bagi sama rata denganmu."

"Apa kamu puas dengan itu?" Kata Nanase bertanya pada Amasawa.

"Tapi, kontribusi setiap orang berbeda, kan? Baik ujian di pulau tak berpenghuni
ataupun ujian khusus lainnya, aku yakin aku bisa berkontribusi lebih banyak
dibanding siapapun. Apa kamu bisa mengimbangiku, Nanase-chan?"

"Bagaimana kalau kamu pastikan saja sendiri?"

Nanase menanggapi provokasi itu dengan memprovokasi kembali.

Amasawa mengalihkan pandangannya sejenak ke arah Housen, lalu dia


mengarahkan tangannya ke wajah Nanase secara tiba-tiba. Dia berniat menampar
Nanase dengan serangan mendadak.

Namun, Nanase meraih tangannya tanpa panik sedikitpun.

"Kamu benar-benar berani, ya? Mengujiku di tempat seperti ini?"

"Waah. Kamu sangat gesit. Aku suka gadis yang kuat."

"Kamu sendiri juga tidak seperti gadis biasa."

"Entahlah. Bagaimana kalau aku coba sekali lagi? Boleh, kan?"

'Di satu sisi menunjukkan senyuman, di sisi lain menunjukkan wajah tanpa ekspresi.'

(Tl note : ' Amasawa tersenyum, Nanase berwajah datar)

Aliran waktu di tempat itu terasa berjalan dengan lambat, seolah mereka sedang
menguji kemampuan satu sama lain.

"Aku dan Nanase, lalu kau, kita bertiga akan membentuk kelompok. Kau tidak
keberatan, kan?"

"Aku sudah memahami kemampuan Nanase-chan, tapi menurutku hubungan kita


masih belum setara."
"Kenapa kamu berpikir begitu? Apa karena kami berdua berasal dari Kelas D?"

"Aku tidak peduli dengan hal itu. Hanya saja, jumlah poin pribadi yang akan kita
dapatkan sama banyak... Kalau kalian ingin bekerja sama denganku, kalian harus
membayar ekstra."

Setelah mengatakan itu, Amasawa mengepalkan tangan kirinya, lalu dia


menggesekkan jari jempol dan jari telunjuknya berulang kali, seperti isyarat meminta
suap.

"Wajar kan, jika aku menaikkan imbalan yang akan kuterima? Karena orang yang
mengajak untuk bekerja sama adalah kalian."

"Sikap yang sangat arogan. Baik kau maupun Nanase, kalian lebih menakutkan
daripada gabungan Yagami dan Takahashi."

"Apa kamu tidak tahu? Saat ini, wanita lebih kuat."

"Kalau begitu, aku akan bertanya. Apa lagi yang kau inginkan selain hadiah
kelompok?"

"Sudah jelas bukan, menempati peringkat pertama, tapi tidak hanya itu saja."

Amasawa mengubah posisi tangan kirinya, dia mengangkat jari jempolnya hingga ke
lehernya.

Kemudian dia menggesernya dari kiri ke kanan secara perlahan.

"Poin yang didapatkan dari pengusiran Ayanokouji-senpai, semuanya harus menjadi


milikku. Itulah syaratku."

"Hah? Bukankah itu terlalu berlebihan? Aku tidak bisa menyerahkannya begitu saja."

"Kalau begitu, aku akan menolak tawaranmu. Tapi, apa yang akan kamu lakukan
tanpaku? Jika kamu tidak memiliki rekan yang dapat dapat dipercaya selain Nanase-
chan, kamu akan mengalami kesulitan dalam ujian khusus ini, kan?"

Seperti yang dikatakan Amasawa sebelumnya, Housen akan mendapat permusuhan


dari segala arah.

Selain itu, meski mereka berdua bekerja sama dengan keempat kelas, tidak akan ada
siswa lain yang mau membantu kelompok yang egois seperti mereka. Tidak seperti
Amasawa.

"Begitu aku bekerja sama dengan Housen-kun, aku akan semakin terisolasi di Kelas A.
Bukankah wajar bagiku meminta imbalan yang sesuai atas hal itu?"

Housen dan Amasawa saling memandang.


"Tentu saja aku tidak akan meminta yang lain, asalkkan kamu memberiku hadiah dari
pengusirannya. Namun, kehormatan mengeluarkan Ayanokouji-senpai akan tetap
jadi milikmu, Housen-kun. Bukankah itu sudah cukup?"

"Kita tidak perlu mendengarkannya. Jika Kelas 1-A mendapat tambahan 20 juta poin
pribadi, kita tidak tahu apa yang akan mereka lakukan nantinya..."

"Diamlah, Nanase."

Housen menolak saran Nanase, dan terus menatap Amasawa.

"Aku akan menyerahkan hadiah itu padamu."

"Terima kasih. Fakta bahwa kamu bukan pria yang pelit benar-benar membuatku
senang."

Setelah mengatakan itu, Amasawa perlahan berdiri dari kursinya."

"Mohon kerja samanya."

Setelah negosiasi berakhir, merasa tidak ada gunanya berlama-lama di tempat ini,
Amasawa pergi meninggalkan mereka berdua.

"Apa kamu yakin dengan ini?"

"Ya."

"Aku mengerti, yang membuat keputusan adalah kamu. Tapi, apa tidak masalah
mempercayai Amasawa-san sepenuhnya? Menurutku dia adalah tipe orang yang
akan mengkhianati rekannya."

"Percaya? Jangan seenaknya berasumsi kalau aku mempercayainya. Baik itu kau
maupun Amasawa, aku tidak mempercayai kalian berdua."

"Lalu, kenapa kamu ingin bekerja sama dengannya?"

"Karena dia berbeda dari sampah lainnya. Dia memiliki sisi yang tersembunyi, sama
sepertimu."

"Aku mengerti, mungkin itu benar. Tapi, 20 juta poin sangatlah banyak."

"Perjanjian lisan tidak ada artinya. Selama aku menjelaskan fakta bahwa aku yang
mengeluarkan Ayanokouji, tentu saja aku lah yang akan menerima hadiah itu. Aku
tidak peduli meskipun dia menangis padaku tentang kesepakatan lisan ini."

Housen mengatakan bahwa dia tidak berniat menepati janjinya dari awal.

"Kamu benar-benar orang yang kejam."


"Ayanokouji, Ryuuen, ataupun yang lain, bajingan-bajingan itu membuatku muak,
aku akan menghancurkan mereka semua. Aku tidak tahan terkekang oleh aturan
sekolah ini."

Housen tidak bisa menahan tawanya, dia terlihat sangat senang.

6 Juli, mendekati liburan musim panas.

Semua anggota grup Ayanokouji, selain Akito yang pergi melakukan aktifitas klub,
berkumpul di sekitar tempat dudukku yang dekat dengan pintu masuk kelas. Kami
sebelumnya sudah berjanji untuk pergi ke kamar Keisei.

"Ayanokouji-kun, bisa aku bicara denganmu sebentar?"

Saat kami akan meninggalkan kelas, Kushida memanggilku dan bertanya seperti itu.

"Ada apa?"

Belakangan ini, aku jarang melakukan kontak dengan Kushida, jadi interaksi ini
sedikit tidak biasa.

Meskipun setiap bulan aku memberinya sejumlah poin pribadi, hubungan kami tidak
lebih dari sebuah kontrak. Aku tidak perlu berpikir panjang memberikan poinku
padanya, karena poin pribadi yang kuterima setiap bulan cukup konsisten.

"Sebenarnya, ada siswa kelas satu yang ingin bertemu denganmu, Ayanokouji-kun...
Tapi sepertinya, sekarang bukan waktu yang tepat ya?"

Kushida menatap Haruka dan anggota grup lainnya dengan wajah bersalah, lalu dia
melanjutkan perkataannya.

"Dia minta tolong padaku untuk mengatur pertemuan denganmu. Kurasa, ini akan
memakan waktu sekitar satu jam."

"Mungkinkah junior itu seorang gadis yang ingin menyatakan perasaannya pada
Kiyopon?"

"Eh? Ehhh!? Apa itu benar?"

Airi menjadi panik setelah mendengar Haruka yang menebak secara asal-asalan.

"Kalau memang begitu, kita tidak bisa membiarkan mereka berdua bertemu."
Mereka mengutarakan pikiran mereka secara blak-blakan, dan memutuskan nasibku
sesuka hati mereka.

"... Apa memang begitu?"

Bagaimanapun, aku memutuskan untuk mengkonfirmasinya lebih dulu pada Kushida.

"Eh? Ah, itu... junior yang ingin bertemu denganmu adalah laki-laki.... Maaf, ya."

Dengan menunjukkan wajah yang bersalah, Kushida meminta maaf padaku.

Tidak, kau tidak perlu meminta maaf untuk hal itu.

Meskipun dari awal aku sudah berpikir bukan itu masalahnya, aku merasa sedikit
lega.

"Tidak masalah, kan? Sedikit berinteraksi dengan siswa kelas satu? "

"Benar. Anggota grup kita tidak begitu baik dalam bersosialisasi. Bukan hal yang
buruk jika Kiyotaka bisa mengenal siswa kelas satu."

Setelah mengetahui bahwa junior tersebut adalah laki-laki, kedua belah pihak
memintaku untuk menemuinya. Airi merasa lega setelah mendengar bahwa itu
bukanlah sebuah pengakuan, dan dia dengan senang hati memintaku untuk pergi.
Kalau sudah begini, aku tidak punya lagi alasan untuk menolak.

"Baiklah. Apa yang harus aku lakukan?"

"Terima kasih! Untuk sekarang, aku akan memberitahunya bahwa Ayanokouji-kun


mau bertemu dengannya."

Kushida mengeluarkan ponselnya dan menghubungi siswa tersebut.

"Kalau begitu, kami duluan. Nanti kamu nyusul, ya?"

Setelah mengucapkan salam perpisahan yang singkat, anggota grup Ayanokouji


kembali ke asrama.

"Maaf, ya."

Dia sekali lagi meminta maaf padaku sambil mendekatkan ponsel ke telinganya,
sepertinya panggilan itu belum terhubung.

"Ini bukan masalah besar. Mereka juga tidak akan mengeluh karena hal ini."

Tak lama kemudian, panggilan telepon Kushida terhubung.

"Aa, halo? Ayanokouji-kun bilang dia bisa bertemu denganmu sekarang. Ya, ya. Aa,
begitu ya? Kalau begitu kami akan menunggumu di sini."
Kushida menyelesaikan panggilan itu dalam waktu kurang dari sepuluh detik.

"Sepertinya dia sudah menuju ke sini. Kita tunggu saja, biar nanti kita tidak kesulitan
mencarinya."

Siswa kelas satu yang ingin bertemu denganku berada dalam perjalanan menuju
koridor kelas dua.

"Selain itu, Kushida nampaknya semakin akrab dengan siswa kelas satu ya?"

"Eh? Sekarang sudah memasuki bulan Juli, kan? Kupikir itu wajar karena sudah cukup
lama waktu berlalu ..."

"... Benar juga."

Aku melihat ke luar melalui jendela koridor, matahari bersinar sangat terang.

Sudah waktunya bagi para jangkrik untuk bernyanyi dan memulai paduan suara.

Sudah lebih dari tiga bulan sejak siswa kelas satu datang ke sekolah ini.

Bagiku yang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, itu hanyalah tiga bulan yang
sudah berlalu, tapi bagi Kushida, itu sudah lebih dari cukup untuk menjalin hubungan
baik dengan junior.

"Ayanokouji-kun sendiri, juga akrab dengan beberapa siswa kelas satu, bukan?"

Bukankah itu sudah jelas? Itulah yang ingin kukatakan, tapi kenyataannya tidak
begitu.

"Tidak ada yang bisa aku panggil sebagai teman."

"Be-Begitu, ya... Yah, tidak perlu buru-buru. Ini baru permulaan."

Aku akan merasa hampa jika fokus pada hal itu. Memang benar, aku sudah
melakukan interaksi dengan beberapa siswa kelas satu. Namun, belum ada satu pun
yang akrab denganku.

Percakapan kami terhenti sampai di situ, suasana menjadi canggung.

Ketika aku sedang memikirkan bahan percakapan, siswa kelas satu muncul di koridor.

"Kushida-senpai."

Siswa itu adalah Yagami Takuya, lulusan dari SMP yang sama dengan Kushida dan
Horikita. Kushida tersenyum ketika melihatnya, kedatangan Yagami melenyapkan
suasana kami yang canggung.

"Yagami-kun adalah orang yang ingin bertemu denganmu, Ayanokouji-kun."


"Senang bertemu denganmu, Ayanokouji-senpai. Terima kasih sudah meluangkan
waktumu untukku."

Aku mengingat Yagami, karena sebelumnya dia pernah menyapa Kushida.

"Kalau tidak salah―siswa Kelas 1-B, kan?"

"Ya. Aku Yagami Takuya dari Kelas 1-B."

'Aku sudah pernah bertemu dengan Yagami', tapi kami tidak pernah melakukan
percakapan sebelumnya. Ini adalah pertama kalinya kami berbicara, tepat ketika
musim panas tiba.

(Tl note : ' saat Housen datang ke koridor kelas dua)

Kelihatannya dia sudah menjadi pemimpin Kelas 1-B, tapi seberapa besar
pengaruhnya?

Dengan sikap yang ramah dan juga kepribadian yang baik, ditambah dengan
kemampuan akademik yang tinggi, dia pasti populer.

"Kita harus cari tempat dulu ya... Bagaimana kalau kita berbicara di kamarku? Aku
baru saja mendapatkan teh hitam yang cukup langka. Menyeduhnya memang agak
lama, tapi rasanya sangat enak lho!"

Yagami menyarankan untuk pergi ke kamarnya.

Aku sedikit tertarik, karena aku jarang minum teh hitam.

Tapi jika aku mengikutinya, apakah kami akan selesai dalam waktu satu jam? Aku
sedikit ragu akan hal itu.

"Ah, maaf Yagami-kun. Sebenarnya, Ayanokouji-kun setelah ini akan bertemu


dengan teman-temannya. Jadi kalau bisa, kita harus menyelesaikannya dalam waktu
satu jam."

Kushida yang menyadari bahwa itu akan memakan waktu lama, segera menjelaskan
keadaanku pada Yagami.

"Begitu ya, aku mengerti. Kalau begitu, mari kita bicara di kafe Keyaki Mall."

Meskipun terlihat sedikit kecewa, Yagami menerima situasiku dan menyetujui usulan
Kushida.

"Kalau begitu, ayo kita pergi Ayanokouji-kun."

Aku memutuskan untuk pergi ke kafe Keyaki Mall bersama Kushida dan Yagami.
"Ngomong-ngomong, ujian khusus di pulau tak berpenghuni akan segera dimulai.
Kudengar, tahun lalu Kushida-senpai juga melaksanakan ujian khusus yang serupa."

"Ya. Aku kesulitan saat itu."

"Maukah senpai memberitahuku tentang ujian itu? Kami kelas satu tidak memiliki
pengamalan, jadi setidaknya kami ingin mengumpulkan beberapa informasi."

"Aku tidak keberatan... Tapi aku tidak tahu apakah ini akan membantu. Aturan ujian
kali ini juga sangat berbeda dari tahun lalu."

"Aku tahu itu. Siswa kelas tiga juga menjalani ujian khusus di pulau tak berpenghuni,
dengan aturan yang berbeda darimu, Kushida-senpai."

"Ooh, jadi siswa kelas tiga juga pernah melakukan ujian khusus di pulau tak
berpenghuni ya."

"Ya. Mereka melakukannya saat mereka masih kelas satu, sama sepertimu. Biasanya
siswa sekolah ini hanya satu kali melakukan ujian khusus di pulau tak
berpenghuni―Apakah tahun ini pengecualian? Atau ada perubahan?"

Kelihatannya Yagami memiliki lebih banyak informasi daripada kami.

"Apakah senpai penasaran kenapa aku memiliki informasi tentang siswa kelas tiga?"

Yagami berkata begitu kepadaku, yang terus diam mendengarkan.

"Aku telah bergabung dengan OSIS. Ketika aku membicarakan topik itu dengan Ketua
OSIS Nagumo, dia dengan senang hati memberitahuku tentang ujian khusus di pulau
tak berpenghuni yang dia lakukan 2 tahun sebelumnya. Saat itu, setiap kelas di bagi
menjadi 4 kelompok, total 12 kelompok berkompetisi dalam ujian itu."

Aturan ujian khusus mereka berbeda dari kami.

Meskipun sama-sama melakukan ujian di pulau tak berpenghuni, pada dasarnya


setiap angkatan melaksanakan ujian itu dengan aturan yang berbeda.

"Kemungkinan, ada petunjuk tersembunyi dalam ujian khusus di pulau tak


berpenghuni kelas dua."

Bahkan jika aku dan Kushida menyembunyikan kebenarannya dari Yagami, dia pasti
akan mendengarnya dari orang lain. Kushida nampaknya akan memberitahu Yagami,
yah, kami juga tidak perlu menyembunyikannya.

Dengan sikap yang ramah, Kushida mulai menjelaskan kelangsungan hidup di pulau
tak berpenghuni tahun lalu.
Aku hanya diam mendengarkan mereka berbicara dan terus berjalan mengikuti
mereka.
3

Kami tiba di kafe Keyaki Mall tepat setelah selesai membicarakan tentang ujian
bertahan hidup di pulau tak berpenghuni tahun lalu.

Kami sampai di tempat tujuan tanpa kendala, tapi sesampainya di sini, muncul
situasi tak terduga.

"Ramai sekali."

Kafe dipenuhi oleh pengunjung. Bahkan, banyak siswa yang mengantri di dekat pintu
masuk.

"Sekarang bagaimana? Haruskah kita pergi melihat ke lantai dua?"

"Tunggu dulu."

Yagami mengatakan itu sambil memegang ponsel dengan tangan kirinya, lalu dia
mulai mengoperasikan sesuatu di ponselnya.

"Aku baru saja memeriksanya dari temanku, sepertinya kafe di lantai dua juga penuh.
Meski kita ke sana, kita tetap akan menunggu, jadi bagaimana kalau kita menunggu
yang di sini saja?"

Tampaknya, Yagami menghubungi temannya yang juga berada di kafe melalui pesan
teks. Dia mengambil keputusan dengan cepat agar waktu kami tidak terbuang sia-sia.
Ketika kami berdua menyetujui saran itu, Yagami menyadari seseorang mendekat
dari belakang. Dia dengan santai membawa kami menjauh dari tempat antrian, lalu
Yagami menulis nama dan jumlah orang pada lembar reservasi kafe, sambil
memegang ponsel dengan tangan kirinya. Tulisannya jauh lebih bagus daripada
tulisan siswa di kolom atas dalam lembar reservasi tersebut.

"Wah. Tulisanmu sangat bagus, Yagami-kun."

Setelah melihat tulisan tersebut, tak heran jika Kushida memberikan pujian seperti
itu.

Yagami menanggapi pujian itu dengan tersenyum.

Setelah itu, kami bertiga pergi menuju kursi antrian untuk menunggu meja kosong.

"Kakekku pernah bilang padaku, walaupun aku tidak pandai belajar, setidaknya
tulisanku harus rapi."

"Kakekmu?"
"Ya. Kakekku adalah seorang guru kaligrafi."

"Luar biasa. Tulisanku sama sekali tidak bagus."

Kushida bersikap rendah hati, tapi seingatku tulisannya tidak terlalu buruk. Aku
sudah beberapa kali melihatnya, tulisan Kushida bisa dikatakan cukup bagus.
Meskipun tidak sebagus tulisan Yagami, tulisannya sangatlah feminim.

Selain itu, siswa bernama Yagami sepertinya bukan tipe orang yang memamerkan
kemampuannya. Meskipun dia bilang tidak pandai belajar, kemampuan
akademiknya di OAA saat ini mendapat penilaian A. Siswa berbakat yang populer.
Dia sedikit mirip dengan Yousuke.

Setelah beberapa saat, akhirnya ada meja kosong untuk empat orang, lalu kami
meminta pesanan masing-masing dan duduk di meja itu.

"Mungkin senpai berpikir, kenapa baru sekarang aku menghubungimu.


Sebenarnya―ada sesuatu yang ingin kuberitahukan padamu, Ayanokouji-senpai.
Ujian khusus yang hanya diketahui oleh beberapa siswa kelas satu, senpai sudah
tahu itu, kan?"

Kushida kehereanan mendengar cerita Yagami, kelihatannya dia belum


mengetahuinya. Ujian khusus terbatas, dimana siswa yang mengeluarkanku akan
menerima hadiah 20 juta poin pribadi. Dari cara Yagami mengatakannya, dia
sepertinya mengetahui fakta itu secara langsung, bukan hanya dari rumor belaka.
Untuk berjaga-jaga, aku memutuskan untuk mendengar lebih lanjut dan memastikan
pendapatnya.

Aku menunggu Yagami melanjutkan perkataannya, tanpa penegasan ataupun


penyangkalan. Yagami menganggukkan kepalanya, dia sepertinya memahami
maksudku.

"Aku menerima ujian ini pada bulan April lalu. Tapi aku memutuskan untuk tidak
berpartisipasi, karena aku tidak tertarik menerima bayaran dari mengeluarkan
seseorang."

Memang benar, Yagami tidak melakukan apapun terhadapku. Jika dia tertarik
dengan hadiah itu, dia akan memperhatikanku. Tapi sampai sekarang, dia tidak
mengusikku sama sekali.

"Kenapa baru sekarang kau memberitahuku?"

"Aku dengar Housen-kun telah gagal dalam percobaan pertamanya. Karena itu juga,
tangan kiri Ayanokouji-senpai sampai terluka. Aku tidak akan terkejut jika dia
melakukan sesuatu yang tidak manusiawi, tapi ini jauh melebihi perkiraanku."
"Yah, aku tidak akan menyangkalnya."

Kushida bergantian melihatku dan Yagami, dia mencoba untuk memahami


pembicaraan kami. Kalau ini terus berlanjut, kemungkinan besar Yagami akan
mengungkapkan kebenarannya.

"Dan ada satu lagi... alasanku memberitahu hal ini padamu."

Tapi Yagami tidak segera mengungkapkannya, nampaknya dia memiliki alasan lain.

"Demi melindungi siswa kelas satu, aku bersedia menjadi pengamat. Namun, jika
Ayanokouji-senpai tidak melakukan apa-apa... situasi terburuknya, kemungkinan
besar teman sekelasmu juga akan terlibat, seperti Kushida-senpai. Karena itulah aku
memintanya untuk mengatur pertemuan ini, agar aku dapat memberitahumu semua
yang aku ketahui."

Kushida yang telah mendengarkan sejauh ini, mengangkat tangan kirinya dengan
wajah kebingungan.

"Umm, aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan..."

"Apa aku boleh melanjutkannya?"

"Aku tidak punya hak untuk menghentikanmu."

Yagami meminta izin dariku, karena Kushida terlihat sangat khawatir.

Bahkan jika aku menghentikannya sekarang, Yagami akan memberitahu Kushida di


saat aku tidak ada.

"Kalau begitu, aku akan memulainya dari awal agar Ayanokouji-senpai juga
memahami situasinya secara menyeluruh. Semuanya berawal dari saat Ketua OSIS
Nagumo memanggilku. Dia memberi instruksi kepada perwakilan setiap kelas satu
untuk berkumpul di ruang OSIS secara diam-diam. Sebenarnya, kami dipanggil ke
sana ketika baru masuk sekolah ini."

Aku mendapat kata kunci [OSIS] dari Yagami.

"Siswa yang berkumpul di tempat itu totalnya 6 orang. Perwakilan dari Kelas A
adalah Takahashi Osamu-kun dan Ishigami Kyou-kun, Kelas B aku, Kelas C Utomiya
Riku-kun, lalu dari Kelas D adalah Housen Kazuomi-kun dan Nanase Tsubasa-san."

Jika apa yang dikatakan Yagami benar, ini adalah informasi yang sangat berharga. Itu
berarti dua siswa Kelas 1-C yang melakukan percakapan denganku bukanlah sebuah
kebetulan. Tapi yang membuatku kepikiran adalah.. nama Amasawa tidak
disebutkan.
"Isi ujian khususnya adalah mengeluarkan seorang siswa kelas dua, yaitu Ayanokouji-
senpai."

"Eh!? Mengeluarkan.. Ayanokouji-kun...?"

Dilihat dari ekspresi Kushida, sepertinya dia benar-benar tidak mengetahui hal ini
sebelumnya.

Yagami menanggapi Kushida yang terkejut dengan anggukan ringan, lalu dia
melanjutkan perkataannya.

"Batas waktunya sampai awal semester dua, kami diperbolehkan menggunakan cara
apapun. Selain itu, kami dilarang memberitahu ujian khusus ini kepada siapapun.
Namun supaya adil, aku dan Utomiya-kun diizinkan untuk memberitahukannya pada
satu orang siswa dari kelas kami masing-masing, karena perwakilan dari kelasku dan
kelas Utomiya-kun hanya kami satu orang, tapi aku tidak memberitahukan hal ini
pada siapapun. Kalau Utomiya-kun mungkin sudah memberitahu satu orang teman
sekelasnya."

Itu berarti, 6 atau 7 siswa kelas satu tahu tentang ujian khusus ini.

"Ketua OSIS Nagumo bilang pada kami bahwa dia akan memberikan 20 juta poin
kepada siswa yang berhasil mengeluarkan Ayanokouji-senpai."

"I-Itu poin yang sangat banyak... Apa hal semacam itu diperbolehkan?"

Siapapun itu, mereka akan terkejut mendengar isi ujian itu. Yang membuatku
bertanya-tanya adalah, seberapa jauh aku bisa mempercayai Yagami? Tapi dia
sepertinya tidak berbohong. Namun, jika dia terbukti berbohong, hubungan kami
kedepannya akan berakhir. Jika Kelas 2-D menderita kerugian yang besar, itu juga
akan berpengaruh pada Kushida.

"Tak heran jika Kushida-senpai terkejut. Pada bulan April lalu, kami tidak tahu
apapun tentang sekolah ini, tapi sekarang kami sudah mulai memahaminya sedikit-
sedikit. Ujian khusus itu tidak biasa. Itu sebabnya aku ingin bertemu dengan
Ayanokouji-senpai untuk memberitahukannya."

Yagami mendekatkan cangkir ke mulutnya, seolah penjelasannya telah selesai.

Mengetahui 20 juta poin berkaitan dengan pengusiranku, Kushida mengajukan


pertanyaan pada Yagami.

"Bukankah agak aneh kalau Ketua OSIS sendiri yang mengadakan ujian khusus...?"

"Ya, aku setuju denganmu. Saat itu aku juga merasa ada yang janggal. Dia memang
menyebutnya ujian khusus, tapi akan lebih mudah dipahami jika menganggap itu
sebagai tantangan yang dibuat sendiri oleh Ketua OSIS Nagumo untuk siswa kelas
satu."

Kemungkinan Nagumo terlibat dalam hal ini cukup besar. Horikita juga berniat untuk
menyelidikinya. Namun, ketika aku berpikir keterlibatannya tidak akan terungkap
dengan mudah, seseorang membocorkannya secara tak terduga.

"Ke-Kenapa Ayanokouji-kun ditargetkan? Apa ada lagi selain dia?"

"Setahuku, hanya Ayanokouji-senpai saja. Menurutku tidak ada alasan khusus


Ayanokouji-senpai terpilih. Ketua OSIS Nagumo mengatakan bahwa siswa tersebut
dipilih secara acak dari kelas dua. Dengan kata lain, 1/157."

Bagi Yagami yang tidak mengetahui hubunganku dengan Nagumo, ini bukanlah
sesuatu yang bisa dia pahami.

Dia bahkan tidak meragukan pemilihan acak tersebut. Memang benar, peluangku
untuk dipilih secara acak bukanlah nol, tapi jika menilai situasinya, kemungkinanku
untuk terpilih sangatlah kecil.

Selain itu, apakah Nagumo rela menghabiskan 20 juta poin hanya untuk
mengeluarkanku? Sejak aku bertemu dengannya sampai sekarang, aku tidak pernah
berpikir dia akan bertindak sejauh ini. Tidak, dia akan bertindak begitu selesai
membuat keputusan, tapi penilaiannya terhadapku seharusnya tidak setinggi itu.

"Bahkan jika Ketua OSIS sendiri yang mengadakan ujian itu, bagaimana mungkin dia
menyiapkan 20 juta poin?"

Aku sengaja mengatakan itu agar Yagami memikirkan kemungkinan lain yang
tersembunyi.

"Ya, benar. Mungkin kata-kataku ini kedengarannya agak kurang sopan... Tapi, bisa
jadi itu hanyalah kebohongan atau lelucon saja, bukan? Aku tidak percaya dia mau
menyiapkan 20 juta poin untuk ujian seperti itu."

Bahkan Kushida juga berpikir bahwa 20 juta poin itu adalah jumlah yang sangat
banyak.

Meskipun Ketua OSIS yang menyiapkannya, aku masih akan meragukannya.

"Memang benar itu poin yang sangat banyak. Sekarang aku sudah tahu betapa
sulitnya untuk mendapatkan poin pribadi sebanyak itu. Namun, saat itu kami baru
masuk sekolah, jadi kami lebih mempercayainya daripada siswa lain, karena dia
adalah siswa kelas tiga sekaligus Ketua OSIS, dan dia juga siswa Kelas A. Di atas
segalanya, aku berpikir naif bahwa dia bisa mengumpulkan poin sebanyak itu dengan
mudah."
Meskipun poin yang diterima siswa baru tahun ini menurun, poin yang mereka
terima masih terbilang cukup banyak, yaitu 80.000 poin pribadi. Setiap bulannya
mereka akan menerima poin itu. Menempati asrama yang bagus dan bersih, tersedia
berbagai fasilitas seperti Keyaki Mall untuk kebutuhan sehari-hari. Bagaikan surga
yang terpencil. Tahun lalu, kami juga merasakannya untuk waktu yang singkat.

"Tapi faktanya dia memang memiliki 20 juta poin, aku sudah memastikannya
sendiri."

Tidak mengherankan jika Nagumo memiliki poin sebanyak itu.

"Tapi, bukankah kita biasanya akan merasa enggan berpartisipasi dalam ujian khusus
yang tidak diakui dari sekolah secara resmi?"

"Selain konten ujian yang tidak menyenangkan itu, yang lainnya tidak ada masalah.
Kurasa semua siswa selain aku menyambut ujian tersebut. Mereka menganggapnya
sebagai ujian resmi."

"Aku belum pernah dengar sebelumnya, Ketua OSIS mengadakan ujian khusus."

"Tidak. Kami berpartisipasi bukan karena mempercayai Ketua OSIS."

"Eh...?"

"Ketika Ketua OSIS mengumumkan ujian itu, Direktur Sekolah juga ada di sana."

Keberadaan Tsukishiro, yang berkaitan erat dengan hal itu, merupakan sumber
masalahnya.

Dengan ini bisa dipastikan bahwa Tsukishiro dan Nagumo adalah orang yang berada
di balik hadiah 20 juta poin.

"Dalam situasi itu, wajar jika kami menerimanya sebagai ujian khusus, bukan?"

"Jika Direktur sendiri yang hadir... Yah, itu benar."

Ujian khusus untuk mengeluarkan seorang siswa. Mendengarnya saja akan membuat
siswa curiga. Tapi, kehadiran Direktur melenyapkan semua kecurigaan.

"Hanya itu informasi yang kumiliki tentang masalah ini."

"Aku berterima kasih kau mau memberitahukannya padaku, tapi kau mungkin akan
berada dalam bahaya."

Apa yang disampaikan Yagami ini tidak akan ada manfaatnya untuknya.

"Yagami-kun. Apa kamu akan baik-baik saja? Jika pembicaraan kita ini terbongkar..."
"Tidak apa-apa, Kushida-senpai. Aku tidak dengar ada hukuman untuk siswa yang
membicarakan hal ini pada orang lain."

Yagami tersenyum tanpa merasa khawatir.

"Aku juga sudah siap dibenci oleh siswa kelas satu lainnya. Cepat atau lambat kami
akan saling berkompetisi."

Kelihatannya dia sudah membulatkan tekad. Yagami Takuya dari Kelas 1-B,
tampaknya dia adalah orang yang bertempur dengan menggunakan taktik bertahan,
tapi tergantung situasinya, dia akan menyerang lebih dulu sebagai bentuk dari
pertahanan diri.

Namun, saat ini masih belum diketahui seberapa jauh Yagami memahami situasi.

Di sudut kafe, ada seorang siswa perempuan yang telah melihat kami sepanjang
waktu. Yagami mungkin tidak menyadarinya, karena siswa itu berada tepat di
belakangnya.

Siswa itu adalah Tsubaki Sakurako dari Kelas 1-C.

Tak lama setelah kami memulai pembicaraan, dia muncul di kafe dan berhasil
mengamankan tempat terbaik untuk mengawasi kami.

Kemudian, dia mengeluarkan ponselnya dan terlihat sedang berbicara dengan


seseorang melalui ponsel.

Apa tujuannya aku ...? Atau Yagami? Apapun itu, sekarang Tsubaki tahu kalau aku
telah melakukan kontak dengan Yagami. Entah kebetulan ataupun disengaja, ini
bukan situasi yang menguntungkan bagi Yagami. Apalagi jika ada teman sekelas
Tsubaki yang membantu pengawasan. Di pekarangan sekolah yang terbatas ini, sulit
untuk lepas dari pengawasan. Tapi ini juga merupakan bukti bahwa pertempuran
antara siswa kelas satu sedang berlangsung.

"Berhati-hatilah, Ayanokouji-senpai. Ada kemungkinan siswa lain juga membocorkan


ujian ini, sama seperti aku sekarang."

"Kalau begitu, menurutmu siapa yang harus aku waspadai?"

"Benar juga. Menurutku, orang yang harus senpai waspadai adalah Housen-kun dari
Kelas 1-D. Dia adalah lawan merepotkan yang tidak peduli dengan peraturan, dia
akan menggunakan berbagai cara untuk mencapai tujuannya."

Bahkan siswa kelas satu pun, juga mengakui bahwa Housen adalah keberadaan yang
sangat berbahaya.

"Tapi jika aku harus memilih satu orang, itu adalah―"


Yagami agak ragu meneruskan perkataannya.

"Lupakan saja. Lebih baik kita berhenti sampai di sini."

"Kenapa? Apa kamu tidak ingin mengatakannya karena ada aku di sini?."

Yagami tersenyum pahit dan berkata..

"Aku rasa ini bukan sesuatu yang bisa aku katakan padamu, senpai. Jika aku
menyebutkan nama-nama yang harus diwaspadai, senpai pasti akan menandai
mereka. Kupikir penting bagi senpai untuk mengetahuinya, tapi di sisi lain aku
merasa itu tidak adil bagi mereka, meski aku sudah menyebut nama Housen-kun."

Memang benar, jika dia menyebutkan nama-nama siswa yang harus diwaspadai, aku
dan Kushida akan mengambil tindakan pencegahan.

Kami juga akan memperingatkan teman sekelas kami untuk bersiap akan hal itu.

"Selain itu, aku masih belum yakin sepenuhnya. Aku hanya memperkirakannya saja."

Bahkan untuk para saingannya, Yagami tetap bersikap adil.

"Aku akan menyelidikinya di ujian khusus yang akan datang. Begitu aku yakin dia
adalah ancaman, aku akan memberitahumu saat itu juga, Ayanokouji-senpai."

Yagami ingin memastikannya lebih dulu sebelum memberitahukannya padaku.

"Hati-hati, Yagami-kun."

"Baik. Dan... setelah ujian di pulau tak berpenghuni selesai, bisakah kita bertemu,
Kushida-senpai? Ada yang ingin kubicarakan denganmu."

"Y-Ya... Baiklah, kira-kira itu apa ya...?"

Kushida setuju meskipun merasa keberatan, entah kenapa, aku bisa menebak
pemikirannya itu.

Cara Yagami memandang Kushida berbeda dari orang biasa yang memandang senior
mereka.

"Bagaimanapun, informasimu sangat membantu Yagami. Terima kasih."

"Tidak, tidak. Malahan aku merasa bersalah kalau Ayanokouji-senpai sendiri yang
harus menanggung beban ini."

"Izinkan juga aku berterima kasih padamu, Yagami-kun. Terima kasih banyak."
"Senpai berkata begitu saja sudah membuatku senang. Jika Ayanokouji-senpai
dikeluarkan dari sekolah, itu akan berdampak buruk pada kelasmu. Aku benar-benar
ingin Kushida-senpai lulus dari Kelas A."

Tidak banyak siswa kelas satu yang melakukan percakapan selama ini denganku.

Dilihat dari perilakunya, Yagami terlihat seperti kebanyakan siswa berprestasi.

Aku sering memikirkan tentang siswa dari White Room, dan setelah bertemu dengan
beberapa siswa, dia adalah siswa yang bersikap paling biasa dari siswa kelas satu
lainnya. Dia tidak pernah meminta sesuatu yang khusus padaku.

Sebaliknya, dia dengan senang hati memberiku informasi yang berharga.

Tentu saja, itu tidak menutup kemungkinan dia berasal dari White Room. Aku tidak
berpikir dia adalah siswa White Room, tapi kalau dia memang berasal dari situ, dia
adalah lawan yang tidak ingin kuhadapi.

Aku ragu orang yang dibesarkan di fasilitas itu bisa bersikap seperti ini dalam waktu
singkat.

Bagaimanapun, untuk saat ini aku akan memanfaatkan informasi yang kuterima dari
Yagami.

"Pengunjungnya semakin ramai. Aku duluan senpai."

"Apa kau ada keperluan?"

"Tidak ada. Hanya saja, aku tidak ingin dilihat oleh siswa kelas satu lainnya."

Itu benar, tapi sayangnya sudah terlambat.

Di saat Yagami akan pergi, sekali lagi aku berterima kasih padanya."

Setelah itu, aku tinggal berdua dengan Kushida di tempat ini.

"Kau memiliki junior yang baik, Kushida."

"Ya. Tapi... Itu tidak ada gunanya bagiku. Aku tidak berharap situasinya akan jadi
seperti ini."

Setelah mengatakan itu, Kushida menyeka bagian tepi cangkirnya dengan jari
telunjuknya.

Meski tidak berkata apapun, aku tahu apa yang Kushida pikirkan.

Jika mereka berasal dari SMP yang sama, Yagami pasti mengetahui masa lalu Kushida.

"Yagami-kun, juga tahu tentang hal itu."


Kushida memberitahuku sesuatu yang sedang kupikirkan.

"Apa tidak masalah memberitahuku?"

"Mau kamu tahu atau tidak, itu tidak ada bedanya."

"Itu berarti―"

"Aku akan menyingkirkan Yagami-kun secepat mungkin."

Kushida memancarkan tekad yang kuat dari matanya.

Dia terlihat bersikap ramah pada Yagami, tapi faktanya, dia masih menganggap
Yagami sebagai musuh.

Sepertinya dia tidak akan pernah berpikir positif pada orang yang mengetahui masa
lalunya.

"Mengeluarkan junior jauh lebih sulit daripada mengeluarkan aku dan Horikita loh."

"Itu tergantung metodenya."

Dia seolah-olah sudah menyusun rencana.

"Semakin kamu menunjukkan keunggulanmu, semakin membosankannya dirimu.


Ayanokouji-kun dan Horikita-san bukanlah pengecualian."

"Bukankah kita sudah setuju untuk melakukan gencatan senjata?"

"Aku setuju hanya untuk sekarang saja."

Dari awal aku tidak pernah lengah sekalipun saat berhadapan dengannya, tapi
Kushida tampaknya akan melawanku dengan segala cara.

"Tapi karena aku selalu kalah darimu, [untuk sekarang] aku akan diam."

Setelah itu, dia mendorong kursinya ke belakang, dan bersiap-siap untuk pergi.

"Sampai jumpa, Ayanokouji-kun."

"Ya."

Tidak ada alasan bagiku untuk memintanya tinggal di sini, jadi aku hanya melihatnya
pergi meninggalkanku.

Di pertemuan ini aku jadi tersadar kembali bahwa Kushida merencanakan sesuatu
yang buruk di balik sikapnya yang ramah itu.
4

Setelah berpisah dengan Kushida dan Yagami, aku mampir ke toserba dalam
perjalanan kembali ke asrama.

Aku ingin membawakan sesuatu untuk Keisei dan yang lain.

Selain itu, aku juga ingin memberi kesempatan pada orang yang mengikutiku untuk
melakukan kontak denganku.

Aku memutuskan untuk membeli makanan ringan dan minuman kaleng.

"Umm..."

Saat aku sedang membayar di kasir, orang itu bergumam padaku.

Dia adalah siswa perempuan dari Kelas 1-C. Dia hanya membeli permen lolipop,
mungkin itu hanya kedoknya saja untuk mendekatiku.

" Tsubaki, ya. Apa ada yang bisa kubantu?"

Aku bertanya begitu tanpa menyebutkan keberadaannya di kafe tadi.

"Aku ingin membicarakan sesuatu. Maukah senpai menungguku di luar?"

Tsubaki membayar permen lolipopnya dengan wajah datar.

Memang benar, tidak mungkin kami akan berbicara di depan kasir, aku memutuskan
untuk menunggu di luar toserba.

Aku sudah cukup lama menunggu, tapi dia tidak juga muncul. Aku pun berbalik dan
melihat ke dalam, dia terlihat sedang menelepon dengan seseorang.

Membuat orang lain menunggu seperti ini, dia cukup berani.

"Maaf membuatmu menunggu."

Tsubaki melepas bungkus permen dengan jari tangannya yang ramping.

Lalu dia berjalan menuju asrama.

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan denganku?"

"Ada sesuatu yang ingin kuberitahukan padamu, Ayanokouji-senpai."

Kira-kira apa itu?


Kupikir Tsubaki akan segera mengatakannya, tapi nyatanya dia hanya menjilat
permen lolipopnya dan tidak mengatakan apapun.

Alih-alih tertarik padaku, dia seperti mengharapkan kedatangan seseorang.

"Utomiya, kah?"

Saat aku menyebutkan nama siswa yang terlintas di benakku, Tsubaki berhenti
menjilati permennya.

"Sepertinya tebakanku benar."

"Dia bilang dia akan segera datang."

Sepertinya orang yang dia telepon saat di kafe tadi adalah Utomiya, teman
sekelasnya.

Tak lama kemudian, seperti yang dikatakan Tsubaki, Utomiya muncul di sini.

Setelah melihatku, Utomiya mengangguk sedikit.

"Maafkan aku. Mengajak bicara seperti ini."

"Apa yang ingin kau bicarakan denganku?"

Apakah tentang Yagami, atau ujian khusus?

"Housen Kazuomi."

Nama siswa yang tak terduga keluar dari mulutnya.

"Ayanokouji-senpai berpasangan dengan Housen dalam ujian khusus pada bulan


April lalu, kan?"

Saat itu, Tsubaki sedang mencari siswa kelas dua untuk menjadi pasangan ujian.

Dia memintaku untuk jadi pasangannya, tapi aku menolak.

"Aku tidak menyangka senpai akan berpasangan dengan Housen."

"Apa itu aneh?"

"Senpai harusnya sudah tahu bahwa Kelas 1-D tidak mau bekerja sama dengan
siapapun. Bahkan dalam ujian ini, mereka berniat membuat kami menunggu sampai
akhir."

Semua siswa mengerti, tidak ada untungnya mengisolasi diri dari kelas lain dalam
ujian ini.
Namun, Housen nampaknya tidak merasa terganggu dengan fakta tersebut dan
tetap mempertahankan sikapnya yang keras kepala.

"Lalu?"

"Kami ingin menyerang Housen dalam ujian di pulau tak berpenghuni."

Utomiya yang awalnya berbicara dengan sopan, kini berbicara dengan nada yang
agak tinggi dan merapatkan bibirnya dengan erat.

"Tapi kita belum mengetahui secara spesifik isi ujian dan aturannya."

"Yah... itu benar, tidak ada jaminan kita boleh menyerang atau menyergap kelompok
lain. Tapi, kita sudah dipastikan akan bersaing satu sama lain, jadi kita bisa
merancang strategi sebelum ujian dimulai."

Itu bisa dibilang benar.

Kelompok-kelompok sudah dipastikan akan bersaing satu sama lain.

"Saat ini, Housen tidak memiliki banyak poin pribadi. Dengan kata lain, jika kita
membuatnya mundur dari ujian, meskipun hukuman untuk siswa kelas satu telah
diringankan, Housen tidak akan mampu membayar sanksinya."

Jika itu terjadi, Housen Kazuomi akan dikeluarkan dari sekolah.

"Apa kau ingin mengeluarkan Housen dari sekolah?"

"Ya, itu benar."

Meskipun lupa menggunakan kata kehormatan, Utomiya menjawab tanpa ragu-ragu.

"Bisa kau beritahu aku alasannya?"

"Seorang siswa Kelas 1-C bernama Hatano dikeluarkan dari sekolah. Aku berpikir
Housen terlibat dalam hal itu."

Utomiya mengatakannya secara terang-terangan, kurasa dia sudah mengumpulkan


beberapa bukti.

"Jadi ini adalah balas dendam ya?"

"Tentu saja, tidak mungkin aku tidak membencinya. Tapi, yang paling penting bagiku
sekarang adalah mencegah teman sekelasku dikeluarkan lagi."

"Ya. Gara-gara itu, kami kehilangan 100 poin kelas."

Tsubaki mengemut permennya dan mengatakan itu dengan wajah datar.


"Sekarang aku mengerti alasannya, tapi.. apa hubungannya denganku?"

"Housen belum pernah bekerja sama dengan siapapun. Tapi, dia pernah bekerja
sama denganmu, Ayanokouji-senpai."

Jadi dia berpikir itu adalah kelemahan Housen.

Dilihat dari sikap Utomiya, sepertinya dia benar-benar ingin mengeluarkan Housen.

Tsubaki tidak terlihat begitu, tapi sepertinya dia akan membantu Utomiya.

Kalau tidak, dia tidak akan mempertemukanku dengan Utomiya.

"Tolong bantu aku."

"Aku tidak bisa menjawab [iya] sebelum mengetahui isi ujian ini."

"Kalau begitu, bisakah senpai mengingat hal ini? Misalkan senpai mengalahkan
Housen dan membuatnya keluar dari sekolah... Pada saat itu juga aku akan
memberimu hadiah yang sesuai."

Tampaknya mereka akan memberikan imbalan jika aku ikut bekerja sama, tapi ada
banyak bagian yang tidak meyakinkan.

"Tidakkah terpikir olehmu bahwa aku adalah rekan Housen? Kami berdua pernah
bekerja sama, jadi masuk akal kalau kau berasumsi bahwa aku dan Housen memiliki
hubungan semacam itu. Apakah menurutmu aku tidak akan memberitahu Housen
apa yang kau katakan sekarang ini?"

Bagaimanapun, dia mengungkapkan rencananya dengan sembrono dan kurang


berhati-hati.

"Soal itu..."

Untuk pertama kalinya, Utomiya mengalihkan pandangannya ke arah Tsubaki.

Aku juga mengalihkan pandanganku ke arah Tsubaki.

Melihat lolipopnya yang semakin mengecil, Tsubaki menunjukkan wajah kecewa.

Dia terus melihat permennya. Apakah dia tidak sadar kalau kami berdua sedang
menatapnya?

Setelah beberapa saat, dia mulai bicara.

"Bukankah tangan kiri senpai terluka setelah bertarung dengan Housen-kun?"

Dia mengatakan itu sambil menjilati permen lolipop dengan bagian atas lidahnya.
"Kenapa kau berpikir begitu?"

"Kami juga menargetkan hadiah 20 juta poin."

Tsubaki mengakuinya tanpa ragu sedikitpun.

"Jadi begitu. Kalian juga berpartisipasi dalam ujian itu, ya? Karena itu kalian
mendekatiku sebelumnya, dengan berpura-pura mencari pasangan."

Aku sudah dengar informasi itu dari Yagami, tapi aku pura-pura tidak tahu dan
menjawab begitu.

Di sisi lain, Tsubaki juga tidak menyebutkan pertemuanku dengan Yagami.

"Ya, itu benar."

"Tapi, meskipun aku berpasangan dengan Tsubaki, tidak ada cara untuk memaksaku
keluar dari sekolah."

Aku bisa saja dikeluarkan jika Tsubaki menyerah dalam ujian, tapi kalau itu terjadi,
Tsubaki juga akan dikeluarkan dari sekolah.

"Kami tidak bisa menjawabnya."

Sejauh ini, aku berpikir Utomiya lah orang yang memikirkan ide di antara mereka
berdua.

Tapi setelah melihat situasinya, sepertinya tidak begitu.

"Kami minta maaf atas hal itu. Tapi kami sudah menyerah dengan hadiah 20 juta
itu."

"Kenapa?"

"Jika kami membuatmu keluar dari sekolah, berita itu akan segera menyebar ke
seluruh siswa. Dan kami akan mendapat permusuhan dari Kelas 2-D. Wajar bagi
mereka untuk membenci orang yang telah mengeluarkan teman sekelas mereka."

Utomiya baru menyadarinya, setelah teman sekelasnya yang bernama Hatano


dikeluarkan dari sekolah akibat perbuatan Housen.

"Kalau begitu, bukankah itu sama saja jika Housen dikeluarkan?"

"Tidak, itu berbeda. Siswa Kelas 1-D takut pada Housen. Malahan, kurasa banyak
teman sekelasnya yang berharap dia keluar dari sekolah."

Jika kau tidak khawatir akan dibenci orang lain, kau bebas melakukan apa pun yang
kau mau.
"Pokoknya, kuharap senpai mengingat ini. Kami hanya ingin mengeluarkan Housen
dari sekolah."

Setelah menekankan bagian itu sekali lagi, Utomiya dan Tsubaki pergi dan berjalan
menuju asrama kelas satu.

Meskipun sudah dua kali berbicara dengan mereka, aku masih belum tahu apa-apa
tentang Kelas 1-C.

Dan juga masih belum jelas apakah ini berhubungan dengan siswa dari White Room.

Untuk saat ini, aku akan tetap waspada dan mengamati pergerakan Housen

Horikita telah bergabung dengan OSIS, tapi sejak saat itu aku belum mendengar
satupun informasi baru darinya.

Mengesampingkan pemikiran pribadi Nagumo, OSIS beroperasi dengan lancar.

Satu minggu sebelum pembentukan kelompok kecil berakhir, hal yang tak terduga
terjadi.

Semuanya berawal saat Wakil Ketua OSIS Kiriyama memanggilku.

Kiriyama telah berusaha menghentikan Nagumo dengan mendukung Horikita


Manabu, Ketua OSIS yang lulus tahun lalu, tapi rencananya tidak berjalan lancar dan
sekarang waktunya sudah hampir habis.

Kemungkinan Kiriyama sudah menyerah akan hal itu.

Begitulah pikirku, tapi tak kusangka dia akan meminta untuk bertemu.

Meskipun dugaanku itu benar, mengapa dia memanggilku di siang hari?

Kalau dia ingin merahasiakannya dari Nagumo, dia bisa memilih untuk bertemu
tengah malam atau dini hari.

Jika dia tidak ingin dicurigai, dia harusnya bertindak begitu.

Tapi, aku tidak menolak dan menyetujui permintaannya.

Sepulang sekolah, aku menuju Keyaki Mall dan bertemu dengan Kiriyama.

"Kau datang ya."

"Ada perlu apa Wakil Ketua OSIS denganku?"


"Jangan terburu-buru, ini akan memakan waktu cukup lama."

Dengan berkata begitu, Kiriyama menuntunku dan aku pun mengikutinya.

"Ujian di pulau tak berpenghuni berskala besar akan segera dimulai, apa kau sudah
mempersiapkan diri untuk itu?"

Kupikir dia akan membicarakan tentang OSIS, tapi ternyata dia membahas tentang
ujian khusus.

"Aku telah mengerahkan semua yang aku bisa. Bagaimana denganmu, Wakil Ketua
OSIS Kiriyama?"

"Aku telah membentuk kelompok beranggotakan 3 orang tanpa siswa Kelas A."

Berarti, dia ingin mengurangi jarak dengan Kelas A dan menghadapi pertempuran
yang sulit.

Di kelas tiga, perbedaan poin kelas antara Kelas A dan kelas lain jauh lebih besar
daripada di kelas dua. Jika ada kemungkinan yang tersisa untuk membalikkan
keadaan tersebut, mereka harus mendapatkan peringkat teratas dalam ujian ini.

"Aku tahu apa yang kau pikirkan. Jika kami Kelas 3-B ingin mencapai Kelas A, kami
harus mendapatkan peringkat pertama dengan kelompok yang hanya berisikan siswa
dari kelas kami. Tidak hanya itu, kami harus menang telak di ujian-ujian khusus
berikutnya. Namun, itu tidak realistis sama sekali."

Jika keajaiban itu bisa terjadi dengan mudah, keadaan mereka tidak akan seperti
sekarang ini.

"Aku ingin melawan Nagumo secara pribadi dalam ujian khusus ini."

"Pertarungan pribadi, ya."

"Sudah lama sekali sejak kami dikalahkan oleh Nagumo dan jatuh ke Kelas B. Setelah
itu, Nagumo menjadi ketua OSIS dan mengendalikan seluruh kelas tiga, dan pada
akhirnya seluruh sekolah. Dapat dikatakan bahwa saat ini posisi kelas telah
ditentukan."

"Ya. Aku juga berpikir begitu."

Mayoritas siswa kelas tiga mengikuti Nagumo karena mereka sudah menyerah untuk
mencapai Kelas A dengan cara mereka sendiri.

"Tapi aku pribadi tidak berpikir kalau aku lebih lemah dari Nagumo."

Siswa Kelas 3-B, Kiriyama, mendapat evaluasi yang tinggi di OAA. Nilai
keseluruhannya di atas B +. Tak heran kalau dia percaya diri dengan kemampuannya.
Namun, kemampuan keseluruhan Nagumo lebih tinggi darinya. Bisa dibilang sikap
arogan Nagumo sepadan dengan kemampuannya.

Tapi, OAA bukanlah segalanya. Ada beberapa siswa yang tidak menunjukkan semua
kemampuan mereka, ada pula yang memiliki bakat unik yang sulit untuk ditampilkan
secara numerik dalam OAA.

Jika Kiriyama berpikir bisa mengalahkan Nagumo dalam pertarungan satu lawan satu,
kemungkinan dia memiliki peluang untuk menang.

"Siswa dapat membentuk kelompok besar hingga 6 orang, tidak peduli dari kelas
manapun. Kemampuan untuk memperhatikan siswa berbakat dan merekrut mereka
sangat dibutuhkan untuk meraih kemenangan—Dalam aspek itu, kurasa aku tidak
akan kalah dari Nagumo."

Ujian khusus dengan dua sisi yang memungkinkanmu untuk bertarung dengan siswa
seangkatan, atau siswa di luar angkatan.

Ujian di pulau tak berpenghuni ini merupakan salah satu peluang yang tersisa bagi
Kiriyama.

"Aku sudah mengerti alur pembicaraan ini. Tapi, bukankah kau tidak perlu
memberitahukan hal ini kepadaku?"

Menurutku tidak ada gunanya dia memberitahukan hal ini kepadaku.

"Aku tidak ingin kau menghalangi jalanku."

"Aku tidak tertarik dengan pertarunganmu dan Ketua OSIS di pulau tak
berpenghuni."

"Aku tahu itu. Yang kumaksud adalah, aku tidak ingin mendapat gangguan dari luar."

"Gangguan dari luar?"

"Aku mengacu pada Horikita Suzune, yang baru saja bergabung dengan OSIS."

"Jadi begitu. Sepertinya dia diperlakukan sebagai pengganggu, tapi setidaknya aku
akan memberitahumu bahwa aku mengirim Horikita Suzune ke dalam OSIS atas
keinginan kakaknya, mantan ketua OSIS."

Kiriyama mungkin tidak peduli lagi dengan hal ini.

Aku memutuskan untuk mengkonfirmasinya secara langsung.

"Itu sudah tidak ada artinya. Masa jabatan Nagumo sebagai ketua OSIS hanya tersisa
beberapa bulan lagi. Satu-satunya hal yang dapat kita lakukan sekarang adalah
menyelesaikan perselisihan pribadi dengannya, bukan menjatuhkannya dari kursi
Ketua OSIS."

"Jika itu yang diinginkan oleh Wakil Ketua OSIS Kiriyama, tidak masalah."

Tak heran jika dia ingin melakukan pertarungan pribadi.

Yang membuatku bertanya-tanya adalah, apa hubungannya denganku?

"Kau mengirim adik Horikita-senpai ke dalam OSIS agar dapat memantau Nagumo,
kan?"

"Bohong jika aku bilang tidak, tapi sebagian besar karena alasan lain. Seperti yang
Horikita katakan di depan Ketua OSIS Nagumo, dia ingin mengikuti jejak kakaknya."

"Itu berarti, dia tidak akan menghalangi Nagumo?"

"Asalkan Horikita tidak menganggap Nagumo sebagai gangguan."

"Itu tidak baik. Buanglah semua pemikiran untuk menyingkirkan Nagumo. Itu hanya
akan menyebabkan konflik yang sia-sia."

Dia menarik kata-kata yang pernah dia katakan sebelumnya.

Awalnya aku tidak peduli dengan hal itu, tapi sekarang aku ingin menyaksikan sendiri
apa yang akan dilakukan oleh Nagumo. Jika Horikita menilai tindakan Nagumo itu
salah, dia mungkin akan menghadapinya secara langsung. Tapi rasanya agak aneh
kalau Kiriyama menganggap itu sia-sia dan menghentikanku seperti ini.

"Aku akan mengingat kata-katamu, Wakil Ketua OSIS Kiriyama."

Aku menjawab begitu seolah mendengarkan sarannya, karena aku ingin memahami
situasinya.

Kiriyama terlihat kurang puas, mungkin dia tidak senang mendengar jawabanku yang
setengah hati.

"Aku sudah berbaik hati memberitahumu untuk tidak melakukan apa pun."

"Kurasa, aku juga sudah bilang kalau aku mengerti, bukan?"

"Kalau begitu, kau berjanji tidak akan melakukan apa-apa. Bisakah aku
menafsirkannya seperti itu?"

"Terserah bagaimana kau akan menafsirkannya, tapi aku tidak pernah membuat janji
apa pun di sini."
Saat percakapan kami terus berlanjut, Kiriyama yang biasanya tenang menjadi tidak
sabaran.

"Nagumo telah mengetahui hubunganku dengan Horikita-senpai. Tapi dia hanya


mengamati situasinya dan tetap tenang, karena aku mengikuti instruksinya. Adik
Horikita-senpai yang bergabung dengan OSIS saja sudah cukup menyebalkan, jadi
kalau kau tidak berhenti ikut campur dalam hal ini— "

"Apa kau akan berada dalam masalah, Wakil Ketua OSIS?"

"…Ya."

Jadi ini alasan sebenarnya dia memanggilku, untuk memberitahuku hal itu.

Di permukaan, dia terlihat seperti mengkhawatirkan kami.

Namun, kenyataannya, dia ingin melindungi dirinya sendiri dan mengutamakan


keselamatannya.

Tentu saja, aku tidak akan mengatakan kalau itu hal yang buruk.

Lagipula, aku tidak ingin ikut campur dengan urusan Nagumo dan Kiriyama, di mana
pemenang dan pecundang sudah ditentukan.

"Kebijakan Nagumo, di mana setiap siswa memiliki kesempatan untuk lulus dari
Kelas A, kau juga menginginkannya, ya."

"Ya…"

Kebijakan mantan ketua OSIS Horikita Manabu adalah melanjutkan premis sekolah
untuk menang berdasarkan kelas.

Tidak, lebih tepatnya―kebijakan sekolah, sampai tahun lalu.

Kalau mengandalkan itu, mustahil untuk mengalahkan Kelas 3-A yang dipimpin oleh
Nagumo.

Faktanya, Kiriyama telah pasrah untuk lulus dari Kelas B.

Namun, situasinya akan berubah jika dia mengikuti kebijakan Nagumo yang berfokus
pada 'kekuatan individu'.

Jika Kiriyama pribadi memiliki kemampuan yang cukup, mungkin dia bisa naik ke
Kelas A.

Dia bilang ingin bersaing dengan Nagumo di pulau tak berpenghuni, tapi pada
akhirnya, dia hanya ingin mengumpulkan poin pribadi untuk naik ke kelas atas.
Dia menggunakan alasan itu agar aku dan Horikita tidak menghalanginya.

Kenyataannya, dia tidak akan menantang Nagumo.

"Apakah itu aneh… ingin lulus dari Kelas A?"

Tidak ada yang aneh, tapi Kiriyama terus berbicara.

Untuk melindungi harga dirinya.

"Apa artinya lulus di luar Kelas A setelah masuk sekolah ini? Aku tidak akan
menempuh jalan yang sama dengan mereka yang berbakat tapi menyerah untuk
berjuang. Aku tidak akan pernah tenggelam bersama Kelas B, yang dipenuhi oleh
orang-orang aneh dan tidak kompeten."

Apakah Manabu akan kecewa mendengar ini?

Atau dia sudah mengetahui kelemahan Kiriyama sejak awal?

"Ngomong-ngomong, kau harusnya sudah mengerti apa yang kumaksud, kan?"

"Aku mengerti. Saat Horikita bergabung dengan OSIS, dia seharusnya diperkenalkan
dengan anggota OSIS yang lain, tapi kau datang lebih awal, Wakil Ketua OSIS
Kiriyama, sekarang aku tahu alasannya."

Dia khawatir aku dan Horikita akan mengatakan sesuatu yang tidak perlu.

"Bicaralah sesukamu―"

"Kiriyama."

Saat kami berdua sedang berbicara, sebuah suara terdengar dari jarak yang cukup
dekat.

Meski namanya dipanggil, Kiriyama tidak langsung bereaksi.

"Kiriyama. Apa kamu tidak mendengarku?"

Suara itu terdengar sekali lagi, tapi lebih keras dari sebelumnya.

"Persetan…"

Setelah berkata begitu, Kiriyama dengan enggan berbalik ke arah suara tersebut,
disertai dengan wajah tidak puas.

Suara itu berasal dari seorang gadis yang duduk di sebuah bangku, dia adalah siswa
kelas 3.
Gadis itu menyilangkan kaki dan merentangkan tangannya di sandaran bangku, dia
kelihatannya sedang bersantai.

Jika mencocokkan wajah, nama, dan kemampuannya yang ditampilkan di OAA…

Kelas 3-B―Kiryuuin, kah?

"Apa yang kau inginkan dariku?"

Meskipun gadis itu adalah teman sekelasnya, Kiriyama tidak mengubah raut
wajahnya yang tidak senang.

Sepertinya mereka berdua tidak begitu akrab.

"Fufu. Aku menyapamu karena kamu bersama adik kelas yang menarik."

Dengan berkata begitu, Kiryuuin mengalihkan pandangannya ke arahku.

"Ayanokouji Kiyotaka, kan? Tampaknya kamu menjadi terkenal setelah mendapat


nilai sempurna dalam ujian matematika yang sulit."

"Itu tidak ada hubungannya denganmu, Kiryuuin."

Sebelum aku membalasnya, Kiriyama lebih dulu berbicara dengan nada bicara yang
agak tinggi.

Kiriyama mencoba untuk menjauh dari Kiryuuin dan mulai berjalan.

"Apa yang kau lakukan, Ayanokouji? Ayo kita pergi."

Kiriyama memanggilku, yang diam di tempat dan tidak bergerak.

"Kamu tidak akan mendapatkan apa-apa jika menghabiskan waktu bersama pria
seperti itu, loh?"

Aku terjebak di antara dua siswa kelas tiga.

Siapa yang harus kudengarkan?

Sejujurnya, aku tidak ingin mendengarkan kedua orang ini.

"Bersamamu juga tidak ada artinya."

"Ayanokouji lah yang berhak memutuskannya, bukan? Kiriyama, bisakah kamu


segera pergi dari sini?"

Kiryuuin tertawa sambil mempertahankan postur duduknya.

"Bagaimana kalau membicarakan sesuatu yang bermakna, tentunya hanya berdua


saja?"
"...!!"

Sepertinya Kiriyama lebih tidak suka dianggap pengganggu, daripada dicemooh.

"Kau bisa mengabaikan wanita ini."

Kiriyama meninggikan suaranya dan memperingatiku.

"Dia siswa kelas tiga sama sepertimu, Wakil Ketua OSIS. Aku tidak bisa
mengabaikannya begitu saja."

"... Dia adalah Kiryuuin, siswa Kelas 3-B sekaligus teman sekelasku."

"Aku sudah melihatnya di OAA. Dia adalah siswa yang berbakat, bukan?"

"Hanya sebatas nilai saja. Kiryuuin tidak memiliki pendukung, dia berbeda dari
Nagumo. Dia bahkan tidak punya teman."

Jadi itu sebabnya Kiriyama bilang tidak masalah untuk mengabaikannya.

"Jangan memujiku seperti itu, aku jadi malu."

Meskipun itu bukan pujian, Kiryuuin tertawa dengan berani.

"Dia mirip dengan Kouenji di angkatanmu. Jika kau menganggap serius semua
perkataan dan tindakannya, kau hanya akan buang-buang waktu."

Dia membandingkan gadis ini dengan orang yang tak terduga.

Kouenji Rokusuke adalah orang yang memiliki kepribadian unik dalam artian tertentu,
jika Kiryuuin mirip dengannya, berarti Kiryuuin juga orang yang unik.

Aku sedikit tertarik, tapi di saat bersamaan, aku berpikir lebih baik tidak terlibat
dengannya.

Meski begitu, Kiryuuin mendapat penilaian A+ dalam bidang Akademik dan Fisik.

Hanya Kiryuuin satu-satunya siswa di sekolah yang mendapat evaluasi A+ di kedua


bidang tersebut.

Bahkan kontribusi sosialnya mendapat nilai C +, tidak terlalu rendah, satu-satunya


kekurangan Kiryuuin hanyalah kemampuan beradaptasi, dia mendapat penilaian D di
bidang itu.

Jika hanya melihat nilai, bisa dikatakan bahwa dia adalah siswa nomor satu di
sekolah.

"Ada apa? Kamu tidak akan ke sini?"


"Apa kau memanggilku?"

"Jika kamu tidak mau ke sini, aku yang akan ke sana. Tapi, apa itu tidak masalah,
Kiriyama?"

"...Karena orang-orang seperti inilah, aku tidak mau bergantung pada Kelas B."

Kiriyama mengatakan itu dengan suara yang pelan.

"Kalau kau memiliki teman sekelas yang luar biasa seperti ini, bukankah kau
seharusnya bisa bersaing dengan Nagumo?"

"Sudah kubilang, kan? Dia sama dengan Kouenji. Dia sudah bukan manusia lagi.
Selama 3 tahun ini, dia sama sekali tidak berkontribusi pada kelas, kecuali untuk
nilainya sendiri. Dia adalah alien di kelas kami."

Itu ada benarnya juga, meski dia mendapatkan penilaian yang luar biasa di OAA, aku
belum pernah mendengar namanya. Kalau dia termasuk orang yang menarik
perhatian seperti Nagumo dan Horikita Manabu yang lulus tahun lalu, tidak aneh jika
aku pernah mendengar tentang dirinya.

Kiryuuin bangkit dari tempat duduknya dan berbisik kepada Kiriyama.

"Terima kasih atas pujiannya, Kiriyama."

"Hah!?"

Dia ternyata cukup tinggi. Mungkin lebih dari 170 sentimeter.

Hanya dengan melihat fisiknya, aku bisa mengetahui bahwa kemampuan fisik
Kiryuuin sangatlah tinggi.

Ternyata ada siswa seperti ini di kelas 3.

Aku teringat kembali akan percakapanku dengan Kiriyama sebelumnya.

Dia berkata tidak akan tenggelam bersama Kelas B yang dipenuhi oleh orang-orang
'aneh' dan 'tidak kompeten', mungkin orang aneh yang dia maksud adalah Kiryuuin.

"Kalau ada yang ingin kau katakan, cepat katakan."

"Tentu saja aku akan mengatakannya. Tapi, kamu mengganggu kami, Kiriyama."

"…Kalau begitu, aku akan pergi. Lakukanlah sesukamu"

Tampaknya Kiriyama tidak ingin berlama-lama dengan Kiryuuin, dia memutuskan


pergi dari sini.
"Jangan lupa dengan perkataanku tadi, Ayanokouji. Tergantung situasinya, aku bisa
menjadi musuhmu juga."

Aku mendapat peringatan dari Wakil Ketua OSIS.

Sekarang, aku harusnya sudah bisa pulang, tapi kali ini aku harus berurusan dengan
Kiryuuin Kelas 3-B.

"Apa kita akan bicara sambil berdiri? Mengapa tidak duduk?"

"Aa…"

Kiryuuin memintaku untuk duduk di bangku.

Aku berharap segera bebas darinya.

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan denganku?"

"Terserah. Asalkan aku bisa mengetahui orang seperti apa kamu ini."

"Aku? Wakil Ketua OSIS Kiriyama bilang kau sama sekali tidak berkontribusi pada
kelas, Kiryuuin-senpai. Itu berarti kau tidak tertarik dengan orang lain ataupun
teman sekelasmu, kan?"

"Tertarik dan bekerja sama adalah dua hal yang berbeda, bukan? Ada beberapa
orang yang menarik di kelasku, terkadang aku berbincang dengan mereka seperti
sekarang ini."

Begitu. Perkataannya ada benarnya juga.

"Aku tidak tertarik dengan sistem Kelas A di sekolah ini. Meskipun nilai jual terbesar
sekolah ini siswa dapat melanjutkan ke universitas yang diinginkan dan mencari
pekerjaan di mana pun setelah lulus dari Kelas A, aku yakin bisa meraihnya dengan
kemampuanku sendiri. Aku hanya iseng saja memilih sekolah ini."

Dari kata-katanya, dia memang mirip dengan Kouenji.

Dia sangat percaya diri dengan kemampuannya sendiri.

Dan itu memang benar, mengingat fakta dia mendapat evaluasi A + dalam bidang
akademik dan fisik.

"Apa kau tidak akan memilih sekolah ini jika sebelum itu kau sudah tahu bahwa
struktur sekolah ini berpusat pada kerja sama?"

"Itu tidak benar. Aku suka sekolah ini. Faktanya, aku tidak pernah mengeluh satu kali
pun tentang kehidupan sekolahku. Sistem poinnya juga sangat menyenangkan."
Kouenji sepertinya juga menyukai sekolah ini, dan menikmati semua manfaatnya
secara maksimal.

Kau tidak perlu berpegang teguh pada Kelas A jika setelah lulus kau dapat mencapai
apa pun dengan kemampuanmu sendiri.

"Sepertinya kau tidak masalah dibenci orang lain."

"Penilaian orang lain sama sekali tidak penting bagiku."

Kiryuuin menjawabnya secara terang-terangan, lalu dia mengeluarkan tawa yang


aneh.

"Aku bermaksud untuk bertanya padamu, tapi malah kamu yang bertanya padaku."

Kiryuuin mulai mengajukan pertanyaan, seolah-olah beralih dari pertahanan menjadi


serangan.

"Sudah waktunya kamu menceritakan tentang dirimu."

"Mengapa aku? Ada banyak siswa dengan kemampuan akademik yang tinggi."

"Ini adalah insting. Instingku mengatakan bahwa orang yang ada di depanku
sekarang ini bukanlah orang biasa."

Mempercayai instingnya tanpa dasar apapun.

Jika aku tidak mengetahui fakta bahwa mereka mirip, mungkin aku akan salah
mengira dan menganggapnya sebagai Kouenji.

"Apa kamu berencana mendapatkan peringkat pertama dalam ujian pulau tak
berpenghuni ini?"

"Tidak ada siswa yang tidak menginginkan tempat pertama. Kecuali untuk orang-
orang sepertimu, Kiryuuin-senpai."

"Mengesampingkan tempat pertama, aku juga salah satu orang yang mengincar
posisi teratas. Karena dengan begitu aku bisa mendapatkan poin pribadi yang banyak.
Aku tipe orang yang membelanjakan semua uang yang kumiliki, jadi aku selalu
kehabisan uang."

Poin Kelas dan Poin Perlindungan tidaklah penting baginya.

Sepertinya Kiryuuin berpartisipasi dalam ujian hanya demi poin pribadi.

"Nagumo dan Kiriyama jelas akan mengincar posisi pertama. Dan sepertinya ada
beberapa adik kelas yang berbakat, kan? Ujian khusus ini juga merupakan
pertarungan untuk menentukan siswa terbaik di sekolah ini."
"Mungkin begitu."

Kemampuan yang dibutuhkan bukan hanya kemampuan akademik dan fisik saja.

Jika itu adalah pertempuran yang mengharuskan siswa bertarung dengan semua
kemampuan mereka, maka apa yang dia katakan itu memang benar.

"Apakah aku akan kehilangan minat padamu atau tidak, itu semua tergantung pada
tindakanmu di pulau tak berpenghuni."

"Malahan, aku berharap kau kehilangan minat padaku, Senpai."

"Kohai, kamu mengatakan sesuatu yang menarik. Aku tidak sabar untuk melawanmu,
Ayanokouji."

Setelah mengatakan itu, Kiryuuin menyuruhku pergi seolah mengusir hewan yang
tersesat.

"Kalau begitu, aku permisi."

Meskipun aku bertemu dengan siswa kelas tiga yang aneh, aku menyadari satu hal
yang pasti.

Kalau aku ingin mencapai peringkat pertama dalam ujian khusus berikutnya, aku
harus mengalahkan Kiryuuin.

Dan itu sepertinya lebih merepotkan daripada mengalahkan Nagumo dan Kiriyama.

Meskipun Ayanokouji telah pergi, Kiryuuin tetap berada di tempat itu.

Ini merupakan rutinitasnya sehari-hari untuk menghabiskan waktu luang dan


bersantai.

Dalam pandangannya, tiba-tiba muncul seseorang berambut pirang yang terlihat


familiar.

Wakil Ketua OSIS Kiriyama yang baru saja pergi, berdiri di sebelah orang itu.

"Hei, anjing yang setia ini kembali dengan tuannya."

"Apa katamu...!?"
"Jika kamu marah mendengarnya, berarti kamu mengerti apa yang kumaksud,
Kiriyama. Dalam situasi ini, aku tidak memutuskan siapa anjing yang setia dan siapa
pemiliknya. Namun, dari sudut pandang orang ketiga yang tidak tahu apa-apa, kau
terlihat seperti itu. Mengapa? Karena orang yang pergi dan kembali ke sini adalah
kamu, Kiriyama, karena itu kamu cocok menjadi anjing yang setia."

Kiryuuin mengulang kembali ejekannya terhadap Kiriyama yang mendekatinya, serta


Nagumo yang berdiri di sebelah Kiriyama.

"Wanita ini sudah gila..."

"Kata-katamu tidak sopan, Kiriyama. Itu bukan kata-kata yang pantas diucapkan oleh
Wakil Ketua OSIS."

"Nagumo, berurusan dengan wanita ini hanya buang-buang waktu saja. Kau sudah
tahu itu, kan?"

"Aku setuju. Bisakah kalian berdua pergi dari hadapanku sekarang? Kalian
membuang waktuku yang berharga."

"Memangnya kau pikir kau siapa? Kau hanyalah―"

"Kiryuuin, jangan mengejek rekan OSIS ku yang berharga."

Nagumo menepuk bahu Kiriyama dan memotong perkataannya. Dia meminta


Kiriyama tenang, lalu dia berdiri di hadapan Kiryuuin.

"Rekan yang berharga? Aku tidak merasakan itu dari kata-katamu."

"Itu hanya perasaanmu saja."

"Baiklah kalau begitu. Jadi, ada urusan apa Ketua OSIS denganku? Kurasa tidak ada
hal penting yang membuatmu harus datang menemuiku."

"Kalau bisa, aku juga tidak ingin berlama-lama di sini."

Setelah mengatakan itu, Nagumo duduk di samping Kiryuuin.

"Kau wanita yang cantik, tapi tidak mempesona. Aku tidak tertarik pada wanita
seperti itu."

"Aku memiliki sisi yang mempesona. Hanya saja, aku belum bertemu dengan pria
yang bisa mengeluarkannya."

"Jika ada pria yang bisa mengeluarkan sisi menawanmu, aku ingin sekali bertemu
dengannya."

"Aku juga. Tapi, kesampingkan selera pribadimu, kenapa aku tidak populer?"
"Wanita dengan bakat yang berlebihan, agak sulit untuk ditangani. Dan juga, aku
tidak menyukai tipe wanita seperti itu."

"Jadi begitu, kalau itu masalahnya, aku tidak akan pernah memenuhi standarmu. Jika
kemampuanku yang luar biasa ini adalah alasanku belum menemukan pacar, maka
aku hanya bisa pasrah menerima kenyataan."

Setelah menikmati permainan kata yang tidak berarti dengan Kiryuuin, Nagumo
beralih ke topik utama.

"Aku sudah dengar ceritanya dari Kiriyama. Kau tidak tertarik padaku maupun
Horikita-senpai, tapi kau tertarik pada Ayanokouji. Aku terkejut mendengarnya."

"Apa itu alasanmu datang menemuiku? Ketua OSIS memiliki banyak waktu luang,
ya."

"Aku sudah menyelesaikan pekerjaan administrasi, karena itu aku punya banyak
waktu luang."

"Kamu sepertinya salah paham, Nagumo. Bukannya aku tidak peduli dengan orang
lain. Hanya saja, aku mau berbicara dengan orang-orang yang menarik bagiku. Ada
pula masanya aku tertarik padamu dan Horikita Manabu."

Kiryuuin mengatakan itu sambil membelai ujung rambut (poni) Nagumo.

"Kelihatannya kamu merawat rambutmu dengan baik, bahkan melebihi aku seorang
wanita. Aku yakin kamu sangat populer, Ketua OSIS. Jadi bagaimana kehidupan
asmaramu selama 3 tahun ini?"

"Kau yang tidak pernah berpacaran sebelumnya, memangnya tahu apa tentang
asmara?"

"Memang benar, aku belum pernah berpacaran dengan siapapun, tapi bagiku itu
bukan hal yang memalukan. Sebaliknya, itu malah meningkatkan nilai jualku,
bukan?"

"Pola pikirmu sangat aneh seperti biasanya."

Percakapan yang tidak berarti di antara mereka terjadi lagi, tapi Nagumo segera
kembali ke topik utama.

"Jadi... Bagaimana, Ayanokouji? Apakah dia orang yang pantas untuk diawasi?"

"Dia adik kelas yang lucu dan penuh basa basi. Itu saja."

"Itu saja? Berarti kau tidak tertarik padanya?"


"Untuk saat ini, aku menunda evaluasiku tentang dirinya. Kami telah bicara tatap
muka, tapi aku tidak dapat mengetahui niat aslinya. Meskipun tidak bisa di sebut
sebagai kemampuan, setidaknya dia lebih menarik darimu. Ketua OSIS, aku telah
kehilangan minat padamu sejak kita pertama kali bertemu."

"Kau satu-satunya siswa kelas tiga yang berani berkata begitu padaku."

Setelah itu, Nagumo mendekatkan mulutnya ke telinga Kiryuuin dan berbisik.

"Jika kau merasa lebih baik dariku, bisakah kau menunjukkannya padaku?"

Nagumo menantang Kiryuuin untuk bersaing dalam ujian khusus di pulau tak
berpenghuni.

"Ketua OSIS, di saat kamu kalah, kamu akan kehilangan hal yang berharga bagimu.
Bagaimanapun, kamu sepertinya salah paham, aku tidak pernah meremehkanmu.
Aku tidak punya kemampuan untuk memimpin seperti kamu dan Horikita Manabu,
dan aku tidak pandai bergaul. Faktanya, aku tidak punya seseorang yang bisa
kupanggil sebagai teman. Benar, kan?"

Nagumo menjadi bosan dan menjauh dari telinga Kiryuuin.

"Tapi, beda lagi ceritanya jika membahas faktor lain."

Meskipun Nagumo telah menjauh dari Kiryuuin, jarak antara wajah mereka kurang
dari 40 sentimeter.

Nagumo menatap Kiryuuin dengan tajam.

"Apa kau ingin bilang bahwa aku lebih rendah darimu di aspek lain?"

"Yah.. kalau begitu, bisakah kamu mengatakannya kepadaku, di bagian mananya


kamu melebihi diriku?"

"Aku telah memberimu beberapa kesempatan untuk memastikannya, tapi kau tidak
melakukan apa-apa. Hasilnya, kau berakhir di Kelas B."

Sejauh ini, Nagumo telah berulang kali berkompetisi dengan Kelas B Kiriyama dalam
ujian khusus.

Namun, Kiryuuin tidak mau bekerja sama hingga akhirnya mereka jatuh ke Kelas B.

"Jika hanya melihat hasil, tentu saja itu adalah kekalahan telak."

Kiriyama mengutuk Kiryuuin yang berbicara dengan wajah gembira, tapi dia tidak
mengganggu percakapan mereka berdua.

"Yah, aku tahu kau bukan orang yang peduli dengan Kelas A atau Kelas B."
Nagumo bangkit dari tempat duduknya, menandakan berakhirnya percakapan
mereka.

"Maaf telah mengganggu, Kiryuuin. Nikmatilah kehidupan sekolahmu yang tersisa."

Setelah mengatakan itu, Nagumo bersiap untuk pergi.

"Sebelumnya aku berkata kalau aku menunda evaluasiku terhadap Ayanokouji


Kiyotaka, tapi kupikir dia adalah siswa yang menarik."

"Apa?"

"Kamu ingin mengetahui penilaianku tentang Ayanokouji, kan?"

Nagumo datang menemui Kiryuuin untuk mengetahui kesan Kiryuuin terhadap


Ayanokouji. Itu merupakan salah satu alasannya datang kemari.

"Menarik? Bukankah kepribadiannya sangat jauh dari itu."

Kiryuuin tertawa, melihat Nagumo memakan umpan tersebut.

"Ada pepatah yang mengatakan bahwa pemangsa tidak akan memperlihatkan


taringnya, bukan? Kalau tidak salah, dia mendapat nilai sempurna dalam ujian
khusus yang sangat sulit."

"Beberapa orang menyembunyikan bakat mereka karena tidak suka menjadi pusat
perhatian. Aku sudah banyak mengalahkan orang-orang seperti itu. Mereka tidak
menarik sama sekali."

Setelah mengatakan itu, Nagumo mengalihkan pandangannya ke arah Kiriyama,


yang menunggunya di kejauhan.

"Kalau dalam artian sederhananya, bisa dibilang auranya. Aku merasa auranya
sangat berbeda darimu dan Horikita Manabu."

"Kata-katamu itu benar-benar abstrak."

"Kalau begitu, bagaimana jika kamu memastikannya sendiri?"

"Memang itu niatku. Pada ujian khusus di pulau tak berpenghuni yang akan datang,
mungkin aku bisa menyaksikan kemampuan sejatinya."

"Kamu sepertinya menjadi bosan setelah Horikita Manabu lulus, adik kelas ini
seharusnya bisa jadi teman bermain untukmu, kan? Jika kamu benar-benar serius,
mungkin kamu akan mendapatkan peringkat pertama dalam ujian khusus yang akan
datang."
"Ya, tentu saja aku akan menempati peringkat pertama. Atau mungkin, Kiriyama
yang sangat bersemangat untuk melawanku akan menempatinya. Tapi aku masih
butuh satu kelompok lagi untuk mengamankan posisi teratas. Kau bisa mengambil
peran itu, Kiryuuin. Kalau perlu, aku akan membantumu menemukan anggota
kelompok."

Akhirnya, Nagumo mengatakan tujuan utamanya datang menemui Kiryuuin.

Kiryuuin tertawa mendengarnya, seolah-olah itu adalah hal yang lucu.

"Jadi begitu. Kamu datang ke sini untuk meminta bantuanku, ya?"

"Kau mungkin berpikir aku akan membiarkan para junior menempati peringkat tiga
teratas, tapi sayangnya aku tidak sebaik itu."

"Bukankah kamu memiliki banyak bidak? Kamu tidak perlu bergantung padaku."

"Jadi kau tidak tertarik dengan tawaranku?"

"Lima puluh persen teratas sudah cukup bagiku. Aku minta maaf membuatmu
datang jauh-jauh kemari tanpa membawa hasil."

Nagumo berbalik, seolah-olah dia sudah tahu kalau Kiryuuin akan menjawab begitu.

"Kau memang orang yang seperti itu. Aku meminta kerja samamu karena kita sama-
sama kelas tiga, tapi sepertinya hanya buang-buang waktu saja."

Nagumo yang telah puas berbicara dengan Kiryuuin, berjalan mendekati Kiriyama.

"Karena kamu sudah jauh-jauh datang kemari, aku akan memberikan sedikit saran
untukmu."

"Kau memberiku saran? Maaf, tapi aku tidak butuh saran dari orang yang lebih
rendah dariku."

"Jika kamu berpikir begitu, tidak akan ada orang yang bisa memberimu saran."

Meskipun Nagumo merendahkannya, Kiryuuin tetap melanjutkan kata-katanya.

"Kalau begitu, anggap saja ini seperti monolog. Kamu seharusnya fokus melihat apa
yang ada di depanmu tanpa berurusan dengan adik kelas. Jika kamu melihat junior
yang ada di belakangmu, kamu akan mendapatkan bencana."

"Monolog yang sangat membosankan."

Merasa hanya buang-buang waktu, Nagumo pergi dari tempat itu.


BAB 5 : UNDANGAN

Pertempuran kecil pada tahap awal ujian khusus di pulau tak berpenghuni terjadi di
berbagai tempat. Dan itu pun akan segera berakhir. Pembentukan kelompok kecil
hanya tersisa satu minggu lagi. Saat ini, lebih dari 90% siswa telah membentuk
kelompok kecil beranggotakan 2 orang atau lebih. Ishizaki, Matsushita dan siswa lain
yang mencoba mengundangku, telah menyerah karena waktu hampir habis. Itu
wajar, karena semakin lama kau membentuk kelompok, maka akan semakin
berbahaya situasimu.

10% siswa yang tersisa, aku ingin tahu keputusan apa yang akan mereka ambil pada
hari Jum'at depan. Saat aku sedang memikirkan hal itu, aku menerima sebuah pesan.
'Saat ini baru jam setengah 9 pagi lebih sedikit', pengirim pesan itu adalah Ishizaki
dari Kelas 2-B.

(Tl note : ' Sabtu pagi)

Akhir-akhir ini, aku sering berinteraksi dengannya, tapi isi pesannya kali ini berbeda
dari yang biasa. Isi pesannya adalah Ryuuen memintaku untuk datang ke kafe. Kata-
kata dalam pesan itu tidak terlihat seperti permintaan, malahan seperti memaksaku
untuk datang. Tentu saja aku bisa menolak, tapi kalau begitu Ishizaki akan jadi orang
yang disalahkan.

Hari ini aku punya rencana untuk bertemu dengan anggota grup Ayanokouji, tapi
untungnya waktu pertemuan kami jam satu siang, jadi undangan Ryuuen ini tidak
akan mempengaruhinya.

Aku pun bersiap-siap, setelah 15 menit, aku pergi menuju Keyaki Mall.

15 menit sudah cukup untuk sampai di sana tepat waktu. Saat pembentukan
kelompok kecil hampir berakhir, Ryuuen yang sejauh ini tetap diam, akhirnya mulai
bergerak.

Sampai sekarang, Ryuuen belum membentuk kelompok dengan siapapun. Mungkin


saja dia akan mengundangku, tapi aku rasa tidak begitu. Mengikuti alur ini, aku
sedikit tertarik dengan apa yang akan dia katakan padaku.

Dalam perjalanan menuju Keyaki Mall, aku bertemu dengan Kanzaki, sepertinya dia
baru saja dari toserba. Dua botol minuman berukuran 2 liter terlihat di kantong
plastiknya.
"Kau mau pergi ke Keyaki Mall di saat seperti ini?"

"Sejak ujian di pulau tak berpenghuni diumumkan, aku tidak punya waktu untuk
bersantai."

Aku meladeninya karena ada waktu luang.

"Sebagian besar siswa Kelas D telah membentuk kelompok, tapi kau sepertinya
masih sendiri?"

"Beda dengan siswa lain, aku tidak punya banyak teman."

Aku bermaksud untuk melakukan percakapan sederhana dengan sedikit candaan,


tapi wajah Kanzaki tetap serius.

"Kau dan Horikita akan menjadi anggota cadangan yang mengisi kekurangan
kelompok Kelas D, kan? Siswa yang berbakat dapat memberikan hasil yang bagus
tidak peduli di kelompok manapun mereka berada."

Belum lama ini, kesan Kanzaki tentang diriku telah meningkat, dia juga menjadi lebih
waspada terhadapku. Itulah sebabnya dia berkata begitu.

"Setidaknya, kau yang sekarang ini masih sendiri, juga bisa memainkan peran itu
Kanzaki."

Kanzaki dari Kelas C juga sama sepertiku, dia belum membentuk kelompok dengan
siapapun.

"Ayanokouji.. sepertinya Ichinose sangat mempercayaimu, tapi.. apakah kau benar-


benar bisa dipercaya?"

"Jika aku berkata 'bisa', apa kau akan percaya padaku, Kanzaki?"

"Setidaknya aku akan mempertimbangkannya."

Suhu terasa semakin dingin dan tetesan air muncul di botol minumannya.

Suhu pada saat pertengahan musim panas, yang bisa melebihi 30 derajat, tanpa
ampun menyerang kami.

"Meskipun kita sudah tidak beraliansi, aku tidak menganggap Ichinose sebagai
musuh."

Aku mengatakan itu pada Kanzaki, tanpa berbohong sedikitpun.

"Pernyataanmu itu bisa diartikan lebih dari satu. Apa kau ingin mengatakan bahwa
kau tidak menganggap Kelas C sebagai musuh?"
Kupikir aku bisa mengelabuinya dengan berkata begitu, tapi kewaspadaan Kanzaki
tampaknya lebih tinggi dari yang kuperkirakan.

"Kanzaki, sebenarnya apa yang kau inginkan dariku?"

Dia terlihat sedikit berbeda dari biasanya, aku merasa dia ingin aku melakukan
sesuatu.

Jika melihat arah pembicaraan kami, aku bisa menebak sedikit tujuannya.

"Apa kau mencoba menyampaikan sesuatu padaku dan membiarkan Ichinose


mendengarnya?"

"Kau... Ichinose... tidak, kau orang yang lebih tajam dari yang kami perkirakan. Sejak
pertama kali bertemu denganmu, aku merasa ada yang aneh, tapi aku tidak tahu apa
itu. Tapi sekarang, akhirnya aku mengerti. Kaulah penyebab Kelas D mengalami
kemajuan pesat."

"Entahlah. Aku tidak tahu."

"Kalau begitu, aku akan meminta bantuanmu. Ichinose sangat mempercayaimu. Itu
sebabnya aku ingin kau mengatakan pada Ichinose bahwa tindakannya yang
sekarang ini tidaklah baik."

Ketika dia mendekatiku. setetes air dari kantong plastik jatuh ke tanah.

"Jadi, kau ingin menggunakan kata-kata itu untuk mengubah pemikiran Ichinose?"

"Benar."

"Maaf, tapi aku tidak bisa membantumu. Aku ingin melihat Ichinose menangani
masalahnya dengan caranya sendiri."

"Itu berarti kau ingin melihat kami (musuhmu) terjatuh?"

"Pemikiranmu itu tidak salah, tapi..."

Aku berpikir sejenak.

Saat ini, tidak ada seorangpun yang bisa menebak nasib Ichinose. Namun, kalau
sekarang dia jatuh ke titik terendah, musim gugur berikutnya pasti akan menjadi
yang terakhir...

Apakah aku harus memberitahu pemikiranku ini pada Kanzaki? Untuk sesaat, aku
merasa bimbang. Namun, aku segera melenyapkannya. Melakukan hal ekstra diluar
perhitunganku tidak akan membuat keadaan jadi membaik.

Sebaliknya, itu akan memperburuk keadaan.


"Pada dasarnya, siswa harus mengurusi kelasnya masing-masing. Benar, kan?"

"... Ya, kau benar. Mungkin aku terlalu kekanak-kanakan."

Kanzaki membungkuk padaku, seolah menyesalinya tindakannya.

"Aku akan temukan solusinya sendiri. Tapi kalau ada cara yang lebih mudah untuk
memperbaiki keadaan, aku akan melakukannya."

Setelah mengatakan itu, Kanzaki berjalan menuju asrama.

Dia mungkin putus asa karena kehabisan pilihan. Tapi, seperti yang dia katakan,
bahkan tikus yang terpojok pun juga bisa menggigit seekor kucing.

Pada ujian khusus berikutnya, kemungkinan besar Kanzaki akan berdiri di hadapan
kami sebagai lawan yang tangguh.

Aku tiba di kafe Keyaki Mall sedikit lebih awal dari waktu yang ditentukan. Ketika aku
sedang membayar minumanku, aku bertemu dengan dua siswa laki-laki yang jarang
bersama.

Salah satunya adalah Ryuuen, orang yang memanggilku, dan satunya lagi―

"Kau bilang ada satu orang lagi yang akan datang. Apa itu Ayanokouji?"

Katsuragi Kohei dari Kelas 2-A, melihatku dengan wajah yang kaku.

Aku tidak akan mengatakan mereka seperti air dan minyak, tapi kedua orang ini jelas
tidak memiliki hubungan yang baik.

"Sebenarnya pertemuan macam apa ini?"

"Apa kau ingin bicara sambil berdiri? Duduklah."

Senyuman Ryuuen terlihat aneh, tapi aku menuruti kata-katanya dan duduk di kursi
kosong.

Suasananya juga terasa aneh, aku belum pernah mengalami yang seperti ini
sebelumnya.
"Aku merasa kau memiliki aura yang berbeda dari siswa biasa, tapi tak kusangka
bakat yang kau sembunyikan lebih dari perkiraanku, Ayanokouji. Bisa mendapatkan
nilai sempurna dalam ujian itu..."

Katsuragi yang tidak pernah berbicara denganku sejak awal tahun kedua, tiba-tiba
langsung membahas topik itu.

"Kuku, jangan terlalu mempermasalahkan masa lalu, Katsuragi."

"Masa lalu? Kau harusnya waspada ketika musuh yang tangguh muncul secara tiba-
tiba. Apa kau menjadi sombong setelah mengalahkan Ichinose dan naik ke Kelas B?"

"Persetan dengan itu. Itu karena kesalahan Ichinose sendiri, dia bahkan tidak pantas
untuk diperhitungkan."

Ternyata kedua orang ini memang tidak dapat bersama, dalam waktu singkat
mereka membuat suasana menjadi suram.

"... Jadi, apa alasanmu memanggilku?"

Hanya dengan satu kalimat itu, aku bisa tahu kalau Ryuuen lah yang mengadakan
pertemuan ini

Kemudian aku dan Katsuragi menunggu Ryuuen berbicara.

"Mengapa kau begitu buru-buru? Santai sedikit."

"Bagaimana mungkin aku bisa santai. Aku akan mendapat masalah jika orang-orang
melihatku bersamamu."

Tak heran jika Katsuragi mendesak Ryuuen untuk langsung membicarakan topik
utama, dia khawatir dengan perhatian orang-orang di sekeliling kami.

Meskipun ini hari libur, ada banyak siswa yang berkeliaran di sekitar kami.

Teman sekelasku mungkin akan terkejut melihatku berkumpul dengan dua orang ini.

"Pada ujian khusus berikutnya, apakah Kelas A bertujuan untuk peringkat pertama?"

"Apa maksudmu? Aku yakin semua siswa memiliki tujuan itu."

"Lalu, apa kalian mengincar poin untuk kelas kalian sendiri? Atau kalian punya
rencana lain? Aku telah memeriksa susunan kelompok di OAA, kalian membentuk
kelompok dengan Kelas C dan Kelas D, tapi hanya Kitou yang masih sendiri. Selain itu,
Ichinose dan Shibata berada dalam satu kelompok dengan Sakayanagi. Apa kalian
beraliansi?"
Aku juga kepikiran dengan hal itu. Selain tiga orang yang di sebutkan Ryuuen tadi,
Hashimoto dan Kamuro dari Kelas A membentuk kelompok dengan Ninomiya, salah
satu siswa terbaik di Kelas C. Selain itu, kartu spesial [More People] yang dimiliki oleh
Asakura, kini berada di tangan Hashimoto. Tidak mungkin ini cuma kebetulan.

"Kau bebas mengartikannya sesukamu, tapi aku tidak akan mengkonfirmasi apapun."

"Aku bukan sedang melakukan penawaran di sini. Aku butuh jawaban yang pasti."

"Kalau begitu, aku akan memberikan jawaban yang mudah dimengerti. Aku tidak
akan memberitahumu apa-apa."

(Tl note : di sini Katsuragi pakai kata-kata kasar 'kisama' kepada Ryuuen)

Katsuragi menegaskannya.

Meskipun Katsuragi dan Sakayanagi memiliki perselisihan internal, dia tidak akan
membocorkan rencana kelas mereka kepada musuh seperti Ryuuen, yang berasal
dari kelas lain.

"Kau dapat mengetahui bagaimana Sakayanagi akan bertarung begitu ujian dimulai.
Tidak akan ada yang tahu sampai dia sendiri yang mengatakannya. Kalau kau benar-
benar ingin tahu, tanyakan saja langsung padanya."

"Kau tidak tahu apa-apa karena dia tidak mempercayaimu, kan?"

"Entahlah, mungkin begitu."

Seperti yang Ryuuen katakan, Katsuragi belum tentu mengetahui semua informasi
Kelas A. Dia satu-satunya siswa Kelas A yang tidak berpihak kepada Sakayanagi. Itu
adalah fakta yang tidak perlu dijelaskan lagi.

Bagaimanapun, topik ini hanya sekedar pembukaan.

"Sangat menyedihkan, Katsuragi. Tahun lalu, aku menganggapmu sebagai lawan


yang layak. Tapi sekarang tidak ada jejakmu yang tersisa. Keberadaanmu saat ini
sama seperti para keroco. Apakah ini akhir dari pecundang yang kalah dalam perang
faksi?"

"Bukankah kau juga pernah dikalahkan oleh Ishizaki?"

Katsuragi membalas provokasi tersebut dengan provokasi yang sama. Ryuuen pun
tertawa mendengarnya.

"Apa kau tidak mau merangkak ke atas? Totsuka yang menjadi penghalangmu itu
sudah tidak ada, bukan?"
Katsuragi tiba-tiba menghantamkan tangan kanannya ke atas meja. Yahiko, nama
orang yang mengaguminya di sebutkan di sini, Katsuragi yang sebelumnya bersikap
tenang, mulai menunjukkan amarahnya.

"Jika kau berniat memancing emosiku, kau sudah berhasil, Ryuuen. Apa kau puas
sekarang?"

"Jadi kau masih emosi karena itu ya? Aku merasa sedikit lega."

Ryuuen menepuk tangannya sebanyak tiga kali, lalu dia melanjutkan pembicaraan
dengan Katsuragi.

"Bukankah situasinya akan menarik jika kita berhasil mengeluarkan Sakayanagi pada
ujian khusus berikutnya?"

"... Apa!?"

"Jika wanita itu tidak ada, Kelas A akan kehilangan pemimpin. Dengan begitu, kau
bisa kembali ke posisimu lagi."

"Aku tidak tahu apa yang kau rencanakan, tapi itu mustahil. Bahkan jika kau
menjebaknya di pulau tak berpenghuni, dia bisa menghindari hukumannya karena
dia memiliki banyak poin pribadi. Selain itu, dia juga memiliki poin perlindungan."

Sulit untuk mengeluarkan Sakayanagi, yang memiliki poin pribadi dan poin
perlindungan.

"Memang benar, jika ingin mengeluarkannya dari sekolah, kita harus menyerangnya
dua kali. Yah, mengeluarkannya pada ujian khusus berikutnya hanyalah lelucon.
Ujian khusus di pulau tak berpenghuni bukanlah ajang untuk menjatuhkan musuh,
melainkan untuk memanjat ke atas."

Sedikit demi sedikit, aku bisa mengetahui bahwa topik utama yang akan dikatakan
Ryuuen di pertemuan ini semakin mendekat.
"Hadiah dari peringkat 1 sampai peringkat 3 cukup untuk mengurangi jarak dengan
Kelas A, tapi aturannya sedikit merepotkan. Karena itu, aku butuh waktu untuk
melakukan persiapan sebelumnya."

"Jadi itu alasanmu memanggilku dan Ayanokouji?"

"Ya, begitulah."

Apapun strategi Ryuuen, aku tidak berpikir Katsuragi akan menyetujuinya dengan
mudah. Katsuragi tidak beranggapan baik terhadap Sakayanagi, tapi kalau dia
mengubah gadis itu menjadi musuh, itu sama saja seperti menyerang kelasnya
sendiri. Melakukannya pada awal masuk sekolah dulu tidaklah masalah, tapi kalau
sekarang hanya akan berdampak negatif.

"Meski begitu, Ichinose benar-benar mau bekerja sama dengan wanita itu. Apakah
dia telah dikelabui? atau dia menerimanya karena menyadari bahwa dirinya kurang
kompeten? Tidakkah kau berpikir begitu?"

"Entahlah. Jika Sakayanagi mendengar perkataanmu itu, dia akan mengembalikan


kata-kata itu padamu. Kurasa, tidak banyak orang yang mau bekerja sama denganmu.
Lagipula kau adalah orang yang bermasalah."

Alih-alih mengkhianati Sakayanagi, jawaban Katsuragi terdengar seperti membela


Sakayanagi.

"Kalau begitu, kita bertiga sama-sama anak yang bermasalah."

Kami bertiga belum membentuk kelompok dengan siapapun dan masih solo.

Tapi, kenapa Ryuuen sampai repot-repot menghasut Katsuragi? Jika melihat arus
pembicaraan sejauh ini, dia harusnya sudah tahu kalau Katsuragi tidak akan mudah
berkhianat, tidak peduli sekeras apapun dia menghasutnya.

Atau mungkin... dia ingin memastikan apakah Katsuragi akan mengkhianati


Sakayanagi atau tidak?

"Boleh juga kau, Katsuragi. Sikap jujurmu yang menjengkelkan itu tidaklah buruk."

"Tidak ada gunanya menyanjungku, Ryuuen."

Akhirnya Ryuuen memutuskan untuk membahas topik utama, dia meluruskan


badannya.

"Salah satu hal yang penting dalam ujian khusus ini adalah.. tidak membiarkan kelas
dua kehilangan poin kelas, karena aku tidak ingin memberikan poinku kepada kelas
satu atau kelas tiga. Untuk itu, setidaknya kita harus memiliki sekutu, karena kita
tidak akan bisa menang jika hanya mengandalkan kelas masing-masing."
Ryuuen mengusulkan kerja sama pada saat pembentukan kelompok kecil akan
berakhir.

"Aku pikir lebih baik aku bertarung sendiri daripada membentuk kelompok dengan
keroco-keroco dari Kelas B, tapi ceritanya akan berbeda jika aku dapat menarik
kekuatan selain itu."

Ryuuen menatap Katsuragi dengan senyuman yang terlihat seperti iblis.

"Mungkinkah.. kau ingin bekerja sama denganku?"

"Bukan hanya kau saja. Tapi juga Ayanokouji, yang hanya diam mendengarkan kita
berbicara."

Ryuuen mengalihkan pandangannya ke arahku.

"... Aku juga?"

"Kalau tidak, mengapa aku harus memanggilmu kemari."

Aku berpikir kemungkinannya cukup kecil, tapi tak kusangka dia benar-benar
meminta kerja samaku.

"Aku menolak. Meskipun Kelas A juga akan menerima keuntungan, aku tidak berniat
bekerja sama dengan orang sepertimu."

"Kau terlalu cepat mengambil keputusan. Seharusnya kau dengar dulu perkataanku
sampai selesai."

"Tidak perlu. Tapi―kenapa kau juga memanggil Ayanokouji? Aku ingin tahu
alasannya."

"Kenapa, katamu?"

"Aku terkejut Ayanokouji mendapat nilai sempurna dalam ujian khusus di bidang
matematika pada bulan April lalu. Kuakui dia memiliki kemampuan yang luar biasa.
Tapi, dapatkah kau mengatakan bahwa dia adalah orang yang tepat untuk dipilih
demi meraih kemenangan?"

Meskipun Katsuragi menolak tawaran kerja sama, dia kelihatannya tidak puas
dengan strategi Ryuuen.

Dia tidak dapat menerima kalau aku termasuk dalam strategi yang dibuat Ryuuen.

"Apa menurutmu strategiku ini kurang matang?"

"Benar. Jika mengikutsertakan Ayanokouji, hadiah poin kelas yang diterima akan
dibagi menjadi sepertiga. Jika kau ingin bekerja sama denganku, yang berasal dari
Kelas A, bukankah lebih baik kau memasukkan Kitou ke dalam kelompok? Jika
memang butuh tiga kelas, Kanzaki dari Kelas C masih solo. Setidaknya Kanzaki lebih
diprioritaskan dari Ayanokouji."

Katsuragi merekomendasikan kandidat yang tepat menurutnya, seolah-olah dia


sudah berkelompok dengan Ryuuen.

"Tak heran kalau kau tak mengerti karena kau tidak tahu apa-apa, tapi aku sudah
membuat pilihan yang tepat. Bukan begitu, Ayanokouji?"

"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan."

Aku menjawab seperti itu dan menaikkan bahuku, seolah tidak mengerti kenapa aku
dipanggil kemari bersama Katsuragi.

"Hentikan aktingmu yang buruk itu. Kau lah orang yang mengalahkanku dan
membungkamku."

Ryuuen berkata begitu tanpa mempertimbangkan pendapatku.

Itu bisa saja dianggap sebagai lelucon, tapi dalam situasi ini, Katsuragi tidak akan
langsung mengambil keputusan.

"Membungkammu? ... Apakah itu benar?"

Dia melihatku dan Ryuuen secara bergantian untuk memastikan kebenarannya.

"Benar, aku di hajar habis-habisan oleh Ayanokouji. Gara-gara itu aku hampir
memutuskan untuk keluar dari sekolah."

Setelah mendengarkan sejauh ini, Katsuragi mulai menghubungkan bagian-bagian


tersebut.

Jika menggabungkannya dengan fakta dimana Ryuuen meninggalkan panggung


depan untuk sementara waktu, akan mudah bagi Katsuragi untuk
membayangkannya.

"Akui saja, Ayanokouji. Bahkan jika kau menyembunyikannya dari Katsuragi, aku
akan tetap membicarakannya, kau tahu?"

Ancamannya ini sungguh tidak berarti.

"Meskipun aku mengakuinya, apa kau pikir aku akan bekerja sama denganmu?"

"Yah, sama seperti Katsuragi, itu tidak akan mudah."

Katsuragi yang mendengarkan pembicaraan kami, menghela nafasnya.


"Ternyata aku memang tidak bisa menerimanya. Aku tidak percaya kalau Ayanokouji
yang mengalahkanmu. Seperti yang kukatakan sebelumnya, meskipun kita
membangun kerja sama antar tiga kelas dan mendapatkan peringkat pertama, kita
hanya akan menerima 100 poin kelas. Kau tidak akan bisa menutup jarak dengan
Kelas A."

Katsuragi sangat meragukan signifikasi keberadaan kelompok ini.

"Ok, ok, lupakan itu. Kau memenuhi syarat sebagai penasihat."

Ryuuen menyeringai dan mengalihkan pandangannya ke arah Katsuragi sambil


berkata begitu.

Bahkan dalam situasi ini, Ryuuen tetap mempertahankan sikapnya yang sombong.

"Jadi begitu... mengusulkan kerja sama yang tidak efisien, dan mengatakan omong
kosong seperti Ayanokouji yang mengalahkanmu, ternyata dari awal kau tidak niat
melakukan negosiasi yang serius."

Katsuragi bangkit dari kursinya dan bersiap untuk pergi, mungkin dia mengira
Ryuuen sekedar bermain-main.

"Negosiasi yang serius? Sejak awal kau sudah tahu kalau itu tidak mungkin, kan? Tapi
kau tetap datang ke sini. Apakah kau diminta Kelas A untuk jadi mata-mata?"

Katsuragi menyetujui undangan Ryuuen yang seharusnya bisa dia abaikan.

Sepertinya memang ada alasan di balik itu.

"Kau sudah terjatuh, tapi kau sedang mencari kesempatan untuk naik kembali,
bukan?"

Totsuka Yahiko yang mengagumi Katsuragi, dikeluarkan dari sekolah karena


Sakayanagi.

Dan sekarang, Ryuuen sedang mencari tahu apakah Katsuragi telah memaafkan
Sakayanagi atau belum.

"Itu tidak ada hubungannya denganmu."

"Kau sudah jauh-jauh datang kemari. Setidaknya dengarkan aku sampai selesai."

"Apapun yang kau katakan, aku tidak akan menerima tawaranmu. Memang benar,
aku memiliki hubungan yang buruk dengan Sakayanagi. Tapi, aku tidak mau
menyebabkan masalah pada teman sekelasku. Karena itu aku tidak mau bekerja
sama denganmu."

Mendengar kata-kata Katsuragi, Ryuuen bertepuk tangan dengan wajah gembira.


Kelihatannya dia sudah menunggu Katsuragi berkata begitu.

"Tidak mau menyebabkan masalah pada teman sekelasmu? Sejak ujian khusus di
pulau tak berpenghuni tahun lalu, kalian siswa Kelas A telah memberiku poin pribadi
setiap bulan karena kontrak yang kita buat. Apa kau sudah lupa itu?"

Katsuragi yang telah berdiri, mengalihkan pandangannya ke arah Ryuuen.

"Itu adalah kontrak yang setara. Kau memberi kami 200 poin kelas, dan sebagai
gantinya Kelas A memberimu poin pribadi. Tindakanku itu hanya untuk
mengarahkan Kelas A ke jalan yang lebih baik."

"Memang benar, jika hanya melihat angkanya saja. Tapi, bagaimana dengan
kerusakan mental yang di derita siswa Kelas A setiap bulannya? Apa kalian tidak
keberatan memberiku poin pribadi dalam jangka waktu yang lama?"

Manusia adalah makhluk yang rakus. Meskipun awalnya mereka setuju dengan
perjanjian, mereka masih tidak akan puas. Setiap bulan, Ryuuen akan terus
mengeksploitasi 20.000 yen dari setiap siswa Kelas A. Meskipun Kelas A telah
kehilangan satu siswa, Ryuuen masih menerima 780.000 poin pribadi. Dalam satu
tahun, dia akan mendapatkan 9,36 juta poin pribadi. Tidak masalah jika penerimanya
adalah sekutu, tapi memberikan poin pribadi kepada ancaman terbesar akan
membuat mereka merasa tidak puas. Apalagi yang membuat kontrak itu bukan
pemimpin mereka, Sakayanagi, melainkan Katsuragi, yang kini telah surut ke dalam
bayang-bayang.

"Kau merasa tidak puas kan, Katsuragi? Tapi sayangnya kau sudah kalah dan tidak
bisa membalas dendam."

"Jadi... Memangnya kenapa!?"

Katsuragi yang mengungkapkan amarahnya sekali lagi, melihat Ryuuen dengan


tatapan tajam.

Menerima tatapan itu, Ryuuen terlihat sudah yakin akan sesuatu, dia pun berkata...

"Datanglah ke Kelas B, Katsuragi."

Undangan yang terlalu berani datang dari Ryuuen.

Untuk sesaat, Katsuragi melupakan amarahnya karena mendengar undangan yang


mendadak dari Ryuuen.

"Sungguh konyol. Memintaku masuk ke Kelas B?"

"Tentu saja, aku akan memberimu poin untuk itu."


"Bahkan jika kau memiliki poin yang diperlukan, mengapa aku harus masuk Kelas B?
Apa kau pikir aku mau meninggalkan Kelas A?"

"Tak lama lagi aku akan mengalahkan Sakayanagi, kemudian menjatuhkan Kelas A.
Dengan kata lain, tidak ada gunanya menetap di Kelas A, kan?"

Tanpa pemimpin mereka, Sakayanagi, Kelas A akan kesulitan bertarung di garis


depan.

"Berapa banyak yang kau miliki sekarang?"

"Sekitar... 1,8 juta poin."

"Wah, kau ternyata menyimpan cukup banyak uang. Meski sudah membusuk, kau
masihlah siswa Kelas A."

Memang benar, itu masih jauh dari 20 juta poin. Bahkan jika menggabungkan poin
yang diterima dari sekolah dan poin yang dikumpulkan dari Kelas A, poin pribadi
Ryuuen hanya akan bertambah sedikit demi sedikit, yaitu sebesar 800.000 poin
pribadi setiap bulan. Akan sulit baginya untuk mengatakan bahwa sekarang dia
memegang 10 juta poin pribadi.

Mengetahui tawarannya akan ditolak, Ryuuen mengeluarkan selembar kertas dan


meletakkannya di atas meja.

"Kau ingat dengan ini, kan? Ini adalah kontrak yang kita tanda tangani tahun lalu."

"... Ya."

"Aku bernegosiasi dengan Sakayanagi dan memutuskan untuk melepas kontrak ini
dengan 5 juta poin pribadi."

Itu jumlah poin yang sangat banyak, tapi jika menghitung total poin yang harus
dibayar Kelas A hingga lulus nanti, Ryuuen akan menerima sekitar 10 juta poin.
Selain itu, jika menyetujui kesepakatan tersebut, beban mental siswa Kelas A yang
terus menerus memberikan poin pribadi mereka kepada Ryuuen akan hilang. Di lihat
dari mana pun, itu adalah kesepakatan yang buruk untuk Ryuuen.

Jika mengganti kontrak itu dengan pembayaran sekaligus meskipun setengah dari
jumlah aslinya, Sakayanagi dapat memprediksi apa yang akan dilakukan Ryuuen
dengan poin tersebut. Kalau dalam ujian ini, tentunya untuk membentuk kelompok
terbaik atau mendapatkan kartu spesial.

Meskipun sudah mengetahui resikonya, Sakayanagi menerima kesepakatan yang


menguntungkan itu.

Tapi kalau aku jadi Sakayanagi, aku juga akan menyetujui tawaran Ryuuen.
"Apa kau bilang kepadanya bahwa kau akan menggunakan poin itu untuk menarikku
keluar dari Kelas A?"

"Apa menurutmu Sakayanagi tidak akan menerima tawaranku jika aku berkata
begitu?"

"… Tidak, Sakayanagi pasti akan menerimanya."

Katsuragi mengakui bahwa Sakayanagi akan menerima tawaran yang


menguntungkan untuk kelas.

"Kesempatan ini tidak akan datang dua kali, Katsuragi."

Ryuuen membatalkan kontrak yang dia buat dengan Katsuragi dan menghabiskan
uang untuk menarik Katsuragi.

Dengan kata lain, dia akan mengeluarkan poin pribadi kurang lebih 20 juta untuk
siswa yang bernama Katsuragi Kohei.

Dan itu akan memungkinkan Katsuragi untuk melawan Sakayanagi secara langsung.

"Kenapa… kau berbuat sejauh itu demi orang sepertiku?"

"Kuku, tak kusangka kau terlalu merendahkan dirimu sendiri. Memang benar, ini
bukan pembelian yang murah."

Pada akhirnya, satu-satunya hal yang ingin dilakukan Ryuuen adalah mengalahkan
Kelas A. Bahkan jika Sakayanagi dikalahkan dan dikeluarkan dari sekolah, bukan hal
yang bagus baginya jika Katsuragi masih berada di sana. Seandainya Katsuragi yang
memprioritaskan pertahanan kembali menjadi pemimpin, Kelas A pasti akan menjadi
benteng yang kokoh.

Namun, jika lebih dulu mengeluarkan Katsuragi terlebih dan kemudian mengalahkan
Sakayanagi, Kelas A akan langsung runtuh.

Itu sebabnya Ryuuen mau mengeluarkan uang sebanyak itu.

Selain itu, Katsuragi memiliki kemampuan individu yang tinggi. Menurut evaluasi
OAA, Katsuragi akan menjadi salah satu siswa terbaik di Kelas B.

"5 juta dari pembatalan kontrak yang kumiliki saat ini. Aku juga mengumpulkan
seluruh uang di kelas untuk menutupi kekurangannya. Kami menjalani hidup sebagai
orang miskin demi membawamu ke Kelas B."

Dari bulan Mei hingga akhir Juli, 39 orang dapat mengumpulkan sekitar 6,5 juta poin
pribadi. Sisanya amengumpulkan sekitar 200.000 poin pribadi dari setiap siswa.
Memang Kelas B akan kekurangan dana untuk sementara waktu, tapi ini bukanlah
transaksi yang buruk jika mereka bisa mendapatkan siswa berbakat. Ryuuen
mengeluarkan selembar kontrak lain yang telah dia persiapkan sebelumnya. Di situ
tertulis, penggunaan 20 juta poin yang diberikan Ryuuen, serta pengaturan untuk
transfer Katsuragi ke Kelas B.

(Tl note : Kelas B ngumpulin poin pribadi selama 3 bulan, Ryuuen malak poin pribadi
200.000 per siswa di kelasnya, kontrak dengan Kelas A dilepas seharga 5 juta poin
pribadi, Katsuragi punya 1,8 juta poin pribadi.. perhitungan sederhananya.. 7,8 jt +
6,5 jt + 5 jt + 1,8 jt = 21,1 jt ... poin yang cukup untuk pindah kelas)

"Nah, sisanya tinggal tanda tanganmu. Ada beberapa syarat untuk pindah kelas
dengan 20 juta poin. Kau tidak boleh memaksa seseorang untuk pindah kelas. Pada
akhirnya harus melalui persetujuan orang tersebut, kemana dia akan pindah dengan
menggunakan 20 juta poin."

Kontrak tersebut dibuat untuk mencegah Katsuragi menggunakan uang itu untuk
tujuan lain.

Yah, jika Katsuragi menggunakan uang sebanyak itu untuk keinginannya sendiri, dia
akan dicap sebagai penipu oleh seluruh siswa di sekolah ini.

Dengan kata lain, tujuan kontrak ini bukan untuk mencegah Katsuragi melakukan
penipuan.

Sebaliknya, kontrak ini untuk mencegah Katsuragi berubah pikiran nantinya.

"Sepertinya kau serius."

"Bersyukurlah, Katsuragi. Aku termotivasi mengundangmu karena sampai hari ini


kau masih solo."

Maksud perkataan Ryuuen adalah.. jika Katsuragi telah membentuk kelompok


dengan seseorang, hal ini tidak akan terjadi.

"Ini adalah takdirmu. Terimalah."

Setelah diam beberapa saat, Katsuragi kembali duduk di kursinya, seolah-olah telah
membuat keputusan.

Katsuragi telah mengubur keinginannya untuk balas dendam pada Sakayanagi di


dalam hatinya.

Namun Ryuuen berhasil menarik keinginan itu keluar, dan menjadikannya sebagai
rekan. Sekarang, Katsuragi berada di kelas yang sama dengan Ryuuen. Satu hal yang
pasti, ini jelas bermanfaat untuk Kelas B. Kesenjangan dengan Kelas A mungkin akan
berkurang.
Katsuragi perlahan menandatangani kontrak.

"Aku tidak keberatan kau menarikku menjadi rekan, tapi apa tujuanmu yang
sebenarnya? Apa kau tidak keberatan jika aku mengutarakan pendapatku?"

"Lakukanlah sesukamu. Pendapatmu yang keras kepala itu terkadang dapat


membantu."

Ryuuen menjawab begitu, setelah menerima kontrak yang sudah di tanda tangani
Katsuragi.

Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah siswa pindah ke kelas lain di sekolah ini.
Namun, alih-alih masuk Kelas A, siswa itu malah pindah ke Kelas B. Bisa dibilang ini
adalah kebetulan yang terjadi karena dua situasi yang tumpang tindih.

Yang pertama adalah Ryuuen yang memimpin kelasnya dengan sistem diktator, dia
bisa mendapatkan poin pribadi dengan satu perintah.

Yang kedua adalah seseorang yang di isolasi di kelasnya, merasa tidak puas serta
dendam kepada pemimpinnya.

Jika ada sesuatu yang harus dikhawatirkan, itu adalah fakta mengenai mereka yang
harus berjuang keras dalam ujian khusus di pulau tak berpenghuni. Karena hanya
sejumlah siswa di Kelas B yang mampu membayar denda hukuman.

"Ngomong-ngomong, Ayanokouji. Apa yang sedang kau lakukan?"

"Eh?"

Ketika aku menuangkan air ke dalam kopi yang tinggal seperlima, Ryuuen bertanya
kepadaku dengan waajah kebingungan.

"Tidak ada. Aku hanya penasaran bagaimana rasanya jika aku tiba-tiba
mengencerkan kopi 3 atau 4 kali lipat dari jumlah normal."

Setelah aku menjawab terus terang, baik Ryuuen maupun Katsuragi terlihat lebih
bingung dari sebelumnya.

"... Kau orang yang aneh, Ayanokouji."

Katsuragi mengucapkan komentar yang menyakitkan itu dengan ekspresi jijik di


wajahnya.

"Jadi, apa kau juga akan mengundang Ayanokouji ke dalam kelompok? Jika
menyertakan siswa dari Kelas D, hadiah yang kita terima akan dibagi menjadi dua
pertiga."

"Tidak ada yang bilang kalau dia akan bergabung dengan kita."
"Lalu, apa yang kau inginkan darinya?"

"Kartu Trial miliknya."

Ryuuen menyebutkan kartu yang kuterima dari sekolah.

"Jual kepadaku."

Aku bertanya-tanya kerja sama seperti apa yang akan dia minta padaku, tapi rupanya
kartu ini yang dia inginkan.

"Kau baru saja mengeluarkan uang yang banyak untuk Katsuragi, menurutku situasi
keuanganmu tidak begitu baik. Bisakah kau menyiapkan uang yang cukup?"

"Aku akan membelinya 500.000 poin pribadi. Itu sudah cukup, kan?"

Memang benar, ini satu-satunya kesempatanku untuk menjual kartu Trial. Memang
tidak banyak, tapi setidaknya aku bisa mendapatkan uang (poin pribadi) untuk Kei.

"Aku punya satu syarat. Aku ingin siswa di kelasmu yang memiliki kartu Half Off
menukarkan kartunya dengan salah satu siswa di kelasku yang memiliki kartu Free
Ride. Jika kau menerima syarat ini, aku akan menjual kartu Trial kepadamu."

Jika Kei tidak dapat membentuk kelompok besar yang terdiri dari 6 orang dan
terkena hukuman dengan kelompok beranggotakan 3 orang, dia masih dapat
mengurangi poin yang harus dia bayar menjadi 1 juta dengan menggunakan kartu
Half Off. Prioritasku saat ini adalah memastikan keamanan Kei.

"Kuku, sudah diputuskan. Half Off, kah? Kebetulan sekali, kau memilikinya kan,
Katsuragi?"

"Ya. Lagipula aku juga tidak punya banyak uang. Tidak ada gunanya menyimpan
kartu Half Off."

Sepertinya kartu yang diterima Katsuragi adalah Half Off.

Seandainya Ryuuen yang memegang kartu Trial menempati peringkat pertama, dia
akan mendapatkan 450 Poin Kelas.

Di tambah dengan poin Kelas B saat ini, mereka dapat menghancurkan penghalang
1000 poin.

2
16 Juli, batas waktu pembentukan kelompok kecil.

Ketika aku sedang melakukan rutinitas di pagi hari, aku menerima panggilan telepon
dari Ishizaki.

"Yo, Ayanokouji. Pagi."

"Tumben kau meneleponku."

"Hari ini adalah batas waktu pembentukan kelompok kecil, kan? Aku ingin bicara
sedikit tentang hal itu denganmu."

"Apa ini tentang Nishino? Terakhir aku memeriksa OAA, dia belum membentuk
kelompok dengan siapapun."

Aku belum memeriksa OAA pagi ini. Apa sudah ada perubahan?

"Pada akhirnya, dia tidak menemukan anggota di kelas kami, jadi dia minta tolong
pada Ichinose. Kemudian, Tsube dari Kelas C bilang akan membantunya."

Hitomi Tsube dari Kelas 2-C, ya. Dia adalah siswa yang memiliki kemampuan
akademik dan fisik B.

"Baguslah kalau begitu."

"Ya. Dengan ini, kami Kelas B sudah membentuk kelompok beranggotakan 2 orang
atau lebih. Tapi…"

Masih ada siswa Kelas B yang belum membentuk kelompok.

"Ibuki, ya?"

"Ya. Ibuki masih sendiri. Kira-kira, adakah orang yang mau bergabung dengannya,
ya?"

"Mengikuti ujian khusus ini sendirian sangatlah berisiko. Aku mengerti bagaimana
perasaanmu."

Dari kata-kata Ishizaki, aku tahu bahwa dia telah berulang kali membujuk gadis itu,
tapi selalu gagal.

"Beri aku sedikit waktu. Kurasa ada yang bisa kulakukan dengan itu."

"Benarkah? Maaf telah memberimu masalah pagi-pagi."

Aku memberi tahu Ishizaki bahwa aku akan menghubunginya nanti, kemudian aku
mengakhiri panggilan.
Setelah itu aku memutuskan untuk menghubungi orang yang mungkin saja mau
berkelompok dengan Ibuki.

Untungnya, orang itu belum meninggalkan asrama, jadi kami memutuskan untuk
bertemu di lobi.

Horikita, orang yang ku tunggu, muncul dari lift sebelah.

Horikita juga salah satu siswa yang belum membentuk kelompok.

"Mengenai kelompok, apa yang akan kau lakukan?"

"Sudah terlambat untuk membicarakannya sekarang. Bagaimanapun, kali ini aku


tidak akan berkelompok dengan siapa pun. Mengingat jumlah maksimum anggota
dalam satu kelompok adalah 6 orang, bukan hal yang buruk untuk bertindak sendiri."

"Aku tahu kau melakukan itu agar kau dapat bertindak sesuai keadaan. Tapi jika kau
sakit, kau akan didiskualifikasi pada saat itu juga. Jika kau tidak dapat membayar
denda yang sangat besar, kau akan dikeluarkan dari sekolah."

Aku tahu kalau aku tidak perlu menasehatinya tentang itu, tapi...

"Aku sudah siap menanggung risiko sebesar itu. Bukankah itu juga jadi alasanmu
tidak berkelompok dengan siapapun?"

"Meski begitu, resiko yang kau tanggung berbeda dariku."

"Apa bedanya?"

"Tahun lalu, kau jatuh sakit sebelum ujian di pulau tak berpenghuni."

"Aku tidak menyangka kamu akan mengungkit kejadian setahun yang lalu. Siapapun
bisa saja sakit."

"Kau benar. Pada musim dingin, kau juga beristirahat karena demam. Dalam setahun,
kau sudah dua kali jatuh sakit."

"Kamu hanya kebetulan saja menghabiskan tahun kemarin tanpa beristirahat


sekalipun. Apa kamu pikir kali ini kamu tidak akan sakit?"

"Dalam hal menjaga kesehatan, aku lebih percaya diri darimu.

Horikita tidak punya pilihan selain menerima fakta bahwa aku memiliki kehadiran
penuh.

"Aku mengerti. Memang benar, aku tidak sebaik dirimu dalam menjaga kesehatan.
Kuakui itu. Tapi, meski itu masalahnya, mengkhawatirkanku―"
Horikita yang menatap mataku, mencoba untuk menenangkan dirinya yang mulai
memanas.

"Kuharap kau mengerti. Dari awal aku tidak berniat untuk menolak metodemu."

Seseorang benar-benar harus menjaga kesehatannya.

Jika dia menyadarinya, maka itu sudah cukup.

"Tapi tetap saja, bertindak sendirian itu sangat berbahaya."

"Ya."

"Di kelas kita, yang belum membentuk kelompok adalah aku, Horikita dan Koenji.
Teman sekelas kita yang lain sudah membentuk kelompok kecil minimal dua orang.
Jika memungkinkan, bentuklah kelompok beranggotakan dua orang untuk menjamin
keselamatanmu."

"Hanya kamu dan Koenji-kun yang tersisa di kelas. Dengan kata lain, tidak ada lagi
cara untuk membentuk kelompok."

"Itu benar, kalau hanya dari kelas kita."

"Apakah ada gadis dari kelas lain yang belum membentuk kelompok?"

"Ahh, ada satu orang yang terpikirkan olehku."

"Siapa itu?"

"Ibuki dari Kelas 2-B. Apa kau tidak memeriksanya di OAA?"

"Terakhir aku memeriksa OAA, dia masih sendiri."

"Ishizaki mengungkapkan kekhawatirannya padaku. Dia sedang mencari seseorang


yang mau berkelompok dengan Ibuki. Bagaimana kalau kau bekerja sama dengannya
dalam ujian khusus ini, Horikita?"

"Aku dan Ibuki-san?"

"Dua siswa perempuan dapat membentuk kelompok kecil. Bagaimana kalau kita
dengar dulu ceritanya?"

"Memang benar, akan lebih baik jika memiliki asuransi (jaminan keselamatan), tapi...
baiklah, mari kita dengarkan ceritanya."

Horikita setuju untuk bertemu dengan Ibuki, mungkin dia berpikir tidak boleh
mengabaikan hal ini.
Aku menghubungi Ishizaki dan memintanya untuk bertemu ketika istirahat makan
siang nanti.

Ketika waktu istirahat makan siang, aku mengajak Horikita pergi ke tempat
pertemuanku dengan Ishizaki.

"Ooh, Ayanokouji! Disini, disini!"

Begitu melihatku dari kejauhan, Ishizaki melambaikan tangannya.

Ibuki berdiri di sebelahnya, gadis itu melipat tangannya dan menunjukkan wajah
tidak senang.

"Apakah Ibuki-san setuju dengan ini?”

"Jika dilihat dari raut wajahnya, aku kurang yakin."

Ibuki sepertinya sedang tidak mood untuk berdiskusi.

Kurasa Ishizaki membawanya ke sini tanpa menjelaskan situasinya secara detail.

"Cepatlah kemari!"

Ishizaki sangat antusias memanggil kami sambil melompat-lompat seperti seekor


kelinci.

"Kalian sepertinya cukup dekat."

Horikita sedikit tertarik dengan hubunganku dan Ishizaki.

"Dia orang yang baik loh."

"Meski begitu, aku tidak ingin akrab dengannya."

Ishizaki mirip dengan Sudou, tipe orang yang mudah emosi, tapi dia juga memiliki sisi
baik yang berbeda dari Sudou.

"Apa maksudnya ini? Kenapa Ayanokouji dan Horikita ada di sini? ”

Ternyata Ishizaki memang belum memberitahunya.

Aku menyesuaikan pandanganku dengan Horikita. Sepertinya tidak baik membiarkan


Ishizaki memulai pembicaraan di sini.
"Sebenarnya ada sesuatu yang ingin kami diskusikan, jadi aku meminta Ishizaki untuk
memanggilmu, Ibuki."

Aku tidak punya pilihan, jadi aku mulai memberi penjelasan.

"Jadi, apa itu?"

"Kudengar kau akan menghadapi ujian khusus ini sendirian, apa itu benar?"

"Itu terserahku."

Dia memberi jawaban singkat, seolah-olah tidak ingin berdiskusi.

"Aku sudah berulang kali mengingatkanmu untuk membentuk kelompok."

"Aku tidak membutuhkannya."

"Kau bilang tidak membutuhkannya, tapi kenyataannya, memang tidak ada yang
mau berkelompok denganmu."

Ishizaki mengatakan sesuatu yang tidak perlu, apakah dia berniat untuk membantu?
Atau menghalangi kami?

Aku mengalihkan pandanganku pada Ishizaki dan tetap diam.

"Eh? Ada apa, Ayanokouji?"

Tapi… Ishizaki tidak menyadari niatku, dia malah bertanya kepadaku.

"Tidak ada. Ngomong-ngomong, Horikita juga sama seperti Ibuki, dia belum
berkelompok dengan siapa pun. "

"Terus?"

"Pada ujian khusus berikutnya, kau akan dirugikan jika tidak membentuk kelompok.
Meskipun tidak beranggotakan 3 orang, jika kalian berdua membentuk kelompok,
bahkan dalam situasi terburuk, dimana salah satu dari kalian di diskualifikasi, kalian
masih bisa melanjutkan ujian."

Setelah menjelaskannya sejauh ini, dia harusnya mengerti maksud dari perkataanku.

"Tidak banyak waktu yang tersisa sampai batas waktunya."

"Jangan bilang, kamu ingin aku bekerja sama dengan Horikita?"

"Ya, itu yang kumaksud."

"Hah? Kenapa kamu seenaknya saja bicara begitu."


"Kelihatannya kamu tidak ada masalah dengan kemampuan fisik, tapi di luar bidang
itu... kemampuanmu kurang memuaskan."

"Kamu juga, jangan bicara seenaknya saja."

Ibuki mendekati Horikita.

Kemudian dia dengan kesal menatap Ishizaki, yang berdiri di belakangnya dengan
wajah linglung.

"Kamu juga, kamu membantu mereka agar aku berkelompok dengan Horikita, kan?"

"Aku tidak tahu kalau orang yang akan berkelompok denganmu adalah Horikita, tapi
tidak ada salahnya bekerja sama dengannya, kan?"

"Aku memang benci orang ini, tapi kebencianku pada Horikita lebih dari itu."

[Orang ini] yang dia maksud sepertinya aku. Dia mengarahkan jarinya kepada orang
(aku) yang ada di hadapannya.

"Ayanokouji-kun, kelihatannya dia membencimu."

"Aku tidak pernah menyadarinya. Tapi, kelihatannya dia lebih membencimu


daripada aku."

"Aku merasa terhormat."

Sepertinya Ibuki tersinggung karena Horikita dan aku membicarakan dirinya, dia
bahkan tidak menyembunyikan kekesalannya.

"Aku tidak tahu apakah Horikita yang memintanya padamu atau karena alasan lain,
tapi yang jelas aku tidak akan bekerja sama dengan gadis ini."

Sepertinya dia benar-benar membenci Horikita.

Dia bersikeras menolak saranku.

"Ah, aku tidak pernah bilang kalau aku ingin bekerja sama denganmu."

Mengamati sikap Ibuki, Horikita mulai memprovokasinya.

"Hah? Apa maksudmu?"

"Sepertinya kamu salah paham akan sesuatu. Kamu ditinggalkan sendiri karena tidak
ada yang ingin bekerja sama denganmu, sedangkan aku tidak bekerja sama dengan
siapa pun karena aku memang ingin bertarung sendiri. Meskipun kita berdua sama-
sama sendiri, situasi kita sangat berbeda."
Horikita memberi jawaban yang cukup mencengangkan. Namun, Ibuki yang
mendengarnya jadi semakin memanas.

"Aku sendirian karena aku juga ingin bertarung sendiri. Bagaimanapun, kamu bilang
akan menghadapi ujian ini sendiri kan, pas sekali. Ayo kita bersaing, Horikita!"

Ibuki mengalihkan pandangannya dari aku ke Horikita.

"Bisakah aku menanyakan sesuatu? Mengapa aku harus bersaing denganmu?


Memang benar kita berkompetisi di ujian pulau tak berpenghuni dan festival
olahraga, tapi tidak ada yang istimewa dari itu, kan?"

"Kamulah satu-satunya yang berpikir begitu."

Setahuku, Ibuki mengalahkan Horikita dalam pertarungan satu lawan satu di pulau
tak berpenghuni. Horikita menang lomba lari 100 meter saat festival olahraga.

Satu kemenangan, satu kekalahan. Tapi sulit untuk mengatakan bahwa saat itu
mereka dalam kondisi terbaik. Pertama-tama, pada saat ujian di pulau tak
berpenghuni, Horikita terpaksa bertarung dalam kondisi yang merugikan karena dia
sedang demam tinggi. Pada saat festival olahraga, Ibuki begitu terpaku pada Horikita
sehingga kecepatan larinya jadi terganggu. Dengan kata lain, jika ditanya siapa yang
lebih baik di antara dua orang ini, tidak mungkin aku bisa menjawabnya sekarang.

Bahkan setelah aku mengalahkan Ibuki dan Ryuuen di atap, Ibuki menantangku lagi
di kemudian harinya.

Intinya, dia adalah tipe orang yang tidak mudah menerima hasilnya sampai dia
benar-benar mengetahui siapa yang lebih kuat.

Kali ini, dia ingin bersaing dengan Horikita dalam ujian khusus bertahan hidup di
pulau tak berpenghuni.

Dengan pemikiran seperti itu, Ibuki tidak akan mau bekerja sama dengan Horikita.

"Sepertinya, ini hanya buang-buang waktu."

"Tunggu. Apa kamu terima? Atau tidak?"

"Aku memang akan memulai ujian ini solo, tapi aku tidak memilih untuk bertindak
sendirian. Setelah ujian khusus di mulai, aku akan bergabung dengan kelompok lain
yang perlu bantuan."

Jika itu pertandingan satu lawan satu, mungkin pemenangnya bisa ditentukan, tapi
sekarang itu bukan lagi pertarungan yang adil.

"Menyedihkan!"
"Sindiranmu itu tidak akan membuatku berubah pikiran dalam ujian khusus ini."

Horikita membalas provokasi Ibuki dengan mengatakan bahwa provokasi itu tidak
akan mempengaruhinya.

"Kalau kamu bersikeras bertarung solo, berusahalah untuk tidak kalah meski aku
membentuk kelompok. Seandainya kamu menang, aku akan mengakuimu sedikit."

"… Boleh juga."

Horikita dan Ibuki tidak akan membentuk kelompok, sepertinya negosiasi gagal.

Namun, tidak diragukan lagi kalau motivasi Ibuki semakin kuat karena provokasi
Horikita barusan. Setelah meminta maaf pada Ishizaki, aku memutuskan kembali ke
kelas bersama Horikita.

"Sejak awal kau sudah tahu kalau Ibuki tidak bisa di ajak berdiskusi, kan? Kau terlalu
baik."

"Aku sengaja memprovokasinya supaya dia bertindak sembrono dan diskualifikasi."

Horikita tidak berkata jujur, tapi sikapnya yang ini memang sama persis dengan
dirinya yang kukenal.

EPILOG : KETENANGAN SEBELUM BADAI

Upacara penutupan semester pertama datang lebih cepat dari perkiraan.

Setelah ini, kami akan melakukan kegiatan selanjutnya.


Sudah satu tahun lamanya sejak terakhir kali kami meninggalkan sekolah, sebentar
lagi kami akan menuju pelabuhan. Lalu menaiki kapal dan berlayar ke pulau tak
berpenghuni yang belum kami ketahui. Tanpa mendapatkan waktu jeda, kami akan
melaksanakan ujian khusus keesokan paginya. Para siswa diminta berkumpul di kelas
untuk menerima penjelasan singkat, lalu kami pergi ke kelas masing-masing dan
menunggu Wali Kelas kami datang. Sementara itu, kalimat singkat [Apa tidak ada
yang tertinggal?] ditampilkan pada layar monitor untuk pemeriksaan akhir.

Siswa di izinkan membawa pakaian dalam ganti untuk seminggu, karena sangat
penting untuk menjaga kebersihan. Siswa juga di izinkan membawa ponsel, tapi pada
awal ujian ponsel akan disita. Meskipun tidak ada larangan untuk membawanya,
ponsel hanya akan menambah barang bawaan karena tidak ada sinyal di pulau
tersebut. Mungkin itu akan berguna ketika membayar denda atau membeli barang di
kapal.

Sambil menunggu bunyi bel yang menandai awal pertempuran, Keisei memeriksa
sekali lagi barang bawaannya dan memastikan tidak ada yang tertinggal, setelah itu
dia datang ke tempat dudukku. Wajahnya terlihat suram.

"Sejujurnya, ujian khusus di pulau tak berpenghuni bukanlah bidangku, ini sama
seperti 'meraih awan'."

(Tl note : ' kata istilah. Artinya bisa dibilang mustahil)

"Yah, tak heran jika kau berkata begitu, sebab ini jauh dari norma kehidupan sehari-
hari."

"Tapi ujian ini jauh lebih sulit untuk para gadis, sebagai laki-laki, aku tidak boleh
mengeluh."

Tidak seperti siswa laki-laki, ada beberapa kesulitan khusus untuk siswa perempuan,
ujian semacam ini kurang cocok untuk para gadis.

Tentu saja sekolah sudah melakukan perhitungan sebaik mungkin, tapi hasilnya tidak
begitu berpengaruh.

"Meskipun kita berkompetisi di kelompok yang berbeda, aku akan membantu


semampuku."

Meski ujian khusus ini bukan bidang yang dia kuasai, Keisei menyatakan tekadnya
untuk membantu dan melindungi teman-teman.

"Ya, kau benar. Aku yakin ada cara bagi kita untuk bekerja sama, aku juga akan
membantu ketika waktunya tiba."

Aku juga berjanji akan membantu.


"Tapi, apa kau benar-benar tidak apa-apa sendirian? Seandainya kau jatuh sakit dan
menerima penalti, kau harus membayar 6 juta poin… jika tidak sanggup membayar,
kau akan dikeluarkan pada saat itu juga."

"Setidaknya, kehadiranku yang penuh selama ini adalah salah satu hal yang bisa aku
banggakan."

"Belakangan ini, kau terdengar agak sarkastik, tahu?"

Keisei tertawa dan kembali ke tempat duduknya.

Tak lama kemudian, bel yang menandakan awal dari pertempuran berbunyi, lalu 39
siswa Kelas 2-D duduk di kursi masing-masing.

Ketika memasuki ruang kelas, wajah Chabashira menjadi serius dan membuat
suasana menjadi berat.

"Padahal hari ini adalah awal liburan musim panas, tapi kalian tampak kurang
semangat. Yah, kurasa itu wajar."

Chabashira mulai mengaktifkan layar monitor dan tablet miliknya.

"Kalau begitu, mari kita mulai pemeriksaan akhir. Jika ada dari kalian yang merasa
tidak enak badan, beritahu aku sekarang juga."

Pemeriksaan kondisi fisik dan barang bawaan. Kemudian jadwal dan barang-barang
yang diperlukan, semuanya ditampilkan sekaligus. Untungnya, tidak ada siswa Kelas
2-D yang sakit, jadi pemeriksaan berjalan dengan lancar. Kouenji yang memilih
bertarung solo, patuh mengikuti pemeriksaan ini.

"Sepertinya tidak ada masalah, baguslah."

Beberapa menit kemudian, setelah memeriksa semua barang yang diperlukan


sebelum keberangkatan, Chabashira mematikan monitor.

Kemudian, untuk menarik perhatian semua orang di kelas, dia mengetukkan


tangannya ke meja podium dengan lembut (pelan).

"Ini bukan pertama kalinya kalian mengikuti ujian khusus. Kalian telah berjuang di
sekolah ini selama lebih dari satu tahun, dan berhasil mengatasi berbagai rintangan.
Namun, ujian khusus kali ini takkan mudah untuk dilalui."

Ini semacam nasihat dari Chabashira, atau bisa dibilang sebuah peringatan.

Kami tidak boleh lengah, itulah nasihat yang diberikan oleh Wali Kelas 2-D.

"Tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat kesulitan ujian ini lebih tinggi dari pada ujian
khusus yang pernah kalian hadapi sebelumnya."
Chabashira menatap kami dengan saksama, dia seolah-olah ingin mengukir wajah
setiap siswa di ingatannya.

"Aku ingin meminta satu hal pada kalian. Sebisa mungkin, jangan sampai ada yang
menghilang dari kalian, dan kembalilah ke kelas ini sekali lagi."

Chabashira berharap ujian ini tidak akan menjadi tiket satu arah bagi kami.

"10 menit lagi kita akan berkumpul di lapangan dan mengambil absen. Kalau perlu,
pergilah ke toilet selagi sempat."

Para siswa terburu-buru meninggalkan kelas, karena tidak banyak waktu yang tersisa.

Ketika anggota grup Ayanokouji berkumpul di dekat kursiku, aku berdiri dan
membawa barang-barangku.

Pada waktu yang hampir bersamaan, Kouenji juga berdiri dari kursinya dan
memanggil salah satu siswa.

"Bisakah kita bicara sebentar, Horikita-Girl?"

Perilakunya yang tidak biasa ini bukan hanya menarik perhatianku saja, tapi juga
para siswa yang masih berada di kelas.

"Tumben sekali kamu mengajakku bicara."

Horikita yang dipanggil oleh Kouenji juga berpikiran sama.

"Ada yang ingin kubicarakan tentang ujian khusus ini."

"Ooh, akhirnya kamu memutuskan untuk membantu, ya?"

"Anggap saja setengahnya benar."

Horikita merasa curiga dengan kata-kata Kouenji.

Dia tahu betul bahwa Kouenji bukanlah orang yang mau bekerja sama.

"Kalau begitu, apa tujuanmu? Bisakah kamu memberitahuku setengahnya lagi?"

"Poin kelas untuk tiga kelompok teratas, kau sangat menginginkannya, bukan?"

"Tentu saja. Tergantung poin yang diperoleh, posisi kelas bisa saja berubah secara
signifikan."

"Kalau begitu aku ingin menawarkan satu hal padamu. Jika aku mendapatkan hasil
yang bagus di ujian ini, aku ingin kau berjanji memberiku kebebasan penuh sampai
hari kelulusan."
Pernyataan Kouenji yang mencengangkan itu membuat para siswa di kelas terdiam
untuk sesaat.

Meski ada syaratnya, dia bersedia mengikuti ujian khusus ini dengan serius.

"Menjanjikan kebebasan penuh… itu proposal yang tak terduga. Maksudmu, kamu
ingin aku membiarkanmu bertindak sesuka hati?"

"Tepat sekali! Tapi bukan hanya itu saja, kau juga harus bekerja keras untuk
menghilangkan semua rintangan yang menghalangiku."

Misalnya.. seperti ujian pemungutan suara yang diadakan tahun lalu. Jika ujian
khusus untuk mengeluarkan siswa yang tidak diperlukan dalam kelas diadakan lagi di
masa depan, Horikita harus melindungi Kouenji tanpa syarat.

"Itu bukan sesuatu yang bisa aku setujui dengan mudah. Semua orang di kelas
mungkin juga berpikir begitu."

Selama jadi bagian dari kelas, setidaknya kau harus mau bekerja sama.

Tidak mudah mendapat izin untuk meninggalkan peran tersebut.

"Anggap saja ini adalah kontribusiku sampai hari kelulusan."

Kouenji menawarkan diri untuk berkontribusi dalam ujian khusus kali ini, setelah itu
dia akan bertindak sesuka hati, kira-kira begitulah kesepakatan yang dia tawarkan.

"Sepertinya kamu juga bisa merasakan krisis. Aku yakin teman sekelas yang lain tidak
akan mengizinkanmu bertindak sesuka hati. Jika ujian khusus seperti pemungutan
suara diadakan lagi, kamu pasti akan kewalahan."

Tergantung isi ujian, bahkan Kouenji sekalipun juga akan kesulitan menghindari krisis.

"Kamu tidak perlu sampai mengajukan tawaran seperti itu. Apa kamu tidak bisa
bertindak seperti siswa lain?"

Horikita menolak tawaran Kouenji, dengan kata-kata yang masuk akal.

Tapi menolak tawarannya sekarang, juga tidak akan membuat Kouenji mau bekerja
sama di ujian khusus yang akan datang.

Sekalipun dia mau bekerja sama, palingan itu hanya saat dia sedang terpojok.

Dalam hal itu, memotivasi Kouenji menghadapi ujian khusus ini dengan serius juga
merupakan sebuah pilihan, tapi...
"Maaf, tapi aku sangat menghargai bakatmu, Kouenji-kun. Aku tidak bisa
membiarkanmu berperan di ujian ini saja dan menjadi penonton di ujian yang akan
datang."

Setelah mempertimbangkan berbagai hal, Horikita mengatakan keputusannya.

"Jadi begitu. Berarti negosiasi gagal, ya?"

"Tidak juga―Kalau aku boleh menambahkan beberapa syarat, aku akan menerima
tawaranmu."

Untuk sesaat Horikita seperti menolak, tapi kelihatannya dia punya pemikiran lain.

"Hanya mendapatkan hasil yang bagus saja tidaklah cukup. Sekolah telah
menyiapkan hadiah yang layak untuk peringkat pertama. Jika kamu bisa meraihnya
seorang diri, itu mungkin bisa jadi alasan yang cukup untuk mempertimbangkannya
sebagai kontribusimu sampai hari kelulusan."

Seandainya Kouenji yang tidak membentuk kelompok dengan siapa pun


memenangkan ujian ini seorang diri, dia akan menerima 300 poin kelas. Itu bisa
dikatakan sudah cukup sebagai kontribusinya hingga lulus. Namun tidak mudah
untuk meraih peringkat pertama dalam ujian ini, sekalipun itu Kouenji, karena
jumlah pesaing ada lebih dari 100 kelompok.

"Fufufu, begitu ya. Memang benar, kau tidak akan puas jika aku tidak meraih
peringkat pertama, kan?"

Kouenji tertawa dengan keras setelah mendengar syarat tersebut.

"Baiklah, bisa disimpulkan bahwa kita sudah sepakat."

"Tidak, itu belum cukup."

Horikita segera memotong perkataan Kouenji, yang menerima kesepakatan tidak


masuk akal itu.

"Aku belum mengatakan semua syaratku. Aku sudah berusaha untuk mengikuti kata-
katamu. Tapi jika pada akhirnya kamu tidak dapat menempati peringkat pertama, itu
akan jadi masalah bagi kami."

"Dengan kata lain?"

"Jika kamu tidak berhasil menempati peringkat pertama, kamu harus bekerja sama
dalam ujian khusus di masa depan dan berjanji memberikan hasil yang memuaskan."

Aku bisa mendengar dengan jelas napas berat Keisei di sebelahku, mendengar
pembicaraan kedua orang itu.
Itu adalah syarat tambahan yang bagus. Jika Kouenji kebetulan menempati peringkat
pertama, itu merupakan kabar gembira. Bahkan jika dia tidak dapat meraihnya, dia
akan berkontribusi dalam ujian khusus berikutnya. Tidak peduli bagaimanapun
hasilnya, Kelas D tidak akan dirugikan.

Sisanya tergantung pada Kouenji, apakah dia akan menerima syarat itu atau tidak...

"Sepertinya kau sekarang sudah percaya diri memberi ORDER (Perintah), Horikita-
girl."

"Kalau kamu setuju dengan syaratku, aku akan menerima tawaranmu."

"Kalau begitu kita sepakat. Horikita-girl, tolong jangan lupakan syaratku tadi."

Meskipun ada syarat tambahan, Kouenji menyatakan kesepakatannya.

"Apa kamu serius akan meraih peringkat pertama seorang diri?"

"Tentu saja. Lagi pula, tidak ada yang mustahil bagiku."

Meskipun Horikita meminta sesuatu yang tidak masuk akal pada Kouenji, dia terkejut
melihat Kouenji menerimanya dengan percaya diri.

"Kalau begitu, pembicaraan kita selesai. Aku pergi dulu."

Kouenji terlihat puas setelah mencapai kesepakatan, dia pun meninggalkan ruang
kelas.

Tidak ada satu pun yang memanggil Kouenji, kami hanya melihatnya pergi begitu
saja.

"Aku tidak tahu seberapa serius dia kali ini..."

"Yah, kau benar."

“Tapi ini adalah kesempatan yang langka. Aku berhasil membuatnya berjanji untuk
memberi kontribusi di masa depan."

Sejujurnya, lebih baik kita tidak percaya begitu saja dengan kata-katanya, tapi ini
adalah perkembangan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kouenji sendiri
membutuhkan semacam bantuan untuk bebas menjalani kehidupan sekolahnya di
masa depan.

Jika dia tetap bertindak seperti sebelumnya, kelas kami akan jatuh ke kasta terbawah
dan dia tidak akan dijadikan siswa prioritas yang harus dilindungi. Bahkan jika dia
tidak mengajukan negosiasi, mau tak mau dia harus mengambil tindakan.

Tapi jika Horikita, pemimpin Kelas 2-D mengakuinya, maka ceritanya akan berbeda.
"Seandainya dia benar-benar mendapatkan peringkat teratas, kita harus bisa
melampauinya."

Dengan berkata begitu, Horikita, mengalihkan pandangannya kepadaku.

"Kita menempati peringkat pertama, dan Kouenji-kun menempati peringkat kedua


atau ketiga. Jika itu tercapai, kelas kita akan mendapatkan keuntungan yang besar.
Kita juga dapat mengejar ketertinggalan selama ini."

Jika melakukan perhitungan sederhana, Kelas 2-D akan memperoleh 400 hingga 500
poin kelas. Total poin kelas kami akan menjadi 700-800 poin, dan kami akan naik ke
Kelas B dalam sekali jalan.

Selain itu, Kouenji juga akan berkontribusi pada ujian khusus berikutnya...

"Tapi, ada satu hal yang mengganjal. Perilaku dan tindakan Kouenji tidak bisa
ditebak."

Baik itu kemampuan fisik maupun akademik, kurasa tidak baik jika kita berpikir
bahwa dia sudah menunjukkan potensi penuhnya. Aku yakin dia memiliki bakat yang
luar biasa.

"Itu benar. Tapi, mencapai peringkat pertama dengan mudah adalah masalah yang
berbeda."

Perwakilan dari kelas lain, Sakayanagi, Ichinose, dan Ryuuen, juga serius mengincar
peringkat pertama.

Tentu saja, itu belum semuanya. Sejauh yang kuketahui, beberapa siswa yang
berbakat seperti Housen dan Amasawa dari kelas satu, lalu Nagumo, Kiriyama, dan
Kiryuuin dari kelas tiga, mereka semua juga mengincar peringkat pertama.

Meskipun sampai sekarang aku belum pernah mengatakannya, aku juga berniat
untuk meraih peringkat pertama di ujian ini.

Siapakah yang akan mengambil peringkat pertama dua minggu kemudian?

Dan siapakah yang akan meninggalkan sekolah?

Musim panas yang panjang akan segera dimulai.


1

"Sekarang sudah memasuki akhir Juli. Cuacanya terasa semakin panas."

Tsukishiro menggumamkan itu sambil melihat bus besar yang memasuki sekolah
satu persatu.

"Ya, itu benar."

Seorang siswa kelas satu membalas perkataan Tsukishiro tanpa emosi sedikitpun
(wajah datar).

Tsukishiro terus berbicara tanpa melihat siswa tersebut.

"Segera selesaikan analisismu. Menundanya lebih lama lagi tidak akan ada
untungnya."

"Maksudnya―Aku harus mengeluarkan Ayanokouji Kiyotaka?"

"Apakah itu terlalu berlebihan untukmu?"

"Aku sudah memastikan bahwa dia bukan lawan yang mudah untuk dikalahkan.
Tidak, dari awal aku sudah tahu itu."

"Aku sudah membantu sebisaku. Karena itu, tidak mungkin lagi bagiku untuk
memberi bantuan lebih dari ini."

Mendengar kata-kata itu, siswa tersebut teringat kembali bagaimana Tsukishiro


sangat antusias dengan rencana ini.

"Maksudnya, tindakan anda sudah berlebihan?"

"Ya. Aku sudah menekan banyak anggaran untuk ujian khusus ini, dan yang lebih
pentingnya lagi, aku membungkam pihak sekolah yang menentang aturan ketat yang
kubuat untuk ujian."

"Berarti mulai sekarang, akan sulit untuk bertindak sebagai direktur pengganti?"

"Mungkin begitu. Tuduhan penipuan terhadap Direktur Sakayanagi seharusnya


sudah selesai sekarang. Aku dapat mengetahui bahwa peranku di sini akan segera
berakhir. Itu sebabnya, aku menyiapkan festival yang meriah di akhir jabatanku. Aku
ingin Ayanokouji Kiyotaka dikeluarkan dari sekolah ini dengan cara apa pun.
Mengerti?"

"―Mengerti. Aku tidak akan bimbang lagi."

"Bagus. Kalau begitu, silahkan mengamuk sesuka hatimu… di ujian khusus ini.
Setelah semuanya selesai, kau dapat kembali menjalani kehidupanmu yang biasa.
Mari kita kembali ke tempat kita yang seharusnya."

Gadis itu reflek mengalirkan kekuatan ke tangan kirinya, yang merupakan tangan
dominannya.

Tsukishiro melihatnya dari samping dengan tersenyum lembut.

"Aku mengharapkanmu—Nanase Tsubasa-san."


~Classroom of the Elite Second Year Volume 2 End~

Translator : Julius Kingsley

Pdf : FLC44

Blog penerjemah : www.ichikanovel.blogspot.com

TL note :

Gimana menurut kalian hasil terjemahannya? Apa kalian suka?


Kalau yes, silahkan kunjungi blog Ichika Novel dan ikuti
fanspagenya di facebook.. Terima kasih!!

P.S

Sekali lagi di ingatkan, dilarang menjual hasil terjemahan ini


dalam bentuk apapun.. dukunglah para author dengan
membeli buku aslinya atau versi e-book nya agar mereka
semakin termotivasi untuk berkarya.

Anda mungkin juga menyukai