com
PDF BY: bakadame.com
PDF BY: bakadame.com
PDF BY: bakadame.com
PDF BY: bakadame.com
PDF BY: bakadame.com
PDF BY: bakadame.com
Chapter 1 — Mawar dan Yuri
“Pokoknya, aku tidak keberatan pakai pola mana saja saat adegan pertemuan
kembali antara saudara kandung! Akan lebih baik jika ada reuni yang
mengharukan saat mereka selalu memikirkan perasaan satu sama lain, tapi
rasanya cukup menegangkan juga ketika mereka reunian dan menemukan
kalau mereka berdua ternyata sudah menjadi musuh!”
“Benar sekali. Fakta bahwa mereka berdua adalah saudara kandung sudah
menambahkan banyak bumbu drama untuk hubungan mereka.”
“Ah, maafkan aku …... dari tadi, cuma aku saja yang terus berbicara. Aku tidak
punya orang di sekitarku yang bisa kuajak mengobrol hal semacam ini...”
Bagi Sayaka dan Yuki yang telah menyembunyikan hobinya sampai sekarang,
hal tersebut sudah menjadi pemikiran umum. Lantas, apa yang akan terjadi
jika dua orang semacam itu bertemu?
“.....”
“.....”
Dengan satu pertanyaan santai ini saja Sayaka bisa memperoleh banyak
informasi tanpa risiko. Taniyama Sayaka, seorang gadis muda berbakat yang
sudah mengalahkan banyak saingan dengan pidatonya yang terampil dalam
debat.
Tapi, tidak ada masalah. Karena Sayaka sudah menyiapkan jawaban ampuh
dengan mengatakan, “Kurasa kita sama. Karena aku juga menonton anime
itu.”
(Strategi paling aman dalam percakapan ini adalah menempatkan diriku tepat
di belakang lawan dan melacak jawabannya. Setelah aku mengambil inisiatif
untuk bertanya duluan, mana mungkin aku bisa kalah)
Merasa yakin dengan keunggulannya yang luar biasa, Sayaka dengan santai
menunggu jawaban Yuki. Tapi……
“Pertama-tama, anime “Blade hazard” dan “Ano Yume” sih wajib ditonton.
Dalam ulasan sebelumnya, anime Blade hazard” dikatakan bisa menjadi
anime terbaik di musim ini, tapi episode pertama dari “Ano Yume” sangat
sempurna sehingga dengan cepat menjadi kandidat untuk peringkat anime
terbaik. Lalu, anime “Rens” dan “Isekai Tunnel” mempunyai alur stabil dan
sudah tamat. Secara pribadi, aku berpikir kalau yang jadi kuda hitam musim
ini adalah anime “Hamezon”. Aku awalnya penasaran bagaimana ekspresi
ekstrem dalam cerita aslinya akan diadaptasi di anime, tapi ternyata
adaptasinya jauh lebih bagus dari yang diharapkan. Selain itu, tampaknya
momentum “Gambaruon” belum berkurang bahkan di musim kedua......”
“!?”
Di hadapan Sayaka yang terlihat kesal dan tertekan ... Yuki yang masih
tersenyum mulai menggumamkan sesuatu.
Pada awalnya, dia berpikir apa yang ingin Yuki sampaikan. Bahu Sayaka
bergetar ketika mendengar kalimat yang tidak memiliki konteks dan tidak
masuk akal ......, tapi menggelitik batinnya. Yuki kemudian melanjutkan
serangannya.
“!”
“!!!”
Tubuh Sayaka secara alami bereaksi terhadap kata-kata indah yang diucapkan
secara beruntun. Melihat reaksinya yang lucu begitu, Yuki tertawa kecil dan
berkata dengan nada bercanda.
“Apa……!”
“Bagaimana kalau kita berhenti menebak-nebak satu sama lain, oke? Aku
yakin kalau kamu sudah menyadari kalau pengetahuanku sebagai otaku lebih
baik ketimbang Sayaka-san. Jadi, Sayaka-san juga tidak perlu
menyembunyikannya, oke?”
“!”
“Fufufu...Begitu ya? Tentu saja, aku mungkin kalah jika dilihat dari jumlah
karya yang pernah kusentuh ..... Tapi perasaan cintaku dalam setiap karya
takkan pernah kalah, oke?”
“Jika kamu bilang begitu, aku sendiri lebih suka Seiyuu yang memainkan
peran antagonis…”
“Oh iya, apa kamu memperhatikan akhir yang spesial dari episode ‘Ano Yume’
minggu lalu? Ada potongan adegan bermakna yang belum pernah kulihat
sebelumnya…..”
“Bukannya itu sudah jelas? Aku takkan pernah melakukan sesuatu seperti
melewatkan lagu pembukaan dan lagu akhir. Aku berpikir itu...”
“Upss, permisi.”
Setelah mengatakan itu, Yuki bangkit dari tempat duduknya dan berjalan pergi
sembari menempelkan smartphone di telinganya. Rupanya, dia menerima
panggilan telepon yang mendesak.
“…...”
“…...”
Kemudian, Sayaka dan Ayano ditinggalkan begitu saja. Sayaka lalu menatap
Ayano dalam diam. Ayano yang menerima tatapan itu segera menghabiskan
cemilan churros yang keempat ke mulutnya sekaligus.
“Ya, itu benar. Saya rasa ini baru pertama kalinya kita bertemu tatap muka dan
bertukar kata seperti ini.”
“Betul sekali ... lalu, ummm aku pernah mendengar kalau Kimishima-san
adalah pelayan pribadi Suou-san, apa itu benar ...?”
“Ditulis dengan huruf ‘teman masa kecil’ dan dibaca sebagai ‘pembantu’.
Kimishima Ayano.”
Jelas sudah, itu adalah cara memperkenalkan diri yang sangat nyentrik.
“Status teman masa kecil dan heroine kalah hanya bentuk sementara demi
mengelabui mata dunia. Masachika-sama akan dilindungi oleh kami,
sub-heroine yang sebenarnya!?”
“... Eh? Eh, dia mau melakukan itu? Suou-san sendiri? Dengan pose yang baru
saja kamu lakukan tadi!?”
“…? Ya, karena katanya beginilah cara formal untuk mengungkapkan identitas
asli.”
“.....”
Sayaka diam-diam bergidik ngeri pada Ayano, yang sama sekali tidak merasa
curiga maupun malu. Dia tidak bisa melihat kesempatan maupun celah di
mana dia bisa bersaing, karena dia cuma dalam tahap awal Chuunibyou.
Sambil menekan dadanya yang sakit karena serangan tak terlihat, Sayaka
menggigit bibirnya dan mengepalkan tangannya erat-erat. Dia kemudian
bertanya kepada Ayano, yang (tampaknya) dengan santai memandangnya,
sebuah pertanyaan seolah sedang menantangnya.
“Jadi, dari sudut pandang pelayan pribadi Suou-san ... atau pembantu?
Menurut Kimishima-san sendiri, hubungan seperti apa yang biasa dilakukan
antara Suou-san dan Kuze-san?”
“…..”
Di masa lalu, Masachika dan Yuki adalah rival terbaik bagi Sayaka. Tidak ada
perasaan benci maupun dendam, yang ada justru rasa kepercayaan dan saling
mengakui satu sama lain. Dan kekalahannya dalam kampanye pemilihan
mengubahnya menjadi rasa hormat yang murni.
Dia berpikir kalau mereka berdua adalah pasangan yang ideal, dan bahkan
sempat berpikir, “Cepatlah menikah. Tidak, pelan-pelan saja tidak masalah,
dan semoga kalian mendapat pernikahan yang bahagia.” Jika ada seseorang
yang mengganggu hubungan mereka, dia akan melakukan sekuat tenaga
untuk melenyapkannya sebagai perwakilan dari para penggemar.
(Aku ingin mendengar ... tentang episode kedekatan mereka sebagai kakak
beradik!)
“... Saya hanya seorang pelayan. Saya tidak dapat mengungkapkan informasi
mengenai Tuan saya tanpa seizinnya.”
Tak peduli apa niat Sayaka, tentu saja balasan itulah yang ditermanya. Tapi itu
masih dalam ekspektasi Sayaka
“Ara, begitu ya. Kalau gitu, aku akan bertanya pada orang lain, ya?”
(Awalnya aku sedikit terkejut, tapi ... selama aku tidak terbawa temponya, dia
adalah lawan yang gampang dihadapi)
Biar diperjelas sekali lagi, dia hanya ingin mendapat kepuasan batin yang
berharga sebagai penggemar mereka. Sayaka memiliki bakat sebagai otaku
idola.
“......”
Dari penampilan luar, Sayaka mengajukan pertanyaan dengan sikap acuh tak
acuh, sementara dalam batinnya dipenuhi rasa kegirangan dan mengayunkan
kedua tangannya sambil memegangi kipas idola. Kemudian, ketika Ayano
tetap diam, dia sedikit melembutkan nada suaranya.
“Kalau gitu kita bisa membicarakan kejadian hari ini. Apa yang mereka berdua
lakukan sebelum bertemu kami?”
“.....”
(Di bawah tempat tidur? Situasi macam apa sampai bisa menjadi begitu?
Lagian, bukan itu yang ingin kutanyakan ... Oh, disinformasi? Untuk
membingungkanku?)
Yuki dalam bentuk ulat kantong muncul di otak Sayaka dan langsung dipenuhi
dengan tanda ?? dalam pikirannya.
Dia seharusnya tidak mendengar alur pembicaraan sampai saat itu, tapi dia
dengan acuh memperingati Sayaka seolah-olah dia telah mendengar
semuanya. Sayaka segera menanggapi dengan senyum yang jelas.
“Ohh, jadi itu yang kalian bicarakan. Yah, kalau kamu tidak mempercayainya
juga tidak apa-apa, sih? Karena secara teknis, kami benar-benar teman masa
kecil.”
Apa karena awalnya merupakan saingan dalam pemilihan, atau cuma karena
masalah kecocokan saja?
Ketika mereka membuka mulut, mereka secara alami mulai menyelidiki niat
pihak lain. Mereka mencoba untuk menggali informasi satu sama lain sambil
mengaburkan niat mereka yang sebenarnya secara tidak langsung.
Mereka berdua saling bertukar pandang satu sama lain dan menyeringai
dengan senyum busuk. Ayano, seorang wanita yang Sayaka sebut sebagai
wanita yang tidak tahu BL, mengedipkan matanya pada suasana busuk yang
tiba-tiba mulai menyebar di udara, tapi dia nyelonong pergi untuk membeli
churros yang kelima kalinya tanpa terlalu memedulikannya. Sayaka juga tidak
memedulikan hal itu dan meletakkan tangannya di dagu dengan serius.
“Begitu rupanya.”
Sebagian besar penonton Blaze Hazard pasti akan berkata, “Tentu saja
tidak!”, tapi entah bagaimana mereka berdua berkomunikasi satu sama lain.
Mungkin merasa tersanjung dengan persetujuan itu, Sayaka terus berbicara
tentang alasan mengapa dia berpikir begitu.
“Aku merasa diyakini mengenai hal ini ketika melihat tatapan lembut Geruga
di awal episode kedua saat memandang Kaito berbicara tentang mimpinya.”
“Dan itu semakin terlihat jelas ketika senjata yang mereka gunakan terbuat
dari naga yang sama.”
Tak diragukan lagi kalau itu cuma tebakan yang tak berdasar.
Lagian sedari awal, Yuki cuma bercanda saat berpura-pura menjadi fujoshi,
dan pada kenyataannya dia lebih menyukai yuri daripada BL, tapi hal tersebut
tidak menghentikan Sayaka.
“Tapi kupikir situasi yang paling seru dan menegangkan adalah situasi di
mana teman masa kecil menjadi cemburu dan mengamuk. Bagian di mana
teman masa kecil yang sudah lama memegang posisi sahabat dengan paksa
menyerang karakter utama karena cemburu adalah bagian yang paling
mengharukan.”
Pandangan mata Yuki jadi sedikit jauh saat mendengar ucapannya yang
sepertinya bukan dari anggota komite kedisiplinan. Saat pandangan matanya
melihat kejauhan ... dia segera dibawa kembali pada kenyataan saat melihat
sosok Masachika dan Nonoa yang berjalan menuju tempatnya.
“Yahh memang sih... Apalagi ada banyak pola di mana saat Ia mendorong
protagonis ke bawah, mereka kembali tersadar saat melihat wajah ketakutan
si protagonis dan kemudian menjauhkan diri ..... mereka semua tuh terlalu
baik! Walaupun Ia selalu menyukai protagonis, dan selalu mengedepankan
kebahagiaan si protagonis …... Kalau begitu Ia sendiri gimana? Bagaimana
dengan kebahagiaan si teman masa kecil!”
“... Yah, karena kebanyakan dari mereka sampai pada kesimpulan bahwa
‘kebahagiaan XX-chan adalah kebahagiaanku juga, .......'”
“Itu sih cuma bentuk kepasrahan saja! Ia cuma membohongi dirinya sendiri!
Apalagi, si protagonisnya juga sama saja. Ketimbang berurusan dengan cowok
ganteng yang menyebalkan, dia pasti akan lebih bahagia dengan teman masa
kecil yang selalu peduli padanya!”
“Seriusan, pasangan favoritku gagal berlayar lagi dan lagi sama pihak resmi ...
Apa kamu memahami perasaanku!?”
“Y-Ya ... yah, jika kamu mendukung ship percintaan dengan teman masa
kecil, itulah yang akan terjadi ...”
“A, Ahaha...”
Yuki diam-diam lega karena dia berhasil mengubah topik pembicaraan tepat
pada waktunya. Kemudian, untuk memberi tahu Sayaka kalau mereka berdua
sudah kembali, dia menoleh ke arah kakaknya yang menatapnya dari jauh.
Itu hanya percakapan yang biasa. Namun, bagian kata [Onii-sama] masih
terngiang-ngiang di benak Sayaka.
『Onii-sama! 』
『Onii-samaa! 』
『Mouu~, Onii-samaa! 』
“Fumu”
Lalu dia keceplosan mengatakan kalimat itu. Percakapan santai kakak beradik
yang tak terduga tampaknya benar-benar melewati batas toleransinya.
“Benarkah? Kalau begitu jika kamu tidak keberatan .... Kuze-san juga, aku
sungguh minta maaf karena mendadak menuduhmu.”
“Oh tidak juga, kamu membuatku tersadar kalau kewaspadaanku agak longgar
... tapi perihal ini ...”
“Ya, aku akan merahasiakannya di dalam hati kalau kalian berdua adalah
kakak beradik. Nonoa juga tidak masalah dengan itu, ‘kan?”
“Jadi begitulah adanya. Yah, terima kasih banyak atas waktunya. Kalau begitu,
kamu mau pamit undur diri dulu.”
“Aku mungkin tidak terlalu baik-baik saja ... Ahhhh, aku terlalu senang kalau
Suou-san ternyata adalah seorang kawan, jadi aku melakukannya dengan
terlalu berlebihan ...”
“Terima kasih banyak... dengan begini aku bisa berusaha keras untuk satu
bulan lagi ...”
“Ada sesuatu yang berharga yang hanya bisa dicerna dengan melihat
kedekatan kakak beradik yang memiliki hubungan darah. ......”
“Sulit dipahami~”
“... Apa jangan-jangan, itulah yang jadi alasan kenapa kamu sering mampir ke
rumahku?”
“Ugh ...”
“... Rea-chan dan Leo-kun juga terlihat sangat dekat, saat melihat mereka
berdua selalu membuatku tersenyum.”
“Begitu ya ... yah kesampingkan itu dulu, kurasa sudah saatnya bagimu untuk
berdiri, bukan? Karena entah kenapa, kita jadi objek tontonan orang lain.”
“Ah... iya.”
“Umm, aku tidak ingin kamu salah paham dulu, tapi …. Alasanku pergi
mengunjungi rumah Nono-chan bukan cuma untuk bertemu Rea-chan dan
Leo-kun saja, oke?”
“Aku paham kok~ ... Kamu ingin melihat kedekatanku dengan Rea-chan,
‘kan?
“D-Duh, bukan begitu tau ... Kamu memahami apa yang kubicarakan, ‘kan?”
Usai mengatakan itu, Sayaka berbalik dengan cemberut dan mulai berjalan
pergi meninggalkan Nonoa di belakang. Namun, setelah berjalan beberapa
langkah, dia lalu berbalik untuk melihat Nonoa yang tidak bergerak dari
tempatnya dengan wajah menyeringai, dan Sayaka meninggikan suarakan
seolah-olah habis dijahili.
“Tapi~ apa kamu tidak keberatan buat meninggalkan Kuzecchi dan yang
lainnya? Padahal kamu juga punya pilihan untuk bermain dengan mereka,
‘kan?”
“Ahh gitu ya~... tapi bukannya kamu bisa menggunakan ini sebagai
kesempatan untuk saling mengenal satu sama lain? Lagian juga, kita bukan
kandidat dalam pemilihan ketua OSIS, ‘kan?”
“Lagipula sedari awal, aku tidak ada niatan ingin berteman dekat dengan
mereka berdua.”
“Ya, aku hanya ingin menghargai interaksi berharga mereka berdua sebagai
penonton.”
...... Dia sungguh gadis yang cerdas. Tidak, seriusan. Nonoa menyipitkan mata
di sampingnya seakan-akan menyiratkan “Apa yang kamu bicarakan dengan
muka serius begitu?”, tapi memang begitu yang dia rasakan.
“Selain itu, aku datang ke sini karena ingin bermain bersama Nono-chan.
Tidak ada yang lebih penting dari itu.”
“Tidak, tidak, mana ada yang begitu. Justru itu semua berkat lengan
Onii-sama yang bisa diandalkan, tau~?”
Sayaka dan Nonoa berpapasan lagi dengan mereka bertiga yang baru saja
keluar dari wahana rumah hantu. Ini adalah pertemuan tak terduga yang
kedua.
Kali ini mereka menyadari keberadaan satu sama lain pada waktu yang sama
dan berhenti pada waktu yang sama.
“Silakan dilanjutkan.”
“Hmm~?”
Suatu hari selama liburan musim panas, Nonoa sedang bersantai di kamarnya
ketika pintu kamarnya dibuka dengan keras. Seorang gadis cantik yang
tampak kuat dengan rambut coklat tua dan mata sedikit sipit, melompat ke
dalam ruangan. Dia adalah salah satu dari kedua adik kembar Nonoa, Miyamae
Rea.
“Hmmm~ Aku ingin gaya rambut yang dipakai Onee pada pemotretan minggu
lalu!”
Bocah laki-laki yang membalas dengan nada jengkel adalah saudara kembar
Rea, Miyamae Leo. Dia adalah cowok tipe bishounen yang sangat mirip dengan
Rea, dan komentarnya tentang menjadi populer tidak terasa aneh jika Ia
sendiri yang mengatakannya. Faktanya, Ia aktif sebagai model junior kembar
bersama Rea, dan lumayan populer di kalangan gadis-gadis. Namun, hal
tersebut merupakan hal yang wajar bagi ketiga bersaudara ini.
“Hmm~? Enggak deh, karena aku sudah punya rencana sendiri hari ini.”
“Gitu ya~ kalau begitu, kurasa aku lagi yang jadi satu-satunya pemenang hari
ini~?”
“Dasar lacur.”
“Haa~? Aku tidak ingin diberitahu sama kamu yang selalu gonta-ganti
pasangan melulu~”
“Aku cuma membiarkan mereka mendekatiku, dan aku tidak merayu siapa
saja kayak kamu!?”
Kakak beradik kembar itu saling melotot melalui pantulan cermin dan
berbicara buruk satu sama lain. Melihat tingkah laku mereka berdua melalui
cermin, Nonoa membuka mulutnya seolah-olah dia tidak terlalu peduli.
“Yah, kalian berdua, asal jangan terlalu berlebihan saja oke. Mama pernah
bilang, ‘kan? Ingat——”
“Iya, iya, aku paham. Jangan terlalu khawatir, oke? Aku tetap menjaga garis
pertahanan terakhirku, kok. Lagian sedari awal, aku tidak terlalu menyukai
cowok ikemen, kok ~? Cowok yang terlalu percaya diri dan bertingkah
sombong, entah kenapa enggak banget, deh ~ “
“Cih”
Kemudian, Ia menarik tubuhnya menjauh dari kusen pintu dan berbalik. Saat
melihatnya yang hendak pergi, Nonoa lalu memanggilnya.
“Bawel banget, aku membawanya, kok. Jangan perlakukan aku seperti anak
kecil, Nee-chan.”
Ujar Rea sambil mendengus, padahal dia sendiri seumuran dengan Leo. Nonoa
tidak menanggapi komentar itu, dan kemudian meletakkan alat pengeriting
rambut, lalu melangkah mundur untuk memeriksa ujung rambut Rea.
Selanjutnya, dia membuka lemari selebar tiga meter, dan di sana, ada banyak
pakaian bermerek yang digantung berjajar, dia sendiri tidak bisa
membayangkan berapa total seluruh biayanya. Tanpa memedulikan hal itu
sama sekali, Nonoa mengeluarkan blus dan rok polos dari kotak yang
menumpuk di lantai. Kemudian dari lemari lain, dia mengeluarkan tas polos,
topi, dan kacamata berbingkai hitam dan mulai memakai barang-barang itu.
“??”
Saat dia berjalan menyusuri gang belakang yang rumit menuju toko, dia
mendengar isakan kecil, dan Nonoa mengalihkan pandangannya.
Kemudian seorang bocah laki-laki yang kelihatannya berusia sekitar lima atau
enam tahun berjalan keluar dari tikungan. Rupanya Ia tampak tersesat,
wajahnya kusut karena bekas air mata, dan berkeliaran tanpa tujuan.
“.....”
Dia memahami gagasan “seseorang harus bersikap baik kepada anak kecil”
tersebar luas di masyarakat umum, dan jika ada seorang kenalan di
sekitarnya, Nonoa mungkin akan melakukannya sesuai dengan lingkungan
sekitar. Namun sekarang, tidak ada kenalan Nonoa di sekitar sini. Dan yang
terpenting, orang tuanya juga menyuruhnya untuk [bersikap baik kepada adik
laki-laki dan perempuanmu], tetapi tidak untuk [bersikap baik kepada anak
“Ah maaf, aku sudah ada janji dengan temanku. Umm, nomor kamarnya...”
Setelah sampai di tempat karaoke yang dia cari dan memberi tahu karyawan
yang tidak bersemangat kalau dirinya akan bergabung dengan teman yang
sudah datang duluan, Nonoa mengikuti nomor kamar yang dikirim melalui
smartphone-nya dan naik ke lantai tiga.
Sembari mengatakan itu dengan kata ganti orang pertama yang berbeda* dan
dengan nada suara lembut yang berbeda dari biasanya, Nonoa melihat ke
sekeliling ruangan. Seolah ingin menanggapi tatapannya, ketiga anak cowok
yang sedang duduk di sofa tersenyum ramah. (TN: Kalau dalam mode cewek
gyaru, Nonoa memakai kata “Atashi” buat kata orang pertama, sedangkan
yang sekarang dia memakai kata “Watashi”, kata yang lebih umum, netral,
dan sopan. Kata “Atashi” atau “Watashi” sama-sama mempunyai arti “Aku”)
“Betul, betul. Yang ada justru maaf ya? Padahal sekarang ini adalah hari
liburmu.”
“Oi, akal bulus macam apa yang kamu sembunyikan hingga menyuruhnya
buat duduk di sebelahmu?”
“Ya, ya, anak cowok, jangan ribut-ribut di sini. Nonoa-chan, bagaimana kalau
kamu duduk di sini bersamaku?”
Gadis yang telah memberikan tatapan dingin pada ketiga anak cowok itu
berbalik dan tersenyum pada Nonoa, lalu mengajaknya untuk duduk di
sebelahnya.
Kali ini, giliran anak cowok yang memandangnya dengan tataoan dingin,
karena memanfaatkan posisinya sebagai sesama gadis. Namun, dia
mengabaikan tatapan mereka. Gadis itu lalu mengambil tablet daftar lagi di
tangannya dan menyerahkannya kepada Nonoa.
“Yaudah, kita karaokean aja dulu, yuk? Aku ingin mendengar nyanyian
Nonoa-chan.”
“Oh, kalau begitu biar aku saja yang memesannya? Kamu mau minum apa?”
“Fyuhh ...”
Nonoa mengipasi wajahnya yang tersipu dengan tangannya pada tepuk tangan
berlebihan yang diarahkan padanya. Kemudian, mereka berempat berhenti
bertepuk tangan seperti yang diperintahkan, dan membuat ekspresi
seolah-olah sedang menyaksikan pemandangan yang menyejukkan hati.
“Ah~ aku gugup banget. Bernyanyi di depan orang memang bikin gugup, ya
~”
“….D-Duhh, yang lainnya juga ikutan nyanyi, dong? Kalau cuma aku saja
rasanya malu, tau…”
“Ummm kalau gitu, kurasa aku perlu mengambil risiko dan menyanyikan rock
medley?”
Persona “gadis pemalu dan penakut” hanyalah sebuah karangan yang dibuat
Nonoa untuk mendapatkan simpati dari keempat orang ini. Faktanya, mereka
berempat inilah yang merasa tercekik oleh penampilan luar dan cara hidup
mereka di akademi, serta terganggu oleh ketidakmampuan mereka untuk
menunjukkan jati diri mereka yang sebenarnya. Nonoa dengan terampil
mendekati mereka sembari membeberkan “Sebenarnya, aku juga sama.”
“Tadi itu sangat luar biasa sekali~. Kalian jago banget nyanyinya! Yeay~”
Nonoa melakukan tos dengan anak-anak cowok yang baru saja selesai
bernyanyi sambil tertawa dengan suara yang ceria. Keempat orang tersebut
kehilangan rasa suka terhadap perilaku yang sulit ditunjukkan di sekolah.
“Ah, iya. Kinjou-kun, ya? Jadi bagaimana? Apa kira-kira kalian bisa akrab
dengannya? Karena Kinjou-kun terlihat seperti orang yang kesepian... jadi
aku berharap kalau kalian mau berteman dengannya juga.”
◇◇◇◇
“Cih sialan, baik Suou maupun Kujou tidak bermain media sosial ...... apa
mereka ingin pamer kalau mereka berniat menjadi ketua OSIS, tapi tidak ingin
cari perhatian gitu? Apa mereka mau bertingkah sok keren, hah! Itu
benar-benar membuatku jengkel.”
“Hahh!? Apa-apaan orang ini, jalan-jalan ke Guam? Belakangan ini nih orang
kelihatan songong banget ... Coba menyelam ke akunnya dulu dan cari tahu
apa ada komentar yang bisa membuatnya kebakaran jenggot ... Hmm? Pfftt,
apa-apaan dia ini, tebakanku tepat sasaran dan malah kesal sendiri. Yup, dia
cuma si lacur jelek yang fotonya diedit~”
Hari ini sama seperti biasa, Ia sibuk berkeliaran di akun jejaring sosial siswa
dan selebriti di sekolah yang sama, mengolok-olok dan membuat kesal
mereka.... tapi pada saat itu, smartphone yang ditaruh di mejanya berdering
karena ada panggilan masuk.
“Ah...? Oh..”
Begitu melihat nama yang terpampang di layar, pipi Kinjou mengendur saat
menjawab panggilan.
Nonoa berbicara dengannya dalam suasana yang sama sekali berbeda dari
yang biasanya dia tunjukkan di sekolah.Dan kemudian Nonoa menceritakan
sesuatu padanya. Dia dipaksa untuk bertingkah ceria dan glamor demi
memenuhi tuntutan orang tuanya. Meski begitu, dia bukan tandingan adik
laki-laki dan adik perempuannya yang benar-benar tipe normies, dan dia
merasa tidak betah di rumah. Bahkan di sekolah, dia merasa tercekik karena
tidak bisa menyingkirkan karakter yang sudah dia mainkan.
Ketika Nonoa mengatakan itu dengan nada cemas dan mendongak ke arahnya,
jantung Kinjou langsung dibuat tak berdaya. Dan Kinjou sendiri mulai
menceritakan tentang keadaannya. Ayah dan ibu tirinya terlalu menyayangi
adik tirinya. Orang-orang sering mengatakan kalau adiknya itu brilian, tapi
itu karena orang tuanya memberinya kesempatan lebih dalam pendidikan, dan
Ia sendiri akan jauh lebih cemerlang jika saja memiliki kesempatan yang
sama. Namun, baik orang tua, guru, maupun semua orang di sekitarny tidak
menyadari keunggulannya.
[Aku sudah denger loh, Kinjou. Katanya kamu benar-benar tidak mendukung
Kujou pada acara debat publik tempo hari]
[Aku paham perasaanmu, kok? Yang jadi perwakilan dari sekolah tradisional
memang harus orang Jepang murni, ‘kan~]
[Aku merasa senang ada orang yang memiliki pendapat yang sama dengan
kita... Karena murid-murid lain semuanya cuma sekelompok orang bodoh
yang hanya melihat wajahnya dan berpikir bahwa dia adalah seorang “putri”
atau semacamnya]
Tidak alasan lain selain karena mereka semua sama-sama antagonis terhadap
Alisa. Berbagi sesuatu yang kamu benci terkadang bisa menciptakan
hubungan yang lebih kuat daripada berbagi sesuatu yang kamu sukai. Dalam
kasus Kinjou, itulah yang terjadi.
(Para idiot di sekolah sama sekali tidak punya otak. Mereka semua hanyalah
sampah yang cuma bisa menilai orang berdasarkan penampilan luarnya saja.)
Ia kemudian naik lift menuju lantai tiga dan berdiri di depan ruangan yang
sudah dikirim melalui smartphone-nya.
Untuk sesaat, Ia penasaran kenapa Ia tidak bisa mendengar suara orang yang
lagi bernyanyi, tetapi tanpa terlalu mengkhawatirkan hal itu, Kinjou
membuka pintu dan melangkah masuk dengan gaya sok asyik sendiri.
“Oi, oi, apa-apaan dengan suasana aneh ini. Lah, Nonoa lagi nangis? Ehh~~
apa yang sudah kalian lakukan~?”
“Kinjou-kun...”
“Kinjou-kun... Enam bulan lalu, apa benar kamu yang memfitnah model
Mimiko-chan di internet dan memaksanya untuk pensiun?”
“O-Oi, ada apa sih? Lagipula, apa yang sebenarnya kamu bicarakan—”
“Eh…”
Dengan nada yang pilu karena menangis, Nonoa memberitahu Kinjou yang
tertegun.
“Mimiko-chan adalah gadis yang sangat baik yang mau menerimaku apa
adanya... tapi dia sangat terluka karena komentar firnahmu di internet
sa-sampai dia tidak mau bertemu denganku sama sekali ...!”
“Ah…”
Ia membuat alasan dengan cara yang menyedihkan dan berjalan mundur, tapi
di ruangan karaoke pribadi yang kecil, Ia segera menemukan kalau tidak ada
jalan keluar untuk kabur dari situasi ini. Mereka berempat segera mengepung
Kinjou.
“Oh iya, asal kamu tahu saja, aku sudah merekam seluruh percakapan pada
waktu itu, oke? Dan juga, aku sudah memeriksanya setelah itu dan
menemukan ... Kamu sering memfitnah selebriti dan murid dari sekolah kita di
sana-sini, ‘kan? Kira-kira apa yang akan terjadi jika aku mengungkapkan
identitasmu kepada mereka?”
Tatapan penuh penghinaan menembus Kinjou yang tergagap dan tidak bisa
memahami keadaan yang sedang dialaminya.
“Bukannya itu sudah jelas? Kami semua cuma akting saja. Aku benar-benar
meragukan kewarasanmu yang dengan bangga membicarakan omong kosong
semacam itu.”
“Oh iya, biar kuberitahu dulu, jika kamu benar-benar orang baik hati seperti
yang dikatakan Nonoa, kami juga akan menerimamu, tau? Yah tapi ternyata,
kamu sebenarnya adalah cowok busuk dan brengsek.”
“Nonoa-chan adalah gadis yang sangat murni dan baik hati~. Jadi, kami harus
melindunginya dari sampah sepertimu.”
“A-Ahh ...”
Ini adalah kekejaman paling murni yang tidak pernah ditujukan padanya
sepanjang hidupnya. Kehendak murni untuk melenyapkannya dengan
mengesampingkan rasa jijik dan permusuhan, mengguncang tubuh Kinjou
hingga ke intinya, perasaan hangat dan nyeri menyebar ke seluruh tubuh
bagian bawahnya.
“Kamu boleh saja menolaknya, tetapi dalam hal ini, aku akan membocorkan
identitasmu seperti yang sudah kusebutkan sebelumnya. Kemudian, bukan
cuma kamu saja, tetapi keluargamu juga akan mati secara sosial, oke? Atau
lebih tepatnya, akulah yang akan membuatnya terjadi.”
“Selama ini kamu sudah mengancam status sosial orang lain. Jadi setidaknya
kamu sudah siap kalau hal yang sama terjadi padamu, iya ‘kan?”
“Uwaaaa——”
◇◇◇◇
Sejak awal, Nonoa tidak memiliki dendam terhadap Kinjou. Dia tidak begitu
dekat dengan sesama model bernama Mimiko, dan seluruh alasan kenapa dia
(Karena papa pernah bilang kalau aku berhutang budi kepada seseorang, aku
harus membalas budi dengan benar ~)
Nonoa tidak mempunyai rasa bersalah maupun pencapaian, meski dia telah
menanamkan rasa takut ke dalam hati seseorang karena cuma demi alasan itu
saja. Karena ini bukan pertama kalinya, jadi dia tidak terlalu merasakan
apa-apa sekarang. Nonoa sudah memanipulasi keempat orang itu untuk
melenyapkan siapa pun yang mengganggunya sampai sekarang.
Seorang kakak kelas yang dengan kasar melecehkan Nonoa karena cemburu.
Seorang guru bimbingan hidup yang menjadikan Nonoa sebagai musuh.
Kandidat lawan dalam kampanye yang menggunjing nama Sayaka. Dalam
setiap kasus tersebut, Nonoa tidak memberikan instruksi apapun. Dia hanya
memberi informasi dan bertindak dengan cara yang memicu keinginan untuk
melindunginya. Cuma dengan melakukan itu, mereka berempat secara
inisiatif menghilangkan rintangan yang menganggunya. Bisa dibilang kalau
Nonoa memilih dan mengumpulkan anggota yang memiliki kekuatan dan
kualitas untuk melakukannya.
Setelah meluangkan waktu untuk keluar dari kamar toilet, Nonoa mengatur
ekspresi wajahnya di depan cermin sebelum keluar dari kamar kecil.
“Ah, Nonoa-chan!”
“Ya, maafkan aku karena terlalu terbawa emosi. Aku melompat keluar duluan
sebelum bisa mendengarkan seluruh cerita Kinjou-kun... Aku yakin pasti ada
alasannya, ‘kan? Aku harus mendengarkan apa yang Ia katakan dengan
benar...”
“Kalau gitu, sampai Kinjou-kun berubah pikiran dan kembali ... aku akan
menunggunya, oke?”
Dan kemudian, dia menunjukkan senyuman paling polos dan tak berdosa di
wajahnya.
Pada hari itu, Alisa terlihat sedang berada di depan sebuah warung ramen.
Nama “The Cauldron of Hell” ditulis dengan huruf merah yang sangat
mengerikan di papan kayu. Itu adalah warung yangkhusus menyajikan ramen
super duper pedas sehingga Alisa, yang sebelumnya pernah masuk bersama
Masachika dan Yuki, hampir saja melihat neraka seperti yang tersirat dari
nama warungnya.
Entah untuk siapa, tapi Alisa membuat alasan semacam itu di dalam
kepalanya. Ya, ini cuma karena dia berpikir jika ada beberapa orang yang
menyukainya, maka makanan pedas pasti memiliki rasa kelezatannya
tersendiri. Ini hanyalah upaya demi membawa lebih banyak variasi dalam
menu makanannya sehari-hari. Tantangan tersebut berdasarkan pada
gagasan jika dirinya bisa belajar memahami kelezatan makanan pedas selain
makanan manis, dia mungkin bisa melipatgandakan kenikmatan
makanannya.
“Yosh, baiklah!”
“Ugh!”
“Selamat datang~!”
“Eh, Kimishima-san?”
“……? Ah.”
Menanggapi suara Alisa, Ayano yang sedang duduk di meja untuk dua orang di
dekat pintu masuk, mendongak dari buku di tangannya dan matanya sedikit
melebar. Karyawan toko wanita yang tadi mendekati Alisa, melihat mereka
berdua secara bergantian, dan berkata.
Bagaimana dirinya harus menjawab dalam situasi seperti itu? Alisa malu
dengan jawabannya yang tidak jelas karena kurangnya pengalaman. Namun,
karena sudah mengatakan kalau dia bersamanya, Alisa kemudian melangkah
menuju meja Ayano.
“Iya, silakan.”
Alisa meminta ijin dengan agak sungkan dan duduk di seberangnya. Ayano
juga memasukkan buku yang ada di tangannya ke dalam tasnya.
“...”
“...”
Dan kemudian diam. Dua gadis cantik sama-sama diam sambil saling
menatap.
(Ummm ...)
Dalam suasana canggung yang tak terlukiskan ini, Alisa mencoba mengatakan
sesuatu … tapi dia tidak tahu harus berkata apa dan menutup kembali
mulutnya yang hendak terbuka. Dari dulu, Alisa tidak sering memulai
obrolannya sendiri. Selain itu … dia dan Ayano masih memiliki hubungan yang
sangat ambigu.
Istilah apa yang tepat untuk menggambarkan hubungan antara dirinya dan
Ayano? Hubungan seperti apa yang harus dipertimbangkan dan seberapa
intens percakapan yang harus dilakukan? Tentu saja, buat Alisa sendiri, dia
bukannya tidak mau berteman dengan Ayano. Tapi dirinya tidak diminta
untuk berteman, dan dia juga kurang percaya diri dalam kepribadiannya untuk
menyebut dirinya sebagai teman yang akrab .... Alisa terus mencemaskan hal
semacam itu layaknya orang yang menderita gangguan berkomunikasi.
“Ini air putihnya~. Silakan panggil saya lagi jika Anda sudah memutuskan
pesanan Anda~”
Semangkuk sup merah cerah dengan tumpukan bawang putih setipis jarum
dan ditumpuk seperti gunung dibawa ke atas meja. Hidangan kedua dari atas
menu. Ramen tersebut merupakan ramen yang mempunyai kepedasan satu
tingkat di atas ‘Blood Pond of Hell’ yang pernah dimakan Alisa sebelumnya.
“Begitu ……”
“Umm, permisi. Aku ingin memesan menu yang sama seperti dia.”
“Gh!!”
“??”
“...”
(He-Hebat sekali! Aku tidak menyangka dia bisa memakan ramen yang
terlihat sangat pedas itu tanpa menggerakkan alis sedikit pun ...
Kimishima-san pasti menyukai makanan pedas juga...)
Diiringi rasa kengerian, Alisa merasa terkesan dan sedikit tidak sabar. Dia
masih mengingat dengan jelas rasa pedas yang merusak dari ramen tempo
hari. Alisa penasaran apa dirinya bisa menghabiskan ramen yang lebih pedas
dari itu….
Ketika dia melirik ke tepian meja sambil menyemengati dirinya sendiri, ada
toples kecil yang memberi kesan mencurigakan di antara bumbu-bumbu lain
seperti kecap dan merica. Itu adalah bumbu super pedas yang disebut Demon
Tears.
(Selama aku tidak menyentuh benda itu, aku pasti akan baik-baik saja ...!)
Di depan Alisa yang mengatakan itu pada dirinya sendiri dan membangkitkan
semangat juangnya, ... Ayano sedang mengunyah suapan ramen keduanya.
Ya, sebenarnya, Ayano sama sekali tidak menyukai makanan pedas. Jadi,
kenapa dia repot-repot mendatangi restoran yang semacam itu? Alasannya
cuma ada satu. Semua upaya ini dilakukan agar dia bisa ikut memakan
makanan super pedas yang sangat disukai oleh kedua tuannya yang tercinta.
Rasa pedasnya terasa jelas dari gigitan pertama. Seolah-olah sisa kepedasan di
mulut tersulut oleh panasnya mie. Kombinasi rasa pedas dan panasnya mie
menyebabkan ledakan yang menghanguskan bagian dalam mulut. Dia sendiri
tidak tahu lagi apakah dia merasakan panas atau pedas.
Jika bisa, dia ingin membuka mulut dan menarik napas panjang. Pokoknya, dia
cuma ingin membuka mulutnya. Namun, pelanggaran tata krama semacam itu
tidak boleh dilakukan karena akan mencoreng prinsipnya sebagai super Maid.
Kalau dia sendirian sih tidak masalah, tapi dia sedang bersama Alisa yang
sedang duduk di depannya. Mana mungkin dia akan melakukan tindakan
memalukan semacam itu di depan teman seangkatannya yang cantik
sekaligus saingan dari tuannya, Yuki.
“Fuu…”
(Dibandingkan mie yang sudah terendam di dalam kuah ... Mari mencicipi
sedikit bawang yang belum terkena kuah )
Dengan pemikiran itu, dia membawa bawang ke mulutnya dan ... segera
menyesalinya. Pasalnya, saat dia mengunyah bawang hijau yang renyah, rasa
pedas khas bawang hijau menusuk-nusuk lidahnya seperti jarum.
(Be-Begitu rupanya ... jadi ini yang namanya adalah Pincushion of Hell’...)
Dua jenis kepedasan yang menyerang dari arah yang sama sekali berbeda
tanpa berbenturan satu sama lain. Ayano langsung memejamkan matanya
saat menyadari kalau rasa pedas ganda inilah yang menjadi inti dari ramen ini.
Dia menganggukkan kepalanya dan menekan kelenjar lakrimalnya untuk
menghentikan air mata, seolah-olah dia menikmati makanan itu dengan mata
tertutup. Kemudian dia menelan apa yang ada di mulutnya dan perlahan
meraih gelas untuk meneguk air. Ayano membuka mulutnya saat dia
menghembuskan napas lega pada sensasi mulutnya dicuci bersih.
(Ak-Aku tak percaya dia bisa terus memakannya dengan begitu santai ...
Kimishima-san, kamu memang menyukai makanan pedas, ya ...)
Saat Ayano mulai menyeruput ramennya lagi dalam diam, Alisa menjadi
semakin cemas. Mungkin saja mereka bisa memperpendek jarak di antara
mereka di hadapan musuh bersama sembari mengatakan sesuatu seperti,
“Uhh, ramen ini pedas sekali ya~” dan dibalas, “Beneran deh, pedas
sekali~”... tapi harapan samar semacam itu dengan cepat menghilang. Ayano
adalah pejuang veteran yang tidak membutuhkan rekan. Sejak awal, cuma dia
saja satu-satunya yang prajurit baru.
(Uhh ...)
Meski sudah sangat terlambat, Alisa merasa menyesal karena sudah duduk
bersama Ayano. Jika ada seseorang mencoba mengeluh “pedas~ pedas~” di
hadapan pejuang tangguh, wajar saja dia akan mendapat tatapan yang
menyiratkan, “buat apa kamu datang kemari?”. Jika itu yang terjadi, lebih
baik kalau ramennya baru dibawa masuk setelah Ayano selesai makan dan
meninggalkan toko... yah, mana mungkin hal praktis semacam itu bisa terjadi.
“Itadakimasu”
“!? Ugufupht!”
Rasanya pedas, panas, dan menyakitkan. Apa mereka semua itu bodoh? Baik
orang yang membuat makanan ini maupun orang yang memesannya.
“Apa Anda baik-baik saja? Sepertinya Anda tadi terbatuk cukup keras ...”
Ketika ditanya dengan nada cemas, Alisa membalasnya dengan sok kuat.
“Ah, saya juga pernah mengalaminya. Itulah yang terjadi jika Anda tidak
berhati-hati.”
Dan kemudian dia terjebak ke dalam perangkap yang sama karena mengikuti
pemikiran yang sama persis seperti Ayano.
Wajah poker Alisa hampir runtuh karena pedasnya daun bawang yang
mengenai kelenjar air mata dari dalam mulutnya. Namun, ketika Alisa
mempertahankan ekspresinya dengan semangatnya, dia segera merasakan
kalau semakin banyak dia menggigit bawang itu, semakin pedas rasanya.
Setelah meminimalkan jumlah kunyahan, dia dengan setengah hati
menelannya dengan air. Kemudian, dinginnya air es dan rasa pedas yang
Dia tahu kalau itu hanyalan sensasi menyegarkan yang palsu. Tapi, walaupun
itu cuma imajinasinya saja, dirinya tidak bisa terus makan tanpa
mengandalkan ini. Usai memutuskan hal itu, Alisa mulai makan secepat yang
dia bisa, menyeruput mie sebanyak mungkin sembari menambahkan kaldunya
sesedikit mungkin. Semua itu demi mengalahkan musuh sebanyak mungkin
sementara waktu tak terkalahkan palsu terus berlanjut. Ayano tampak terkejut
saat melihat Alisa menggerakkan sumpitnya.
(Di-Dia memakannya begitu banyak satu demi satu ... menakjubkan sekali.
Tampaknya Alisa-sama juga menyukai makanan pedas, ya.)
Itu cuma salah paham. Mereka benar-benar salah kaprah karena daya tahan
palsu mereka satu sama lain.
(Dia memakannya dengan begitu santainya ... Aku juga harus berjuang keras!)
Hasilnya adalah neraka. Itu benar-benar gambaran neraka. Sebagai akibat dari
kesalahpahaman satu sama lain karena pihak lawan mampu mengimbangi,
pilihan untuk menyerah sudah menghilang dari pikiran mereka berdua. Jika
itu yang terjadi lagi, sisanya tinggal mendorong maju dengan tekad dan
Setelah melihat Ayano berhasil mencapai puncak selangkah lebih maju, Alisa
juga mengerahkan upaya terakhirnya. Dia menancapkan sumpitnya ke dalam
porsi mie yang jumlahnya sudah berkurang drastis——
Srrr
(? Apa?)
Dan karena dia masih seorang pemula... Alisa membuat kesalahan yang lebih
fatal lagi disini. Sensasi aneh yang menyentuh sumpitnya menyebabkan dia
tanpa sadar mengikisnya dan mengintip ke kedalaman neraka. Alhasil…
Namun, dia tidak bisa terus melihatnya seperti ini selamanya. Tujuannya
sudah di depan mata. Ayano yang sudah mencapai puncak lebih dulu, sedang
menunggu tepat di depannya.
◇◇◇◇
“Ugh! ...?”
Alisa tiba-tiba mendapati dirinya duduk di bangku taman yang pernah dia
kunjungi sebelumnya. Dia melihat sekeliling sambil berkedip terus-menerus
dan melihat Ayano duduk tepat di sebelahnya, menatapnya dengan tatapan
penuh kekhawatiran.
Dia mencoba mengingat mengapa dia bisa ada di sini, tapi sayangnya dia tidak
dapat mengingatnya seolah-olah ada kabut yang menutupi kesadarannya.
Ayano perlahan membuka mulutnya kepada Alisa, yang memiringkan
kepalanya sambil mengerutkan kening.
“Ahh, maafkan aku! Aku akan menggantinya segera! Umm, kira-kira berapa
harganya ...”
“Alisa-sama, Anda umm ... tidak terlalu menyukai makanan pedas, ‘kan?”
“Uhh~……”
“... Ya. Aku memang tidak terlalu menyukai hal itu ...”
“Begitu rupanya……”
Alisa yang sudah bersiap-siap untuk pertanyaan, “Kalau begitu, kenapa kamu
pergi ke restoran itu?” tapi dia dibuat kaget karena mendengar sesuatu yang
sama sekali tidak terduga.
“Ehh...?”
“Saya mencoba yang terbaik untuk bisa memakan makanan yang sama
dengan Yuki-sama dan Ma ......, namun rasanya sulit untuk membiasakannya.”
Ayano kemudian memberi tahu motif dan perasaan yang sama seperti dirinya.
Di dalam pikiran Alisa, rasa simpati dan ketertarikannya pada Ayano mulai
melonjak tajam. Dia merasa seperti akhirnya bisa bertemu dengan orang yang
hidup, karena cuma ada para iblis yang bermain riang di sekelilingnya di
kedalaman neraka.
“Se-Sebenarnya aku juga sama… aku ingin bisa menikmati makanan yang
sama dengan temanku Yuki-san…”
“Kalau begitu, jika Anda tidak keberatan ... mulai sekarang, apa Anda ingin
terus berlatih makanan pedas bersama saya?”
“Ehh...?”
“Ya baiklah, aku mengerti. Mulai sekarang mohon kerja samanya, ya?
Kimishima-san.”
“Ah——iya!”
Alisa menerima tawaran itu tanpa banyak berpikir. Alhasil, mulai sekarang
Alisa dan Ayano akan menjalani perjalanan latihan yang panjang dan
menyakitkan bersama, …. tapi itu cerita di lain waktu.
Nama pria tersebut adalah Kuze Kyotarou. Ia adalah ayah dari Masachika dan
Yuki yang baru saja kembali ke Jepang dari tugas diplomatiknya setelah
bertahun-tahun.
Kyotarou mengangkat sedikit kepalanya yang agak berat karena efek jet-lag,
dan bergumam emosional di depan rumah orang tuanya, yang sudah setahun
tidak Ia kunjungi. Kemudian, saat Ia membuka gerbang dan melangkah masuk
ke dalam halaman, seekor anjing putih besar yang tertidur di ambang pintu
rumah mendadak terbangun.
Anjing ini adalah anjing liar jantan yang dipungut Masachika dan Yuki tiga
tahun lalu. Untuk lebih tepatnya, Yuki menemukan anak anjing dengan kaki
belakang yang terluka dan menyarankan untuk menyelamatkannya, hal itu
disetujui Masachika, dan mereka berdua bersama-sama membawanya
kembali ke rumah kakek-neneknya. Hal tersebut terdengar seperti cerita
indah yang membuat seseorang tersenyum, tapi ... apa yang sebenarnya
dikatakan Yuki pada saat itu ialah…
『Ada anak anjing putih yang terluka, sudah pasti dia itu Fenrir yang masih
remaja! Ayo bawa dia pulang dan jadikan dia pelayan kita! 』
Lagi pula, tiga tahun telah berlalu sejak itu, dan meski dia sudah tumbuh
dewasa, Rir masih belum menunjukkan tanda-tanda yang mirip seperti
serigala suci. Malah sebaliknya, ada perasaan bahwa Ia menjadi semakin
malas seiring berjalannya waktu. Mungkin, ekspektasi yang terlalu berat
justru menghambat pertumbuhannya. Tapi jika Ia dikembalikan ke alam liar,
Ia akan segera mati.
“Aku pulang~!”
Segera setelah itu, pintu geser di sisi kiri koridor terbuka dan Yuki muncul.
Ia mendengar kalau para ayah di dunia sering merasa sedih dengan kenyataan
bahwa anak perempuan mereka tidak menyukai mereka ketika sudah
menginjak usia remaja, tapi ...... tidak ada tanda-tanda seperti itu dengan putri
tercintanya ini. Kurangnya pemberontakan sedikit mengkhawatirkannya, tapi
itu hanyalah masalah sepele dalam menghadapi wajah menggemaskannya ini.
“Tidak... aku merasa kalau tinggi badanmu tidak banyak berubah, ya?”
“Bukannya ukurannya ini sudah pas! Bukannya ukuran yang pas di lenganku
ini kelihatan lebih imut!”
“Umm, yah... itu benar kok? Yuki memang imut sekali, kok.”
Meski Kyotarou merasa sedikit sedih dengan sikap putranya yang acuh tak
acuh setelah lama tidak bertemu untuk pertama kalinya, tapi Ia berpikir kalau
reaksi semacam itu wajar saja buat anak remaja seumurannya.
“Bagaimana dengan Inggris? Apa di sana ada banyak wanita cantik? Hmm?”
“Ya ampun, Ojii-san, apa itu hal pertama yang kamu tanyakan kepada
putramu sendiri ketika Ia pulang setelah sekian lama? Selamat datang kembali
di rumah, Kyotarou-san.”
Kuze Asae, ibu Kyotarou, keluar dari belakang dengan ekspresi tercengang
yang sama di wajahnya seperti Kyotarou. Walaupun istri dan putranya
menatapnya dengan tatapan tercengang, Tomohisa tampaknya tidak
menanggapi dan mengangkat suaranya.
“Kamu ini bicara apa! Ketika seorang pria menginjakkan kaki di negeri asing,
memangnya ada kegiatan apa lagi yang harus Ia lakukan selain mencicipi
anggur lokal dan wanita cantik!”
“Ojii-san……?”
“!”
“Ti-Tidak, itu sama sekali tidak benar, kok? Aku hanya setia pada Asae-san...”
“Tapi Ojii-chan, dulu Ojii-chan pernah bilang kalau orang asing memiliki
panggul yang berbeda, jadi pinggul mereka memiliki bentuk yang bagus,
‘kan?”
“Aduh, aduh, ya ampun Ojii-san, kamu sampai mengajari itu pada Yuki-chan?
Wah, wah, wah….”
“Sampai Yuki ikut penasaran juga ... Yah, biarkan aku menaruh barang
bawaanku dulu untuk saat ini.”
“Oh iya, apa ayah melihat maid? Inggris adalah rumah para maid, ‘kan? Apa
ayah tidak punya foto maid sungguhan?”
“Aku memang melihatnya ... tapi aku tidak melihat maid muda semacam itu,
kok? Ketimbang dibilang Maid, yang ada justru pengasuh biasa...”
“Ehhh~~? Apa enggak ada maid cantik berambut pirang yang boing-boing,
gitu~~?”
“Ya ampun”
“Oh, kamu sudah mencapai bab 5. Kamu sudah melakukannya dengan baik
tanpa membayar~.”
“Haaa! Apa itu berarti Alya-san dan Masha-san juga ...? Aku harus memeriksa
ini di kemah pelatihan yang akan datang!”
“Enggak mau~”
“Hmm~? Kamu enggak terlalu peduli ~? Ayolah, jangan keras kepala begitu ...
Kamu benar-benar sangat menantikannya saat memikirkan mereka berdua
memakai baju renang mereka, bukan?”
Yuki dipukul di pelipis dengan pukulan siku dan mengerang kesakitan di atas
tikar tatami. Sambil duduk di depan meja, Kyotaro merasa terkesan dengan
pemandangan itu dan kemudian mendadak berpikir.
(Tidak, tidak, mana mungkin iya ‘kan. Lagipula ini tidak seperti di dalam
manga ...)
Mana mungkin hal semacam itu terjadi pada anak-anakku, ….. seraya
menggelengkan kepalanya, Kyotarou membuka mulutnya dengan santai
untuk menghilangkan kekhawatirannya.
“Aku masih belum punya ... Bukannya aku sudah pernah mengatakan itu
terakhir kali?”
(Hmmm~~?)
(Aku mendengar kalau bahkan anak SMP saja sudah biasa punya pacar di
jaman sekarang ... Dengan keimutan Yuki, aku yakin ada banyak cowok yang
mengajaknya pacaran? Tidak, tentu saja aku tidak ingin dia berpacaran
dengan sembarang cowok!)
Ketika Kyotarou memikirkan hal ini, Yuki yang telah pulih mulai
mendekatinya dalam posisi merangkak. Kemudian, dia melihat ke arah
Kyotarou dengan senyuman cengengesan yang terlihat mirip seperti
Tomohisa.
“Apanya?”
“Pembicaraan tadi! Apa ayah bertemu dengan wanita cantik berambut pirang?
Para diplomat sering menghadiri pesta, iya ‘kan? Memangnya Ayah tidak
diperkenalkan dengan seorang wanita muda yang baik dari pemerintah
Inggris~?”
“Cerita itu, ya ... tidak, yah, memang ada beberapa orang cantik, sih.”
Saat Ia merangkum semua itu, Yuki hanya membalas “Hee~~?” dengan nada
yang dipenuhi keraguan.
“Tentu saja. Putri orang itu berusia pertengahan dua puluhan, tau? Sudah jelas
sekali kalau Ia cuma bercanda.”
Yah, bukannya Ia tidak pernah berada dalam suasana aneh dengan putri itu
dalam keadaan mabuk. Kyotarou mencurigai kalau itu mungkin salah satu
taktik “honey trap”, mengingat fakta bahwa konferensi internasional besar
sudah dekat. Ngomong-ngomong, untungnya pada saat itu, Ia bisa
diselamatkan berkat juniornya, yang selalu Kyotarou minta untuk bertindak
sebagai pasangannya, yang bergegas ke tempat kejadian. Setelah itu,
juniornya itu memperingatkannya, “Karena Kuze-san lemah terhadap
alkohol, jadi harap lebih berhati-hati dengan orang-orang semacam itu!”
Sejak itu, juniornya itu lebih sering menemaninya daripada sebelumnya
sebagai penanggulangan adanya honey trap, tapi...... Kyotarou justru berpikir
kalau juniornya yang lebih muda dan cantiklah yang harus lebih waspada
terhadap honey trap.
(Yah, karena dia orang yang tegas dan aku yakin kalau dia seharusnya tidak
menyentuh informasi sensitif selama tugasnya ...)
“Kalau gitu, bagaimana dengan seorang janda cantik? Apa tidak ada penyihir
cantik yang sama-sama sudah mempunyai anak dan bisa diajak bicara dengan
ayah?”
“Eh~?Hmm~ yah, kurasa ada yang begitu, seorang diplomat Prancis yang
kutemui di konferensi itu ...”
“Tapi, ayah tadi bilang “ada”, bukan “pernah ada”, iya ‘kan? Apa itu berarti
Ayah masih melakukan semacam interaksi dengan wanita tersebut?”
“Hah!? Tidak...”
“Apa jangan-jangan kenalan itu adalah orang yang aku kirimi barang otaku
sekitar setengah tahun yang lalu?”
Kyotarou membuang muka tanpa alasan karena tebakan benar kedua anaknya.
Faktanya, putri dari diplomat Prancis itu tampaknya menyukai budaya otaku
Jepang, dan dia bertanya apakah dia bisa mendapatkan barang otaku dari
karya tertentu melalui ibunya. Surat itu ditulis dalam bahasa Jepang yang
canggung, memancarkan jejak upaya yang luar biasa. Antusiasme putri
diplomat itu begitu besar sehingga Ia tidak bisa menolak permintaannya, dan
Kyotarou mengirim permintaan tersebut ke Masachika.
“Nufufu~ Ayah, kamu enggak boleh berbohong padaku, tau~? Ternyata Ayah
masih berinteraksi dengan diplomat prancis itu~”
“Tidak, sudah kubilang bukan begitu. Sebagai ucapan terima kasih, kami
hanya makan malam ringan saja, oke? Pertama-tama, sebagai perwakilan
Kyotarou membuat alasan itu, tapi seringai Yuki tidak berhenti sama sekali.
“Eh~ tidak masalah, ‘kan~? Diplomat dari negara yang berbeda bisa saling
jatuh cinta terlarang, ‘kan??”
“Tidak masalah, iya ‘kan~? Ayah bisa menikah lagi dengan wanita cantik
berambut pirang dan mengirim putri tirimu, seorang gadis Prancis yang
cantik, ke tempat ini tanpa alasan tertentu, tidak masalah, iya ‘kan? Onii-chan
dan gadis cantik berambut pirang yang tiba-tiba menjadi adik tirinya mulai
hidup bersama dalam tiga detik setelah pertemuan pertama mereka, iya
‘kan~?”
“Umm, kalau tidak salah dia pernah mengatakan umurnya 14 atau 15 tahun?”
“Hou~? Dengan kata lain, adik tiri, ya? Kira-kira apakah akan terjadi perang
adik tiri dan adik kandung, antara aku dan gadis itu!?”
“Meski kamu bilang begitu, kamu pasti akan bergaul dengan gadis itu, ‘kan.”
“Hmm? Teman sekelas berambut perak? Apa jangan-jangan dia itu gadis yang
pernah kamu bicarakan tempo hari, umm namanya kalau tidak salah ...”
“Maksudmu Kujou Alisa-san, ‘kan! Apa, apa kamu sudah membuat kemajuan?
Hmm?”
“Tidak ... karena tidak terjadi apa-apa seperti yang Kakek harapkan.”
“Hoho~!”
“Hoho~ kalau itu sih tidak boleh diabaikan~? Hmm? Apa kamu sudah belajar
keras? Apa kamu sudah memenuhi kreditmu dan lulus?”
“Aku paham, kok. Karena Onii-chan perjaka pengecut yang tidak punya nyali,
jadi kamu tidak berani menyentuh Alya-san, ‘kan? Yup, aku paham, kok.”
“Mana mungkinlah. Aku ini berada di pihakmu, loh? Oleh karena itu, aku akan
membantumu supaya bisa lebih dekat lagi dengan Alya-san di kemah
pelatihan yang akan datang, oke?”
“Untuk sementara ini, kamu lebih suka yang mana, baju renang Alya-san
terhanyut karena ombak atau kalian berdua terdampar di pulau tak
berpenghuni?”
“Memangnya kamu ini bodoh apa? Tentu saja aku pilih dua-duanya.”
“Oke, kalau begitu, aku akan membuat baju renang Alya-san hanyut, dan
kemudian membiarkan Onii-chan dan Ketua terdampar di pulau tak
berpenghuni, ya~~”
“Hah? Karena aku tidak bilang kalau Aniki dan Alya-san akan terdampar di
pulau...”
“Sialan, aku tak menyangka akan jatuh ke dalam dalam jebakan yang belum
sempurna ini ... Tidak, dari mana datangnya permintaan untuk itu?”
“Jadi begitulah. Kalau Onii-chan ingin berbaur juga, kamu harus berubah
menjadi wanita dulu, oke?”
“Jangan khawatir. Bahkan jika kamu awalnya cuma cowok biasa-biasa saja,
kamu akan menjadi seorang gadis cantik ketika mengambil bentuk
perempuan.”
“Bahkan jika itu memang yang terjadi, bagaimana kamu akan menjelaskannya
kepada anggota OSIS yang lain?”
(Apaan ... kurasa aku memang terlalu memikirkannya. Yah, itu benar.)
(Mereka berdua hanyalah kakak beradik yang sangat dekat . Ya, bukannya itu
sesuatu yang menggemaskan?)
“Tidak, entah kenapa ... karena aku sudah memeluk ayah, jadi kupikir aku
harus memeluk Onii-chan juga.”
“Ketimbang meluk, ini sih mirip naik kuda-kudaan ... ditambah lagi, kamu itu
berat, tau?”
“Hah? Apa kamu barusan memberi tahu seorang gadis kalau dia itu berat?”
“Dasar keparattttttttttt!!!”
“Hmm! Rasanya jadi sulit untuk mengomentarinya ... kamu setidaknya bisa
mengoyak kalau peringkat F1.”
“Tidak, itu sih aku sudah tahu. Tapi sebagian besar yang begini biasanya
peringkat F, ‘kan?
“Yah, kurang lebih semacam itu ... tunggu sebentar, apa kamu tadi bilang
kantin sekolah?”
“Ahh, yang tadi itu cuma sub judul, dan judul utamanya adalah ‘Reinkarnasi
Daging Sapi’.”
“Kamu ini bicara apa? Ini merupakan karya yang menyentuh di mana dua
spesies yang berbeda saling memahami melalui kegembiraan makan,
kebahagiaan yang umum bagi semua makhluk hidup.”
“Di akhir cerita, ketika karakter utama memberikan tangan kanannya yang
tersisa kepada cucu kepala sekolah dan berkata sembari tersenyum sedih, 'Ah,
kurasa aku tidak bisa memasak lagi,' kamu tidak bisa membendung air
matamu, iya ‘kan”
“Cuma orang-orang psikopat saja yang mau membaca karya semacam itu.”
“Bukannya itu balas dendam yang terparah?!! Itu cara balas dendam yang
paling menjijikan!!”
“Yah, karena adiknya juga sama-sama Minotaur dan herbivora, jadi dia tidak
bisa memakan hidangan itu.”
“Ini seperti membuang lumpur ke dalam sampah dengan sisa rasa yang tidak
enak.”
“Ya, aku jadi tertarik dengan isi kepalamu yang bisa memikirkan ide semacam
itu.”
“Maaf ya, sudah menyuruh kalian semua berkumpul di sini selama liburan
musim panas.”
Di dalam ruangan OSIS selama masa liburan musim panas. Ketika Touya
meminta maaf karena mengadakan pertemuan mendadak, anggota OSIS lain
yang berkumpul menggelengkan kepala dari ke kiri dan kanan seolah-olah
mereka tidak terlalu mempermasalahkannya. Masachika lalu membuka
mulutnya untuk mewakili yang lain.
“Tidak, yah, aku sendiri tidak keberatan, tapi ... apa ini tentang masalah
perubahan seragam?”
“Hmm? Ahhh, bukan, karena aku dan Chisaki yang akan menangani itu ....”
“Apa Ketua yakin? Jika ada yang bisa kami lakukan, kami akan membantumu,
oke?”
“Terima kasih banyak. Tapi urusan yang itu benar-benar tidak perlu.
Sebaliknya, aku ingin meminta bantuan kalian mengenai sesuatu......”
Touya lalu melihat sekeliling pada semua anggota kecuali Chisaki dan
bertanya sembari menurunkan alisnya sedikit.
“Kira-kira ... apa kalian sudah tahu mengenai Tujuh Misteri yang sekarang
sedang populer di sekolah?”
“Aku pernah mendengar beberapa dari mereka. Kalau tidak salah ‘Sosok
Bayangan yang berdiri di atap’, ‘Patung Terbalik’, dan ‘Sosok siswi merah’
...?”
“Suou sudah tahu tentang itu, ya? Memang, tiga hal yang disebutkan Suou
tadi termasuk dalam Tujuh Misteri sekolah ini.”
“Benar sekali. Entah itu hantu toilet Hanako-san, piano yang berbunyi sendiri
di malam hari, atau anak tangga yang bertambah banyak? Bukan hal semacam
itu yang dibicarakan.”
“Yah, jika seseorang sudah menjadi anak SMA dan mendengar cerita hantu
yang sudah pasaran, mereka akan kesulitan buat menanggapinya ...
Ngomong-ngomong, isi dari ketiga misteri itu bagaimana?”
“Itu sih sangat menakutkan! Lah, bukannya maksud dari menakutkannya jadi
sedikit berbeda?”
Sambil tertawa kecil, Yuki mulai berbicara tentang isi Tujuh Misteri Akademi
Seirei.
‘Sosok Bayangan yang berdiri di atap’. Kadang-kadang, ada sosok hitam yang
terlihat berdiri di atap gedung sekolah yang dilarang untuk dimasuki. Entah
kenapa, siluetnya tidak jelas dan jenis kelaminnya pun tidak diketahui, tapi
para siswa yang menyaksikan itu semua merasakan tatapan yang kuat dari
sosok tersebut.
‘Patung Terbalik’. Pada tengah malam, sisi kiri dan kanan patung batu di
ruang seni itu dibalik. Meski hanya itu saja fenomena yang terjadi, tapi ada
kesaksian saksi mata dari beberapa anggota seni, dan ada juga bukti foto
bagaimana patung tersebut dibalik.
‘Sosok siswi merah’. Di dalam gedung sekolah usai sepulang sekolah, ada
beberapa siswa bertemu dengan seorang siswi yang menderita luka misterius
di suatu tempat di tubuhnya. Namun, tidak ada satu pun siswa bisa mengingat
“Hmm ...”
“Tidak, habisnya ... itu cuma kabar angin saja, iya ‘kan? Bahkan jika kamu
bilang ada bukti foto, di jaman sekarang murid-murid bisa mengedit foto
dengan gampang.”
“Uuuuu~~… apa-apaan dengan cerita itu… duh~, aku jadi tidak berani
berjalan sendiri di sekitar gedung sekolah sepulang sekolah lagi, ‘kan …”
“Eh, Masha-san?”
Maria merangkul dirinya sendiri dengan kedua tangan dan gemetaran. Tidak
ada senyum lembut biasa di wajahnya, dan cara dia melihat sekeliling dengan
cemas menunjukkan kalau Maria sangat ketakutan. Melihat reaksi berlebihan
“Tidak, tidak, Masha, itu cuma rumor saja, tau. Jadi, jangan terlalu ketakutan
begitu ...”
“Uuhh~, tapi pepatah bilang kalau kamu tidak bisa menyalahkan seseorang
untuk sesuatu yang tidak kamu curigai, ‘kan?”
“Eh? Aku tidak salah dengar, ‘kan? Bukannya tidak ada asap jika tidak ada
api?”
“Hmm?”
“Ya ampun, Masha! Kesalahan macam apa yang kamu katakan ...”
“Kupikir Sarashina-senpai itu tipe orang yang ‘Hantu itu menakutkan karena
aku tidak bisa memukulnya!’”
“Kamu ini bicara apa? Hantu juga masih bisa dipukul, ‘kan?”
“Eh?”
“Ehh?”
““““““Ehhhhhhh?””””””
Tatapan enam orang di ruangan itu semuanya terfokus pada Chisaki sekaligus.
Namun, Chisaki tersentak kaget seolah-olah dia tidak bisa memahami kenapa
dirinya dilihat seperti itu. Menanggapi reaksinya yang sepertinya bukan
candaan ...
‘Suara isak tangis dari gedung klub’. Di gedung klub, suara isak tangis seorang
wanita bisa terdengar entah dari mana.
‘Bunga sakura gila di belakang gedung sekolah’. Pohon sakura yang tumbuh di
belakang gedung sekolah terkadang mekar menggila di malam hari. Jika
bunganya berwarna putih, keberuntungan akan datang kepada seseorang yang
melihatnya; jika berwarna merah, nasib sial akan menimpa seseorang yang
melihatnya.
“Dan yah, jika ditambahkan dengan yang sudah Suou ceritakan, totalnya ada
tujuh.”
“Ummmm, yah, mau menyalahkan Ketua juga percuma, tapi ... ada banyak hal
yang ingin aku komentari. Maksudku, gacha jelas-jelas merupakan misteri
yang dibuat-buat supaya bisa memenuhinya jadi “tujuh” misteri, iya ‘kan?”
“Yah, begitulah?”
“Suara seorang wanita ... kupikir itu bisa jadi hanya suara hembusan angin
atau suara gesekan dinding ... Yah, aku sedikit khawatir tentang bagian isak
tangisnya, sih. Dan suara kucing itu hanyalah kucing yang berkeliaran dari
tempat lain.”
“Yah, kalau dipikir-pikir lagi secara normal, itulah penjelasan yang masuk
akal.”
“Selain itu, bunga sakura yang menggila? Semua pohon bunga sakura sekolah
kita awalnya berwarna putih …... Perbedaan warnanya tergantung pada
varietasnya, jadi mana mungkin bunganya bisa mekar dengan warna yang
berbeda.”
“Memang benar, sih. ... makanya itu dinamakan sebagai ‘Tujuh Misteri’, iya
‘kan?”
“Hmmm ... meski begitu, menurutku sih tentang perbedaan antara putih dan
pink, tergantung pada siapa yang melihatnya .....”
“Oh tidak apa-apa, pendapat kritis semacam itu juga penting. Jadi, jangan
khawatir tentang itu.”
“Terima kasih banyak. Jadi apa kaitannya dengan ‘Tujuh Misteri’ itu?”
Ketika ditanya demikian, raut wajah Touya berubah menjadi agak kesulitan
dan menyilangkan tangannya.
“Kaitannya dengan itu ... Baru-baru ini, tampaknya ada banyak murid yang
diam-diam menerobos masuk gedung sekolah untuk mencari tahu Tujuh
Misteri ini, padahal mereka tidak punya urusan di sana...”
“Haaa ...”
“Jika siswa yang datang ke sekolah untuk kegiatan klub saja sih tidak ada
masalah ... tapi sayangnya, ada beberapa siswa mencoba memasuki atap yang
tertutup, dan bahkan ada beberapa siswa yang menyelinap ke sekolah di
tengah malam.”
“EEhhhh~ ... padahal sudah anak SMA, tapi masih ada yang melakukan hal
semacam itu?”
Yuki mengangguk setuju dengan Masachika yang meledek hal tersebut, dan
kemudia dia mengajukan pertanyaan.
“Uwahhhhh ... bego banget~. Orang yang semacam itu selalu saja ada di
mana-mana.”
Tergantung pada kasusnya, isinya mungkin bisa bocor ke dunia luar dan
menyebabkan kegemparan, atau bahkan mengarah pada mengekspos
orang-orang yang terlibat setelah kontributornya diidentifikasi, yang tidak
hanya membuat Masachika, tapi juga Alisa dan Chisaki mengerutkan kening.
Rupanya, bahkan di sekolah bergengsi seperti Akademi Seirei, ada beberapa
orang sembrono dengan keterampilan manajemen krisis yang rendah.
“Oleh sebab itu. Bagaimana kalau pihak OSIS melakukan penyelidikan tentang
Tujuh Misteri untuk menenangkan trend Tujuh Misteri ini?”
“Menyelidiki ... dengan kata lain, mencari asal mulanya ... lalu dengan sepat
menyebarkan informasi kalau “Semuanya itu cuma hoaks” dan membuat para
siswa kehilangan minat?”
“Baiklah dimengerti. Memang benar kalau ini merupakan salah satu otonomi
siswa, dan salah satu tugas yang perlu dilakukan oleh OSIS.”
Anggota lain juga secara lisan setuju dengan perkataan Masachika. Touya
merasa lega karena sepertinya tidak ada yang enggan untuk bekerja sama.
“Terima kasih banyak. Aku ingin kalian segera menyelidikinya ... Maaf,
padahal aku sendiri yang meminta kalian, tapi aku dan Chisaki akan
menghadiri rapat tentang perubahan seragam ...”
“Maaf banget ya. Karena sudah siang, aku tidak bisa ikut bergabung dengan
kalian hari ini...”
“Tidak, tidak, aku tidak keberatan sama sekali, kok. Justru sebaliknya, urusan
seragam yang kalian berdua tangani jauh lebih sulit. Aku bahkan sudah
diperbolehkan mengunjungi vila Ketua selama kamp pelatihan nanti, jadi
masalah kecil ini biar kami yang menanganinya.” (Masachika)
“Ya, tidak ada gunanya memiliki begitu banyak orang, jadi serahkan saja
urusan ini pada kami.” (Alisa)
“Kalian juga melakukan yang terbaik di sana, ya? Ak-Aku juga ... meski aku
merasa takut, tapi aku akan melakukan yang terbaik!” (Masha)
“Kalau begitu, mari kita selidiki secara terpisah ... Tapi cuma setengah dari
Tujuh Misteri yang bisa kita selidiki setelah malam, ya?”
“Benar juga ... maaf, karena aku dan Ayano memiliki jam malam, jadi ...”
“Maaf ya. Aku akan meminta izin kepada guru mengenai perihal itu. Mari kita
sembunyikan fakta kalau ada siswa yang menyusup ke sekolah, dan
berpura-pura kalau kita sedang menyeldiki Tujuh Misteri karena ada siswa
yang merasa cemas dengan rumor tersebut.”
Setelah beberapa diskusi lebih lanjut, pertemuan itu berakhir. Setelah istirahat
sejenak, mereka memutuskan untuk melakukan penyelidikan yang
sebenarnya.
“Iya?”
Selama istirahat, masing-masing orang ada yang pergi ke kamar kecil atau
untuk membeli minuman, Masachika sendiri hendak ke kamar kecil saat
Chisaki menghentikannya dari belakang dan berbalik. Kemudian, Chisaki
mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan mengulurkannya pada
Masachika.
“Apa ini…”
“Lihat, buat jaga-jaga kalau yang aslinya keluar. Kamu tinggal menggunakan
ini, oke?”
“Hah? Maksunya yang ‘asli’…... eh, jangan bilang hantu yang asli? Tapi,
bagaimana cara menggunakannya ...”
“Caranya, ya ...”
Sedangkan di sisi lain, Chisaki tampak sedikit bingung dan melilitkan juzu di
sekitar tangan kanannya dari jari telunjuk ke jari kelingking, mirip seperti
senjata Brass Knuckle.
“…Hou.”
“Ho~”
Dengan kata lain, kasih bogem mentah. Jika kamu tidak punya waktu
melantunkan doa, kamu tinggal pukul saja. Lagipula, otot adalah jawaban
untuk segalanya.
“Oh, jika terlihat terlalu sulit untuk didekati, aku menyarankan untuk
membongkarnya dan menggunakannya sebagai peluru jari.”
“Jangan mengatakannya seolah-olah peluru jari itu wajib dipelukan. Tapi yah,
aku bisa menembaknya, sih. Aku ‘kan otaku.”
“Oh, kalau gitu ceritanya jadi cepat. Kalau begitu aku akan meminjamkanmu
ini. Tolong lingungi gadis-gadis dengan ‘Lianyang Lotus Sutra’ ini.”
“Jelas-jelas ini item yang cuma bisa didapatkan di dungeon terakhir. Kira-kira
apa tidak masalah? Apa aku punya level peralatan yang cukup?”
“Jangan khawatir, tidak perlu cemas begitu. Bahkan jika kamu tidak punya
kemampuan yang cukup, benda itu cuma menyedot sedikit masa hidupmu,
kok.”
“Owalah ternyata begitu toh~, kalau gitu aku bisa merasa lega!”
Seperti biasa, Masachika dibuat bergidik oleh Senpainya yang tidak tahu
seberapa serius dan seberapa bercandanya dia, Masachika kemudian
memutuskan kalau Ia tidak akan pernah memakainya.
◇◇◇◇
“Kamu ini bicara apa? Bukannya kamu sudah selesai menyelidiki satu dari
Tujuh Misterinya.”
“Hahahaha, apa yang kamu bicarakan? Bukannya penyelidikan kita baru saja
dimulai.”
“Hah ...”
Yuki tersenyum tak kenal takut di samping Masachika, yang berusaha keras
untuk melarikan diri dari kenyataan.
“Umm, apa kamu baik-baik saja? Mau aku elus-elus buat menghiburmu?”
“Tidak, tentu saja aku bakalan semangat. Atap sekolah merupakan tempat
yang romantis, iya ‘kan?”
“Romantis apanya?”
“Aku paham banget~... atap sekolah tuh memang enak banget ‘kan~.
Kedengarannya seperti sesuatu yang indah akan terjadi, bukan?”
“Yah, begitulah. Selain itu, fakta bahwa area atap biasanya tertutup
memberikan kesan seperti markas rahasia.”
“Gitu, ya.”
“Yah, terserah apa katamu, tapi jangan lupa tujuan awal kita kemari, oke?”
“Hmmm~ Tidak ada masalah khusus dengan pintunya. Sepertinya kenop dan
kuncinya tidak rusak, dan tidak mungkin untuk dibobol... iya, ‘kan?”
“Benar juga~ kurasa mana mungkin ada siswa yang bisa masuk ke sana
sendiri.”
Kemudian, Maria membuka pintu dengan kunci yang dipinjam dari ruang
guru, dan pintu yang menuju ke atap dibuka.
“Ohh~”
Suara Masachika dipenuhi dengan antisipasi saat area atap yang belum pernah
Ia kunjungi akan terbuka. Sembari menyipitkan mata pada sinar matahari
yang menyilaukan, dan kemudian ……
Yah, itu tidak mengherankan karena atap tersebut tidak pernah dibersihkan,
….. area atap itu ditutupi sesuatu yang hitam, kotoran burung berjatuhan di
mana-mana, dan ada banyak lumut hijau yang tumbuh di bawah pagar, jadi
area tersebut tidak bersih sama sekali.
“Uwaaahh...”
Tiga orang yang berfantasi romantis tentang atap benar-benar dibuat kecewa
ketika ilusi mereka dihancurkan dengan kejam. Alisa mengembalikan
percakapan ke tujuan semula, usai memberikan pandangan kecewa pada
Maria, yang menjadi sangat sedih.
“Lantas, apa yang akan kita lakukan? Sebagai tindakan pencegahan tujuh
misteri ... kupikir penjelasan yang lebih rasional dan terbaiknya ialah
menjelaskan bahwa sosok yang muncul di sini hanyalah manusia?”
“Betul, juga... Kurasa lebih baik untuk membuat jejak kaki di dekat pagar di
sisi halaman sekolah dan memotretnya. Bersamaan dengan foto itu, kita bisa
menyebarkan informasi bahwa seorang kontraktor memasuki atap. Selama
tidak ada siswa yang berusaha memasuki tempat ini, tidak ada penjelasan lain,
dan sebaliknya, tidak ada yang bisa menyangkal keberadaan kontraktor.”
“Dari segi berat, kupikir lebih mudah membuat jejak kaki dengan bobot yang
lebih berat. Kamu pasti merasa senang ‘kan, bisa memasuki atap yang kamu
dambakan.”
Dua kandidat ketua OSIS selanjutnya secara mengejutkan bekerja sama untuk
menyudutkan Masachika. Meskipun mereka mengatakan hal-hal yang masuk
akal, jelas sekali kalau mereka tidak ingin menginjakkan kakinya di area itu
Namun, hal yang sama berlaku untuk Masachika. Lagipula, siapa juga yang
mau berjalan ke tempat yang kotor dan menghentakan sepatu mereka untuk
meninggalkan jejak kaki? Ketika Masachika hendak meminta bantuan Maria
untuk menanyakan apa ada cara lain, tapi ….
“Uhh~ bermain kembang api di atap... Waktu makan siang di atas lembaran
vinyl... Bersembunyi dan diam-diam merokok...”
...... Rupanya, dia masih berusaha mengejar mimpi yang hancur. Lagian, rokok
sih enggak baik.
Begitu Ayano terus menatapnya usai mengatakan itu, Masachika tidak punya
pilihan selain mengatakannya.
(Kira-kira apa ada pekerjaan OSIS yang lebih menyedihkan dari ini...)
(Kamu juga sama, dasar adik tengil, memangnya salah siapa yang membuatku
sampai melakukan ini?)
Dari lima misteri yang tersisa, “Kucing tak berwujud” dan “Suara isak tangis
dari gedung klub”bisa diselidiki pada waktu siang hari. Mereka lalu
memutuskan untuk menyelidiki kedua tempat ini secara terpisah.
“... Tapi yah, aku sudah menyesuaikannya supaya yang di bawah tidak bisa
mendengarnya, oke?”
Sambil berdebat hal semacam itu, mereka akhirnya tiba di gudang peralatan
olahraga. Ketika pintu logam berat dibuka, udara yang berdebu mengalir
keluar, dan mereka berdua secara refleks mengerutkan kening. Cahaya yang
masuk melalui pintu masuk dengan jelas menyinari debu yang beterbangan di
udara, dan hal itu sangat buruk bagi kesehatan seseorang.
“... Mengeluh juga tidak ada gunanya. Ayo cepat kita mulai penyelidikannya.”
Begitu masuk ke dalam, hal pertama yang perlu mereka lakukan ialah
mendengarkan baik-baik apakah mereka bisa mendengar suara mengeong
atau tidak.
“...”
“...”
────Nyaa
“““Ohh!”””
“O-Oke.”
“...”
“...”
“Sekarang aku tidak bisa mendengarnya lagi... duhh, padahal aku yakin kalau
aku mendengarnya tadi ….”
“Sudah, sudah, mendingan buka pintunya saja dulu ... lihat, di sini tuh panas
dan gelap, iya ‘kan?”
Brukk!
“Hmm?”
Pintunya sama sekali tidak bergerak. Pintu tersebut berhenti ketika ada sedikit
celah di antara pintu.
Seraya berpikir kalau itu mustahil, Masachika meraih pegangan dengan kedua
tangan dan menariknya dengan sekuat tenaga, tapi pintu itu tetap tidak mau
terbuka.
Namun, pintu itu tetap tidak mau terbuka walaupun orangnya diganti.
[Halo~ kembali lagi bersama Yuki-chan, seorang adik perempuan yang sangat
pengertian.]
[Betul, ini adalah perpaduan adegan klise komedi romantis kuno yang bagus
dan acara yang baru-baru ini populer di beberapa kalangan, namanya adalah
“Kamu tidak bisa keluar dari gudang gedung olahraga sebelum ngewe———]
“... Tidak, bukan apa-apa. Aku cuma sedikit kesal karena tidak bisa
menghubungi Yuki.”
Semuanya itu demi membuat Masachika dan Alisa menutup pintu gudang
olahraga. Kemudian, dia tinggal mengunci mereka berdua dari luar.
[Jangan khawatir. Aku akan melepaskan kalian pada waktu yang tepat supaya
kamu tidak terkena sengatan panas]
Menghembuskan napas kasar dan tak beraturan di antara gigi yang terkatup,
Masachika mengambil kembali smartphone-nya. Kemudian Alisa mengangkat
suaranya sambil menggelengkan lehernya ke kiri dan ke kanan.
“……Begitu ya.”
Mana mungkin Yuki takkan menangani hal itu juga. Ada kemungkinan kalau
dia juga memberitahu klub atletik yang ada di luar dengan mengatakan,
“Mungkin akan ada sedikit keributan di gudang, tapi tolong jangan terlalu
dipikirkan, ya~”
“... Yah, aku sudah mengirim pesan ke dalam grup OSIS. Bagaimanapun juga,
seseorang pasti akan datang ke sini setelah penyelidikan di tempat lain
selesai, dan kita hanya perlu menunggu sampai saat itu tiba.”
“Menunggu ... Bukannya kita bisa berteriak untuk meminta bantuan dari
luar?”
“Mendingan jangan lakukan itu. Ada kemungkinan kalau mereka tidak bisa
mendengarnya, dan itu akan membuatmu cepat haus dan kepanasan.”
“Hmmp……”
Fakta bahwa tidak ada cara untuk mengisi ulang kehausannya membuat Alisa
menutup mulutnya. Setelah itu, dia diam-diam merenungkan selama sekitar
sepuluh detik apa dia bisa melarikan diri, tapi dia mengangkat bahunya
dengan pasrah karena tidak bisa memikirkan apa pun.
“... Kalau gitu, ayo kita cari kucingnya sampai bantuan datang.”
“Apaan sih? Bukannya sejak awal itulah tujuan kita kemari, dan aku
benar-benar mendengar suara kucingnya tadi.”
“… Ara?”
Salah satu dari dua lampu neon yang terpasang di langit-langit benar-benar
padam, dan yang lainnya hanya memancarkan cahaya redup berwarna oranye
terang, yang hampir tidak berfungsi sebagai penerangan.
Berkat hal itu, mereka setidaknya masih bisa melihat satu sama lain, tapi area
di dekat dinding gudang melebur dalam kegelapan.
“ …. Lihat, ruangan ini terlalu gelap untuk mencari kucing. Jadi mendingan
kita diam saja, oke?”
“Kata siapa tidak bisa? Kita ‘kan masih bisa menggunakan lampu melalui
smartphone. Ayo cepat cari kucingnya.”
“Ehhh~ ...”
Kalau sudah begini, Masachika tidak bisa berdiam diri terus dan terpaksa
memulai pencarian. Entah bagaimana mereka berpencar mencari bagian kiri
dan kanan, mencari jejak kucing sekitar lima menit.
“Gerah banget!”
Masachika tidak tahan untuk melepas blazernya karena udara panas di dalam
gudang, di mana Ia tidak bisa menemukan maupun mendengar meongan
kucing.
“Haaa ... walaupun Ketua sedang mengusahakannya, tapi kita masih harus
menunggu supaya seragam musim panasnya bisa diganti, ya ...”
Dia juga melepas dasi pitanya, membuka kancing tali bahu rok jumpernya, dan
hanya melepas setengah dari tubuh bagian atasnya, lalu menghembuskan
napas ringan dan mengipasi wajahnya dengan tangan.
Melihat sosok yang menggairahkan itu …. membuat Masachika mau tak mau
jadi teringat … dengan insiden hipnosis yang terjadi di ruang OSIS sekitar
sebulan yang lalu, dan Ia merasa canggung.
Entah karena dia bisa merasakan tatapan Masachika atau penyebab lainnya,
pada saat tatapan mata mereka bertemu, Alisa mengerutkan alisnya dan dia
dengan cepat membalikkan tubuh bagian atasnya seolah-olah untuk
melindungi tubuhnya sendiri.
Tidak, dia bukannya memakai pakaian yang aneh-aneh. Jika dilihari dari
pakaiannya saja, seragam itu tidak berbeda jauh dengan seragam musim
panas sekolah pada umumnya. Tapi entah kenapa dia anehnya terlihat sangat
erotis meski cuma melepas blazernya saja.
Di sana ada peralatan berbentuk kerucut kecil, roda dengan jeruji yang
bengkok, dan kotak kardus dengan isi yang tidak diketahui ... ... dengan kata
lain, di sana ada banyak hal yang biasanya tidak sering digunakan, dan cuma
membongkar salah satu dari mereka tampaknya menjadi tugas yang sangat
merepotkan.
(... Lagipula, karena kami juga akan melakukan penyelidikan di malam hari,
bukannya kami bisa melakukannya dengan tiga orang pada waktu itu?)
Aku tidak perlu repot-repot melakukannya dalam suasana yang gerah seperti
ini ... ketika berpikir begitu, Masachika berbalik melihat Alisa untuk meminta
pendapatnya juga.
“Hei, Al—….”
Pantat Alisa bergetar dan bergoyang dengan suara mistar yang saling
berbenturan. Pantatnya bergoyang ke kanan dan kiri ... hingga menyibakkan
ujung roknya. Mungkin karena tubuh bagian atasnya membungkuk supaya
punggungnya tidak mengenai mistar …. Biasanya itu tidak bisa terlihat karena
Mulut Masachika berkedut pada kesempatan tak terduga untuk melihat sekilas
celana dalam Alisa.
“... Uhukksph!”
Paha yang dikencangkan oleh kaus kaki lututnya, dan cara mereka bergesekan
satu sama lain anehnya terlihat seksi. Mau tidak mau pandangan Masachika
berusaha mengikuti bagaimana paha montok tersebut saling bertabrakan dan
berubah bentuk.
(... yup, ini namanya bukan mengintip. Dengan kata lain ….. ini masih dibilang
aman, ‘kan?)
“... Hy-Hyaa!”
“!!!?”
“Upss ...”
Di sisi kanan, Masachika melihatnya di balik tali besar yang digunakan untuk
tarik tambang dan berteriak. Ia buru-buru menarik dirinya keluar dari bawah
mistar halang rintang dan kembali di dekat kaki Alisa.
“Ughh~~ ... tapi bukannya ini bisa menjadi bukti kalau kucing itu beneran ada?
Aku merasa kalau bangkai tikus tadi ada bekas gigitannya …”
“Be-Benar juga ... tapi kita tidak bisa mengambil foto itu dan
memperlakukannya sebagai bukti, ‘kan?”
“Hahh?”
“Tidak, bukannya aku akan melepas lebih dari ini, oke? Lagipula, itu takkan
terlalu kelihatan, ‘kan.”
“Meski aku tidak bisa melihatnya, …. tapi bukan itu masalahnya, tau!”
“Tidak, tidak, pada kamp pelatihan nanti kita akan mengenakan baju renang,
‘kan? Dengan kata lain, tubuh bagian atasku akan telanjang ...”
Memang benar, jika seorang cowok tiba-tiba mulai melepas pakaiannya saat
mereka berduaan di ruangan tertutup, gadis mana pun akan merasa terancam.
Bahkan jika itu bersama seseorang yang mereka kenal.
“... kurasa itu ada benarnya. Maaf, aku sama sekali tidak peka.”
“Yah, jika kalimat itu diucapkan oleh seorang gadis lemah sih tidak masalah,
tapi kalau Alya yang mengatakannya, rasanya agak aneh gimana gitu~”
Aku juga akan … apa maksudnya itu? Seandainya Masachika tidak berbuat
sesuatu yang merusak suasana, apa yang akan terjadi selanjutnya?
Di dalam kegelapan, ekspresi Alisa tidak bisa dilihat dengan jelas. Meski tidak
bisa melihatnya, bila dilihat dari kebiasaannya yang suka memainkan ujung
rambutnya, Maschika meyakini kalau Alisa pasti sedang ...
“Nyaa”
““!?””
Pada saat itu, mereka berbalik seolah-olah dipermainkan oleh suara meong
kucing yang tiba-tiba datang dari area kanan atas. Kemudian, pada tumpukan
kardus yang dimuat di rak. Mereka melihat kucing hitam di sana.
““ ... ””
“...”
“Ah……”
“ … apa ini?”
Di sana, di balik lubang persegi di dinding…. Ada sesuatu yang terlihat seperti
penutup pelindung hujan dengan bukaan ke bawah. Ketika melompat dengan
ringan, seseorang bisa melihat tanah di luar melalui lubang itu.
“Hmm~? Dengan kata lain, apa ini lubang bekas kipas ventilasi ...?”
Dengan kata lain, itulah masalahnya. Tubuh bagian atas Alisa diterangi oleh
cahaya yang masuk melalui lubang. Renda kuning bisa terlihat jelas melalui
bajunya yang basah kuyup karena keringat panas dan dingin karena
ketakutan. Selain itu, kemejanya itu benar-benar menempel pada kulitnya dan
menampilkan …. lekukan yang luar biasa. Lekukan tubuhnya itu terlalu
merangsang bagi anak remaja yang masih pubertas.
“... yah, karena kita sudah menemukan pelaku dari suara meongan kucing ...
jika kita menutup lubang di sana, kucing itu pasti tidak bisa keluar masuk
seenaknya lagi.”
“? Betul juga.”
Setelah mendengar suara itu, yang hanya bisa digambarkan sebagai hambar
dari sudut pandang Masachika, ada suara pintu dibuka dengan dentingan.
Masachika mengangkat bahunya seraya bergumam “Yare~, yare~, akhirnya
bisa keluar juga” … tapi langsung menyadari kalau itu ide yang buruk.
(Tunggu sebentar ... bukannya ini bakalan gawat kalau membiarkan Alya
keluar dalam keadaan seperti ini!)
Walaupun kemungkinan terjadinya sangatlah kecil, tapi jika ada murid cowok
yang berada di dekat mereka saat dia keluar, itu benar -benar akan menjadi
kecelakaan, dan meskupun tidak begitu, Yuki pasti akan meledek Masachika
jika dia melihatnya. Dia pasti akan mengatakan sesuatu seperti, “Hmm? Jadi
giaman? Bagaimana rasanya bersama Alya-san yang bajunya hampir
transparan?” Masachika meyakini kalau Yuki akan menggodanya tentang itu!
Setelah dua detik memeras otaknya, ...... Masachika meraih blazernya sendiri
dari dekat dan dengan lembut menempatkannya pada Alisa dari belakang.
“? Apa?”
Mereka berdua saling bertukar pandang dari jarak dekat. Jaraknya begitu dekat
sampai-sampai mereka bisa merasakan napas satu sama lain. Pemandangan
itu terlihat seperti adegan yang sangat romanttis di mana seorang cowok
meletakkan jaketnya pada seorang gadis yang basah saat dia berteduh dari
hujan. Lengan yang ada di pundaknya memberi Alisa ilusi bahwa dirinya
sedang dipeluk dari belakang.
Dalam keadaan normal, dia mungin merasa kalau dirinya dalam bahaya. Akan
tetapi, Alisa tidak bergerak sama sekali. Dia hanya membuka matanya dan
meraih blazer Masachika dengan erat. Sambil menyipitkan matanya dengan
lembut pada Alisa, Masachika berbicara padanya dengan nada yang tenang.
Yuki kebetulan membuka pintu saat Alisa berteriak yang bercampur dengan
jeritan. Dia lalu melihat keberadaan Masachika terkubur di matras lompat
tinggi dan mengedipkan matanya.
“Ummm, ini——”
“Hmmph!”
Ditemani Yuki yang tampaknya tertarik, Masachika keluar dari gudang dan
berkeliling ke sisi belakang gedung olahraga.
“Lihat, di sebelah sana. Sekilas terlihat seperti lubang ventilasi biasa, tapi
sebenarnya itu adalah lubang bekas kipas ventilasi yang memungkinkan akses
untuk masuk ke dalam.”
“Hmm~~ ...”
“... Hei, apa kamu beneran melihat langsung kalau kucingnya keluar masuk
dari sana?”
“Hmm? Yah ... sebenarnya aku tidak melihatnya secara langsung, tapi
berdasarkan jejaknya, aku pikir kucing itu pasti keluar masuk lewat sana ...
selain itu, tidak ada tempat lain yang bisa kucing itu masuki.”
“Caranya?”
“Benar, juga……”
“Ah……”
Lalu ada kucing hitam yang Masachika saksikan sebelumnya. Kucing itu
menatap mereka dari rerumputan di lereng dengan pandangan mata yang
seolah berkata, “Apa-apaan dengan kalian?”
Ngomong-ngomong, video yang direkam pada saat itu langsung menjadi viral
di media sosial di kemudian hari.
“O-Ohh~~….”
“Umm Masha-san, apa kamu baik-baik saja? Atau lebih tepatnya, kamu
kelihatan tidak baik-baik saja ….”
“E-Ehh~~? Itu tidak benar, kok? Aku akan melakukan yang terbaik!”
“? Aku baik-baik saja, kok? Tidak seperti Masha, aku ini bukan orang yang
penakut.”
Alisa mengangkat satu alisnya dengan ragu dan menatap Maria dengan wajah
agak tercengang …. Tapi apa itu imajinasi Masachika saja kalau dia cuma
berpura-pura tenang. Namun, tidak ada gunanya mengungkit hal itu
sekarang, jadi Masachika menghela nafas dan membuka pintu ruang OSIS.
Kemudian sensor gerak bereaksi dan lampu di lorong mulai menyala. Sambil
mengangkat bahunya, Masachika menoleh untuk melihat ke belakang.
“Ya……”
“Ba-Baiklah…”
...... Tapi tiba-tiba, tangan kanannya ada yang meraihnya dari belakang. Ketika
berbalik, Masachika melihat Maria yang melirik-lirik ke arah jendela dengan
wajah yang sudah terlihat seperti akan menangis.
“... tidak, itu sebabnya Masha-san bisa menunggu kami di ruang OSIS saja
tadi.”
Maria berteriak dengan suara cepat yang tidak seperti biasanya, dan
Masachika memberitahunya kalau dia pasti salah mengira itu sebagai cerita
horor tentang dikejar oleh seorang pembunuh berantai. Tapi Maria sama
sekali tidak mempercayainya dan berulang kali melirik ke arah jendela.
“Aku tahu yang begini ...... hal semacam ini biasanya ada yang muncul
tiba-tiba dengan bunyi bang dari luar, ‘kan?”
“Tidak, ini cuma cerita hantu biasa, bukan tipe cerita yang mendadak
menyerang dari luar …. haaa, apa begini cukup?”
“ ... Nih. Sekarang kamu tidak perlu khawatir tentang sesuatu yang keluar dari
dalam ruang kelas, ‘kan? Walaupun tidak ada apapun yang keluar, sih.”
Tangan Maria dipegang oleh Masachika dan Alisa dari kedua sisi.
Komposisinya benar-benar mirip seperti pemandangan orang tua dan anak,
karena hanya bagian tengah yang lebih pendek daripada bagian kiri dan
kanan. Tapi pada kenyataannya, orang yang ada di tengah adalah yang tertua.
“Yang begini-begini juga ... bisa termasuk dalam adegan klise film horor,
ketika seseorang berpegangan tangan dengan kedua sisi, tanpa disadari orang
yang dipegang sudah digantikan oleh sesuatu yang lain ... Ah, maaf.”
Namun, Maria tiba-tiba tampak terkejut dan menoleh ke Alisa dengan cepat.
Kemudian, dia berbicara kepadanya dengan ekspresi ketakutan.
Maria tiba-tiba berbicara dalam bahasa Rusia kepada Alisa, yang tampak
benar-benar tercengang.
(……Hou~)
Tidak, itu sebabnya, apa sih yang sedang mereka bicarakan. Paling banter,
Masachika hanya bisa bergumam di dalam hatinya “ternyata Alya punya tahi
“Ap-Apa yang harus kulakukan! Aku tidak bisa memikirkan pertanyaan yang
bisa membedakan apa yang ini Kuze-kun asli atau palsu!”
“Ahh … iya.”
“Ehh ...?”
Alisa mengernyitkan dahi dengan ekspresi jengkel, tetapi dia melihat sedikit
pada penampilan Maria yang terlalu putus asa. Kemudian, dia menatap
“Kalau begitu ... Apa kamu bisa memberitahuku apa yang sebenarnya kamu
maksudkan saat menawarkan diri untuk menjadi partner-ku dalam kampanye
pemilihan nanti?”
“Ada apa? Kalau kamu Masachika-kun yang asli, kamu pasti mengingatnya,
‘kan?”
(Yeah, aku memang samar-samar mengingatnya ... aku ingat kalau aku
mengatakan sesuatu yang gila dan super memalukan! Dan kamu ingin aku
mengucapkan kembali kalimatitu di sini!?)
Dalam kasus begini, jika kamu merasa malu mengenai itu, kamulah yang
kalah. Sebaliknya, jika kamu mengatakannya secara terbuka, justru pihak lain
yang akan merasa malu.
(Uehh? Seriusan? Eh, apa-apaan dia ini? Apa dia mengingat semua ucapanku
dengan akurat? Ini sih bukan dalan level memalukan lagi!?)
Fakta bahwa dia bisa secara akurat mengingat ucapan dari sejarah hitamnya
sendiri. Dan kenyataan kalau itu terukir di otak Alisa sebagai kenangan
penting membuat Masachika jatuh berguling-guling di dalam batinnya.
“Lihat, aku tahu kalau Ia adalah Masachika-kun yang asli ... jadi ayo cepat
pergi.”
Dia mengatakannya dengan ekspresi yang jelas dan nada yang santai, tapi ......
Maria memiringkan kepalanya dengan senyum yang sangat berbeda dari yang
baru saja dia berikan.
“Iya, iya, masa muda banget~ ... oh iya, bagaimana kalau begini?”
Setelah mengatakan itu, Maria menarik tangan Masachika dan Alisa, yang
tergenggam di kedua tangannya, dan setengah memaksa mereka untuk
bergandengan tangan.
“Kenapa!”
“Itu benar, kok~ ? Oleh karena itu, kalian berdua ayo pegangan tangan?”
Mereka berdua mengungkit itu pada Maria, yang dengan lihai melewatkan
bagian penting dari alasannya. Namun sebaliknya, Maria tampak tidak puas
dan berjalan ke sisi lain Masachika, lalu memegang tangan kirinya.
“Kalau kamu bilang begitu terus, biar aku saja yang berpegangan tangan
dengan Kuze-kun, ya?”
“...”
Untuk sesaat, Alisa menatap Maria dengan satu mata lebar layaknya seorang
preman dan seakan menyiratkan, “Kupikir kamu akan melepaskan tangannya
saat aku menggandengnya!”. Namun, dia segera menyadari kalau itu sia-sia
saja, lalu menghela nafas, dan melihat ke depan.
“Kalau begitu, ayo kita mulai ... dan selesaikan dengan cepat.”
“... Ohh~~”
(In-Ini sih tentang itu ... Ahh, sebaiknya aku harus menyelesaikannya dengan
cepat)
Terjepit di antara Maria, yang anehnya dalam suasana hati yang senang, dan
di sisi lainnya, Alisa tampak sedikit cemberut, Masachika memutuskan untuk
mengakhiri penyelidikan lebih awal. Alhasil…
Ketika Masachika menarik kesimpulan dalam waktu kurang dari sepuluh detik
setelah melihat sekilas, Alisa pun mau tak mau mengkritiknya. Namun,
Masachika tampaknya tidak terlalu peduli dan mengangkat di bahunya
dengan wajah santai.
“Sejak awal, penyelidikan ini dilakukan untuk memastikan tidak ada kelainan,
jadi tidak masalah, ‘kan? Jangan khawatir, aku juga tidak lupa mengambil foto
untuk buktinya.”
Atas permintaan tidak masuk akal Alisa, Maria mengerutkan bahunya dengan
suara menyedihkan. Dia kemudian melihat sekeliling dengan ketakutan pada
lingkungan yang akhirnya sudah gelap dan diam-diam mendekatkan dirinya
ke tubuh Masachika. Melihat pemandangan itu, Alisa mengernyitkan alisnya.
“Habisnya, penyelidikannya dimulai sekarang, ‘kan ... wajar saja aku merasa
sangat takut. Mana mungkin untuk tidak merasa takut~.”
Alisa mengatakan ini dengan campuran nada kesal dan menarik tangan
Masachika saat dia mulai berjalan dengan langkah besar. Namun, Maria masih
menempel erat di lengan kanan Masachika dan tidak bergerak menjauh, dan
Alisa semakin mengerutkan alisnya saat dia melihat dari balik bahunya untuk
“Apa, sih? Kita akan mengelilingi gedung sekolah utama, ‘kan? Bukankah
sebaiknya kita berkeliling secepat mungkin supaya tidak memakan waktu
lama.”
“...”
Pada titik ini, tangan Alisa berkedut saat meraih tangan MasachikaNamun,
ketika Alisa masih tidak mau berbalik, Maria berbisik padanya.
Dia mengatakannya dengan nada suara yang acuh, tetapi dia masih tidak mau
berbalik. Dan tiba -tiba, kecepatan berjalannya mulai melambat. Ketika
“... Kamu takut dengan yang berbau horor, ‘kan? Padahal saat tes uji nyali
selama persiapan festival sekolah tahun lalu, kupikir kamu terlihat baik-baik
saja ...”
“Tau enggak, Alya-chan tuh~ kalau ditakut-takutin saja sih tidak apa-apa,
tapi kalau mendengar cerita seram atau menakutkan, dia baru merasa
ketakutan, tau~”
“Ahh ... begitu rupanya. Jadi kamu itu tipe orang yang merasa ketakutan
dengan imajinasimu sendiri, ya.”
Ketika Masachika terdengar yakin, Alisa memelototi Maria, tapi dia segera
memalingkan wajahnya lagi. Setelah melihat reaksi yang gampang dipahami
itu, Masachika cuma bisa tersenyum masam seraya berkata “Jika memang
begitu masalahnya, kurasa itu wajar-wajar saja”
Di antara tujuh misteri yang ada, cuma misteri [Sosok siswi merah] saja yang
jelas lebih serius sebagai cerita hantu daripada yang lain. Sama seperti cerita
hantu terkenal Kuchisake Onna dan Teke-Teke, ada banyak saksi yang sudah
melihat penampakan sosok siswi merah tersebut.
Katanya, siswi itu sering kali muncul di dalam gedung sekolah utama setelah
jam pulang sekolah. Sosok tersebut memakai seragam Seirei Gakuen, dan
(Lagian, cuma karena kamu terluka bukan berarti kamu akan mati, hanya
bagian itu saja yang anehnya terlalu realistis ... fakta kalau itu baru bisa terjadi
dalam beberapa hari menambah ketidakpastian ...)
Selain itu, ada cara untuk menanggulanginya jika seseorang bertemu dengan
sosok tersebut, terlepas itu benar atau tidaknya.
(Yah, sejujurnya, aku punya firasat kuat kalau itu bisa menjadi peringatan
saja, tapi ... katanya, sudah ada yang menjadi korban sebenarnya dari sosok
tersebut.)
Kasus kedua terjadi pada bulan Juni tahun ini. Wakil ketua klub drum band
dirawat di rumah sakit dengan operasi usus buntu setelah bertemu dengan
“sosok sisiwi merah” dengan darah berlumuran di bagian tengah
seragamnya.. Karena wakil ketua klub ini merupakan orang yang sangat
populer dan banyak disukai, desas-desus pun dengan cepat menyebar, dan
tampaknya dialah yang menjadi pemicu dari viralnya gosip tujuh misteri.
(Dengan kata lain ... Misteri dari “sososk sisiwi merah” ini adalah asal mula
dan puncak dari tujuh misteri sekolah. Ahh, kalau dipikir-pikir, rasanya
sedikit keren yang begitu)
Masachika tertawa ringan dengan ide yang mirip seperti khayalan chuunibyo.
Berbeda dengan Kujou bersaudari, Masachika memiliki sikap yang cukup
santai karena pada dasarnya Ia tidak percaya dengan yang namanya cerita
hantu.
Bukan hal yang aneh untuk anggota klub lari mengalami cedera tumit,
sedangkan masalah operasi usus buntu, Masachika pikir kalau itu hanyalah
masalah komplikasi biasa saja. Pertama-tama, kedua kasus itu tidak ada
disertai dengan pendarahan. Hal ini membuat mustahil untuk dibilang kalau
cedera dari “Sosok siswi merah” itu dipindahkan.
(Padahal, jauh lebih kredibel kalau mereka mengalami luka tusukan atau
sayatan~)
Seperti yang Masachika katakan, Maria dan yang lainnya menyelidiki “Suara
isak tangis di gedung klub” di siang hari, tapi setelah mencari-cari selama
satu jam, mereka tidak mendengar suara semacam itu. Jadi, mereka tidak
punya pilihan selain membuka jendela sedikit dan menyimpulkan bahwa
suara angin bertiup “Huuuuuuuu” merupakan identitas asli dari misteri itu …..
atau lebih teparnya, itulah yang mereka paksakan. Terlepas dari semua itu,
dari enam misteri yang ada, satu-satunya misteri yang teridentifikasi dengan
jelas hanyalah kucing di gudang peralatan olahraga, dan sisanya adalah hoaks,
begitulah hasil penyelidikan mereka selama ini. Oleh karena itu, kemungkinan
besar cerita hantu terakhir ini juga merupakan ciptaan para siswa.
“Bagaimanapun juga, yang namanya Tujuh Misteri Sekolah kurang lebih pasti
begitu. Aku yakin kalau itu hanyalah seorang siswa mengalami sesuatu yang
aneh, dan kemudian menceritakannya dengan cara yang berlebihan.”
Melihat Masachika yang tampaknya tidak merasakan sedikit pun rasa takut,
mereka berdua tampaknya telah kehilangan sebagian dari rasa takut mereka.
Maria mengangguk perlahan seraya menjauhkan tubuhnya dari Masachika
sedikit.
“Ya ... ketika kamu mengatakannya seperti itu, memang benar, sih...”
“Betul sekali.”
“Tapi ‘kan, tapi ‘kan, ada juga youkai yang kakek-kakek, ‘kan?... umm, kalau
tidak salah namanya Konafuki-jiji?”
“Yang itu mungkin lebih buruk daripada kakek kepala botak yang berminyak
...”
“……Hmm?”
“Ada apa?”
Itu adalah tasbih (Juzu) hitam dengan nama yang sangat menakutkan, yang Ia
bawa untuk berjaga-jaga. Benda itu samar-samar terasa panas di tangannya.
Seolah-olah berusaha memberitahu Masachika tentang sesuatu.
“Hah? Tidak, tidak, aku tidak bermaksud begitu ... yah, kalau di dalam film
horor, pola yang begini biasanya menandakan kalau ada hantu pendendam
sedang mendekat, sih ...”
“Eh——”
Sebuah tangan aneh berwarna putih terulur dari balik sudut dan
mencengkeram dinding. Perhatian mereka bertiga langsung tertuju pada
tangan itu.
“ “ “... ” ” ”
Mereka bertiga saling menatap dalam diam, jari-jemari tangan putih itu
mencengkeram dinding dengan kuat. Pada saat itu, Masachika memiliki
firasat bahwa ada sesuatu yang mengerikan akan muncul di balik tikungan itu.
Nalurinya dengan keras memperingatkan untuk meninggalkan tempat ini
sekarang juga. Tapi bertentangan dengan kehendaknya, kakinya sama sekali
tidak mau bergerak.
Hal yang sama berlaku untuk Alisa dan Maria, baik secara sadar maupun tidak,
mereka berdua berpegangan erat pada lengan Masachika dan tidak bergerak
selangkah pun dari tempat itu.
Dan pada akhirnya, sosok itu muncul dari balik tangan yang mencengkeram
dinding. Sambil mengenakan seragam Seirei Gakuen dengan pita hijau.
Rambut hitamnya tergerai panjang sampai ke pinggang. Dan mengintip
melalui rambut hitamnya ... Wajah seorang gadis berlumuran darah.
“Kyaaaaaaa.”
“Ti-Tidaakkkk.”
(Apa lebih baik kalau kita bertiga kabur saja? Tidak, jangankan Alya, kurasa
Masha-san bahkan tidak sanggup untuk berlari. Sebaliknya, kakinya sudah
lemas sampai-sampai sekarang saja membuatnya kesulitan untuk berdiri.
Lagian, ini mungkin akan menjadi pengalaman traumatis bagi
Masha-san—— kalau gitu, kurasa aku harus …..hup!!)
“O-O-Oi, oi, oi, oi! Ini terlalu menakutkan, tau! Siapa sih yang menyuruhmu
melakukannya sampai sejauh itu!?”
Intsing semacam itu terbesit di benaknya seolah-olah itu urusan orang lain.
Walaupun dirinya takkan mati, Ia merasa kalau dirinya takkan aman begitu
saja. Masachika secara naluriah tahu kalau itu sosok hantu yang asli. Di sisi
lain, Ia hanya memiliki seutas juzu di tangannya, yang bahkan Ia sendiri tidak
tahu apakah itu bakalan mempan atau tidak. Kemungkinannya terlalu rendah.
Namun, mana mungkin dirinya mundur begitu saja tanpa melakukan
perlawanan.
Bagaimanapun juga, “sosok siswi merah” yang muncul itu terluka di bagian
wajahnya. Jika cerita hantu itu benar, maka Alisa dan Maria mungkin akan
mengalami luka di bagian wajah. Ia takkan membiarkan wajah kedua orang itu
mengalami luka ... Sebagai teman mereka, dan harga dirinya sebagai seorang
pria, Ia takkan memaafkan hal itu.
(Hmm? Kok ada darah di pinggangnya... Hmm? Kalau dilihat-lihat lagi dari
dekat, kaki dan lengan kanannya juga terluka...)
“Eh? Hah?”
Orang yang muncul adalah wakil ketua OSIS mereka, yang seharusnya tidak
ada di sini. Kemunculan tak terduga orang ini membuat Masachika berhenti
mendadak dan tertegun.
“Ah, ada Masha dan Alya-chan juga, ya. Kerja bagus buat kalian~”
“Karena aku merasa khawatir~, jadi aku mampir sebentar karena rapatnya
berakhir lebih cepat ... Yah, untuk sekarang, apa kalian bisa menyerahkannya
padaku? Aku takkan membiarkannya kabur lagi kali ini.”
“T0-Tolong aku…..”
Namun, Chisaki segera menyeretnya pergi dan siswi itu menghilang di balik
tikungan.
(Ummm... jadi, apa maksudnya ini? Ehh? Mungkin dia bukan hantu yang asli ...
melainkan hanya siswa yang menerobos masuk tanpa izin, dan kena babak
belur oleh Sarashina-senpai? Tidak, mau dilihat dari mana pun, yang itu jauh
lebih realistis... ...Mengesampingkan pertanyaan apakah Sarashina-senpai
akan menggunakan tinjunya kepada seorang siswi.)
(Yup, aku merasa kalau memang begitu kejadiannya. Owalahh~~ aku cuma
terburu-buru mengambil keputusan, yaa~. Aku jadi merasa malu karena maju
dengan sok berani dan melakukannya dengan serius.~~ hahaha….)
Suara dingin terdengar dari arah belakangnya. Ketika berbalik untuk menoleh
ke belakang dengan kaku, Masachika melihat wajah Alisayang tersenyum tipis
dengan pandangan mata yang tidak tersenyum sama sekali, dan Maria dengan
senyuman yang tidak wajar. Ekspresi mereka berdua jauh lebih menakutkan
daripada “Sosok sisiwi merah” yang baru saja dilihatnya tadi.
“Ah, eh, umm… De-Demi mengejutkan kalian berdua, aku sudah menyiapkan
kejutan khusus saja, kok? Mungkin~ itu terlalu berlebihan, dan justru
mendapat pelajaran dari Sarashina-senpai…. ?”
(Hah, yah, tidak apa-apa lah... Tindakan jantan merupakan sesuatu yang tidak
meminta imbalan ...)
“…Ya.”
...... . tampaknya menjadi hari yang buruk. Tidak baik juga buat terus-menerus
melarikan diri dari kenyataan.
“Betul banget.”
Begitu mendengar pernyataan cinta yang absurd dan canggung ini (?), hal
pertama yang terlintas dibenak Chisaki adalah “Nih orang ngomong apaan
sih?”
“...”
Bertempat di ruang komite disiplin publik SMA Seirei Gakuen, Chisaki yang
sedang duduk di kursi, melipat tangannya sambil menyandarkan
punggungnya di sandaran dan menatap cowok di depannya.
Sekilas, Ia tampak seperti tipe cowok otaku yang tertutup. Dengan tubuh besar
yang terlihat lambat dan berat, badannya sama-sama besar baik secara
vertikal maupun horizontal. Rambutnya acak-acakan dan tidak terawat, serta
mempunyai wajah tua layaknya om-om paruh baya dengan jerawat yang
mencolok. Mata di balik kacamata berbingkai hitam dengan gelisah melirik ke
sana kemari, dan dikombinasikan dengan punggungnya yang bungkuk, Ia
tampak sangat ketakutan.
Dilihat dari warna dasinya, dia bisa mengetahui kalau mereka adalah teman
seangkatan, dan dia juga ingat pernah melihatnya selama masa SMP. Walau
demikian, mereka tidak pernah berada di kelas yang sama, dan Chisaki yakin
(... Apa jangan-jangan karena itu? Karena sanksi hukuman dari permainan?
Atau mungkin, perundungan?)
Baru sekitar satu bulan berlalu sejak memasuki tahun ajaran baru. Pada
sekitaran waktu inilah pengelompokan dibuat dan hierarki di dalam kelas
ditetapkan. Akibatnya, cowok yang menjadi sasaran perundungan ini ... maaf
kalau berbicara kasar, cowok yang tampaknya berasal dari kasta terendah ini,
datang untuk mengakui perasaannya kepada anggota komite disiplin yang
galak sebagai bentuk sanksi hukuman dari permainan atau semacamnya ….
Atau begitulah kemungkinannya.
Namun, ada beberapa siswa yang mendaftar secara eksternal saat memasuki
SMA, dan kemungkinan besar ini dampak dari hal tersebut. Dengan pemikiran
ini, Chisaki bertanya langsung pada anak cowok yang ada di depannya.
“... Apa ini semacam sanksi hukuman dari permainan? Jika itu perundungan,
aku bersedia mendengar pembicaraanmu juga, kok?”
“Ehh……”
Berdasarkan gosip yang beredar, dia adalah sersan iblis dari komite disiplin
publik. Atau, ada juga yang menganggapnya sebagai ketua geng dari
gadis-gdais Seirei Gakuen.
Jika orang yang menembaknya adalah siswa luar yang baru masuk ke dalam
SMA Seirei Gakuen, dia masih bisa memahaminya. Chisaki sendiri mengerti
kalau dirinya punya wajah yang cantik, jadi tidak heran jika seseorang akan
mengaku padanya hanya dengan melihat wajahnya. Namun, anak cowok di
depannya ini adalah siswa internal yang sudah ada sejak dari SMP.
“Gitu ya... kalau begitu Kenzaki. Apa yang kamu sukai dariku?”
“Kamu terlihat kuat, bermartabat, dan keren ... tapi pada saat yang sama,
terlihat feminin juga. Kalau boleh jujur, aku terpikat oleh cara hidupmu yang
penuh kebanggaan.”
Tentu saja, bukannya berarti dia tidak pernah menerima pengakuan perasaan.
Tapi kebanyakan dari mereka hanya mengatakan sesuatu seperti “Kamu tidak
punya pacar? Aku tidak keberatan jadi pacarmu, kok?” Atau “Aku cukup
menyukai gadis yang kuat, loh? Jadilah pacarku”. Kebanyakan dari mereka
selalu berupaya mendominasi Chisaki. Tentu saja, cowok-cowok yang salah
paham itu diberi pelajaran, lalu dipisahkan sebagai sampah yang bisa terbakar
dan tidak bisa terbakar, tapi yah, kesampingkan itu dulu.
“Ehemm!”
“Ah, i-itu sih sudah jelas ... oleh karena itu, pertama-tama, bagaimana kalau
…kita memulai dari berteman dulu?”
“Aku tidak suka cowok yang tidak mengatakan sesuatu dengan jelas dan
tegas.”
“Aku juga benci cowok yang selalu ragu-ragu dan pengecut. Aku juga
membenci cowok yang lemah. Lagian, aku membenci cowok pada umumnya,
jadi mana mungkin aku menjadikanmu sebagai pacarku.”
Chisaki merasa terkejut ketika Touya, dengan badan yang gemetar ketakutan,
masih tidak mau mundur, meski dia sudah mendorongnya habis-habisan.
Kemudian, tatapan mata lurus yang memandangnya dari belakang kacamata
membuat Chisaki sedikit terguncang lagi,.... dia lalu memalingkan wajahnya
untuk menyembunyikan diri, dan berkata sambil melambaikan tangan.
“Kalau gitu, bagaimana kalau kamu bisa mencobanya lagi setelah menjadi
cowok yang lebih keren? Hmm, benar juga ... misalnya saja jadi ketua OSIS?
Jika kamu menjadi ketua OSIS, aku akan mempertimbangkannya kembali.”
Walaupun dia sendiri yang mengatakannya sendiri, Chisaki sadar betul kalau
permintaannya sangat tidak masuk akal. Nilai menjadi ketua OSIS di sekolah
ini sangatlah tinggi. Oleh karena itu, ada banyak murid yang mengincar
jabatan tersebut, dan jelas sekali jika ada seorang siswa biasa dan tidak
menonjol tiba-tiba mencalonkan diri, Ia akan dihancurkan habis-habisan
tanpa bisa sampai ke tahap pemilihan.
Namun, itu tidak masalah. Itu hanya persyaratan asal ceplos yang keluar dari
mulutnya, tapi itu bukan alasan yang buruk untuk membuat Touya menyerah.
Ketika Chisaki berpikir demikian …
“Hah?”
Usai mengucapkan itu dengan nada yang lebih jelas daripada sebelumnya,
Touya menundukkan kepalanya dan meninggalkan ruangan. Chisaki
memandang punggungnya dengan ekspresi bengong ...
◇◇◇◇
(Ya ampun, buat apa mesra-mesraan di sekolah, kayak enggak ada tempat lain
aja!)
Prakkkk! Suara keras bergema di lorong, dan suara laki-laki dan perempuan
yang terdengar dari ruang seni tiba-tiba berhenti.
Ada banyak politisi dan pengusaha terkemuka di antara lulusan dan orang tua
murid sekolah ini. Di sekolah yang mendapat banyak perhatian ini, jika
mereka diskors dari sekolah, masa depan mereka akan menjadi gelap gulita.
Rasanya tidak berlebihan kalau jalan mereka untuk menuju kesuksesan akan
tertutup rapat.
Chisaki menyipitkan mata pada dua orang dengan seragam olahraga yang
berdiri di dekat gerbang sekolah. Dia lalu mendekati jendela dan menatap
mereka selama beberapa detik, lalu menyadari kalau kedua orang itu adalah
ketua dan wakil ketua OSIS.
“Ehh....?”
Orang yang datang berlari dengan ngos-ngosan dan kelelahan, yang bahkan
bisa dilihat dari kejauhan, adalah anak cowok yang baru saja dia bayangkan
dalam benaknya. Chisaki merasa kalau siluetnya tampak sedikit berbeda, tapi
dia tidak salah menduga ketika melihat tubuhnya yang besar dan bungkuk itu.
Cowok itu meletakkan tangannya di lutut dan menarik napas mati-matian,
punggungnya ditepuk-tepuk oleh dua Senpai yang mengawasinya.
Kenapa cowok itu bisa bersama dua anggota OSIS? Jawabannya sudah jelas.
Karena cowok itu juga termasuk anggota OSIS. Dengan kata lain, itu berarti ...
(Lagipula itu cuma basa-basi semata saja, ‘kan? Menganggap hal itu dengan
serius saja sudah aneh ... Jadi, ini semua bukan salahku)
Memang itu bukan salahnya. Meski itu bukan salahnya, tapi ... mungkin tidak
ada salahnya juga untuk peduli sedikit kepadanya.
Dengan sedikit perasaan bersalah, Chisaki turun ke lantai satu dan membeli
minuman olahraga dari mesin penjual otomatis, lalu memutuskan untuk
menunggu Touya di pintu masuk. Akan tetapi ….
“Betul, betul, belakangan ini kamu juga tidak sering merasakan nyeri otot,
‘kan?”
Saat mendengar suara Touya bersama dua orang lainnya, Chisaki segera
bersembunyi di balik kotak sepatu. Tidak, jika dipikir-pikir lagi dengan
(Kalau sudah begini ... kurasa aku tidak punya pilihan lain selain
melakukannya)
“Eh….”
“Ap….”
Kemudian dia mendengar suara Touya dari belakangnya, dan ketika Chisaki
berbalik, tatapan mata mereka saling bertemu.
“Eh, Sarashina-san? Kenapa …... lah, apa yang terjadi dengan ketua dan wakil
ketua!?”
“Eh? Ah ya… sudah lama tidak berjumpa. Tapi umm,ketua dan wakil ketua…”
“Apa kamu ikut bergabung dengan OSIS? Karena kamu bersama mereka
berdua, itu artinya ….”
“H-Hah!?”
“Eh, ah ... tidak, yah, aku memang ada perasaan seperti itu, tapi ...”
“Eh...”
Chisaki terkejut oleh ucapan Touya yang mengatakan itu dengan senyum
bermasalah dan yang menggaruk pipinya. Tanpa melihat wajah Chisaki, Touya
melanjutkan perlahan.
“Yah sebenarnya ... tentu saja, aku memiliki motif tersembunyi untuk
membuat Sarashina-san sedikit memberi perhatian padaku, tapi ....
mengesampingkan alasan itu, kupikir ini bisa menjadi kesempatan yang
bagus. Umm, maksudnya, kesempatan. ...... untuk mengubah diriku.”
“……Mengubah diri?”
“Y-Yah, aku menyadari kalau diriku yang sekarang tidak cukup menarik
sebagai seorang pria ... jadi kupikir, aku tidak boleh begini terus.”
“Ugh! Tidak, itu sih, umm ... karena aku pernah mendengar kalau … seseorang
harus memberitahu perasaanya kepada gadis yang disuka sesegera mungkin
...”
“... Bukannya itu dengan asumsi kalau kamu sudah menjalin beberapa
hubungan dengan orang yang terkait?”
Touya mengatakan itu sembari menjatuhkan bahunya dengan kecewa ... tapi
Ia kemudian tiba-tiba bangkit. Touya menatap lurus ke arah Chisaki
sementara matanya sedikit bergetar, Ia lalu memberitahunya dengan suara
yang sedikit gemetar namun terdengar jelas.
“Tapi aku tidak menyesalinya. Berkat itu, aku mendapat kesempatan untuk
mengubah diriku sendiri! Jadi umm, Sarashina-san tidak perlu repot-repot
mengkhawatirkan aku ...”
“Hah~? Jangan ngaco, deh! Mana mungkin aku peduli dengan cowok! Nih, aku
memberimu ini karena aku punya banyak! Kalau begitu, sampai nanti!”
“Ah, tapi, ketua dan wakil ketua OSIS ….. lah, larinya cepat banget—— .”
Layaknya anak kecil yang keras kepala, Chisaki bersumpah dalam hati. Setelah
itu, Chisaki melakukan segala upaya untuk menghindari kontak dengan
Touya, , sesuai dengan sumpahnya.
“Ehh?”
“Iya, tolong bantu aku memasang pamflet selama masa pemilihan Ketua
OSIS——”
“Eh...oh, baiklah?”
Walaupun dia sudah berusaha untuk menghindari Touya dengan segala cara ….
tapi, ada kejadian tertentu yang tidak dapat dihindari.
Teradapat acara salam dari pengurus OSIS pada upacara penutupan semester
pertama. Mendengar nama yang familiar dipanggil, Chisaki secara refleks
mencoba mengalihkan pandangan dari panggung …. Tapi dia merasa terkejut
saat melihat sosok keluar dari di belakang panggung.
“Senang bertemu dengan kalian semua, nama saya Kenzaki Touya selaku
Bendahara OSIS angkatan ini.”
Apa ini yang dimaksud dengan tampil beda? Bentuk tubuhnya jelas berbeda
dari satu setengah bulan yang lalu. Meskipun badannya masih sedikit gemuk,
tapi kesan lamban dan kucelnya telah menghilang, lalu caranya berjalan
dengan punggung lurus dan tegap memberi kesan penampilan yang
berwibawa serta bermartabat.
Chisaki menatap sosok yang berdiri di atas panggung, lupa untuk berpaling.
Pada saat itu, Touya menatap lurus ke arah mata Chisaki. Itu bukan hanya
imajinasinya saja. Karena itu dibuktikan dengan ucapan Touya selanjutnya.
“Saya berniat mencalonkan diri sebagai ketua OSIS pada pemilihan tahun
depan, tapi saya belum memiliki calon wakil ketua untuk berpasangan dengan
Pernyataan Touya membuat jantung Chisaki berdebar tak karuan. Dan pada
saat yang sama, para siswa di sekitarnya ......, terutama murid laki-laki,
menunjukkan kegembiraan yang aneh.
“Saya ... tidak, aku! Aku akan melakukan semampuku untuk membuat orang
itu bersedia menjadi pasanganku!”
◇◇◇◇
Touya menundukkan kepalanya dan tampak menjadi orang yang sama sekali
berbeda dari empat bulan sebelumnya. Lemak yang menutupi seluruh
tubuhnya telah sepenuhnya terbuang dan digantikan oleh otot-otot yang
kencang. Rambutnya tertata rapi, dan matanya yang menatap lurus ke arah
Chisaki, dipenuhi dengan percaya diri.
Chisaki dibuat terdiam setelah melihat perubahannya yang begitu drastis dan
terbatuk sekali. Kemudian, dia dengan paksa mengalihkan pandangannya ke
arah Touya.
“... Kenapa? Kupikir awalnya aku memintamu untuk menjadi ketua OSIS, ‘kan?
Jika aku mencalonkan diri bersama, bukannya itu sama saja dengan aku yang
membantumu?”
“Tentu saja aku tahu itu. Tapi aku tidak bisa memikirkan orang lain selain
Sarashina-san sebagai partnerku!”
“O-Ohh ...”
Chisaki secara naluriah membuang muka pada kata-kata yang terlalu lugas
dan blak-blakan itu. Touya kemudian memberi penjelasan lebih jauh.
“U-Ummm, yah….”
“Kamu sama sekali tidak lemah ... Bukannya itu sudah kelihatan jelas dengan
melihat tubuhmu yang sekarang? Kurasa aku harus membuktikannya juga ...
hmmm, benar juga. Aku akan memikirkannya jika kamu berhasil
memenangkan satu poin dariku dalam kendo.”
◇◇◇◇
“Ummm...”
Sepulang sekolah, Touya mengunjungi aula kendo dan terlihat sangat terkejut.
Tapi wajar saja Ia bereaksi begitu, karena begitu dirinya masuk, Touya
langsung dikeroyok oleh Ojou-sama dengan gaya rambut ringlets atau roll
gantung* dalam setelan kendo tanpa tahu apa-apa. Terlebih lagi, di kedua sisi
Ojou-sama itu, tiga siswa perempuan dengan postur berdiri yang anehnya
elegan (entah kenapa berdiri dengan gaya kuda-kuda karate) berbaris berjajar.
Suasananya benar-benar seperti kedatangannya sudah ditunggu-tunggu.
(TN: Kurang tau istilah tepat gaya rambutnya, tapi gambarannya seperti gaya
rambut yang biasa digunakan para Ojou-sama, yang bagian ujung rambutnya
kayak drill :v )
“Bukannya itu sudah jelas ... ketika membicarakan Onee-sama, siapa lagi
kalau bukan Chisaki Onee-sama desuwa!”
“Be-Begitu ya ...”
“Jika kamu berpikir kalau kamu bisa menang dengan mudah karena kamu
seorang pria, kamu itu salah besar, oke?”
“Tidak, aku tidak berpikiran begitu ... Umm, kenapa kalian berdiri agak
miring?”
“Itu sama sekali tidak penting! Jika kamu ingin menantang Onee-sama .....”
“Shinbashi Ayame!”
Selanjutnya, gadis tomboy yang berada lebih jauh di sisi kanan mulai
membuka mulutnya, menutupi satu mata dengan tangannya.
“Oomori Kikyou!”
“Kurasawa Hiiragi!”
“... Mereka semua adalah anggota tim kompetisiku di klub kendo saat SMP
dulu”
“Tidak, jangan salah sangka dulu oke? Kami tidak ada hubungan darah
maupun saudari tersumpah, bukan semacam itu, oke? Pertama-tama, Sumire
itu lebih tua dariku dalam hal ulang tahun, dan meskipun dia menyebut
dirinya 'Sumire' untuk menyesuaikan diri dengan orang-orang di sekitarnya,
tapi nama aslinya adalah Viole——”
“E-Ehhh...?”
“Hah, aku tidak menyangka kalau ini akan berakhir dalam satu kali pukulan
...”
“Mengecewakan sekali.”
“!!!”
Sesuai deklarasi tersebut, Touya dipaksa untuk menjilat tanah selama dua jam
ke depan. Namun, Touya sama tidak putus asa maupun menyerah, Ia terus
pergi ke aula kendo dan menantang Empat Jenderal Surga— ..... Saudari
(Ah, sebelum ujian …. Lengan bawahnya… dia perlu belajar dengan giat juga..)
Plangg!
“…. Haa?”
“Hahhhh~~~~!?”
Dia memelototi Touya melalui topeng logamnya dengan marah, dan Touya
yang menangkap pedang bambu dalam pelukannya, berteriak panik.
“Eh, ah, maafkan aku! Aku tahu kalau itu tidak sopan untuk menahan diri
padamu atau semacamnya, tapi saat aku berpikir akan memukul gadis yang
kusukai dengan sekuat tenaga, tubuhku mendadak menahannya ...”
“Ap-Apa……!!”
“Yah, kami hanya mencalonkan diri untuk mengikuti pemilihan ketua OSIS
saja, ‘kan?? Buat pacaran sih beda lagi ceritanya.”
Saat dia terus berbicara dengan cepat, Chisaki sadar bahwa dia membuat
alasan untuk dirinya sendiri.
“Aku berhasillllllllllllll!!!!!”
“Terus, tau enggak? Touya semakin lama jadi semakin keren setelah itu ….”
“Astaga~ kamu ini ngomong apaan, sih? Mana mungkin Touya, yang berhasil
mengalahkanku, akan kalah begitu mudah~~”
“Tentu saja, jika pacarnya menyemangatinya seperti itu, seorang pria tidak
punya pilihan lain selain melakukannya!!?”
“Aku penasaran, apa hipnosis akan mempan pada Onii-chan enggak, ya?”
Pada suatu hari selama liburan musim panas. Sembari duduk di tempat tidur
di kamarnya dengan memegang buku tentang hipnosis di tangannya, Yuki
tiba-tiba menggumamkan kata-kata tersebut.
Judul buku itu adalah “Siapapun Bisa Belajar Hipnosis~ Mulai Hari Ini, Kamu
Juga Seorang Ahli Hipnotis!~ ”. Itu adalah buku yang tadinya pernah
menyebabkan insiden di ruang OSIS. Setelah kejadian menyedihkan itu, Yuki
berjanji kepada Masachika kalau hipnotisme yang dijelaskan dalam buku ini
akan disegel selamanya, tetapi …… mana mungkin Yuki akan melepaskan hal
menarik semacam ini begitu saja karena pernah gagal sekali.
Dia membeli buku itu dengan uangnya sendiri, dan mulai sejak itu dia sudah
mencoba berbagai teknik hipnosis pada Ayano sebagai kelinci percobaannya
....... Ayano yang tingkat kesetiaannya sudah mencapai tingkat maksimal dan
akan menuruti perintah apa saja tanpa perlu hipnosis, tidak bisa dijadikan
contoh yang tepat. Ketika Yuki memikirkan, “Aku ingin mencobanya dengan
orang lain juga~tapi kalau sama teman sendiri dan gagal, agak canggung
gimana gitu~” dan pada saat itulah keberadaan Masachika muncul di
benaknya.
“Nyaan?”
“Aaahh....”
Yuki mendorong payudara Ayano dari bawah dan terdengar agak terkesan.
Setelah itu, Yuki menghabiskan beberapa menit mengagumi payudara Ayano
sebelum menepuk kerasa kedua tangannya dengan puas.
Usai mengatakan itu, Yuki bangkit dari tempat tidur dan mulai
mempersiapkan les pelajarannya. Sambil membantunya, bibir Ayano terkatup
rapat seolah-olah dia sudah memutuskan untuk melakukan sesuatu.
◇◇◇◇
“Yuki-sama.”
“Hmm?”
“Eh? Hipnotis ......? ... Ahhh! Maksudmu sesuatu yang bakal mempan kepada
Onii-chan! Kamu sampai repot-repot menyiapkan sesuatu segala?”
“Saya sudah meneliti berbagai hal mengenai itu ... dan pertama-tama, benda
ini.”
Sembari mengatakan itu, Ayano mengeluarkan lilin merah muda gelap dari
saku baju pelayannya.
“Katanya ini adalah lilin aromatik yang mampu menenangkan pikiran dan
membuat seseorang lebih mudah untuk dihipnotis.”
“… Apa ini?”
“… Apa itu?”
“Bukannya itu benda yang sering muncul dalam fantasi isekai! Lah, kamu
berniat memakaikan benda semacam itu kepada Onii-chan!?”
“Begitu…ya…”
“Pertama-tama ... dari mana kamu mendapatkan semua benda yang terlihat
mencurigakan ini?”
“Hah...?”
(Ah ... mungkin aku mengatakannya terlalu berlebihan. Padahal dia sudah
repot-repot menyiapkannya demi aku ...)
Merenungi itu di dalam hatinya. Yuki dengan ringan berdeham, dan membuka
mulutnya seraya mengalihkan perhatiannya ke lilin.
◇◇◇◇
“Ah, ya ... ummm, mari kita buka dulu ventilasinya untuk saat ini, oke?”
“Baiklah, dipahami.”
Ketika Ayano dalam mode pembantu membuka jendela dan pintu yang
mengarah ke ruang tamu, udara manis yang aneh di dalam ruangan memudar
saat udara panas melewati ruangan. Namun, meski begitu, Masachika tidak
menunjukkan tanda-tanda kembali ke kewarasannya. Ia hanya menatap
ksosong pada satu titik di lantai dengan ekspresi hampa.
Yuki tidak tahu apa yang harus dia lakukan dari sini karena tidak menyangka
kalau hipnotisnya bakalan mempan. Namun, setelah bekerja sama dengan
Ayano, mana mungkin dia akan mengakhirinya dengan “Karena aku sudah
tahu kalau ini bisa mempan, jadi ayo sudahi ini.”
“Hmm~~ ...”
“Kamu akan menjadi cowok ikemen yang penyayang. Kamu takkan bisa
mengendalikan perasaan cintamu yang meluap-luap!”
Setelah mengatakan itu, dia lalu mengetuk layar dan terdengar suara
mendesis aneh dari smartphone-nya, menyebabkan tubuh Masachika
Masachika dengan lembut meletakkan tangan kanannya di pipi Ayano saat dia
mengecilkan lehernya dan sudut mata yang sudah merah merona. Kemudian,
ketika dengan lembut membuat Ayano mendongak, Ia berbisik manis dengan
senyum hangat dan penuh kasih sayang.
Mata Ayano terbuka lebar dan hampir saja terjatuh pada pengakuan cinta
Masachika yang sambil dengan lembut membelai pipinya ...
“Fuhyuu~~~...”
“A-Ayano!”
“Upss”
Masachika dengan cepat mendukung Ayano, yang lututnya tampak lemas dan
mata yang berkunang-kunang. Kemudian, dalam sekejap, Masachika
langsung menggendongnya ala putri, dan dengan lembut membaringkannya
di tempat tidur sembari membelai kepalanya.
“O-Ohh, apa? Apa kamu berniat melakukannya juga padaku? Jika kamu
berpikir kalau aku akan terintimasi oleh pengakuan cinta biasa saja, kamu itu
salah besar, oke? Ya, itu masalah besar jika kamu menakut-nakutiku. Berbeda
dengan Ayano, aku takkan… ahh, tunggu…”
“Ohyohyohyohyo! Gawat, apa-apaan ini! Ada suara aneh yang keluar dari
mulutkuuuuu~~~!”
Di sana terdapat sosok Yuki yang duduk di atas kaki Masachika yang bersila
dan membisikkan kata-kata cinta sambil dipeluk dari belakang. Kata-kata
manis dilantunkan tanpa henti di dekat telinganya saat dia dipeluk dengan
lembut di perutnya dan rambut serta pipinya dibelai. Yuki yang sudah tidak
tahan lagi, mulai mengerang dan menggeliat sambil mengeluarkan suara
aneh.
Pada awalnya, dia merasa tidak nyaman dengan Masachika yang beringkah
sangat penyayang, tapi saat Ia melakukan gerakan ala ikemen tanpa merasa
malu, Yuki merasa kalau semuanya jadi percuma saja. Lagi pula, sepertinya itu
benar adanya kalau kamu merasa malu, kamulah yang akan kalah.
“Ada apa? Kok kamu tidak bisa tenang begitu ... apa jangan-jangan kamu
merasa malu, ya?”
“Benarkah? Kalau begitu... coba nengok ke sini? Aku ingin berbicara sambil
melihat wajah cantiknya Yuki.”
“Ku-Kukuku, boleh juga rupanya. Aku tidak pernah menyangka kalau kamu
berhasil membuatku semalu ini ...”
“Fufufu, benarkah? Selama aku bisa melihat sosok Yuki yang imut, aku akan
mengatakan perasaan cintaku padamu berulang kali, kok? Karena aku sangat
mencintai Yuki lebih dari apapun di dunia ini.”
“Fuhyaa, mu, mugugu, jangan besar kepala dulu, Onii-chan. Jika kamu
berpikir kalau aku tidak melawan, kamu salah besar, tau?”
“Rasakan ini, Onii-chan! Mata dibalas mata! Gigi dibalas gigi! Hipnosis
dibalas hipnosis! Aku akan meladenimu dalam mode baru terbaruku yang
kupelajari tempo hari!”
Walaupun dia menggunakan kata “baru” dan “terbaru” pada saat yang
bersamaan, tapi Yuki sama sekali tidak memedulikan itu, dia meringkukkan
tubuhnya menjadi bola untuk meningkatkan auranya, dan kemudian dia
mendorong lengan kanannya ke langit sekuat tenaga.
“Fueeeaaaaii”
“Malaikatku yang selalu mencintai keluarganya lebih dari siapa pun dan selalu
bekerja keras demi keluarganya... Aku benar-benar merasa bahagia bisa
memiliki adik perempuan seperti Yuki.”
“O-Ohhh ...”
Yuki benar-benar merasa malu engan ucapan jitu tanpa ampun selama
kekakuannya, dia bahkan tidak bisa membuat lelucon. Pada saat itu, suara
samar terdengar di belakang Yuki yang tersipu dengan wajah datar.
Melihat ke atas bahu Masachika pada Ayano, yang telah mengangkat dirinya di
tempat tidur, Yuki berusaha meminta bantuan. Namun, Ayano mengalihkan
pandangannya dengan kasar ke Masachika, yang menatapnya dengan cara
yang sama......
“Hei, hei, kamu enggak boleh mengatakan itu, tau? Kita semua adalah
keluarga, oke?”
“Aku suka cara Ayano memasak ... tanganmu terlihat begitu terampil, mau tak
mau aku jadi terpesona saat melihatnya.”
“Ah, ummm …”
“Apa yang kamu lakukan, keparat! Memangnya kalian ini pengantin baru!”
“Umm? Ahh ... enggak boleh begitu, bahaya, tau. Lihat, apa kamu bisa
memegangnya dengan benar?”
Dia kemudian dengan paksa mengeluarkan Masachika dari area dapur dan
melihat kembali ke arah Ayano, yang telah merosot di meja dapur dan masih
memegangi telur di tangannya.
“I-Iya ...”
“Jangan mengelus-ngelus perutmu dengan cara yang bikin orang lain salah
paham.”
Ayano membelai perut bagian bawahnya dengan pipinya yang memerah, dan
Yuki memandangnya dengan tatapan tercengang.
◇◇◇◇
“... Hmm~~”
Sudah satu setengah jam berlalu sejak dia menghipnotis kakaknya untuk
menjadi cowok ikemen yang penyayang. Dia sudah terbiasa dengan kata-kata
dan perbuatan manisnya. Atau terus terang saja, lama-kelamaan mulai
menjadi menyebalkan.
(Lagian, kapan sih Ia bisa tersadar dari hipnotisnya? Mungkin lebih baik kalau
aku membuka lebar ventilasinya kali, ya ...)
Sejak pagi, suhu udara hari ini lumayan panas dan gerah, jadi dia menutup
semua jendela dan menyalakan AC setelah ventilasi ruangan cukup, tetapi
ternyata masih ada aroma yang menguap masih tersisa di udara. Keadaan
terhipnosis Masachika pun tidak menunjukkan tanda-tanda akan kembali ke
kewarasannya.
“Apa yang sedang kamu lakukan? Apa sedang main game baru?”
“Kamu akan menjadi cowok ikemen tipe Ore-sama. Kamu selalu percaya diri
dan bertingkah angkuh. Tapi jangan khawatir, karena orang-orang di
sekitarmu sangat menyukaimu~”
“Oi, oi, padahal sudah dipeluk sama aku, tapi kamu malah sibuk main
smartphonemu melulu? Kamu punya nyali juga, ya ...”
“Uwaah parah”
“!!!”
Yuki tidak bisa menahan diri untuk tidak mengangkat smartphone-nya saat
melihat semakin tingkah laku kakaknya yang semakin menjengkelkan setelah
dihipnotis jadi tipe ‘Ore-sama’. Kemudian, saat dia mulai merekam video,
Masachika mengangkat tubuhnya dan menyibakkan poninya sambil berbalik.
“Oi, oi, kamu mendadak kenapa, sih? Aku memahami perasaanmu yang ingin
memotretku, tapi …. Jika kamu ingin memotretku, bisa tidak kamu
melakukannya saat aku sedikit lebih modis?”
Butuh waktu beberapa saat bagi Yuki untuk memotret kakaknya dalam
serangkaian pose narsis, “Tapi cuma jika Ia punya wajah tampan”. Lalu
tiba-tiba, terdengar bunyi interkom berdering pelan, dan Yuki mengangkat
“? Ayano?”
Yuki lalu melirik sekilas ke sampingnya, dan melihat sosok Ayano yang duduk
di kursi dengan ekspresi agak linglung. Yuki pikir kalau dia cuma membaur
jadi udara seperti biasa, tapi ternyata dia masih belum pulih dari serangan
kasih sayang Masachika. Dengan enggan, Yuki meletakkan smartphone-nya
dan bangkit dari tempat duduknya untuk menjawab interkom.
Dia mengintip ke layar intercom karena berpikir itu mungkin cuma kurir atau
semacamnya .... tapi tubuh Yuki langsung membeku ketika melihat bayangan
gadis berambut perak berdiri di sana.
“… Ehh?”
Kakaknya belum pernah memberitahu kalau Alisa akan datang hari ini. Lupa
memberi tahu? Mustahil. Pertama-tama, karena kemarin ada sesi belajar
bersama Alisa, jadi Yuki sengaja datang untuk menginap karena berpikir kalau
dia takkan datang hari ini. Jika dia berencana untuk datang selama dua hari
berturut-turut, mana mungkin Masachika melupakannya. Jika demikian, ini
mungkin kunjungan mendadak oleh Alisa sendiri ... tapi waktu sekarang masih
menunjukkan pukul 10:30 pagi. Masih terlalu pagi untuk mengunjungi rumah
seorang teman.
Yuki diyakini dengan alasan kedatangan mendadak Alisa. Namun, pada saat
yang sama, dia kemudian berpikir....
Dari sudut pandang sesama gadis, pakaian Alisa jelas-jelas seperti sengaja
buat ditunjukkan untuk lawan jenis. Itu sih tidak masalah kalau dia biasanya
berpakaian cukup modis, tapi rasa-rasanya ada sesuatu yang lebih dari itu.
“? Ya”
“!!?”
Menggumamkan kalimat itu dengan wajah datar, Yuki menoleh dengan cepat.
Kalau ditanya apa yang gawat? Pertama-tama, keadaan Masachika yang
sedang terhipnotis saja sudah gawat. Selain itu, keberadaan dirinya dan Ayano
di kediaman Kuze pada jam sepagi ini akan memperburuk keadaan. Di tambah
lagi, Ayano sekarang sedang mengenakan seragam maid, dan Yuki sendiri
memakai baju santai yang longgar.
Dia langsung memikirkan itu dan harus berganti pakaian dulu ..... selama dia
sedang merenungi itu dan hendak melangkah, Masachika mulai menuju ke
pintu depan.
“……Ya”
(Untuk saat ini, lebih baik sembunyikan sepatuku dan sepatu Ayano dulu, dan
meminta Onii-chan yang sudah tersadar, untuk menemui Alya-san di pintu
depan ...)
Apalagi setelah itu, dia bisa mendengar suara pintu depan dibuka dan suara
Masachika menyambut Alisa. Di hadapkan situasi yang terburuk, Yuki
mengatupkan gigi belakangnya dengan erat. .....
Di sana, dia melihat sosok Alisa yang dipojokkan pada dinding dan ujung
dagunya di angkat oleh Masachika di balik pintu depan. Dan kemudian ada
Ayano yang menyaksikan adegan itu tanpa menunjukkan tanda-tanda
mencoba bersembunyi.
“……Ya.”
Segera setelah dia menimpali kalimat egois ala ‘Ore-sama’ Masachika dengan
wajah lurus, Yuki hampir terkejut oleh persetujuan tak terduga Alisa.
Kemudian, setelah menatap wajah Alisa dengan mata terbelalak, …. Yuki mulai
memahami situasinya saat menyadari kalau Alisa mempunyai ekspresi kosong
dan hampa.
Mungkin dia terkena aroma hipnotis yang masih tersisa di dalam rumah.
Meski begitu, dia tidak menyangka kalau aromanya sampai mengalir di dekat
pintu masuk ini, tapi ... seberapa rentannya dia terhadap hipnosis? Atau
mungkin, itu sudah menjadi kebiasaan untuk dihipnotis oleh Masachika?
Ketika Yuki sedang merenungi hal itu, Masachika berjalan ke arahnya sembari
merangkul pinggang Alisa. Alisa juga bersandar di pelukan Masachika dengan
ekspresi linglung di wajahnya.
Diiringi teriakan keras, Yuki segera mengayunkan tinjunya. Dia tanpa ampun
berusaha meninju rahang Masachika dari samping kanannya dan mencoba
untuk melumpuhkannya. Namun, sebelum berhasil memukul targetnya,
pergelangan tangannya itu dicengkeram oleh seseorang dan berhenti.
“Upss bahaya, loh. Aku benci gadis yang tidak mau mendengar perkataanku,
tau?”
“Kamu jugaaa!!!!”
Ketika dia mengira kalau Ayano selalu terlihat linglung, sepertinya aromanya
perlahan bekerja padanya juga. Adapun bagaimana hal itu bisa terjadi...
Tak lain dan tak bukan ialah Yuki sendiri yang membuat perlawanan Ayano
terhadap hipnotisme menjadi lemah karena sering menggunakan dia sebagai
kelinci percobaan. Sementara merasa khawatir di dalam hati, Yuki buru-buru
memberi perintah ketika melihat Ayano mencoba menyandarkan tubuhnya ke
Masachika.
“Ayano! Duduk!”
“...”
“Kamprettt, dia tidak mau berhenti! Apa ini yang namanya perbedaan
bakat!?”
“Saat aku menyentuh bahumu, kamu akan terlepas dari hipnotis! Dengar
baik-baik? Siap? Satu, dua—plak!”
“Yuki... kamu kenapa, cemburu? Jangan khawatir, aku akan selalu menjadi
kakakmu, oke?”
“… Ehh?”
Dia sama sekali tidak merasakan sakit sedikit pun, berkat sikap pasif setengah
sadar dan perbuatan Masachika yang dengan lembut menjatuhkannya. Tapi
tak peduli seberapa cerobohnya dia, dia bahkan tidak bisa bereaksi sampai
sebelum dia jatuh ke lantai. Yuki merasa ketakutan dengan kenyataan itu, tapi
ketika dia menyadari bahwa kakaknya, yang telah melakukan hal ini, sudah
berbalik dan menuju kamarnya sendiri, dia buru-buru mengejarnya.
“O-Oi, serius, tolong tenanglah dulu, oke? Hipnosis ecchi sebenarnya bukan
doujinshi erotis. Tidak, bukannya itu aneh kalau cowoknya juga ikut dalam
keadaan terhipnotis juga? Tidak, tidak, langsung melakukan threesome pada
pengalaman pertama, ini bukan bonus rute haremsetelah menaklukkan semua
rute, kali!? Kalau yang begitu sih, kamu baru boleh melakukannya setelah
selesai menaklukkan rute individu !?”
“── Hmm? Eh, duh! Aduduh, sakit banget! Aduh, hah, apa karena posisi
tidurku yang salah jadi rasanya nyeri begini?”
Masachika mengerang karena sakit leher yang begitu hebat ketika bangun dari
tidurnya.
“Kenapa... Wah!?”
“Minta maaf karena apa? Eh, tunggu, aku sama sekali tidak tahu apa yang
sebenarnya terjadi.”
Dalam benak Masachika, sosok Alisa yang setengah telanjang di ruang OSIS
kembali muncul di dalam kepalanya..... dan Ia buru-buru menyingkirkannya.
Pada saat yang sama, Masachika mengingat kalau Alisa telah kehilangan
ingatannya selama hipnosis saat itu.
“A-Ahhh~… eh, maksudnya jadi begitu? Apa aku dihipnotis oleh Yuki dan
….mengalami hilang ingatan??”
“Hah ...”
“... Lalu, untuk beberapa alasan leherku terasa sangat sakit, kenapa bisa
begini?”
“Itu karena ....saya tidak bisa mengatakannya dengan pasti karena ingatan
saya juga sedikit kabur...tapi saat Yuki-sama berusaha menghentikan
Masachika-sama, dia mengatakan kalau dia melakukan gerakan kuncian gulat
dari belakang...”
“Hahh?”
“Tidak, karena saya yang sudah menyiapkan lilin aromatik dan aplikasi
hipnotisnya ...”
“Yang ini …”
“Hah? Kenapa?”
[Kuze, kamu kenapa? Jika kamu memiliki masalah, aku bersedia mendengar
curhatmu, loh?]
[Kuze-kun, kamu baik-baik saja? Mungkin kamu dirasuki oleh sesuatu selama
penyelidikan Tujuh Misteri kemarin ... ]
Ada pesan dari Touya dan Maria yang menunjukkan keprihatinan mereka. Dan
pesan menghibur dari Chisaki.
Satu langkah mundur dari sana memunculkan satu file video yang diunggah
oleh Yuki. Ketika Masachika mengetuk itu….
『Oi, oi, kamu mendadak kenapa, sih? Aku memahami perasaanmu yang ingin
memotretku, tapi …. Jika kamu ingin memotretku, bisa tidak kamu
melakukannya saat aku sedikit lebih modis? 』
“Ap— !?”
(Dengan kata lain, masih ada satu kesempatan kalau Alya melihatnya—— Ah
iya, Benar juga! Kemarin Alya lupa membawa smartphone-nya, jadi dia belum
melihatnya! Kalau gitu, aku harus menghapus video ini sebelum dia
melihatnya...!)
Orang yang paling tidak ingin dilihatnya belum melihat video ini. Dengan
secercah harapan yang tiba-tiba muncul, Masachika berlari keluar dari
kamarnya, hingga melupakan fakta kalau Yuki sudah pergi.
“Oi! Yuki—”
『Oi, Oi, ambil lebih banyak foto lagi napa ... Ahh, begitu rupanya. Kamu ingin
melihatku dengan mata kepalamu sendiri, dan bukan melalui lensa
smartphone-mu, ‘kan? Kuhh, apa boleh buat, deh... 』
“~~~~!!”
“Yu-Yuki... Yukii~~~~!!!”
“~~~~~~!!”
Suara jeritan jiwa Masachika ditutupi dengan tawa tertahan Alisa. Pada saat
itu, smartphone-nya bergetar di tangan Masachika.
“Haaahh ...”
Maria memegang boneka binatang di satu tangan dan melihat foto yang ada di
liontin emas dengan tangannya yang lain, ekspresi wajahnya lebih muram
dari biasanya.
“Sa-kun...”
Harapan yang pesimistis muncul dari mulut Maria. Tapi dia segera
menggelengkan kepalanya dan meringkuk, membenamkan wajahnya di
bantal.
“... tinggal sedikit lagi. Sampai liburan musim panas ini selesai...”
Usai mengatakan itu pada dirinya sendiri, Maria menggenggam erat liontin di
dadanya. Entah mengharapkan sebuah reuni ... atau mungkin, ketakutan.
Tok, tok.
“Iya~”
“! Alya-chan!?”
Maria melompat seolah-olah dia terpental dari tempat tidur oleh suara yang
datang dari sisi lain pintu. Ke mana perginya suasana hati yang melankolis
tadi? Suasana hati Maria bisa berubah dengan sangat cepat.
Di sisi lain, wajah Maria langsung tersenyum sumringah saat melihat wajah
Alisa. Alisa ada di sini! Maria langsung menyingkirkan semua hal yang
merepotkan!
Alisa terlihat sedikit khawatir saat melihat rambut Maria yang sedikit
acak-acakan. Namun, senyum Maria menghilangkan kekhawatiran seperti itu
dari Alisa, dan dengan bangga membusungkan dadanya sambil tersenyum.
“Enggak kok, aku cuma lagi rebahan di kasur aja! Jadi, ada perlu apa?”
“Di kamp pelatihan minggu depan nanti ... kita harus memakai baju renang,
iya ‘kan? Apa Masha sudah menyiapkannya?”
“Tidak, aku masih belum membelinya. Aku berpikir untuk membelinya hari
ini atau besok.”
“Hmm ... Kalau begitu, bagaimana kalau kita membelinya sekarang? Karena
kita sama-sama masih belum membelinya.”
“Ya! Aku enggak masalah, kok ~? Fufufu, aku bisa berkencan dengan
Alya-chan!”
“Kapan kamu mau pergi? Kalau Onee-chan sih bisa kapan saja~.”
“Yahh~”
Segera setelah dia mencoba meraih tangan Alisa dengan kedua tangannya, dia
ditepis dengan kasar, dan Maria menggembungkan pipinya dengan tidak puas.
Namun, dia buru-buru mengejar Alisa, yang mulai berjalan cepat terlebih
dahulu tanpa terlalu memedulikannya.
“Buat apa buru-buru segala, yang ada cuma cuacanya jadi semakin panas saja,
‘kan~? Ayo jalan pelan-pelan sambil ngobrol bersama Onee-chan, oke? Ayp?”
“Ehh, yang ini lebih dekat ke tangga saat kita turun, ‘kan~ ...”
“Enggak boleh. Ayo jangan terlalu cerewet dan naik gerbong khusus wanita
dengan benar.”
Maria dengan enggan berjalan melewati pintu masuk setelah diminta oleh
Alisa. Tentu saja, bahkan Maria tahu mengapa gerbong khusus wanita bisa
ada, dan dia juga tahu bahwa ada penjahat yang disebut penjahat pelecehan
seksual di dunia ini. Walaupun dia mengetahui itu, tapi karena dia belum
pernah mengalaminya sebelumnya, jadi dia tidak benar-benar merasakan
bahaya dan terancam sama sekali.
...... Tidak, meski dia tidak benar-benar menyadarinya, tapi dia sudah
mengalaminya beberapa kali. Namun, semua itu hanya berakhir dalam upaya
percobaan karena saat sebelum pelaku bisa menyentuhnya, adik perempuan
yang menakutkan akan mendorongnya keras-keras, atau wakil ketua OSIS
yang menakutkan akan memelintir pergelangan tangan pelaku. Rasanya
sungguh ironi bahwa sementara dia berhasil menghindari hal itu berkat upaya
mereka berdua, rasa krisisnya sendiri masih tetap lemah seperti biasa.
“Bahkan ketika kamu naik sendirian, pastikan untuk menaiki gerbong khusus
wanita, oke? Jika tidak, jangan terlalu asyik bermain dengan smartphone-mu,
dan tetaplah waspada terhadap lingkungan sekitarmu.”
Namun, mungkin itu sudah menjadi watak Maria untuk menuruti nasihat adik
dan sahabatnya, karena tahu kalau mereka mengkhawatirkannya.
Mengangguk pada peringatan Alisa, Maria tiba-tiba mengerutkan kening.
“Hah? Mana pernah lah... tidak seperti Masha, aku memiki penjagaan yang
ketat.”
“Muu, aku juga memiliki penjagaan yang ketat, tau? Selain Sa-kun, aku
takkan pernah membiarkan pria lain menyentuh tubuhku!”
Tidak heran Alisa berkata begitu. Lagipula, model baju yang dipakai Maria hari
ini menampilkan bahunya yang mulus dan pusarnya yang seksi. Dengan
kulitnya yang putih mulus dan sehat, penampilannya saat ini sudah menarik
banyak perhatian dari orang-orang di sekitarnya. Namun, Maria dengan
senang hati meletakkan tangannya di topinya dan berpose ringan sejenak,
mungkin karena tidak tahu bagaimana menafsirkan tatapan-tatapan tersebut.
Alisa menarik lengan Maria dan menaiki gerbong kereta setelah memelototi
para penumpang pria di sekitarnya yang menatap kakaknya dengan tatapan
tidak senonoh. Kemudian, setelah menaiki kereta selama lima belas menit,
mereka turun dari kereta di stasiun besar, tempat mereka biasanya berbelanja
pakaian dan barang-barang lainnya, mereka berdua mulai memasuki fasilitas
komersial besar di depan stasiun. Ketika mereka berdua menaiki lift menuju
area pakaian wanita, pandangan mata Maria langsung berbinar-binar saat
melihat deretan pakaian yang indah ….
Segera, dia mencoba memasuki toko yang tidak ada kaitannya dengan baju
renang. Kemudian Alisa, yang sudah mengantisipasi gerakannya, meraih
pergelangan tangan kirinya dan menghentikannya.
“Hari ini kita datang untuk melihat-lihat baju renang, tau. Ayo, cepetan
pergi.”
Tidak, lebih tepatnya, dia hanya terpaku dengan apa yang ada di depannya.
Usai menatap kakaknya yang kegirangan dengan ekspresi tercengang, Alisa
melihat sekeliling sebentar dan mengangkat alisnya..
Tanpa menjawab pertanyaan Maria, Alisa melihat sekali lagi pada area
sekeliling lantai penjualan ...... dan memiringkan kepalanya sedikit.
“… Kaki?”
“Enggak. Berbeda dengan kolam renang sekolah, di sana pasti ada anak cowok
juga, ‘kan? Kamu seharusnya menyembunyikan tempat yang biasanya tidak
terlihat.”
“Selain perut, kita harus menyembunyikan kaki dan paha juga, iya ‘kan.”
Setelah membuat lelucon dengan wajah datar, Maria dalam hati berpikir, “Ini
gawat.” Dia tahu bahwa penjagaan Alisa terhadap lawan jenis sangatlah ketat,
tapi Maria bisa membayangkan masa depan di mana Alisa akhirnya akan
mengenakan pakaian selam jika dia diizinkan memilih baju renang. Sebagai
Namun, jelas sekali jika dia secara langsung menyarankan baju renang dan
berkata, “Ayo coba pakai ini!”, dia pasti akan menolak mentah-mentah
dengan “Aku tidak paham dengan selera Masha”. Lagi pula, dia baru saja
melihat baju Maria dengan pusar terbuka dan menyatakan kalau dia takkan
pernah memakainya. Jika memang demikian, maka …
“Kamp pelatihan yang akan kita tuju selanjutnya bukanlah kamp pelatihan
biasa, melainkan perjalanan sosial untuk meningkatkan kedekatan antar
sesama OSIS. Dengan kata lain, ini cuma perjalanan rekreasi, loh? Oleh karena
itu, aku pikir kita berlu berpakaian dengan tepat dan sesuai.”
“... Mungkin itu benar, tapi bukannya berarti kita perlu memakai baju renang
yang terlalu terbuka….”
“Tentu saja perlu. Jika kamu berpakaian dengan cara yang jelas-jelas
menyiratkan ‘Aku tidak ingin menunjukkan kulitku pada kalian', tidak ada
“Muu….”
“Selain itu, pantai yang akan kita kunjungi adalah pantai pribadi, jadi kita
tidak akan dilihat oleh pengunjung pantai lain yang tidak dikenal.”
“Ehh?”
“Ingat, bahkan Kuze-kun juga anak cowok, tau. Semua anak cowok pasti
merasa penasaran dengan payudara gadis. Oleh karena itu~ ... selama aku
“Heee ... berani juga kamu bilang begitu. Memangnya aku ini lebih inferior
dari Masha, yang tidak hanya berlemak di bagian payudara tapi juga bagian
perutnya?”
Seraya menguatkan nada suaranya pada bagian “Aku ini”, Alisa melipat
tangannya dan melengkungkan tubuhnya seolah-olah menyombongkan
gayanya sendiri. Kemudian, dia mengalihkan pandangan penuh arti ke perut
Maria yang telanjang dan mencibirnya. Namun, Maria tidak tersinggung
dengan provokasi secamam itu.
“Kamu ini masih belum mengerti apa-apa, Alya-chan. Anak cowok tuh~ lebih
menyukai gadis yang sedikit berisi, tau~? Menurutku tubuh Alya-chan yang
kencang juga lumayan bagus, kok?”
Sambil mengatakan itu dengan cara yang menghibur, Maria dengan percaya
diri menonjolkan dadanya yang besar. Sudut mata Alisa berkedut saat melihat
sikap sombong Maria yang tidak seperti biasanya.
Karena Alisa bangga pada dirinya sendiri. Dia bangga dengan kenyataan
bahwa dia bekerja lebih keras daripada Maria untuk mempertahankan bentuk
tubuhnya. Apakah kerja kerasnya kalah dengan timbunan lemak yang
kakaknya kumpulkan melalui kelalaian?? Alisa dengan tegas menolak untuk
menerima hal seperti itu.
“Oke, siapa takut~? Kalau begitu, Alya-chan juga akan memakai bikini, ya?”
“……Hmm?”
“Ehh?”
“Yah, kurasa begitu ... kira-kira apa itu karena masakan ibu kali, ya?
Pertumbuhanku tidak berhenti sama sekali~”
“Apaan sih... lagipula, ini bukan tempat yang tepat untuk membicarakan itu,
tau!”
Sembari mengatakan itu, Alisa mencoba merebut baju renang yang dipegang
Maria di tangannya. namun petugas toko mengambil satu ukuran lebih besar
dan dengan cepat menyelipkannya ke tangan Alisa.
“Tidak ada salahnya untuk dicoba dulu. Anda bisa mencobanya terlebih
dahulu dan kemudian memutuskan baju renang mana yang ingin Anda pakai.
Sekarang, silakan lewat sini.”
Alisa dengan cepat dipandu ke depan ruang ganti dan didorong ke dalam
ruang ganti. Maria mengacungkan jempol kepada karyawan toko, yang telah
membawakan dan memaksa Alisa untuk mencoba baju renang itu dengan
lancar.
“Ah, iya. Benar sekali ~. Seenggaknya, akulah yang jadi kakaknya, sih ~”
Selain tinggi badannya yang lebih pendek dari Alisa, ditambah dengan
penampilan baby face-nya, dia selalu cenderung dianggap sebagai adik
perempuan, itulah sebabnya dia menambahkan perkataan itu.
“Ya, ya, saya bisa mengetahuinya. Anda ingin adik anda memakai baju renang
yang cantik. Benar begitu, ‘kan?”
“Bener banget~! Gadis itu sepertinya akan memakai baju penyelam jika
dibiarkan sendiri...”
Kemudian Maria menyadari bahwa tidak ada suara sama sekali dari dalam
ruang ganti, dan dia menjulurkan wajahnya melalui tepi tirai.
Benar saja, Alisa mengerutkan kening dan membuat ekspresi enggan dengan
baju renang yang diberikan padanya, dia lalu kembali menatap Maria yang
tiba-tiba mengintip ke arahnya.
“Kalau begitu segera ganti bajumu~ karena Mbak manajer toko juga sudah
menunggu, tau.”
Tidak heran Alisa merasa ragu-ragu. Lagi pula, baju renang yang ada di
tangannya adalah semacam bikini hitam pamungkas.
Bikini hitam itu terlihat polos, tidak memiliki pita atau embel-embel, dan
kebetulan, cuma menutupi area sensitif dengan kain kecil.
Hanya ada seutas tali tipis dan sehelai kain kecil. Ini adalah jenis bikini yang
cenderung sering dipakai oleh supermodel benua Barat.
Ke mana perginya pernyataan beberapa menit yang lalu kalau dia takkan
memakai baju renang yang menunjukkan perut atau kakinya? Dia benar-benar
tertipu oleh teknik door-in-the-face, tapi Alisa mengambil baju renang yang
dibawa Watanabe tanpa menyadarinya. Kemudian, beberapa menit berlalu
untuk berganti pakaian.
“Uwaah~ imutnya~”
“Baju renang tersebut sangat cocok untuk Anda. Ini adalah jenis baju renang
yang populer tahun ini, tapi kami belum pernah melihat ada orang yang
memakainya sebaik pelanggan.”
“Be-Benarkah?”
“Baju renang ini mempunyai model yang sama, tapi seperti yang Anda lihat,
pola bunga di latar belakang biru memberikan tampilan menyegarkan dan
cantik——”
Dalam kondisi seperti itu, Alisa yang terbawa suasana oleh promosi
Watanabe-san yang tidak berlebihan dan ditawarkan dengan tenang,
mencoba enam potong baju renang.
Dalam balutan bikini bergaris biru muda dengan embel-embel besar, mulut
Alisa mengendur seolah baru pertama kali merasa puas.
“Ya, ya, menurut Onee-chan, baju renang itu kelihatan imut untukmu, kok~.”
“Tapi kakiku...”
Tetap saja, Alisa menatap pahanya yang telanjang, seolah-olah dia masih
sangat mencemaskan bagian itu. Kemudian, Watanabe-san dengan cepat
memberikan selembar kain padanya.
“Jika demikian, bagaimana kalau menutupinya dengan pareo ini? Jika Anda
membelinya sebagai satu set sekarang, kami akan memberikan layanan
khusus hingga saat ini ...”
Manajer Watanabe bertepuk tangan dengan keras, dan salah satu pegawai
menghilang ke area belakang toko. Alisa sedikit terkejut dengan betapa
cekatannya mereka. Kemudian, setelah selesai membayar untuk mereka
berdua,
Mereka dipandu keluar dari toko oleh Watanabe-san dan karyawannya yang
sangat terlatih.
“Aku tidak mau ikut menemanimu karena aku tau bakalan lama.”
(Hmm~ ... aha! Apa jangan-jangan dia ingin cepat-cepat pulang karena ingin
melakukan peragaan busana dengan baju renang yang baru saja dibelinya?
Lagi pula, membeli baju baru pasti membuat seseorang merasa senang!)
...... ...... Maria sering diberitahu oleh keluarga dan teman-temannya bahwa dia
kadang-kadang membuat pernyataan kikuk yang ngaco. Namun, dia tidak
menyadari hal ini dan tidak mengakuinya.
(Mungkin dia merasa sungkan saat di hadapanku dan karyawan toko tadi ...
Aku yakin dia berencana untuk menikmati peragaan busana sendirian di
kamarnya. Oh, saat berpikir begitu, aku jadi ingin melakukannya juga.)
Karena di dalam benak Maria, pernyataannya selalu masuk akal. Dia selalu
berbicara setelah memikirkan perkembangan logis yang tepat dengan caranya
sendiri. Namun……
Kedengarannya seperti pernyataan yang sangat tidak masuk akal dari sudut
pandang pendengar karena dia memulai dari kesimpulan tanpa menyebutkan
prosesnya sama sekali. Tentu, sekali lagi, Alisa tidak tahu apa yang sedang
kakaknya bicarakan. Tapi dia langsung berpikir, “Hal yang biasanya, ya?” dan
meninggalkan pemahamannya, lalu menggelengkan kepalanya seraya berkata
“Yare~ yare~”.
Alisa mengambil kantong plastik dari tangan kakaknya dan dengan cepat
menuju lift sendirian. Setelah melihat adiknya pergi, Maria memeriksa jam
tangannya, berpikir sebentar, dan kemudian naik ke lift berikutnya yang
datang. Dia kemudian langsung turun ke lantai dasar, dan meninggalkan
gedung tanpa melihat-lihat toko mana pun secara khusus.
“Hmm ... kira-kira apa aku bisa berjalan kaki dari sini enggak, ya?”
Kemudian, setelah mencari di aplikasi peta, dia berkata pada dirinya sendiri
dan mulai menyusuri jalan. Tempat yang dia tuju adalah tempat yang sering
dia kunjungi di waktu luangnya sejak dia kembali ke Jepang. Hari ini dia
berjalan kaki menuju tempat yang biasanya dia datangi dengan sepeda. Dia
memang menuju ke sana, tapi...
Dia memasuki toko aksesoris yang berada di sisi kanan jalan seolah-olah
dirinya tersedot ke dalamnya. Setelah sepuluh menit kemudian, dia lalu
meninggalkan toko tanpa membeli apa-apa... Ketika dia seharusnya pergi ke
kanan dan kembali ke jalan semula, dia justru berbelok ke arah kiri tanpa
ragu-ragu. Dia terus berjalan selama beberapa menit…
“… Ara?”
Dan tetap saja, tanpa ragu-ragu, dia mulai berjalan ke arah yang salah. Ya,
pada kenyataannya, Maria itu ... orang yang selalu tersesat dan buta arah.
Dia biasanya memberi tahu teman dan keluarganya bahwa dia suka
berkeliaran di sekitar kota, tapi dalam kenyataannya, sekitar sebagian besar
waktunya dia itu tersesat begitu saja. Meskipun dia menolak untuk
mengakuinya. Itu karena……
Maria juga merupakan pemilik keajaiban, yang meskipun mengidap buta arah
yang parah, tapi entah bagaimana berhasil mencapai tujuannya*. Tiba-tiba,
pemandangan yang familier menarik perhatiannya saat melihat ke samping,
dan Maria memiringkan kepalanya sedikit ketika menuju ke arah itu. Di sana,
ada alun-alun dengan banyak peralatan bermain di tepi taman besar. (TN:
Zoro, is that you :v)
Tanpa ragu-ragu, Maria melintasi area tengahnya dan berdiri di depan taman
bermain berkubah besar dengan lubang berbagai ukuran dan naik ke atasnya.
Kemudian, dia duduk di atas selembar vinil di tempat dan melihat sekeliling
sekali, seolah-olah sedang mencari sesuatu.
“Baiklah, tidak masalah. Aku akan menunggu, oke? Karena takdir adalah
sesuatu yang harus kamu raih.”
“Maria onee-chan~!”
“Yosh~ hari ini kita bermain apa? Onee-chan tidak akan kalah, loh~?”
Setelah dengan riang menyatakan itu, Maria mulai bermain sekuat tenaga
dengan anak-anak SD tersebut. Mereka bermain petak umpet menggunakan
seluruh taman besar, dan ketika merasa lelah, mereka dapat bermain game
Dia melambai kembali pada mereka, dan ketika keberadaan anak-anak itu
hilang dari pandangannya ...... Maria melihat kembali ke peralatan bermain
yang berbentuk kubah dan tersenyum sedih. Perasaan hati Maria menjadi
bahagia sekaligus menyakitkan saat melihat ilusi anak laki-laki
kesayangannya yang dulu ada di sana.
Pada saat itu, angin kencang tiba-tiba bertiup, dan Maria dengan cepat
memegangi rambutnya dan memalingkan wajahnya. Kemudian, ketika dia
mengalihkan pandangannya ke arah peralatan bermain lagi, ilusi anak
laki-laki itu sudah menghilang.
“Yah, kurasa aku juga mirip. Aku yakin kalau aku menghabiskan waktu yang
cukup berarti.”
Di dalam kamar kaum pria di lantai dua vila. Ada percakapan sepele yang
terjadi di antara dua pria yang duduk saling berhadapan di dua tempat tidur
berdampingan. Cuma ada dua pria di sini, dan meskipun seharusnya ada
banyak hal yang bisa dibicarakan, tapi saat ini mereka tidak terlalu tertarik
untuk melakukan percakapan. Begitulah seharusnya. Karena 80% dari
kesadaran mereka berdua … terutama Touya, sedang diarahkan ke dapur yang
ada di lantai bawah.
Di dalam area dapur yang luas di vila keluarga Kenzaki. Di sana sekarang
terjadi pertempuran khusus di antara lima gadis. Meski terdengar berlebihan,
tapi yang terjadi pada dasarnya adalah pertarungan kuliner. Semuanya
bermula ketika mereka sedang di dalam kereta yang menuju tempat tujuan.
Atas saran Yuki, para gadis memutuskan untuk menyiapkan masing-masing
satu hidangan untuk makan malam hari ini. Dan karena cuma melakukan itu
saja akan terasa membosankan, jadi mereka memutuskan untuk
merahasiakan siapa yang membuat hidangan tersebut dan meminta kedua
pria itu memilih hidangan mana yang terbaik ..... Saran tersebut segera
disetujui, terutama oleh Chisaki, yang terlihat sangat antusias, dan begitulah
yang sebenarnya terjadi.
“...”
“Hmm?”
“……tidak pernah.”
“Ohh ...”
Untuk saat ini, mereka setidaknya disuruh untuk memilih hidangan mana
yang paling enak, tapi masih ada kemungkinan kalau mereka akan ditanya
“Entahlah? Tetapi fakta bahwa kami belum pernah membicarakan hal itu
sebelumnya, ada kemungkinan memang begitu ...”
“... Chisaki selalu refleks antusias saat berhubungan dengan kompetisi atau
pertandingan.”
“Ahh....”
“O-Ohhh, begitu ya... maksudku, apa kamu pernah mencoba masakan dari
mereka bertiga?”
“Y-Yah, karena Yuki dan Ayano adalah teman masa kecilku. Sedangkan Alya,
aku cuma pernah mencicipinya sekali ...”
“Oleh karena itu … Adapun masakan mereka bertiga, Aku akan memberi
aba-aba kepada Ketua setelah sudah mengetahuinya. Setelah masakan mereka
bertiga diketahui, pilihan yang tersisa tinggal milik Sarashina-senpai dan
Masha-san. Seandainya Ketua salah menebak yang pertama kali, Ketua masih
bisa menindaklanjuti pada masakan lainnya. ‘kan?”
“Menambahkna mayones ke dalam hidangan apa pun ... bukan krim asam atau
semacamnya? Tidak, aku belum pernah mendengarnya, dan kakekku yang
pernah ke Rusia juga tidak pernah menyebutkan itu ...”
“Kalaupun makanan untuk turis tidak seperti itu, mungkin saja itu masakan
rumahan?”
“Hmmm~~ seberapa jauh kita bisa mempercayai informasi dari TV .... selain
itu, Rusia merupakan negara besar, iya ‘kan. Bahkan di Jepang, budaya
makanannya sangat berbeda antara Kanto dan Kansai. Terutama dengan
negara yang sebesar itu, pasti budaya makanannya lebih beragam, ‘kan?”
“Hmm …. Benar juga. Kalau dipikir-pikir lagi, aku tidak bisa menyangkal
bahwa “orang Jepang menyukai kecap asin”, tapi jika ada yang bertanya
apakah orang Jepang akan menambahkan kecap asin ke dalam hidangan
apapun, aku pasti akan menjawab tidak..... .”
“Kalau cuma ditutupi dengan mayones saja sih aku takkan menyukainya.”
Masachika juga tersenyum kecil pada Touya yang tersenyum getir. Setelah itu,
Masachika menatap pintu kamar dan melirik wajah Touya.
“Kita cuma pergi kamar mandi saja, kok. Mungkin kita bisa mendapatkan
petunjuk setelah mendengar bunyi dan suara yang keluar dari sana, ‘kan?”
Apa itu bunyi pisau yang memotong sesuatu dengan ritme stabil?
Shuwaaaaaa... Ada juga bunyi sesuatu yang dimasak di penggorengan.
Kemudian tiba-tiba terdengar suara Maria, dan mereka berhenti untuk
mendengarkannya dengan teliti.
“Benar sekali.”
Suara Maria dijawab olrh suara Ayano dan Chisaki, dan kemudian diiringi
dengan suara ‘gosugosu’ yang terus berlanjut. Saat Masachika dan Touya
memiringkan kepala mereka pada suara yang tidak bisa dijelaskan, semua
suara yang datang dari dapur tiba-tiba menghilang. Dan, seketika kemudian...
“Sebenarnya, akan lebih baik untuk mengaduknya dengan sedikit lebih keras
lagi.”
“Mengaduk ......? ...... Bukannya ini terlalu lunak karena gampang sekali
dipotong begini? Ini bisa lebih gigih lagi. Ayo, ayo dasar kroco~ dasar kroco~”
…….. entah kenapa, dari suaranya saja sudah terdengar kacau balau. Terutama,
masakan Chisaki. Ketika berbalik, Touya sudah benar-benar berpaling
darinya. Masachika juga sangat memahami perasaan itu.
“...”
“...”
“Upss, maaf.”
“Maaf ya?”
Masachika tidak punya pilihan lain selain meminta maaf dengan jujur
mmengenai perihal ini. Pada saat yang sama, jika Ia menundukkan kepala
sambil bertanya, “Jika aku memintanya dengan tulus, apakah aku diizinkan
untuk menyentuhnya?” ….. Gunung megah Alisa secara alami memasuki
bidang penglihatannya.
(Tidak, yah, aku baru saja menyentuh tempat yang lebih menakjubkan secara
kasar, ‘kan?)
Mau tak mau pemikiran semacam itu terlintas di kepalanya. Pada saat yang
sama, pikiran “Ohh, kali ini kamu mengenakan pakaian dalam dengan benar”
kembali muncul di benaknya.
Seolah-olah bisa membaca pikiran Masachika, pipi Alisa berkedut jijik dan
melirik Masachika dengan tatapan menghina. Dia mundur sedikit sembari
menutui dadanya dengan kedua tangannya, dan melontarkan sumpah serapah
yang menjijikkan.
“Kesampingkan aku, Ketua akan mendapat masalah jika tidak bisa menebak
dengan benar masakan Sarashina-senpai, ‘kan? Jadi aku cuma berpikir untuk
melakukan sedikit pengintaian demi membantunya ...”
“Hmm?”
“Lagipula, bahkan jika dia kalah, dia bisa berusaha lebih keras lagi lain kali
supaya bisa dipilih berdasarkan kemampuannya sendiri, bukan?. Jika dia tidak
dinilai berdasarkan kemampuannya, dia akan kehilangan kesempatan untuk
berkembang.”
“Yah, jangan khawatir. Aku akan memberimu penilaian jujur tanpa prasangka.
Bahkan jika aku mengetahui yang mana masakanmu, aku takkan mengubah
penilaianku.”
“Ara, memangnya kamu bisa menebak yang mana masakanku? Padahal kamu
baru memakannya dua kali?”
“Mungkin saja bisa, loh? Karena aku sudah memahami beberapa kebiasaan
dari dua kali memakan masakanmu.”
“Hmm~?”
Tanpa disadari, Masachika merasa kalau dirinya dalam aliran untuk mencari
tahu masakan rekannya juga Namun, Ia awalnya ditugaskan dengan misi
untuk mencari tahu masakan Chisaki. Meskipun ditambah menjadi dua orang,
itu sama sekali tidak banyak berubah.
“Yah baiklah, tanpa diberitahu sekali pun, meski kamu bisa mengetahui yang
mana hidanganku, kamu tidak perlu mencari tahunya segala, ‘kan?”
...lalu Ia mendengar kejutan tak terduga dari belakang dalam kalimat bahasa
Rusia yang mirip seperti “pernyataan cinta” dari seorang gadis agresif, dan
langkahnya sedikit terhuyung.
◇◇◇◇
Satu jam kemudian, Touya dan Masachika duduk di sekitar meja makan, dan
Yuki berbicara untuk mewakili yang lainnya. Dan setelah itu, para gadis,
termasuk Yuki, segera terdiam. Rupanya, mereka berniat untuk tidak
berkomentar atau bereaksi saat para cowok itu memakannya agar tidak
memberi mereka petunjuk tentang hidangan mana milik siapa.
““......Itadakimasu ””
(Untuk saat ini ... tidak ada masakan yang ditambahkan dengan mayones, ya)
(Syukurlah ... aku tidak melihat adanya hidangan dimosaik yang biasanya
muncul di dalam manga)
Di sisi lain, tidak ada hidangan yang bisa langsung diketahui siapa yang
membuatnya hanya dengan melihatnya saja.... Bila dilihat secara sekilas,
nama-nama hidangan yang disajikan dari kiri ke kanan ialah nasi goreng,
ayam goreng, gyoza rebus, steak hamburger, dan ... Sup misterius.
Mangkuk besar diisi sampai penuh dengan sup hitam kemerahan. Roti Prancis
yang dipotong disajikan bersama hidangan, dan ternyata roti tersebut perlu
dicelupkan ke dalamnya. Ada irisan tomat kecil di dalamnya, jadi mungkin
warna merahnya berasal dari sana... tapi entahlah. Ada juga semacam irisan
lemon yang mengambang di dalam sup tersebut.
(Karena ada irisan lemon, apa itu berarti sup dingin? Tidak, sup itu mengepul
... yah, sup dengan irisan lemon dan tomat pasti rasanya cukup asam ... yup,
aku tidak punya keberanian untuk mencicipi itu dulu)
Masachika sampai pada kesimpulan itu, lalu bertukar pandang dengan Touya,
dan dengan ringan berkomunikasi dengannya. Touya menarik sepiring ayam
goreng dan meletakkannya di piring kecil untuk mereka masing-masing.
(Hidangannya tampak biasa saja... hiasannya ada selada dan bawang, ya. Yah,
ayam goreng biasanya tidak punya tambahan aneh-aneh.)
Mereka berdua secara alami memberikan kesan mereka. Pada saat yang sama,
Masachika dengan cepat melirik reaksi para gadis, tapi sayangnya …. mereka
tidak bereaksi sama sekali.
Lain kali, jika membungkusnya dengan selada dan bawang, rasanya pasti akan
enak juga. Karena ayam gorengnya memiliki rasa yang kuat, sehingga cocok
dipadukan dengan sayuran.
(Yah, rasa ini sendiri mungkin dibuat dengan semacam kaldu ayam goreng
yang sudah jadi...tapi lumayan sulit juga untuk menggoreng makanan yang
renyah. Kurasa orang yang membuat ini pasti pandai memasak, ‘kan?)
(Bahan-bahannya terdiri dari ...telur, daun bawang, kol, pempek... enggak ada
dagingnya, ya? Rupanya ini nasi goreng yang cukup sederhana.)
(Yah, mungkin rasanya enak karena bisa memakannya tanpa merasa bosan,
tapi ... aku ingin ditambahkan dengan acar lobak atau semacamnya)
Sambil memikirkan itu di dalam hatinya, nasi gorengnya sendiri tidak buruk
hanya karena itu bukan favoritnya, jadi Masachika cuma mengatakan
“Rasanya lezat” untuk pujian formal. Gadis-gadis yang berdiri di sanau masih
tidak bereaksi.
(Waduhhh ... kurasa ini lebih sulit dari yang kuduga? Seandainya saja Alya dan
Masha-san memasak makanan Rusia yang mudah dipahami ...)
Seketika itu juga, kilatan inspirasi seperti wahyu ilahi terlintas di benak
Masachika.
Ia tidak langsung menyadarinya karena terlihat seperti gyoza rebus biasa. Tapi
mungkin, tidak diragukan lagi. Ini bukan gyoza rebus, melainkan...
(Kalau tidak salah, Jii-chan pernah bilang kalau pelmeni bisa diisi berbagai
macam bahan ... begitu ya, jadi ini ...)
Jadi ada kemungkinan besar bahwa ini hidangan Alisa atau Maria. Rasanya
sendiri adalah sesuatu yang belum pernah Masachika rasakan, jadi seharusnya
mana mungkin itu buatan Yuki atau Ayano.
(Apa nenda hijau yang mengambang di permukaan itu ... kemangi? Tidak, aku
tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya ...)
Pada saat itu, Masachika dibuat kaget. Touya, yang di sebelahnya, juga
melebarkan matanya karena terkejut. Hal itu menunjukkan betapa tak terduga
rasa dari sup tersebut. Singkatnya, rasanya ...
Tapi rasanya lezat. Hidangan ini benar-benar enak. Kali ini, Ia mengambil
sepotong roti Prancis, mencelupkannya ke dalam sup, dan memakannya.
Dengan setiap gigitan roti, kaldu yang meresap ke dalam adonan kasar roti
Prancis merembes keluar. Keasaman sup yang sedikit lebih kuat dipadukan
dengan manisnya roti menciptakan sinergi kelezatan.
(Ini luar biasa sekali ... Eh? Apa jangan-jangan yang ini juga ...?)
Bahkan jika sup ini adalah makanan Rusia, apakah orang rusia asli, Alisa dan
Maria, akan menyajikan kombinasi ini untuk makan malam? Sebaliknya, jauh
lebih wajar untuk menganggapnya sebagai sesuatu yang dibuat oleh orang
yang punya pengetahuan setengah-setengah yang memeriksa resepnya
melalui internet dan membuatnya demi gangguan ...
(Yah ... pokoknya, lebih baik memikirkan itu setelah memakan hidangan
terakhir)
Hal terakhir yang tersisa adalah steak hamburger ala Jepang dengan parutan
lobak dan pasta kacang merah di atasnya. Hiasannya terdiri dari jamur,
brokoli, dan paprika. Salah satunya cukup besar, jadi Ia memutuskan untuk
memotongnya menjadi dua dan membaginya dengan Touya.
(Hidangan ini mirip seperti ayam goreng tadi, tampilannya tidak terlalu khas,
tapi.....)
Itu adalah hidangan steak hamburger biasa tanpa keju di dalamnya. Saat
mencoba memakannya, rasanya juga biasa-biasa saja, tapi tetap enak.
“Aku biasanya memakannya dengan saus demi-glace atau tomat, tapi ala
hamburger ala Jepang juga terasa lezat.”
Lobak parut yang telah menyerap banyak pasta kacang terasa manis dan
sangat cocok dengan steak hamburger. Rasa dari hamburger itu sendiri
Masachika tidak bisa merasa yakin karena belum pernah memakannya. Seraya
merasa bimbang, Masachika menghabiskan porsinya dan meletakkan
sumpitnya.
Dan ketika Touya selesai makan, Yuki berteriak gembira. Akhirnya, sudah
waktunya untuk momen yang menentukan, tapi …... Masachika belum bisa
mengidentifikasi masakan Chisaki.
(Kupikir satu-satunya hal yang membedakan adalah pelmeni itu ... aku yakin
kalau Alya atau Masha-san yang membuatnya. Dan sup misterius itu
sepertinya juga sama ... tapi aku tidak bisa menyingkirkan kemungkinan
bahwa Yuki yang membuatnya ......)
Yang jelas, kedua hidangan itu mana mungkin dibuat oleh Chisaki. Informasi
tersebut lalu disampaikan kepada Toya dengan memberi isyarat padanya di
bawah meja..
Namun yang tersisa hanyalah ayam goreng, steak hamburger, dan nasi
goreng, tiga hidangan yang paling disukai anak cowok di dunia. Dan tidak ada
perbedaan yang signifikan dalam kesempurnaan dari ketiga masakan ini.
Menurut selera Masachika, hidangan nasi goreng berada satu tingkat di bawah
...
Jika itu yang pertama, ada kemungkinan besar kalau itu masakan Chisaki. Tapi
jika yang terakhir .. ...
“Horeeeee!”
“Syukurlah. Selamat.”
Sambil bertepuk tangan dengan para gadis, Masachika tersenyum dengan cara
yang berbeda.
(Apaan, ternyata Ketua tidak membutuhkan saran dariku ... haha, aku
bentar-benar tidak tahan dengan ini~)
Entah kenapa ... dalam artian yang berbeda dari makanan, Ia sudah merasa
kenyang.
“Begitu ya ... kurasa itu sepadan untuk berlatih keras cuma demi memasak
ayam goreng.”
“Hmm? Cuma?”
“Fufufu, jika rasanya memang seenak itu ... aku akan terus membuatnya
untukmu, oke?”
“Hmm~ ...”
“Jika borscht mirip seperti sup misonya orang Rusia, maka solyanka mirip
seperti hidangan sup babi Rusia?”
Masachika menunjuk nasi goreng dan berkata begitu sambil menatap Ayano,
kemudian Ayano membalasnya dengan mengangguk dan menunduk sedikit.
“Sudah kuduga. Kamu sengaja membuat rasanya jadi lebih ringan karena yang
lain membuat lauk pauk yang cukup beraroma kuat, ‘kan?”
“Ya ... saya pikir lebih baik memasak hidangan yang bisa dimakan dengan
hidangan lain.”
“Yah, kupikir kamu berusaha untuk menang kali ini. Sepertinya kamu sengaja
menyamarkan itu dengan ringan, ‘kan?”
(Tapi, yah, berkat sup misterius itu ... apa namanya tadi … Solyanka? Aku bisa
mengidentifikasinya karena tahu kalau itu masakannya Masha-san, sih?)
“Pada awalnya, aku pikir kalau itu cuma gyoza rebus biasa, tapi ... setelah
memakannya, aku langsung mengenalinya. Ini hidangan pelmeni, iya ‘kan?”
Seketika itu juga, suasana canggung yang mengejutkan terjadi di ruang tamu.
Kamp pelatihan OSIS yang diadakan di vila keluarga Kenzaki. Pada malam
pertama menginap. Di dalam kamar tempat tinggal tiga gadis kelas satu, Yuki
yang mengenakan piyama dan duduk di tepi tempat tidur, berteriak gembira.
Di sisi lain, Alisa yang mengenakan piyama juga dengan ragu menanggapi dan
membuka mulutnya.
“Apa enggak apa-apa ... di atas tempat tidur, melakukan hal seperti ini ...”
Namun, Yuki yang duduk di seberang meja samping Alisa, membawa kue
choco chips ke dalam mulutnya seolah-olah untuk menenangkannya. Ayano
yang duduk di sebelahnya, juga mengambil donat mini yang dibungkus satu
per satu dan memasukkannya ke dalam mulutnya dalam sekali gigitan,
berusaha untuk tidak menumpahkannya. Kenapa tidak ada suara ketika
membuka bungkusnya itu masih menjadi misteri. Ngomong-ngomong, tidak
...... Bila dipikir-pikir lagi dengan tenang, melihat bagian perut Ayano
sekarang sama sekali tidak bisa dijadikan acuan. Asupan kalori yang dia
makan sekarang akan berpengaruh sampai besok, tapi Alisa berpaling dari
fakta itu.
“... Yah, mungkin ini bisa kuanggap sebagai hidangan penutup setelah makan
... lagipula, aku juga sudah banyak berolahraga di pantai hari ini.”
“Pada akhirnya, kita kalah dari para senpai ... jadi sebagai hadiah hiburan, ayo
kita bersulang.”
“Apa-apaan itu?”
Mereka bertiga yang hadir di sana tahu kalau mereka tidak benar-benar serius
mengatakan itu, tapi Ayano yang tidak bisa menjelek-jelekkan majikannya
meski itu cuma sekedar bahan candaan, terlihat agak bermasalah dan gelisah.
Melihat reaksi Ayano yang seperti itu, Yuki tersenyum dan menoleh ke
arahnya.
“Ehh!? Tidak, tidak, hal semacam itu ... Masachika-sama merupakan orang
yang benar-benar baik hati dan luar biasa ...”
Alisa bergumam pada dirinya sendiri karena sedikit kesal pada gambaran yang
muncul di kepalanya. Namun, Ayano berkedip berulang kali seolah-olah tidak
memahami apa yang dibicarakan, dan bertanya sambil memiringkan
kepalanya.
“I-Iya, setiap kali ada sesuatu yang terjadi, Ia selalu mengejekku ...”
“Hmm?”
“Bukan apa-apa, kok? Yah, ini mirip seperti mata dibalas mata dan gigi
dibalas gigi, jadi bukan yang seperti itu.”
“??”
Alisa dengan ringan berdeham pada Yuki yang sepertinya tidak bisa mengikuti
percakapan..
“Ah... yah. Aku sih biasanya mengabaikan mereka. Memangnya mereka pikir
mereka akan disukai setelah melakukan sesuatu yang mengganggu gadis yang
mereka suka?”
Yuki tertawa kecil kepada Alisa, yang mendengus sebal setelah mengatakan
sesuatu yang tanpa ampun.
“Yah, mau usia berapapun, anak cowok selalu saja terkadang terlihat
kekanak-kanakan.”
“Betul sekali. Walaupun sudah SMA, Ia tidak bisa tenang sama sekali, dan
selalu melakukan hal-hal bodoh.”
“Fufufu, tapi saat melihat anak cowok melakukan hal bodoh satu sama lain,
pasti terkadang membuatmu berpikir kalau itu terlihat menyenangkan,
bukan~?”
“Ahh, memang benar kalau melanggar peraturan sekolah itu tidak baik. Tapi
menurutku itu masih lucu jika cuma membawa manga saja, sih.”
“Hmmm~ hal semacam itu memang membuat gadis-gadis merasa risih .....
Berbicara tentang merasa risih, kamu pasti tidak ingin mereka bergosip
tentang gadis mana yang paling imut dan mana yang memiliki payudara
besar, iya ‘kan~...... Kamu bahkan masih bisa mendengarnya dengan normal
meskipun mereka sudah berbisik-bisik.”
“Benar sekali ... dan kalau didengar baik-baik, mereka selalu membicarakan
gadis dua dimensi. Hal itu benar-benar membuatku merasa muak.”
“...? Itu benar. Kadang-kadang mereka akan berdebat tentang siapa yang
menjadi karakter favorit mereka dalam tayangan anime yang populer, iya
‘kan.”
“Betul, betul. Lagipula, hal itu cuma fiktif, ‘kan? Seriusan deh, aku sama sekali
tidak paham kenapa Ia begitu terobsesi dengan hal semacam itu. Setiap kali
memutar gacha, Ia akan merasa senang atau sedih tergantung pada apakah
karakter favoritnya muncul atau tidak…..”
Sambil menjawab seperti itu, Yuki merasakan kecurigaan yang tumbuh dalam
dirinya. Kecurigaan tersebut ialah ….
(Ehh? Kami sedang membicarakan anak cowok pada umumnya, ‘kan? Apa ini
cuma perasaanku saja? Sejak dari tadi, Alya-san sepertinya cuma
membicarakan tentang Onii-chan melulu...)
“Berbicara tentang anak cowok, mereka selalu tidak kooperatif saat ada jadwal
piket, iya ‘kan.”
“Mereka pasti tidur setelah jam pelajaran olahraga atau jam pelajaran lainnya,
iya ‘kan?”
Tanpa disadari, Ayano sudah membuka bungkusan baru yang berisi donat
mini dan memegangnya di perutnya. Jangan bilang, alasan dia membeli dua
bungkus donat mini dalam perjalanan belanja pagi tadi karena dia bermaksud
memakan semuanya sendirian?
“Sama seperti Churros di taman hiburan tempo hari, ...... kamu sangat
menyukainya, ya? Kue yang digoreng.”
“I-Iya...”
“Aku? Hmmm ... mungkin cokelat? Pada dasarnya aku suka yang
manis-manis, sih.”
Alisa bergumam begitu dan memberi Ayano pandangan penuh arti. Di sisi lain,
Ayano juga menanggapinya dengan berkedip penuh makna. Yuki tidak
memahami arti dari pandangan itu, tapi dia merasakan ada semacam ikatan di
antara mereka berdua ketika mereka saling menatap dan memiringkan
kepalanya sedikit.
(Apa ini... persahabatan? Tidak, lebih tepatnya ini mirip seperti kawan
seperjuangan ... tidak, ini apa-apaan sih?)
“Bukannya panggilan semacam itu sangat aneh, padahal kita tinggal dalam
satu kamar begini? Kurasa kita harus berhenti memanggil dengan nama
keluarga dan mulai memanggil dengan nama masing-masing satu sama lain.”
“Saya juga ..... bila Alisa-sama merasa tidak masalah dengan itu.”
Di hadapan Yuki, yang di dalam hati membuat candaan semacam itu, Alisa dan
Ayano bertukar pandang seolah-olah sedang curi-curi pandang. Dan
kemudian, Alisa membuka mulutnya dengan sungkan.
(Fumu, Apa ini Alya x Ayano? Atau mungkin Ayano x Alya? Yang mana pun
sama-sama bagus ... lebih tepatnya, aku ingin ikut menjadi bagian dari mereka
juga. Jika ada cowok yang terjebak dalam yuri akan dibunuh, tapi jika seorang
gadis yang terjebak dalam pasangan yuri pasti akan dimaafkan, ‘kan? Kalau
perlu, bagaimana kalau sekalian melibatkan Masha-san juga yang sangat
menyukai Alya-san?)
“? Yuki-san?”
Ketika Alisa memberinya tatapan curiga saat dia memiliki fantasi yuri, Yuki
segera menanyakan pertanyaan yang muncul di benaknya.
“Oh iya, Alya-san. Mengapa kamu sangat menolak begitu keras untuk
sekamar dengan Masha-senpai?”
“Ehh?”
“... Masha tuh selalu tidur dengan bantal yang sangat besar ... atau lebih
tepatnya boneka binatang yang besar? Jadi ketika dia bepergian dan tidak
Ketika Yuki bercanda mengatakan itu, Alisa mulai membayangkan adegan itu,
dan tertawa kecil.
“Fufufu, itu benar. Mungkin saja dia akan ditendang dari tempat tidur.”
“Bagus tuh. Aku berharap kalau dia belajar dari kejadian itu dan jangan pernah
menggunakan orang sebagai bantal guling lagi.”
Sambil tertawa bersama Alisa, Yuki berpikir dalam hati, “Dijadikan bantal
guling oleh Masha-senpai? Kalau gitu, aku akan dengan senang hati menjadi
bantal gulingnya.” Begitu bunga lili mekar di otak, sepertinya hal itu lumayan
sulit untuk dihilangkan.
Setelah itu, Alisa dan Ayano, yang kelihatannya merasa sedikit lebih dekat
karena perubahan cara panggil mereka, mulai berbicara satu sama lain sedikit
demi sedikit. Perlahan-lahan, mereka bertiga bisa mengobrol santai layaknya
gadis normal pada umumnya.
“Topik utama?”
“???”
“Kalian berdua masih belum memahaminya? Topik utama dari pesta tidur
tentu saja tentang obrolan kisah cinta!”
“……Apa iya?”
“!!”
Pipi Alisa berkedut ketika mendengar perkataan “teman” dari mulut Yuki.
Kemudian, dia mengalihkan pandangannya darinya dengan ekspresi yang
tidak terlalu tertarik dan perlahan-lahan menyisir rambutnya ke belakang.
“Engg …hmm~? Begitu? Kalau gitu yah... ayo kita lakukan? Obrolan tentang
cinta.”
“Kalau begitu ... mari kita mulai dengan tipe cowok ideal.
Ngomong-ngomong, tipe cowok idealku adalah orang yang pengertian dan
baik hati. Bagaimana dengan Ayano?”
“Kalau saya ... benar juga. Mungkin cowok yang selalu mengajak saya
merupakan tipe ideal?”
“Ahh~, Ayano bukan orang yang tegas, sih ... Alya-san sendiri gimana?”
“Hee~”
“... Bukannya itu berarti seseorang yang mirip denganmu adalah tipe cowok
ideal Alya-san?”
“Yah, itu benar. Bukannya itu penting untuk memiliki nilai derajat yang
sama?”
“Itu memang benar sih, tapi …... mengingat kepribadian Alya-san, tipe orang
seperti itu mungkin bisa menjadi saingan yang baik, tapi kupikir kamu takkan
mengembangkan perasaan romantis untuknya .....”
“Tidak, dalam kasus Alya-san, kamu mungkin akan mengakui dan bersaing
dengan cowok tersebut, tapi kamu takkan pernah bergandengan tangan
dengannya ...”
“... Ketika mendengarmu bilang begitu, mungkin itu ada benarnya juga. Jika
begitu, maka ... orang yang masih bisa kuhormati, tapi mempunyai sifat yang
cukup ramah ... Yah, orang yang sedikit luar biasa sampai tidak bisa
disaingi…..”
“... Yah, itu sama sekali tidak penting. Lebih dari itu, mengenai tipe cowok
ideal Yuki-san ...”
“Ya?”
Tak diragukan lagi dalam benak Yuki kalau Alisa menaruh perasaan kepada
Masachika.
(Fumu .... Aku bisa saja mengatakannya dengan tegas, “Aku cuma
menunjukkan kasih sayang antar keluarga kepada Masachika-kun, loh~?”)
Alisa pastinya akan merasa lega jika dia mengatakan itu. Membeberkan
hubungan ikatan darah mereka memang terdengar cukup menarik bagi Yuki,
tapi….
Dengan senyum iblis dalam hati, Yuki hanya menunjukkan senyum penuh arti.
“Hmm, entahlah~?”
“Kamu malah bertanya balik ... Bukankah gunanya obrolan cinta untuk
membicarakan itu?”
(Kufufu, dia salah paham, dia salah paham. Yah begitulah~ jika ada gadis yang
berperilaku malu-malu begini, kamu biasanya berpikir, “Apa kamu tidak
berani mengatakanyan ...?” iya ‘kan~)
Yuki tertawa jahat dalam hati pada kenyataan bahwa dia mampu mengundang
kesalahpahaman. Semua ini demi mempermainkan Alisa …... bukan, semuanya
demi bisa membantu kehidupan asmara kakak tercintanya. Karena kehadiran
saingan selalu bisa mempercepat perkembangan cinta. Yuki tak segan-segan
memainkan peran sebagai saingan demi memajukan kemajuan asmara antara
kakaknya dan Alisa.
Yup ... mungkin semua itu demi kesenangannya sendiri. Diiringi dengan
senyum jahat yang terlihat seperti iblis di dalam batinnya, Yuki berpura-pura
menjadi gadis polos dan menengok ke arah Alisa.
“Kalau begitu, jika Alya-san mau cerita duluan, aku juga akan
menceritakannya, loh?”
“Ehh?”
“Ehh, benarkah?”
“Apaan sih ... tidak masalah, ‘kan? Meski tidak pernah merasakan jatuh
cinta.”
“Tentu saja tidak masalah, tapi ..... karena Alya-san sangat populer, jadi
kupikir kamu mungkin pernah mengalaminya setidaknya sekali.”
“Sama sekali tidak pernah... Lagian, bukan berarti orang yang memiliki
banyak pengalaman asmara terlihat jauh lebih baik, bukan? Entah kenapa, ada
semacam kecenderungan sosial, kalau seseorang tidak punya pengalaman
cinta, mereka akan diejek atau diolok-olok .... sebenarnya apa-apaan sih,
itu?”
“Uh, ummm~ ... yah, memiliki banyak pengalaman cinta berarti kamu
memiliki pesona feminin ... Ada juga orang-orang yang cuma ingin merasa
superior, sehingga mereka bisa mengungguli orang-orang di sekitar mereka.”
“Dari sudut pandangku, tipe orang semacam itu sepeti mengakui kalau
mereka tak menjaga kesucian mereka sendiri.”
“Ummm ... apa jangan-jangan, Alya-san merupakan tipe gadis yang semacam
itu? Tipe yang meyakini kalau kamu harus menjaga kesucianmu sampai kamu
menikah?”
“Itu sih tentu saja. Obrolan tentang cinta memang seperti itu, ‘kan?”
“Uh, ummm~ ... aku takkan mengatakannya sampai sejauh itu sih, tapi
menurutku, hanya orang-orang yang sudah berkomitmen satu sama lain yang
akan melakukan hal seperti itu?”
Mungkin merasa malu dengan apa yang dia katakan, Alisa menajamkan
pandangannya sementara rona merah di pipinya semakin meningkat, dan dia
terus berbicara dengan nada yang lebih kuat.
“Maksudku, gadis mana pun akan memimpikan itu, ‘kan? Pertama kali jatuh
cinta kepada seseorang, lalu berpacaran dengan seseorang yang kamu cintai
untuk pertama kalinya, dan kemudian menikah dengan orang tersebut, lalu
menghabiskan sisa hidupmu dengannya!”
“Hmm……”
Berpacaran dengan orang yang kamu sukai untuk pertama kalinya, memadu
kasih dengan lancar tanpa saling berselingkuh, lalu menikah dalam beberapa
tahun kemudian, dan hidup bahagia selamanya~ ... bisa dibilang, itu adalah
perkembangan yang bisa digambarkan sebagai jalan super mulus di manga
shoujo. Jadi, bukannya dia tidak memahami kalau pernyataan itu
mencerminkan cita-cita semua gadis di dunia. Namun ...
(Di beberapa belahan dunia, ada juga gadis yang idealnya ingin menjadi
populer dan dimanjakan oleh pria yang baik, dan ada banyak gadis yang
menganggap kalau pernikahan adalah tentang uang, bukannya cinta .....
Sebaliknya, gadis-gadis yang berpegang teguh pada cinta murni cukup langka
di jaman sekarang, bukan?)
“Ah, tidak, bukan apa-apa ... aku hanya berpikir kalau Alya-san ternyata otak
manga shoujo yang sangat romantis dan gadis bucin yang polos.”
“....”
Perkataan Yuki yang agak tersirat membuat Alisa berpikir dalam hati, “Entah
kenapa, aku merasa sedang diejek?” dan mengerutkan keningnya. Namun
untuk membahasnya, Alisa masih sedikit enggan pada Yuki. Seandainya saja
“Fufufu, itu jalan pemikiran yang sangat bagus. Bukankah kamu juga berpikir
begitu, Ayano?”
“!!!”
“!!”
Ayano meraih cangkir di meja samping untuk mencari air. Namun, ketika dia
menyadari kalau di dalamnya berisi jus jeruk, dia mengangkat cangkir dan
segera berhenti bergerak. Karena tindakan menggabungkan donat manis
dengan jus jeruk merupakan di luar selera Ayano. Namun, ketika ditanya mana
yang harus diprioritaskan antara seleranya dan situasi dimana majikannya
sedang menunggu...!
“Tidak, Yuki-sama tidak perlu meminta maaf segala. Benar sekali. Saya
sepenuhnya setuju dengan pendapat Alisa-san. Setelah mengambil keputusan
yang mantap, saya akan mengabdikan diri sepenuhnya. Itulah idealnya.”
“…hmm?”
“Sudah kuduga, memang benar begitu, ‘kan! Mengabdikan diri pada satu
orang yang kamu sukai selama seumur hidupmu. Itulah yang harus dilakukan
seorang wanita!”
“Begitu……”
Ayano membuka mulutnya terhadap kata-kata Alisa ... dan tertegun. Pupil
mata hitamnya mengarah ke atas pada suatu sudut dan menelusuri setengah
lingkaran di sekitar langit-langit. Lalu dia memiringkan kepalanya.
“? Ayano-san?”
“Tidak ... saya merasa kalau saya tidak perlu terpaku pada satu orang ...”
“Ehhh.....”
Kali ini ucapan Ayano membuat Alisa tertegun. Ekspresi wajah Alisa
benar-benar mirip seperti “Aku dikhianati!”, tapi perkataan Ayano
selanjutnya membuat dia membelalakan matanya dengan lebar.
“Du-Dua orang?”
“Saya memang mempunyai satu tubuh, tapi jika berusaha keras, entah
bagaimana saya bisa menanganinya.”
Di dalam benak Alisa, dia membayangkan Ayano diapit oleh dua cowok di
kedua sisinya dan tertawa centil nan genit. Lebih jauh lagi, pernyataan Ayano
sendiri tentang “pada saat yang sama” memunculkan gambaran tentang
Ayano yang berurusan dengan dua cowok pada saat yang bersamaan ...... ketika
membayangkan itu, wajah Alisa langsung berubah merah padam. Kemudian,
Alisa menajamkan pandangannya dan secara refleks meninggikan nada
suaranya.
“Ja-Jangan, yang begitu tuh enggak boleh! Ah, enggak, kalau orangnya sendiri
setuju dengan itu sih tidak masalah, tapi ...... po-pokoknya, seorang pelajar
enggak boleh bersikap tidak bermoral seperti itu!”
“? Tidak bermoral?”
Alisa tak bisa berkata apa-apa lebih lanjut karena delusi mesum yang muncul
di dalam otaknya. Kebetulan, ketidakjelasan keseluruhan imajinasi bukan
karena pembatasan yang dipaksakan sendiri, tapi hanya karena kurangnya
pengetahuan Alisa. Bagaimanapun juga, batas pengetahuan Alisa di area itu
berada pada level manga shoujo, yang hanya menggambarkan bagian atas
tubuh mereka yang saling berpelukan..
Di sisi lain, melihat reaksi yang Alisa seperti itu, Yuki bisa membayangkan
adegan Ayano yang “Ahhhnnn~” atau “Iyaaaaannnn~~~” dari depan dan
belakang. Imajinasi yang ini memiliki adegan sempurna dalam setiap detail.
Di hadapan Yuki yang dengan kejam memilih untuk tetap diam, percakapan
dua orang yang tidak selaras itu masih terus berlanjut.
“Eh, ehhhhhhhhhhh~~~~!?”
(... Ya. Mungkin dia berusaha mengatakan kalau jika Alya-san menikahi
Onii-chan, dia juga akan memberikan dedikasinya padanya... Fatalnya,
kata-katanya masih kurang lengkap, sih.)
Yuki secara naluriah menatap Ayano dengan tatapan lembut, tapi Ayano
sepertinya tidak menyadari tatapan majikannya dan berkedip cepat
seolah-olah dia baru kepikiran mengenai sesuatu.
“Benar juga... kalau begitu, mungkin suatu saat nanti ada empat orang secara
bersamaan.”
Rupanya, itu sudah terlalu sulit untuk dipahami dan kali ini dia benar-benar
tertarik pada hal itu. Sambil tersipu, Alisa bersandar di tempat tidur dengan
mengerutkan alisnya. Di sisi lain, tatapan Ayano berkeliaran dengan wajah
tanpa ekspresi seperti biasanya.
“... Hmm, benar juga. Mungkin saya kira dua orang secara bergantian setiap
hari?”
“Tidak, tentu saja, jika semuanya tinggal bersama, itu berarti empat orang
pada saat yang bersamaan.”
“Ya, saya sudah menerima beberapa pelatihan dalam kasus seperti itu.”
“Puhahahahahahahaha...!”
“Mengurusnya ...?”
……Setelah itu.
Mungkin karena berlokasi di pedesaan dan fakta bahwa sekarang sudah pukul
setengah tiga sore, tidak ada penumpang lain di gerbong utama yang
ditumpangi Masachika dan anggota OSIS lainnya. Dan tidak ada percakapan di
antara anggota OSIS; satu-satunya suara yang terdengar hanyalah suara derap
kereta yang sedang berjalan.
(Yah, semua orang pasti merasa lelah, jadi kurasa wajar saja ...)
Tadi malam Ia begadang sampai larut malam di festival, dan pagi ini Ia
bermain-main sampai puas di pantai untuk terakhir kalinya. Setelah makan
siang, Ia membersihkan dan merapikan vila sebelum pulang menaiki kereta
api. Jadi, apa boleh buat jika Ia tertidur karena kelelahan. Memang apa boleh
buat, tapi...
“Uuu~~~n...”
Pipi Masachika berkedut pada keputusan adiknya yang berani dan keterlaluan
untuk tidur di bahunya. Dia mungkin memang mencoba untuk tidur tetapi
gaya tidur yang terlalu agresif ini jelas-jelas sangat berbahaya.
(Ini bukan cara tidur yang benar kecuali kita ini sepasang kekasih, tau! Kamu
pasti sengaja melakukan ini untuk pamer ke Alya, ‘kan!!)
Sambil berteriak di dalam hati seperti itu, Masachika melirik ke sisi kirinya.
Lalu disana juga ….
“Hmmm.”
Lengan Alisa juga terjerat di lengan kakaknya dan dia bersandar padanya.
“... Hah”
Segera setelah itu, Alisa menghela nafas pasrah dan berhenti melawan.
Kemudian, setelah melihat Yuki yang juga bersandar pada Masachika dan
mengerutkan alisnya sejenak, dia lalu tersenyum ironis.
Masachika tertawa canggung pada Alisa, yang mengatakan itu sambil melirik
Maria. Karena pemandangan kepala Maria yang bergerak di bahu Alisa
membuatnya mengingat kembali peristiwa kemarin pagi.
(Y-Yah, Masha-san yang mengigau memang terlihat luar biasa dalam banyak
artian...)
Dari lima orang yang duduk berdampingan, tiga lainnya (sepertinya) sedang
tidur. Tidak berlebihan untuk mengatakan kalau situasi sekarang cuma ada
mereka berdua. Ketua dan Wakil Ketua OSIS? Jika ada yang mencari mereka
berdua, mereka sedang duduk di kursi dua orang di bagian paling depan
gerbong, satu-satunya kursi yang menghadap ke arah perjalanan, dan terlalu
sibuk dengan dunia mereka sendiri.
Setelah itu, Touya dan Chisaki terus meledek mereka, lalu Yuki dengan sopan
membombardirnya dengan pertanyaan, jadi mereka tidak punya kesempatan
untuk berduaan.
Hari ini entah bagaimana mereka sulit untuk bertemu satu sama lain, jadi Ia
tidak berani berduaan dengannya ... dan ini pertama kalinya Ia berada dalam
situasi berduaan dengan Alisa sejak waktu itu. Kemudian, topiknya secara
alami tentang ...
Masachika merasa perutnya merasa mulas pada topik percakapan yang sudah
diduganya.
Masachika tahu itu, dan sebagai seorang pria, Ia juga memahami kalau dirinya
tidak boleh lari darinya.
(Yuki, nih adik tengil, aku yakin kalau dia masih bangun!)
Selama masih ada adik perempuannya yang bisa menguping dengan bebas,
topik itu sangatlah gawat. Super duper gawat. Jangan pernah sekali-kali
mengungkit topik ciuman, bahkan jika itu salah. Jangan pernah...……
“Um, ummm, aku belum benar-benar menyadarinya, tapi ... kurasa itu tidak
terlalu berbeda?”
“Benarkah? Ah, kalau gitu, apa nama kembang apinya? Semua kembang api
mempunyai nama yang cukup menarik di Jepang, tapi apa itu juga sama di
Rusia?”
Dari awal, kemampuan berbicara Masachika jauh lebih baik daripada Alisa.
Setelah kamu menguasai alur pembicaraan, mudah sekali untuk menghindari
topik tertentu.
“……Apaan sih.”
『Oi, oi, kamu mendadak kenapa, sih? Aku memahami perasaanmu yang ingin
memotretku, tapi …. Jika kamu ingin memotretku, bisa tidak kamu
melakukannya saat aku sedikit lebih modis? 』
“!!?”
Masachika mengangguk puas, dan Alisa, dengan ekspresi yang sangat tidak
biasa di wajahnya, mengajukan pertanyaan padanya saat dia menggeliatkan
pipinya dan berusaha mati-matian untuk menahan tawanya. Masachika lalu
menanggapi dengan tatapan yang agak jauh.
“Karena video ini, jika kamu masih bangun, kamu pasti akan bereaksi, ‘kan?
Kamu juga bereaksi seperti itu.”
“Ka-Kamu berani mengatakan itu sendiri? Atau lebih tepatnya, kamu masih
menyimpannya, ya ...”
“Te-Tentu saja enggak. Aku sudah menghapusnya dengan benar kok, enak
saja..”
“Lalu, yah ... maafkan aku. Karena aku masih belum yakin apakah kita sudah
berduaan, jadi itulah yang terjadi ... tidak, yang itu kedengarannya cuma
cari-cari alasan.”
Memang benar ada alasan yang seperti itu. Tapi pada kenyataannya... Ia tidak
memiliki keberanian untuk menghadapi perasaan cinta Alisa. Karena Ia tidak
memiliki keinginan untuk menanggapinya atau bertekad untuk menerimanya.
Jadi tidak salah jika dibilang kalau Ia berusaha menghindarinya.
“Ya, maafkan aku. Sejujurnya, aku memang mencoba menghindari topik itu,
tapi bukannya aku berpura-pura kalau itu tidak pernah terjadi. Namun … aku
masih belum bisa memilah-milah perasaanku.”
“… Anugerah?”
Alisa secara bertahap mendekati wajahnya sembari berbicara lebih cepat dan
nada suara yang semakin lantang.
“Eh, ah iya.”
“Itu merupakan hadiah yang sangat besar bagiku juga, ya. Itu berarti usahaku
benar-benar sepadan, ‘kan?”
“Asal kamu tahu saja ya, aku takkan melakukan hal itu kepada siapa saja.
Kemarin, karena hasil perintah Yuki-san dan dikombinasikan dengan suasana
romantis pertunjukan kembang api, menyebabkan situasi yang seperti itu
terjadi.”
Sambil mengangguk setuju, Masachika dalam hati berpikir, ‘Yah, mungkin itu
batasnya?’. [Aku takkan melakukan hal itu dengan ‘siapa pun’] mungkin itu
yang terbaik yang bisa dia lakukan untuk menunjukkan niat baiknya. Adapun
Masachika, yang telah memperhatikan cinta Alisa padanya, merasa agak lega.
(Yah, aku tidak tahu apakah dia benar-benar tidak menyadarinya, atau
mungkin dia sudah menyadarinya sendiri dan berpura-pura tidak
menyadarinya, tapi ... dia tetap tidak mau mengakuinya dengan jujur, ya.)
Masachika tidak tahu bagian mana yang Alisa sukai mengenai dirinya, tapi
bagi Alisa yang mempunyai harga diri yang begitu tinggi, mana mungkin akan
mengakui dengan mudah kalau dia jatuh cinta kepada seorang pemalas seperti
Masachika.
Dirinya masih belum siap menghadapi perasaan cinta Alisa. Jadi setidaknya
sampai dirinya sudah merasa siap, Alisa juga .....
(... Yup, aku berharap kalau kamu hanya menggunakan bahasa Rusia saat
merasa malu-malu kucing ~?)
Apakah ucapan itu sekedar godaan, atau ekspresi perasaan jujurnya ...
Masachika sama sekali tidak bisa membedakannya, jadi Ia bertanya
seolah-olah itu sudah dipastikan.
“O-Ohh, hmm??”
“Tadi sudah kubilang, ‘kan? Aku takkan melakukannya dengan siapa pun. Aku
akan merasa tersinggung jika kamu mengira kalau aku adalah gadis yang
dipengaruhi oleh lingkungan dan suasana, jadi aku akan memberitahumu
dengan tegas … karena hanya denganmu saja, yah, kupikir setidaknya aku bisa
memberimu ciuman di pipi, tau?”
“Aku juga perlu mengatakan ini dengan tegas, ini tidak ada kaitannya dengan
perasaan romantis atau semacamnya. Aku mempercayaimu sampai batasan
tertentu sebagai pa-partnerku, oke? Aku juga lumayan sedikit
menghormatimu? Dan yang terpenting, yah, aku menganggapmu sebagai
teman terdekatku ... hanya itu saja!”
Pipi Alisa berubah menjadi merah merona saat dia memelototi wajah
Masachika dan mengatakannya dengan cepat, dia mendengus ringan pada
Masachika yang berterima kasih padanya dengan canggung dan berbalik
untuk menghadap ke depan.
(Astaga, makhluk lucu jenis apa ini. Dia terlihat sangat menggemaskan sekali)
Pemikiran tersebut secara alami muncul di benaknya ketika melihat Alisa yang
tampak cemberut dan ujung telinganya memerah. Dan Ia segera merenungkan
kesan konyol yang telah dibuatnya, meskipun cuma di dalam batinnya.
Jika Ia tidak terhubung secara mendalam ... Orang lain takkan bisa mengetahui
sifat tak terelakkan dari manusia yang bernama Kuze Masachika ini. Jika
orang lain tidak mengetahuinya, maka Ia tidak perlu menghadapinya. Kepada
dirinya sendiri, yang sangat dibencinya.
“Aku juga……”
“Aku juga... karena aku melakukannya dengan Alya, aku jadi ingin
berciuman.”
“Aku yakin jika itu dengan orang lain, aku akan bercanda seperti yang biasa
kulakukan dan berpura-pura tidak tau. Tapi kamu …. karena melakukannya
dengan Alya, aku ingin membalas ciuman juga. Yah, mana mungkin aku bisa
langsung mencium di pipi. , dan ketika ditanya apa maksud dari ciumanku,
aku sedikit kesulitan untuk menjawabnya… Yah, mungkin karena aku juga
sedikit terbawa oleh suasana kali?”
Pada akhirnya, itu berakhir menjadi agak konyol dan sedikit bercanda. Ia
bermaksud untuk berbicara sedikit lebih baik. Mengapa mulut yang biasanya
berceloteh dengan lancar malah berubah jadi seperti ini?
“Urgh!”
“Itu tidak benar kok? Meski begitu, ya …. Aku sempat penasaran kenapa
memilih mencium rambutku~ tapi gampangnya, kamu cuma merasa
canggung saja, kan?”
(... Tidak, kamu juga sudah menyadarinya, ‘kan. Kamu sendiri jelas-jelas
menghasutku dengan ejekan “Dasar tidak punya nyali”)
“Entahlah~?”
Tapi untungnya, Alisa tampaknya tidak terlalu peduli dan berbohong seperti
biasa dengan senyuman. Kemudian, dia menurunkan lengan kanannya, lalu
dengan mudah melingkarkannya di sekitar lengan Masachika dan kemudian
menyandarkan kepalanya di bahu Masachika.
“O-Ohh ...”
(Ya ampun, aku ingin tahu berapa banyak dia memahami apa yang sedang dia
lakukan)
Ia melihat ke sampingnya dengan senyum santai dan melihat wajah tidur Alisa
yang terlihat sangat nyaman. Keseriusan dan kewaspadaan yang selalu
muncul di wajahnya tergantikan oleh wajah nyaman dan damai ..... Perasaan
hangat dan gila membuncah di dada Masachika.
Perasaan ini berbeda dari perasaan yang pernah Ia miliki kepada gadis itu …
atau itulah yang Ia pikirkan. Meskipun Ia tidak bisa mengatakan dengan pasti
karena Ia tidak dapat mengingat perasaan cinta itu sendiri sekarang. Sejak
gadis itu meninggalkannya…
(Ehh, tunggu?)
【Masaaachika!】
Julukan nama aneh itu masih terngiang di kepalanya. Suara polos yang
memanggilnya dari balik kabut membuat hatinya sakit dan sesak.
“Hmm……”
Ketika melihat wajah Alisa, Ia secara alami membuat keputusan itu. Demi
menghadapi dengan benar gadis di hadapannya yang jatuh cinta pada dirinya
yang sekarang. Ia akan benar-benar mengakhiri cinta pertamanya dengan
gadis itu dan memintanya mengembalikan cinta yang masih terperangkap
dalam dirinya. Jika Ia melakukan itu, maka...
“…...”
Halo, Sunsunsun di sini. Iya, kamu yang di sana. Kamu sekarang pasti sedang
berpikir, ‘Hah? Sudah sampai kata penutup? Bukannya masih ada 10 halaman
lagi?’, iya ‘kan? Kalian pasti berpikir masih ada kelanjutannya, jadi tadi
malam berpikir ‘Apa-apaan?! Aku akan membacanya lagi di kereta atau bus
besok pagi saja lah. Lagian sudah larut malam’ dan pergi tidur sambil bersabar
untuk membaca sisanya, ‘kan? Kalian pasti berpikir begitu? Mending tidur
sana. Jika kalian masih punya waktu, mendingan dipakai buat tidur. Aku yakin
kalau kalian sudah menyadarinya. Pada saat kamu berpikir 'lagian sudah larut
malam’ itu berarti kamu sudah kekurangan tidur. Oi, jangan mengeluarkan
smartphonemu! Jangan coba-coba liat media sosial! Jangan coba-coba untuk
mendapatkan bonus harian! Jangan memeriksa ‘Manga apa saja yang update
hari ini, ya~~’! Cepetan sana tidur daripada melihat smartphone-mu! Aku
tidak menyuruhmu untuk membaca kata penutup! Tidak ada gunanya buat
membaca kata penutup ini. Cepat pergi tidur! Jangan lupa pasang alarm biar
nggak kesiangan! Dan juga, jangan ganggu tetanggamu! Tidurlah yang
nyenyak! Yah, kalau itu aku sih, aku takkan ragu-ragu untuk melihat
smartphone-ku!
Ya, pembukaan kata penutup edisi ini memiliki nuansa keparat yang sangat
kuat. Faktanya, itu adalah kata penutup terbaik yang pernah ada. Ah, kamu
yang baru saja berpikir, ‘Aku termasuk grup pemenang karena berhasil
sampai sejauh ini di tengah malam meskipun kurang tidur.’ Kalian cukup
pergi tidur lebih awal saja. Seperti yang sudah kubilang sebelumnya, tidak ada
yang bisa diperoleh dari membaca kata penutup ini. Ayo cepat tidur sambil
merenungi sisa-sisa cerita utama. Mungkin saja kamu bisa memimpikan Alya.
Yah, aku sendiri belum pernah melihat karakter Rosidere muncul dalam
Ah, buat kamu yang berpikir, “Sayang sekali. Aku membaca ini di siang hari di
hari kerja.” Kamu juga harus tidur untuk persiapan kerja atau kelas di sore
hari. Mempunyai cukup tidur bisa membuat perbedaan besar. Jika kamu
membaca kata penutup ini di sisa istirahat makan siangmu, lebih baik dipakai
buat tidur. Ehh? Bukan sedang istirahat makan siang? Enggak ada pekerjaan
maupun jam pelajaran? …….. begitu rupanya. Apa kamu berada di shift malam?
Kalau itu sih maaf. Tidak, jika kamu termasuk shift malam, buat apa kamu
bangun pagi-pagi sekali??
…………………………
…………………………
…Ah, sekarang saatnya untuk mengawasi kalian dalam pose kemenangan. Ini
sama sekali bukan mengenai jumlah kata. Bagi kalian yang belum menjadi
pemenang sejati, tolong simpan dulu buku kalian, lalu pejamkan mata kalian,
dan pikirkan orang-orang yang telah menjadi pemenang sejati. Gambaran
macam apa yang terlintas di benak kalian? Ngomong-ngomong, aku
membayangkan wanita penyiar cuaca yang kulihat di berita pagi ini. Lah, kok
bisa.
Satu-satunya hal yang perlu kalian lakukan untuk mencapai itu adalah
mengumpulkan informasi tentang tanggal rilis toko di internet dan
mendapatkan volume Rosidere berikutnya pada tanggal rilis. Kemudian,
penjualan awal buku baru menjadi kuat, dan aku beserta editorku akan
tersenyum lebar. Benar sekali, gambaran pemenang sejati yang kalian
pikirkan sebenarnya adalah diriku atau editorku! … Fyuhh, aku tidak mengerti
apa yang kamu katakan. Kalian pasti memasang ekspresi semacam itu, ‘kan?
Aku juga. Orang ini ngomong apaan sih? Apa kalian mempercayainya? Aku
tidak mencicipi setetes alcohol sedikit pun, loh? Bukannya itu bikin ngeri?
Jadi, saat melakukan itu, semua orang yang berpose dalam kemenangan
kembali. Sekarang setelah aku kembali ke topik dengan tergesa-gesa, tidak
dapat menahan rasa malu, izinkan aku mengatakan ini. Terima kasih banyak.
Aku tidak menyadari bahwa kalian membeli buku pada hari perilisan dan
segera membacanya. Jika Anda sangat menantikan edisi terbaru, merupakan
kehormatan besar bagi saya untuk menjadi penulisnya.
Nah, bagi kalian yang berpikir, “Jadi jika aku tidak membacanya segera
setelah dijual, itu berarti cintaku masih kurang cukup, ya?”. itu salah. Tidak
masalah ketika kalian membacanya untuk mengukur kedalaman cinta. Kami
meminta kalian meluangkan waktu berharga kalian untuk membaca karya ini.
Pada saat itu, cinta kalian telah diterima dengan baik. Ehh? Kalian
membacanya dengan cepat dalam waktu 5 menit? Itu masih belum cukup
cinta, jadi tolong baca lagi dari awal ... dan ketika sudah ditulis di sini, kamu
Ah, buat kalian yang membaca kata penutup terlebih dahulu. Seperti yang bisa
kalian lihat, kata penutup untuk volume kali ini sangat panjang. Dan seperti
yang mungkin sudah kalian sadari, tidak ada pembahasan khusus. Tidak ada
spoiler untuk cerita utama, yang mana itu lumayan aman untuk dibaca, tetapi
jika kalian punya waktu untuk membaca semua ini, seriusan, bacalah cerita
utamanya. Namun, jika kamu adalah orang aneh yang ingin membaca kata
penutupnya terlebih dahulu, aku takkan menghentikan kalian. Aku sudah
memberi kalian peringatan, oke? Jangan marah-marah padaku setelah ini
dengan mengatakan, “Apa-apaan kata penutup ini! Buang-buang waktu
saja!” Oh iya, kata-kata tersebut berlaku untuk semua pembaca.
Ah, buat kalian melihat akhir buku untuk memeriksa jumlah halamannya dan
menemukan jumlah halaman dari kata penutup yang tidak biasa ... kalian
mungkin belum membaca bagian ini. Kurasa kebanyakan orang biasanya
membaca ini setelah membaca cerita utama. Oh, aku minta maaf buat kalian
yang terlalu bersemangat dan melihat ilustrasi penyebaran dua halaman
terakhir terlebih dahulu. Itulah yang terjadi ketika kalian tidak melihat buku
dengan benar dari samping dan memeriksa posisi ilustrasi, ‘kan? Eh? Kalian
sudah memeriksanya tetapi kata penutupnya terlalu panjang dan merasa
kealahan? Itu sih... maaf.
Aku menundukkan kepala dengan patuh ketika aku bersalah. Lagi[ula, aku
sudah dewasa. Di sisi lain, bila ada seseorang yang tidak mau mengakui
kesalahan mereka sendiri dan tidak mau meminta maaf. Mereka masih
anak-anak. Seorang dewasa yang tidak bisa tumbuh selamanya. Aku yakin
semua penulis novel ringan umumnya seperti itu. Setiap orang belum bisa
Ah, buat kamu berteriak “Ternyata ada kata penutupnya toh! Yosshhhaaa!
Luar biasa!!” Kira-kira ada enggak, ya~? Di antara para pelanggan kami, apa
ada yang seperti itu~? Eh? Kamu merasa senang bahwa ada lebih banyak kata
penutup daripada cerita utama? Hmmm~~ Aku tidak tahu harus berkata apa,
jadi silakan kembali ke tempat dudukmu.
Ah, buat kalian yang sudah melihat Twitter penulis dan tahu sebelumnya
bahwa kata penutupnya akan panjang. Terima kasih banyak telah
mengikutiku. Jika kamu belum mengikuti akun twitterku, silakan di-follow.
Aku takkan pernah membiarkanmu kalah. Walaupun aku tidak
membiarkanmu menang juga, sih.
Ya, aku adalah orang yang pertama peduli dengan situasi dompet pembaca.
Meskipun hanya beda beberapa yen, aku menyadari kalau itu sangat berharga
bagi siswa SMP dan SMA yang merupakan pembaca utama Roshidere. Itu
sebabnya akulah yang paling pertama menyuarakan harga buku itu ... maaf,
itu bohong. Aku hanya berpikir, “Meskipun itu hanya cerita tambahan, jika
harganya terlalu tinggi, orang-orang tidak akan membelinya.” 100% itu
hanya egoku sendiri. Padahal tadi aku sudah bilang “Ayo membicarakan hal
serius,” tapi dalam 500 kata ini, aku justru makin mengacau.
Ummm, baiklah, mari kita lanjutkan, tapi ketika aku bertanya tentang
masalah harga, editorku justru menjawab, “Sepertinya harganya tidak
berubah.” Aku lantas merasa penasaran mengapa harganya tidak berubah,
tapi jika itu masalahnya, kupikir tidak ada alasan untuk tidak menambahkan
halaman. Sejujurnya, aku tidak peduli dengan kata penutupku sendiri, tetapi
hilangnya ilustrasi dari Momoko-sensei di akhir buku adalah kerugian bagi
dunia! Pembaca pasti akan merasa kecewa! Maaf! Aku membuatnya terlihat
seperti orang yang berhati besar lagi! Aku cuma ingin melihatnya saja! 100%
keegoisanku sendiri!
Aku juga penasaran mengenai akhir buku ini yang penuh dengan iklan. Jika
diberitahu kalau aku bisa menjadi legenda (enggak ada yang mengatakan itu),
aku pun akan meladeninya jika perlu menulis 6.000 kata. Aku sudah menulis
4.000 kata pada saat ini, jadi tidak ada masalah. Bagaimana dengan itu? aku
sudah menghabiskan lebih dari setengahnya untuk membicarakan kata
penutup yang panjang ini. Kira-kira apa yang harus kulakukan dengan sisa
topiknya?
Pertama-tama, bukannya itu sudah jelas kalau aku tidak serius ketika menulis
semua ini tanpa memikirkannya. Aku merasa kalau kata penutup merupakan
sesuatu yang ditulis dengan kepala kosong dan tidak menyentuh cerita utama.
Ahh, aku jadi melenceng dari topik lagi, tapi aku ingin mengatakan satu hal
penting mengenai volume ini.
Volume ini adalah volume tambahan, tetapi terus terang saja, bahkan jika
kalian tidak membacanya, itu takkan menghalangi kalian untuk membaca jilid
kelima dan selanjutnya..
Setelah volume kelima, tidak ada konten yang perlu kalian baca untuk
memahami volume ini. Ketika kamu membacanya, kamu bisa memahami isi
volume 4 secara mendalam, dan ada juga beberapa karakter yang muncul
…… Hmm~, kali ini terlalu banyak omong kosong, ya? Apa boleh menerbitkan
sesuatu seperti ini dari Kadokawa? Dalam hal ini, aku masih merasa kalau
beriklan jauh lebih baik... jadi kupikir sudah waktunya untuk serius tentang
sesuatu. Kali ini benar-benar serius, kok. Mulai sekarang merupakan ucapan
terima kasih, jadi tentu saja aku akan melakukannya dengan serius. Jika aku
mengatakan terlalu banyak, kedengarannya nanti akan ada spoiler, jadi waktu
bercandanya disudahi dulu.
Oleh karena itu, aku sendiri memiliki harapan yang tinggi untuk adaptasi
komik dari Tenamachi-sensei. Aku sangat menantikannya setelah melihat
draft pertamanya. Aku pikir ini pasti akan menjadi komikalisasi yang luar
biasa, jadi silakan instal Magapoke sekarang. Buat kamu yang berpikir “Hah?
Memangnya Magapoke milik Kodansha?”. Ada banyak hal di dunia ini, loh?
Ada kalanya beberapa hal lebih baik tidak diperhatikan, loh? …. Yah, bukan
berarti ada sesuatu rahasia di balik layar sih. Aku takkan membicarakannya
secara detail karena akan terlalu panjang dan merepotkan, dan ceritanya akan
rumit.
Sekarang, dengan senang hati kami umumkan bahwa kami kembali memiliki
ilustrasi tamu oleh dua ilustrator yang luar biasa.
......Ketika aku berteriak, bukannya tulisan ini sudah lebih dari 6.000 kata,
bukan? Jauh dari 6.000 kata, bukannya ini sudah lebih dari 7.000 kata, iya
‘kan? Dengan begini, kurasa aku tidak perlu bertele-tele lagi untuk
menambahkan jumlah katanya. Nah, pedoman yang diberikan oleh editor
pastinya punya sedikit kelonggaran, jadi meskipun aku menulis sampai lebih
seribu kata, kurasa taka da masalah. Jika tidak dimasukkan, aku bisa
mengentikan masa tunggu misterius itu... Hah? Ini muat dalam tiga belas
halaman dalam bentuk kertas proofreading? Aku masih memiliki satu
halaman tersisa, jadi aku bisa menambahkan satu iklan?
Hmmm, tambahan kata ya... enaknya harus menulis apa, ya? Hmmm~ yah,
aku sudah egois dengan editorku dan ...... mau tak mau aku akan terus
melanjutkan ocehanku. Kalau begitu, mari bicarakan tentang sesuatu yang
masih berkaitan dengan isi cerita di volume ini.
Penampilan dan rasa dari tiga jenis masakan Rusia yang muncul dalam
volume ini, pelmeni, valenky, dan solyanka, didasarkan pada apa yang
sebenarnya dimakan oleh penulis di sebuah restoran Rusia. Anehnya, solyanka
Aku juga sempat mencoba ayam yang direbus dalam panci dengan saus yang
terbuat dari ayam dan bahan lainnya ...... Ya, masakan itu juga rasanya sangat
menakjubkan. Aku sampai gemetaran. Meskipun aku bukan Ayano. Jika ada
yang tertarik, aku pikir kalian bisa mencoba memakannya di suatu tempat
demi percakapan. Selera masing-masing orang sangat berbeda tergantung
pada orangnya, jadi disarankan untuk pergi dengan lebih dari satu orang saat
memakannya. Sehingga ketika kalian tidak bisa selesai memakannya, kalian
bisa mennyerahkannya kepada orang yang menyukainya. Itu saran dari orang
yang berpengalaman.
Ya... Apa-apaan dengan kata penutup yang sepertinya paling penutup? Atau
lebih tepatnya, 8.200 kata untuk kata penutup terakhir? Serius, rasa-rasanya
perti menambahkan satu bab lagi pada ceritanya.
Yah ... yang sudah terjadi biarlah terjadi. Kemudian untuk terakhir. Kali ini
juga, Aku ingin meminta maaf kepada editorku, Miyakawa-sama, atas
ketidaknyamanan yang disebabkan karena keterlambatan naskah.
Momoko-sensei yang sudah meluangkan waktu dari jadwal sibuknya untuk
menggambar sejumlah ilustrasi yang benar-benar indah untuk volume kali
ini. Gambar Masha di sampul dan Alya versi Bunny girls serta versi Succubus
yang baru digambar membuat jiwaku bergetar, dan aku tidak bisa menahan
tawa pada otaku Sayaka dan Masachika yang tampan. Itu sangat luar biasa.
Aku juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua orang yang terlibat dalam produksi karya ini dan kepada semua
Berdiri di area datar dengan tank top dan celana pendek, Touya berpikir
dengan kepala pening. Apakah alasan kenapa kesadarannya terasa linglung
karena Ia tidak bisa merasakan sensasi kenyataan dalam situasi ini atau cuma
karena Ia ingin melarikan diri dari situasi yang dialaminya sekarang? Touya
sendiri tidak tahu. Tapi wajar-wajar saja Ia bereaksi begitu.
Touya membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa saran santai dari Chisaki
akan menjadi pertunjukan seperti acara gulat profesional.
(Ketika disuruh untuk melepas kacamataku, aku sempat kaget ‘Eh, seriusan
nih?’ …. Tapi untung saja aku melepas kacamataku. Jika aku melihat lawanku,
aku pasti akan bergidik ketakutan)
Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, Touya yang masih suka
minder hendak menunjukkan wajahnya, ketika seorang pria berjaket dojo
putih mendekatinya.
“Touya~ berjuanglah~!”
(Betul sekali, aku sudah bukan pria penakut maupun lemah lagi!)
Balasan yang diterima justru dipenuhi dengan hawa membunuh dan suara
gagap.
Kira-kira apakah dirinya bisa keluar dengan selamat setelah pertandingan ini?
Touya sempat berpikiran seperti itu. Sang wasit lalu memberi beberapa
instruksi lanjutan pada kedua peserta.
“Dilarang mengincar titik lemah yang mengakibatkan luka fatal atau cacat
permanen. Lalu, dilarang membunuh lawan yang sudah tak berdaya”
Apa telinganya salah dengar? Touya merasa kalau Ia baru saja mendengar
kalimat ‘membunuh’ dari mulut wasit
“Uwoooooooooo~~!!!!”
“Hurghp”
"Wooooo!"
(Tidak, tidak, ini beneran gawat! Jika aku terkena salah satu dari pukulan dari
ini, aku pasti bakalan dirawat di rumah sakit!)
(Aku berhasil menghindarinya, tetapi apa yang harus kulakukan dari sini?)
(Tidak ada celah untuk serangan balik, dan jika aku menggunakan teknik kaki
sekarang ….)
“Urgh?!”
“Oh?”
(Sekarang!!)
◇◇◇◇
“Uwooooooooooooooo!!”
Usai mengatakan itu, Chisaki berjalan menuju area tengah arena dengan
tatapan mata yang cerah dan senyum tipis di wajahnya.
“Di-Diizinkan.”
Dua menit kemudian, pria itu dengan lihainya ditanam di sudut arena.
Meskipun itu tidak mekar dengan sangat baik, sih.